Anda di halaman 1dari 308

TEKNIK

PEMBAKARAN
Dr. rer. nat. Ir. Yuswan Muharam, M.T.
Ir. Dijan Supramono, M.Sc.
Departemen Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

SILABUS

Pendahuluan
Dasar-dasar Pembakaran
Sistem Pembakaran
Kinetika Kimia pembakaran
Kimia Pembakaran
Nyala premix laminar
Nyala premix turbulen
Nyala non premix (difusi) laminar
Nyala non premix turbulen

REFERENSI

Combustion Fundamental and Application,


J. Warnatz, dkk, 1999
Combustion, I. Glassman, 1996
Simulating Combustion, G.P. Merker, dkk,
2004
Industrial Combustion Pollutants and Control,
C.E. Baukal Jr., 2004
Combustion Physics, C.K. Law, 2006
Combustion Fundamentals and Technology
of Combustion, El-Mahallawi, 2002
Combustion Theory, Williams, 1985

PENDAHULUAN
Dr. rer. nat. Ir. Yuswan Muharam, M.T.

APAKAH PEMBAKARAN ITU?

Sumber utama energi penggerak masyarakat


teknologi (~85% konsumsi energi dunia),
Sumber utama polusi udara,
Pemanfaatan:
Gaya

dorong pesawat dan pesawat ruang


angkasa, pembangkit listrik, pemanasan,
transportasi, dan pengolahan material.

APLIKASI PEMBAKARAN

Turbin gas dan mesin jet


Gaya dorong roket
Mesin piston
Senjata dan peledak
Furnace dan boiler
Sintesis material dengan nyala (fullerene,
nanomaterial)
Pengolahan bahan kimia (produksi carbon
black)
Pembentukan material
Fire hazards and safety

DEFINISI

Teknis
Reaksi

bahan bakar dengan oksidan,


Bersifat eksotermis,
Self-sustaining,
Melalui sejumlah peristiwa kimia dan fisika,
Membentuk air dan karbon dioksida (produk
reaksi paling stabil).

KLASIFIKASI

Pembakaran konvensional
Oksidasi

bahan bakar yang disertai nyala (flame)


atau temperatur tinggi.

Pembakaran non-konvensional
Oksidasi

bahan bakar yang tidak disertai nyala


atau temperatur tinggi.

KLASIFIKASI

Pembakaran subsonik atau deflagrasi


Terjadi

dalam kehidupan sehari-hari,


Kecepatan rambat gelombang reaksi pembakaran
lebih rendah dari kecepatan suara.

Pembakaran supersonik atau detonasi


Kecepatan

rambat gelombang reaksi pembakaran


lebih tinggi dari kecepatan suara.

PROSES PEMBAKARAN

Interaksi kompleks antara:


Proses

Dinamika fluida,
Perpindahan panas
Perpindahan massa

Proses

fisika:

kimia:

Reaksi kimia
Kinetika reaksi

Termodinamika

Aplikasi praktis melibatkan bidang ilmu lain:


aerodinamik, teknologi bahan bakar dan
rekayasa mesin.

TERMODINAMIKA

Stoikiometri,
Sifat gas dan campurannya,
Panas pembentukan,
Panas reaksi,
Kesetimbangan,
Temperatur nyala adiabatis

PERISTIWA PERPINDAHAN
Perpindahan

Konduksi,
Konveksi,
Radiasi,

Perpindahan

panas

massa

Total,
Spesi

Perpindahan

momentum
Aliran laminar
Aliran turbulens
Efek inersia dan viskositas
Aerodinamika pembakaran

KINETIKA KIMIA

Aplikasi thermodinamika pada sistem reaksi yang


menghasilkan:
Komposisi kimia produk pembakaran
Temperatur maksimum (temperatur nyala adiabatik)

Akan tetapi, thermodinamika saja tidak mampu


menginformasikan bahwa sistem reaksi akan
mencapai kesetimbangan atau tidak. Jika skala waktu
reaksi kimia yang terlibat di dalam proses
pembakaran sebanding dengan skala proses fisika
(misalnya difusi, aliran fluida) yang terjadi
bersamaan, maka sistem tersebut mungkin tidak
pernah mencapai kesetimbangan. Oleh karena itu,
kita memerlukan laju reaksi kimia di dalam
pembakaran.

KOMPONEN PEMBAKARAN

Bahan bakar
Berbasis

HC fosil
Gas bumi (metana, etana, dan propana),
Produk petroleum (bensin, diesel, jet fuel, fuel oil),
Batu bara dan produk batu bara (gas dan cairan
sintetik).

Oksidan
Oksigen

dari udara,
Bahan bakar dan oksidan merupakan bagian dari
molekul yang sama,
Bahan peledak (mis. TNT) dan propelan padat.

SEJARAH BAHAN BAKAR FOSIL

Sebelum 1900an: kayu,


Awal 1900an: batu bara,
1900an:
Produk

petroleum (hampir semua transportasi)


Batu bara (pembangkit listrik)

Akhir 1900an: gas bumi (pemanasan,


memasak, pembangkit listrik dan
transportasi).

SUPLAI ENERGI PRIMER TOTAL

Sumber: International Energy Agency

OUTLOOK SUPLAI ENERGI PRIMER


TOTAL DALAM MTOE

KONSUMSI ENERGI PER KAPITA

EMISI

Faktor-faktor:
Jenis

dan komposisi bahan bakar,


Rasio bahan bakar dan oksigen,
Desain sistem pembakaran,
Kondisi operasi (temperatur dan tekanan awal),
Aditif.

KLASIFIKASI EMISI

Bukan polutan:

CO2 dan H2O.

Polutan:

Bahan bakar tidak terbakar;


Nitrogen oksida (NO, NO2, dan N2O, atau NOx),
Sulfur oksida (SO2 dan SO3, atau SOx),
Produk pembakaran tak sempurna (PIC),

CO,
Senyawa organik asiri (VOC) seperti etana, etilena, propana,
asetilena dan pelarut, oksigenat (aldehida, keton, alkohol,
eter, peroksida),
Aromatik,
Polycyclic aromatic hydrocarbons (PAH),
Partikulat (karbon padat atau soot).

Senyawa terhalogenasi,
Logam.

KLASIFIKASI EMISI

KLASIFIKASI EMISI

EMISI

CO2
Sumber: semua pembakaran;
Bahaya pada kesehatan

> 5000ppm > 28jam,


Terjadi percepatan laju
Level di atmosfer meningkat dari 280ppm (sebelum
jaman industri) hingga > 350ppm (1990an);
Gas rumah kaca.
Bersama gas rumah kaca lain (mis. metana), CO
2
menyerap radiasi inframerah yang dipantulkan
bumi, sehingga energi di permukaan bumi
bertambah dan temperatur atmosfer meningkat.
Menjadi issue global, setelah Kyoto Protocol 1997.

WORLD CO2 EMISSIONS

WORLD CO2 EMISSIONS BY FUEL


SOURCE (IN 106 T)

WORLD CO2 EMISSIONS BY REGION

WORLD GREENHOUSE EMISSIONS


BY REGION

China ; 16%
Others; 29%
Canada ; 2%
Germany; 2%

United States of America ; 16%

Japan; 3%
India; 4%

European Union ; 12%

Russian Federation ; 5% Indonesia ; 5% Brazil ; 6%

EMISI

CO
Sumber:

kendaraan bermotor, proses industri.


Bahaya pada kesehatan:

9ppm (10mg/m3) > 8jam,


35ppm (40mg/m3) > 1jam,
tidak lebih dari sekali setahun (untuk keduanya)

Diserap

oleh paru-paru;
Memperlemah fisik dan mental;
Mempengaruhi perkembangan janin.

EMISI

NOx
Sumber:

kendaraan bermotor; pembangkit panas


dan listrik; asam nitrat; peledak; pabrik pupuk,
Bahaya pada kesehatan

NO2: 0,053ppm (100g/m3) > setahun;

Bereaksi

dengan HC dan sinar matahari


membentuk kabut oksidan fotokimia,
Masalah pernafasan dan penyakit jantung.

EMISI

SOx
Sumber:

pembangkit listrik dan panas berbahan


bakar minyak atau batu bara yang mengandung
sulfur; pabrik asam sulfat,
Bahaya pada kesehatan

SO2:
0,03ppm

(80g/m3) > setahun,


0,14ppm (365g/m3) > 24jam, tidak lebih dari sekali
setahun,
0,5ppm (1300g/m3) > 3jam.
Penyebab

iritasi tingkat menengah;


Penyebab utama hujan asam.

EMISI

VOC termasuk etana, etilena, asetilena,


propana, butana, pentana, aldehida, keton,
pelarut
Sumber:

kendaraan bermotor; penguapan pelarut;


industri proses; pembuangan limbah padat;
pembakaran bahan bakar; kilang minyak; SPBU;
pembersih pakaian; pencetakan; cait,
Breaksi dengan NOx dan sinar matahari membentuk
oksidan fotokimia.
Eksposur akut menyebabkan iritasi mata, hidung
dan tenggorokan; eksposur kronik menyebabkan
kanker.

EMISI

KONTROL
PEMBAKARAN KONVENSIONAL

Desain reaktor atau ruang bakar yang tahan


pada temperatur tinggi yang dihasilkan
Misal:

Silinder mesin pembakaran kendaraan berbahan


bakar bensin,
Tube alloy yang tahan temperatur tinggi pada
sistem pembangkit energi seperti turbin gas dan
furnace.

Desain proses pembakaran

Kondisi operasi,
Komposisi bahan bakar,
Rasio bahan bakar dan udara.

PEMBAKARAN
NON-KONVENSIONAL

T lebih rendah dari temperatur nyala.


Misal:
Fuel

cell H2-udara pada 80C, sedangkan nyala


hidrogen-udara 2000C.
Catalytic combustor beroperasi pada 800C dan
bahan bakar diproses pada rentang temperatur
yang lebar.

COMBUSTION
FUNDAMENTALS

INTRODUCTION

Three fundamental components


Fuel + Oxidizer + Diluents Combustion Products

FUEL

Gaseous Fuels
Liquid Fuels
Solid Fuels

GAS FUELS

Predominant fuel source in most of


application.
Contain multiple components such as
methane, hydrogen, propane, nitrogen and
carbon dioxide.
Sometimes referred to as refinery fuel gases.
The easiest to control because no
vaporization is required.
Simpler to control to minimize pollution
emissions because they are more easily
staged.

GAS FUELS

LIQUID FUELS

Used in some limited applications.


Waste liquid fuels are used in incineration processes.
Challenges of using oils
Vaporizing

the liquid into small enough droplets to burn


completely.

Improper atomization produces high unburned hydrocarbon


emissions and reduces fuel efficiency
Steam and compressed air are commonly used to atomize liquid
fuels
The atomization requirements often reduce the options for
modifying the burner design to reduce pollutant emissions.

Containing

impurities like nitrogen and sulfur

In the case of fuel-bound nitrogen, so-called fuel NOx emissions


increase
In the case of sulfur, all of the sulfur in a liquid fuel converts to SOx
emissions

LIQUID FUELS

LIQUID FUELS

LIQUID FUELS

The advantages of liquid fuel


The

flames much more luminous

Caused by the high solid carbon content which


produces infrared radiation when heated.
Enhance the radiation heat transfer from the flame to
the material being processed.
Indirectly reduce pollution emissions because the
higher heat transfer can improve the thermal
efficiency which means that less fuel needs to be
burned.

SOLID FUELS

Not commonly used in most industrial


combustion applications.
The most common solid fuels
Coal

in power generation
Coke in some primary metals production
processes.
Sludge (pseudosolid fuel) in incinerators.

Contain
Impurities

such as nitrogen and sulfur


Hazardous chemicals

OXIDIZER

Air (oxidant) air/fuel combustion


nitrogen diluent
21% oxygen oxidizer
79%

Oxygen-enhanced combustion (OEC)


Air

blended with pure O2

High

purity O2 oxy/fuel

combustion

AIR/FUEL BURNER

AIR ENRICHED WITH O2 BURNER

O2 LANCING BURNER

OXY/FUEL

AIROXY/FUEL

INTERNAL COMBUSTION ENGINE

The combustion of fuel and an oxidizer


(typically air) occurs in a confined
space called a combustion chamber.
This exothermic reaction creates gases
at high temperature and pressure,
which are permitted to expand.
Useful work is performed by the
expanding hot gases acting directly to
cause movement of solid parts of the
engine, by acting on pistons, rotors, or
even by pressing on and moving the
entire engine itself.

INTERNAL COMBUSTION ENGINE

DILUENT

To reduce and moderate the flame


temperatures that reduce NOx emissions.
To change the heat-transfer distribution from
the flame. The flame can be stretched to make
the flame radiation more uniform by dilution.
To increase the convection heat transfer in the
furnace (by adding to the flame).
Example:
Products

of combustion that are recycled back


toward or into the burner.
Water, steam, and gases like nitrogen or carbon
dioxide.

RECIRCULATION

Furnace gas recirculation (FuGR)


The

combustion products are drawn back into


the flame inside the furnace.

Flue gas recirculation (FlGR)


The

combustion products are drawn back into


the flame outside the furnace.

RECIRCULATION

For improved thermal efficiency


Enhanced

convective heat transfer inside the


combustor due to the improved fluid flow and
the increased residence time of the hot gases in
the combustor.

Reduced NOx emissions.


Reduces

the peak flame temperatures in the


combustion zone that are the primary source of
thermal NOx emissions

KONTROL
PEMBAKARAN

KONTROL PEMBAKARAN

Parameter kinerja proses pembakaran:


Energi;
Temperatur nyala;
Polutan;
Otoignisi;
Kecepatan perambatan nyala;
Radiasi;

Parameter pengontrol proses pembakaran:


Desain reaktor (ruang bakar) yang t ahan temperatur
tinggi,

Desain silinder mesin gasolin dan diesel,


Tube alloy sistem pembangkit tenaga (turbin gas dan furnace).

Desain proses pembakaran

Kondisi operasi, komposisi bahan bakar, rasio bahan bakar dan


udara.

KONTROL PEMBAKARAN

Yang diperlukan untuk mengontrol pembakaran


Kimia

pembakaran
Reaksi kimia;
Kinetika kimia;
Termodinamika.
Dinamika fluida
Neraca massa,
Neraca energi,
Persamaan gerakan,
Parameter transport (difusi, turbulensi, dispersi),
Sifat material (viskositas, densitas, konduktivitas
termal, kapasitas panas).

TIPE NYALA

Nyala premix
Laminar
Turbulen

Nyala non-premix (difusi)


Laminar
Turbulent

Nyala premix parsial


Laminar
Turbulent

NYALA PREMIX LAMINAR


(TURBULEN)

Bahan bakar (berwujud gas) dan oksidator


tercampur homogen sebelum terbakar
Aliran laminar (turbulen)
Nyala premix turbulen:
Pembakaran

di dalam mesin bensin


Pembakaran di dalam turbin gas

PEMBAKARAN DI DALAM MESIN


BENSIN

NYALA PREMIX LAMINAR


(TURBULEN)

Stoikiometri:
Nyala

premix disebut stoikiometri jika campuran


reaksi mengandung oksidator dalam jumlah yang
tepat untuk bereaksi dengan bahan bakar
(terbakar) secara sempurna.
Jika bahan bakar berlebih: sistem kaya bahan
bakar.
Jika oksigen berlebih sistem miskin bahan
bakar,
Komposisi udara standar:

NYALA PREMIX LAMINAR


(TURBULEN)

Stoikiometri:

(A/F)stoik

Rasio massa udara-bahan bakar


(massa udara)/(massa bahan bakar)

(A/F)stoik

= [5(32+3,762*28)]/(44) = 15,6
= rasio ekuivalensi bahan bakar

(A/F)stoik /(A/F)aktual

NYALA PREMIX LAMINAR


(TURBULEN)

Stoikiometri:

= 1: campuran stoikiometri
< 1: campuran miskin
> 1: campuran kaya
Konvensi Eropa dan Jepang menggunakan rasio
ekuivalensi udara,

= 1/

NYALA NON-PREMIX LAMINAR


(TURBULEN)

Bahan bakar (berwujud gas) dan oksidator


bercampur selama proses pembakaran
Contoh nyala non premix laminar:
Nyala

lilin

Contoh nyala non premix turbulen:


Mesin

roket hidrogen
Mesin diesel

NYALA NON-PREMIX LAMINAR


(TURBULEN)

Nyala lilin

CONTOH SISTEM PEMBAKARAN

STOIKIOMETRI
PEMBAKARAN

STOIKIOMETRI PEMBAKARAN

.
.
.
.
.
.

Untuk menghitung banyaknya udara yang


digunakan untuk mengoksidasi bahan bakar
secara sempurna menjadi CO2, H2O, N2 dan
SO2.
Pembakaran sempurna CH4 dengan udara:

STOIKIOMETRI PEMBAKARAN

Rasio volume udara-metana stoikiometri,


AFRv,:

Rasio massa udara-metana stoikiometri,


AFRm,:

CAMPURAN
NON-STOIKIOMETRI

Campuran miskin bahan bakar:


Kekurangan

bahan bakar dibandingkan rasio


stoikiometri;
Pembakaran mungkin sempurna;
Oksigen berlebih dalam produk.

Campuran kaya bahan bakar:


Kelebihan

bahan bakar dibandingkan rasio


stoikiometri;
Pembakaran tidak mungkin sempurna;
Intermediat dalam produk.

CAMPURAN
NON-STOIKIOMETRI

Rasio ekuivalensi, :

< 1 miskin bahan bakar;


> 1 kaya bahan bakar.

CAMPURAN
NON-STOIKIOMETRI

Rasio udara-bahan bakar relatif, 1/:


AFRaktual/AFRstoikiometri;
Disebut

juga rasio ekuivalensi pengoksidasi

Persen udara teoritis, 100/;


Persen udara berlebih, EA:

STOIKIOMETRI PEMBAKARAN

a, a1, a2 . = koefisien;

= rasio ekuivalensi;
Spesi lain dapat ditambahkan di sisi kanan;

STOIKIOMETRI PEMBAKARAN

Jika =1 dan reaksi sempurna

menjadi

STOIKIOMETRI PEMBAKARAN

Jika <1 dan reaksi sempurna, a2= a4 = 0;

Dari neraca atom C, H, dan O:


a1=x,

a3=y/2, dan a5=a(1-)/.

(1-)/

disebut udara berlebih.

menjadi

STOIKIOMETRI PEMBAKARAN

Jika >1, komposisi produk akhir harus


dihitung menggunakan kesetimbangan (CO
dan H2 ada sehingga lebih banyak variabel
tak diketahui dibandingkan persamaannya).

LATIHAN

Bahan bakar hidrokarbon dengan komposisi


84,1% massa C dan 15,9% massa H memiliki
berat molekul 114,15. Hitung jumlah mol
udara diperlukan untuk pembakaran
stoikiometri dan jumlah mol produk yang
dihasilkan per mol bahan bakar. Hitung
AFRstoikiometri!

JAWAB

Asumsikan komposisi bahan bakar CaHb.

BM = 114,15 = 12,011a + 1,008b


Analisis gravimetri:

a = 8; b = 18
bahan bakar adalah oktana
.

JAWAB

JAWAB

Pembakaran stoikiometri:
1

mol bahan bakar 59,66 mol udara


64,16 mol produk.

AFRstoikiometri = 59,66

HUKUM PERTAMA
TERMODINAMIKA

NERACA ENERGI
DAN ENTALPI

NERACA ENERGI
DAN ENTALPI

Volume konstan, TR = TP = T

menjadi

Panas reaksi pada volume konstan


pada T (per mol)

NERACA ENERGI
DAN ENTALPI

Tekanan konstan, TR = TP = T

menjadi

Panas reaksi pada tekanan konstan


pada T (per mol)

NERACA ENERGI
DAN ENTALPI

Hubungan (H)P,T dan (U)V,T

NERACA ENERGI
DAN ENTALPI

Produk pembakaran H2O fasa gas dan cair

NERACA ENERGI
DAN ENTALPI

Bahan bakar fasa gas dan cair

ENTALPI PEMBENTUKAN

Entalpi pembentukan sebuah senyawa:


Kenaikan entalpi terkait dengan reaksi pembentukan
satu mol senyawa dari unsur-unsurnya, dimana setiap
zat berada pada keadaan standar termodinamikanya
pada temperatur tertentu.
Keadaan standar:
Keadaan pada tekanan 1 atm dan temperatur tertentu.
Keadaan datum:
Semua keadaan termodinamika yang lain dirujuk ke
keadaan ini;
Biasanya 298,15 K (25 oC) dan 1 atm;
Entalpi unsur pada keadaan rujukannya pada temperatur
datum bernilai nol;
Keadaan rujukan unsur adalah keadaan standar stabilnya

Oksigen pada 298,15 K, keadaan rujukannya adalah gas O2.

ENTALPI PEMBENTUKAN

Entalpi produk pada keadaan standar relatif


terhadap datum entalpi:

Entalpi reaktan pada keadaan standar relatif


terhadap datum entalpi:

Kenaikan entapi:

CONTOH

Hitung entalpi produk dan reaktan serta


kenaikan entalpi dan kenaikan energi dalam
reaksi campuran stoikiometri metana dan
oksigen pada 298,15 K!

JAWAB

ENTALPI STANDAR

Entalpi standar

Entalpi sensibel

Entalpi fungsi temperatur:

Koefisien terdiri dari dua set (Program NASA):


1. 300 K 1000 K
2. 1000 K 5000 K

ENTALPI STANDAR

NILAI KALOR

Apabila komposisi bahan bakar tidak


diketahui, entalpi reaktan tidak dapat
dihitung dari entalpi pembentukannya;
Nilai kalor bahan bakar:
Panas

reaksi pada tekanan (volume) konstan pada


temperatur tertentu (biasanya 25 oC) untuk
pembakaran sempurna bahan bakar;
Diukur dengan menggunakan kalorimeter;
J/kg atau J/kmol bahan bakar.

NILAI KALOR

Nilai kalor tinggi (gross heating value):


Semua

H2O terkondensasi ke fasa cair;

Nilai kalor rendah (net heating value)


Semua

H2O berada pada fasa uap.

PEMBAKARAN ADIABATIK

Pembakaran adiabatik volume konstan:

Data energi dalam diberikan relatif terhadap


nilainya pada temperatur rujukan T0, U(T)
U(T0)

PEMBAKARAN ADIABATIK

Pembakaran adiabatik tekanan konstan:

Data entalpi diberikan relatif terhadap


nilainya pada temperatur rujukan T0, H(T)
H(T0)

PEMBAKARAN ADIABATIK

Temperatur nyala adiabatis

KINETIKA KIMIA

REAKSI KIMIA

Molekul-molekul spesi yang berbeda


bertumbukan, menghasilkan satu atau lebih
molekul baru;
Atom-atom molekul reaktan terdistribusi
kembali di dalam molekul-molekul yang baru;
Molekul-molekul reaktan harus memiliki energi
kinetik yang cukup sehingga ikatan kimianya
putus selama tumbukan dan ikatan baru
terbentuk;
Kandungan energi produk tumbukan berbeda
dari kandungan energi molekul-molekul yang
bertumbukan Dasar pelepasan atau
penyerapan panas dalam reaksi kimia.

REAKSI
GLOBAL (KESELURUHAN)

Pembakaran 1 mol CH4 dan 2 mol O2 menghasilkan


1 mol CO2 dan 2 mol H2O (reaksi sempurna).

Jumlah molekul reaktan yang bertumbukan untuk


menghasilkan produk tidak sama dengan yang
ditunjukkan oleh reaksi global.
Molekul-molekul yang bertumbukan tidak mungkin
memiliki cukup energi kinetik untuk mencapai
sedemikian banyak penataulangan ikatan tersebut
yang diperlukan oleh persamaan global.

REAKSI ELEMENTER

Reaksi yang terjadi pada level molekul yang


dijelaskan sesuai dengan persamaan reaksi
kimianya.

menunjukkan bahwa 2 mol H2 bereaksi


dengan 1 mol O2 menghasilkan 2 mol H2O
tidak benar!!!

REAKSI ELEMENTER

Realitas: proses berurutan yang melibatkan


beberapa spesi intermediate:

Reaksi ke-1 pemutusan satu ikatan H-H


dan O-O, pembentukkan 2 ikatan O-H dan
atom H.

REAKSI ELEMENTER

Radikal atau radikal bebas atau spesi reaktif:


molekul atau atom reaktif yang memiliki
elektron tidak berpasangan.
Gambaran lengkap pembakaran H2 dengan O2
lebih dari 20 reaksi elementer.

REAKSI RANTAI

Pembakaran hidrokarbon
Puluhan

hingga ratusan spesies dan radikal;


Ratusan hingga ribuan reaksi elementer yang
membentuk reaksi keseluruhan mekanisme
reaksi atau mekanisme kimia detail;
Proses menghasilkan produk; produk menginisiasi
proses lain yang sejenis rentetan
berkelanjutan dengan sendirinya.

REAKSI RANTAI

2.50: inisiasi rantai (intermediat reaktif terbentuk melalui aksi


sesuatu seperti panas atau molekul O2).

2.51: pencabangan rantai (menghasilkan lebih banyak radikal).

2.52: propagasi rantai (radikal berubah identitas, namun jumlahnya


sama).

2.53: terminasi rantai (radikal dikonsumsi dan rantai berakhir).

JENIS REAKSI ELEMENTER

Berdasarkan banyaknya molekul reaktan


Reaksi

elementer

orde keseluruhan (a1+a2+a3+),

orde a1 terhadap reaktan R1, dst.

Orde

keseluruhan disebut molekularitas.

JENIS REAKSI ELEMENTER

Bedasarkan molekularitasnya:
Reaksi

unimolekular

Reaksi

bimolekular

Reaksi

trimolekular

KETERGANTUNGAN KOEFISIEN
LAJU REAKSI PADA TEMPERATUR

Hukum Arrhenius:

= faktor praeksponensial;
Ea = energi aktivasi;
exp(-

Ea/RT): proporsi tumbukan yang terjadi di


antara molekul-molekul yang memiliki energi
kinetik yang lebih besar dari Ea.

KETERGANTUNGAN KOEFISIEN
LAJU REAKSI PADA TEMPERATUR

Reaksi biner:
Perilaku

Arrhenius pada rentang temperatur

sedang;
Ketergantungan koefisien laju pada temperatur
terletak pada eksponen.

Reaksi berenergi aktivasi rendah dengan


rentang temperatur lebar:
non-Arrhenius Arrhenius
termodifikasi

Perilaku

KETERGANTUNGAN KOEFISIEN
LAJU REAKSI PADA TEKANAN

Reaksi dekomposisi (unimolekular)


AB+C
dan rekombinasi (bimolekular)
A+BC+D
Laju

tergantung pada tekanan;


Reaksi tidak elementer (terdiri dari sejumlah
reaksi);
Model Lindemann: mempelajari ketergantungan
koefisien laju pada tekanan.

KETERGANTUNGAN KOEFISIEN LAJU


REAKSI PADA TEKANAN

Dekomposisi unimolekular:
Perlu

energi untuk memutus ikatan;


Energi ditransfer ke molekul melalui tumbukan dengan
molekul M (untuk merangsang getaran molekul);
Molekul yang terangsang terdekomposisi menjadi produk,
atau terdeaktivasi melalui tumbukan kedua, tergantung
pada kekuatan rangsangan.

KETERGANTUNGAN KOEFISIEN LAJU


REAKSI PADA TEKANAN

Laju

d A *
reaksi:dt ka A M k a A * M ku A *

KETERGANTUNGAN KOEFISIEN
LAJU REAKSI PADA TEKANAN
d A *
ka A M k a A * M ku A *
dt

Asumsi: konsentrasi A* dalam keadaan tunak


semu

KETERGANTUNGAN KOEFISIEN
LAJU REAKSI PADA TEKANAN
Keadaan

ekstrem

P <<<
[M] <<<

orde dua

Tahap

pembatas: aktivasi.

P >>>
[M] >>>
orde satu

KETERGANTUNGAN KOEFISIEN LAJU


REAKSI PADA TEKANAN

Pada P <<<, k cenderung ke arah k sehingga k


hampir tidak tergantung P.
Pada P >>>, k ~
ketergantungan linear.

MEKANISME REAKSI

Reaktan yang dikonsumsi dan diproduksi


muncul dari penjumlahan kontribusi
masing-masing reaksi elementer.
Contoh:

Laju konsumsi CH4 dan pembentukan CH3

MEKANISME REAKSI

Mekanisme yang terdiri dari R reaksi elementer dari S


spesies,

dimana r = 1, 2, , R,
= koefisien stoikiometri reaktan dan produk.
Laju pembentukan spesies i:

dimana i = 1, 2, , S.

ANALISIS
MEKANISME REAKSI

Mekanisme reaksi detail pembakaran


hidrokarbon terdiri dari ratusan raksi
elementer. Namun, beberapa di antaranya tidak
penting sehingga boleh dibuang.
Diperlukan metode analisis untuk mengeliminasi
reaksi tidak penting, di antaranya:
Analisis sensitivitas: mengidentifikasi tahap
reaksi pembatas laju.
Analisis aliran reaksi: mengidentifikasi jalur
reaksi karakteristik.
Informasi yang diperoleh dari kedua metode ini
dapat digunakan untuk membuang reaksi-reaksi
yang tidak penting sehingga mekanisme
menjadi sederhana atau tereduksi.

ANALISIS SENSITIVITAS

Hukum laju suatu mekanisme reaksi yang terdiri dari R


reaksi di antara S spesies dapat ditulis sebagai sistem
persamaan diferensial biasan orde pertama,

t: variabel bebas, ci: variabel tak-bebas, kr :parameter


sistem.

Solusi sistem persamaan diferensial biasa tergantung


pada kondisi awal dan parameter sistem.

ANALISIS SENSITIVITAS

Pada sejumlah reaksi elementer, perubahan


kr hampir tidak berpengaruh pada keluaran
sistem
Reaksi

dieliminasi;
kr tidak perlu akurat.

Pada sejumlah reaksi elementer lain,


perubahan kr sangat berpengaruh pada
keluaran sistem
kr

harus akurat;
Tahap penentu atau pembatas laju.

Ketergantungan solusi ci pada kr disebut


sensitivitas.

ANALISIS ALIRAN REAKSI

Analisis aliran reaksi menghitung persentasi


kontribusi setiap reaksi terhadap pembentukan atau
pemakaian spesies kimia.

TEMPERATUR
NYALA

TEMPERATUR NYALA ADIABATIK

Analisis dua tahap,


Pertama: reaksi pada 298,15 K; panas dilepas; banyaknya panas
dihitung berdasarkan banyaknya bahan bakar dan panas
pembakaran;
Kedua: panas di atas digunakan untuk menaikkan temperatur
produk dari 298,15 K ke temperatur akhir.

TEMPERATUR NYALA ADIABATIK

Dari harga entalpi, dihitung temperatur dimana kenaikan entalpi


total sama dengan panas yang dilepas oleh pembakaran sehingga
diperoleh temperatur produk akhir (menghitung Tf sedemikian
rupa sehingga Hukum Pertama Termodinamika terpenuhi:

n h T

i 1

in

reak

ni hi T f

i 1

prod

Tf berkurang jika
Ada panas yang hilang dari sistem,
Tin kurang dari 298,15 K,
Terjadi perubahan fasa, misalnya sebagian panas digunakan
untuk penguapan,

LATIHAN

Hitung temperatur nyala adiabatik pada


tekanan konstan untuk propana yang
terbakar bersama udara dengan komposisi
21% O2 dan 79% N2 (volume) pada =1.
Asumsikan pembakaran terjadi sempurna,
Pin=Pf=1 atm dan Tin=60 F.

DATA

JAWAB

Pada kondisi stoikiometri dan pembakaran sempurna:

Untuk propana:
C3H8 + 5(O2 + (0,79/0,21)N2) 3CO2 + 4H2O +
(5*0,79/0,21)N2

Komposisi udara:
O2 = 21% volume
N2 = 79% volume

Temperatur awal = 60 F = 520 R


Tekanan awal = 1 atm;
R = 0,7302 atm.ft3/lbmol/R

JAWAB

Asumsikan volume campuran mula-mula = 1


ft3
Mol campuran (propana, oksigen dan
nitrogen) di dalam bejana
n = (PV)/(RT)
n = (1 atm)(1 ft3)/(0,7302 atm.ft3/lbmol/R)/
(520 R)
n = 0,00263 lbmol.
Bahan bakar stoikiometri = (1/5) x volume O2
= (1/5) x 21 = 4,2

JAWAB

Karena untuk gas fraksi mol = fraksi volume,


maka
Fraksi

mol propana = (4,2)/(4,2+21+79) = 0,04031


Fraksi mol oksigen = (21)/(4,2+21+79) = 0,20154
Fraksi mol nitrogen = (79)/(4,2+21+79) = 0,75816

Reaktan
nC3H8

= (0,04031)(0,00263) = 0,00011 lbmol

mC3H8 = (0,00011 lbmol)(44 lb/lbmol) = 0,00484 lb


nO2

= (0,20154)(0,00263) = 0,00053 lbmol

nN2 =

(0,75816)(0,00263) = 0,00199 lbmol

JAWAB

Produk
nCO2

= (3)(0,00011) = 0,00033 lbmol

mCO2 = (0,00033 lbmol) (44 lb/lbmol) = 0,01452


lb
nH2O = (8)(0,00011)/2 = 0,00044 lbmol
mH2O = (0,00044 lbmol)(18 lb/lbmol) = 0,00792
lb
nN2 = 0,00199 lbmol
mN2 = (0,00199 lbmol)(28 lb/lbmol) = 0,05572 lb

JAWAB

Diselesaikan untuk mendapatkan T;


T = 3556 R = 3096 F = 1702 oC

LATIHAN

Apabila propana diganti dengan metana


dengan jumlah mol yang sama (0,00011 lb
mol) dan dibakar dengan udara secara
stoikiometri, berapa temperatur nyala
adiabatis?

JAWAB

CH4 + 2(O2 + (0,79/0,21)N2) CO2 + 2H2O +


(2*0,79/0,21)N2

Reaktan
CH4
O2

= 2(0,00011) = 0,00022 lbmol

N2 =

= 0,00011 lbmol = 0,00176 lb


(0,75816)(0,00263) = 0,00083 lbmol

Produk
CO2

= (1)(0,00011) = 0,00011 lbmol = 0,00484 lb

H2 O

= (4)(0,00011)/2 = 0,00022 lbmol = 0,00396 lb

N2 =

0,00083 lbmol = 0,02324 lb

JAWAB

Diselesaikan untuk mendapatkan T


T = 3584 R = 3124 F = 1717 oC
Bagaimana jika jumlah mol bahan bakar
berbeda?

PEKERJAAN RUMAH

What is the adiabatic flame temperature of


an ethylene (ethene, C2H4)-air mixture that contains exactly
and twice as much oxygen as is necessary (K-1)
a n-heptane-air mixture that contains exactly and twice as
much oxygen as is necessary (K-2)
a isooctane-air mixture that contains exactly and twice as
much oxygen as is necessary (K-3)
a n-octane-air mixture that contains exactly and twice as much
oxygen as is necessary (K-4)

to burn the fuel completely to CO2 and H2O?


Initial mixture temperature is 298 K and
combustion takes place at constant pressure of 1
atm. Assume complete combustion and no
dissociation

PANAS PEMBAKARAN
NON-ADIABATIK

LATIHAN

Hitung panas yang dilepaskan oleh


pembakaran 0,00484 lb propana dengan
udara secara stoikiometri pada 60 F dan
tekanan konstan 1 atm, dan jika temperatur
flue gas keluar = 1400 F!

JAWAB

Kurva entalpi air, CO, CO2 dan SO2 pada T > 60 F

JAWAB

Kurva entalpi hidrogen, udara dan oksigen pada T > 60 F

JAWAB

Kurva entalpi karbondioksida

JAWAB

Kurva entalpi nitrogen

Kurva entalpi air

KONVERSI TEKANAN

JAWAB

Massa
mH2O

mCO2

mN2

mC3H8

Pada 1400 F
hH2O

hCO2

hN2
Q

Panas dihasilkan dari


pembakaran gas kilang pada
T0 = 60 F dan temperatur
keluar Tf.

EFISIENSI PEMBAKARAN

Energi bahan bakar yang


disuplai ke dalam volume kontrol

KESETIMBANGAN KIMIA

Reaktan: vi (-); produk: vi (+)

Hukum termodinamika kedua


Konstanta kesetimbangan pada tekanan konstan

p0 = tekanan keadaan standar (biasanya 1 atm)

KESETIMBANGAN KIMIA

Pengaruh temperatur pada kesetimbangan:


Hukum Kirchoff
substitusi

G 0

H 0

T2

ln K p

d ln K p
dT

H 0

RT 2

H 0
d ln K p
dT
2
RT

KESETIMBANGAN KIMIA

Pengaruh temperatur pada kesetimbangan:

Persamaan Kirchhoff

Dalam besaran spesifik

d h 0 c p dT

Substitusi panas spesifik:

Hasilnya:

d h 0 a1 a2T a3T 2 a4T 3 a5T 4 RdT

KESETIMBANGAN KIMIA

Pengaruh temperatur pada kesetimbangan:

Integrasi

a
a
a
a

h 0 h00 a1T 2 T 2 3 T 3 4 T 4 5 T 5 R
2
3
4
5

Substitusi entalpi spesifik

0 a T a 2 T 2 a3 T 3 a4 T 4 a5 T 5 R

h
0
1
h 0
2
3
4
5

dT
d ln K p
dT

RT 2
RT 2

h00
a
a
a
a

Integrasi
ln Kp
a1 ln T 2 T 3 T 2 4 T 3 5 T 4 C
RT
2
6
12
20

KESETIMBANGAN KIMIA

Pengaruh tekanan pada kesetimbangan:

= 0: perubahan tekanan tidak mempengaruhi komposisi;


> 0: fraksi mol produk disosiasi berkurang dengan naiknya tekanan;
< 0: fraksi mol reaktan berkurang dengan naiknya tekanan;

KESETIMBANGAN KIMIA

Konstanta kesetimbangan Kc
For liquid

Hubungan Kc dan Kp (p0 = 1 atm)

PEKERJAAN RUMAH

Kembangkan persamaan umum untuk Kp


sebagai fungsi temperatur dan hitung Kp pada
temperatur 1000 oC untuk reaksi airgas
berikut:

MODEL TERMOKIMIA
SEDERHANA
Dr.rer.nat. Ir. Yuswan Muharam, M.T.
Departemen Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

MODEL TERMOKIMIA SEDERHANA

Diketahui campuran bahan bakar dan udara


pada P dan T.
Asumsi:
Kimia

pembakaran:
Fuel + v Udara Produk ,
Stoikiometri total:

1 kmol bahan bakar memerlukan v kmol udara;


1 kg bahan bakar memerlukan S kg udara;
S = v MWudara/MWfuel.

MODEL TERMOKIMIA SEDERHANA

Kinetika global:

yfu

= fraksi massa bahan bakar;

yox

= fraksi massa oksigen.

MODEL TERMOKIMIA SEDERHANA

Neraca massa bahan bakar:

Neraca energi:

Persamaan gerakan:

MODEL TERMOKIMIA SEDERHANA

Ketiga persamaan diselesaikan


dengan menggunakan kondisi batas;
Hasil:
Profil

konsentrasi (konversi) bahan bakar;


Profil konsentrasi oksigen (dengan hubungan
stoikiometri);
Profil temperatur pada keadaan transien
sepanjang ruang bakar;
Profil kecepatan perambatan nyala;

MODEL TERMOKIMIA LENGKAP

Menggunakan mekanisme reaksi;


Laju reaksi pembentukan/konsumsi semua spesi;
Neraca massa semua spesi (ratusan spesi, ratusan
persamaan);
Neraca energi (satu persamaan);
Persamaan gerakan (satu persamaan);
Ratusan persamaan diferensial dengan kondisi
batasnya diselesaikan menggunakan program

Homrea
Chemkin
Mixfla
Fluent
Comsol

MODEL TERMOKIMIA LENGKAP

Hasil
Profil

konsentrasi (konversi) bahan bakar;


Profil konsentrasi O2, CO2, CO, H2O, H2,
formaldehida, asetaldehida, propionaldehida,
metana, etana, butana, propana, etilena,
asetilena, butena, metanol, etanol, propanol,
keton dll.
Waktu tunda ignisi;
Profil temperetur
Profil tekanan
Profil kecepatan perambatan nyala.

MODEL TERMOKIMIA LENGKAP

Seting kondisi operasi (P dan T), rasio


ekuivalensi dan komposisi bahan bakar:
Meminimalkan

polutan,
Mengatur temperatur nyala;
Mengatur kecepatan perambatan nyala;
Mengetahui waktu tunda ignisi.

NYALA
Dr.rer.nat. Ir. Yuswan Muharam, M.T.
Departemen Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

NYALA

Zona reaksi yang bergerak relatif terhadap


gas yang manopangnya;
Reaksi eksotermis cepat;
Disertai emisi cahaya.

NYALA

Nyala premixed
Reaktan

dicampur sebelum mendekati daerah

nyala;
Campuran bahan bakar dan oksidan awalnya
berada di antara batas komposisi tertentu (batas
flamabilitas);

Nyala difusi
Pencampuran

bahan bakar dan oksidan serta


pembakaran terjadi di antarfasa.

NYALA

premixed

difusi

NYALA PREMIXED

Memiliki temperatur nyala adiabatik dan


kecepatan nyala (kecepatan flame front
datar yang normal terhadap bidang nyala dan
relatif terhadap reaktan yang tak-terbakar);
Terjadi jika campuran awal berada di antara
batas komposisi tertentu (batas
flamabilitas).

BATAS FLAMABILITAS

Batas flamabilitas bawah (batas kurus):


Titik

nyala yang dicapai saat gas bahan bakar dalam


jumlah sedikit ditambahkan sedikit demi sedikit ke
udara;

Batas flamabilitas atas (batas gemuk):


Titik

yang dicapai jika bahan bakar ditambahkan


lagi dimana campuran tidak lagi menyala.

Rentang flamabilitas melebar jika


Temperatur

campuran meningkat;
Tekanan campuran meningkat di atas tekanan
atmosfer;

Pelebaran terjadi pada batas atas.

BATAS FLAMABILITAS

Safety:
Area

penyimpanan flammable gas harus


diventilasi;
Perhatikan specific gravity gas; gas ringan
terkonsentrasi di langit-langit, gas berat di
dasar;
Ventilasi (alamiah atau mekanis) harus mampu
membatasi konsentrasi flammable gas maksimal
25% LFL.

TEMPERATUR NYALA

Temperature flue gas yang meninggalkan zona reaksi,


Tf;

Nyala premixed:
Komposisi campuran mudah diketahui;
Campuran masuk ke dalam nyala dengan temperatur dan
tekanan tetap;
Temperatur nyala mudah dihitung dari sifat
termodinamika campuran;
Nyala difusi:
Komposisi campuran sulit diketahui sehingga temperatur
nyala sulit dihitung;
Karena nyala dihasilkan pada antarfasa stoikiometri,
temperatur nyala maksimum tinggi (dekat temperatur
nyala adiabatik).

TEMPERATUR NYALA

Temperatur nyala bahan bakar/udara ~ 2000 K.


Dekat batas flamabilitas, Temperatur lebih rendah
1400-1500 K.
Temperatur nyala pembakaran fasa-gas (homogen)
stabil: >1400C (antara 1500 dan 1900C);
Temperatur tinggi ini memanaskan bahan bakar dan
udara yang datang secara konduksi, konveksi atau
radiasi.
Temperatur maksimum nyala premixed dapat
dikontrol melalui pengenceran udara.
Temperatur maksimum nyala difusi lebih tinggi (~
2000C untuk gas alam dan ~ 2200C untuk diesel)
karena terjadi stoikiometri pada flame front.
Akibatnya, nyala difusi lebih stabil;

TEMPERATUR NYALA TINGGI

Kelebihan:
Proses

lebih baik,
Nyala stabil,
Efisiensi konversi energi tinggi.

Kekurangan:
Pada

temperatur tinggi molekul nitrogen di udara


bereaksi dengan oksigen membentuk NOx; semakin
tinggi temperatur semakin cepat reaksi,
Pada temperatur tinggi produksi jelaga/soot
meningkat,
Temperatur nyala maksimum di dalam sistem
pembakaran perlu dibatasi.

KONSENTRASI NO KESETIMBANGAN

NYALA

Nyala premixed laminar metana:


sedikit fuel-rich ( = 1, kiri), fuel-rich dan sooting (> 1, tengah),
dan nyala difusi (kanan).

Luminositas nyala meningkat dengan meningkatnya


rasio ekuivalensi karena produksi soot meningkat.

NYALA

Gambar memperlihatkan probe pengambilan sampel


dari dalam nyala.
Pengukuran sampel:
Memberikan informasi kimia nyala;
Memahami kimia dan mekanisme pembakaran.
Nyala mengandung ratusan zat-antara (intermediate).

PROFIL KONSENTRASI NYALA


PREMIXED LAMINER

Profil konsentrasi spesi di dalam nyala metana fuelrich (nyala premixed) sepanjang nyala atau di atas
permukaan burner.

PROFIL KONSENTRASI SPESI MELEWATI FRONT


NYALA DIFUSI LAMINER

Etilena dari kiri dan oksigen dari kanan berdifusi


dan habis di zona nyala dengan tercapainya
temperatur puncak 1600C.

PERILAKU NYALA PREMIXED DAN


NYALA DIFUSI

Perilaku intermediate di dalam nyala difusi


dan nyala premixed sama.
Pola kontak bahan bakar dan oksidan di
dalam nyala difusi dan nyala premixed sangat
berbeda.
Mekanisme reaksi nyala premix dan nyala
difusi sama.

PROSES IGNISI
Dr.rer.nat. Ir. Yuswan Muharam, M.T.

Departemen Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

PROSES IGNISI

Reaksi cepat antara bahan bakar-oksigen.


Jenis:
Otoignisi

(pada mesin diesel);

Ignisi termal;karena campuran sudah panas sekali,


maka campuran akan langsung nyala tanpa ada jeda
Ignisi rantai;

Ignisi

induksi (pada mesin gasolin).karena ada


pemicu untuk memberika temperatur yang
sangat tinggi

OTOIGNISI IGNISI RANTAI

Bejana kosong vakum (T0 dan P0);


Reaktan masuk langsung mencapai P dan T0;
Temperatur berevolusi (Gambar b);
Setelah periode waktu tertentu (ignition delay time), temperatur
naik drastis, bahan bakar terbakar, temperatur turun kembali
karena panas hilang melalui dinding;
Disebut otoignisi atau ignisi sendiri atau ignisi spontan (rantai).

OTOIGNISI IGNISI RANTAI

Dipengaruhi oleh proses pencabangan rantai;


RH + O2 R* + HO2 (tahap inisiasi, lambat)
RH + HO2 R* + H2O2 (propagasi)
H2O2 OH + OH (pencabangan rantai)
RH + OH R* + H2O (propagasi, cepat)

OTOIGNISI IGNISI RANTAI

Selama periode tunda ignisi, populasi radical


pool meningkat secara eksponensial. Namun,
banyaknya bahan bakar yang dikonsumsi
serta panas yang dilepas terlalu kecil untuk
dideteksi.
Reaksi pencabangan rantai berlangsung
selama waktu induksi, sedangkan temperatur
tetap konstan.
Akhirnya, radical pool menjadi cukup besar
untuk mengonsumsi sebagian besar bahan
bakar, dan ignisi cepat terjadi.

DEFINISI
WAKTU TUNDA IGNISI

Konsumsi bahan bakar;


Pembentukan CO;
Pembentukan OH
Kenaikan tekanan pada volume konstan;
Kenaikan temperatur di dalam bejana
adiabatik.

OTOIGNISI - IGNISI TERMAL

Berlangsung pada temperatur


tinggi (atau tekanan tinggi);
Terdapat cukup energi untuk
menginisiasi campuran;
R1C CR2 R1C*+ *CR2
(inisiasi);
Temperatur langsung naik.

log T

Waktu

IGNISI INDUKSI

Disebabkan oleh sumber ignisi (loncatan


listrik, korek api dll);
Sumber ignisi memanaskan volume lokal
campuran sehingga mengalami otoignisi
(termal atau rantai);
Nyala merambat dan memanaskan volume
campuran lain;
Terjadi pembakaran secara self-sustained.

OTOIGNISI METANA

Semakin lean,
waktu tunda
ignisi semakin
cepat

Hijau: lean; merah: stoikiometri; biru: rich

OTOIGNISI N-PENTANA

OTOIGNISI N-HEPTANA

OTOIGNISI
BEBERAPA N-PARAFIN

PERANAN OTOIGNISI

Aspek keselamatan: otoignisi terjadi saat zat yang mudah


terbakar (batubara, minyak) disimpan.
Fenomena pengendali di dalam mesin diesel: bahan bakar
diinjeksi ke dalam udara bertekanan dan temperatur tinggi;
pembakaran dimulai secara spontan setelah ignition delay
time.
Fenomena pengendali di dalam mesin gasolin: saat nyala
merambat sepanjang silinder, atau saat langkah kompresi,
tekanan yang meningkat akan memanaskan campuran yang
belum terbakar sehingga dapat berignisi spontan (disebut
knock).
Aplikasi pembakaran yang lain (mis. turbin gas): bahan bakar
dan udara dicampur sebelum mencapai ruang bakar sehingga
berbahaya bila terjadi otoignisi; terjadi kerusakan struktural.
Karena peranannya tersebut, waktu otoignisi suatu campuran
perlu dihitung.

Diperlukan deskripsi kimia, temperatur dan tekanan awal serta


parameter aliran lain, misalnya rugi panas.

OTOIGNISI TANPA
RUGI PANAS

Apabila campuran stagnan homogen, adiabatik, volume


konstan, tidak ada konveksi dan difusi; persamaan energi

menjadi

Persamaan terakhir menjelaskan evolusi temperatur


terhadap waktu.

SENSITIVITAS
WAKTU TUNDA IGNISI

Temperatur awal (T pada t = 0)


Tekanan (densitas)
Konsentrasi bahan bakar dan oksigen.

BATAS IGNISI

Batas temperatur-tekanan yang memisahkan


daerah reaksi cepat dan daerah reaksi
lambat untuk rasio bahan bakar-oksigen
tertentu,
Berlaku untuk rasio ekuivalensi tertentu.

BATAS IGNISI H2-O2

Pada P dan T tertentu, campuran H2-O2 di dalam bejana akan


meledak spontan setelah waktu tunda ignisi.
Jika tekanan diturunkan sampai P1 (P1 < P), reaksi berlangsung
lambat; tidak terjadi ledakan spontan;
Jika tekanan dinaikkan sampai P2, (P2 > P), reaksi berlangsung
lambat; tidak terjadi ledakan spontan;
Fenomena ini diilustrasikan pada diagram eksplosi p-T.

BATAS IGNISI H2-O2

T = 800 K, p < 5 mbar


tidak berignisi.
Radikal reaktif, yang
terbentuk di fasa gas
berdifusi ke dinding untuk
bergabung kembali menjadi
spesies stabil.
Pada P rendah, laju difusi
lebih cepat dari laju
produksi radikal di fasa gas
sehingga ignisi tidak terjadi.
800 K

BATAS IGNISI H2-O2

Jika pada T = 800 K,


tekanan dinaikkan di atas
batas ignisi pertama, laju
difusi radikal ke dinding
berkurang sehingga lebih
rendah dari laju produksi
radikal terjadi ignisi
spontan.
Batas eksplosi pertama
bergantung pada kimia
permukaan bejana dimana
terjadi reaksi terminasi
rantai.
800 K

BATAS IGNISI H2-O2

Jika pada T = 800 K, tekanan


dinaikkan sampai 100 mbar, batas
eksplosi kedua terjadi karena
kompetisi antara reaksi
pencabangan dan terminasi rantai
di fasa gas.
Pada tekanan di bawah 100 mbar,
reaksi pencabangan rantai adalah
H + O2 OH + O
OH dan O bereaksi cepat dengan
bahan bakar menghasilkan H yang
selanjutnya bereaksi sesuai reaksi
di atas menghasilkan lebih banyak
lagi radikal. Radikal bertambah
dengan laju yang eksponensial
(dasar terjadinya eksplosi).
800 K

BATAS IGNISI H2-O2

Batas eksplosi kedua terjadi


karena reaksi pencabangan
rantai berkompetisi dengan
reaksi trimolekular
H + O2 + M HO2 + M
menghasilkan radikal HO2
yang reaktivitasnya sedang
(terminasi rantai).
Kenaikan laju reaksi
trimolekular dengan tekanan
lebih cepat dibandingkan
reaksi bimolekular. Pada
rentang tekanan tertentu, laju
reaksi trimolekular lebih besar
dari laju reaksi bimolekular
kompetitornya (reaksi lambat).

800 K

BATAS IGNISI H2-O2

Pada tekanan yang lebih


tinggi lagi, terjadi batas
eksplosi ketiga (batas
eksplosi termal) yang terjadi
karena kompetisi antara
panas yang dihasilkan oleh
reaksi kimia dan panas yang
hilang ke dinding bejana.
Apabila tekanan ditingkatkan
lagi maka produksi panas per
volume meningkat sehingga
pada tekanan tinggi terjadi
eksplosi.

800 K

BATAS IGNISI HIDROKARBON

Berbeda pada batas eksplosi


ketiga;
Karena terjadi proses kimia
tambahan (seperti
pembentukan peroksida);
Ignisi terjadi setelah emisi
pulsa cahaya pendek (ignisi
multitahap);
Pembakaran terjadi pada
temperatur rendah (nyala
dingin).

BATAS IGNISI HIDROKARBON

Penghambat ignisi di daerah nyala dingin (misalnya


CH4/O2)
CH3 + O2 CH3O2
(a)
CH3O2 + CH4 CH3OOH + CH3
(b)
CH3OOH CH3O + OH
(c)
Reaksi di atas membentuk mekanisme pencabangan
rantai yang menimbulkan ignisi.
Naiknya temperatur dapat menggeser kesetimbangan
reaksi (a). Pada temperatur yang lebih tinggi CH 3O2
terdekomposisi; tahap pencabangan rantai (c) tidak
lagi diumpan oleh reaksi (a).
Disebut kegagalan pencabangan saat T naik atau
koefisien temperatur negatif (negative temperature
coefficient NTC).

BATAS IGNISI HIDROKARBON

KIMIA PEMBAKARAN H2

ANALISIS SENSITIVITAS
PEMBAKARAN H2

PROGRES KONSENTRASI OH

IGNITION DELAY TIME H2

KECEPATAN NYALA H2

PROFIL H2, O2 DAN H2O

KIMIA PEMBAKARAN CH4

Kimia pembakaran CH4 sangat kompleks.

Molekul bahan bakar, sebelum menghasilkan CO2 dan H2O,


mengalami serangkaian tahap reaksi yang kompleks yang
membentuk banyak intermediat.

KIMIA PEMBAKARAN CH4

Rangkaian reaksi pembentukan CO2:

Oksidasi CO
Seri terakhir dalam pembakaran CH4, dan hidrokarbon
lain.
Berlangsung melalui reaksi dengan OH,

Radikal OH (serta H, O)
Radikal bebas penting di dalam proses pembakaran
nyala,
Secara bersama-sama membentuk radical pool di dalam
nyala melalui reaksi pencabangan rantai.

KIMIA PEMBAKARAN CH4

Reaksi pencabangan rantai:


.
Dasar

dari pembakaran H2,


Submekanisme penting dalam pembakaran semua
bahan bakar hidrokarbon.

Destruksi bahan bakar serta pembentukan


dan destruksi intermediat semuanya terjadi
melalui reaksi radikal bebas.

KIMIA PEMBAKARAN CH4

Reaksi penting di dalam nyala:


Reaksi

radikal-radikal karena konsentrasi radikal pada


flame front tinggi.
Bahan bakar HC diserang oleh radikal aktif H, O, dan
OH.
Radikal alkil terdekomposisi menjadi radikal alkil yang
lebih kecil dan alkena.
Radikal alkil terkecil (CH3 and C2H5) terdekomposisi
termal relatif lambat dan berkompetisi dengan reaksi
rekombinasi dan reaksi oksidasi dengan O atau O2
(tahap pengontrol laju di dalam nyala alkana dan
alkena).

KIMIA PEMBAKARAN CH4

Metana di dalam nyala diserang oleh radikal


H, OH, dan O,

KIMIA PEMBAKARAN CH4

Radikal CH3 mengalami rekombinasi


dehidrogenasi membentuk berbagai spesies
C2 yang konsentrasinya cukup tinggi di dalam
nyala fuel-rich.

KIMIA PEMBAKARAN CH4

Radikal vinil di dalam campuran fuel-lean


teroksidasi menjadi CO dan CO2,

KIMIA PEMBAKARAN CH4

Di dalam campuran fuel-rich, terjadi


pertumbuhan molekul menjadi C3C6
alifatik, aromatik, dan poliaromatik

KIMIA PEMBAKARAN CH4

Reaksi benzena dan naftalena (C10H8)


menghasilkan poliaromatik hidrokarbon (PAH)
yang lebih besar.
Pertumbuhan produk samping hidrokarbon
berikutnya membentuk spesies dengan
tekanan-uap sangat rendah. Spesies ini
berkondensasi dan mengalami dehidrogenasi
membentuk inti heterogen (cair) untuk
pembentukan jelaga (soot). Soot adalah
karakteristik penting dari nyala fuel-rich.

SKEMA PEMBENTUKAN JELAGA


MELALUI PAH

ANALISIS ALIRAN REAKSI


CH4-UDARA STOIKIOMETRI

ANALISIS SENSITIVITAS
CH4-UDARA STOIKIOMETRI

WAKTU TUNDA IGNISI CH4-O2

KECEPATAN NYALA CH4

KETERGANTUNGAN KECEPATAN
NYALA PADA KOMPOSISI

KETERGANTUNGAN KECEPATAN NYALA PADA


TEKANAN DAN TEMPERATUR

KIMIA NYALA
HIDROKARBON PANJANG

Kimia pembakaran hidrokarbon panjang


(propana, butana, bensin) melibatkan reaksireaksi yang sudah didiskusikan.
Pertama, bahan bakar terdekomposisi menjadi
intermediate reaktif serta fragmen bermassa
molekul rendah seperti metana dan etilena.
Produk dekomposisi ini menentukan kimia
nyala dan emisi dari alat pembakaran bahan
bakar hidrokarbon panjang.
Aspek kimia pembakaran sangat membantu
dalam mengembangkan mekanisme kinetika
detail untuk pembakaran semua jenis bahan
bakar hidrokarbon.

KIMIA NYALA
HIDROKARBON PANJANG

Meskipun mekanisme kinetika kimia detail


untuk hidrokarbon panjang terdiri dari
beberapa ratus spesies yang terlibat dalam
ribuan reaksi kimia elementer, namun jenis
reaksinya terbatas.
Berdasarkan pengamatan ini, kita dapat
merumuskan semua reaksi yang terjadi dalam
pembakaran dan oksidasi hidrokarbon panjang
bersama dengan koefisien lajunya dengan
menggunakan aturan sederhana.
Setiap aturan menggambarkan jenis reaksi
tertentu.

KIMIA NYALA
HIDROKARBON PANJANG

Jenis reaksi:
Dekomposisi

hidrokarbon;
Abstraksi atom H oleh radikal aktif;
Pemutusan radikal pada posisi ,
Abstraksi atom H internal (isomerisasi),
Penambahan molekul O2 ke radikal,
Pemutusan

ikatan O-O;
Penambahan radikal ke ikatan rangkap.

KIMIA NYALA
HIDROKARBON PANJANG

Koefisien laju (C>4) tergantung pada


Radikal

pengabstraksi atom H dari alkana,


alkena, aldehida, keton atau eter siklik;
Jenis atom H yang diabstraksi (primer, sekunder,
tersier);
Banyaknya atom H yang ekuivalen;
Ukuran struktur cincin intermediat (5, 6, 7 atau 8
anggota).

KIMIA NYALA
HIDROKARBON PANJANG

KIMIA NYALA
HIDROKARBON PANJANG

Kelompok reaksi
Reaksi

pada temperatur tinggi;


Reaksi pada temperatur rendah;

REAKSI PADA
TEMPERATUR TINGGI

Dekomposisi molekular alkana

C-H

> C-C ,
Kekuatan relatif C-H dan C-C: primer > sekunder
> tersier.

REAKSI PADA
TEMPERATUR TINGGI

Abstraksi atom H dari alkana

Koefisien laju tergantung pada

radikal pengabstraksi,
jenis atom H yang diabstraksi,
jumlah atom H ekuivalen.

C-H tersier < C-H sekunder < C-H primer;


Abstraksi atom H dari bahan bakar melalui serangan
molekul oksigen bertindak sebagai reaksi inisiasi. Pada
temperatur rendah, reaksi ini agak lambat karena energi
aktivasi yang tinggi (> 167 kJ/mol). Namun reaksi tetap
berjalan karena redikal R yang memulai rantai.

REAKSI PADA
TEMPERATUR TINGGI

Dekomposisi radikal alkil

Pemutusan

ikatan pada posisi terhadap lokasi

radikal.
Penting hanya pada temperatur tinggi (T > 900 K)
karena energi aktivasi tinggi.
Pada temperatur rendah reaksi penting adalah
penambahan radikal alkil pada molekul oksigen
(energi aktivasi nol).

REAKSI PADA
TEMPERATUR TINGGI

Isomerisasi radikal alkil

Radikal

alkil mentransfer atom H dari satu posisi ke


posisi radikal menghasilkan lokasi radikal baru.
Koefisien laju tergantung pada
Rintangan energi strain cincin, yang dijelaskan
dalam jumlah atom dalam struktur cincin keadaan
transisi (termasuk H),
Jenis atom H yang diabstraksi;
Jumlah atom H ekuivalensi.

REAKSI PADA
TEMPERATUR TINGGI

Oksidasi radikal alkil membentuk alkena

Reaksi

ireversibel,
Rintangan energi tidak besar,
Membentuk alkene konjugat.
Koefisien laju tergantung pada
Jenis atom H yang diabstraksi;
Jumlah atom H ekuivalensi.

REAKSI PADA
TEMPERATUR TINGGI

Dekomposisi alkena

Terjadi

melalui berbagai lintasan reaksi;


Yang paling penting adalah reaksi yang
membentuk radikal alil (energi aktivasinya
rendah ~ 290 kJ/mol),

REAKSI PADA
TEMPERATUR TINGGI

Abstraksi atom H alil

vinil
alil
alkenil

REAKSI PADA
TEMPERATUR TINGGI

Abstraksi atom H alil

Membentuk

radikal stabil-resonansi yang


selanjutnya putus pada posisi menghasilkan,
misalnya, 1-3-butadiena,
Koefisien laju tergantung pada:

Jenis atom H alil;


Jumlah atom H yang ekuivalen.

REAKSI PADA
TEMPERATUR TINGGI

Abstraksi atom H vinil


Dua

jenis H vinil

Sekunder
Tersier

Reaksi lebih sulit dibandingkan atom


Koefisien laju tergantung pada:

Jenis atom H vinil;


Jumlah atom H yang ekuivalen.

H alil.

REAKSI PADA
TEMPERATUR TINGGI

Abstraksi atom H alkenil


Berperan

pada reaksi
alkena rantai panjang
yang membentuk produk
teramati dalam
eksperimen seperti
dialkena (mis. C5H8).

Koefisien

laju:
Sama seperti abstraksi atom H dari alkana;
Tergantung pada jenis atom H;
Tergantung pada jumlah atom H yang ekuivalen.

REAKSI PADA
TEMPERATUR TINGGI

Penambahan H pada ikatan


rangkap

Sangat

eksotermis;
Kebalikan dekomposisi radikal alkil pada posisi .

REAKSI PADA
TEMPERATUR TINGGI

Penambahan CH3 pada ikatan


rangkap

Kebalikan

dekomposisi radikal alkil pada posisi .

REAKSI PADA
TEMPERATUR TINGGI

Penambahan O pada ikatan


rangkap

Membentuk

pendek.

radikal ketil dan alkil radikal

REAKSI PADA
TEMPERATUR TINGGI

Penambahan OH pada ikatan


rangkap

Membentuk

aldehida atau keton.

REAKSI PADA
TEMPERATUR TINGGI

Penambahan HO2 pada ikatan


rangkap

Membentuk

radikal alkil hidroperoksi, ROOH,


yang selanjutnya terdekomposisi membentuk
eter siklik, aldehida atau keton.

REAKSI PADA
TEMPERATUR TINGGI

Reaksi retroena

Reaksi

pergeseran hidrogen 1,5 yang diikuti


disosiasi;
Membentuk dua akene rantai pendek.
Contoh, reaksi 1-heptana menghasilkan 1-butena
dan propena.

REAKSI PADA
TEMPERATUR TINGGI

Isomerisasi radikal alkenil

Menghasilkan

radikal stabil-resonansi.
Isomerisasi tercepat: yang melibatkan keadaan
transisi yang mengandung lima atau enam atom.
Pada 1100 K isomerisasi radikal alkenil
menghasilkan radikal alil 5-10 kali lebih cepat
daripada pemutusan .

REAKSI PADA
TEMPERATUR TINGGI

Dekomposisi radikal alil

Pemutusan

ikatan pada posisi terhadap posisi

radikal;
Menghasilkan dialkena (misal: 1,3-butadiena dan
1,3-pentadiena).

REAKSI PADA
TEMPERATUR TINGGI

Dekomposisi radikal vinil

Pemutusan

ikatan pada posisi terhadap posisi


radikal untuk menghasilkan dialkena;
Menghasilkan alkuna.

REAKSI PADA
TEMPERATUR TINGGI

Dekomposisi radikal alkenil

Reaksi

ini penting jika isomerisasi radikal alkenil


tidak mungkin terjadi karena alkene terlalu
pendek.
Terjadi melalui pemutusan yang menghasilkan
Dialkena dan radikal alkil;
Alkena dan radikal alkenil pendek.

REAKSI PADA
TEMPERATUR TINGGI

REAKSI PADA
TEMPERATUR RENDAH

Penambahan alkil pada O2


Pada

T <, reaksi pemutusan alkil pada posisi dan


isomerisasi lambat karena Ea (113-167 kJ/mol).

Reaksi

alkil paling penting pada T < adalah


penambahan alkil pada O2.

Exothermic, reversible dan Ea <<< .


Jika T , reaksi bergeser ke kiri; RO2 terurai dan
konsentrasinya sangat rendah.

REAKSI PADA
TEMPERATUR RENDAH

Isomerisasi alkilperoksi
Melalui

transfer H (1,4-, 1,5-,


1,6- dan 1,7-)

Koefisien

laju reaksi tergantung pada


Rintangan energi strain cincin (5-, 6-, 7- and 8anggota)
Jenis H yang diabstraksi (primer, sekunder, tersier),
Jumlah H ekuivalen.

REAKSI PADA
TEMPERATUR RENDAH

Abstraksi H dari alkana oleh alkilperoksi

Koefieisn

laju reaksi tergantung pada

Jenis H yang diabstraksi,


Jumlah H ekuivalen.

REAKSI PADA
TEMPERATUR RENDAH

Reaksi alkilperoksi dengan HO2

Reaksi alkilperoksi dengan H2O2

REAKSI PADA
TEMPERATUR RENDAH

Pemutusan ikatan O-O hidroperoksida

Dekomposisi alkoksi

REAKSI PADA
TEMPERATUR RENDAH

Penambahan hidroperoksi alkil pada O2

Dekomposisi hidroperoksi alkil

REAKSI PADA
TEMPERATUR RENDAH

Pemutusan O-O pada hidroperoksi alkil

Oksidasi hidroperoksi alkil

REAKSI PADA
TEMPERATUR RENDAH

Pembentukan eter-skilis dari hidroperoksi


alkil

Terdiri

dari
Pemutusan O-O,
Pembentukan eter siklis.
Ea tergantung pada ukuran cincin siklis.
Eter

siklis: oksirana, oksetana, tetrahidrofurana,


tetrahidropirana.

REAKSI PADA
TEMPERATUR RENDAH

Isomerisasi alkil peroksi hidroperoksi

REAKSI PADA
TEMPERATUR RENDAH

Pemutusan O-O pada alkil dihidroperoksi

Dekomposisi ketohidroperoksida

REAKSI PADA
TEMPERATUR RENDAH

Dekomposisi O=RO

Abstraksi H dari eter siklis

REAKSI PADA
TEMPERATUR RENDAH

Abstraksi H dari aldehida atau keton

Dekomposisi ketil

N-PENTANA

185 spesi,
1186 reaksi elementer

N-HEPTANA

486 spesi,
2008 reaksi elementer.

N-HEPTANA

486 spesi,
2008 reaksi elementer.

N-HEPTANA

486 spesi,
2008 reaksi elementer.

N-HEPTANA

486 spesi,
2008 reaksi elementer.

N-HEPTANA

486 spesi,
2008 reaksi elementer.

N-HEPTANA

486 spesi,
2008 reaksi elementer.

N-HEPTANA

486 spesi,
2008 reaksi elementer.

N-HEPTANA

486 spesi,
2008 reaksi elementer.

N-HEPTANA

486 spesi,
2008 reaksi elementer.

ISO-OKTANA

950 spesi,
3361 reaksi elementer.

ISO-OKTANA

950 spesi,
3361 reaksi elementer.

ISO-OKTANA

950 spesi,
3361 reaksi elementer.

ISO-OKTANA

950 spesi,
3361 reaksi elementer.

ISO-OKTANA

950 spesi,
3361 reaksi elementer.

ISO-OKTANA

950 spesi,
3361 reaksi elementer.

ISO-OKTANA

950 spesi,
3361 reaksi elementer.

N-DEKANA

1253 spesi,
4177 reaksi elementer

N-DEKANA

1253 spesi,
4177 reaksi elementer

N-DEKANA

1253 spesi,
4177 reaksi elementer

N-DEKANA

1253 spesi,
4177 reaksi elementer

N-DEKANA

1253 spesi,
4177 reaksi elementer

N-DEKANA

1253 spesi,
4177 reaksi elementer

N-DEKANA

1253 spesi,
4177 reaksi elementer

ANALISIS SENSITIVITAS

N-heptana

ANALISIS SENSITIVITAS

N-heptana

ANALISIS SENSITIVITAS

N-heptana

ANALISIS SENSITIVITAS

N-heptana

ANALISIS SENSITIVITAS

N-heptana

N-PARAFIN

ALIRAN REAKSI CO

ALIRAN REAKSI CO

ALIRAN REAKSI CO

ALIRAN REAKSI CO2

ALIRAN REAKSI CO2

ALIRAN REAKSI CO2

Pada 1250 K

ALIRAN REAKSI CH2O

ALIRAN REAKSI CH2O

PEMBENTUKAN NITROGEN

Di dalam nyala, molekul nitrogen dan oksigen


berinteraksi menurut mekanisme Zeldovich
atau NO termal,

Kedua reaksi akan penting jika di atas


1500C.
Nyala difusi sangat rentan menghasilkan NO
konsentrasi tinggi pada temperatur nyala
tinggi.

PEMBENTUKAN NITROGEN

Pembentukan NO terjadi pula melalui mekanisme


NO, dan dari sumber nitrogen di bahan bakar.
Di dalam mekanisme NO, reaksi radikal CH dengan
N2, menghasilkan NO,

PEMBENTUKAN NITROGEN

Mekanisme reaksi ini berperan pula dalam proses


deNOx termal untuk menghilangkan NO dari produk
pembakaran menggunakan NH3.

Anda mungkin juga menyukai