Anda di halaman 1dari 5

ANATOMI PROSTAT2,3

Prostat merupakan organ yang terdiri atas jaringan fibromuskular dan glandular yang
tersembunyi di bawah kandung kemih. Dalam keadaan normal, prostat mempunyai berat 20
gram dan panjang 2,5 cm yang terletak pada uretra posterior. Di bagian depan prostat
disokong oleh ligamentum prostatik dan di bagian belakang oleh diafragma urogenital..3

Gambar 2.1 Anatomi prostat


Prostat memiliki lapisan pembungkus yang di sebut dengan kapsul. Kapsul ini terdiri dari 2
lapisan yaitu :
1. True capsule : lapisan fibrosa tipis pada bagian luar prostat
2. False capsule : lapisan ekstraperitoneal yang saling bersambung,
Dalam klasifikasi of Lowsley, prostat terdiri dari 5 lobus yaitu anterior, posterior, median,
lateral kanan, dan lateral kiri. Sedangkan menurut McNeal, prostat terbagi atas zona perifer,
zona sentral, zona transisional, zona anterior, dan zona preprostatik sfingter2

Zona sentral: disebut juga lobus medius, mengelilingi ductus ejakulatorius saat
memasuki glandula prostat. Zona ini menyusun 25% jaringan kelenjar dan resisten
mengalami keganasan karsinoma dan peradangan. Sel-sel pada zona sentral memiliki
ciri lebih mencolok dan sitoplasma sedikit basofilik dengan nukleus lebih besar yang

terletak pada level berbeda pada tiap-tiap sel. Kemungkinan zona ini secara embriologik
berasal dari inklusi ductus mesonefrikus saat prostat berkembang.

Zona perifer: menyusun 70% kelenjar prostat dan mengelilingi zona sentral yakni terletak
pada bagian posterior dan lateral glandula prostat. Kebanyakan carcinoma muncul dari
zona perifer prostat dan akan terpalpasi saat tes colok dubur. Selain itu, zona ini
merupakan zona paling rentan terkena radang.

Zona transisional: menyusun 5% komponen kelenjar, terdiri dari glandula mucosal, dan
terletak di sekitar urethra prostatica. Pada lansia, sel parenkim pada zona ini seringkali
mengalami hiperplasia (penambahan jumlah sel) dan membentuk massa nodular sel
epitel yang dapat menekan urethra prostatica, menyebabkan gangguan urinasi. Kondisi
tersebut dinamakan benign prostatic hyperplasia (BPH).

Zona periurethra: tersusun atas glandula mukosa dan submukosa. Zona ini dapat
mengalami pertumbuhan abnormal pada fase BPH lanjutan, terutama pertumbuhan dari
komponan stroma. Bersama dengan nodul glandular pada zona transisional, keduanya
akan meningkakan kompresi urethra dan retensi lebih parah dari urin di vesica urinaria.

Zona lain selain komponen glandular yakni stroma fibromuskular yang terletak pada
permukaan anterior glandula prostat, anterior dari urethra.

Gambar 2.2 Zona prostat berdasarkan mcneal

Gambar 2.3 Lobus pada kelenjar prostat


Vaskularisasi pada prostat berasal dari arteri dan vena. Arteri vesikal inferior, arteri
pudendal interna, dan arteri hemoroid menyuplai darah ke prostat. Sedangkan vena dari
prostat akan berlanjut ke pleksus periprostatik yang terhubung dengan vena dorsal dalam dari
penis dan vena iliaka interna

Persarafan pada prostat didapat dari inervasi simpatis dan parasimpatis dari pleksus
prostatikus. Pleksus prostatikus menerima masukan serabut simpatis dari nervus
hipogastrikus (T10-L2) dan parasimpatis dari korda spinalis (S2-4). Stimulasi simpatis
menyebabkan pengeluaran cairan prostat ke uretra posterior seperti saat ejakulasi, sedangkan
rangsangan parasimpatis meningkatkan sekresi kelenjar pada epitel prostat.
Sistem persyarafan simpatis tersebut memungkinkan terjadinya proses miksi secara bertahap
(fase) yaitu :
1. Fase Pengisian (Resting /Filling Phase)
Fase ini terjadi setelah selesai miksi dan buli-buli mulai diisi lagi dengan urin dari ginjal yang
masuk melalui ureter. Pada fase ini tekanan di dalam buli-buli selalu rendah, kurang dari 20
cm H2O. Sedangkan tekanan di uretra posterior selalu lebih tinggi antara 60-100 cm H2O.
2. Fase Ekspulsi
Setelah buli-buli terisi urin sebanyak 200-300 ml dan mengembang , mulailah reseptor
strecht yang ada pada mukosa buli-buli terangsang dan impuls dikirimkan ke sistem saraf
otonom parasimpatis di medula spinalis segmen 2 sampai 4 dan sistem syaraf ini menjadi
aktif dengan akibat meningkatnya tonus buli-buli (muskulus detrusor). Meningkatnya tonus
detrusor ini dirasakan sebagai perasaan ingin kencing. Pada saat tonus detrusor meningkat

maka secara sinkron leher buli-buli dan uretra pars prostatika membuka, bentuknya berubah
seperti corong dan tekanannya menurun. Pada keadaan ini inkontinensia hanya dipertahankan
oleh spinkter eksterna yang masih tetap menutup. Bila yang bersangkutan telah mendapatkan
tempat yang dianggap konvivien untuk miksi barulah spinkter eksterna secara sadar dan
terjadi miksi. Pada saat tonus detrusor meningkat sampai terjadinya miksi tekanan
intravesikal mencapai 60-120 m
Kelenjar prostat mengeluarkan cairan basa yang menyerupai susu untuk
menetralisir keasaman vagina selama senggama dan meningkatkan motilitas
sperma yang optimum pada pH 6,0 sampai 6,5 . Cairan ini dialirkan melalui
duktus sekretorius dan bermuara di uretra posterior untuk kemudian
dikeluarkan bersama cairan semen yang lain pada saat ejakulasi. Volume
cairan prostat merupakan 25% dari seluruh volume ejakulat.

FISIOLOGI PROSTAT 1
Kelenjar prostat menyekresi cairan encer, seperti susu, yang mengandung kalsium, ion
sitrat, ion fosfat, enzim pembekuan, dan profibrinolisin. Selama pengisian, simpai kelenjar
prostat berkontraksi sejalan dengan kontraksi vas deferens sehingga cairan encer seperti susu
yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat menambah jumlah semen lebih banyak lagi. Sifat
cairan prostat yang sedikit basa mungkin penting untuk keberhasilan fertilisasi ovum, karena
cairan vas deferens relatif asam akibat adanya asam sitrat dan hasil akhir metabolisme
sperma, dan sebagai akibatnya, akan menghambat fertilisasi sperma. Selain itu, sekret vagina
bersifat asam (pH 3,54). Sperma tidak dapat bergerak optimal sampai pH sekitarnya
meningkat menjadi 66,5. Akibatnya, cairan prostat yang sedikit basa mungkin dapat
menetralkan sifat asam cairan 12
seminalis lainnya selama ejakulasi, dan juga meningkatkan motilitas dan fertilitas sperma
TAMBAHAN OLEH OLEH DARI dr AGO SP OT

DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Edisi 11.
Jakarta: EGC
2. Snell, Richard S., 1998, Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran, Ed.3., EGC,
Jakarta
3. Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong, 1997, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC,
Jakart

Anda mungkin juga menyukai