Anda di halaman 1dari 3

JUDUL SKRIPSI MATERIAL

 Pengaruh Variabel Diameter Dan Fraksi Massa Partikel Terhadap Sifat Mekanik
 Analisa Pengaruh Frekuensi Pembebanan Terhadap Perambatan Retak Lelah Pada Sambungan
 Analisa Pengaruh Arus Pengelasan Terhadap Perambatan Retak Lelah Pada Baja Ss 41
 Analisa Pengaruh Variasi Konsentrasi Larutan Quenching Sodium Chromate Terhadap Hasil
 Pengaruh Konsentrasi Asam Sulfat Dan Waktu Anodizing Terhadap Ketebalan Dan Ketahanan
 Analisa Fraksi Volume Dan Ukuranpartikel Caco3 Terhadap Struktur Dan Sifat Mekanik
 Analisa Variasi Temperatur Homogenizing Dan Holding Time Terhadap Struktur Mikro,
 Nilai Kekerasan, Dan Distribusi Kekerasan Pada Aluminium Alloy Seri 5083 Di Pt. Alumindo
 Pengaruh Temperatur Dan Lama Waktu Curing Terhadap Kekuatan Kompresi Pada Komposit
 Pengaruh Proses Glassur Terhadap Sifat Mekanik Dan Struktur Mikro Bahan Keramik
 Analisa Variasi Ukuran Filler Terhadap Kekuatan Lentur Dan Daya Serap Bunyi Material
 Analisa Variasi Fraksi Volume Zat Aditif Terhadap Kekuatan Tekan Dan Sifat Akustik
 Komparasi Ketahanan Cat Berbahan Dasar Alkyd, Epoxy Dan Zinc Chromate Pada Lingkungan
 Pengaruh Uji Aging Terhadap Sifat Mekanik Material Ban Radial Baru Dan Ban Radial
 Pengaruh Variasi Konsentrasi Asam Kromik (Cro3) Dan Densitas Arus Terhadap Ketebalan,
 Kehalusan Permukaan, Dan Ketahanan Abrasi Lapisan Hasil Proses Black Chrome Plating Pada
 Pengaruh Diameter Tip Dan Jarak Tip Terhadap Distribusi Kekerasan Dan Dimensi
 Pengaruh Kombinasi Densitas Arus-Waktu Plating Dan Jarak Katoda-Anoda Terhadap
 Analisa Pengaruh Variasi Penambahan Unsur Nikel (Ni), Alumunium (Al) Dan Mangan (Mn)
 Pada Bath Seng Terhadap Ketebalan, Kekerasan, Kekilauan Dan Adhesivitas Lapisan Hasil Hot
 Analisa Pengaruh Kadar Silikon ( Si ) Pada Baja Terhadap Lapisan Hasil Hot Dip
 Karakteristik Korosi Tabung Gas Lpg Berdasarkan Prosedur Uji Astm G-85-A5 Dilute
 Studi Pengaruh Lingkungan Korosif Terhadap Propertis Sistem Coating Three-Layer Hdpe
 Analisa Kekerasan Dan Ketahanan Abrasi Pada Ban Kendaraan Roda Dua Untuk Tipe Ban
 Studi Komparasi Perilaku Korosi Aktif-Pasif Titanium Grade 2 Dan Cu-Ni 70/30 Dalam
 Analisa Kekuatan Tarik Dan Bending Komposit Laminat Bambu Serat Woven Terhadap
 Analisa Pengaruh Tekanan Kompaksi Dan Temperatur Sintering Terhadap Induksi Remanen Dan
Kekerasan Pada Pembuatan Soft Magnetik Alloys (Fe3o4) Dengan Metode Metalurgi Serbuk
1. Macam-macam garis pada diagram FeC
a. A1, adalah temperatur reaksi eutektoid yaitu perubahan fasa γ menjadi α+Fe3C (perlit) untuk
baja hypo eutektoid.
b. A2, adalah titik Currie (pada temperatur 769 0C), dimana sifat magnetik besi berubah dari
feromagnetik menjadi paramagnetik.
c. A3, adalah temperatur transformasi dari fasa γ menjadi α (ferit) yang ditandai pula dengan
naiknya batas kelarutan karbon seiring dengan turunnya temperatur.
d. Acm, adalah temperatur transformasi dari fasa γ menjadi Fe3C (sementit) yang ditandai pula
dengan penurunan batas kelarutan karbon seiring dengan turunnya temperatur.
e. A123, adalah temperatur transformasi γ menjadi α+Fe3C (perlit) untuk baja hiper eutektoid.

2. Fasa-fasa yang terjadi dalam diagram kesetimbangan Fe-C selama pemanasan yang lambat:
a. Ferit (α), yaitu paduan Fe dan C dengan kelarutan C maksimum 0,025% pada temperatur
723 ⁰C, struktur kristalnya BCC (Body Centered Cubic).
b. Austenite (γ), adalah paduan Fe dan C dengan kelarutan C maksimum 2% pada temperatur
1148 ⁰C, struktur kristalnya FCC (Face Centered Cubic).
c. Delta (δ), adalah paduan Fe dan C dengan kelarutan C maksimum 0,1% pada temperatur
1493 ⁰C, struktur kristal BCC (Body Centered Cubic).
d. Senyawa Fe3C atau biasa disebut sementit dengan kandungan C maksimum 6,67%, bersifat
keras dan getas dan memiliki struktur kristal orthorombic.
e. Liquid atau fasa cair, adalah daerah paling luas dimana kelarutan C sebagai paduan utama
dalam Fe tidak terbatas pada temperatur yang bervariasi.

3. Reaksi Metalurgi
a. Reaksi peritektik, terjadi pada temperatur 1495 ⁰C dimana logam cair (liquid) dengan
kandungan 0,53%C bergabung dengan delta (δ) kandungan 0,09%C bertransformasi menjadi
austenit (γ) dengan kandungan 0,17%C. Delta (δ) adalah fasa padat pada temperatur tinggi dan
kurang berarti untuk proses perlakuan panas yang berlangsung pada temperatur yang lebih
rendah.
Liquid (C=0,53%) + Delta (δ)(C=0,09%) → Austenit (γ)(C=0,17%).
b. Reaksi eutektik, reaksi ini terjadi pada temperatur 1148 ⁰C, dalam hal ini logam cair dengan
kandungan 4,3%C membentuk austenit (γ) dengan 2%C dan senyawa semenit (Fe3C) yang
mengandung 6,67%C.
Liquid (C=4,3%) → Austenit (γ)(C=2,11%) + Fe3C(C=6,67%)
c. Reaksi eutektoid, reaksi ini berlangsung pada temperatur 723 ⁰C, austenit (γ) padat dengan
kandungan 0,8 %C menghasilkan ferit (α) dengan kandungan 0,025%C dan semenit (Fe3C)
yang mengandung 6,67%C.
Austenit (γ)(C=0,8%) → ferit (α) (C=0,025%) + Fe3C(C=6,67%).
Reaksi ini merupakan reaksi fasa padat yang mempunyai peran cukup penting pada proses
perlakuan panas baja karbon.

4 Sifat-sifat mikrostruktur
a. Bainit, merupakan struktur ferit dan sementit yang berbentuk lidi atau plat tergantung
temperatur transformasi. Struktur mikro bainit adalah sangat halus sehingga resolusinya hanya
bisa di lihat dengan mikroskop elektron.
b. Sementit, merupakan fasa inter metalik yang terbentuk pada logam dengan kelarutan karbon
maksimal 6,67%.
c. Perlit, merupakan satu fasa yang terbentuk dari gabungan dua fasa, ferit dan sementit. Perlit
memiliki morfologi mirip seperti lapisan (lamellae) antara ferit dan perlit.
d. Ferit, merupakan fasa yang terbentuk pada temperatur sekitar 300o – 723o C. Pada daerah ini,
kelarutan karbon maksimalnya adalah 0,025% pada temperatur 725o dan turun drastis menjadi
0 % pada 0o.

e. Austenit, merupakan fasa yang terbentuk pda temperatur 1140o C, dengan kelarutan karbon
2,08%. Kelarutan karbon akan turun menjadi 0,08% pada 723oC.

Anda mungkin juga menyukai