Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
Resistence Spot Welding.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
Semoga makalah ilmiah tentang Resistence Spot Welding ini dapat memberikan
manfaat terhadap diri kami dan juga bagi pembaca.

Jakarta, Desember 2015

Penulis

Daftar Isi

Kata Pengantar

........................................................................................................................

2
Daftar Isi ................................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................
4
1.1. Latar Belakang .................................................................................................................
4
BAB II ISI ...............................................................................................................................
5
2.1. Pengertian Pengelasan ......................................................................................................
5
2.2. Jenis-jenis Pengelasan

.....................................................................................................

6
2.3. Resistace Spot Welding ...................................................................................................
8
2.4. Cara Melakukan Las Titik ...............................................................................................
10

BAB III Kesimpulan ..............................................................................................................


14
3.1. Kesimpulan

....................................................................................................................

14

BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Dengan semakin berkembangnya teknologi industry saat ini, tidak bisa
mengesampingkan pentingnya penggunaan logam sebagai komponen
utama produksi suatu barang, mulai dari kebutuhan yang paling
sederhana seperti alat-alat rumah tangga hingga konstruksi bangunan
dan konstruksi permesinan. Hal ini menyebabkan pemakaian bahan-bahan
logam seperti besi cor, baja, aluminium dan lainnya menjadi semakin
meningkat. Sehingga dapat dikatakan tanpa pemanfaatan logam,
kemajuan peradaban manuasia tidak mungkin terjadi.Dengan
kemampuan akalnya, manusia mampu memanfaatkan logam sebagai alat
bantu kehidupannya yang sangat vital. Berbagai macam konstruksi mesin,
bangunan dan lainnya dapat tercipta dengan adanya logam. Logam
tersebut menimbulkan kebutuhanakan teknologi perakitan atau
penyambungan. Salah satu teknologi penyambungan tersebut adalah
dengan pengelasan.Teknik penyambungan logam sebenarnya terbagi
dalam dua kelompok besar,yaitu :
1 Penyambungan sementara (temporary joint), yaitu teknik
penyambungan logam yang dapat dilepas kembali.
2 Penyambungan tetap (permanen joint), yaitu teknik penyambungan
logam dengan cara mengubah struktur logam yang akan disambung
dengan penambahan logam pengisi.
3

Termasuk dalam kelompok ini adalah solder, brazing dan pengelasan.Dari


teknik tersebut dijadikan sebagai dasar dibentuknya benda-benda logam
seperti yang dimaksud pada uraian diatas.

BAB II
ISI

2.1 Pengeritian Pengelasan


Las menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994), " adalah
penyambungan besi dengan cara membakar. Dalam referensi-referensi teknis,
terdapat beberapa definisi dari Las, yakni sebagai berikut :
Berdasarkan defenisi dari Deutsche Industrie Normen (DIN) dalam Harsono
dkk(1991:1), mendefinisikan bahwa " las adalah ikatan metalurgi pada
sambungan logam paduan yang dilakukan dalam keadaan lumer atau cair ".
Sedangkan menurut maman suratman (2001:1) mengatakan tentang pengertian
mengelas yaitu salah satu cara menyambung dua bagian logam secara
permanen dengan menggunakan tenaga panas. Sedangkan Sriwidartho, Las
adalah suatu cara untuk menyambung benda padat dengan dengan jalan
mencairkannya melalui pemanasan.
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kerja las
adalah menyambung dua bagian logam atau lebih dengan menggunkan energi
panas. Pengelasan (welding) adalah salah salah satu teknik penyambungan
4

logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan
atau tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam penambah dan menghasilkan
sambungan yang continue.
Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam kontruksi sangat luas,
meliputi perkapalan, jembatan, rangka baja, bejana tekan, pipa pesat, pipa
saluran dan sebagainya. Disamping untuk pembuatan, proses las dapat juga
dipergunakan untuk reparasi misalnya untuk mengisi nlubang-lubang pada
coran. Membuat lapisan las pada perkakas mempertebal bagian-bagian yang
sudah aus, dan macam-macam reparasi lainnya.
Pengelasan bukan tujuan utama dari kontruksi, tetapi hanya merupakan
sarana untuk mencapai ekonomi pembuatan yang lebih baik. Karena itu
rancangan las dan cara pengelasan harus betul-betul memperhatikan dan
memperlihatkan kesesuaian antara sifat-sifat lasdengan kegunaan kontruksi
serta kegunaan disekitarnya.
Prosedur pengelasan kelihatannya sangat sederhana, tetapi sebenarnya
didalamnya banyak masalah-masalah yang harus diatasi dimana pemecahannya
memerlukan bermacam-macam penngetahuan.
Karena itu didalam pengelasan, penngetahuan harus turut serta
mendampingi praktek, secara lebih bterperinci dapat dikatakan bahwa
perancangan kontruksi bangunan dan mesin dengan sambungan las, harus
direncanakan pula tentang cara-cara pengelasan. Cara ini pemeriksaan, bahan
las, dan jenis las yang akan digunakan, berdasarkan fungsi dari bagian-bagian
bangunan atau mesin yang dirancang.
Berdasarkan definisi dari DIN (Deutch Industrie Normen) las adalah ikatan
metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan
lumer atau cair. Dari definisi tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa las
adalah sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan
energi panas. Pada waktu ini telah dipergunakan lebih dari 40 jenis pengelasan
termasuk pengelasan yang dilaksanakan dengan cara menekan dua logam yang
disambung sehingga terjadi ikatan antara atom-atom molekul dari logam yang
disambungkan.klasifikasi dari cara-cara pengelasan ini akan diterangkan lebih
lanjut.

Pada waktu ini pengelasan dan pemotongan merupakan pengelasan


pengerjaan yang amat penting dalam teknologi produksi dengan bahan baku
logam. Dari pertama perkembangannya sangat pesat telah banyak teknologi
baru yang ditemukan. Sehingga boleh dikatakan hampir tidak ada logam yang
tidak dapat dipotong dan di las dengan cara-cara yang ada pada waktu ini.

2.2 Jenis-Jenis Pengelasan


Sampai pada waktu ini banyak sekali cara-cara pengklasifikasian yang
digunakan dalam bidang las, ini disebabkan karena perlu adanya kesepakatan
dalam hal-hal tersebut. Secara konvensional cara-cara pengklasifikasi tersebut
vpada waktu ini dapat dibagi dua golongan, yaitu klasifikasi berdasarkan kerja
dan klasifikasi berdasarkan energi yang digunakan.
Klasifikasi pertama membagi las dalam kelompok las cair, las tekan, las
patri dan lain-lainnya. Sedangkan klasifikasi yang kedua membedakan adanya
kelompok-kelompok seperti las listrik, las kimia, las mekanik dan seterusnya. Bila
diadakan pengklasifikasian yang lebih terperinci lagi, maka kedua klasifikasi
tersebut diatas dibaur dan akan terbentuk kelompok-kelompok yang banyak
sekali.
Di antarakedua cara klasifikasi tersebut diatas kelihatannya klasifikasi cara
kerja lebih banyak digunakan karena itu pengklasifikasian yang diterangkan
dalam bab ini juga berdasarkan cara kerja. Berdasrkan klasifikasi ini pengelasan
dapat dibagi dalam tiga kelas utama yaitu : pengelasan cair, pengelasan tekan
dan pematrian.
1. Pengelasan cair adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan
sampai mencair dengan sumber panas dari busur listrik atau sumber api
gas yang terbakar.
2. Pengelasan tekan adalah pcara pengelasan dimana sambungan
dipanaskan dan kemudian ditekan hingga menjadi satu.
3. Pematrian adalah cara pengelasan diman sambungan diikat dan disatukan
denngan menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah.
Dalam hal ini logam induk tidak turut mencair.

Pemotongan yang dibahas dalam buku ini adalah cara memotong logam yang
didasarkan atas mencairkan logam yang dipotong. Cara yang banyak digunakan
dalam pengelasan adalah pemotongan dengan gas oksigen dan pemotongan
dengan busur listrik.
Pengelasan yang paling banyak ndigunakan pada waktu ini adalah
pengelasan cair dengan busur gas. Karena itu kedua cara tersebut yaitu las
busur listrik dan las gas akan dibahas secara terpisah. Sedangkan cara-cara
penngelasan yang lain akan dikelompokkan dalam satu pokok bahasan.
Pemotongan, karena merupakan masalah tersendiri maka pembahasannya juga
dilakukan secara terpisah.
Dibawah ini klasifikasi dari cara pengelasan :

Pengelasan cair

Las gas

Las listrik terak

Las listrik gas

Las listrik termis

Las listrik elektron

Las busur plasma

Las busur
o

Pengelasan tekan

Elektroda terumpan

Las busur gas


o

Las m16

Las busur CO2

Las resistensi listrik

Las titik

Las penampang

Las busur tekan

Las tekan

Las busur fluks

Las tumpul tekan

Las elektroda berisi

Las tekan gas

Las tempa

Las busur fluks

Las gesek

Las elektroda tertutup

Las ledakan

Las busur dengan

Las induksi

Las ultasonic

Las busur gas dan fluks


o

Las busur CO2 dengan


elektroda berisi fluks

fluks

elektroda berisi fluks


o

Las busur terendam

Las busur tanpa


pelindung
7

Elektroda tanpa
terumpan

Las TIG atau las


wolfram

2.3 Resistace Spot Welding

Las titik adalah salah satu jenis las resistansi listrik yang mulai

dikembangkan setelah energi listrik dapat dipergunakan dengan mudah,


merupakan suatu teknik penyambungan yang ekonomis dan efisien khususnya
untuk pengerjaan logam plat.

Pada las titik, logam (plat) yang akan di sambungkan di jepit dengan

elektroda dari paduan tembaga dan kemudian di aliri arus listrik yang besar
dalam waktu yang sangat singkat. Karena aliran listrik antara kedua elektroda
tersebut harus melalui (logam) plat yang di jepit, maka pada tempat jepitan
timbul panas yang menyebabkan logam di tempat tersebut mencair dan
tersambung. Pada tempat kontak antara elektroda dan logam (plat) juga terjadi
panas karena tahanan listrik, tetapi tidak sampai mencairkan logam karena
ujung-ujung elektroda didinginkan.

Gambar diatas merupakan skema las titik. Cara kerja las titik,

transformator yang terdapat dalam mesin las merubah tegangan arus bolakbalik dari 110 volt atau 220 volt menjadi 4 volt sampai 12 volt dan arusnya
menjadi cukup besar sehingga dapat menimbulkan panas yang diperlukan
kemudian pelat yang dilas dijepit pada tempat sambungan dengan sepasang
elektroda dari paduan tembaga dan kemudian dialiri arus listrik yang cukup
besar dalam waktu yang singkat, maka pada tempat jepitan timbul panas karena

tahanan listrik yang menyebabkan logam di tempat tersebut mencair dan


tersambung. Panas ini juga timbul di tempat kontak antara elektroda dan pelat,
tetapi tidak sampai mencairkan logam, karena ujung-ujung elektroda didinginkan
dengan air. Ketika aliran listrik dihentikan, logam yang mencair tadi akan
menjadi dingin dan terbentuk sambungan dibawah tekanan gaya elektroda agar
tidak terjadi busur antara elektroda dan sambungan. Siklus pengelasan titik
dimulai ketika elektroda menekan plat dimana arus belum dialirkan. Waktu
proses ini disebut waktu tekan (squeeze time). Setelah itu arus dialirkan ke
elektroda sehingga timbul panas pada pelat di posisi elektroda sehingga
terbentuk sambungan las. Waktu proses ini disebut waktu pengelasan (heat or
weld time).

Setelah itu arus dihentikan namun tekanan tetap ada dan proses ini

disebut waktu tenggang (hold time). Kemudian logam dibiarkan mendingin


sampai sambungan menjadi kuat dan tekanan di hilangkan dan plat siap
dipindahkan untuk selanjutnya proses pengelasan dimulai lagi untuk titik yang
baru. Peralatan mesin las titik ada tiga jenis yaitu :

1) Mesin las titik tunggal stasioner

2) Mesin las titik tunggal yang dapat dipindahkan dan

3) Mesin las titik ganda.

Mesin las stasioner dapat dibagi lagi atas jenis :

1. Jenis tekanan langsung.

2. Jenis lengan ayun merupakan jenis yang sederhana dan mempunyai


kapasitas kecil.

Las titik menggunakan panas dari arus listrik dan besarnya panas dapat di

hitung dengan menggunakan rumus :

Q = I R t

Dengan:

Q = jumlah panas yang dihasilkan (Joule)

I = kuat arus listrik (Ampere)

R = resistansi (ohm)

t = waktu pengelasan (detik)

2.4. Cara Melakukan Las Titik


Spot welding merupakan proses pengelasan tahanan yang paling
banyak digunakan dalam aplikasi di seluruh dunia. Proses pengelasan ini secara
umum dapat ditunjukkan seperti Gambar.

Skema dari proses spot welding. R1- R5 resistansi antara Elektrodabenda kerja, R2 dan R4-benda kerja, R3-resistansi antar permukaan Panas yang
dihasilkan pada dasarnya tergantung pada besarnya arus listrik dan waktu yang
digunakan serta sifat tahanan listrik dari material diantara elektroda. Menurut
hukum Joule's, yang dinyatakan oleh persamaan di bawah, Q adalah panas yang
dihasilkan, I adalah kuat arus dan t adalah waktu saat arus listrik mengalir:

Q = I2Rt .........(1)

Pembentukan nugget las tergantung pada panas yang diberikan dan


panas dissipasi pada elektrode dan benda kerja. Secara matematis dapat
menuliskan hubungan antara panas yang dihasilkan Q G dengan panas yang
dibutuhkan QN serta losses selama pengelasan QL sebagai berikut:

QG=QN + QL ........(2)

Dimana, QG adalah panas yang dihasilkan,QN adalah total panas


yang dibutuhkan untuk membentuk nugget las, dan Q L adalah heat losses yang
dihantarkan melalui benda kerja dan elektrode dimana ditentukan oleh besarnya
konduktifitas termal bahan, bentuk geometri benda kerja dan elektrode. Jika
diasumsikan QL = f.QN, maka persamaan 2 menjadi:

QG = (1+f)QN........(3)

Dimana f merupakan ratio yang ditentukan oleh besarnya


perbandingan antara QL dan QN, dan panas yang dihasilkan menurut persamaan
1 adalah Q= I2Rt, dimana panas yang dihasilkan tergantung oleh parameter las
(welding current dan welding time) dan resistifitas bahan serta bentuk geometri
benda kerja, maka total panas yang dibutuhkan untuk membentuk nugget las
meliputi: pertama untuk memanaskan logam las hingga mencapai titik leleh dan
kedua untuk mencairkan logam las hingga membentuk logam las (faktor lain
seperti over heat pada logam cair diabaikan untuk analisis) sehingga:

QN =qNV = (CpT+H)V .......(4)

Dimana, qN total panas untuk membentuk nugget las per unit


volume, densitas dari logam las, Cp panas spesifik, T kenaikan temperatur
dari temperatur ruang hingga titik leleh, V volume nugget las, dan H panas
laten dari fusi per unit volume. Dengan mengkombinasikan persamaan 3 dan 5
maka didapatkan hubungan:

I2 t = (1+f) V ..................(5)

Adapun proses pengelasan tahanan ini terdiri dari tiga langkah atau
tahap yaitu tahap squeezing, welding dan holding seperti yang ditunjukkan pada
Gambar.

Siklus resistance spot welding dimana tahap-tahapnya dapat dijelaskan


sebagai berikut:

1. Tahap 1 merupakan kondisi awal dimana kedua bahan belum dijepit oleh
kedua elektroda.
2. Tahap 2 merupakan tahap Squeezing terdiri dari penerapan gaya
pengelasan untuk benda kerja sehingga mendapatkan jumlah tekanan
yang sesuai, sebelum pengelasan.
3. Tahap 3 dan 4 merupakan tahap pengelasan dimana selama tahap ini arus
listrik mengalir melalui benda kerja, sedangkan gaya pengelasan
dipertahankan, sehingga menghasilkan panas.
4. Dalam tahap 5 yaitu holding time arus listrik sudah dimatikan dan gaya las
dipertahankan, sehingga memungkinkan lasan tetap tertekan dan
mengalami pendinginan di bawah tekanan.
5. Tahap 6 merupakan tahap akhir ketika nugget las sudah terbentuk.

Mesin las titik dilengkapi dengan beberapa alat pengatur seperti :

1. Pengatur arus
2. Pengatur waktu
3. Pengatur kuatnya penekanan elektroda

Pemilihan bentuk-bentuk elektroda yang tepat, sangat tergantung pada

bentuk benda kerjaan yang akan dilas. Jadi beberapa las titik dilengkapi dengan
beberapa elektroda yang dapat dipasang sesuai dengan keperluan mesinlas.
Sebelum menggunakan mesin las titik, harus diperhatikan sebagai berikut :
1. Kuasai betul betul cara bekerja dan cara mengatur mesin las titik.
2. Saklar atau tombol penghubung arus harus masah terputus (OFF),
sebelum mesin disambung pada jaringan listrik.
3. Pakailah sarung tangan kulit untuk mengurangi bahaya arus listrik.
4. Pada mesin las yang memakai pendingin air, periksalah selang selang air
pendingin terhadap kebocoran.
5. Lantai yang basah akan menghantarkan arus listrik harus dihindari.

Pengaturan Arus Las

Peringatan : matikan mesin sebelum pengaturan dilakukan.

1. Perhatikan data data pengaturan arus yang terdapat pada mesin, tiap
tebal bahan arusnya akan berbeda.
2. Aturlah arus sesuai dengan yang diperlukan, dengan cara
menghubungkan kontak sumbat(Shorting plug) sesuai dengan petunjuk
pada data data pengaturan.
3. Ada pula mesin las titik yang dilengkapi dengan saklar pengatur arus.

Mengatur Lamanya Waktu Penekanan

1. Perhatikan data data pengaturan waktu, carilah angka angka yang


sesuai dengan tebal bahan yang akan dilas.
2. Putarlah pengatur waktu, perhatikan penunjukan skalanya sampai
menunjukkan angka yang dikehendaki.

Elektroda (Logam Kontak)

Elektroda dibuat dari bahan tembaga, paduan paduan tembaga

atau bahan lain yang lebih keras seperti tungsten. Pada mesin las-titik yang
besar, waktu bekerja, elektroda elektrodanya didinginkan dengan air.
Permukaan ujung ujung elektroda harus rata dan mempunyai ukuran antara
3/6 3/8 , kerusakan pada ujung ujung ini dapat diperbaiki dengan jalan
mengikirnya. Elektroda elektroda dibuat dalam berbagai bentuk disesuaikan
dengan keperluan las-titik.

Pemasangan Elektroda

1. Perhatikanlah terlebih dahulu bahwa mesin masih dalam kondisi mati.


2. Pilihlah bentuk elektroda sesuai bentuk yang pengelasan yang akan
dilakukan
3. Pengelasan yang salah tidak ada gunanya sama sekali.
4. Pemasangan elektroda itu pada lengan pemegannya

5. Aturlah kedudukan elektroda hingga tepat yakni dengan jalan


mencobanya ketika mesin dalam kondisi mati.

Cara Mengelas Titik

1. Bersihkan terlebih dahulu bagian bagian yang akan dilas.


2. Jepitlah pelat pelat tersebut dengan penjepit C atau dengan penjepit
yang lain.
3. Cobalah terlebih dahulu apakah pemasangan elektrodanya sudah tepat
(betul) untuk pengerjaan tersebut, sedangkan mesin harus dalam kondisi
mati.
4. Periksalah pengatutan arusnya, apakah sesuai dengan tebal bahan yang
akan dilas.
5. Periksalah juga pengaturan waktu tekannya.
6. Hidupkan sistem pendingin, perhatikan apakah sistem pendingin berfungsi
dengan baik.
7. Hidupkan mesin las, pastikan lampu power menyala tanda arus sudah
masuk.
8. Tempatkan pelat yang akan dilas di antara kedua elektroda, langkah kedua
ujung pelat yang dekat dengan penjepit dengan cara menginjak pedal ke
bawah (pakailah sarung tangan kulit waktu memegang benda kerja atau
pelat).
9. Lepas penjepit penjepitnya, oleh kedua las titik tersebut sudah dapat
menggantikannya.
10.Kemudian kerjakan bagian bagian yang lain dengan cara yang sama.

Catatan :

1. Bila benda kerja sudah dijepit, bagian yang akan dilas dapat dipegang
dengan tangan yang bersarung kulit.

2. Bagian bagian yang sedang dilas hendaknya jangan sampai bergerak,


maka jepitannya harus betul betul kokoh.
3. Bagi pengelasan titik di tempat yang tidak tercapai elektroda lurus harus
digunakan elektroda bentuk khusus.
4. Bagian lain dari benda kerja jangan menyentuh tangkai elektroda.
5. Supaya titik las tersebut teratur dan baik, berilah tanda tanda.

BAB III
Kesimpulan
3.1Kesimpulan
Mengingat besarnya pengaruh pengelasan bagi kehidupan dan
pesatnya perkembangan teknologi, sehingga mengharuskan untuk
mempelajari tentang pengelasan. Untuk beberapa jenis peralatan atau
perkakas rumah tangga memang tidak membutuhkan keterampilan yang
tinggi untuk membuatnya (menyambungnya). Tetapi untuk sebagian
peralatan yang membutuhkan kekuatan tinggi dan daya tahan terhadap
tekanan yang besar serta menyangkut keselamatan seseorang
memerlukan keterampilan yang tinggi untuk membuatnya serta harus
memahami tentang hal-hal yang bisa mempengaruhi hasil pengelasan.

Anda mungkin juga menyukai