Anda di halaman 1dari 31

REFERAT

BLEPHARITIS

Disusun oleh:

RINDA PUTRI ANGGRAINI


1102009248
Pembimbing:

dr. H. Syahruddin Hasyamin, Sp.M

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN


KLINIK SMF MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI JAKARTA
RSUD DR. SELAMET GARUT
2013

PENDAHULUAN

Blefaritis adalah istilah medis untuk peradangan pada kelopak mata. Kata
"blefaritis" berasal dari kata Yunani blepharos, yang berarti "kelopak mata," dan
akhiran itis Yunani, yang biasanya digunakan untuk menunjukkan peradangan
dalam bahasa Inggris. Peradangan adalah istilah umum yang digunakan untuk
menggambarkan proses dimana sel-sel darah putih dan zat kimia yang diproduksi
dalam tubuh melindungi kita dari zat-zat asing, cedera, atau infeksi. Respon tubuh
normal

dalam

peradangan

melibatkan

berbagai

derajat

pembengkakan,

kemerahan, nyeri, panas, dan perubahan dalam fungsi.1


Blefaritis menyebabkan mata merah merah, iritasi, kelopak mata gatal dan
pembentukan ketombe seperti sisik pada bulu mata. Ini adalah gangguan mata
yang umum yang disebabkan oleh bakteri atau kondisi kulit seperti ketombe di
kulit kepala atau jerawat rosacea. Dapat terjadi pada semua orang dari segala usia.
Meskipun tidak nyaman, blefaritis tidak menular dan umumnya tidak
menyebabkan kerusakan permanen pada penglihatan.2
Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi biasanya berjalan kronis atau
menahun. Blefaritis alergi biasanya berasal dari debu, asap, bahan kimia iritatif,
dan bahan kosmetik. Infeksi kelopak mata dapat disebabkan kuman streptococcus
alfa atau beta, pneumococcus, dan pseudomonas. Bentuk blefaritis yang biasanya
dikenal adalah blefaritis skuamosa, blefaritis ulseratif, dan blefaritis angularis.3
Blefaritis sering disertai dengan konjungtivitis dan keratitis. Biasanya
blefaritis sebelum diobati dibersihkan dengan garam fisiologik hangat, dan
kemudian diberikan antibiotik yang sesuai. Penyulit blefaritis yang dapat timbul
adalah konjungtivitis, keratitis, hordeolum, kalazoin, dan madarosis.3

BLEPHARITIS

Anatomi
Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta
mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk tear film di depan kornea
serta menyebarkan tear film yang telah diproduksi ini ke konjungtiva dan kornea.
Palpebra merupakan alat penutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata
terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan mata, karena kelopak mata juga
berfungsi untuk menyebarkan tear film ke konjungtiva dan kornea.3,4

Gambar 1 : Anatomi kelopak mata (Jerry Popham MD, 2013)

Pada kelopak terdapat bagian-bagian:3,4,5,6


a. Satu lapisan permukaan kulit. Tipis dan halus, dihubungkan oleh jaringan ikat
yang halus dengan otot yang ada dibawahnya, sehingga kulit dengan mudah
dapat digerakkan dari dasarnya. Dengan demikian, maka edema dan
perdarahan mudah terkumpul disini, sehingga menimbulkan pembengkakan
palpebra.

b. Kelenjar seperti kelenjar sebasea, kelenjar moll atau kelenjar keringat, kelenjar
zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar meibom pada tarsus dan bermuara pada
tepi kelopak mata.
c. Otot seperti:
1. M. Orbikularis Okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan
bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. M. Orbikularis berfungsi
menutup bola mata yang dipersarafi N. fasialis.
2. M. Riolani. Otot yang ada di pinggir kelopak mata. Bersamaan dengan
M.Orbikularis Okuli berfungsi untuk menutup mata.
3. M. Levator Palpebra berjalan kearah kelopak mata atas dan berinsersi pada
lempeng tarsal. Otot ini dipersarafi oleh saraf ketiga (okulomotor).
Kerusakan pada saraf ini atau perubahan - perubahan pada usia tua
menyebabkan jatuhnya kelopak mata (ptosis) yang berfungsi untuk
mengangkat kelopak mata atau membuka mata.
4. M. Mulleri, terletak di bawah tendon dari M. Levator Palpebra. Inervasinya
oleh saraf simpatis, guna M. Levator Palbebra dan M. Mulleri untuk
mengangkat palpebra.
d. Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan yang rapat
dengan sedikit jaringan elastin. Gunanya untuk memberi bentuk kepada
palpebra.
e. Rambut

Definisi
Blepharitis adalah iritasi pada kelopak mata. Ini memiliki berbagai
penyebab, mulai dari alergi dan infeksi iritasi serta kanker kulit. Ini adalah
penyakit mata yang paling umum.7

Blefaritis merupakan inflamasi kronis kelopak mata yang umum terjadi.


Kadang dikaitkan dengan infeksi stafilokokus kronis. Kondisi ini menyebabkan
debris skuamosa, inflamsi tepi kelopak mata, kulit, dan folikel bulu mata
(blefaritis anterior). Kelenjar Meibom dapat terkena secara tersendiri (blefaritis
posterior).4

Gambar 2 : Radang pada kelopak mata (blefaritis)


dan disfungsi kelenjar meibomian (Altlas of Ophtalmology)

Etiologi
Blefaritis dapat disebabkan oleh peradangan, bakteri, alergi, kondisi
lingkungan, atau mungkin terkait dengan penyakit sistemik:7
a. Blefaritis inflamasi atau alergi terjadi akibat peningkatan sel radang kulit di
sekitar kelopak.
b. Blefaritis alergi dapat disebabkan oleh iritasi di atmosfer (misalnya, bahan
kimia di tempat kerja) atau dengan banyak obat, baik mata atau sistemik.
Pada banyak orang, blefaritis disebabkan oleh paparan hewan seperti anjing
atau kucing.
c. Bentuk ulseratif (blefaritis menular) sering ditandai dengan adanya sekret
kuning atau kehijauan.
d. Blefaritis dapat disebabkan oleh kondisi medis sistemik atau kanker kulit dari
berbagai jenis.
Blefaritis anterior biasanya disebabkan oleh bakteri (stafilokokus
blefaritis) atau ketombe pada kulit kepala dan alis (blefaritis seboroik). Hal ini
juga dapat terjadi karena kombinasi faktor, atau mungkin akibat alergi atau kutu

dari bulu mata. Blefaritis posterior dapat disebabkan oleh produksi minyak tidak
teratur oleh kelenjar pada kelopak mata (meibomian blefaritis) yang menciptakan
lingkungan yang menguntungkan untuk pertumbuhan bakteri. Hal ini juga dapat
berkembang sebagai akibat dari kondisi kulit lainnya seperti jerawat rosacea dan
ketombe kulit kepala.2
Blefaritis melibatkan tepi kelopak mata, di mana bulu mata tumbuh dan
pintu dari kelenjar minyak kecil dekat pangkal bulu mata berada. Mungkin ada
keterlibatan tepi luar dari tepi kelopak mata yang berdekatan dengan kulit atau
dan tepi bagian dalam kelopak mata yang bersentuhan dengan bola mata.
Perubahan pada kulit kelopak mata atau permukaan mata itu sendiri biasanya bisa
menjadi penyebab sekunder yang mendasari terjadinya kelainan pada kelopak
mata.1
Penyebab kebanyakan kasus blefaritis adalah kerusakan kelenjar minyak
di kelopak. Ada sekitar 40 kelenjar ini di setiap kelopak mata atas dan bawah.
Ketika kelenjar minyak memproduksi terlalu banyak, terlalu sedikit, atau salah
jenis minyak, tepi kelopak mata dapat menjadi meradang, iritasi, dan gatal.1

Patofisiologi
Patofisiologi blefaritis biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata karena
adanya pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata
yang merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan
normal ditemukan di kulit. Hal ini mengakibatkan invasi mikrobakteri secara
langsung pada jaringan di sekitar kelopak mata, mengakibatkan kerusakan sistem
imun atau terjadi kerusakan yang disebabkan oleh produksi toksin bakteri, sisa

buangan dan enzim. Kolonisasi dari tepi kelopak mata dapat diperberat dengan
adanya dermatitis seboroik dan kelainan fungsi kelenjar meibom.8
Blefaritis anterior mempengaruhi daerah sekitar dasar dari bulu mata dan
mungkin disebabkan infeksi stafilokokus atau seboroik. Yang pertama dianggap
hasil dari respon mediasi sel abnormal pada komponen dinding sel S. Aureus yang
mungkin juga bertanggung jawab untuk mata merah dan infiltrat kornea perifer
yang ditemukan pada beberapa pasien. Blefaritis seboroik sering dikaitkan dengan
dermatitis seboroik umum yang mungkin melibatkan kulit kepala, lipatan
nasolabial, belakang telinga, dan sternum. Karena hubungan erat antara kelopak
dan permukaan okular, blefaritis kronis dapat menyebabkan perubahan inflamasi
dan mekanik sekunder di konjungtiva dan kornea. Sedangkan blefaritis posterior
disebabkan oleh disfungsi kelenjar meibomian dan perubahan sekresi kelenjar
meibomian. Lipase bakteri dapat mengakibatkan pembentukan asam lemak bebas.
Hal ini meningkatkan titik leleh dari meibum yang menghambat ekspresi dari
kelenjar, sehingga berkontribusi terhadap iritasi permukaan mata dan mungkin
memungkinkan pertumbuhan S. Aureus. Hilangnya fosfolipid dari tear film yang
bertindak sebagai surfaktan mengakibatkan meningkatnya penguapan air mata dan
osmolaritas, juga ketidakstabilan tear film.9
Tiga mekanisme patofisiologi blefaritis anterior yang telah diusulkan:10
a. Infeksi bakteri langsung
b. Respons melawan toksin bakteri
c. Delayed hypersensitivity reactionterhadap antigen bakteri
Patofisiologi blefaritis posterior melibatkan perubahan struktural dan
disfungsi sekresi dari kelenjar meibomian. Kelenjar Meibomian mengeluarkan
meibum, lapisan lipid eksternal dari tear film, yang bertanggung jawab untuk

mengurangi penguapan tear film dan mencegah kontaminasi. Pada perubahan


struktural contoh kegagalan kelenjar di blepharitis posterior telah ditunjukkan
dengan meibography, selain itu, kelenjar epitel dari hewan model penyakit
kelenjar meibomian menunjukkan hiperkeratinisasi yang dapat menghalangi
kelenjar atau menyebabkan deskuamasi sel epitel ke dalam lumen, duktus kelenjar
sehingga menyebabkan konstriksi kelenjar. Hiperkeratinisasi dapat mengubah
diferensiasi sel asinar dan karenanya mengganggu fungsi kelenjar. Disfungsi
sekretorik contohnya dalam blepharitis posterior, terjadi perubahan komposisi
meibum di mana perubahan rasio asam lemak bebas untuk ester kolesterol telah
terbukti. Hasil sekresi yang berubah ini bisa memiliki titik leleh yang lebih tinggi
dari pada yang tampak di kelopak mata sehingga menyebabkan menutupnya
muara kelenjar.10

Insiden
Blefaritis adalah gangguan mata yang umum di Amerika Serikat dan di
seluruh dunia. Hubungan yang tepat antara blefaritis dan kematian tidak diketahui,
tetapi penyakit dengan angka kematian yang dikenal, seperti lupus eritematosus
sistemik, mungkin terdapat blefaritis sebagai bagian dari gejala yang ditemukan.
Morbiditas termasuk kehilangan fungsi visual, kesejahteraan, dan kemampuan
untuk melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari. Proses penyakit dapat
mengakibatkan kerusakan pada pelupuk mata dengan trichiasis, entropion
notching, dan ectropion. Kerusakan kornea dapat mengakibatkan peradangan,

jaringan parut, hilangnya kehalusan permukaan, dan kehilangan kejelasan


penglihatan. Jika peradangan yang parah berkembang, perforasi kornea dapat
terjadi. Tidak ada studi yang diketahui menunjukkan perbedaan ras dalam
kejadian blefaritis. Rosacea mungkin lebih umum di orang berkulit putih,
meskipun temuan ini mungkin hanya karena lebih mudah dan sering didiagnosis
pada ras ini.8
Belum ditemukan penelitian yang dirancang untuk mengetahui perbedaan
dalam insiden dan klinis blefaritis antara jenis kelamin. Blefaritis seboroik lebih
sering terjadi pada kelompok usia yang lebih tua dengan usia rata-rata adalah 50
tahun.8 Akan tetapi apabila dibandingkan dengan bentuk lain, blefaritis
staphylococcal ditemukan pada usia lebih muda (42 tahun) dan sebagian besar
adalah wanita (80%).11

Klasifikasi
Berdasarkan letaknya, blefaritis dibagi menjadi:2
1. Blefaritis anterior: blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian luar,tempat
dimana bulu mata tertanam. Blefaritis anterior biasanya disebabkanoleh infeksi
bakteri (stafilokokusblefaritis) atau ketombe di kepala danalis mata (blefaritis
seboroik). Walaupun jarang, dapat juga disebabkan karena alergi.2

Gambar 3. Blefaritis Anterior (Kanski in Clinical Ophthalmology edisi 7)


2. Blefaritis posterior: blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian dalam,
bagian yang kontak langsung dengan bola mata. Blefaritis posterior dapat
disebabkan karena produksi minyak oleh kelenjar di kelopak mata yang
berlebihan (blefaritis meibom) yang akan mengakibatkan terbentuknya
lingkungan yang diperlukan bakteri untuk bertumbuh. Selain itu, dapat pula
terjadi karena kelainan kulit yang lain seperti jerawat atau ketombe.2

Gambar 4. Blefaritis Posterior (Kanski in Clinical Ophthalmology edisi 7)

Klasifikasi berdasarkan penyebabnya:3,11,12


A. Blefaritis bakterial
1. Blefaritis superfisial
Bila infeksi kelopak superfisial disebabkan oleh staphylococcus
maka pengobatan yang terbaik adalah dengan salep antibiotik seperti
sulfasetamid dan sulfisoksazol. Sebelum pemberian antibiotik krusta
diangkat dengan kapas basah.Bila terjadi blefaritis menahun maka
dilakukan penekanan manual kelenjar Meibom untuk mengeluarkan nanah
dari kelenjar Meibom (Meibormianitis), yang biasanya menyertai.3

Blefaritis stafilokokal ditandai dengan adanya sisik, krusta dan


eritema pada tepi kelopak mata dan collarette formation pada dasar bulu
mata. Infeksi kronis dapat disertai dengan eksasebasi akut yang mengarah
pada terjadinya blefaritis ulseratif. Dapat juga terjadi hilangnya bulu mata,
keterlibatan kornea termasuk erosi epitelial, neovaskularisai dan infiltrat
pada tepi kelopak.11
2. Blefaritis Seboroik
Blefaritis seboroik merupakan peradangan menahun yang sukar
penanganannya. Biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 tahun),
dengan keluhan mata kotor, panas dan rasa kelilipan. Gejalanya adalah
sekret yang keluar dari kelenjar meibom, air mata berbusa pada kantus
lateral, hiperemia dan hipertropi papil pada konjungtiva. Pada kelopak

dapat terbentuk kalazion, hordeolum, madarosis, poliosis dan jaringan


keropeng.Pengobatannya adalah dengan memperbaiki kebersihan dan
membersihkan kelopak dari kotoran. Dilakukan pembersihan dengan
kapas lidi hangat. Kompres hangat selama 5-10 menit. Kelenjar Meibom
ditekan dan dibersihkan dengan shampo bayi. Penyulit yang dapat timbul
berupa flikten, keratitis marginal, tukak kornea, vaskularisasi, hordeolum
dan madarosis.3
Gambar 5. Blefaritis seboroik(Kanski in Clinical Ophthalmology edisi 5)
Pasien dengan blefaritis seboroik mempunyai sisik berminyak pada
kelopak mata depan, dan sering di antara mereka juga menderita dermatitis
10

seboroik pada alis dan kulit kepalanya.11 The American Academy of


Dermatology mencatat bahwa penyebab kondisi ini belum dipahami
dengan baik. Tapi dermatitis seboroik terkadang muncul pada orang
dengan sistem kekebalan yang lemah. Jamur atau ragi jenis tertentu yang
memakan minyak (lipid) di kulit juga dapat menyebabkan dermatitis
seboroik, dengan blefaritis menyertainya.12
3.

Blefaritis Skuamosa
Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai terdapatnya skuama
atau krusta pada pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak mengakibatkan
terjadinyaluka kulit. Merupakan peradangan tepi kelopak terutama yang
mengenai kulit didaerah akar bulu mata dan sering terdapat pada orang
yang berambut minyak. Blefaritis ini berjalan bersama dermatitis
seboroik.Penyebab blefaritis skuamosa adalah kelainan metabolik ataupun
oleh jamur. Pasien akan merasa panas dan gatal. Pengobatannya ialah
dengan membersihkan tepi kelopak dengan shampoo bayi, salep mata, dan
steroid setempat disertai dengan memperbaiki metabolisme pasien.
Penyulit yang dapat terjadi antara lain: keratitis, konjungtivitis.3

4.

Blefaritis Ulseratif.
Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak
akibatinfeksi staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng
berwarna kekunung-kuningan yang bila diangkat akan terlihat ulkus yang
kecil dan mengeluarkan darah di sekitar bulu mata. Pada blefaritis ulseratif
skuama yang terbentuk bersifat kering dan keras, yang bila diangkat akan
luka dengan disertai perdarahan. Penyakit bersifat sangat infeksius.

11

Ulserasi berjalan lebih lanjut dan lebih dalam dan merusak folikel rambut
sehingga mengakibatkan rontok(madarosis).3
Pengobatan dengan antibiotik dan higiene yang baik. Pengobatan
pada blefaritis ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin atau
basitrasin.

Biasanyadisebabkan

staphylococcus.

Apabila

ulseratif

stafilokok

maka

luaspengobatan

diberi
harus

obat

ditambah

antibiotik sistemik dan diberi roboransia.Penyulit adalah madarosis akibat


ulserasi berjalan lanjut yang merusak folikel rambut, trikiasis, keratitis
superfisial, keratitis pungtata, hordeolum dan kalazion. Bila ulkus kelopak
ini sembuh maka akan terjadi tarikan jaringan parut yang juga dapat
berakibat trikiasis.3
5.

Blefaritis Angularis.
Blefaritis angularis merupakan infeksi pada tepi kelopak disudut
kelopak mata atau kantus. Blefaritis angularis yang mengenai sudut
kelopak

mata

(kantus

eksternus

dan

internus)

sehingga

dapat

mengakibatkan gangguan padafungsi punctum lakrimal. Blefaritis


angularis disebabkan oleh Moraxella lacunata atau Staphylococcus aureus
meskipun bakteri lain atau sangat jarang herpes simplex juga terlibat.
Seringkali gejala yang muncul adalah kemerahan pada salah satu tepi
kelopak mata, bersisik, maserasi dan kulit pecah-pecah di kantus lateral
dan medial, juga dapat terjadi konjungtivitis folikuler dan papil. Biasanya
kelainan ini bersifat rekuren. Blefaritis angularis diobati dengan sulfa
(kloramfenikol, eritromisin), tetrasiklin dan seng sulfat. Penyulit terjadi

12

pada punctum lakrimal bagian medial sudutmata yang akan menyumbat


duktus lakrimal.3,9

Gambar 6. Blefaritis angularis


(Kanski in Clinical Ophthalmology edisi 7)
6.

Meibomianitis.
Merupakan
mengakibatkan

infeksi

tanda

pada

peradangan

kelenjar
lokal

Meibom
pada

yang

kelenjar

akan

tersebut.

Meibomianitis menahun perlu pengobatan kompres hangat, penekanan dan


pengeluaran nanah dari dalamberulang kali disertai antibiotik lokal.4

Gambar 7. Meibominiatis (Atlas of Opthalmology)


B. Blefaritis virus3
1.

Herpes zoster
Virus herpes zoster dapat memberikan infeksi pada ganglion gaseri
saraf trigeminus. Bilayang terkena ganglion cabang oftalmik maka akan
terlihat gejala-gejala herpes zoster pada mata dan kelopak mata atas.Gejala

13

tidak akan melampaui garis median kepala dengan tanda-tanda yang


terlihat pada mata adalah rasa sakit pada daerah yang terkena dan badan
berasa demam. Pada kelopak mata terlihat vesikel dan infiltrat pada kornea
bila mata terkena. Lesi vesikel pada cabang oftalmik saraf trigeminus
superfisial merupakan gejala yang khusus pada infeksi herpes zoster mata.
Pengobatan hanya asimtomatik; steroid superfisial untuk mengurangi
gejala radang dan analgesik untuk mengurangi rasa sakit. Penyulit yang
mungkin terjadi adalah uveitis, parese otot perggerak mata, glaukoma dan
neuritis optik.3
2.

Herpes simplek
Vesikel kecil dikelilingi eritema yang dapat disertai dengan
keadaan yang sama pada bibir merupakan tanda herpes simpleks kelopak.
Dikenal bentuk blefaritis simpleks yang merupakan radang tepi kelopak
ringan dengan terbentuknya krusta kuning basah pada tepi bulu mata, yang
mengakibatkan kedua kelopak lengket. Tidak terdapat pengobatan spesifik
pada penyakit ini. Bila terdapat infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik
sitemik atau topikal.3

3. Vaksinia
Pada infeksi vaksinia akan terdapat kelainan pada kelopak berupa
pustula dengan indentasi pada bagian sentral. Tidak terdapat pengobatan
spesifik untuk kelainan ini.3
4. Moluskum kontagiosum
Moluskum kontagiosum pda kelopak akan terlihat sebagai benjolan
dengan penggaungan ditengah yang biasanya terletak di tepi kelopak.
Dapat ditemukan kelainan berupa konjungtivitis yang bentuknya seperti
konjungtivitis inklusi klamidia atau trakoma. Pengobatan moluskum tidak

14

ada yang spesifik atau dilakukan ekstirpasi benjolan, antibiotic local


diberikan untuk mencegah infeksi sekunder.3
C. Blefaritis jamur3
1. Infeksi superfisial
Biasanya diobati dengan griseofulvin terutama efektif untuk
epidermomikosis, diberikan 0.5-1 gram sehari dengan dosis tunggal atau
dibagi rata diteruskam 1-2 minggu. Kandida dengan nistatin topikal
100.000 unit per gram.3
2. Infeksi jamur profundus
Pengobatan

menggunakan obat sistemik. Actinomyces dan

Nocardia efektif menggunakan sulfonamid, penicillin atau antibiotik


spektrum luas. Spesies lain bisa digunakan Amfoterisin B dimulai dengan
0.05-0.1mg/kgBB iv lambat 6-8 jam dilarutkan dekstrose 5% dalam air.3
D. Phitiriasis palpebrarum9
Phthirus pubis sebenarnya hidup di rambut pubis. Seseorang yang
terinfeksi kutu dapat kedaerah lain yang berambut seperti axila, dada atau bulu
mata. Pitiriasis palpebarum merupakan kutu dari bulu mata yang biasanya
menjangkiti anak-anak yang hidup ditempat yang memiliki higinitas yang
buruk.9

Gambar 8. Phitiriasis palpebrarum (Kanski in Clinical Ophthalmology edisi 7)


Gejala meliputi iritasi kronis dan gatal pada kelopak mata. Ditandai
oleh kutu yang menempel kebulu mata dengan cakarnya. Telur dan kulitnya
yang kosong muncul seperti bentuk oval, coklat, keputihan seperti mutiara dan
melekat pada dasar cilia. Kunjungtivitis tidak lazim ditemukan.

15

Kutu diangkat beserta bulu mata secara mekanik dengan menggunakan


pinset, lalu diberikan topikal yellow mercuric oxide 1% atau petroleum jelly
pada bulu mata dan kelopak mata dua kali sehari selama 10 hari.
Menghilangkan kutu pada pasien, keluarga, baju dan tempat tidur penting
untuk menghindari kekambuhan.9

Gambaran Klinik
A. Blefaritis stafilokokus9
- sisik keras dan pengerasan kulit terutama berlokasi di antara dasar bulu
mata .
- hiperemia konjungtiva ringan dan umumnya terjadi konjungtivitis papiler
kronis.
- Kasus lama dapat berkembang menjadi jaringan parut dan bentukan
(tylosis) dari tepi kelopak mata. Madarosis, trichiasis dan poliosis.
- Perubahan sekunder termasuk pembentukan tembel, keratitis tepi kelopak
mata dan sesekali terjadi phlyctenulosis.
- Berhubungan dengan ketidakstabilan tearfilm dan sindrom mata kering
yang umumnya terjadi.
B. Blefaritis seboroik9
- Hiperaemik tepi kelopak mata anterior dan tampak berminyak dengan
menempel bersama-sama pada bulu mata
- Sisik yang lembut dan terletak di mana saja pada tepi kelopak mata dan
bulu mata.
C. Blefaritis posterior9
- Sekresi berlebihan dan tidak normal kelenjar meibomian sebagai
menyumbat lubang kelenjar meibomian dengan tetesan minyak
- Berkerut, resesi, atau penyumbatan lubang kelenjar meibomian
- Hiperemi dan telangiectasis dari tepi kelopak posterior.

16

- Tekanan pada tepi kelopak mengakibatkan cairan meibomian keruh atau


seperti pasta gigi.
- Transiluminasi kelopak dapat menunjukkan hilangnya kelenjar dan
dilatasi kistik duktus meibomian.
- Tear film berminyak dan berbusa, buih dapat menumpuk di tei kelopak
atau dalam kantus.
- perubahan sekunder termasuk konjungtivitis papiler dan erosi kornea
epitel inferior.
Diagnosis
Blefaritis dapat didiagnosis melalui pemeriksaan mata yang komprehensif.
Pengujian, dengan penekanan khusus pada evaluasi kelopak mata dan permukaan
depan bola mata, termasuk:11
- Riwayat pasien untuk menentukan apakah gejala yang dialami pasien dan
adanya masalah kesehatan umum yang mungkin berkontribusi terhadap
masalah mata.
- Pemeriksaan mata luar, termasuk struktur kelopak mata, tekstur kulit dan
penampilan bulu mata.
- Evaluasi tepi kelopak mata, dasar bulu mata dan pembukaan kelenjar
meibomian menggunakan cahaya terang dan pembesaran.
- Evaluasi kuantitas dan kualitas air mata untuk setiap kelainan.

17

Gambar 9. Algoritma untuk mendiagnosis pasien dengan kelopak mata merah


(Differential Diagnosis of the Swollen Red Eyelid, 2007)
Kondisi yang berkaitan dengan blefaritis kronis:9
1.

Ketidakstabilan tear film ditemukan pada 30-50% pasien, mungkin sebagai


akibat dari ketidakseimbangan antara komponen cair dan lipid dari tear film
memungkinkan peningkatan penguapan. Waktu pemecahan tear film biasanya

2.

berkurang.
Chalazion, yang mungkin multipel dan berulang, umumnya terjadi terutama
pada pasien dengan blefaritis posterior.

18

3.

Penyakit membran epitel basal dan erosi epitel berulang dapat diperburuk oleh
blepharitis posterior.
4.
Kulit: A. Jerawat rosacea sering dikaitkan dengan disfungsi
kelenjar meibomian.
B. dermatitis seboroik terdapat pada>90% dari pasien dengan
blefaritis seboroik.
C. Pengobatan acne vulgaris dengan isotretinoin dikaitkan dengan
perkembangan blepharitis pada sekitar 25% dari pasien; hal itu

5.

6.

mereda ketika pengobatan dihentikan.


Keratitis bakteri dikaitkan dengan penyakit sekunder permukaan okular untuk
blefaritis kronis.
Atopik keratokonjungtivitis sering dikaitkan dengan blefaritis stafilokokus.
Pengobatan blefaritis sering membantu gejala konjungtivitis alergi dan

7.

sebaliknya.
Intoleransi lensa kontak. Pemakaian jangka panjang lensa kontak berhubungan
dengan penyakit tepi pelupuk mata posterior. Penghambatan gerakan tutup dan
ekspresi normal dari minyak meibomian bisa menjadi penyebabnya. Ada juga
mungkin terkait konjungtivitis giant papil membuat pemakaian lensa tidak
nyaman. Blefaritis juga merupakan faktor risiko untuk keratitis bakteriterkait
lensa kontak.

Table 1.Summary of characteristics of chronic blefaritis


(Kanski in Clinical Ophthalmology edisi 7)
Anterior blefaritis
Feature
Staphylococcal Seborrhoeic
Lashes

Deposit

Hard

Soft

Loss

++

Posterior
blefaritis

19

Anterior blefaritis
Feature
Staphylococcal Seborrhoeic

Lid margin

Cyst

Distorted or
trichiasis

++

Ulceration

Notching

Hordeolum

++

++

Meibomian
Conjunctiva

Phlyctenule

Tear film

Foaming
Dry eye

Cornea

Posterior
blefaritis

++
+
++
+

++

Punctate erosions +

++

Vascularization

++

Infiltrates

++

Atopic
dermatitis

Seborrhoeic
dermatitis

Acne rosacea

Associated
disease

Diagnosis Banding13
Condition
Signs and symptoms Treatment
Conditions typically presenting bilaterally
Angioedema Often, but not
Often self-limited; avoid inciting agents
always bilateral
Emergency medical attention is required in

20

Condition

Signs and symptoms


Abrupt onset over
minutes to hours;
may follow an
exposure
Scaling usually
absent

Treatment
patients with upper airway obstruction;
administer 0.3 mg of intramuscular
epinephrine
Mild cases may benefit from oral
antihistamines and/or glucocorticoids:
Diphenhydramine hydrochloride
(Benadryl), 25 to 50 mg three or
four times daily (dosage for
children: 4 to 6 mg per kg per day,
in three or four divided doses)
Loratadine (Claritin), 10 mg daily
(dosage for children two to five
years of age: 5 mg daily)
Prednisone, 0.5 to 1.0 mg per kg per
day, then taper after three or four
days

Atopic
dermatitis

Fine scaling usually


present
Less edema than
with contact
dermatitis
Other signs of atopic
dermatitis may be
present
Family or personal
history of allergic
rhinitis or atopic
dermatitis
Yellow scaling at
eyelid margins
Patients may have
pruritus or burning
Less edema than
with cellulitis or
contact dermatitis;
edema more
prominent at eyelid
margin

Oral antihistamines (see above)Topical


corticosteroids:
Desonide (Tridesilon) 0.05%
Alclometasone dipropionate
(Aclovate) 0.05% twice daily for
five to 10 days
Second-line treatments:
Tacrolimus (Protopic) 0.1% ointment
twice daily
Pimecrolimus (Elidel) 1% cream twice
daily

Onset follows
exposure
Pruritus in allergic
contact dermatitis;

Avoid inciting agents


For allergic dermatitis, desonide 0.05% or
alclometasone dipropionate 0.05% cream
or ointment twice daily for five to 10 days

Blepharitis

Contact
dermatitis

Local measures: eyelid massage, warm


compresses, and gentle scrubbing twice
daily with a cotton swab and 1:1 solution
of dilute baby shampoo or commercially
available eyelid cleanser
For staphylococcal infections, bacitracin or
erythromycin ointment to eyelid margins at
bedtime or one to two weeks
For meibomian gland dysfunction, may
add tetracycline, 250 mg four times daily,
or doxycycline (Vibramycin), 100 mg
three times daily, then taper after four
weeks

21

Condition

Signs and symptoms


burning or stinging
in irritant contact
dermatitis
Minimal scaling
Edema may be
profound

Treatment
For irritant dermatitis, cool compresses
and a petroleum-based emollient applied at
bedtime

Rosacea

Telangiectasias often
present
Onset over weeks to
months
Eyelid changes often
accompany flushing,
papules, and
pustules of the nose,
cheek, forehead, and
chin

Local measures as for blepharitis


Systemic tetracyclines:
Tetracycline, 250 mg four times daily
Doxycycline, 100 mg three times daily
Topical metronidazole 0.75% cream
(Metrocream) or gel (Metrogel) twice daily
Azelaic acid gel (Finacea) twice daily

Systemic
processes

Onset over weeks to Maximize treatment of the underlying


months
disorder
Other cutaneous and
systemic findings
present

Conditions typically presenting unilaterally


Cellulitis*
Often presents with Suggested oral regimen for patients with
severe edema, deep preseptal cellulitis only:
violaceous color, and
Amoxicillin/clavulanate (Augmentin),
pain
875 mg twice daily or 500 mg three
Onset over hours to
times daily (dosage for children
daysHistory of
older than three months: 40 mg per
preceding trauma or
kg three times daily; dosage for
bite
children younger than three
months: 30 mg per kg every 12
hours)
Suggested intravenous regimens:
Ampicillin/sulbactam (Unasyn), 1.5 to
3 g every six hours (dosage for
children: 300 mg per kg daily,
divided every six hours)
Ceftriaxone (Rocephin), 1 to 2 g daily
or divided every 12 hours (dosage
for children: 50 to 75 mg per kg
daily, divided every 12 hours)
Parenteral antibiotics are often given for
seven days in orbital cellulitis; transition to
oral antibiotics if clinical improvement is

22

Condition

Signs and symptoms Treatment


noted after one week, to complete a total
treatment course of 21 days

Herpes
simplex

Vesicles often
present
Pain or burning may
be present
Onset over hours to
days

Herpes zoster Older adults


ophthalmicus Vesicles often
present
Pain or burning
Onset over hours to
days

Tumors

Often self-limited; use supportive


measures such as compresses
Topical bacitracin may help prevent
secondary infection
Recurrent cases can be treated with longterm suppressive therapy:
Acyclovir (Zovirax), 400 mg twice
daily
Valacyclovir (Valtrex), 500 mg to
1,000 mg daily
Famciclovir (Famvir), 250 mg twice
daily
Cool compresses
Acyclovir, 800 mg five times daily for
seven to 10 days; valacyclovir, 1 g three
times daily for seven days; or famciclovir,
500 mg three times daily for seven days
Early initiation of tricyclic antidepressants
(desipramine [Norpramin], 25 to 75 mg at
bedtime) may inhibit postherpetic
neuralgia
Patients may require additional treatment
for complications such as keratitis and
glaucoma

Older
Depending on tumor type, Mohs
adultsInsidious onset micrographic surgery or wide local
Typically painless
excision
nodule

* Alternative empiric regimens may be necessary in patients with


community-acquired methicillin-resistant Staphylococcus aureus cellulitis.
See reference 42 for suggested therapies.
The presence of proptosis, decreased visual acuity, pain with eye
movement, and limitation of extraocular movements distinguish orbital
cellulitis from preseptal cellulitis.
(Differential Diagnosis of the Swollen Red Eyelid, 2007)

Penatalaksanaan

23

Sebuah penanganan yang sistematis dan jangka panjang dalam menjaga


kebersihan kelopak mata adalah dasar dari pengobatan blefaritis. Dokter harus
memastikan bahwa pasien mengerti bahwa penanganan blefaritis adalah sebuah
proses, yang harus dilakukan untuk jangka waktu yang lama.8
Banyak sistem mengenai kebersihan kelopak mata, dan semua ini
termasuk variasi dari 3 langkah penting 8,9
1. Aplikasi panas untuk menghangatkan sekresi kelenjar kelopak mata dan untuk
memicu evakuasi dan pembersihan dari bagian sekretorik sangat penting.
Pasien umumnya diarahkan untuk menggunakan kompres hangat basah dan
menerapkannya pada kelopak berulang kali. Air hangat di handuk, kain kassa
direndam, atau dimasak dengan microwave, kain yang telah direndam dapat
digunakan. Pasien harus diinstruksikan untuk menghindari penggunaan panas
yang berlebihan.8
2. Tepi kelopak mata dicuci secara mekanis untuk menghilangkan bahan yang
menempel, seperti ketombe, dan sisik, juga untuk membersihkan lubang
kelenjar. Hal ini dapat dilakukan dengan handuk hangat atau dengan kain kasa.
Air biasa sering digunakan, meskipun beberapa dokter lebih suka bahwa
beberapa tetes shampo bayi dicampur dalam satu tutup botol penuh air hangat
untuk membentuk larutan pembersih. Harus diperhatikan untuk menggosokgosok lembut atau scrubbing dari tepi kelopak mata itu sendiri, bukan kulit
kelopak atau permukaan konjungtiva bulbi. Menggosok kuat tidak diperlukan
dan mungkin berbahaya.8
3. Salep antibiotik pada tepi kelopak mata setelah direndam dan digosok. Umum
digunakan adalah salep eritromisin atau sulfacetamide. Salep antibiotik

24

kortikosteroid kombinasi dapat digunakan, meskipun penggunaannya kurang


tepat untuk pengelolaan jangka panjang.8
Situasi klinis tertentu mungkin memerlukan pengobatan tambahan. Kasus
refrakter blefaritis sering respons dengan penggunaan antibiotik oral. Satu atau
dua bulan penggunaan tetrasiklin sering membantu dalam mengurangi gejala pada
pasien dengan penyakit yang lebih parah. Tetrasiklin diyakini tidak hanya untuk
mengurangi kolonisasi bakteri tetapi juga untuk mengubah metabolisme dan
mengurangi disfungsi kelenjar. Penggunaan metronidazol sedang dipelajari.8
Disfungsi tear film dapat mendorong penggunaan solusi air mata buatan,
salep air mata, dan penutupan pungtum. Kondisi yang terkait, seperti herpes
simplex, varicella-zoster, atau penyakit kulit staphilokokal, bisa memerlukan
terapi antimikroba spesifik berdasarkan kultur. Penyakit seboroik sering
ditingkatkan

dengan

penggunaan

shampoo

dengan

selenium,

meskipun

penggunaannya di sekitar mata tidak dianjurkan. Dermatitis alergi dapat merespon


terapi kortikosteroid topikal.8
Konjungtivitis dan keratitis dapat menjadi komplikasi blefaritis dan
memerlukan pengobatan tambahan selain terapi tepi kelopak mata. Campuran
antibiotik-kortikosteroid dapat mengurangi peradangan dan gejala konjungtivitis.
Infiltrat kornea juga dapat diobati dengan antibiotik-kortikosteroid tetes. Ulkus
tepi kelopak yang kecil dapat diobati secara empiris, tetapi ulkus yang lebih besar,
parasentral, atau atipikal harus dikerok dan spesimen dikirim untuk diagnostik dan
untuk kultur dan pengujian sensitivitas.8
Serangan berulang dari peradangan dan jaringan parut dari blefaritis dapat
memngakibatkan penyakit kelopak mata posisional. Trichiasis dan notching

25

kelopak dapat mengakibatkan gejala keratitis berat. Trichiasis diobati dengan


pencukuran bulu, perusakan folikel melalui arus listrik, laser, atau krioterapi, atau
dengan eksisi bedah. Entropion atau ectropion dapat mengembangkan dan
mempersulit situasi klinis dan mungkin memerlukan rujukan ke ahli bedah
oculoplastics.Perawatan bedah untuk blefaritis diperlukan hanya untuk komplikasi
seperti pembentukan kalazion, trichiasis, ektropion, entropion, atau penyakit
kornea.8
Untuk blefaritis anterior, antibiotik natrium asam fusidic topikal, bacitracin
atau kloramfenikol digunakan untuk mengobati folikulitis akut tetapi terbatas
dalam kasus-kasus lama. Setelah kelopak dibersihkan salep harus digosok ke tepi
kelopak anterior dengan cotton bud atau jari yang bersih. Oral azitromisin (500
mg setiap hari selama tiga hari) dapat membantu untuk mengontrol penyakit
blefaritis ulseratif.9
Pada blefaritis

posterior, tetrasiklin sistemik merupakan andalan

pengobatan tetapi tidak boleh digunakan pada anak di bawah usia 12 tahun atau
pada wanita hamil atau menyusui karena disimpan dalam tulang dan gigi tumbuh,
dan dapat menyebabkan noda pada gigi dan hipoplasia gigi (eritromisin adalah
alternatif). Alasan untuk penggunaan tetrasiklin adalah kemampuan mereka untuk
memblokir produksi lipase stafilokokal jauh di bawah konsentrasi penghambatan
minimum antibakteri. Tetrasiklin terutama diindikasikan pada pasien dengan
phlyctenulosis berulang dan keratitis tepi, meskipun berulang pengobatan
mungkin diperlukan. Contohnya: Oxytetracycline 250 mg b.d. selama 6-12
minggu, Doksisiklin 100 mg b.d. selama satu minggu dan kemudian setiap hari
selama 6-12 minggu, Minocycline 100 mg sehari selama 6-12 minggu;

26

(pigmentasi kulit dapat berkembang setelah penggunaan jangka panjang).


Erythromicin 250 mg perhari atau b.d digunakan untuk anak-anak.9
Komplikasi
Komplikasi yang berat karena blefaritis jarang terjadi. Komplikasi yang
paling sering terjadi pada pasien yang menggunakan lensa kontak. Mungkin
sebaiknya disarankan untuk sementara waktu menggunakan alat bantu lain seperti
kaca mata sampai gejala blefaritis benar-benar sudah hilang.1
1. Hordeolum: adalah suatu infeksi bakteri pada salah satu kelenjar minyak
yang tersumbat. Hasilnya adalah benjolan yang nyeri di tepi atau di dalam
kelopak mata.
2. Chalazion: Sebuah chalazion atau granuloma konjungtiva terjadi ketika
penyumbatan di salah satu kelenjar minyak menyebabkan kelenjar yang
menjadi membesar dan menimbulkan jaringan parut.
3. Mata merah: blefaritis dapat menyebabkan serangan berulang mata merah
(konjungtivitis).
4. Ulserasi kornea: iritasi yang terus menerus dari kelopak mata yang
meradang atau salah arah bulu mata dapat menyebabkan goresan (ulkus) di
kornea.
Blefaritis tidak mempengaruhi penglihatan pada umumnya, meskipun
defisiensi tear film kadang dapat mengaburkan penglihatan, menyebabkan
berbagai derajatpenglihatan berfluktuasi sepanjang hari.1
Prognosis
Kebersihan yang baik (pembersihan secara teratur daerah mata) dapat
mengontrol tanda-tanda dan gejala blefaritis dan mencegah komplikasi. Perawatan
kelopak mata yang baik biasanya cukup untuk pengobatan. Harus cukup nyaman

27

untuk menghindari kekambuhan, karena blefaritis sering merupakan kondisi


kronis. Jika blefaritis berhubungan dengan penyebab yang mendasari seperti
ketombe atau rosacea, mengobati kondisi-kondisi tersebut dapat mengurangi
blefaritis. Pada pasien yang memiliki beberapa episode blefaritis, kondisi ini
jarang sembuh sepenuhnya. Bahkan dengan pengobatan yang berhasil,
kekambuhan dapat terjadi. 1

28

DAFTAR PUSTAKA

1. Dahl, Andrew A., MD, FACS. Blepharitis. Viewed 10 November 2013.


<http://www.medicinenet.com/blepharitis/article.htm>
2. Johnson, Stephen, M., MD. Blepharitis in Midwest Eye Institute. viewed 10
November 2013. <http://smjohnsonmd.com/Blepharitis.html>
3. Ilyas, Sidarta,Prof.dr.H spM. Ilmu penyakit Mata. FKUI, edisi ketiga, Jakarta:
2009; page 1-2, 89-97
4. James, Bruce. Lecture Notes On Opthalmology. 9 th ed. Blackwell
publishing, Australia : 2013; page 52-4
5. Popham, Jerry MD. In Cosmetic facial and eye plastic surgery : Eyelid
Anatomy. Viewed 10 November 2013.
<http://www.drpopham.com/347-Anatomy%20-%20Eyelid/>
6. Vaughan D. Oftalmologi umum (General Ophthalmology). Widya Medika.
Jakarta: 2003; page 78-80
7. Weinstock, Frank J., MD, FACS and Melissa Conrad Stppler, MD. Eyelid
Inflammation (Blepharitis). Viewed 10 November 2013.
<http://www.emedicinehealth.com/eyelid_inflammation_blepharitis/.htm>
8. Lowery, R Scott, MD et all, Adult Blepharitis Updated: April 26, 2013
viewed 10 November 2013.
http://emedicine.medscape.com/article/1211763-overview#a0104

29

9. Kanski JJ. Blepharitis. In: Clinical Ophthalmology. 7th ed. Butterworth


Heinemann. Philadelphia; 2011: page 34-38.
10. Allen, JH et all, Patophosiology Blepharitis in Best Practice British Medicine
Journal. Last updated: July 26, 2013. Download 10 November 2013.
<http://bestpractice.bmj.com/bestpractice/monograph/574/basics/pathophysio
logy.html>
11. Feder, Robert S, MD, chair et all. Blepharitis Limited Revision In Preferred
Practice Pattern. American Academy Ophthalmology: 2011.
12. Hadrill, Marilyn., Blepharitis Page updated September 21, 2013 viewed 10
November 2013.
<http://www.allaboutvision.com/conditions/blepharitis.htm>
13. Papier, Art, MD; David J. Tuttle, MD; and Tara J. Mahar, MD. Differential
Diagnosis of the Swollen Red Eyelid in the American Academy of Family
Physicians.2007; page 1815-24.
<http://www.aafp.org/afp/2007/1215/p1815.html#afp20071215p1815-t1>

30

Anda mungkin juga menyukai