Anda di halaman 1dari 23

GLASS TRANSITION

TEMPERATURE (TG)
K E LOM P O K 2 :
-AIS YAH
-RAH M A ATIK A
-P RI MO BIT TAQW A
-S H INT YA
-GE RAL DI
-FAIRUZ A A J E N G
-M UZ I L ATUN IL IS M A
-DIN I

Rentang suhu dimana polimer berubah dari keras, kaku, dan


keadaan seperti kaca lunak dan keadaan seperti karet

Hanya terjadi pada polimer amorf


Padatan amorf yang menunjukkan sebuah glass transition disebut
glass
Tg berbeda pada tiap polimer. Umum: -120oC dan +200oC
Pada suhu rendah semua polimer amorf menjadi kaku dan
seperti kaca
Pada suhu tinggi (pemanasan) melunak (pada suhu tertentu)
Penting kah? Sebagai tanda perubahan fisik yang drastis antara
kekakuan dan ke elastisan sangat penting dalam pemilihan
bahan untuk berbagai aplikasi

-Suhu diatas Tg polimer


menjadi elastis/seperti karet
- Suhu dibawah Tg polimer
menjadi kaku cenderung
rapuh

FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI BESARNYA TG
Efek sterik
Substituen besar sekali Tg tinggi
Substituen kecil Tg rendah
Fleksibilitas ikatan.
Ikatan kaku Tg tinggi
Ikatan fleksibel Tg rendah
Berat molekul.
BM meningkat Tg meningkat.
Tingkat dari percabangan dan ikatan silang.
Meningkat Tg tinggi
Linier Tg rendah

PENGUKURAN GLASS
TRANSITION TEMPERATURE (TG)
Suhu gelas polimer dapat diamati dengan mengukur
termodinamika dasar, sifat fisk dan kimia, atau sifat listrik sebagai
fungsi suhu

MENGUKUR GLASS
TRANSITION TEMPERATURE
Glass transition temperature dari sebuah polimer dapat
diukur dengan percobaan berdasarkan pengukuran dasar
termodinamik, fisik, mekanika, atau elektro sebagai fungsi
dari temperatur. metode thermal biasanya digunakan.
Metode thermal lama adalah DTA (Differential thermal
analysis) dan metode thermal yang baru adalah DSC
(Differential Scanning Calorimetry).

Dalam pengukuran DTA, temperatur sampel dibandingkan


dengan dengan bahan referensi, contohnya alumina serbuk.
Sampel dan bahan referensi dipanasikan pada suhu yang
seragam, biasanya 10-20 o C/menit. Dua bahan tersebut
memiliki kapasitas panas yang berbeda, masing-masing
bahan akan mempertahankan perbedaan temperatur yang
sedikit melalui scan.
Perbedaan temperatur, T, dipantau sebagai fungsi dari
Temperatur (T).
Glass transition temperature akan ditandai oleh
penyimpangan yang signifikan ataupun penyimpangan halus
dari T terhadap suhu (atau waktu)

Merode DSC menggunakan sistem servo untuk menyediakan


energi pada tingkat yang berbeda untuk sampel dan
referensi, sehingga keduanya tetap pada suhu yang sama.
Pada DSC, diplotkan berdasarkan energi terhadap suhu ratarata.
Area di bawah puncak sesuai dengan glass transition
temperature berhubungan dengan perubahan entalpi terkait
transisi.

PERBEDAAN MELTING DAN


TRANSITION
Berdasarkan fasenya, polimer terdiri dari dua jenis yaitu:
a). Kristalin
Susunan antara rantai yang satu dengan rantai yang lain adalah teratur dan
mempunyai titik leleh (melting point).
b). Amorf
Susunan antara rantai yang satu dengan yang lain orientasinya acak dan
mempunyai temperatur transisi gelas (Billmeyer,1984)

TERDAPAT DUA JENIS PADATAN, YAITU: KRISTAL


DAN AMORPHOUS SOLID. SECARA FISIK, GLASS
ADALAH AMORPHOUS SOLID. GLASS JUGA BISA
DIDEFINISIKAN SEBAGAI SUPERCOOLED LIQUID
DENGAN VISKOSITAS YANG SANGAT TINGGI.
MOLEKUL PENYUSUN GLASS TIDAK MEMILIKI
SUSUNAN YANG TERATUR SEPERTI DALAM
KRISTAL PADAT, NAMUN MOLEKUL PENYUSUN
TERSEBUT BERSIFAT IMMOBILE SEHINGGA
MEMILIKI SIFAT KAKU SEPERTI PADATAN.

Keberadaan struktur kristalin dan amorf


menyebabkan suatu polimer dapat memiliki
titik leleh (Tm) dan titik transisi gelas (Tg).
Titik leleh adalah suatu temperatur dimana
polimer padatan berubah menjadi cair. Titik
leleh hanya dimiliki oleh polimer kristalin
sedangkan titik transisi gelas merupakan
temperatur dimana bagian polimer yang
kaku seperti gelas berubah menjadi elastis
seperti karet

Temperature dimana terjadi fenomena glass transition disebut glass


transition temperature. Amorphous solid yang terbentuk dari glass
transition disebut glass.Proses pendinginan liquid menjadi kondisi glass
disebut vitrification.
Ketika suatu polimer berada pada kondisi di bawah Tg-nya, polimer
tersebut akan menjadi keras namun rapuh seperti gelas. Dan sebaliknya,
apabila berada pada kondisi di atas Tg polimer akan plastis dan fleksibel.
Ada polimer yang memiliki Tg di atas temperatur ruang dan ada pula
yang Tg-nya di bawah temperatur ruang. Contoh plastik yang keras
seperti polistirena ( Kotak Makan dari Styrofoam ) dan poli(metal
metakrilat) Tg = 100oC diatas temperatur ruang ( Kondisi Glassy ). Pada
saat menjadi plastis berarti telah melewati Tg dan ketika mulai meleleh
berarti telah melewati Tm. Contoh lain, poliisoprena yang biasa kita sebut
karet, memiliki Tg -70oC, sehingga pada temperatur ruang berada dalam
bentuk rubbery yang fleksibel karena berada di atas Tg-nya.

Struktur isotaktik cenderung bersifat kristalin, struktur


ataktik cenderung bersifat amorf, dan struktur sindiotaktik
cenderung bersifat kristalin dan / atau semikristalin.

Temperatur transisi gelas (Tg) merupakan salah satu sifat fisik


penting dari polimer yang menyebabkan polimer tersebut
memiliki daya tahan terhadap panas atau suhu yang berbedabeda. Dimana pada saat temperatur luar mendekati temperatur
transisi glassnya maka suatu polimer mengalami perubahan
dari keadaan yang keras kaku menjadi lunak seperti karet
(Hidayat, 2003).
transisi gelas dapat diartikan sebagai perubahan fisik polimer
dari rubbery/ plastis menjadi glassy. Ketika suatu polimer
berada pada kondisi di bawah Tg-nya, polimer tersebut akan
menjadi keras namun rapuh seperti gelas. Dan sebaliknya,
apabila berada pada kondisi di atas Tg polimer akan plastis
dan fleksibel.
Tinggi rendahnya Tg berkaitan dengan struktur (flexibility
backbone) yang dimiliki polimer. Polimer dengan struktur yang
sulit bergerak (rigid) akan memiliki Tg yang tinggi. Pada
polimer yang rigid diperlukan panas yang lebih banyak untuk
menjadikannya mudah bergerak sehingga mencapai bentuk
rubbery.

CONTOH POLIMER YANG MEMILIKI STRUKTUR RIGID


ADALAH POLI(FENILEN SULFON). POLIMER INI TIDAK
MEMILIKI TG, BAHKAN JIKA DIPANASKAN SAMPAI 500OC
PUN AKAN TETAP GLASSY. DAN AKAN MENGALAMI
DEKOMPOSISI SEBELUM MENCAPAI TG-NYA.
SEBALIKNYA, POLIDIMETILSILOKSAN (PDMS) ADALAH
CONTOH POLIMER YANG MEMILIKI STRUKTUR YANG
FLEKSIBEL DENGAN TG -127OC. PADA TEMPERATUR
RUANG PDMS BERWUJUD CAIR YANG SERING
DIGUNAKAN SEBAGAI PENGENTAL PADA SHAMPOO DAN
CONDITIONER. UNTUK MENGETAHUI TG SUATU POLIMER
DAPAT DIGUNAKAN DIFFERENTIAL SCANNING
CALORIMETRY (DSC).

FENOMENA TERKAIT
PEMROSESAN POLIMER
Kristalisasi
Fenomena keteraturan yang diperoleh saat proses
pendinginan untuk memperoleh fase padat yang teratur
(kristalin)
Leburan
Proses kebalikan dari kristalisasi di peroleh saat pemanasan
Transisi gelas
Fenomena ketika polimer dalam bentuk leburan didinginkan
sehingga membentuk padatan kaku yang tidak teratur.

Temperatur lebur (Tm) adalah titik tengah temperatur dimana


polimer itu melebur
Temperatur gelas (Tg) adalah titik tengah temperatur dimana
polimer berada dalam transisi gelas
Faktor yang mempengaruhi nilai Tg dan Tm polimer:
1.Bentuk ikatan
2.Bobot molekul
3.Derajat percabangan rantai
4.Jenis gugus samping berbentuk polimer
5.Taktisitas.

Pada suhu rendah semua polimer berupa padatan


kaku dan keras
Sedangkan pada suhu tinggi semua polimer bergerak
bebas membentuk keadaan cair yang kental
Cara polimer berubah dari padat ke cair:
1.Melewati titik gelas menuju titik lebur
2.Langsung menuju titik lebur tidak ada transisi
gelas teramati
(polimer kristal)

KESIMPULAN
Jadi perbedaan melting dan transition adalah :
1.Fase polimer : bentuk amorf mempunyai Transition glass,
sedangkan bentuk kristal mempunyai titik leleh (melting point)
2.Struktur molekul : gelas struktur molekulnya tidak beraturan
dan bersifat imobile sehingga bentuknya kaku seperti padatan.
Sedangkan kristal struktur molekulnya teratur
3.melting : temperatur dimana polimer padatan cair (Titik
leleh hanya dimiliki oleh polimer kristalin). Sedangkan titik
transisi gelas merupakan temperatur dimana bagian polimer
yang kaku seperti gelas menjadi elastis seperti karet

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai