Anda di halaman 1dari 31

Tata Cara Makan

di Indonesia
Oleh : Kelompok 7
Serly Dwi Nurhayati
1303000004
Dewi Asih Yustisiwi 1303000009
Fajar Nurhuda 1303000025
Prisillia Amandha
1303000032
Nina Andini 1303000039
Anggie Fitriani 1303000050
Liliana Kusumadewi
1303000053

Makan adalah kebutuhan setiap orang. Makan adalah hal


yang dilakukan semua orang setiap harinya. Cara Makan
(Table Manner)adalah aturan etiket yang digunakan saat
makan dan juga mencakup penggunaan yang tepat dari
peralatan. Budaya yang berbeda mengamati aturan yang
berbeda untuk cara makan.

Tata Cara Makan di Indonesia

Makan dengan mulut yang tertutup saat mengunyah makanan.


Tidak bicara saat sedang makan
Tutupi mulut saat batuk atau bersin.
Jangan menyandarkan punggung di sandaran kursi.
Jangan menimbulkan suara saat mengunyah makanan.
Jangan memainkan makanan dengan peralatan makan.
Jangan mengejek atau memberitahu seseorang bahwa dia memiliki etika
makan yang buruk.
Jangan bersedekap di meja makan.
Jangan menatap mata orang lain saat dia sedang makan.

Jangan berbicara di telepon di meja makan. Meminta ijinlah saat Anda

benar benar harus menjawab telepon, dan meminta maaflah saat


kembali.
Jangan mengambil makanan dari piring orang lain dan jangan
memintanya juga.
Telan semua makanan yang ada di mulut sebelum minum.
Jangan menggunakan tangan saat mengambil makanan yang tersisa di
dalam mulut, gunakan tusuk gigi.
Diusahakan untuk tidak menyisakan makanan
Tunggu ada aba-aba untuk mulai memakan makanan yang dihidangkan.
Jangan mengangkat kaki saat makan
Jangan memakan makanan sambil berdiri atau berjalan
Tidak boleh bersendawa saat makan maupun selesai makan saat masih
di meja makan.

Tata Cara Makan Masyarakat


Jawa
Saat suatu keluarga mengadakan jamuan makan, tempat duduk ini diberikan pada

tamu yang paling mereka hormati atau yang paling di tuakan. Jika sang tamu
terhormat atau yang paling tua belum duduk, tamu lain belum diperkenankan
duduk. Acara makan juga belum dimulai jika tamu terhormat belum mulai makan.
Saat santapan dimulai, orang muda harus menunggu orang yang lebih tua, baik
untuk mengambil nasi atau untuk memulai makan.
Saat makan sebaiknya tidak menggunakan suara yang keras atau tertawa yang
keras.
Bila mengambil nasi atau lauk sebaiknya mengambil dalam porsi yang cukup, kalau
kurang baru tambah lagi. Jangan sampai menyisakan sisa makanan didalam piring.
Saat mengunyah sebaiknya tidak berbunyi dan dengan mulut tertutup.

Jangan bersendawa dan gelekan setelah makan.


Bila buang ingus harus keluar dari meja makan.
Bila diundang menjadi tamu di dalam jamuan makan di
rumah, sebaiknya mencobai semua jenis makanan yang
ada meskipun sedikit.
Menambah porsi makan tidak masalah asal jangan
berlebihan.

Tata Cara Makan Masyarakat


Sumatera
Ketika makan, nasi diambil sesuap saja dengan tangan kanan, setelah itu ditambah sedikit

lauk pauk, dimasukkan ke mulut dengan cara dilempar dalam jarak yang dekat.
Ketika tangan kanan menyuap nasi, tangan kiri telah ada di bawahnya untuk menghindari
tercecernya nasi tersebut. bila ada nasi tercecer dipindahkan ketangan kanan lalu
dilemparkan kembali
Posisi duduk juga harus tegap dan tidak membungkuk dengan cara bersimpuh bagi
perempuan dan bersila bagi laki laki.
Tidak boleh menyisakan makanan pada piring karena dianggap tidak menghargai makanan.
Usahakan untuk menambah pada saat makan untuk menghargai tuan rumah yang telah
menyediakan makanan.
Tujuan dari tradisi makan ini adalah memunculkan rasa kebersamaan tanpa melihat
perbedaan status sosial.

Tata cara makan adat Bali


1. Penyiapan makanan dilakukan secara bersamasama
2. Makanan yang dijadikan gibungan bahannya
bersumber dari daging, kelapa, dedauanan, dan
nasi putih
3. Satu porsi gibungan dimakan atau disantap oleh
delapan orang, bisa orang dewasa dan bisa pula
gabungan dengan anak-anak. Yang laki-laki
dengan laki-laki dan yang perempuan dengan
perempuan.

Dalam megibung, nasi dalam gundukan dalam jumlah


banyak ditaruh di tengah dengan wadah yang dialasi
daun pisang .
Dimana orang-orang yang akan megibung duduk bersila
dan membentuk lingkaran .Satu porsi nasi gibungan
dinikmati oleh satu kelompok yang disebut satu sela
terdiri dari delapan orang atau kurang.
Megibung biasanya terdiri dari banyak sela bahkan
hingga puluhan sela. Setiap sela dipimpin oleh pepara,
orang yang dipercaya dan ditugasi menuangkan lauk-pauk
di atas gundukan nasi secara bertahap.

Orang-orang yang megibung harus mengikuti tata tertib dan


aturan makan yang ketat.
Sebelum dimakan, nasi diambil dari nampan dengan cara dikepal
memakai tangan. Kemudian dilanjutkan mengambil daging dan
lauk-pauk lainnya secara teratur. Sisa makanan dari mulut tidak
boleh berceceran di atas nampan.
Air putih untuk minum disediakan di dalam kendi dari tanah liat.
Untuk satu sela disediakan dua kendi. Minum air dilakukan
dengan nyeret, air diteguk dari ujung kendi dimana bibir tidak
boleh menyentuh kendi,selesai megibung biasanya dilanjutkan
dengan acara minum tuak.
Selesai makan, orang tidak boleh meninggalkan tempat tetapi
menunggu orang atau sela lain menyelesaikan makannya secara
bersama.

Aturan dalam Megibung :


Orang paling tua atau Tetua yang bertugas membagikan
makanan pada saat Megibung
Tidak boleh mengambil makanan orang di sebelah kita.
Jangan menjatuhkan sisa makanan kita makan di atas
wadah Megibung.
Membagi lauk atau daging jangan menggunakan mulut.
Terdapat urutan dalam membagikan lauk pada saat
Megibung seperti contoh sayur sebagai pembuka dan
terakhir adalah sate.

Tata cara makan Kalimantan


Menyendok nasi oleh orang yang lebih muda untuk
diberikan ke orang yang lebih tua.
Mengambil makanan yang ada didepan kita (orang
terdekat dari makanan) terlebih dahulu.
Mengambil lauk pauk dengan sendok, hendaknya
dipegang pangkal sendok.

Kalau ingin berhenti makan, terlebih dahulu minta izin


untuk berhenti makan.
Selesai makan, mencuci tangan dengan menyirami tangan
kepiring sendiri baru kemudian mencelup tangan kedalam
tempat basuh tangan.
Makan hendaklah bersama-sama, karena makan bersamasama mendatangkan berkah, dan tuan rumah jangan
berhenti makan terlebih dahulu sebelum para tamu
selesai makan.

Tata cara makan Sulawesi


Orang yang lebih tua diberikan makanan dan minuman terlebih dahulu.
Posisi duduk yang lebih tua duduk pada posisi yang strategis.
Maksudnya dekat dari pintu masuk/keluar
Semua jenis makanan yang disajikan ada contoh sampelnya dekat pada
posisi yang lebih tua.
Piring dan gelas usahakan diberi alas/tatakan, tatakan besar dulu yang
paling bawah untuk menampung beberapa piring kecil yang
disebutkappara, kemudian tatakan lebih kecil untuk piring makan sang
tamu (senior), Kappara ini berbentuk bulat lazim dipakai pada posisi
makan lesehan.

Piring dan alat makan minum lainnya yang paling baru


dan bagus ditempatkan dibagian atas untuk dipakai oleh
tamu kehormatan.
Tuan rumah memperhatikan makanan apa yang disukai
oleh yang lebih tua untuk segera digandakan, kalau perlu
diambil dari yang ada di depan orang yang lebih muda, ini
kalau persediaan terbatas.
Selama orang yang lebih tua masih makan maka tuan
rumah harus tetap makan walau sudah merasa kenyang,
minimal pura-pura mengunyah makanan.

Orang yang lebih muda yang tahu diri biasanya makannya


lebih sedikit jadi selesai lebih cepat, masalahnya jika ada
orang yang lebih tua yang makannya pelan maka tuan
rumah harus menyesuaikan jangan sampai makanan
dihabiskan oleh tuan rumah, sebaliknya tuan rumah
jangan makan sedikit dan tiba-tiba berhenti karena ini
bisa merusak suasana.
Kalau orang yang lebih muda tiba-tiba menambahkan
makanan pada piring orang yang lebih muda maka ini
harus dihabiskan, jika tidak habis berarti kurang sopan.

Orang yang lebih muda jangan berisik tapi orang yang


lebih tua bisa saja berbicara keras.
Jangan Bersendawa tanda kenyang dan jangan juga ada
yang kentut karena suasana akan berubah jadi tak enak.

Tata Cara Makan Masyarakat Nusa


Tenggara
Ayah/kepala keluarga diberikan makan lebih dulu.
Sebelum makanan untuk kepala keluarga dihidangkan,
anggota keluarga yang lain tidak boleh mengambil
makanan terlebih dahulu.
Makanan untuk kepala keluarga dihidangkan dalam wadah
berbentuk lingkaran (seperti nampan) dan memiliki kaki,
wadah tersebut biasa disebut dulang.
Dulang terbuat dari kayu/rotan/kuningan.

Setelah makanan untuk kepala keluarga dihidangkan


dalam Dulang, baru seluruh anggota keluarga boleh
mengambil makanan yang tersedia.
Seluruh keluarga makan di ruang makan/ruang
keluarga namun tidak makan di meja makan
melainkan duduk di bawah/ lantai.
Untuk laki-laki, duduk dengan posisi bersila. Untuk
perempuan, duduk dengan posisi bersimpuh.

Tata Cara Makan Masyarakat


Papua
Cara Makan Papeda
Cara makan papeda dengan kuah ikan kuning ini adalah
dengan menggunakan sebelah tangan atau mungkin
hanya 3 jari saja yang berguna untuk memutuskan papeda
yang lengket tersebut. Atau juga bisa dengan
menggunakan 2 sumpit dan diputar putar.
Cara makan papeda bisa juga langsung dari piring
(diseruput)

Pesta Bakar Batu merupakan ritual tradisonal masyarakat


Papua yang berfungsi sebagai ucapan syukur atas berkah.
Upacara ini dilakukan saat pernikahan, penyambutan tamu
istimewa, upacara kematian dan bukti perdamaian antar suku.
Upacara ini terutama dilakukan suku di Lembah Baliem, yang
memasak dan mengolah makanan dengan cara membakar batu.
Setiap daerah dan suku memiliki istilah sendiri, misalnya
masyarakat Paniai menyebutnya Gapiia, masyarakat Wamena
menyebutnya Kit Oba Isagoa, sedangkan masyarakat Biak
menyebutnya Barapen.

Tahap pertama adalah persiapan, yakni mencari kayu bakar dan batu yang
dipergunakan untuk memasak. Batu dan kayu ditumpuk sedemikian rupa kemudian
dibakar hingga kayu habis dan batu menjadi panas.
Tahap selanjutnya adalah proses memasak atau membakar. Biasanya, masingmasing suku akan menyerahkan bahan makanan seperti babi atau ubi untuk diolah
Kemudian, kaum wanita akan menyiapkan bahan makanan tersebut, membelahnya
dan menyiapkan bahan lainnya seperti sayuran. Kaum pria akan membuat lubang
yang dilapisi alang-alang dan daun pisang. Batu yang telah panas kemudian
diletakkan di lubang tersebut menggunakan penjepit yang terbuat dari kayu.
Di atas batu panas tadi kemudian dilapisi lagi dengan alang-alang, dan ditaruh
bahan makanan yang akan dimasak, kemudian ditutup dengan dedaunan.
Dedaunan kembali ditutupi dengan batu-batu panas, lalu dilapisi daun-daun tebal.

Setelah daun-daun tebal, sayuran secara berlapis dengan daun dan batu
panas kembali diletakkan di atasnya. Proses memasak ini membutuhkan
waktu 60 hingga 90 menit. Setelah matang, makanan akan
dihamparkan di atas rerumputan kemudian diberi sari dari buah merah,
buah khas Papua, yang ditambah dengan penyedap rasa dan garam.
Tahap terakhir adalah makan bersama. Proses memakan makanan yang
telah dimasak dimulai dengan kepala suku, kemudian anggota sukunya.
Semua orang akan duduk mengelilingi makanan dan mendapat bagian
yang sama.

Anda mungkin juga menyukai