Anda di halaman 1dari 6

FRAKTUR IGA (Costae)

1.Definisi
Costa merupakan salah satu komponen pembentuk rongga dada yang memiliki
fungsi untuk memberikan perlindungan terhadap organ didalamnya dan yang lebih
penting adalahmempertahankan fungsi ventilasi paru.Fraktur Costa adalah
terputusnya kontinuitas jaringan tulang / tulang rawan yang disebabkanoleh
rudapaksa pada spesifikasi lokasi pada tulang costa.Fraktur costa akan
menimbulkan rasa nyeri, yang mengganggu proses respirasi, disamping ituadanya
komplikasi dan gangguan lain yang menyertai memerlukan perhatian
khusus dalam penanganan terhadap fraktur ini. Pada anak fraktur costa sangat
jarang dijumpai oleh karenacosta pada anak masih sangat lentur.
2.KlasifikasiMenurut jumlah costa yang mengalami fraktur dapat dibedakan:
1) Fraktur simple
2) Fraktur multiple
Menurut jumlah fraktur pada setiap costa dapat
1) Fraktur segmental2) Fraktur simple3) Fraktur comminutif
Menurut letak fraktur
dibedakan :
1) Superior(costa 1-3)
2) Median (costa 4-9)
3) Inferior (costa 10-12)
Menurut posisi
:1) Anterior,2) Lateral3) Posterior.
3.Etiologi
C o s t a m e r u p a k a n t u l a n g p i p i h d a n m e m i l i k i s i f a t y a n g l e n t u r. O l e h
k a re n a t u l a n g i n i sangat dekat dengan kulit dan tidak banyak memiliki
pelindung, maka setiap ada traumadada akan memberikan trauma juga kepada
costa.Fraktur costa dapat terjadi dimana saja disepanjang costa tersebut.Dari
keduabelas pasangcosta yang ada, tiga costa pertama paling jarang
mengalami fraktur hal ini disebabkankarena costa tersebut sangat
terlindung.
Costa ke 4-9 paling banyak mengalami fraktur
,karena posisinya sangat terbuka dan memiliki pelindung yang sangat
sedikit, sedangkantiga costa terbawah yakni costa ke 10-12 juga jarang

mengalami fraktur oleh karena sangatmobile .Pada olahragawan biasanya lebih


banyak dijumpai fraktur costa yang undisplaced , olehkarena pada olahragawan
otot intercostalnya sangat kuat sehingga dapat mempertahankanfragmen costa
yang ada pada tempatnya.Secara garis besar penyebab fraktur costa dapat dibagi
dalam 2 kelompok :1.
Disebabkan trauma
a.. Trauma tumpulPenyebab trauma tumpul yang sering mengakibatkan adanya
fraktur costa antara lain :Kecelakaan lalulintas,kecelakaan pada pejalan kaki ,jatuh
dari ketinggian, atau jatuh padadasar yang keras atau akibat perkelahian. b. Trauma
TembusPenyebab trauma tembus yang sering menimbulkan fraktur costa :Luka
tusuk dan lukatembak 2.
Disebabkan bukan trauma
Yang dapat mengakibatkan fraktur costa ,terutama akibat gerakan yang
menimbulkan putaran rongga dada secara berlebihan atau oleh karena adanya
gerakan yang berlebihandan stress fraktur,seperti pada gerakan olahraga : Lempar
martil, soft ball, tennis, golf.
4. Patofisiologi
Fraktur costa dapat terjadi akibat trauma yang datangnya dari arah depan,samping
ataupundari arah belakang.Trauma yang mengenai dada biasanya akan
menimbulkan traumacosta,tetapi dengan adanya otot yang melindungi costa pada
dinding dada,maka tidak semuatrauma dada akan terjadi fraktur costa.Pada trauma
langsung dengan energi yang hebat dapat terjadi fraktur costa pada
tempattraumanya .Pada trauma tidak langsung, fraktur costa dapat terjadi apabila
energi yangditerimanya melebihi batas tolerasi dari kelenturan costa
tersebut.Seperti pada kasuskecelakaan dimana dada terhimpit dari depan dan
belakang,maka akan terjadi fraktur padasebelah depan dari angulus costa,dimana
pada tempat tersebut merupakan bagian yang palinglemah.Fraktur costa yang
displace akan dapat mencederai jaringan sekitarnya atau bahkan
organdibawahnya.Fraktur pada costa ke 4-9 dapat mencederai a.intercostalis
,pleura visceralis,parumaupun jantung ,sehingga dapat mengakibatkan timbulnya
hematotoraks,pneumotoraksataupun laserasi jantung.
5. Diagnosis
Sebanyak 25% dari kasus fraktur costa tidak terdiagnosis, dan baru terdiagnosis
setelahtimbul komplikasi,seperti hematotoraks dan pneumotoraks.Hal ini dapat
terjadi padaolahragawan yang memiliki otot dada yang kuat dan dapat
mempertahankan posisi fragmentulangnya
6. Diagnosis Banding
1) Fraktur Sternum2) Fraktur Vertebrae3) Stress Fraktur 4) Osteoarthritis5)
Pneumotoraks6) Cedera trakea dan bronkus.
7. Penatalaksanaan
Penanganan umum dengan memperhatikan A (airway), B (breathing), C
(circulation).1) Anamnesis yang lengkap dan cepat.Yang perlu ditanyakan adalah
waktu kejadian, tempatkejadian, jenis trauma (tertembak, tertusuk, terpukul,dll.),
arah masuk keluar perlukaan, bagaimana keadaan penderita selama dalam
perjalanan.
2) Pemeriksaan fisik.Adapun pada pemeriksaan fisik perlu diperhatikan adanya :a.
Nyeri tekan, krepitasi dan deformitas dinding dada. b. Adanya gerakan paradoksalc.

Tanda-tanda insuffisiensi pernapasan : sianosis, tachypnea.d. Kadang akan tampak


ketakutan dan kecemasan karena saat bernapas bertambah nyerie. Periksa paruparu dan jantung, dengan memperhatikan adanya tanda-tanda pergeserantrakea,
pemeriksaan ECG, saturasi oksigen.f. Periksa abdomen terutama pada fraktur costa
bagian inferior : diafragma, hati, limpa,ginjal, dan usus.g. Periksa tulang rangka :
vertebrae, sternum, clavikula, fungsi anggota gerak h. Nilai status neurologis :
plexus brachialis, intercostalis, subclavia.Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan
melakukan foto roentgen. Pemeriksaan roentgentoraks harus dilakukan untuk
menyingkirkan cedera toraks lain. Setelah dibuktikan denganfoto roentgen bahwa
terjadi fraktur pada costa, maka pada daerah cedera harus dipasangstrapping/ balut
tekan yang kuat selama 2-3 minggu. Pada cedera yang lebih hebat,
perawatanrumahsakit diperlukan untuk menghilangkan nyeri, penganganan batuk
dan penghisapanendotrakeal.
Fraktur 1-2 iga tanpa adanya penyulit/kelainan lain : konservatif (analgetika)
Fraktur >2 iga : waspadai kelainan lain (edema paru, hematotoraks, pneumotoraks)
Penatalaksanaan pada fraktur iga multipel tanpa penyulit
p n e u m o t o r a k s , hematotoraks, atau kerusakan organ intratoraks lain, adalah:

Analgetik yang adekuat (oral/ iv /


intercostal block
)

Bronchial toilet

Cek Lab berkala : Hb, Ht, Leukosit,Trombrosit,dan analisa gas darah

Cek Foto Ro berkalaPenatalaksanaan fraktur iga multipel yang disertai


penyulit lain (seperti: pneumotoraks,h e m a t o t o r a k s d s b . ) , d i t u j u ka n
u n t u k m e n g a t a s i ke l a i n a n y a n g m e n g a n c a m j i w a s e c a r a l a n g s u n g ,
d i i ku t i o l e h p e n a n g a n a n p a s c a o p e r a s i / t i n d a ka n y a n g a d e ku a t
( a n a l g e t i ka ,
bronchial toilet
, cek lab dan ro berkala), sehingga dapat menghindari morbiditas/komplikasi.
Komplikasi tersering adalah timbulnya atelektasis dan pneumonia, yang
umumnya akibatmanajemen analgetik yang tidak adekuat.
8.Prognosis
Fraktur costa pada anak dengan tanpa komplikasi memiliki prognosis yang baik,
sedangkan pada penderita dewasa umumnya memiliki prognosis yang
kurang baik oleh karena selain penyambungan tulang relatif lebih lama juga
umumnya disertai dengan komplikasi.Keadaanini disebabkan costa pada orang
dewasa lebih rigit sehingga akan mudah menusuk pada jaringan ataupun
organ di sekitarnya.Kecurigaan adanya trauma traktus neurovaskular utama
ekstremitas atas dan kepala (pleksus brakhialis, a/v subklavia, dsb.), bila terdapat
fraktur pada iga I-III atau fraktur klavikula.

Page | 20
Fisiologi
1.PernapasanPe rn a p a s a n t e rd i r i d a r i i n s p i r a s i ( m e n a r i k n a p a s ) d a n
e k s p i r a s i ( m e n g e l u a r k a n n a p a s ) Pernafasan normal umumnya berkisar antara
12-20 kali/menit. Pernafasan yang lebih dari 24kali/menit dikenal sebagai
tachypnoe.A p a b i l a p e r n a f a s a n b u a t a n d i b u a t l e b i h d a r i 2 4
k a l i / m e n i t , m a k a d i k e n a l s e b a g a i hiperventilasi.Tachypnoe dapat
sebagai akibat keadaan fi siologi (ketakutan, kecapaian, dsb) tetapi
jugadapat merupakan indikator bahwa ada yang tidak beres dengan masalah
breathing.

Inspirasi : dilakukan secara aktif

Ekspirasi : dilakukan secara pasif Fungsi respirasi : Ventilasi : memutar udara.


Distribusi : membagikan
D i ff u s i
:
m e n u k a r
C O 2
d a n
O 2 Perfusi : darah arterial dibawa
k e jaringan.
2.
Hipoksia dan hiperkapniaPada dasarnya proses pernafasan bertujuan untuk
memasukan oksigen ke dalam tubuh,yang Kemudian akan berdifusi dalam darah.
Gangguan pernafasan akan mengakibatkangangguan oksigenasi (kadar O2 rendah )
yang dikenal sebagai hipoksia. Apabilagangguan pernafasan disertai dengan
penimbunan CO2 dalam darah, maka akan timbulhiperkapnia.Pada umumnya
hipoksia akan bermanifestasi sebagai dyspnoe (dis-pe-nu) sedangkanhiperkapnia
yang berat akan bermanifestasi sebagai sianosis.Hipoksia ringan umumnya sudah
akan memberikan gejala tachypnoe dan dyspnoe.Keadaan ini juga dikenal memakai
pulse oxymeter yang mengukur saturasi O2 dalam darah. Saturasi O2 di atas 95%
berarti normal.Hiperkapnia ringan tidak mungkin dikenal secara klinis.

Chest Trauma
Pulmonary Contusion
Pulmonary contusion is an injury to lung parenchyma, leading to oedema and blood collecting in
alveolar spaces and loss of normal lung structure & function. This blunt lung injury develops
over the course of 24 hours, leading to poor gas exchange, increased pulmonary vascular
resistance and decreased lung compliance. There is also a significant inflammatory reaction to
blood components in the lung, and 50-60% of patients with significant pulmonary contusions
will develop bilateral Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS).
Pulmonary contusions occur in approximately 20% of blunt trauma patients with an Injury
Severity Score over 15, and it is the most common chest injury in children. The reported
mortality ranges from 10 to 25%, and 40-60% of patients will require mechanical ventilation.
The complications of pulmonary contusion are ARDS, as mentioned, and respiratory failure,
atelectasis and pneumonia.

Diagnosis
Pulmonary contusions are rarely diagnosed on physical examination. The mechanism of injury
may suggest blunt chest trauma, and there may be obvious signs of chest wall trauma such as
bruising, rib fractures or flail chest. These suggest the presence of an underlying pulmonary
contusion. Crackles may be heard on auscultation but are rarely heard in the emergency room
and are non-specific.
Severe bilateral pulmonary contusions may present with hypoxia - but more usually hypoxia
develops as the pulmonary contusions blossom or as a result of subsequent ARDS.
Chest X-ray
Most significant pulmonary contusions are diagnosed on plain chest X-ray. However the chest Xray will often under-estimate the size of the contusion and tends to lag behind the clinical picture.
Often the true extent of injury is not apparent on plain films until 24-48 hours following injury.

Pulmonary Contusion
Admission CXR
Computed Tomography

Pulmonary Contusion
24 Hours

Computed tomography (CT) is very sensitive for identification of pulmonary contusion, and may
allow differentiation from areas of atelectasis or aspiration. CT also allows for 3-dimensional
assessment and calculation of the size of contusions. However, most contusions that are visible
only on a CT scan are not clinically relevant, in that they are not large enough to impair gas
exchange and do not worsen outcome. Nevertheless, CT will accurately reflect the extent of lung
injury when pulmonary contusion is present.

Management
Managment of pulmonary contusion is supportive while the pulmonary contusion resolves. Most
contusions will require no specific therapy. However large contusions may affect gas exchange
and result in hypoxaemia. As the physiological impact of the ocntusions tends to develop over
24-48 hours, close monitoring is required and supplemental oxygen should be administered.

Many of these patients will also have a significant chest wall injury, pain from which will affect
their ability to ventilate and to clear secretions. Management of a blunt chest injury therefore
includes adequate and appropriate analgesia. Tracheal intubation and mechanical ventilation may
be necessary if there is difficulty in oxygenation or ventilation. Usually ventilatory support can
be discontinued once the pulmonary contusion has resolved, irrespective of the chest wall injury.
The classic management of pulmonary contusion includes fluid restriction. Much of the data to
support this comes from animal models of isolated pulmonary contusion. However, while
relative fluid excess and pulmonary oedema will augment any respiratory insufficience, the
consequences of the opposite - hypovolaemia are more severe and long-lasting. Prolonged
episode of hypoperfusion in trauma patients will result in inflammatory activation and acute lung
injury, and may result in ARDS and multiple organ failure. Hence the goal for management of
patients with pulmonary contusion should be euvolaemia.
Complications
Pulmonary contusions will usually resolve in 3 to 5 days, provided no secondary insult occurs.
The main complications of pulmonary contusion are ARDS and pneumonia. Approximately 50%
of patients with pulmonary contusion develop ARDS, and 80% of patients with pulmonary
contusions involving over 20% of lung volume. Direct lung trauma, alveolar hypoxia and blood
in the alveolar spaces are all major activators of the inflammatory pathways that result in acute
lung injury.
Pneumonia is also a common complication of pulmonary contusion, blood in the alveolar spaces
providing an excellent culture medium for bacteria. Clearance of secretions is decreased with
pulmonary contusion, and this is augmented by any chest wall injury and mechanical ventilation.
Good tracheal toilet and pulmonary care is essential to minimise the incidence of pneumonia in
this susceptible group.

Anda mungkin juga menyukai