LINGKUP PEKERJAAN
Termasuk di dalam lingkup pekerjaan Pembangunan Pagar / Pavingisasi TMP
Suropati Kota Batu Tahun Anggaran 2009 ini meliputi :
a.
Pekerjaan Persiapan
b.
Pekerjaan Tanah
c.
Pekerjaan Pondasi
d.
Pekerjaan Dinding
e.
Pekerjaan Plesteran
f.
Pekerjaan Beton
g.
h.
i.
Pekerjaan Pengecatan
j.
Pekerjaan Baja
k.
Pekerjaan Taman
l.
Pekerjaan Lain-lain
PASAL 1
P E K E R J A A N P E R S I A PAN / P E N D A H U L U A N
1.1 Umum
Bagian ini mencakup sebagai sarana pelengkap untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
(a) Mengadakan pengaman lokasi dan segala gangguan.
(b) Mengadakan atau membangun Kantor sementara, Direksi Keet, Gudang dan Barak
kerja.
(c) Mengadakan peralatan, fasilitas dan mesin-mesin pembantu pekerjaan guna menjamin
kelancaran pekerjaan.
(d) Melaksanakan pengukuran guna menentukan duga lapangan dan ukuran-ukuran lainnya
yang berhubungan dengan pekerjaan bangunan ini serta memasang bouwplang.
(e) Menyediakan kotak PPPK dan perlengkapannya.
(f) Jalan masuk ke lokasi proyek.
1.2 Pagar Pengaman
( a ) Pagar pengaman dipasang menutup lokasi pekerjaan dan memberikan ruang gerak
yang cukup hagi pelaksanaan pekerjaan dan kegiatan rutin.
(b) Pagar pengaman harus terpasang kuat dan rapi sampai pekerjaan selesai.
(b)
(i)
(li)
(iii)
(iv)
(v)
(vi)
Kunci pintu
Satu buah meja ukuran 80 x 100 cm dilengkapi dengan laci yang bias dikunci.
(ii)
(iii)
(iv)
Satu papan tulis white hoard ukuran 90 x 190 cm lengkap dengan alat tulis dan
penghapusnya.
(v)
(vi)
(vii)
(viii) Alat alat pengaman terhadap kebakaran dan keamanan kerja lainnya.
(ix)
(c)
Perlengkapan PPPK.
(ii)
Letak direksi keet di dekat pintu masuk, guna lebih mudah dijangkau oleh tamu
maupun pengawasan kedatangan bahan.
(iii)
Tinggi direksi minimal adalah 3 meter dengan ventilasi dan penerangan yang
cukup pada siang hari. Dan untuk malam hari harus dipasang lampu secukupnya.
(iv)
(v)
Segala biaya pembuatan Direksi Keet, Gudang dan Bangsal Kerja menjadi
tanggung jawab dan beban Kontraktor
(vi)
(vii)
Semua bangunan sementara pada waktu selesai pekerjaan harus dibongkar dan
dibersihkan sehingga terlihat rapi.
Dasar untuk pengukuran dan lay out bangunan adalah gambar rencana
(b)
Alat ukur yang digunakan adalah theodolith atau prisma ukur untuk menentukan letak
sudut-sudut bangunan dan pita ukur 30 meter untuk mengukur panjang dan as-as
bangunan.
(c)
(d)
(ii)
(iii)
Paku-paku
(iv)
(e)
Bouwplang merupakan pedoman letak tinggi lantai bangunan dengan permukaan tanah
yang merupakan elevasi + 0.00 m bangunan.
(f)
Hasil pengukuran bouwplang harus dibuat Berita Acara pengukuran vang disetujui
olek Direksi.
(g)
Pada bagian dalam bouwplang, dimana bangunan didirikan, tidak diijinkan untuk
menumpuk tanah, batu kali dan bahan lainnya.
PASAL 2
PEKERJAAN BONGKARAN
2.1 Umum
( a ) Bagian ini mencakup seluruh pekerjaan pembongkaran sebagaimana dituntut oleh
gambar dan Dokumen Kontrak yang berhubungan.
(b)
(c)
(d)
Karena tidak menutup kemungkinan lokasi proyek masih digunakan oleh pihak
pengguna maka kontraktor wajib merencanakan system/tahap pelaksanaan pekerjaan
yang aman sehingga tidak mengganggu pihak pengguna. Rencana sistem pelaksanaan
pembongkaran harus disetujui oleh Konsultan dan Direksi Teknik.
2.2
Syarat-Syarat Pelaksanaan
(a)
Pembongkaran tegel dan dinding harus dilakukan tanpa menimbulkan polusi udara,
sehingga kontraktor wajib menyiram/membasahi setiap bagian yang akan dibongkar
(ii)
Material hasil bongkaran tegel dan dinding tidak boleh digunakan untuk pelaksanaan
konstruksi baru.
(iii) Pembersihan dan pembuangan material hasil bongkaran tegel dan dinding menjadi ,
tanggung jawab kontraktor
(b) Pembongkaran Kusen dan Atap
(i)
Pembongkaran kusen dan atap harus dilakukan dengan hati-hati, dengan menjaga
agar tidak terjadi kerusakan pada material penyusunnya, terutama untuk material
kayu dengan harapan kayu bekas bongkaran yang masih baik kondisinya nantinya
dapat dipergunakan untuk bagian konstruksi yang lain.
(ii)
(iii) Penentuan kondisi kayu masih layak dipakai lagi atau tidak, harus mendapat
persetujuan dari Konsultan dan Direksi Teknik.
PASAL 3
PEKERJAAN TANAH
3.1 Umum
(a) Bagian ini mencakup seluruh pekerjaan tartah sebagaimana dituntut oleh gambar dan
Dokumen Kontrak yang berhubungan.
(b) Sebelum pekerjaan tanah dimulai Kontraktor berkewajiban untuk meneliti semua
Dokumen Kontrak yang berhubungan, pemeriksaan kebenaran dari kondisi pekerjaan,
meninjau pekerjaan dan kondisi-kondisi yang ada, melakukan pengukuran-pengukuran
dan mempertimbangkan seluruh lingkup pekerjaan yang dibutuhkan untuk penyelesaian
dan kelengkapan kegiatan.Pengukuran harus ditakukan dengan alat ukur Theodolit atau
sejenisnya yang sobelum dipakai harus diperiksaldisetujui Direksi Teknik.
(c) Kontraktor harus mempertimbangkan hambatan yang mungkin terjadi pada kondisi
lapisan bawah tanah, walaupun telah dilakukan penyelidikan tanah oleh Konsultan
Perencana bilamana perlu, berdasarkan pertimbangan dan tanggung jawabnya,
Kontraktor diperkenankan untuk melaksanakan penyelidikan tanah tambahan atas biaya
sendiri dan melalui persetujuan tertulis dari Direksi Teknik.
(d) Tanah atau site diserahkan kepada Kontraktor dalam rangka pelaksanaan pembangunan
ini seperti apa adanya seluruh pekerjaan pembersihan dan penyesuian ketinggianketinggian halaman/lantai, sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor
3.2 Uraian
(a) Pekerjaan Galian dan Pengeboran
(i)
(ii)
Urugan tanah bekas lubang galian dan dibawah lantai untuk peninggian permukaan.
(ii)
Syarat-Syarat Pelaksanaan
(i) Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus membersihkan atau meratakan tanah
tersebut, termasuk sebelumnya juga membersihkan kotoran-kotoran dan segala
macam tanaman sampai keakar-akarnya.
(ii) Selama pelaksanaan penggalian, harus dibersihkan juga bekas-bekas akan pokok
kayu, longsoran atau benda-benda yang dapat mengganggu konstruksi pondasi.
(iii) Pekerjaan penggalian untuk pondasi tidak boleh dimulai sebelum papan dasar
pelaksanaan bauwplank terpasang
(iv) Galian tanah pondasi harus dibuang diluar bouwplank dan diratakan diluar
sedernikian rupa hingga tidak mudah gugur kembali ke dalam lubang parit pondasi.
(v) Kedalaman galian pondasi minimal sesuai gamban atau telah mencapai tanah
keras. Yang dimaksud dengan tanah keras adalah tanah dengan kemampuan daya
dukung 1 kg/cm2, hal-hal yang menyimpang akan diperhitungkan sebagai
pekerjaan lebih atau kurang
(vi) Apabila sampai kedalaman tersebut pada point (v) belum mendapatkan tanah keras,
maka Kontraktor harus menghentikan pekerjaan galian dan dikonsultasikan dengan
Direksi dan Konsultan Perencana untuk mendapatkan pemecahan sebaik-baiknya
(vii)Apabila dalam melaksanakan penggalian kedalaman galian pada tanah keras lebih
dalam, dan untuk mendapatkan kedalaman yang sesuai dengan kedalaman yang
dimaksud dalam gamban maka Penyesuaian kedalaman dilakukan dengan
menggunakan beton tumbuk tanpa biaya tambahan dari Pemberi Tugas.
(viii) Pada galian tanah yang mudah longsor Kontraktor harus mengadakan tindakan
pencegahan dengan memasang penahan atau cara lain yang disetujui Direksi.
(ix) Dalam pelaksanaan penggalian, pemasangan pondasi dan pekerjaan lain didalam
galian harus dihindarkan dari genangan air Untuk itu Kontraktor harus
menyediakan pompa air dengan jumlah yang cukup untuk menunjang kelancaran
pekerjaan tersebut.
(b)
Pekerjaan urugan/timbunan
(i)
Tanah yang akan diurugkan harus dalam keadaan terurai, bukan merupakan
bongkahan-bongkahan tanah agar mudah dipadatkan.
(ii)
(iii) Dalam pelaksanaan pengurugan terutama pasir dibawah lantai, Kontraktor harus
memperhatikan tingkat kepadatannya, sehingga tidak akan terjadi penurunan lantai
akibat konsolidasi urugan.
(iv) Semua urugan termasuk sirtu dan pasir urug harus bebas dari batu-batuan dan
benda lainnya yang dapat merugikan.
(v)
(vi) Pengukuran volume urugan harus sesuai dengan gambar rencana dalam satuan m 3.
(vii) Tanah urug yang tidak terpakai termasuk tanah bekas galian harus segera diratakan
pada tempat yang telah ditentukan oleh Kontraktor dan disetujui oleh Direksi.
PASAL 4
PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN
4.1 Umum
(a) Pekerjaan Pasangan Pondasi Batu Kali
(i) Pasang aanstamping dibawah pondasi batu kali sebagai landasan pondasi.
(ii) Pasang pondasi dan umpak batu kali dengan campuran perekat 1 PC : 4 Pasir
(b) Pekerjaan Pasangan Bata
(i) Pasangan batu merah trassam dilaksanakan dengan campuran 1 PC : 2 Pasir pada:
Semua tembok kamar mandi/WC dan Urinoir setinggi 1,50 in dari lantai.
Pasangan batu merah untuk bak air pada kamar mandi/WC, septictank dan
groundtank.
Tempat-tempat lain yang senantiasa herhubungan dengan air dan yang dianggap
perlu oleh Direksi.
(ii)
(ii) Plesteran dan benangan sudut beton dengan campuran 1 PC : 3 Pasir dilaksanakan pada
semua pekerjaan beton yang nampak.
(iii) Plesteran dinding bata dengan campuran 1 PC: 4 Pasir dilaksanakan pada semua
dinding batu merah yang tidak disebutkan pada ayat a.1 dan a.2. diatas.
(iv) Benangan sudut, dengan campuran bagian campuran 1 PC : 2 Pasir selebar 5 cm dari
sudut pasangan tembok dan beton yang dimaksudkan diatas.
(v) Acian dengan menggunakan air PC, setelah agak kering, permukaan acian digosok
dengan kertas semen.
4.2 Bahan-Bahan
(a) Batu bata
(i) Batu bata Hat produksi lokal kualitas baik, pembakaran harus baik/dengan kayu bakan
ukuran tiap unit harus sama, bersudut runcing dan rata, tanpa cacat/retak atau
mengadung kotoran dan memenuhi persyaratan PUBB 73N1-3.
(ii) Mempunyai rusuk-rusuk yang tajam dan siku, bidang sisinya datan padat dan tidak
menunjukkan retak-retak
(iii) Apabila dilakukan pemeriksaan dengan menggoreskan ujungnya pada rusuk yang
panjang pada bidang keras dan kasar sepanjang 1 meter, maka panjangnya berkurang
akibat aus maksimum 1 cm.
(b) Batu kali
(i) Batu kali yang digunakan adalah jenis batu kali dengan kualitas baik dan sesuai dengan
standar
(ii) Batu kali adalah dengan ukuran 5/20, utuh, tidak porous.
(iii) Apabila merupakan batu yang dipecah harus bersudut runcing dan tajam
(c) Pasir
Pasir yang digunakan harus pasir yang berbutir tajam dan keras
(d) Semen Portland
Semen untuk pekerjaan batu dan plesteran sama dengan semen yang digunakan
untuk pekerjaan beton,
4.3 Syarat-Syarat Pelaksanaan
(a) Pasangan Batu Bata
(i)
Sebelum dipasang, bata harus direndam air sampai jenuh sehingga dapat
melekat dengan sempurna dan batu bata yang pecah tidak lebih dari 10 %,
kemudiaan pemasangannya dalam sehari tidak lebih dari 1.00 m tingginya
dan pemasangan harus lurus dengan bubungan (verhand) yang baik tegak
lurus siku dan rata, ketebalan sesuai gambar
(ii)
Untuk pasangan batu bata dengan luasan lebih dari 12 m2 harus dipasang
kolom praktis dari beton apabila dengan sistem kerangka beton dengan
campuran (spesi) 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr besi tulangan 4 0 12 mm dan beugel 0
8-20 cm, juga pada lubang tembok diatas kusen yang bentangnya lebih dari
1.20 m diberi balok latei beton bertulang berukuran 15/20 cm (sesuai
dengan gambar)
(iii) Semua adukan yang berserakan pada saat pemasangan harus segera
dibersihkan dan dibuang, pada had yang sama setelah pasangan selesai
semua voeg/siar diantara pasangan batu bata harus dikeruk sedalam 1 cm
pada bagian luar dan dalam.
(iv) Pemasangan perancah (andang-andang) tidak boleh dipasang dengan
menembus tembok.
(v)
(ii)
(iii) Kemudian rongga-rongga antara batu pada aanstamping diisi pasir urug dan
diberi air hingga padat.
(iv) Pondasi batu kali dipasang diatas aanstamping dengan bentuk dan ukuran
sesuai gambar
(v) Sebelum dipasang batu untuk pondasi harus dibasahi dengan air secukupnya
sehingga dapat melekat dengan sempurna.
(vi) Untuk patokan bentuk pasangan batu pondasi harus dipasang profil-profil
dari bambu atau kayu pada setiap 3 meter pada pemasangan memanjang
lebih besar dari 8 meter sehingga tarikan benang untuk patokan memanjang
tidak melendut yang berakibat pasang tidak rata.
(vii) Pasangan pondasi yang tampak diluar tanah, permukaan pondasi harus
diberapen.
(c) Plesteran Dinding
(i)
(ii)
Plesteran dinding biasa adukan 1 Pc : 3 Ps dan plesteran trassram dan sudutsudut/sponing adukan adukan 1 Pc : 3 Ps. Tebal plesteran paling sedikit/tipis 1:50
cm dan paling tebal 2,00 cm dan harus mempunyai kuat tekan minimal 30 kg
/cm` untuk benda uji kubus yang berusuk 5 cm, pada umur 28 hari.
(iii) Dinding yang telah diplester harus selalu dibasahi sekurang-kurangnya dalam 7
(tujuh) hari. Hal ini dilaksanakan untuk mencegah pengeringan plesteran sebelum
waktunya.
(iv) Untuk menghindari terjadinya retak-retak rambut pada plesteran tembok/beton,
pelaksanaan ondrogan/acian semen tidak dilaksanakan sebelum plesteran betulbetul kering sesua.i petunjuk Direksi Teknik.
(v)
(vi) Plesteran untuk dinding yang akan dicat tembok, penyelesaian terakhir harus
digosok dengan amplas bekas pakai atau kertas zak semen. Sponing harus rata,
siku dan tajam pada sudutnya
(d) Plesteran Beton
(i)
Semua permukaan, beton yang akan diplester harus dibuat kasar dahulu dengan
cara dibeteli/dibuat kasar (tetapi tidak boleh sampai kelihatan tulangannya)
kemiudian dibersihkan dan disaput dengan air semen agar plesteran dapat
melekat.
(ii)
Tebal plesteran beton maximal rata-rata 10 mm. Untuk beton kolom, digunakan
perbandingan campuran 1 Pc : 3 Ps.
Semua pekerjaan plesteran, baik plesteran beton maupun plesteran dinding tembok harus rata,
harus merupakan satu bidang tegak lurus dan siku, pekerjaan plesteran yang telah selesai harus
bebas dari retak-retaklnoda-noda dan cacat lainnya.
Pekerjaan plester dilaksanakan setelah pekerjaan struktur/pelat lantai selesai dilaksanakan dan
sebelum pelaksanaan plesteran dilaksanakan, jalur-jalur instalasi air/listrik, dan lainlainnya harus
dilaksanakan terlebih dahulu termasuk yang masuk dalam baton yang dilaksanakan sesuai
dengan rencana.
Pekerjaan ondrongan langsung jadi plamuran di dalam rangka mempercepat/proses pelaksanaan
dilapangan, Kontraktor di dalam hal pekerjaan ondrongan dapat melaksanakan dengan
ketentuan-ketentuanipersyaratan sebagai berikut :
(i) Bahan baku yang dipakai :
PC Putih
Alkasit
Meel 5.000 (Calsium carbonat)
Lem fiber putih
Air secukupnya
(ii) Ukuran bahan dan cara pemakaian:
Untuk dinding luar
1 Kg lem : 3 Kalsium + berat lem Pc putih diaduk dan ditambah air secukupnya
Untuk dindmg dalam:
1 Kg Iem : 3 Kalsium diaduk dan ditambah air secukupnya
Alat yang digunakan.
Trowel (semakin klasut/plat), baik setebal 2 mm Semakin lentur semakin baik.
Effesiensi dari pelaksanaan plesteran sebagaimana disebutkan tanpa melakukan pekerjaan
plamuran dan sebagainya, relatif dapat menghemat waktu, bahan dan upah kerja.
PASAL 5
PEKERJAAN BETON
5.1 Umum
(a) Pekerjaan ini mencakup semua pekerjaan beton yang diminta menurut Dokumen
Kontrak. Kecuali untuk ketentuan lain, maka untuk ketentuan pekerjaan beton ini
dipakai PBI 1971
(b) Beton Bertulang (struktural)
(i)
(II)
Mutu beton struktural adalah K-I 75 dengan tegangan ijin 60 kg/cm 2 untuk
pekerjaan konstruksi yang harus mengikuti persyaratan-persyaratan yang
tercantum dalam PBI 1971 dengan pengawasan yang ketat terhadap mutu
dengan keharusan untuk memeriksa kekuatan tekan beton secara kontinue
berupa pemeriksaan benda-benda uji melalui laboratorium yang ditunjuk atas
beaya Kontraktor
(iii)
Pada prinsip pengujian beton mengikuti persyaratan yang ditentukan dalam PBI 71
dan sesuai petunjuk/instruksi dari Direksi.
(e) Dalam hal penggunan beton fabrikasi atau ready mix concrete, diperbolehkan, namun
harus seijin tertulis kepada Direksi dan Konsultan Pengawas dengan menyebutkan
dimana dan kaoan serta dengan spesifikasi apa beton tersebut dibuat, untuk
memudahkan pengawasan mutu beton yang dibuat.
5.2 Bahan-Bahan
Bahan-bahan campuran beton berupa PC, agregat halus dan agregat kasar Kontraktor harus
mengajukan lebih dulu contoh-contoh yang memenuhi syarat-syarat dari berbagai sumber
(tempat pengambilan).
(a) Semen
(i) Jenis semen Pc yang dipakai memenuhi ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat
yang telah ditentukan dalam NI. 8 - 1969 dan sebagai pedornan dalam makai
semen merk Pc Type I produksi Gresik/setaraf dan sesuai standard SII.
(ii) Semen yang didatangkan ke tempat pekerjaan harus baik dan baru serta didalam
kantong-kantong semen yang masih utuh tanpa sobekan-sobekan.
(iii) Penyimpanan semen dalam gudang harus dilakukan diatas lantai panggung
minimal 20 cm diatas tanah.
(iv) Semen yang dipakai harus selalu diperiksa oleh Direksi sebelumnya.
(v) Semen yang mulai mengeras harus segera dikeluarkan dari lapangan/lokasi.
(b)Bahan Agregat Beton
(i) Agregat halus (Pasir).
Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alami atau pasir buatan yang
dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu dengan syarat susunan diameter butirnya
memenuhi pasal 3.3. PBI 1971 (N1-2).
Agregat halus terdiri dari butir-butir yang tajam keras, bersih dari kotoran-kotoran bahan kimia, bahan-bahan organik serta bersifat kekal.
Agregat halus harus bersih dan tidak boleh mengandung lumpur lebih 5 %
(terhadap berat kering) serta memenuhi gradasi yang baik.
Grafik pembagian butir pasir beton yang dianalisa dengan saringan harus masuk
dalam daerah baik (well graded) menurut grafik-grafik yang ada pada PB1 71.
Pasir laut tidak boleh dipergunakan.
(ii) Agregat Kasar
Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil atau batu pecah alami maupun
buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu asal memenuhi pasal 3.4 PBI
1971 (N1-2)
Ukuran butir agregat maximum tidak boleh lebih dari pada seperlima jarak terkecil
antara bidang-bidang sepanjang dari cetakan, sepertiga dari tebal plat atau tiga
perempal dari jarak bersih minimum diantara batang-batang atau berkas-berkas
tulangan dengan bentuk lebih kurang seperti kubus dan mempunyai "Bidang pecah"
minimum tiga muka.
Gradasi agregat kasar disyaratkan memenuhi syarat PBI 1971.
Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori serta bersifat
kekal.
Agregat harus bersih dengan kandungan lumpur maximum 1 %, bila melebihi maka
agregat kasar harus dicuci dan tak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak
mutu beton seperti zat reaktif alkali. dan memenuhi persyaratan PBI 1971.
(c) Air
(i) Air untuk pembuatan dan perawatan beton harus bebas dari asam, garam, bahan
alkalin dan bahan organik yang dapat mengurangi mutu beton.
(ii) Penggunaan air kerja harus mendapat persetujuan dari Direksi dan bila air yang
digunakan meragukan, maka Kontraktor harus mengadakan penelitian laboratoriurn
atas tanggungan Kontraktor
(d) Besi Beton
(i) Besi beton yang digunakan adalah baja tulangan dengan mutu ST 37 dan atau U-32
dengan diameter-diameter seperti yang tertera dalam gambar dengan iegangan ijin
-1.400 kg/cm 2
Penggunaan diameter yang lain atau penggantian, diperkenankan apabila ada
persetujuan tertulis dari Direksi.
Apabila baja tulang kwalitasnya diragukan oleh Direksi, maka Kontraktor harus
memeriksakan ke Lembaga Penelitian Bahan yang diakui atas beaya Kontraktor
(ii) Pembengkokan dan pemotongan baja tulangan harus dilaksanakan menurut gambar /
rencana detail dengan menggunakan alat potong dan mal-mal yang sesuai dengan
diameter masing-masing.
(iii) Pengukuran dimensi dan mutu baja tulangan harus dilakukan setiap kali kontraktor
mendatangkan baja tulangan tersebut ke lapangan, jumlah sample yang diambil harus
memenuhi kriteria statistik dan tidak boleh ada pengurangan mutu atau dimensi yang
lebih besar dari 5%.
Bila penggantian dapat disetujui, rnaka luas penampang yang diperlukan tidak boleh
kurang dari tulangan yang tersebut dalam gambar atau perhitungan.
Segala beaya yang ditambah oleh pengganti tulangan terhadap yang digambar sejauh
bukan kesalahan gambar rencana adalah tanggungan Kontraktor
(iv) Semua baja tulangan harus disimpan yang bebas lembab, dipisahkan sesuai dengan
diameter serta asal pembelian, semua baja tulangan harus dilindungi terhadap segala
macam kotoran dan minyak serta sejauh mungkin dihindarkan terhadap pengaruh
garam kuat
(e) Kayu Untuk Cetakan Beton
(i) Kayu untuk beton dipakai kayu kelas III sesuai dengan syarat PKKI 1970, yang
cukup kering dengan tebal minimum 2 cm atau panil-panil multipleks dengan tebal
minimum 12 mm dan pemakaiannya maksimum 2 (dua) kali.
(ii) Sebelum pengecoran bidang multiflex dilapisi mud oil sampai rata agar pada waktu
pembongkaran, beton tidak menempel pada papan multiplex, perancah bekesting
dipergunakan kayu meranti ukuran minimum 5/7 cm atau rangka baja/Schafolding.
(iii) Rangka penguat konstruksi bekisting dari kayu ukuran 5i7 sebagai penyokong,
penyangga maupun pengikat, sehingga mampu mendukung tekanan beton pada saat
pengecoran sampai selesai proses pengikatan.
(iv) Penyangga struktur lantai (balok, lantai dll) dapat digunakan kayu dengan ukuran
minimal 5/7 cm dengan jarak maksimum 50 cm dengan dialasi dengan papan kelas
III antara tanah dan penyangga (perancah).
(v) Sebagai perancah dapat digunakan scafolding baja.
(f) Bahan Pembantu (Bahan Kimia).
(i) Pemakaian bahan,kimia pembantu kecuali yang disebut dalam gambar atau syarat
harus izin tertulis dari Direksi.
(ii) Apabila Kontraktor akan menggunakan bahan kimia maka Kontraktor harus
mengajukan permohonan tertulis lebih dulu dengan disertai alasan-alasan dan buktibukti manfaat yang telah dibuktikan dengan hasil pemeriksaan Laboratorium dengan
hasil-hasil percobaannya
(iii) Penggunaannya harus sesuai dengan petunjuk teknis dari Pabrik dan selama bahanbahan pembantu ini digunakan, maka harus diadakan pengawasan yang cermat.
(iv) Pemakaian bahan pembantu tidak boleh menyebabkan dikuranginya volume semen
dalam adukan.
(g) Spesi Beton
(i) Pada pengecoran plat, balok dan kolom yang bersifat struktural diwajibkan
mengunakan ready mix sedang untuk pekerjaan pondasi, kolom maupun konstruksi
beton yang bersifat praktis, Kontraktar diijinkan menggunakan campuran yang
dibuat sendiri, dengan tuntutan mutu beton seperii yang disyaratkan
(ii) Penggunaan Ready-mix (beton pabrik) diijinkan dengan campuran sesuai dengan
yang telah ditentukan.
5.3
Syarat-Syarat Pelaksanaan
(a) Lapisan Penutup Beton
(i) Tebalnya lapisan penutup beton harus mendapat persetujuan Direksi dan ditetapkan
sesuai dengan ketentuan menurut P.B.I. 1971.
(ii) Untuk mendapatkan ketebalan lapis penutup beton yang seragam maka harus dibuat
beton ganjal tulangan/beton blok persegi yang dapat diikat terhadap baja tulangan
dengan mutu perekat yang sama dengan suatu batas yang dicor
(iii) Beton ganjal tulangaNbeton blok persegi harus cukup kuat dan jaraknya sedemikian
sehingga tulangan tidak melengkung dan beton penutup tidak kurang dari yang
disyaratkan. Toleransi yang diperkenankan terhadap bidang horizontalnya adalah 4
(iv) Sehubungan dengan ketepatan tebal penutup beton, maka selain dipasang beton beton ganjal bila porlu dipasang penahan jarak dari bala tulangan (korset) dengan
jumlah minimum 4 buah tiap-tiap m2 cetakan atau lantai kerja.
(b) Penulangan
(i) Gambar rencana kerja untuk baja tulangan meliputi rencana pemotongan,
pembengkokan, sambungan, penghentian dan lain-lain, untuk sernua pekerjaan
tulangan harus dipersiapkan oleh Kontraktor kepada Direksi untuk mendapatkan
persetujuan terlebih dahulu sebelum pelaksanaan.
(ii) Semua detail harus memenuhi persyaratan seperti yang dicantumkan dalam gambar
kerja dan syarat-syarat yang harus diikuti menurut PBI 71 Nf-2 Buku Pedoman
Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa.
(iii) Pemasangan tulangan harus sesuai dengan jumlah dan jarak yang sesuai yang
ditentukan dalam gambar
Tulangan yang berkarat harus segera dibersihkan atau diganti bilamana dianggap
Direksi Teknik akan melemahkan konstruksi.
(iv) Tulangan harus ditempatkan dengan teliti pada posisi sesuai rencana dan harus
dijaga jarak antar tulangan dengan tulangan, jarak tulangan dengan bekesting untuk
mendapatkan tebal selimut beton/beton dekking yang cukup. Untuk ini Kontraktor
harus menggunakan penyekat/spacer dudukan/chairs dari balok beton atau baja.
(v) Sebelum melakukan pengecoran semua tulangan harus diikat dengan baik dan
kokoh sehingga dijamin tidak bergeser pada waktu pengecoran dan diperiksa
terlebih dahulu untuk memastikan ketelitian penempatannya, kebersihannya dan
untuk mendapatkan perbaikan bilamana perlu.
(vi) Pengecoran tidak diperkenankan apabila belum diperiksa dan disetujui oleh
Direksi.
(vii)Pembengkokan dan pemotongan baja tulangan.
Tulangan susut.
Untuk seluruh plat beton ditambahkan tulangan susut seperti tercantum pada
gambar apabila dalam gambar tidak tercantum, maka Kontraktor harus
memasang tulangan susut dengan besi beton diameter 8 mm jarak 200 mm.
(c) Bekisting
(i)
Umum
Pembuatan bekisting harus memenuhi syarat-syarat dalam PBI 1971 pasal
5.1.
Ukuran dalam bekisting adalah ukuran jadi beton sesuai dengan ukuran
yang ditentukan dalam gambar
Bekisting harus diperkuat sedemikian rupa, sehingga tidak bocor/pecah pada
saat mendapat tekanan spesi.
Untuk mendapat bentuk penampang, ukuran beton seperti yang diminta
dalam gambar konstruksi bekisting harus dikerjakan dengan baik, teliti dan
kokoh.
Konstruksi dan bekisting harus kedap adukan/mortegtigh dan tidak
melengkung menerima beban-beban dari adukan basah, tulangan dan lainlain tidak berubah bentuk akibat pemadatan adukan dengan vibrator
Cetakan harus menghasllkan konstruksi akhir yang mempunyai bentuk,
ukuran dan tepi-tepi yang sesuai dengan gambar-gambar rencana dan syaratsyarat pelaksanaan.
Sebelum pengecoran dimulai bagian dalam dari bekesting harus bersih dan
kering dari air limbah dan kotoran lainnya, kemudian bekisting dibasahi air
sampai jenuh
(ii) Kolom.
Bekisting kolom dapat dibuat utuh untuk satu kolom, atau dengan cara
pengecoran bertahap.
Bekisting kolom harus tegak lurus keatas, dengan pemeriksaan
menggunakan unting-unting atau theodolith.
Hubungan horisontal antara kolom harus lurus kemudian diikat dengan kaso
5/7 antara sesama bekisting.
Antara bagian dalam bekisting kolom dengan tulangan terluar dipasang
pengganjal yang diikat pada tulangan. tersebut, agar tulangan tidak melekat
pada bekisting.
(iii)Balok dan Plat.
Perancah balok/plat dipasang apabila tanah landasan telah dipadatkan, agar
pada saat dibebani pada saat pelaksanaan pengecoran tidak terjadi
penurunan.
Kaki perancah dilandasi dengan papan klas III, sehingga menjadikan beban
merata pada tanah dasar perancah.
Perancah diikat satu dengan lainnya dengan reng 2/3 atau bambu.
Setelah perancah kuat,.maka pemasangan bekisting balok/plat dapat
dilaksanakan
Pada penggunaan ready mix akan menerima beban lebih berat akibat
menumpuknya adukan beton yang dituang dari concrete pump unit, maka
konstruksi penunjang bekisting harus lebih kuat.
Untuk menghindari ini. Kontraktor dapat membuat lokasi penuangan
menurut zone-zone yang ditetapkan diluar bagian yang dicor, sehingga
dalam waktu istirahat dapat memindahkan slang concrete pump unit ke
lokasi penuangan yang dimaksud
(d)
Percobaan Pendahuluan.
(i) Percobaan pendahuluan dibuat oleh Sub Kontraktor penyedia bahan beton jadi
(ready mix) tentang perbandingan campuran yang akan digunakan dan rencana
slump yang digunakan,
(ii) Kontraktor wajib mengirimkan keterangan campuran kepada Direksi Teknik
sebagai dasar campuran yang akan digunakan oleh ready mix.
(iii) Hasil percobaan pendahuluan setidak-tidaknya 5 hari sebelum pelaksanaan
pengecoran,
diserahkan
kepada
Direksi/Pengawas,
sebagai
kelengkapan
Ijin Direksi.
(i) Sebelum pengecoran beton dilakukan, selambat-lambatnya 5 hari sebelum
pelaksanaan pengecoran bagian-bagian vang dianqqap perlu, antara lain :
Strauss pile dan poer pondasi
Kolom-kolom struktur
Balok dan plat lantai.
(iv) Jalan kerja terbuat dari papan meranti 2/20, dibuat sedemikian rupa tidak menempel
tulangan, sehingga tulangan telah terpasang tidak rusak terinjak.
(g) Dimensi Beton
Dimensi beton adalan ukuran beton sendin, tanpa adanya plesteran, yang merupakan
ukuran dalam (rong) bekisting.
(h) Pelaksanaan Pengecoran dengan cara manual.
(i) Pengecoran
Pengadukan, pengangkutan, pengecoran, pemadatan dan perawatan beton, harus
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan didalam PBI 1971 pasal 6 1. sld 6.6
(ii) Takaran Campuran Beton.
Pelaksanaan penakaran campuran beton, harus dengan kotak-kotak takaran yang sama
volumenya, yang merupakan volume yang sama dengan atau kelipatan satu zak
semen. Hal ini akan diatur oleh Direksi Teknik.
(iii) Pengadukan Campuran Beton.
Pengadukan beton harus dilaksanakan dengan menggunakan mesin pengaduk beton
(beton molen) yang bekerja baik. Pemberhentian pengadukan dilakukan bila adukan
sudah rata/homogen.
(iv) Pengangkutan Campuran Beion
Pengangkutan beton dari molen sampai tempat cetakan harus hati hati, dapat
dipergunakan ember talang atau kereta dorong, sedemikian rupa sehingga adukan yang
sudah homogen tidak berubah/terjadi pemisahan bahan.
(v)
Beton adukan yang iidak memenuhi syarat slump tersebut talk boleh dicor kedalam
cetakan.
Penggunaan ready mix pada pengecoran yang telah ditentukan diatas, maka
Kontrakior wajib memperhitungkan kemampuan tenaga dan peralatan penunjang.
sehingga tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan pengecoran beton.
(ii)
Sarana transpcratasi adukan beton adalah truck dengan bobot > 10 ton, maka
Kontraktor harus memperhatikan kemarnpuan jalan masuk, ke lokasi pengecoran agar
tidak terjadi kemacetan akibat terperosoknya truck pengangkut, apabila perlu
dilakukan perbaikan kemampuan dukung jalan
(iii) Kontraktor dapat meletakkan concrete pump unit (unit pompa beton) pada tempat
yang mudah dicapai oleh truck pengangkut.
(iv) Juga harus diperhatikan lokasi truck pengangkut untuk menunggu penuangan adukan
kedalam concrete pump unit, agar tidak terjadi kemacetan di jalan umum.
(v)
Waktu pelaksanaan.
Jadwal pelaksanaan harus diperhitungkan secara pastl, apakah dengan menggunakan
waktu kerja biasa dengan memperhitungkan lokasi pemutusan pengecoran. Atau
pengecoran diselesaikan secara keseluruhan dengan memperhitungkan :
(vi)
(ii)
(ii)
Pe!aksanaan pernbuatan cenda uji, hendaknya dilakukan u!en Pelaksana Ahli atau
dalam hal ini Kontraktor dapat menghuhungi pihak Laboratorium konstruksi beton
dalam hal pengambilan beton untuk pembuatan benda uji
(iii) Pengambilan untuk benda uji harus dilakukan secara acak dengan persetujuan
Direksi sehingga lantai yang ditest dapat mewakili mutu konstruksi beton yang
dimaksud.
(iv) Benda-benda uji dapat diambil dari beton yang dicor pada setiap bagian dari
pekerjaan yang bersifat struktural, antara lain : pondasi, balok induk, balok anak,
kolom, plat dan bagian lain yang dinyatakan dalam gambar
(v)
Jumlah benda uji, berdasar pada volume total yang dikerjakan, berpedoman pada
volume total rencana yang dlajukan oleh Kontraktor
(vi) Pengawas Lapangan dapat monentukan jumlah pengambilan benda uji sesuai dengan
kondisi lapangan asal mewakili pondasi, plat, balok induk, balok anak dan tangga
yang dicor pada saat yang bersamaan.
(vii) Dalam satu adukan (satu adukan molen) hanya dapat diambil satu buah benda up.
(viii) Pengisian campuran kedalam cetakan dilakukan menjadi 3 (tiga) lapisan dengan
tebaf yang sama. Pada tiap lapisan dipadatkan dengan best diameter 16 mm sebanyak
10 tusukan dengan merata.
(ix) Setiap benda uji diberi tanda bagian yang dicor dan tanggal pembuatan
(x)
Apabila Konstruksi yang telah di cor tidak dilakukan perendaman maka benda uji
tersebut tidak boleh direndam.
(xi)
Benda-benda uji yang baru dibuat harus disimpan pada tempat yang aman dan
harus terhindar dari getaran-getaran.
(xii) Untuk mendapatkan gambaran tentang mutu beton yang dilaksanakan, benda benda
uji tersebut dapat dilakukan test di Laboratorium pada umur relatif muda, setidak-tidaknya 4 (empat) hari setelah dicetak, dengan memperhatikan 4.1. ayat (4) PB1
1971 dan hasil test tersebut dapat dijadikan dasar mempertimbangkan apakah perlu
diadakan perubahan dalam campuran beton.
(I) Evaluasi.
(i)
Evaluasi kekuatan beton akan dilakukan secepat mungkin, agar bila terjadi mutu
beton yang jelek, segera dilakukan langkah langkah perbaikan
(ii)
Bila jumlah benda uji kurang dari 20 buah, evaluasi dapat dilakukan dengan rumus
minus statistik dengan berpedoman pada PBI 1971 Bab 4.7
(iii)
Penghentian pengecoran hanya dilakukan pada tempat tempat yang telah disetujui
oleh Direksi didalam pola rencana pengecoran.
(ii)
(iii) Apabila ternyata gangguan terhadap spesi akibat hujan tidak dapat dihindari, maka
setelah beton yang dicor ditutup dengan terpal, maka pengecoran harus dberhentikan.
(n) Perawatan beton.
(i)
Pada konstruksi beton yang haru dicor harus dijaga terhadap pengaruh-pengaruh
getaran dsb. yang akan dapat mempengaruhi proses pengikatan beton.
(ii)
Permukaan beton harus dilandasi dari pengeringan yang terlalu cepat dan/atau tidak
merata, dengan cara disiram air atau ditutup karung goni yang dibasahi selama 14
(empat belas) hari.
ahli. Setelah ia memeriksa hasil-hasil pemeriksaan benda uji dan perhitunganperhitungan tersebut. Bagian-bagian konstruksi dimana terjadi barang barang kerikil
harus diperbaiki dengan penuh keahlian.
Pasal 6
PEKERJAAN PERPIPAAN AIR BERSIH DAN KOTOR
6.1 Umum
(a)
Pengadaan bahan, peralatan dan memasang semua sistem distribusi air bersih
sumber air atau dari sumur gali yang dibuat oleh Kontraktor
(ii)
(b)
Pengadaan bahan, peralatan dan memasang semua sistem perpipaan air kotor dan
kotoran.
(ii)
6.2 Bahan-Bahan
(a) Syarat Umum
(i)
Bahan perpipaan, dan perlengkapannya harus dalam kondisi baru dengan identitas
yang jelas.
(ii)
Bahan dan peralatan sambungan dari mutu yang baik, kwalitas dan produksi sama
dengan pipa yang digunakan.
(iii)
Bahan atau peralatan perpipaan yang tidak disebutkan dalam spesifikasi ini,
Kontraktor harus mengajukan contoh kepada Direksi untuk disetujui secara tertulis.
(iv)
Pembiayaan yang timbul akibat kerusakan atau kehilangan dan beaya pengujian
menjadi tanggung jawab Kontraktor
(ii)
Bahan perpipaan air bersih digunakan GIP (pipa galvanis) atau pipa PVC type AW
(ii)
Lem PVC
(iii)
Pipa PVC
(a)
(ii)
(iii)
(iv)
Mutu hasil ,pekerjaan perpipaan setelah diadakan uji coba, harus berfungsi dengan
baik, tidak bocor, bersih dan rapi.
(v)
Hasil pemasangan akhir dari instalasi perpipaan harus membuat as built drawing
sesuai dengan instalasi perpipaan yang terpasang.
(vi)
(ii)
(iii)
Apabila Instalasi perpipaan lewat diatas plafon harus digantung pada plat beton
dengan menggunakan beugel plat besi dengan jarak maximum 150 cm
Penggunaan pipa untuk instalasi perpipaan air bersih disesuaikan dengan gambar
rencana dengan sambungan ulir (screw joint).
(ii)
(iii)
Kemiringan perpipaan air kotor/kotoran diusahakan agar air lancar dalam proses
pembuangan, minimal kemiringan 1 %.
(ii)
Pada saluran air kotor/kotoran mendatar diluar gedung setiap panjang tertentu,
ditikungan atau pada pertemuan dipasang bak kontrol yang ditutup dengan plat beton
sesuai dengan gambar rencana.
(iii)
Pada saluran air kotor/kotoran mendatar didalam gedung setiap panjang tertentu,
ditikungan atau pada pertemuan dipasang clean out dan GIP ditutup dengan dop dan
tertanam dibawah lantai, sesuai dengan gambar rencana
(iv)
Lantai yang menutup clean out harus dapat dibuka dengan mudah.
(v)
Pipa saluran air kotor/kotoran yang tegak melewati shaft harus dipasang pipa
ventilasi menembus sampai keatas plafon, dengan diameter sesuai dengan rencana /
spesifikasi.
(vi)
Perpipaan air kotor/kotoran pada tikungan harus menggunakan long elbow, sedang
pada pertemuan 2 pipa atau clean out harus menggunakan TY 45
(vii)
Pada pemasangan pipa pembuangan dari lantai atas yang menembus beton yang
berhubungan dengan alat plambing/sanitasi diatas lantai digunakan pipa GIP dengan
diameter sama dengan pipa PVC.
(viii)
GIP yang akan dipasang menembus beton diberi plat baja tebal 6 mm dilas dengan
pipanya. Jarak tepi plat dengan tepi pipa yang paling pendek minimal 5 cm.
(ix)
Pipa GIP yang dilengkapi plat dicor bersama waktu pelaksanaan pengecoran lantai
dengan plat tertanam dalam beton, sehingga pada saat terjadi penyusutan beton,
bubungan beton dengan pipa tidak terjadi kebocoran.
(x)
(xi)
(xii)
Setelah bersih, lem dioleskan pada fitting dan bagian yang akan disambung,
kemudian dipasangkan sampai lem mengeras.
(e) Pengujian
(i)
Umum
(ii)
Pengujian dilakukan dengan pompa tekan dengan tekanan 1,50 kali tekanan
kerja selama A jam tanpa ada penurunan tekanan pada manometer pengukur
tekanan.
(iii)
Pengujian dengan pompa air setelah semua titfk krao dan stop kran ditutup
dan satu ujungnya dlsambung dengan output pompa listrik yang untuk
menguji dan pipa input dihubungkan dengan sumber air
penuh
dengan air pompa otomatis akan mati. Berarti tekanan didalam instalasi
perpipaan sangat tinggi dan akan mematikan automatic switch.
Kebocoran pipa dapat diketahui dengan mendeteksi nyala mati dan automatic
switch. Apabila selama waktu pengujian automatic switch menyala setidaktidaknya satu kali, maka dapat diperkirakan adanya kebocoran pada instalasi
perpipaan, karena menyalanya automatic switch disebabkan menurunnya
tekanan pada instalasi perpipaan.
(iv)
Apabila air tidak mengalir, maka ditandai dengan air pada alat
plambing/sanitasi tidak bergerak atau tetap pada keadaan semula.
Apabila air terhambat, maka ditandai dengan air pada alat plambing/sanitasi
lamban gerak pengurasannya.
(v)
Kegagalan pengujian
7.1 Umum
(a)
Lantai Keramik
(i) Pemasangan lantai keramik 30 x 30 cm sesuai dengan gambar rencana
(b)
Pelapis dinding,
(i) Pemasangan pelapis dinding berupa keramik 20 x. 25 cm sesuai dengan gambar
rencana
(ii) Pemasangan pelapis dinding pada makam ukuran 20 x 2 5 cm.
7.2 Bahan-bahan
(a)
Umum
(i) Sebelum mendatangkan bahan kontraktor harus mengajukan centoh bahan terlebih
dahulu kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan
(ii) Warna yang belum ditentukan dalam gambar rencana atau mendapat perubahan
ditentukan kemudian oieh Direksi Teknik.
(iii) Segala persetujuan Direksi Teknik adalah secara tertulis.
(b)
Lantai Keramik.
(i) Bahan lantai keramik ukuran ( 30 x 30 ) cm, menggunakan merk kelas A
(c)
Pelapis Dinding
(i) Bahan pelapis dinding keramik ukuran ( 20 x 25 ) cm, menggunakan merk kelas A
(ii) Bahan pelapis dinding makam menggunakan keramik ukuran, 20 cm, merk kelas A.
7.3
Syarat-syarat Pelaksanaan
(a)
Umum
(i) Pengecoran nat setelah pemasangan berlangsung 3 (tiga) hari atau setelah
Pasangan lantai keramik kokoh, atau dengan persetujuan Direksi Teknik
(ii) Nat lantai keramik harus lurus dan bersiiangan saling tegak lurus.
(iii) Warna cor nat dipakai warna mengkilap seperti kaca.
(iv) Pada daerah tepi yang memerlukan potongan-potongan, maka pemotongan harus
digunakan mesin pemotong, kemudian tepi yang terpotong harus dihaluskan
(v) Keramik sebelum dipasang harus direndam dalam air sampai jenuh.
(b)
Sesi Pemasangan
(i) Seluruh lantai keramik dipasang dengan perekat 1 PC:3 Pasir
(ii) Kecuali pada kamar mandi/WC, pemasangan lantai keramik dengan perekat 1 PC:2
Pasir
(c)
Sebagai dasar dari lantai keramik adalah beton rabat dengan tebal 5 cm
Pengecoran rabat beton dibawah keramik dilaksanakan setelah pengurugan
dengan pasir urug benar-benar telah rata dan padat.
Setelah rabat cukup kuat, maka pelaksanaan pemasangan lantai keramik dapat
dilakukan sesuai dengan ayat 13.3.1.
Pada lantai atas, pemasangan lantai keramik langsung menempel pada beton
lantai yang ada, dengan lapisan pasir tipis
(d)
8.1 Umum
Pekerjaan pengecatan Ini mencakup semua pekerjaan pengecatan bangunan ini antara lain: (a)
Pengecatan kayu pada bagian-bagian pekerjaan kayu dan list plafon yang perlu dicat
(b)
(c)
(d)
(e)
8.2 Bahan-bahan
(b)
Cat Tembok
(i)
(ii)
Pengecatan Tembok
(i) Pengecatan baru bisa dilaksanakan setelah bidang plesteran tembok benar-benar
sudah kering.
(ii) Permukaan-permukaan tembok yang cacat atau tidak rata harus diperbaiki ter!ebih
dahulu dengan bahan-bahan yang sama dengan dindingnya, baru dilaksanakan
plamuran tembok dengan bahan yang telah disetujui oleh Direksi sampai rata dan
halus.
(iii) Setelah plamuran betul-betul kering, maka plamuran diamplas sampai halus dan
dibersihkan dari debu yang menempel.
(iv) Setelah percobaan warna warna disetujui oleh Direksi, maka dilakukan pengecatan
dengan roller setidak-tidaknya 3 (tiga) kali pengecatan setiap bidang pengecatan
(v) Untuk warna-warna sejenis, Kontraktor diharuskan menggunakan kaleng-kaleng
dengan nomor pencampuran yang sama dari pabrik
(vi) Setelah pengecatan selesai, bidang cat yang terbentuk harus utuh, rata dan tidak ada
bagian-bagian yang belang dan bidang cat dijaga terhadap pengotoran-pengotoran
(c)
Pengecatan Besi
(i) Besi yang akan dimeni harus dibersihkan dulu dengan amplas yang halus,
kemudian dilap agar bekas amplas dan minyak yang melekat hilang
(ii) Setelah permukaan besi bersih, maka bidang yang akan dicat ditutup dengan meni
besi sampai merata.
(iii) Setelah meni kering, kemudian dicat 3 (tiga) kali pengecatan setiap bidang
pengecatan.
(iv) Setelah pengecatan selesai, bidang cat dijaga terhadap pengotoran-pengotoran
PASAL 9
PEKERJAAN PAGAR BESI HOLLOW
9.1 Umum
(a)
(b)
9.2 Bahan-Bahan
(a) Umum
(i)
Mutu baja yang digunakan baja ST-37 dengan tegangan ijin = 1600 kg/cm2.
(ii)
Besi hollow yang digunakan tebal 2.3 mm ukuran sesuaikan dengan gambar,
dengan tegangan ijin, minimum sama dengan tegangan ijin baja.
(b)
Rangka Pagar
(i)
Rangka utama dengan besi hollow ukuran 40 x40 x 2,3 mm atau sesuai dengan
gambar
(ii)
9.3
Kisi-kisi besi hollow ukuran 40 x20 x 2,3 mm atau sesuai dengan gambar
Syarat-Syarat Pelaksanaan
(a) Umum
(i) Syarat umum pekerjaan baja, sepenuhnya mengikuti peraturan pelaksanaan dalam
PPBBI
(ii) Semua detail harus dilaksanakan dengan teliti, sesuai dengan gambar rencana.
(iii) Apabila gambar kurang jelas, maka Kontraktor diwajibkan membual, shop-drawing
Dengan persetujuan Direksi, shop drawing digunakan sebagai dasar pelaksanaan.
(iv) Karena pengerjaan yang tidak tepat, penyambungan dan pemasangan tidak di ijinkan
menggunakan bahan pengisi, kecuali dinyatakan dalam gambar
(v) Pemotongan dengan oksigen diwajibkan menggunakan peralatan yang standard
(vi) Apabila diperlukan,dapat dilakukan pelurusan batang yang dikerjakan dengan sistem
mekanis, atap dipanas kan setempat dengan temperatur tidak boleh leb!h dari 550
derajat celcius.
(b) Fabrikasi pekerjaan baja.
(i) Sambungan las.
Mutu pekerjaan las yang dilakukan di !apangan harus sama dengan mutu las
yang dikerjakan di dalam bengkel.
Pengelasan dilapangan tidak di ijinkan dilaksanaan apabila bahan yang akan dilas
dalam keadaan basah, kehujanan atau dikotori oleh bahan lain yang dapat
mengganggu lekatan las.
Pengelasan dengan viesin las listrik, dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan
persyaratan yang berlaku
Penghalusan sisi.
Pekerjaan las yang tampak harus dihalus dengan gerinda.
Tepi plat yang dipotong tidak perlu dihaluskan, kecuali dengan ijin Pengawas
(iv) Pelaksanaan pekerjaan harus merupakan hasil yang bermutu baik bebas dari puntiran
dan pengelasan yang padat.
(c)
Pasal 10
PEKERJAAN PAVING STONE
10.1 Umum
(a)
(b)
Setelah persetujuan ini lapisan sirtu dipasang diatas tanah dasar kemudian dipadatkan
dengan alat tumbuk manual atau digenangi air secukupnya sampai ketinggian yang
ditetapkan, tebal urugan pasir sesuai dengan gambar desain dalam kondisi padat.
(b)
Sebelum dilakukan pengurukan pasir harus dilakukan pemadatan tanah dasar terlebih
dahulu.
(c)
(d)
Umur paving boleh dipasang dengan umur minimal 2 (dua) minggu (14 hari).
(e)
Kerataan permukaan paving diatur dengan urugan pasir yang ada dibawahnya dan
ketebalannya disesuaikan dengan gambar
(f)
Agar paving tidak lepas satu sama lain, maka pada tepi-tepi jalan harus dipasang uskup
dan cansten.
(g)
Permukaan paving harus dijaga agar tetap merata, bila ada yang turun, maka secepatnya
harus diperbaiki.
(h)
(i)
Cansten :
Lebar jalan 2,5 m di pasang cansten dari pasangan batu bata 1/2 batu dengan
campuran 1 Pc : 6 Ps /
1 Pc : 4 Ps
Lebar jalan > 2,5 - 3 m di pasang cansten dari pasangan batu bata 1 batu dengan
campuran 1 Pc : 6 Ps /
1 Pc : 4 Ps
1. Pengukuran
Dalam tahapan ini memerlukan alat berupa: bolpoin, pensil, meteran , Sedangkan untuk
bahannya berupa : gambar rencana plantingplan
2. Pengerjaan Lahan
Dalam melakukan suatu pelaksanaan aplikasi desain selalu menggunakan beberapa alat
bantu yang berupa : cangkul, penggaruk tanah, cetok kecil dan besar, kereta sorong,
linggis, ember, gunting ranting, sapu lidi, slang plastik, sabit, pisau, skop, dan pengki.
Bahan pendukungnya meliputi : lapisan top soil, air, kompos, dan batu alam.
3. Pekerjaan Penanaman
Dalam melaukan suatu bentuk penanaman tanaman pada kawasan yang telah di tata dan
dibentuk memerlukan bantuan alat berupa: cangkul, linggis, pisau, gunting ranting,
kereta dorong, slang plastik, pemukul rumput dari kayu, dan cetok. Selain alat, bahan
yang di gunakan dalam proses penanaman adalah : tanaman yang baru (segar), bersih
dari penyakit (sehat), Tanah katel (Top Soil), kompos.
4. Perawatan
Melakukan perawatan taman memerlukan beberapa alat bantu berupa : slang plastik,
cetok, besi pencabut gulma, gunting ranting, dan sabit. Sedangkan bahan yang digunakan
dalam melakukan suatu perawatan taman adalah: pupuk, air, dan pestisida.
11.3 Proses pelaksanaan
a. Pematokan dan pembersihan lahan (Clearing) pada tapak, meliputi:
Langkah awal dari sebuah pelaksanaan adalah pembersihan kawasan terbangun
dari elemen lunak (soft material) dan elemen keras (hard material) yang bersifat
menganggu jalanya pelaksanaan. Pada pelaksanaan pembersihan tapakdilakukan
beberapa tahapan:
-
mengikutkan sebagian bongkahan tanah pada akar tanaman (root ball) agar
tanaman dapat ditanam kembali pada tempat yang telah ditentukan.
-
tapak dari sisa-sisa ranting, daun kering, serta beberapa sampah plastik yang
terdapat pada tapak.
b. Pengolahan tanah dan pemupukan tanah
Pengolahan tanah merupakan serangkaian tindakan yang bertujuan menciptakan
kondisi fisik tanah sedemikian rupa sehingga tanah dapat mendukung
kelangsungan hidup tanaman. Pada kegiatan pelaksananan ini, tindakan
pengolahan tanah meliputi :
-
c. Penanaman
1. Penanaman Pohon
Pada pelaksanaan pembuatan taman teknik penanaman pohon adalah sebagai
berikut :
-
Gambar teknik penanaman pohon secara putar dijelaskan pada gambar berikut :
2. Penaman Semak
Penanaman semak cukup dengan memindahkan tanaman dari polly bag atau
pot kedalam lubang tanam. Hal yang sangat perlu diperhatikan dalam
penanaman tanaman semak adalah jarak tanam dan kedalaman lubang tanam.
Jarak tanam disesuaikan dengan plantingplan. Tindakan penanaman semak
yang dilakukan pada tapak meliputi :
-
Pertama
pembuatan
lubang
tanam
dengan
ukuran
Ketiga
telah dipersiapkan.
-
Kelima
dilakukan
penggenangan
atau
penyiraman
disekitar tanaman.
3). Penanaman Rumput
Pada pelaksanaan, penanaman rumput dilakukan secara lembaran. Teknik
penanaman rumput secar lembaran memerlukan biaya yang relatif tinggi,
karena harga satuan bahan yang sudah mahal. Teknik penanamanya meliputi :
-
Kedua
tapak
yang
sudah
dipersiapkan
dilakukan
Ketiga
balok
kayu.
Teknik
penekananya
berupa
d. Pemeliharaan
Pemeliharaan taman adalah bentuk aplikasi tindakan pekerjaan
yang
merupakan harapan dan tujuan pembuatan taman dapat terpelihara. Tahapan ini
merupakan tahap paling akhir dalam proses pembangunan suatu taman. Dalam
melakukan pemeliharan taman, dikenal istilah pemeliharaan ideal dan
pemeliharaan fisik. Pemeliharaan ideal merupakan pemeliharaan yang mengacu
pada tujuan dan desain awal sebuah taman sehingga pada periosewaktu tertentu
dialkukan sebuah evaluasi. Pemeliharaan fisik taman meliputi pekerjaan untuk
tetap menjaga keindahan, kanyamanan, keasrian dan keamanan suatu taman.
Pekerjaan ini mencangkup proses pembersihan, pengantian elemen yang rusak,
penyiraman, pemangkasan, pemupukan, pengendalian hama, serta penyiangan
gulma. Berdasarkan penggunaan bentuk desain dan elemenya, dibedakan
menjadi pemeliharaan intensif (pemeliharaan tingkat tinggi) dan pemeliharaan
ekstensif (pemeliharaan rendah).
berasal dari dedaunan yang rontok dan sampah yang ditimbulkan oleh
manusia itu sendiri. Penumpukan sampah akan menimbulkan banyak
penyakit pada tanaman, karena timbunan sampah menjadi tempat
berkembang biaknya bibit penyakit.
2). Penyiangan Gulma
Penyiangan gulma memiliki tujuan untuk menghilangkan tanaman yang
bersifat menggangu (gulma) disekitar tanaman yang dipelihara. Jenis dari
tanaman pengganu biasanya berupa rumput liar, bayam-bayaman, dan
benalu. Tanaman ini bersifat merugikan karena menimbulakan persaingan
dalam mengambil unsur hara dan pemakaian sinar matahari. Selin itu secara
visual dapat menurunkan keindahan taman.
Teknik pengendalian dilakukan secara manual, yaitu dicabut mengunakan
tangan atau alat berupa cored atau cangkul. Untuk benalu dilakukan
pemotongan dan pemebrsiahan tanaman benalu secara menyeluruh. Selain
itu juga dapat dilkukan dengan mengunakan zat kmia, tetapi harus
diperhatikan jenis herbisida dan sifat khusus bahan kimiatersebut.
3). Pemangkasan
Tujuan utama dari sebuah pemangkasan adalah untuk mengatur penerimaan
cahaya matahari, meransang pertumbuhan tanaman, dan mempertahankan
konsep desain yang ada. Pada tapak kegiatan pemangkasan berupa :
- Pemangkasan bagian tanaman yang mati atau dalam kondisi sakit,
khususnya pada jenis tanaman semak.
- Pemangkasan pada bagian tanaman yang terlalu rimbun.
- Pemangkasan pada ranting tanaman yang sudah kering atau mati. Serta
pemangkasan pada batang daun yang telah kering dan mati.
- Pemangkasan atau pemotongan pada tanaman rumput. Rumput di potong
dengan ukuran 2 cm.
Tindakan waktu pemangkasan diatas sesuai dengan jenis tanaman meliputi :
- Pohon : dilakukan setiap enam bulan sekali pada percabangan yang
mengganggu atau terlalu rendah dan dilakukan secara hati-hati supaya
batang utama tidak sobek
- Semak dan Penutup tanah (Ground cover) : dipangkas sebulan sekali,
tinggi pemangkasan tergantung pada jenis tanaman dan desain taman
- Rumput : dilakukan pemangkasan seminggu sekali atau berdasarkan
tingkat pertumbuhan tanaman rumput.
Pada dasarnya, waktu dan cara pemangkasan disesuaikan dengan tingkat
pertumbuhan tanaman dan tujuan tanaman itu dipangkas.
4). Pengemburan Tanah
Pengemburan merupakan cara untuk memperbaiki keadaan tanah sehingga
keadaan granuasi udara tanah dan air tanah tetap baik. Pengemburan sangat
diperlukan
agar
pertumbuhan
tanaman
dapat
optimal.
Alat
yang
diperguankan berupa kored dan cngul kecil. Pada tapak teknik pengemburan
tanah yaitu dengan melakukan pembalikan tanah di sekitar tanaman semak
yang tidak tertutup oleh tanaman rumput. Untuk tanaman rumput dilakukan
dengan teknik mengiris-iris hamparan rumput mengunakan pisau secara
vertikal. Jarak pengirisan haruslah selau diperhatikan agar hasilnya rapi dan
tidak merusak tanaman rumput. Selain itu juga dapat membuat lubang-lubang
kecil deengan bantuan alat berupa kayu dengan susunan paku kecil atau besar
yang jaraknya sama. Setelah dilakukan penyayatan atau pelumbang,
hamparan rumput ditebari atau diisi dengan pasir agar tapak kembali dalam
kondisi yang rata.
5). Penyulaman Tanaman
Penyulaman tanaman dilakukan untuk menggantikan tanaman yang mati,
layu dan cacat akibat terserang penyakit. Tahap penyulaman tetap bertujuan
untuk memepertahankan bentuk desain yang ada. Dalam tahap perawatan
taman kali ini belum dijumpai adanya penyulaman tanaman, karena
intensitas penyiraman dan perawatan dari pemilik taman relatif tinggi
sehingga tanaman dapat tumbuh sebagai mana mestinya. Selama teknik
perawatan dan intesitas perawatan tinggi, kemungkinan terjadi proses
penyulaman sangatlah kecil.
6). Pemupukan
Pada dasarnya setiap tanaman memerlukan unsur hara yang tersedia di
tanah. Setiap tanah memiliki jumlah maksimal unsur hara yang tersedia,
sehinga dimungkinkan adanya penambahan unsur hara dari luar tanah.
Pemupukan sendiri diharapkan mampu mengisi kekurangan usur hara yang
tersedia ditanah akibat penyerapan oleh tanaman. Pada pemupukan kali ini
mengukan jenis pupuk Urea. Untuk tanaman semak dan pohon pemeberian
pupuk dilakukan dengan teknik penggejikan. Teknik ini berupa, memebuat
sebuah lubang dengan diameter 5 cm dan kedalaman 5 7 cm. Lubang
ini dibuat di sektar tanaman dengan jarak 4 7 cm dari batang tanaman.
Untuk tanaman rumput mengunakan cara penyiraman. Teknik penyiraman
yaitu dengan melarutkan pupuk urea pada sebuah ember dengan konsentrasi
larutan yang sesuai (tiga sendok makan Urea dilarutkan kedalam satu ember
air atau berdasarkan ketentuan yang ada), kemudian larutan di siramkan
secara merata pada kawasan yang tertutup oleh rumput. Pemberian pupuk
ini diberikan sekitar 2 minggu setelah dilakukan penanaman. Pemberian
pupuk berdasarkan takaran pupuk yang digunakan meliputi :
- Pohon : pupuk kandang atau kompos diberikan sebanyak satu kaleng
(kira-kira 20 liter) setiap 3-4 bulan sekali. Pupuk NPK (15:15:15)
sebanyak 2,5-5 kg diberikan setiap tiga bulan sekali per pohon. Teknik
pemberianya dilakukan dengan menamkan pada sekitar batang pohon.
- Semak dan penutup tanah : pupuk organik diberikan setiap tiga bulan
sekali sebnayak 25-50 kg per m2. Pupuk NPK (15:15:15) sebanyak 10
gram per m2 setiap 3-4 bulan sekali
PASAL 12
PEKERJAAN PEMBERSIHAN
12.1 Lingkup Pekerjaan
(a) Penumpukan sisa-sisa pekerjaan ke suatu tempat yang ditentukan oleh pengelolaan
proyek/Direksi.
(b) Pengangkutan sisa pekerjaan dan kotoran-kotoran atau bekas pembersihan halaman site.
(c) Pembersihan bangunan keseluruhan dari noda atau kotoran sampai saat serah terima.
12.2 Bahan-bahan
Dalam hal ini tidak dijelaskan, karena merupakan peralatan kerja.
12.3 Syarat-syarat Pelaksanaan
(a)
Sisa bahan bangunan agar dibersihkan dari site, sehingga site kelihatan rapi, bersih dan siap
untuk dihuni dengan penghuni bangunan betul nyaman dan sehat.
(b)
Kebersihan dalam bangunan harus dijaga dan dipelihara sampai habis masa pemeliharaan
sehingga penghuni bangunan betul-betul nyaman dan sehat.
Seluruh saluran harus dibersihkan dari kotoran atau sampah-sampah sehingga jalannya air lancar
dan tidak terjadi genangan-genangan air yang mengganggu kesehatan.