Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Kerja
Praktek
Laporan Kerja Praktek ini telah diterima, disetujui, dan disahkan menjadi syarat
menyelesaikan mata kuliah Kerja Praktek
Disetujui Oleh :
Pembimbing 1 Pembimbing 2
(Perusahaan)
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Mesin
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa Laporan Kerja
Praktek ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah dinyatakan dengan benar.
Oleh
NIM : 2111181083
Bushing merupakan salah satu jenis friction bearing dengan bentuk melingkar seperti
cincin. Bushing ini sejatinya sebuah bantalan yang digunakan sebagai tempat poros
berputar. Sama seperti plain bearing, bushing umumnya juga terbuat dari campuran
tembaga kuningan yang dilapisi logam jenis babit. Contoh bushing jenis ini adalah
bushing untuk king pin yang ada pada knuckle as roda. Bearing (Bantalan) Adalah
Elemen Mesin Yang Menumpu Poros Yang Mempunyai Beban, Sehingga Putaran Atau
Gerakan Bolak-Baliknya Dapat Berlangsung Secara Halus, Aman, Dan Mempunyai
Umur Yang Panjang. Bearing Harus Cukup Kokoh Untuk Memungkinkan Poros
Serta Elemen Mesin Lainnya Bekerja Dengan Baik. Jika Bearing Tidak Berfungsi
Dengan Baik Maka Prestasi Seluruh Sistem Tidak Dapat Bekerja Secara Semestinya.
Dalam pembuatan bushing dimana menggunakan mesin bubut dengan spesikasi
pembuatan dimana kecepatan potong Vc : 80 rpm, Besar pemakanan (f) : 0.2 mm/
putaran,putaran spindel pada facing adalah 400 rpm dan turning 300 rpm. Dan waktu
yang dibutuhkan dalam proses turning yaitu 2,6 menit. Dalam pembuatan bushing ini
menggunakan jenis bahan Baja ST 60 yang dipilih karena merupakan golongan baja
karbon menengah yang mempunyai kandungan karbon 0,4644 %.
Kata kunci : Bushing, Bearing, ST 60, Mesin Bubut,facing,turning.
Bushing is a type of friction bearing with a circular shape like a ring. This bushing is
actually a bearing that is used as a rotating shaft. Just like plain bearings, bushings are
generally also made of a mixture of copper-brass coated with pig-type metal. An
example of this type of bushing is the bushing for the king pin on the knuckle axle.
Bearing (Bearing) Is A Machine Element That Supports A Shaft That Has A Load, So
That The Round Or Back And forth Movement Can Take Place Smoothly, Safely, And
Has A Long Life. Bearings Must Be Sturdy Enough To Allow The Shaft And Other
Machine Elements To Work Well. If the bearing does not function properly then the
performance of the entire system cannot work properly. In the manufacture of bushings
where using a lathe with manufacturing specifications where the cutting speed is Vc: 80
rpm, the feed size (f): 0.2 mm / revolution, the spindle rotation on the facing is 400 rpm
and the turning is 300 rpm. And the time required in the turning process is 2.6 minutes.
In the manufacture of this bushing, ST 60 steel was chosen because it is a medium
carbon steel group which has a carbon content of 0.4644%.
Keywords : Bushing, Bearing, ST 60, Lathe, facing, turning.
Segala puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
nikmat kesehatan baik jasmani maupun rohaniah kepada kita semua sehingga
penyusunan Laporan Kerja Praktek dapat selesai dengan tepat waktu. Dalam hal ini
penulis juga tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Aji Gumilar S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin.
2. Bapak Herry Oktadinata, S.T., M.T selaku Sekretaris Jurusan Teknik Mesin.
3. Beyrra Triasdian, S.Si., M.T. selaku Pembimbing dalam mata kuliah Kerja
Praktek.
4. Bapak Teten Rohimat selaku K.a Assemblying dan Pengurus PT. SUNRISE
ABADI.
5. Dan pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis tuliskan satu persatu dalam
penyusunan laporan Kerja Praktek ini.
Laporan Kerja Praktek ini diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan Mata Kuliah
Kerja Praktek. Dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek ini pastinya banyak terdapat
kesalahan baik isi maupun cara penulisannya. Oleh sebab itu penyusunan sangat
mengharapkan saran dan kritikan yang dapat menyempurnakan Laporan Kerja Praktek
ini.
KATA PENGANTAR...................................................................................................vii
DAFTAR ISI.................................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................x
DAFTAR TABEL...........................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................xii
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................................2
1.4. Pelaksanaan............................................................................................................2
1.5. Kegiatan..................................................................................................................2
3.1 Bantalan..................................................................................................................5
3.2 Bushing.................................................................................................................20
3.4 Grinding................................................................................................................31
3.5 Pengelasan............................................................................................................32
4.1.1 Alat......................................................................................................................32
4.1.3 Bahan...................................................................................................................32
BAB 5 KESIMPULAN.................................................................................................42
5.1 Kesimpulan...........................................................................................................42
5.2 Saran.....................................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................42
LAMPIRAN...................................................................................................................42
2. Mengetahui peralatan yang diperlukan dalam proses pembuatan Bushing dan produk
lain di PT Sunrise Abadi.
3. Mengetahui proses pembuatan Bushing Bearing di PT Sunrise Abadi
1.4. Pelaksanaan
Nama Instansi : PT. SUNRISE ABADI
Alamat : Jl. Soekarno Hatta No.9 Bandung
Waktu :01.00 WIB – Selesai
1.5. Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan selama kerja Praktek di PT.Sunrise Abadi adalah sebagai
berikut :
1. Metode Wawancara
Melakukan diskusi, Wawancara dengan Engineer Dan Teknisi yang bekerja pada
bagiannya masing-masing
2. Metode Pengamatan
Melihat langsung pada objek yang menjadi pembahasan pada kerja praktek
Website : www.sunriseabadi.blogspot.com
www.ibdyellowpages.com/sunrise
E-mail : www.sunrise_abadi@yahoo.co.id
PT. SUNRISE ABADI ini didirikan pada tahun 1999 dahulunya nama perusahaan
ini adalah PD. Sunrise, setelah 10 tahun tepatnya di tahun 2009 perusahaan ini berganti
nama menjadi PT. SUNRISE ABADI yang terletak di Jl. Soekarno-Hatta no. 9
Bandung, dipilih lokasi ini karena letak pabrik tersebut mempunyai letak yang strategis,
bangunan yang cukup luas dan tidak dekat dengan pemukiman warga, disamping itu
pabrik ini langsung
menghadap ke jalan Soekarno Hatta, dan jalan Gempol Cimahi. Dengan cakupan jasa
penyediaan Spare Part motor dan rekayasa mesin produksi. Pendirian PT. SUNRISE
ABADI ini dimotivasi oleh kesadaran akan kebutuhan alat untuk mendukung setiap
proses pemesinan di industri khususnya industri textile. Kemajuan PT. SUNRISE
ABADI ini didukung pula oleh sejumlah para staff-staff manajemen yang
berpengalaman, ahli-ahli teknik, teknisi-teknisi terampil, pekerja yang terlatih dan
dilengkapi dengan berbagai macam alat-alat pemesinan yang berkualitas. Berkat
kemampuan manajemen dan pengalaman yang ada, kami telah mampu untuk menjaga
reputasi yang baik dengan menyelesaikan proyek-proyek konstruksi pemesinan.
1. Direktur
2. Ka. Machining
3. Bertindak untuk mengecek mesin agar mengetahui mesin tersebut masih layak
dipakai.
3. Ka. Assembling
4. Ka. Plating
1. Memimpin dan mengarahkan pada bagian plat yang akan di potong ke mesin –
2. Mengarahkan kepada para pekerja untuk membuat produk apa yang dibuat
5. Marketing
& marketing.
6. Administrasi
7. Bagian Keuangan
keuangan perusahaan.
8. Bagian Material
5. Membuat surat jalan untuk material yang dibawa keluar lokasi pabrik
9. Bagian Drafter
2. Bertanggung jawab apabila terjadi kendala baik itu dari bahan material
ataupun pekerja pada perusahaan tersebut.
3.1 Bantalan
Bearing (Bantalan) Adalah Elemen Mesin Yang Menumpu Poros Yang
Mempunyai Beban, Sehingga Putaran Atau Gerakan Bolak-Baliknya Dapat
Berlangsung Secara Halus, Aman, Dan Mempunyai Umur Yang Panjang. Bearing
Harus Cukup Kokoh Untuk Memungkinkan Poros Serta Elemen Mesin Lainnya Bekerja
Dengan Baik. Jika Bearing Tidak Berfungsi Dengan Baik Maka Prestasi Seluruh Sistem
Tidak Dapat Bekerja Secara Semestinya (Sularso,2002).
Sejarah Penggunaan Bantalan Untuk Mengurangi Efek Gesekan Dapat Ditelusuri
Dari Hasil Penemuan Kereta Sederhana Yang Telah Berumur 5000 Tahun Di Euphrates
Didekat Sungai Tigris. Penggunaan Bantalan Yang Lebih Maju Terlihat Pada Kereta
Celticsekitar 2000 Tahun Yang lalu.
Dalam Sejarah Modern, Desain Dan Penggunaan Bearing Yang Terdokumentasi
Dengan Baik Dimulai Oleh Leonardo Davinci. Dia Menggunakan Roller Bearing
Untuk Kincir Angin Dan Penggilingan Gandum. Paten Pertama Tentang Bearing
Didaftarkan Di Perancis 400 Tahun Kemudian. Selanjutnya Katalog Bearing Pertama
Di Dunia Diterbitkan Di Inggris Pada Tahun 1900. Saat Ini, Penggunaan Bearing
Sebagai Komponen Anti Gesek Telah Digunakan Secara Luas Dengan Variasi Ukuran,
Variasi Beban, Variasi Putaran Yang Sangat Lebar. Contoh Penggunaan Bantalan
Untuk Peralatan berat Dipertambangan (Shigley,1983)
c) Bantalan Luncur
Bantalan luncur Yang Sering Disebut Slider Bearing Atau Plain
Bearing Menggunakan Mekanisme Sliding, Dimana Dua Permukaan
Komponen Mesin Saling Bergerak Relatif. Diantara Kedua Permukaan
Terdapat Pelumas Sebagai Agen Utama Untuk Mengurangi Gesekan Antara
Kedua Permukaan. Slider Bearing Untuk Beban Arah Radial Disebut Journal
Bearing Dan Untuk Beban Arah Aksial Disebut Thrust Bearing.
Slider Bearing Memerlukan Geseran Langsung Dari Elemen Yang
Membawa Beban Pada Tumpuannya. Hal Ini Berbeda Dengan Rolling-
Element Bearings Dimana Bola Atau Roller Dipasang Diantara Dua
Permukaan Geser. Slider Bearing Atau Sering Juga Disebut Plain Bearing
Terdiri Atas Dua Jenis. Journal Atau Sleeve Bearing, Yang Bentuknya
Silindris Dan Menahan Beban Radial (Yang Tegak Lurus Terhadap Sumbu
Poros).
Pada Kasus Poros Yang Berputar, Bagian Poros Yang Berkontak
Dengan Bantalan Disebut Journal. Bagian Yang Datar Pada Bantalan Yang
Melawan Gaya Aksial Disebut Thrustsufaces. Bearing Ini Sendiri Dapat
Disatukan Dengan Rumah Atau Crankcase. Tetapi Biasanya Berupa Shell
Tipis Yang Dapat Diganti Dengan Mudah Dan Yang Menyediakan
Permukaan Bantalan Yang Terbuat Dari Material Tertentu Seperti Babbit
Atau Bronze. Ketika Proses Bongkar Pasang Tidak Memerlukan Pemisahan
Bantalan, Bagian Tertentu Pada Bantalan Dapat Dibuat Sebagai Sebuah
Dinding Silindris Yang Ditekan Pada Lubang Dirumah Bantalan. Bagian
Bantalan Ini Disebut Sebagai Bushing (Sularso,2002).
d) Bantalan Gelinding
Bantalan Gelinding Menggunakan Elemen Rolling Untuk Mengatasi
Gesekan Antara Dua Komponen Yang Bergerak. Diantara Kedua Permukaan
Ditempatkan Elemen Gelinding Seperti Misalnya Bola, Rol, Taper Dan Lain
Lain. Kontak Gelinding Terjadi Antara Elemen Ini Dengan Komponen Lain
Yang Berarti Pada Permukaan Kontak Tidak Ada Gerakan Relatif.
Jenis Ini Mempunyai Dua Alur Pada Satu Cincin Yang Biasanya
Terpisah. Efek Dari Pemisahan Ini, Cincin Dapat Bergerak Aksial
Dengan Mengikuti Cincin Yang Lain. Hal Ini Merupakan Suatu
Keuntungan, Karena Apabila Bearing Harus Mengalami Perubahan
Bentuk Karena Temperatur, Maka Cincinya Akan Dengan Mudah
Menyesuaikan Posisinya. Jenis Ini Mempunyai Kapasitas Beban Radial
Yang Besar Pula Dan Juga Cocok Untuk Kecepatan Tinggi.
3. Comformability
Adalah kemampuan bahan bantal utnuk mengakomodasi lendutan poros
atau ketidak akuratan bantalan oleh deformasi plastik (creep).
4. Embedd ability
Adalah kemampuan bahan bantalan untuk mengakomodasi partikel kecil
dari debu,pasir dll.
5. Tahan korosi
Bahan bantalan tidak boleh menimbulkan korosi akibat pelumasan. Properti
ini sangat penting didalam mesin pembakaran dimana pelumas yang sama
digunakan untuk melumasi dinding silinder dan bantalan.
6. Thermal konduktivitas
Bahan bantalan harus memiliki konduktivitas yang tinggi sehingga
memungkinkan perpindahan panas yang cepat yang dihasilkan pada saat
gesekan.
7. Ekspansi thermal
Bahan bantalan harus memiliki koefisien ekspansi thermal rendah, sehingga
ketika bekerja dengan suhu yang berbeda-beda, tidak ada perubahan bahan
yang diakibatkan perubahan suhu.
Untuk mendapatkan semua sifat diatas sulit didapatkan dalam bahan
bantalan tertentu, dimana bahan yang digunakan pada prakteknya tergantung
pada kebutuhan dari kondisi pemanfaatan bantalan. Sehingga pemilihan bahan
untuk setiap aplikasi harus berdasarkan analisis, tabel berikut menunjukan
perbandingan dari beberapa sifat yang lebih umum bahan bantalan logam
3.2 Bushing
Bushing merupakan salah satu alat yang digunakan untuk menggantikan bearing
atau bantalan dalam penahanan suatu poros. jenis friction bearing dengan bentuk
melingkar seperti cincin. Bushing ini sejatinya sebuah bantalan yang digunakan sebagai
tempat poros berputar. Sama seperti plain bearing, bushing umumnya juga terbuat dari
campuran tembaga kuningan yang dilapisi logam jenis babit. Contoh bushing jenis ini
adalah bushing untuk king pin yang ada pada knuckle as roda.
membalik arah gerak putaran (arah putaran berlawanan putaran jam) dan
posisi kebawah berarti gerak searah jarum jam.
15. Eretan Lintang
Eretan lintang sebagaimana berfungsi untuk menggerakkan pahat
melintang alas mesin atau arah kedepan atau kebelakang posisi operator
yaitu dalam pemakanan benda kerja. Pada roda eretan ini juga terdapat
dial pengukur untuk mengetahui berapa panjang langkah gerakan maju
atau mundurnya pahat. Ukuran mesin bubut ditentukan oleh panjangnya
jarak antara ujung senter kepala lepas dan ujung senter kepala tetap.
Mesin bubut mampu melakukan pembubutan hingga 100 mm.
Keterangan:
d : diameter benda kerja (mm)
n : putaran mesin/benda kerja (putaran/menit - Rpm)
π : nilai konstanta = 3,14
Kecepatan potong untuk berbagai macam bahan teknik yang umum dikerjakan
pada proses pemesinan, sudah diteliti/diselidiki para ahli dan sudah dipatenkan
kecepatan potong. Sehingga dalam penggunaannya tinggal menyesuaikan antara
jenis bahan yang akan dibubut dan jenis alat potong yang digunakan. Sedangkan
untuk bahan-bahan khusus/spesial, tabel Cs-nya dikeluarkan oleh pabrik pembuat
bahan tersebut. Pada tabel kecepatan potong (Cs) juga disertakan jenis bahan alat
potongnya. Yang pada umumnya, bahan alat potong dikelompokkan menjadi dua
macam, yaitu HSS (High Speed Steel) dan karbida (carbide). Pada tabel tersebut
menunjukkan bahwa dengan alat potong yang bahannya karbida, kecepatan
potongnya lebih besar jika dibandingkan dengan alat potong HSS.
Karena satuan kecepatan potong (Cs) dalam meter/menit sedangkan satuan diameter
benda kerja dalam milimeter, maka satuannya harus disamakan terlebih dahulu yaitu
dengan mengalikan nilai kecepatan potongnya dengan angka 1000 mm. Maka rumus
untuk putaran mesin menjadi;
Keterangan :
d : diameter benda kerja (mm)
Cs : kecepatan potong (meter/menit)
π : nilai konstanta = 3,14
memerlukan hasil pemukaan yang halus (waktu pembubutan lebih cepat), dan pada
proses penyelesaiannya/finising digunakan kecepatan pemakanan rendah dengan
tujuan mendapatkan kualitas hasil penyayatan yang lebih baik sehingga hasilnya
halus (waktu pembubutan lebih cepat). Besarnya kecepatan pemakanan (F) pada
mesin bubut ditentukan oleh seberapa besar bergesernya pahat bubut (f) dalam
satuan mm/putaran dikalikan seberapa besar putaran mesinnya dalam satuan putaran.
Maka rumus untuk mencari kecepatan pemakanan (F) adalah ;
F = f x n (mm/menit).
Keterangan:
f = besar pemakanan atau bergesernya pahat (mm/putaran)
n = putaran mesin (putaran/menit)
L = ℓa+ ℓ (mm)
F = f.n (mm/menit)
Keterangan:
f = pemakanan dalam satau putaran (mm/put)
n = putaran benda kerja (Rpm)
ℓ = panjang pembubutan rata (mm)
la = jarak star pahat (mm)
L = panjang total pembubutan rata (mm)
F = kecepatan pemakanan mm/menit
Untuk nilai kecepatan pemakanan (F), dengan mengacu pada uraian sebelumnya F=
f.n (mm/putaran). Berdasarkan prinsip-prinsip yang telah diuraikan diatas, maka
perhitungan waktu pemesinan bubut muka (tm) dapat dihitung dengan rumus:
Keterangan:
d = diameter benda kerja
f = pemakanan dalam satu putaran (mm/putaran)
3.4 Grinding
Grinding adalah proses pengurangan ukuran partikel bahan olahan dari bentuk
besar/kasar di ubah menjadi ukuran yang lebih kecil. Untuk itu yg namanya grinding
adalah proses pemecahan atau penggilingan. Sizing penggilingan. Sizing adalah proses
adalah proses penyamarataan ukuran dalam ayakan sesuai dengan ukuran yang
dikehendaki sehingga ukuran partikel menjadi homogen. Proses grinding dan sizing
banyak digunakan dalam industri diantaranya proses penghancuran batu-batuan, bijih,
pembuatan tepung, pembuatan pembuatan obat-obatan dll (Sularso,2002).
Zat padat dapat diperkecil dengan berbagai cara, namun hanya ada empat cara
saja yang lazim digunakan dalam mesin pemecah penghalus. Cara itu ialah:
1. Kompresi (tekanan) : Pada umumnya kompresi digunakan untuk pemecahan kasar
zat padat keras, dengan menghasilkan relatif sedikit keras, dengan menghasilkan
relatif sedikit halusan.
2. Impact (pukulan) : Pukulan menghasilkan hasil yang berukuran kasar sedang dan
halus.
3. Atsiri (gesekan) : Atsiri menghasilkan hasil yang sangat halus dari bahan yang
lunak dan tak abrasif.
4. Pemotongan : Pemotongan memberikan hasil yang ukurannya pasti, dan kadang-
kadang juga bentuknya dengan hanya sedikit dan tak ada halusan sama sekali.
Mesin pemecah atau penghancur adalah mesin berkecepatan mesin lambat yang
digunakan untuk membuat pecahan kasar zat padat dalam jumlah besar. Jenis-jenis
mesin pemecah dan penghalus zat padat ialah :
1. Mesin-mesin rahang ( jaw crusher )
2. Mesin pemecah giratori atau pemecah kisar ( gyratory crusher rusher )
3. Mesin pemecah roi (crushing rolls)
3.5 Pengelasan
Pengelasan adalah suatu proses menyatukan 2 buah logam atau lebih menjadi suatu
bentuk sambungan dengan menggunakan proses panas. Panas tersebut diperlukan untuk
mencairkan bagian logam yang akan disambung dengan elektroda sebagai bahan
tambah atau filler (Suwahyo 2011). Elektroda yang berfungsi sebagai bahan pengisi
mencair bersama dengan benda kerja dan setelah dingin akan menjadi satu kesatuan
yang sukar dipisahkan dan membentuk paduan logam las atau weld metal . Pada saat
logam las masih berupa cairan selanjutnya pelan – pelan akan membeku selalu
dilindungi oleh terak atau slang yang berfungsi melindungi logam las dari oksidasi
udara luar agar kualitas logam las dapat terjaga. Terak atau slang dibentuk dari bahan
salutan pada elektroda. Kualitas dari sambungan las inilah yang akan membentuk
kualitas dari sebuah sambungan las. Karena kerapatan terak lebih kecil dari logam las
yang mencair, terak biasanya berada pada permukaan dan dapat dihilangkan dengan
mudah setelah dingin, namun pendinginan sambungan yang terlalu cepat dapat menjerat
terak sebelum naik ke permukaan.
Penerapan pengelasan SMAW dalam kehidupan sehari – hari sangat luas. Hal ini
dapat kita temukan melalui banyaknya barang atau benda hasil dari penerapan
pengelasan SMAW yang berupa perbaikan, pengerjaan konstruksi, dan sebagainya.
Dalam kenyataan memang masih banyak ditemukan adanya kekurangan disana – sini
yang menyangkut masalah kualitas dari hasil las itu sendiri. Misalnya masalah korosi,
retak, deformasi dan sebagainya namun hal itu tidak mengurangi penggunaan
pengelasan SMAW untuk menangani pekerjaan – pekerjaan yang berkaitan dengan
pembuatan suatu konstruksi dengan cara pengelasan.
inilah dapat ditemukan pilihan – pilihan dan keputusan - keputusan yang tepat yang
sangat bermanfaat untuk menangani pekerjaan – pekerjaan las, misalnya tentang
memilih jenis elektroda, jenis salutan, ukuran elektroda, jenis bahan, bentuk alur
sambungan, posisi pengelasan, teknik mengelas, dan sebagainya yang semuanya akan
sangat berpengaruh terhadap efesiensi dan kualitas pekerjaan.
Sampai saat ini las SMAW masih banyak digunakan dan masih menjadi andalan
untuk mengerjakan pekerjaan – pekerjaan konstruksi baik untuk volume besar, sedang,
dan kecil oleh karena itu las jenis ini termasuk perangkat las yang praktis, artinya tidak
memerlukan banyak perangkat, karena itulah sampai saat ini las SMAW masih menjadi
sebuah pilihan (Taufiq,1983).
4.1.3 Bahan
Untuk pembutan bantalan ini Perusahaan PT Sunrise Abadi menggunakan
bahan berjenis baja ST 60. dimana baja ini merupakan golongan baja karbon
menengah yang mempunyai kandungan karbon 0,4644 % Sehingga cocok
digunakan untuk pembuatan bushing.
2. Pemilihan Bahan
Memilih bahan yang cocok untuk pembuatan bushing bearing,
dan baja ST 60 yang dipilih karena merupakan golongan baja
karbon menengah yang mempunyai kandungan karbon 0,4644 %.
3. Pemotongan Baja ST 60
Baja yang sudah ada di potong dengan ukuran 80 mm
4. Pasang Baja ST 60 pada chuck
Memasang baja yang sudah di potong pada chuck mesin bubut
dengan kuat agar tidak terlepas pada saat proses pembubutan
5. Mengukur Dimensi
Ukur dimensi baja ST 60 yang sudah terpasang pada chuck mesin
bubut sesuai dengan dimensi pada bearing
6. Proses machining
Melakukan proses permesinan pada baja st 60 sesuai dengan
ukuran yang di inginkan
7. Pengecekan Dimensi
Setelah dilakukan proses machining, lalu dilakukan proses
pengecekan dimensi kembali, jika dimensi komponen sesuai
dengan gambar kerja maka lepaskan komponen dari chuck mesin
bubut dan jika dimensi komponen belum sesuai dengan gambar
kerja lakukan kembali proses machining sampai dimensi
komponen sesuai dengan gambar kerja.
8. Lepaskan Komponen Pada chuck
Setelah dimensi sesuai dengan gambar kerja lepaskan komponen
dari chuck mesin bubut.
9. Pengelasan
Setelah dilakukan proses pemesinan maka selanjutnya proses
pengelasan dimana bushing di sambung dengan komponen yang
diinginkan
10. Grinding
Dimana dilakukan proses ini untuk menghaluskan komponen agar
tidak kasar dan membahayakan
11. Selesai
Proses pembuatan bearing selesai dan siap digunakan pada
bearing
Gambar 4. 2 Baja ST 60
1000 x 80
n=
3.14 x 20
80000
n= =1273 rpm
62,8
d 20
L= +la= +3=13 mm
2 2
F = f.n = 0,2 x 1273 = 254,6 mm/menit
L 13 mm
tm = = =0,05 menit
F 254,6 mm/menit
untuk proses ini dilakukan sebanyak 20 kali sehingaa waktu yang
dibutuhkan pada proses turning ini ialah 1 menit
Pada proses pembubutan lubang ini dilakukan dengan menggunakan
pahat dalam.
Gambar 4. 4 bearing
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembuatan bushing bearing menggunakan mesin bubut didapat
kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil kerja praktek dan observasi yang dilakukan dimana pembuatan bushing
bearing menggunakan mesin bubut memerlukan waktu 7,86 menit untuk satu kali
pembuatan.
2. Bahan yang digunakan pada proses pembuatan bushing bearing ialah Baja ST 60,
3. Pada proses pemesinan juga dimana disini proses permesinan menggunakan mesin
bubut dari tahap facing sampai turning dilakukan menggunakan mesin bubut ini.
4. selain dengan mesin bubut bushing juga melewati tahap pengelasan untuk
penyambungan dengan roda yang sudah disiapkan dan selanjutnya melakukan
pemasangan bearing kepada bushing tadi.
5.2 Saran
Untuk pembuatan bushing bearing ini di perlukan ketelitian yang tepat agar
bearing dapat di pasang pada bushing dengan ukuran yang sesuai sehingga mengurangi
kerugian produk yang dibuat .
Rochim, Taufiq. 1983. Teori dan Teknologi Proses Pemesinan. Bandung : ITB
Jakarta : Erlangga,.