Askep Aids2
Askep Aids2
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN AIDS
I.
DEFINISI
Acquired Immunodeficiency Syndrome ( AIDS ) merupakan suatu tahap akhir dari
berbagai gejala yang berlanjut sebagai akibat dari adanya infeksi Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ). ( Donna, 1999). Sedangkan menurut CDC
menyatakan bahwa diagnosis AIDS ditujukan pada orang yang mengalami infeksi
oportunistik, dimana orang tersebut mengalami penurunan system imun yang
mendasar ( sel T berjumlah 200 atau kurang ) dan memiliki antibody positif
terhadap HIV. ( Doenges, 2000 ).
II.
ETIOLOGI
AIDS disebabkan oleh adanya penekanan system kekebalan tubuh karena adanya
infeksi virus HIV. Diketahui ada 2 jenis virus yang menyebabkan AIDS, yaitu :
1. HIV tipe I
Merupakan jenis yang sering ditemukan terutama di negara-negara Barat,
Eropa dan Asia
2. HIV tipe II
Merupakan jenis yang endemic ditemukan di benua Afrika
HIV sendiri disebut sebagai retrovirus , dimana informasi genetic ditransmisikan
sebagai rantai tunggal RNA. Agar RNA mereplikasi diri, informasi ini ditransfer
dalam DNA rantai ganda dalam nucleus sel hospes. Aliran informasi terbalik atau
retro dari RNA ke DNA dibuat mungkin oleh enzim pembalik transcriptase
yang terdapat didalam pertikel retrovirus.
III.
PATHOFISIOLOGI
Transmisi AIDS dapat melalui salah satu atau lebih dari jalur-jalur dibawah ini :
1. Kontak seksual
2. Penyuntikan intavena obat dengan jarum yang tercemar
3. Pemberian darah atu produk darah yang terkintaminasi
2
4. Masuknya virus melalui ibu yang terjangkit
5. Pemajanan mukosa, termasuk kena cipratan pada mata, mulut dan hidung
Pada saat pertama kali terpapar oleh virus HIV, sel limfosit T4 terinfeksi,
kemudian disusul oleh infeksi monosit. Respon imun awal terhadap virus ini
adalh terbentuknya antibody, yang dapat dilihat di dalam serum setelah 4-7
minggu setelah infeksi parenteral.
Gambaran pathofisiologi :
HIV
Sel T4
Sel T4
Sel T8
Makrofag
Sel B
fungsi
Kerusakan
Fagositosis
Serum &
limfopenia
Sitoksisitas
Kemotaksis
Respon
antibody
3
IV.
KOMPLIKASI
1. Otak : terjadi inflamasi, tumor
2. Mulut, trachea, oesephagus : muncul kandidiasis
3. Paru-paru : terjadi infeksi pneumocystis carinii, infeksi jamur, TBC
4. Saluran pencernaan : infeksi salmonella dan prozoa mudah terjadi
5. Kulit ; terjadi Kaposis sarcoma, infeksi jamur, herpes zoster
V.
MANIFESTASI KLINIS
1. Aktivitas dan istirahat
mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas, kelelahan /
malaise, kelemahan otot, perubahan pola tidur
2. Sirkulasi
takikardi, perubahan TD postural, menurunnya volume nadi perifer,
pucat/sianosis, pengisian kapiler lambat
3. Integritas ego
stress, menguatirkan penampilan karena alopesia, lesi cacat, denial,
putus asa, rasa bersalah, depersi, kehuilangan control diri,
cemas, takut, menarik diri, marah, menangis
4. Eliminasi
diare intermitten, nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi, nyeri
tekan abdomen, lesi/abses rectal, perianal, perubahan urine
5. Makanan / cairan
anoreksia, mual/muntah, disfagia, penurunan BB yang progresif,
bsising usus hiperaktif, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut,
edema
6. Higiene
penampilan tidak rapi, ADL terganggu, kurang perawatan diri
7. Neurosensori
pusing/sakit kepala, perubahan status mental, konsentrasi menurun,
kerusakan sensasi, tremor, kebas/kesemutan ekstremitas,
penurunan tingkat kesadaran, tremor, kejang, perdarahan retina
4
8. Nyeri / keamanan
nyeri umum/lokal, nyeri dada, pembengkakan sendi, penurunan
rentang gerak, gerak otot melindungi bagian yang sakit
9. Pernafasan
Nafas pendek, progresif, batuk produktif/nonproduktif, takipnea,
perubahan bunyi nafas, sputum
10. Keamanan
riwayat trauma, riwayat menjalani transfuse darah, riwayat penyakit
defisiensi imun, riwayat PHS, demam berulang, perubahan
integritas kulit, abses rectum/perianal, pembesaran kelenjar limfe
11. Seksualitas
riwayat PHS, menurunnya libido, nyeri saat hubungan seks,
kehamilan, herpes pada genetalia, penggunaan kontrasepsi
12. Interaksi social
kehilangan orang terdekat, isolasi, kesepian, perubahan pola
interaksi dengan keluarga/orang terdekat, aktivitas tidak terorganisasi
13. Penyuluhan / pembelajaran
kegagalan mengikuti perawatan, melanjutkan perilaku beresiko,
penyalahgunaan obat-obatan IV,
VI.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DPL : anemia, trombositopeni idiopatik, leucopenia, pada infeksi tertentu jumlah
sel T rendah, atau tumor sel T.
TB ( PPD ) : untuk menentukan pamajanan terhadap TBC
Serologis :
Tes antibody serum : skrining HIV dengan ELISA, bila positif mengindikasikan
HIV tapi tidak merupakan diagnosa.
Tes Blot Westren : mengkonfirmasi diagnosa HIV
Sel T Limfosit : penurunan jumlah total
Sel T4 helper : bila < 200 mengindikasikan respon defisiensi imun yang hebat
Sel T8 supresor : rasio terbalik ( 2:1 pada T8 : T4) mengindikasi supresi imun
5
Kadar Ig : , terutama IgG dan IgA dengan IgM normal
Reaksi rantai polymerase ; mendeteksi DNA virus
Tes PHS : mengetahui penyakit seksual seperti sifilis, CMV mungkin positif
Pemeriksaan neurologist, mis. : EEG, MRI, CT Scan : bila terjadi perubahan
mental, perubahan sensori/motorik
Rontgent dada : mengetahui komplikasi pada saluran nafas
Biopsi : bila terjadi lesi neuplastik lainnya
Bronkoskopi ; bila terjadi kerusakan paru-paru
Endoskopi/kolonoskopi : bila dicurigai terdapat infeksi candida pada sstem GI
VII.
PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pengendalian infeksi oportunistik
Tujuan utama dari penatalaksanaan pasien AIDS adalah menghilangkan,
mengendalikan, atau memulihkan infeksi oprtunistik,infeksi nosokomial,
atau sepsis. Digunakan agen farmakologik yang spesifik untuk
mengidentifikasi
organisme
juga
agen-agen
eksperimental
untuk
Didanosine ( Dideoksynosin )
Ribavirin
Dideoxycytidine
penyebab
infeksi
HIV dan
IADS
dapat
diisolasi,
Upaya-upaya