di Indonesia
Oleh : Kelompok 7
Serly Dwi Nurhayati
1303000004
Dewi Asih Yustisiwi 1303000009
Fajar Nurhuda 1303000025
Prisillia Amandha
1303000032
Nina Andini 1303000039
Anggie Fitriani 1303000050
Liliana Kusumadewi
1303000053
tamu yang paling mereka hormati atau yang paling di tuakan. Jika sang tamu
terhormat atau yang paling tua belum duduk, tamu lain belum diperkenankan
duduk. Acara makan juga belum dimulai jika tamu terhormat belum mulai makan.
Saat santapan dimulai, orang muda harus menunggu orang yang lebih tua, baik
untuk mengambil nasi atau untuk memulai makan.
Saat makan sebaiknya tidak menggunakan suara yang keras atau tertawa yang
keras.
Bila mengambil nasi atau lauk sebaiknya mengambil dalam porsi yang cukup, kalau
kurang baru tambah lagi. Jangan sampai menyisakan sisa makanan didalam piring.
Saat mengunyah sebaiknya tidak berbunyi dan dengan mulut tertutup.
lauk pauk, dimasukkan ke mulut dengan cara dilempar dalam jarak yang dekat.
Ketika tangan kanan menyuap nasi, tangan kiri telah ada di bawahnya untuk menghindari
tercecernya nasi tersebut. bila ada nasi tercecer dipindahkan ketangan kanan lalu
dilemparkan kembali
Posisi duduk juga harus tegap dan tidak membungkuk dengan cara bersimpuh bagi
perempuan dan bersila bagi laki laki.
Tidak boleh menyisakan makanan pada piring karena dianggap tidak menghargai makanan.
Usahakan untuk menambah pada saat makan untuk menghargai tuan rumah yang telah
menyediakan makanan.
Tujuan dari tradisi makan ini adalah memunculkan rasa kebersamaan tanpa melihat
perbedaan status sosial.
Tahap pertama adalah persiapan, yakni mencari kayu bakar dan batu yang
dipergunakan untuk memasak. Batu dan kayu ditumpuk sedemikian rupa kemudian
dibakar hingga kayu habis dan batu menjadi panas.
Tahap selanjutnya adalah proses memasak atau membakar. Biasanya, masingmasing suku akan menyerahkan bahan makanan seperti babi atau ubi untuk diolah
Kemudian, kaum wanita akan menyiapkan bahan makanan tersebut, membelahnya
dan menyiapkan bahan lainnya seperti sayuran. Kaum pria akan membuat lubang
yang dilapisi alang-alang dan daun pisang. Batu yang telah panas kemudian
diletakkan di lubang tersebut menggunakan penjepit yang terbuat dari kayu.
Di atas batu panas tadi kemudian dilapisi lagi dengan alang-alang, dan ditaruh
bahan makanan yang akan dimasak, kemudian ditutup dengan dedaunan.
Dedaunan kembali ditutupi dengan batu-batu panas, lalu dilapisi daun-daun tebal.
Setelah daun-daun tebal, sayuran secara berlapis dengan daun dan batu
panas kembali diletakkan di atasnya. Proses memasak ini membutuhkan
waktu 60 hingga 90 menit. Setelah matang, makanan akan
dihamparkan di atas rerumputan kemudian diberi sari dari buah merah,
buah khas Papua, yang ditambah dengan penyedap rasa dan garam.
Tahap terakhir adalah makan bersama. Proses memakan makanan yang
telah dimasak dimulai dengan kepala suku, kemudian anggota sukunya.
Semua orang akan duduk mengelilingi makanan dan mendapat bagian
yang sama.