TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
drainase sistem limfatik yang merupakan bagian dari peredaran darah seperti
al, 2017).
terus menurus dibagian tubuh seperti lengan atau tungkai, terkadang pada
wajah, karena penyumbatan dialiran limfatik ketika node atau kelenjar yang
penurunan rentan gerak sendi atau kelemahan otot. Hal ini menyebabkan
pada jalur limfik oleh sebab-sebab seperti perbedahan, terapi radiasi, dan
Onset penyakit yang terlambat (setelah usia 35), yang dikenal lyphedema
terda, jarang terjadi. Lymphedema primer adalah masalah medis penting yang
terjadi pada 1 dari setiap 10.000 orang dalam populasi umum. Penelitian
sebelumnya menggunakan imfografi kontras-minyak konvensional telah
pembuluh limfik, yang ditetapkan sebagai berikut: aplasia, diamana tidak ada
dimana saluran getah bening lebih kecil atau lebih sedikit jumlahnya dari
bawah lebih banyak atau lebih besar diameternya dari biasanya (Sadarmanta
B. Etiologi
yang merusak limfatik sistem, seperti oprasi pada kelenjar getah bening,
infeksi parasit. Pengangkatan kelenjar getah bening dari area ketiak setelah
CCBE1, VGFR-3. PTPN14, GATA2, and SOX18, hal ini terjadi saat awal
lyphedema mengenai ekstermitas, efeknya dapat terjadi juga pada regio lain
seperti kepala dan leher. Berbeda dengan edema vena, dimana peningkatan
satu atau kedua lengan atau kaki. Pembengkakan ini, yang bisa meluas kejari
tangan atau kaki, biasanya berkembang secara bertahap seiring waktu (Carter
et al, 2020).
BAB II
PROSES FISIOTERAPI
A. ASSESSMENT
1. Assesment Subyektif
2. Assesment Obyektif
c. Pernafasan: 20x/mnt
e. Berat badan: 58 kg
3. Pemeriksaan Umum
a. Inspeksi
Statis
Kesadaran kompos mentis, adanya
Dinamis
b. Palpasi
c. Perkusi
d. Auskultasi
e. PFGD
Hip :
Knee:
Ankle:
4. Pemeriksaan Khusus
1) Vas (nyeri)
2) MMT: kekuatan otot
3) Antropometri : Bengkak
4) Goneometer : LGS
B. DIAGNOSA FISIOTERAPI
1. Impairment
(s7702) otot
2. Fungsional Limitation
(d450) berjalan
3. Partocipation rectriction
(d9201) olahraga
(d840-d859) bekerja
C. PROGRAM FISIOTERAPI
motion/flexibility
c. Mengurangi pembengkakakan
d. Mengurangi nyeri
hari
D. INTERVENSI FISIOTERAPI
untuk kinerja teknik ini secara akurat (Tan & Wilson, 2019).
latihan elastis dan latihan fleksi dan abduksi bahu dan bisep
2019).
Pinar, 2018).
E. EVALUASI
1. Nyeri berkurang
F. EDUKASI
sakit.
Borman Pinar. (2018). Lymphedema diagnosis, treatment, and follow-up from the
view point of physical medicine and rehabilitation specialist. Turk J Phys
Med Rehab; 64(3):179-197
Bruns F, Micke O, Bremer M.(2017). Current Status Of Selenum and Other
Treatment for Secondary Lymphedema. J Support Oncol. 1;121-130
Carter, C., Jackson, V., & Edwards, D. (2020). An Overview of Lymphedema ,
Interventions , Functional Limitations , and the Disability Framework :
Advocacy for Those Who Suffer from Lymphedema ! Journal of
Rehabilitation Practices and Research, 1(104), 1–4.
Kariyan Oguz, Caloryn De La Cruz, Kaori Tane, Atilla Soran. (2017). Lymphedema:
From Diagnosis To Treatment. Turk J Surg 2017;33:51-57
Primasari Medisa. (2020). Lymphedema Diagnosis dan Terapi. Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga/RSUD Dr. Soetomo, Surabaya. Vol 33 ISSUE 2
Sudarmanta dan Siti Fatimah Azzahra. (2018). Limfografi magnetic Resonance Pada
Limfedema Ekstermitas Inferior. Jurnal Radiologi Indonesia. Volume 3
Nomer 2
Tan, C., & Wilson, C. M. (2019). Clinical Outcomes After Physical Therapy
Treatment for Secondary Lymphedema After Breast Cancer. Cureus, 11(5).
https://doi.org/10.7759/cureus.4779