Anda di halaman 1dari 134

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

Pengantar Redaksi

Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni merupakan salah satu institusi


akademik yang berkonsentrasi pada ilmu pendidikan bahasa dan seni. Dinamika
ilmu pendidikan bahasa dan seni amatlah pesat. Oleh karena itu diperlukan wadah
untuk menghimpun dan menyosialisasikan perkembangan ilmu pendidikan bahasa
dan seni tersebut. Berdasarkan kesadaran dan komitmen civitas akademika,
Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni berhasil mewujudkan idealisme ilmiahnya
melalui jurnal Stilistetika yang terbit dua kali setahun, yakni pada bulan Mei dan
November. Apa yang ada di tangan pembaca budiman saat ini merupakan jurnal
Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015.
Jurnal Stilistetika ini memiliki makna tersendiri. Penerbitan edisi ini selain
disebarkan secara internal dalam kampus Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni,
juga didistribusikan pada komunitas akademik yang lebih luas. Jurnal Stilistetika
kali ini memuat sepuluh artikel ilmiah yang dihasilkan oleh dosen dan mahasiswa
Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni.
Semoga penerbitan jurnal Stilistetika ini menjadi wahana yang baik untuk
membangun atmosfer akademik. Akhirnya, sumbangan pemikiran, kritik, dan
saran dari pembaca diharapkan dapat memperbaiki terbitan edisi selanjutya.

Redaksi

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

Halaman
Pengantar Redaksi .........................................................................................
i
Daftar Isi .......................................................................................................
ii
Anggah-Ungguh Basa Bali dan Tata Tulis Lagu Pop Bali A.A. Raka
Sidan, Judul Song Bererong
I Nyoman Suwija.. .........................................................................................

Kemampuan Mengonversi Wacana Berhuruf Latin ke Aksara Bali Siswa


Kelas X Jasa Boga SMK Negeri 5 Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015
Komang Eka Swardana.................................................................................

18

Kualitas Proposal Kegiatan Porsenijar Karya Siswa Kelas X SMK Negeri 3


Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015
I Made Dede Beny Rasgita ...........................................................................

29

Kreativitas Menggambar Motif Mistar dengan Pensil Warna oleh Siswa


Kelas XII Jurusan IPA SMA Negeri 4 Denpasar Tahun Pelajaran
2013/2014
I Kadek Agustina. ..........................................................................................

41

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam


Meningkatkan Keterampilan Menarikan Tari Sekar Jagat pada Kegiatan
Ekstrakurikuler Tari Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Sukawati Tahun
Pelajaran 2014/2015
Kadek Gian Senita.............................................................................................

53

Penggunaan Media Film Dokumenter untuk Meningkatkan Kemampuan


Menulis Teks Biografi pada Siswa Kelas VIII 2 SMP PGRI 8 Denpasar
Tahun Pelajaran 2014/2015
Komang Restu Diana ....................................................................................

65

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share untuk


Meningkatkan Kemampuan Menyalin Wacana Bahasa Bali Latin ke
Dalam Aksara Bali Siswa Kelas X IIS 3 SMA Dharma Praja Badung ahun
Pelajaran 2014/2015
Ni Made Pusparini Dwi Ningrum .................................................................

78

Analisis Teks Anekdot Siswa Kelas X SMA PGRI 4 Denpasar Tahun


Pelajaran 2014/2015
Ni Nyoman Suryaningsih ..............................................................................

95

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team


Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Kemampuan
Menganalisis Fungsi Sintaksis Wangun Lengkara Tunggal pada Siswa
Kelas X AK4 SMK Negeri 2 Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015
Nyoman Windi Putri .....................................................................................

109

ii

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining untuk


Meningkatkan Kemampuan Memahami Unsur-Unsur Pembangun Puisi
Bali Anyar pada Siswa Kelas X AP 2 SMK N 5 Denpasar Tahun Pelajaran
2014/2015
Wulan Fridayanti ..........................................................................................

iii

122

STILISTETIKA
JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

Penanggung Jawab
Dekan FPBS IKIP PGRI Bali
Redaksi :
Ketua
Sekretaris
Bendahara
Anggota

: Dr. Nengah Arnawa, M.Hum. (IKIP PGRI Bali)


: Drs. Nyoman Astawan, M.Hum. (IKIP PGRI Bali)
: Dra. Ni Made Suarni, M.Si. (IKIP PGRI Bali)
: 1. Prof. Dr. Sumarsono, M.Ed. (Unikama)
2. Prof. Dr. Nyoman Suarka, M.Hum. (Unud)
3. Prof. Dr. Oktavianus, M.Hum. (Unand)
4. Prof. Dr. I Nengah Suandi, M.Hum. (Undiksha)
5. I Made Sujana, S.Sn., M.Si. (IKIP PGRI Bali)
6. Gusti Ayu Puspawati, S.Pd., M.Si.(IKIP PGRI Bali)
7. Dr. Anak Agung Gde Alit Geria, M.Si.(IKIP PGRI Bali)

Penyunting Bahasa Indonesia:


Drs. I Nyoman Suarsa, M.Pd.
Ida Ayu Agung Ekasriadi, S.Pd., M.Hum.

Penyunting Bahasa Inggris:


Ni Luh Gede Liswahyuningsih, S.S., M.Hum.
Komang Gede Purnawan, S.S.

Sirkulasi:
I Nyoman Sadwika, S.Pd., M.Hum.
Putu Agus Permanamiarta, S.S., M.Hum.
Administrasi :
Luh De Liska, S.Pd., M.Pd.
Ni Luh Purnama Dewi
Ermawan Setyaningsih
Gusti Ngurah Okta Diana Putra

Alamat : FPBS IKIP PGRI BALI


Jalan Akasia, Sumerta, Denpasar Timur
E-mail : stilistetika@yahoo.com

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

ANGGAH-UNGGUH BASA BALI DAN TATA TULIS


LAGU POP BALI A. A. RAKA SIDAN,
JUDUL SONG BERERONG
I NYOMAN SUWIJA
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah,
Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, IKIP PGRI Bali
E-mail: suwija@yahoo.co.id
Abstrak
Pada era ini popularitas lagu-lagu pop Bali masih sangat bagus dan cukup
digemari oleh masyarakat Bali. Sebuah lagu yang dipopulerkan oleh A. A. Raka
Sidan dengan judul Song Berrong sangat populer pada tahun 2014 hingga
sekarang. Lirik lagu Pop Bali Song Berrong sangat menarik untuk dikaji karena
bahasa Bali yang mewahanainya memiliki sistem tingkatan-tingkatan bicara yang
disebut anggah-ungguh basa Bali. Dengan demikian masalahnya adalah
bagaimanakah penerapan anggah-ungguh basa Bali pada lagu pop Bali Song
Berrong? Di samping itu, karena teksnya tampak pada layar kaca untuk
berkaraoke, muncul juga masalah, apakah tata tulisnya sudah sesuai dengan
kaidah Ejaan Bali Latin?
Setelah dilakukan kajian yang mendalam, ternyata lirik lagu pop Bali Song
Berrong menggunakan bahasa Bali tingkatan madia (menengah) dan di
dalamnya cukup banyak terdapat kesalahan pemakain kata-kata jika dilihat dari
anggah-ungguh basa Bali. Banyak juga terdapat kesalahan tata tulis jika dikaji
dari sistem penulisan berdasarkan Ejaan Bali Latin.
Abstract
In this era, the popularity of Balinese pop song is still good and liked by
Balinese people. A song that popularized by A. A. Raka Sidan titled Song
Berrong is very popular in 2014 until now. The lyric of Balinese pop song
Song Berrong is very interesting to be studied because Balinese language that
vehicle the degree of speaking system called anggah-ungguh basa. Therefore, the
problem is how to applicate anggah-ungguh basa in Balinese pop song Song
Berrong? Besides that, because the text is showed on screen to karaoke, it also
show problem, what is the structure according in Balinese Spelling Rule Latin?
After doing in depth review, In fact, the lyric of Balinese pop song Song
Berrong used Balinese language in degree madia (intermediate) and there are
wrong in using words if it check from anggah-ungguh basa. It also has many
structures are wrong if it check from writing system according in Balinese
Spelling Rule Latin.
Key word: Song Berrong Song, The Degree of Balinese Speech.

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

1. Pendahuluan
Kehidupan seni suara di Bali tidak dapat dipisahkan dari bidang seni sastra
lisan, seperti yang terlihat pada tradisi mabebasan atau masanti yaitu melantunkan
tembang-tembang Bali purwa yang disertai pembahasan arti dan maknanya.
Kegiatan tersebut masih marak di kalangan masyarakat Bali dan merupakan
warisan budaya yang bernuansa pendidikan moral sehingga perlu dilestarikan dan
diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Menurut Esten (1993: 1), sastra lisan merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari sastra tulis. Sebelum munculnya sastra tulis, sastra lisan telah
berperan membentuk apresiasi sastra masyarakat. Setelah ada sastra tulis pun,
sastra lisan hidup terus dan berdampingan dengan sastra tulis. Oleh karena itu,
studi tentang sastra lisan merupakan hal yang cukup penting bagi para ahli yang
memahami peristiwa perkembangan sastra, asal mula genre sastra, serta
penyimpangan yang terjadi.
Suwija dan Manda (2014: 92) mengatakan, Gending atau tembang dalam
khazanah kesusastraan Bali tergolong ke dalam susastra lisan, yaitu sastra yang
diajarkan secara turun-temurun dari mulut ke mulut oleh para orang tua kepada
anak-cucunya, baik jenis lagu anak-anak (sekar rar), tembang geguritan (sekar
alit), tembang kidung (sekar madia), maupun tembang kakawin (sekar agung).
Darma Putra (2004: 4) mengatakan, Sejak tahun 1970-an di Bali tumbuh
dan berkembang jenis tembang Bali yang disebut Lagu Pop Bali karena syairnya
menggunakan bahasa daerah Bali dan diiringi musik populer. Lahirnya lagu pop
Bali dipelopori oleh seorang musisi Bali yang bernama Anak Agung Made Cakra.
Beliaulah perintis sebuah group Band Putra Dewata yang sempat pentas keliling
menghibur masyarakat, baik ke hotel-hotel, ke tempat acara-acara resmi, bahkan
sampai ke desa-desa. Di samping itu, juga direkam pada studio rekaman Bali
Record untuk bahan siaran radio dan dikomersialkan pada toko-toko kaset.
Kesemarakan cipta lirik lagu-lagu pop Bali sempat terhenti selama belasan
tahun, namun sejak akhir tahun 1990-an kembali diminati dan mulai dikemas
lebih professional. Pada masa itu, kembali dikenal sejumlah nama penyanyi lagu

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

pop Bali yang baru, di antaranya: Yong Sagita, Yan Bero, Ketut Bimbo, Komang
Rani, dan Alit Adiari, dan lain-lain. Aransemen musik yang mengiringi lagu-lagu
pop Bali tersebut tampak semakin baik setelah menggunakan nada tembang Bali
jenis plog yaitu saih gong kebyar dan selndro atau saih gendr.
Dalam perkembangan berikutnya, lagu-lagu pop Bali direkam juga ke
dalam kaset Video CD dengan latar perekaman yang indah dan diiringi musik
kontemporer khas Bali. Kesemarakan lagu pop Bali belakangan ini nampak terus
berlanjut dan mendapat perhatian yang serius di kalangan masyarakat Bali, lebihlebih dengan munculnya penyanyi Bali, seperti Widi Widiana, Ayu Suandewi,
Bayu KW, Mang Jana, Ketut Warnata, Tutik, Yanse, Sudiana, Gusti Sudharsana,
Ayu Damayanti, Dek Ulik, Man Senior, A. A. Raka Sidan, dan banyak lagi yang
lainnya.
Dalam penelitian ini dipilih lagu pop Bali karya Anak Agung Raka Sidan
yang berjudul Song Berrong. Lagu yang satu ini sangat dikenal oleh
masyarakat Bali bahkan sampai ada yang menerjemahkan ke dalam bahasa Jawa.
Di samping itu, lagu ini menggunakan bahasa Bali yang terkesan sebagai basa
alus (bahasa yang menghormat), namun di dalamnya terdapat cukup banyak
kekeliruan, baik pemakaian anggah-ungguh basa Balinya, maupun penulisannya.
Dengan demikian lirik lagu Song Berrong ini merupakan objek yang menarik
untuk diteliti.

2. Bahasa Lagu-lagu Pop Bali


Sesuai dengan namanya, lirik lagu-lagu pop Bali menggunakan media
bahasa Bali. Tidak jarang lagu pop Bali ditulis tanpa dasar pemahaman bahasa
Bali yang benar. Banyak juga lirik lagu diciptakan terlebih dahulu berbahasa
Indonesia, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Bali. Dengan demikian
cukup banyak terjadi kejanggalan atau kesalahan dalam penerapan anggahungguh basa Balinya.
Bahasa Bali yang dipakai media lagu-lagu pop Bali memiliki sistem bicara
yang unik, berbeda dengan bahasa Indonesia. Di dalam bahasa Bali dikenal
adanya sistem tingkat-tingkatan bicara yang disebut anggah-ungguh basa Bali.

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

Bahasa Bali sebagai alat komunikasi, sangat tergantung pada situasi pembicaraan
dan partisipannya. Siapa berbicara, bersama siapa berbicara, dan siapa yang
dibicarakan.
Jika si pembicara seorang yang berkasta rendahan (Wangsa Jaba atau
Sudra Wangsa) berbicara terhadap orang yang berkasta lebih tinggi (Tri Wangsa),
maka yang digunakan adalah bahasa Bali alus (menghormat). Namun sebaliknya,
apabila seorang Tri Wangsa berbicara kepada atau membicarakan tentang Wangsa
Jaba, maka bahasanya adalah basa andap (lepas hormat) (Suwija, 2014: 20).
Situasi atau status sosial partisipan itulah yang berdampak besar terhadap
kebenaran bahasa yang dikeluarkan oleh pihak pembicara. Jika dikaitkan dengan
pemahaman bahasa Bali para pengarang lagu pop Bali, tentu ada masalah besar
yang dapat diangkat. Apakah para penulis lirik lagu pop Bali telah memiliki
pengetahuan yang baik dan benar tentang anggah-ungguh basa Bali? Terkait
dengan hal itu, bagaimanakah pemakaian Bali Bali pada lirik lagu pop Bali Song
Berrong Raka Sidan? Apakah anggah-ungguh basa Balinya sudah benar? Oleh
karena pada hasil perekaman lagu tersebut disertai tulisannya untuk berkaraoke,
apakah tata penulisannya sudah benar sesuai kaidah Ejaan Bali Latin?
Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan tulisan ini adalah untuk dapat
mendeskripsikan pemakaian bahasa Bali pada lirik lagu pop Bali Song
Berrong A. A. Raka Sidan, baik menganai anggah-ungguh basanya maupun
kebenaran tata tulisnya. Dengan demikian hasil penelitian ini diharapkan akan
bermanfaat untuk menuai kritik dan saran terhadap penggunaan bahasa Bali lagulagu pop Bali.
Dalam analisis digunakan teori strukturalisme semiotik. Penerapan teori
Strukturalisme didasari atas pemikiran Luxemburg (1986: 38), bahwa fokus inti
dari perhatian strukturalisme bukanlah bagian-bagiannya, melainkan hubungan
antara bagian-bagian tersebut. Teks lagu pop Bali Song Bererong merupakan
kesatuan unsur-unsur kebahasaan yang membangun makna. Sementara itu, teori
semiotik diterapkan karena lirik lagu pop Bali Song Berrong merupakan sistem
tanda yang penuh makna. Hal ini sesuai dengan pendapat Teeuw (1984: 44) yang

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

menyatakan bahwa karya sastra dapat dikaji dari aspek signifiant (formal atau
bunyi) pada system tanda dan aspek signifie (kemaknaan atau konseptual).
Penelitian ini diawali dengan studi dokumen yaitu mencari kaset rekaman
lagu pop Bali pada album A. A. Raka Sidan yang berjudul Song Berrong.
Salanjutnya lirik lagu tersebut ditranskripsi ke dalam bahasa tulis sebagai objek
penelitian. Jadi, objek penelitian ini adalah teks tertulis hasil transkripsi rekaman
lagu pop Bali Song Berrong.
Dalam pengumpulan data digunakan metode observasi dan teknik
pencatatan. Data yang diperoleh kemudian ditabulasi dan didecoding, yang
selanjutnya dianalisis secara interpretatif. Oleh karena teks lagu pop Bali Song
Berrong berbahasa daerah Bali, dalam proses analisis data disertai teknik
penerjemahan yaitu pengalihan amanat antarbudaya atau antarbahasa dalam
tuturan gramatikal dan leksikal dengan maksud efek dan wujud yang sedapat
mungkin dipertahankan (Kridalaksana dalam Hutomo, 1993: 19).

3. Teks Lagu Pop Bali Song Berrong


Lagu pop Bali Song Berrong merupakan salah satu lagu terpopuler di
Bali pada tahun 2014, yang dipopulerkan oleh A. A. Raka Sidan dalam sebuah
album yang diberi nama Song Berrong. Berikut disajikan lirik lagu
selengkapnya.

SONG BRERONG
(Raka Sidan)
Ampura crita niki jakti-jakti.
N tiang pegawai negeri,
dinas ring kantor bupati,
golongan tiang tinggi.
Yen unduk gajih pantesn tiang ba sugih,
malahan lebih maan sampingan disisi.
Nyaloin tanah pepesan tiang maan bati,
Kwala telahn tiang sing ngerti.
Tanbina buka porotin berrong.
Gajih telah disepirit,
batin tanah telah dikaf,

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

kurenan wawa ww.


Yen kurenan nagih pipis baat liman.
Yning tip waitrees iying liman nyelukin.
Satus satak tali selukang tusing merasa,
an jumah payu mekenta.
Apa mirib . . . lintang bubun bolong.
Pipis liu n dikantong buka amah berrong,
njani sing ngidang ngomong,
telahn disong berrong.
Pipis telah, telah amah berrong.
Pipos telah, telahn disong berrong.
Terjemahan:
Permisi, cerita ini jati-jati.
Ini ku pegaw negeri,
tugas di kantor bupati,
golonganku tinggi.
Jika tentang gajih harusnya aku sudah kaya,
malahan lebih dapat ceperan di luar,
jadi calo tanah sering aku mendapat fee,
tetapi habisnya aku tak ngerti.
Tak bda bagai diporoti bererong,
gajih habis di judi sepirit,
untung tanah habis di kafe,
isteriku ribut wawa wewe.
Jika isteri minta uang, berat tanganku memberi,
Kalau ngetip wetris, ringan tanganku memberi,
seratus duaratus ribu diambilkan tidak terasa,
yang di rumah tidak makan apa-apa.
Apakah kira-kira, lintang lahirku bolong,
uang banyak yang di kantong, bagai dimakan brerong,
sekarang tidak bisa ngomong,
habisnya di lubang brerong.
Uangku habis, habis dimangsa brerong,
Uangku habis, habis di lubang brerong.
4. Analisis Anggah-ungguh Basa Bali Lagu Pop Bali Song Bererong
Secara umum, teks lagu pop Bali Song Bererong ini menggunakan basa
madia. Menurut Suarjana (2011: 103), basa madia adalah tingkatan bahasa Bali

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

yang tergolong menengah, yang nilai rasa bahasanya berada di antara bahasa Bali
andap dan bahasa Bali alus.
Menurut Suwija (2014: 64), Basa madia inggih punika basa Balin san
makanten sakadi basa alus nanging wirasannyan kantun madia santukan akh
kawangun antuk kruna-kruna alus madia. Artinya, bahasa madia yaitu bahasa
Bali yang kelihatannya seperti bahasa halus, tetapi nilai rasanya masih menengah
karena banyak menggunakan kata-kata menengah. Jadi, basa madia merupakan
tingkatan bahasa Bali yang menengah, tidak andap/biasa, juga tidak terlalu halus.
Sebagai ciri utama basa madia, A. A. Raka Sidan ketika menyebut dirinya
menggunakan kata ganti tiang saya. Perhatikan petikan bait pertama berikut ini.
Ampura cerita niki jakti-jakti.
N tiang pegawai negeri,
dinas ring kantor bupati,
golongan tiang tinggi.
Terjemahan:
Permisi cerita ini jati-jati.
Ku ini pegawai negeri,
tugas di kantor bupati,
golonganku tinggi.
Pada baris ke-1, ada penggunaan kata niki ini. Kata niki termasuk
tingkatan kata alus madia karena masih ada yang nilai rasanya benar-benar halus
yaitu puniki ini. Pada baris kedua seperti ini N tiang pegaw negeri artinya
Ini saya pegawai negeri. Kata tiang yang termasuk kategori kata alus madia
sebagai ciri utama basa madia. Demikian juga halnya penggunaan kata tiang
saya pada baris ke-4, yaitu pada ungkapan golongan tiang tinggi yang berarti
golongan saya tinggi.
Pada paragraf ke-1, ada juga penggunaan sejumlah kata yang termasuk
kata alus mider yaitu kata: ampura maaf, jakti-jakti benar-benar, dan kata ring
di. Kata-kata tersebut termasuk kata alus mider karena semuanya memiliki
bentuk andap yaitu: kata ampura bentuk andapnya aksama, kata yukti-yukti
bentuk andapnya sajan-sajan benar-benar, dan kata ring bentuk andapnya di
di.

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka bait pertama lagu pop Bali Song
Brerong menggunakan basa madia, yaitu bahasa daerah Bali yang nilai rasanya
menengah, tidak kasar, tidak biasa (andap) dan cukup halus atau menghormat,
namun cukup banyak kata-katanya yang mengandung nilai rasa biasa. Bagi
masyarakat yang bukan ahli bahasa Bali, akan merasakan bahasa tersebut seperti
bahasa yang halus.
Berikut akan dikemukakan sejumlah kata yang terkategori kurang halus
bahkan cenderung kata biasa atau andap. Pada baris kedua liriknya berbunyi Ne
tiang pegawe negeri, dinas ring kantor bupati. Jika dianalisis, kata ne ini
termasuk kata andap biasa, kata pegawe pegawai termasuk kata mider yaitu
kata yang tidak memiliki bentuk halus; kata dinas yang bermakna bertugas juga
termasuk kata mider dari kata bahasa Indonesia yang juga tidak memiliki bentuk
halus. Gabungan kata kantor bupati juga sama-sama kata mider yang tidak
memiliki bentuk halus. Selanjutnya, akan dianalisis kutipan bait yang kedua
sebagai berikut.
Yen unduk gajih pantesn tiang ba sugih,
malahan lebih maan sampingan disisi,
nyaloin tanah pepesan tiang maan bati,
kwala telahn tiang sing ngerti.
Terjemahan:
Jika tentang gajih harusnya aku sudah kaya,
malahan lebih dapat ceperan di luar,
menjadi calo tanah aku sering mendapat untung,
tetapi habisnya aku tidak ngerti.
Jika dicermati, pada saat ini (kutipan ini) posisi seorang Raka Sidan masih
berbicara pada audiens seperti pada lirik lagu yang pertama. Oleh karena dia
masih berbicara kepada orang banyak yang sudah tentu akan sangat beragam
status sosialnya, seharusnya menggunakan bahasa Bali yang tingkatan halus atau
paling tidak tingkatan bahasa Bali madia atau menengah.
Pada baris pertama lirik ini, yaitu Yen unduk gajih pantesn tiang ba
sugih yang artinya Jika tentang gaji harusnya saya sudah kaya, penggunaan
kata ganti tiang saya juga mencerminkan penggunaan basa madia. Jika ini
disadari dan disertai pemakaian bahasa yang konsisten tentu akan sangat bagus.

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

Sayang sekali Raka Sidan cukup banyak menggunakan tingkatan basa andap.
Contohnya kata yen jika, kata unduk tentang, kata pantesn seharusnya, dan
kata ba (suba) dah/sudah ini semuanya kata andap yang semestinya dibenahi
dengan penggunaan kata-kata yang bernilai rasa lebih halus atau kruna alus
mider.
Berdasarkan analisis ini dapat diberikan perbaikan baris kesatu lirik kedua
ini yaitu kata yen lebih halus yn/yning kalau/jika, kata unduk seharusnya indik
tentang, dan kata pantesn lebih halus patutn seharusnya, dan kata ba (suba)
bahasa halusnya ampun/sampun sudah.
Demikian pula pada baris kedua yang berbunyi Malahan lebih maan
sampingan di sisi, yang artinya Malahan lebih dapat ceperan di luar. Di sini
juga terjadi hal serupa, yaitu penggunaan kata-kata basa andap atau bahasa yang
lepas hormat yang semestinya menggunakan kata-kata yang halus atau madia.
Misalnya, kata lebih bisa diganti dengan kata lintang lebih, kata maan dapat
sebaiknya polih dapat, dan gabungan kata di sisi sebaiknya ring sisi di luar.
Selanjutnya ungkapan pada baris ketiga yaitu Nyaloin tanah pepesan
tiang maan bati yang maknanya Jadi calo tanah sering saya mendapat untung.
Kata nyaloin tanah termasuk jenis kata mider yang tidak memiliki bentuk halus
sehingga bisa dan benar dipakai pada konteks itu. Sementara itu, kata pepesan
lebih baik memakai bentuk alus mider yaitu seringan seringkali, kata tiang
sudah benar karena hal itu memang merupakan ciri basa madia. Selanjutnya
gabungan kata maan bati mendapat untung seharusnya diganti dengan kata polih
bati mendapat untung.
Pada baris keempat lirik ketiga lagu pop Bali Song Brerong ini juga
terdapat sejumlah kata yang patut diganti jika diinginkan bahasa lagu tersebut
lebih baik dan benar. Baris keempat dimaksud berbunyi Kewala telahn tiang
sing ngerti. Artinya Namun habisnya saya tidak mengerti. Kata kewala
namun/tetapi

sebaiknya

menggunakan

kata

kewanten

atau

nanging

tetapi/namun; kata telahn habisnya sebaiknya kata telasn habisnya; kata


sing/tusing tak seharusnya menggunakan bentuk halus ten/nnten tak;
sementara kata ngerti mengerti punya bentuk halus midep mengerti, akan

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

tetapi tidak harus diganti karena tuntutan bunyi (vocal) akhir lirik tersebut adalah
suara i.
Berikut ini akan dilanjutkan analisis bahasa Bali yang tersurat pada lirik
ketiga, yang teks selengkapnya sebagai berikut.
Tanbina buka porotin brrong,
gajih telah disepirit,
batin tanah telah di kaf,
kurenan wawa ww.
Terjemahan
Tak obahnya bagai diporoti brerong,
gajih habis di judi sepirit,
untung tanah habis di kafe,
isteriku ribut wawa wewe.
Secara umum penggunaan bahasa Bali pada lirik kedua ini memiliki nilai
rasa yang lebih rendah lagi. Maksudnya, jika bait ke-1 cukup banyak kata-kata
yang bernilai rasa tinggi atau menghormat, pada bait kedua ini lebih banyak katakata yang nilai rasanya biasa atau andap. Misalnya pada baris pertama ada kata
alus madia tan tak yang sama artinya dengan kata ten singkatan dari kata
nenten tidak.
Demikian juga kata bina beda termasuk kata biasa atau andap yang
bentuk halusnya tios beda/lain atau matiosan berbeda/berlainan. Kata-kata
buka, telah, di, dan kurenan yang berarti bagai, habis, di, dan isteri juga
termasuk kata tingkatan biasa atau andap karena masing-masing punya bentuk
halus kadi, telas, ring, miwah rabi.
Sementara itu, pada lirik kedua ini ada jenis kata yang terkategori kruna
mider seperti: porotin, berrong, gajih, sepirit, bati, tanah, kaf, dan wawa-ww
yang bahasa Indonesianya masing-masing gaji, sepirit, untung, kafe, dan ribut
(marah-marah). Kata-kata tersebut semuanya termasuk tingkatan kruna mider,
yaitu kata-kata bahasa Bali yang seperti kata biasa atau andap namun tidak
memiliki bentuk lain yang terkategori bahasa halus.
Berdasarkan analisis anggah-ungguh kruna seperti terurai di atas dapatlah
disimpulkan bahwa lirik kedua lagu pop Bali Song Berrong ini termasuk
menggunakan basa madia, yaitu tingkatan bahasa Bali yang seperti bahasa halus,

10

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

namun nilai rasanya menengah karena kebanyakan kata-katanya dari bahasa yang
kurang atau tidak halus.
Di bawah ini akan dianalisis pemakaian bahasa Bali pada lirik keempat
yang selengkapnya sebagai berikut.
Yen kurenan nagih pipis baat liman,
yning tip waitrees iying liman nyelukin,
satus satak tali selukang tusing merasa,
an jumah payu mekenta.
Terjemahan:
Jika isteri minta uang, berat tangan memberi,
kalau ngetip waitris, ringan tanganku memberi,
seratus dua ratus ribu diambilkan tidak terasa,
yang di rumah tidak makan apa-apa.
Lirik ketiga ini menggunakan bahasa Bali yang tingkatan andap atau
biasa. Jika dilihat kebenaran penggunaan bahasa pada lirik ini, akan terdapat dua
tanggapan yaitu (1) apakah sang penyanyi menceritakan dirinya kpada pendengar
atau penonton? Sementara (2) apakah yang bersangkutan menceritakan
keadaannya pada dirinya sendiri atau sedang merenungi dirinya? Jika yang
dimaksudkan opsi (1), pemakaian bahasanya di sini keliru atau tidak tepat karena
manakala seorang Bali menceritakan keadaan dirinya kepada orang lain
seharusnya menggunakan bahasa yang tingkatan halus. Dengan demikian lirik
yang tepat untuk hal itu adalah sbagai berikut.
Yen kurenan nagih pipis baat liman,
yning tip waitrees iying liman nyelukin,
satus satak tali selukang nnten marasa,
sane jumah durus makeneta.
Terjemahannya:
Jika isteri minta uang, berat tangan memberi,
kalau ngetip waitrees, ringan tanganku memberi,
seratus duaratus ribu diambilkan tidak terasa,
yang di rumah tidak makan apa-apa.
Namun jika yang terjadi adalah opsi yang kedua, tentu penggunaan
bahasanya sudah benar menggunakan basa andap karena bahasanya itu bukan
untuk orang lain melainkan hanya untuk merenungi keadaan dirinya. Jadi dalam
hal ini dia bebas berbahasa yang tidak menghormat atau bukan bahasa yang

11

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

tingkatan halus.
Brikut ini akan dianalisis pemakaian kata-kata pada lirik lagu yang kelima
yang berbunyi demikian.
Apa mirib . . . lintang bubun bolong,
pipis liu n dikantong buka amah berrong,
n jani sing nyidang ngomong,
telahn disong berrong.
Terjemahan:
Apakah kira-kira, lintang lahirku bolong,
uang banyak yang di kantong, bagai dimakan bebrerong,
sekarang tidak bias ngomong,
habisnya di lubang bererong.
Secara umum penggunaan kata-kata bahasa Bali pada lirik ketiga ini
menggunakan basa andap. Yang termasuk tingkatan basa andap pada teks
tersebut antara lain: apa apa, mirib kira-kira, pipis uang, liu banyak, ne
ini, di di, buka bagai, ne ini jani sekarang, sing tak, nyidang mampu,
ngomong bebicara, dan telahne habisnya.
Kata yang lainnya seperti: lintang lintang bubune bubuku, bolong
berlubang, kantong saku, bererong tuyul, dan song lobang termasuk kruna
mider, yaitu kata-kata yang tidak memiliki bentuk hormat atau halus. Sementara
itu, ada satu kata pada baris kedua yaitu kata amah pakan yang termasuk
tingkatan kruna kata kasar, yaitu kata yang nilai rasanya jelek, tidak sopan,
cenderung digunakan untuk mencaci-maki dalam pertengkaran. Hal ini digunakan
karena dikenai pada brerong (binatang), bukan manusia.
Pipis telah, telah amah berrong,
Pipis telah, telahn di song berrong.
Terjemahan:
Uangku habis, habis dimakan bererong,
Uangku habis, habisnya di lubang bererong.
Pada lirik terakhir ini ada dua baris yang mirip. Kata pipis uang telah
habis, telahn habisnya di di termasuk jenis kata biasa atau andap karena
masing-masing memiliki bentuk halus. Kata pipis uang bentuk halusnya jinah,
kata telah atau telahne habis atau habisnya bentuk halusnya telas atau
telasnyane habisnya.
12

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

Kata amah pakan adalah sebuah kata yang termasuk tingkatan kata kasar
yaitu kata yang nilai rasanya jelek, tidak sopan, bahkan tidak menghormat. Hal ini
dibenarkan karena dipakai menyebut keadaan makan binatang dalam hal ini
berrong. Sementara kata bererong tuyul dan song berrong lubang tuyul
termasuk kategori kruna mider karena kedua kata tersebut tidak memiliki bentuk
halus.
5. Analisis Tata Tulis Lagu Pop Bali Song Berrong
Perekaman lagu pop Bali Song Brerong pada DVD yang terjual di pasaran
dilengkapi tayangan syairnya pada layar kaca untuk keperluan berkaraoke. Oleh
karena itu, tata penulisan lirik lagu tersebut merupakan objek yang menarik untuk
dianalisis berdasarkan tata Ejaan Bali Latin.
1) Kesalahan Penulisan Pangater (Awalan)
Pada teks lagu pop Bali Song Brerong terdapat kesalahan penulisan
awalan, hanya penulisan awalan ma- yang terlihat pada kutipan berikut.
Yen kurenan nagih pipis baat liman,
yning tip waitrees iying liman nyelukin,
satus satak tali selukang tusing merasa,
an jumah payu mekenta.
Terjemahan
Jika isteri minta uang, berat tangan memberi,
kalau ngetip waitris, ringan tanganku memberi,
seratus duaratus ribu diambilkan tidak terasa,
yang di rumah tidak makan apa-apa.
Jika kutipan di atas dicermati, pada baris ketiga terdapat kesalahan
penulisan kata merasa merasa yang seharusnya ditulis memakai vokal a
(marasa). Juga terdapat kesalahan tulis pada baris keempat yaitu kata mekenta
kelaparan seharusnya ditulis makenta. Aturannya, setiap awalan bahasa Bali
yang bersuara e ditulis memakai a (Suwija, 2011: 32).

13

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

2) Kesalahan Penulisan Kosakata


Di samping kesalahan dalam penulisan awalan, pada teks lagu pop Bali
Song Brerong ditemukan pula kesalahan penulisan kosakata, di antaranya sebagai
berikut.
Ampura cerita niki jakti-jakti.
N tiang pegawai negeri,
dinas ring kantor bupati,
golongan tiang tinggi.
Terjemahan:
Permisi cerita ini jati-jati.
ku ini pegawai negeri,
tugas di kantor bupati,
golonganku tinggi.
Pada baris pertama lirik ini tertulis kata ulang jakti-jakti yang bermakna
benar-benar atau sungguh-sungguh. Sebenarnya di sini tidak perlu ditulis jaktijakti, cukup jati-jati. Lalu, pada baris kedua ada penulisan kata pegawai negeri
yang dalam bahasa Bali tulisannya yang baku pegaw negeri.
Kesalahan lainnya terkait penulisan kosakata terdapat pula pada lirik
keempat lagu pop Bali Song Brrong yang dapat dicermati pada kutipan berikut
ini.
Tanbina buka porotin berrong.
Gajih telah disepirit,
batin tanah telah dikaf,
kurenan wawa ww.
Terjemahan
Tak beda bagai diporoti bererong,
gajih habis di judi sepirit,
untung tanah habis di kafe,
isteriku ribut wawa wewe.
Perhatikan kutipan baris pertama lirik ketiga ini yang berbunyi Tanbina
buka porotin berrong yang artinya Tak beda bagai digerogoti bererong.
Penulisan kata tanbina tak beda yang benar adalah tan bina (memakai spasi)
karena sesunggunhya hal itu gabungan dua kata, yaitu kata tan tidak yang sama
dengan ten atau nnten yang berarti tidak ditambah kata bina yang berarti
berbeda. Jadi keliru kalau ditulis rangkai.

14

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

Kesalahan serupa terdapat pula pada penulisan kata nejani yang


bermakna ini sekarang pada lirik keempat yang kalimatnya berbunyi Nejani
sing nyidang ngomong artinya Sekarang ini tak biaa berbicara. Kata nejani
bukan satu kata, melainkan dua kata yaitu kata an/n ini dan kata jani
sekarang. Dengan demikian tulisan yang benar adalah n jani (dua kata), bukan
njani.
Penulisan kosa kata yang juga patut mendapat perhatian yaitu kata
pegawai negeri pada lirik kesatu dan penulisan kata waitrees pada lirik ketiga.
Kata pegawai negeri yang murni kosakata bahasa Indonesia, ketika diserap ke
dalam bahasa Bali, tulisan yng bnar pegaw negeri. Demikian juga hanya kata
bahasa Inggris waitrees, setelah masuk ke bahasa Bali ditulis sesuai bacaan Bali
yaitu waitris.

3) Kesalahan Penulisan Kata Depan


Di samping kesalahan dalam penulisan awalan dan kosa kata yang telah
dipaparkan di atas, pada teks lagu pop Bali Song Bererong ditemukan pula
kesalahan penulisan kata depan, di antaranya sebagai berikut.
Yen unduk gajih pantesn tiang ba sugih,
malahan lebih maan sampingan disisi.
Nyaloin tanah pepesan tiang maan bati,
kwala telahn tiang sing ngerti.
Terjemahan:
Jika tentang gajih harusnya aku sudah kaya,
malahan lebih dapat ceperan di luar.
Jadi calo tanah seringan aku mendapat fee,
tetapi habisnya aku tak ngerti.
Pada baris kedua lirik kedua lagu pop Bali Song Bererong terdapat
kesalahan penulisan kata disisi yang berarti di luar. Kata disisi adalah dua kata
yaitu kata depan di dan kata dasar sisi. Dengan demikian tulisan yang baku adalah
di sisi memakai spasi, tidak nyambung. Kesalahan serupa juga trlihat pada lirik
ketiga di bawah ini.
Tanbina buka porotin berrong.
Gajih telah disepirit,
batin tanah telah dikaf,
15

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

kurenan wawa ww.


Terjemahan
Tak obahnya bagai diporoti oleh bererong.
Gajih habis di judi sepirit,
untung tanah habis di kafe,
isteriku ribut wawa wewe.
Pada baris kedua lirik lagu ketiga di atas ada dua kesalahan penulisan kata
depan yaitu pada kata disepirit di judi spirit dan kata dikafe di kafe. Kata
disepirit seharusnya di sepirit (memakai spasi) karena di adalah kata depan, bukan
awalan. Demikian juga di pada kata dikafe seharusnya di kafe, memakai spasi.
Perhatikan kutipan lirik keempat berikut ini yang mengandung kesalahan
tata tulis kata depan!
Apa mirib lintang bubune bolong.
Pipis liu ne dikantong buka amah bererong,
ne jani sing nyidang ngomong,
telahne disong bererong.
Terjemahannya:
Apa kira-kira lintang hidupku bolong.
Uang banyak di saku, bagai dimakan bererong,
sekarang tak bisa ngomong,
habisnya di lubang bererong.
Pada baris keempat lirik lagu di atas terdapat juga dua kesalahan penulisan
kata depan di, yaitu kata disong di lubang dan dikantong di saku. Seharusnya
penulisan gabungan kata di song bererong tersebut memakai spasi di song.
Demikian juga penulisan kata dikantong seharusnya di kntong (memakai spasi)
karena di di sana bukan awalan, melainkan kata depan.

6. Simpulan dan Saran


Berdasarkan hasil analisis, dapatlah disimpulkan bahwa lagu pop Bali
Song Berrong menggunakan basa madia yaitu tingkatan bahasa Bali yang seperti
bahasa halus, tetapi nilai rasanya menengah karena banyak disisipi kata-kata
andap atau yang lepas hormat. Dengan demikian penulis lirik lagu pop Bali Song
Berrong kurang memahami tata anggah-ungguhing basa Bali.
Tata penulisan kosa kata lagu pop Bali Song Berrong cukup banyak
16

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

kekeliruan. Hal ini memberikan indikasi bahwa penulis teks lagu tersebut kurang
memahami tata penulisan yang baik dan benar karena kemungkinan tidak pernah
mempelajari tata Ejaan Bali Latin.
Berdasarkan simpulan di atas, disarankan kepada pencipta lirik lagu pop
Bali agar memeriksakan hasil ciptanya pada ahli bahasa Bali sebelum direkam
agar menjadi konsumsi masyarakat yang baik dan benar. Lalu, kepada para
pemerhati budaya, khususnya seniman lagu pop Bali disarankan terus berkarya
guna ikut berperan dalam pemertahanan bahasa daerah Bali.
DAFTAR RUJUKAN
Darma Putra, I Nyoman. 2004. Kecenderungan Tema Politik dalam Perkembangan Mutakhir Lagu-lagu Pop Bali. (Makalah). Denpasar:
Universitas Udayana.
Esten, Mursal. 1993. Kesusastraan: Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung:
Angkasa.
Hutomo, Suripan Sadi. 1993. Cerita Kentrung Sarahwulan di Tuban. Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Luxemburg, Jan Van. Et.al 1986. Pengantar Ilmu Sastra. Edisi Kedua (Alih
Bahasa Dick Hartoko). Jakarta: Gramedia.
Suarjana, I Nyoman. 2011. Sor Singgih Basa Bali: Kebalian Manusia Bali dalam
Dharma Pepadikan, Pidarta, Sembrama Wecana, dan Dharma
Wecana. Denpasar: Tohpati Grafika Utama.
Suwija, I Nyoman. 2011. Ejaan Bali Latin (Diktat Kuiah). Program Studi
Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah, Fakultas Pendidikan Bahasa
dan Seni, IKIP PGRI Bali.
Suwija, I Nyoman dan I Gede Manda. 2014. Widia Sari 2: Basa lan Sastra Bali.
Denpasar: Sri Rama.
Suwija, I Nyoman. 2014. Tata Titi Mabaos Bali. Denpasar: Pelawa Sari.
Teeuw. A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka
Jaya.

17

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

KEMAMPUAN MENGONVERSI WACANA BERHURUF LATIN KE


AKSARA BALI SISWA KELAS X JASA BOGA SMK NEGERI 5 DENPASAR
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
oleh
Komang Eka Swardana, NIM.2011.II.2.0021
Progra Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah
Bidang Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Bali
Abstrak
Pada zaman yang modern ini, menulis aksara Bali dirasa sangat sulit terutama
oleh siswa. Hal yang disebabkan oleh rendahnya minat siswa dalam mempelajari
bahasa Bali terutama menulis aksara Bali. Atas dasar itulah peneliti mengadakan
penelitian dengan judul kemampuan mengonversi wacana berhuruf Latin ke aksara
Bali. Masalah pada penelitian ini adalah (1) bagaimana kemampuan mengonversi
wacana berhuruf Latin Ke aksara Bali, (2) kesulitan apakah yang dihadapi oleh siswa
dalam mengonversi wacana berhuruf Latin ke aksara Bali, (3) faktor apakah yang
menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam mengonversi wacana berhuruf Latin
ke aksara Bali. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas dan
objektif tentang prestasi belajar siswa dalam mengonversi wacana berhuruf Latin ke
aksara Bali.
Untuk mendukung penelitian ini maka dalam landasan teori dibahas teoriteori yang menjadi landasan dalam penelitian ini antara lain (1) pengertian
mengonversi, (2) pengertian wacana, (3) sejarah aksara Bali, (4) aksara Bali, dan (5)
pengangge aksara Bali.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) metode penentuan
subjek penelitian, (2) metode pendekatan subjek penelitian, (3) metode pengumpulan
data, dan (4) metode pengolahan data. Metode penentuan subjek penelitian ditentukan
sampel penelitian sejumlah 80 orang, yaitu siswa kelas X Jasa Boga SMK Negeri 5
Denpasar tahun pelajaran 2014/2015. Metode pendekatan subjek penelitian
menggunakan metode empiris. Di dalam metode pengumpulan data menggunakan
metode tes. Jenis tes yang digunakan adalah tes esai, yaitu mengonversi wacana
berhuruf Latin ke aksara Bali. Metode pengolahan data yang digunakan adalah
dengan analisis statistik deskriptif.
Berdasarkan pengolahan data tersebut diperoleh nilai rata-rata kemampuan
mengonversi wacana berhuruf Latin ke aksara Bali kelas X Jasa Boga SMK Negeri 5
Denpasar adalah 77. Dari 80 siswa yang mengikuti tes, yang mencapai KKM, 65
siswa (81,25%), dan yang belum mencapai KKM, 15 siswa (18,75%). Dengan
demikian dapat disimpulkan, bahwa kemampuan mengonversi wacana berhuruf Latin
ke aksara Bali kelas X Jasa Boga SMK Negeri 5 Denpasar tahun pelajaran 20
14/2015 adalah baik.
Kata kunci: mengonversi, wacana, dan aksara Bali
18

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

Abstract
In this modern age, wrote the Balinese considered very difficult, especially
by students. It caused by low student interest in learning the language of Bali
especially Balinese script writing. Based on that researchers conduct research with
title lettered discourse ability to convert Latin script to Bali. Problems in this study
are (1) how the ability to convert Latin lettered discourse to the Balinese, (2) the
difficulty is faced by students in Latin lettered discourse convert to the Balinese, (3)
whether the factors that cause students to experience difficulties in converting
lettered discourse Latin script to Bali. This study aims to provide a clear picture and
on student achievement in Latin lettered discourse convert to Balinese script.
To support this research, the cornerstone of the theory discussed theories
that form the basis for this study include (1) understanding convert, (2) the notion of
discourse, (3) the history of the Balinese, (4) the Balinese, and (5) pangangge
Balinese script.
The method used in this study were (1) the method of determining the
subject of research, (2) approach the subject of research, (3) data collection methods,
and (4) the method of data processing. Method of determining the subject of the study
determined the sample number 80, the students of class X Food Service SMK Negeri
5 Denpasar academic year 2014/2015. Methods approach the subject of research
using empirical methods. In the method of data collection using the test method. The
type of test used is an essay test, which convert lettered discourse Latin script to Bali.
Data processing method used is descriptive statistical analysis.
Based on the data obtained by processing the average value the ability to
convert discourse Balinese script to Latin lettered class X Food Service SMK Negeri
5 Denpasar is 77. Of the 80 students who took the test, which reached KKM, 65
students (81.25%), and the not yet reached KKM, 15 students (18.75%). It can be
concluded, that the ability to convert the lettered discourse Latin Balinese script to
class X Food Service SMK Negeri 5 Denpasar In Academic Year 2014/2015 is good.
Keywords: convert, discourse, and the Balinese
1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Keterampilan berbahasa yang perlu dilatih sedini mungkin, salah satunya

adalah keterampilan menulis. Keterampilan menulis sangat penting dalam pendidikan


karena dapat membantu siswa berlatih berfikir, dan mengungkapkan gagasan.
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.
Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan
19

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

menulis, harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata.
Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui
latihan dan praktik yang banyak dan teratur (Tarigan, 2008:3-4). Jadi semakin sering
seseorang berlatih menulis maka semakin baik pula hasil tulisan yang akan
dihasilkan, baik dari segi penggunaan struktur kata dan penggunaan kosa kata yang
tepat.
Salah satu bentuk dari kegiatan menulis dalam pembelajaran bahasa Bali
adalah kegiatan mengonversi (mengubah). Mengonversi atau melakukan konversi
yang berarti mengubah (Kamus Besar Bahasa Indonesia:730). Mengonversi juga
dapat diartikan melakukan pengubahan dari suatu wacana secara keseluruhan tanpa
menghilangkan makna atau arti dari wacana tersebut. Dalam hal ini, pengubahan
yang dilakukan adalah mengubah wacana beraksara Latin ke aksara Bali. Kegiatan
mengubah dianggap penting, maka kegiatan mengubah tersebut dimasukkan dalam
silabus mata pelajaran bahasa, aksara, dan sastra Bali. hal tersebut berkenaan dengan
isi silabus satuan pendidikan SMA/SMK yang kopetensi dasarnya berbunyi
mengonversi wacana berhuruf Latin ke aksara Bali. Dengan harapan siswa dapat
memahami tata cara penulisan aksara Bali dengan penggunaan kaidah-kaidah pasang
aksara Bali dengan baik dan benar.
Mengonversi (mengubah) wacana berhuruf Latin ke aksara Bali harus
menggunakan kaidah-kaidah penulisan pasang aksara Bali yang merupakan
kebudayaan

yang

harus

dilestarikan.

Sesungguhnya

kegiatan

mengonversi

(mengubah) bukanlah kegiatan yang mudah untuk dilakukan, apalagi mengonversi ke


aksara Bali yang membutuhkan kaidah-kaidah di dalam penulisan aksara Bali itu
sendiri yang disebut dengan pasang pageh aksara Bali agar tidak terjadi kesalahan
dalam penulisannya. Namun masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam
mengubah wacana baik dari huruf Latin ke aksara Bali atau dari aksara Bali Ke huruf
Latin.
Bertolak dari hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian guna
mengetahui kemampuan mengonversi (mengubah) wacana berhuruf Latin ke aksara
20

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

Bali, pada siswa sekolah menengah kejuruan. Peneliti akan menuangkannya dalam
penelitian yang berjudul Kemampuan Mengonversi Wacana Berhuruf Latin ke
Aksara Bali Siswa Kelas X Jasa Boga SMK Negeri 5 Denpasar Tahun Pelajaran
2014/2015.

1.2

Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut.

Secara umum penelitian ini adalah mengetahui kemampuan siswa dalam mengonversi
wacana berhuruf Latin ke aksara Bali, dan untuk pengembangkan bahasa dan sastra,
serta ikut melestarikan kebudayaan daerah. Tujuan khusus penelitian ini adalah
sebagai berikut. Untuk mengetahui kemampuan mengonversi wacana berhuruf Latin
ke aksara Bali siswa, untuk mengetehui kesulitan-kesulitan dalam mengonversi
wacana berhuruf Latin ke aksara Bali siswa, dan untuk mengetehui kesulitankesulitan dalam mengonversi wacana berhuruf Latin ke aksara Bali siswa Kelas X
Jasa Boga SMK Negeri 5 Denpasar tahun Pelajaran 2014/2015.

LANDASAN TEORI

2.1

Pengertian Mengonversi
Mengonversi atau melakukan konversi berarti mengubah, Kamus Besar

Bahasa Indonesia (2011:730). Brainly.co.id mengonversi berarti mengubah secara


keseluruhan teks tersebut tanpa mengubah maksud atau makna teks. Dalam penelitian
ini, pengubahan yang dilakukan adalah mengubah wacana Desa Bedulu miwah
Pejeng berhuruf Latin ke aksara Bali.

2.2

Pengertian Wacana Berhuruf Latin


Wacana adalah kesatuan bahasa terlengkap dan tertinggi di atas kalimat atau

klausa yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya dan
mengandung makna secara utuh yang disampaikan secara lisan atau tulisan sehingga

21

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

dapat terjadi proses komunikasi yang bermakna dan harus disesuaikan dengan ejaan
bahasa Indonesia.

2.3

Sejarah Aksara Bali


Dalam kehidupan masyarakat Bali, aksara Bali digunakan untuk menuliskan

bahasa Bali dalam kehidupan sehari-hari. Disamping itu aksara Bali juga digunakan
untuk menuliskan rerajahan yang berkaitan dengan upacara keagamaan maupun yang
berkaitan dengan kekuatan magis. Tulisan atau aksara Bali sangat erat hubungannya
dengan pasang aksara Bali yang memuat aturan-aturan di dalam penulisan aksara
Bali. Menurut Simpen (1973:1), pasang aksara Bali adalah uger-uger nyurat aksara
yang artinya aturan-aturan di dalam menulis huru Bali. Pasang aksara Bali adalah
aturan-aturan dalam menulis bahasa Bali. Dalam bahasa Bali pasang aksara Bali ada
dua, yaitu pasang aksara Bali Latin yaitu aturan menulis bahasa Bali dengan bahasa
latin dan pasang aksara Bali yaitu aturan menulis bahasa Bali dengan aksara Bali.

2.4

Aksara Bali
Aksara Bali adalah huruf yang dipergunakan untuk menulis bahasa Bali dan

bahasa Jawa Kuna atau bahasa-bahasa yang lain yang diserap menjadi bahasa Bali.
Secara umum aksara dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu: 1) aksara wreastra,
2) aksara swalalita, dan 3) aksara modre. Pangangge aksara Bali terdiri dari tiga
yaitu: (1) pangangge suara, (2) pangangge ardasuara, (3) pangangge tengenan.

METODE PENELITIAN
Ada beberapa tahap dalam metode penelitian yaitu, (1) metode penentuan

subjek penelitian, (2) metode pendekatan subjek penelitian, (3) metode pengumpulan
data, dan (4) metode pengolahan data.

22

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

3.1

Metode Penentuan Subjek Penelitian


Metode penentuan subjek penelitian adalah suatu metode yang digunakan

untuk menentukan subjek atau sarana penelitian yang akan diteliti oleh peneliti. Yang
menjadi subjek penelitian disini adalah siswa kelas X Jasa Boga SMK Negeri 5
Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015. Dalam menentukan subjek penelitian ada dua
cara yang bisa ditempuh: (1) meneliti seluruh subjek penelitian, yang disebut dengan
penelitian populasi atau (2) meneliti sebagian subjek penelitian, yang disebut dengan
penelitian sampel.
a. Populasi Penelitian
Adapun yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X
Jasa Boga SMK Negeri 5 denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015.
b. Sampel Penelitian
Menurut Riyanto (2013:30) sampel merupakan sebagian dari populasi yang
diharapkan dapat mewakili atau representatif populasi. Pengambilan sampel tidak
dapat dilakukan secara sembarangan, tetapi harus mengikuti teknik-teknik tertentu,
agar sampel yang dipilih nanti benar-benar dapat mewakili populasi. Dengan
demikian jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 80 orang. Untuk mendapatkan
sampel yang mewakili populasi, dalam penelitian ini menggunakan dua teknik
sampling, yaitu: (1) proporsional sampling dan, (2) random sampling.

3.2

Metode Pendekatan Subjek Penelitaian


Metode pendekatan subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode empiris. Metode empiris merupakan cara-cara yang dilakukan itu
dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan (Sugiyono, 2013:3).
Dalam metode ini, peneliti hanya meneliti gejala yang sudah ada tanpa berusaha
mengubah keadaan. Gejala yang dimaksud adalah mengonversi wacana berhuruf latin
ke aksara Bali.

23

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

3.3

Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat dikemukakan peneliti

untuk mengumpulkan data (Arikunto, 2006:150). Sehubungan dengan hal terebut


metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes, dan

metode

wawancara.

3.4

Metode Pengolahan Data


Menurut Sugiyono (2010:207) metode statistik deskriptif yang digunakan

untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data


yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan
yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam pengolahan data ada beberapa
langkah yang musti ditempuh yaitu, (1) mengubah skor mentah menjadi skor standar,
(2) menentukan kriteria predikat, (3) mencari skor rata-rata, (4) analisis data
wawancara, dan (5) menarik kesimpulan.

Hasil Penelitian
Dengan ditetapkan nilai 75 sebagai batas kriteria ketuntasan minimal (KKM)

dalam kemampuan mengonversi wacana berhuruf Latin ke aksara Bali, maka dapat
dilihat dari 80 siswa, 65 (81,25%) siswa dinyatakan tuntas, dan 15 (18,75%) siswa
dinyatakan tidak tuntas.
Tabel 4.1 Persentase Kemampuan Mengonversi Wacana Berhuruf Latin ke Aksara
Bali oleh

Siswa Kelas X Jasa Boga SMK Negeri 5 Denpasar Tahun

Pelajaran

2014/2015

Nilai
86-100
75-85
Siswa yang telah
mencapai KKM

Predikat
Baik Sekali
Baik

Jumlah Siswa
6
59

Persentase
7,5%
73,75%

Keterangan
Tuntas
Tuntas

65

81,25%

Tuntas

24

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

52-74

Cukup

15

18,75%

Tidak Tuntas

0-51

Kurang

0%

Tidak Tuntas

15

18,75%

Tidak Tuntas

Siswa yang belum


mencapai KKM

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa siswa yang memperoleh


predikat baik sekali sebanyak 6 orang, siswa yang memperoleh predikat baik
sebanyak 59 orang, dan siswa yang memperoleh predikat cukup sebanyak 15 orang.
Sesuai dengan uraian di atas, hanya 65 (81,25%) siswa mencapai KKM dan 15
(18,75%) siswa belum mencapai KKM pada mata pelajaran bahasa Bali, yakni
kemampuan mengonversi wacana berhuruf Latin ke aksara Bali.

SIMPULAN DAN SARAN

5.1

Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di sekolah mengenai

kemampuan mengonversi wacana berhuruf Latin ke aksara Bali oleh siswa kelas X
Jasa Boga SMK Negeri 5 Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut.
1) Kemampuan mengonversi wacana berhuruf Latin ke aksara Bali siswa kelas X
Jasa Boga SMK Negeri 5 Denpasar Tahun Peelajaran 2014/2015 adalah baik. Hal
ini ditunjukkan oleh skor rata-rata yang diperoleh siswa kela X Jasa Boga SMK
Negeri 5 Denpasar, Tahun Pelajaran 2014/2015 dalam mengonversi wacana
berhuruf Latin ke aksara Bali adalah 77. Sedangkan berdasarkan kriteria
ketuntasan minimal (KKM) yaitu 75 yang berlaku di SMK Negeri 5 Denpasar
Tahun Pelajaran 2014/2015 diperoleh hasil bahwa dari 80 orang siswa, 65
(81,25%) siswa dinyatakan tuntas, dan 15 (18,75%) siswa dinyatakan tidak tuntas.
2) Kesulitan yang dialami siswa pada saat mengonversi wacana berhuruf Latin ke
aksara Bali adalah dalam menggunakan/menerapkan pasang pageh aksara Bali
terutama penggunaan gantungan,gempelan, dan rangkepan wianjana.

25

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

3) Faktor penyebab kesulitan yang dialami oleh siswa dalam mengonversi wacana
berhuruf Latin ke aksara Bali disebabkan oleh 3 faktor yaitu: (1) faktor dari diri
siwa itu sendiri yang kurang senang terhadap mata pelajaran bahasa Bali, (2)
faktor yang disebabkan oleh guru, siswa kurang paham terhadap penjelasan yang
disampaikan oleh guru karena kurang memberikan contoh saat pengajaran
berlangsung, (3) alokasi waktu yang minim dalam pengajaran bahasa Bali
khususnya praktet menulis dengan aksara Bali.

5.2 Saran
Sehubungan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan dan sebagai tindak
lanjut dari simpulan yang telah diberikan di atas, maka dapat disarankan hal-hal
sebagai berikut.
1. Oleh karena kemampuan menulis wacana beraksara Bali pada rontal oleh siswa
kelas X Jasa Boga SMK Negeri 5 Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015 mencapai
kategori baik dengan skor rata-rata 77, guru diharapkan agar mampu
mempertahankan serta meningkatkan kualitas pengajaran bahasa Bali, khususnya
dalam materi mengonversi wacana berhuruf Latin ke aksara Bali, sehingga
prestasi siswa bisa lebih meningkat dari baik menjadi baik sekali.
2. Guru bidang studi bahasa Bali yang mengajar di SMK Negeri 5 Denpasar,
diharapkan dapat memberikan penjelasan mengenai pelajaran bahasa Bali
khususnya penggunaan uger-uger menulis aksara Bali dengan kata-kata yang
mudah dimengerti disertai dengan contoh-contoh saat mengajar.
3. Guru diharapkan dapat memilih metode yang tepat dan lebih kreatif dalam
menjelaskan

materi

menulis

dengan

aksara

Bali,

khususnya

dalam

penggunaan/penerapan pasang pageh, gantungan, gempelan, dan rangkepan


wianjana. Guru hendaknya tidak hanya berpedoman pada buku penunjang dan
LKS saja agar siswa tidsk jenuh dalam belajar yang akan mengakibatkan siswa
mengalami kesulitan dalam menulis dengan aksara Bali dan menurunnya prestasi
siswa.
26

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

4. Karena waktu belajar bahasa Bali, khususnya dalam menulis dengan aksara Bali
di sekolah sangat terbatas, disarankan kepada guru agar sering memberikan
latihan-latihan dan tugas-tugas kepada siswa menulis dengan aksara Bali sehingga
kemampuan siswa menulis dengan aksara Bali semakin baik.
5. Siswa harus lebih kreatif dan semangat berlatih menulis dengan aksara Bali,
karena semakin sering dilatih maka kemampuan akan menjadi semakin baik.
Serta secara tidak langsung merupakan salah satu upaya untuk pelestarian
kebudayaan Bali itu sendiri.

DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Riyanto, Agus. 2013. Statistik Deskriptif. Yogyakarta: Nuha Media.
Simpen, Wayan. 1973. Pasang Aksara Bali. Denpasar: Upada Sastra.
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.

27

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

KUALITAS PROPOSAL KEGIATAN PORSENIJAR KARYA SISWA


KELAS X SMK NEGERI 3 DENPASAR
TAHUN PELAJARAN 2014/2015

oleh
I Made Dede Beny Rasgita, NIM 2011.II.1.0017
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah
Bidang Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Abstrak
Menulis dipergunakan untuk melaporkan/memberitahukan dan
mempengaruhi maksud. Tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh
orang-orang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakannya dengan jelas.
Salah satu kegiatan menulis ialah menulis proposal kegiatan. Proposal merupakan
suatu bentuk rencana atau rancangan yang tertuang dalam bahasa tulis. Jika kita
akan menyelenggarakan suatu kegiatan, biasanya terlebih dahulu kita harus
menyusun sebuah proposal kegiatan untuk keperluan permohonan izin atau
permohonan bantuan dana. Dalam menulis proposal yang merupakan salah satu
contoh bentuk tulisan yang memerlukan kualitas penggunaan bahasa Indonesia
yang baik sehingga tujuan dan maksud dari proposal dapat dipahami dengan tepat
oleh pembacanya.
Berdasarkan latar belakang diatas, tujuan penelitian ini untuk mengetahui
bagaimanakah kualitas proposal kegiatan Porsenijar karya siswa kelas X SMK
Negeri 3 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015.
Adapun teori yang melandasi penelitian ini adalah 1) pengertian menulis,
2) pengertian proposal, 3) jenis-jenis proposal, 4) teknik penulisan proposal
kegiatan, 5) diksi, 6) kalimat, 7) alenia, dan 8) EYD. Dalam pencapaian tujuan
diatas, penelitian ini menggunakan empat metode: 1) metode penentuan subjek
penelitian, 2) metode pendekatan subjek penelitian, 3) metode pengumpulan data,
dan 4) metode pengolahan data.
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa kualitas proposal kegiatan
Porsenijar karya siswa SMK Negeri 3 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015
hasilnya tergolong baik, dengan rata-rata siswa yaitu 85.
Kata kunci: proposal, Porsenijar
Abstract
Writing used to report/inform and influence the mean. Such objectives can
only be achieved by either by people who can organize their thoughts and speak
them clearly. One of the activities of writing is to write a proposal. Proposal is a
form of plans or designs contained in the written language. If we are going to
organize an activity, usually first we must prepare a proposal for the purposes of
29

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

the license application or request for financial assistance. In writing the proposal,
which is one example of writing that requires the use of Indonesian quality is
good so that the purpose and intent of the proposal can be correctly understood
by the reader.
Based on the background above, the purpose of this study can be
formulated as follows how is the quality of Porsenijar proposal created by
students class X SMK Negeri 3 Denpasar academic year 2014/2015.
The theory underlying this study were 1) definition of writing, 2) definition
the proposal, 3) the types of proposal, 4) technical writing of activity proposal, 5)
diction, 6) sentences, 7) Paragraph, and 8) enhanced spelling. In achieving the
above objectives, this study used four methods: 1) the method of determining the
research subject, 2) approach the research subject, 3) data collection method, and
4) the method of data processing.
Based on the results of data analysis showed that the quality of Porsenijar
proposal created by students of SMK Negeri 3 Denpasar academic year
2014/2015 the result were quite well, with an average of 85 students.
Key words : proposal, Porsenijar
1.

PENDAHUUAN

1.1 Latar Belakang


Morsey (dalam Tarigan 2008: 4) mengungkapkan bahwa menulis
dipergunakan untuk melaporkan/memberitahukan dan mempengaruhi maksud
serta tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang
dapat menyusun pikirannya dan mengutarakannya dengan jelas. Kejelasan ini
bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata, dan struktur kalimat.
Keterampilan menulis merupakan salah satu aspek pembelajaran bahasa. Menulis
sebagai salah satu keterampilan berbahasa tergolong ke dalam penguasaan aktif.
Melalui tulisan, penulis dapat menyampaikan isi hati kepada orang lain. Dalam
pembelajaran menulis, terutama dalam menulis yang bersifat nonsastra, siswa
diharapkan dapat menggunakan bahasa yang baik dan benar. Penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar dalam pembelajaran menulis dimaksudkan sebagai
penggunaan bahasa Indonesia yang mengikuti kaidah-kaidah bahasa Indonesia
baku. Dengan menggunakan bahasa Indonesia baku akan dapat tercipta
keefektifan komunikasi penutur dan petutur, dalam hal ini antara penulis dan
pembaca.

30

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

Keterampilan menulis surat, proposal, pengumuman, atau laporan sering


dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh kemampuan menulis
proposal. Proposal merupakan suatu bentuk rencana atau rancangan yang tertuang
dalam bahasa tulis. Jika kita akan menyelenggarakan suatu kegiatan, biasanya
terlebih dahulu kita harus menyusun sebuah proposal kegiatan untuk keperluan
permohonan izin atau permohonan bantuan dana. Begitu juga ketika kita akan
melakukan penelitian ilmiah.
Seperti halnya dalam menulis proposal yang merupakan salah satu contoh
bentuk tulisan yang memerlukan kualitas penggunaan bahasa Indonesia yang baik
sehingga tujuan dan maksud dari proposal dapat dipahami dengan tepat oleh
pembacanya. Dengan demikian, sangat penting bahasa yang baik dan benar
digunakan dalam menulis proposal.
Kegiatan Pekan Olahraga dan Seni Pelajar (Porsenijar) merupakan
kegiatan rutin sekolah yang dilaksanakan setiap tahun dan kegiatan tersebut
memerlukan proposal. Dalam menulis proposal, siswa diharapkan dapat
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan
bagaimanakah kualitas proposal kegiatan Porsenijar karya siswa kelas X SMK
Negeri 3 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015?. Berdasarkan rumusan masalah
yang dikemukakan, secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kualitas proposal kegiatan Porsenijar karya siswa kelas X SMK Negeri 3
Denpasar tahun pelajaran 2014/2015.

2.

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Menulis


Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.
Menurut Rahardi (dalam Kusumaningsih dkk., 2013: 65) menulis adalah kegiatan
menyampaikan sesuatu menggunakan bahasa melalui tulisan, dengan maksud dan
pertimbangan tertentu untuk mencapai sesuatu yang dikehendaki, sedangkan
menurut Akhadiah (dalam Kusumaningsih dkk., 2013: 66) menulis merupakan

31

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan tulisan sebagai


mediumnya.
Dengan berpedoman pada pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
menulis adalah kegiatan penyampaian pesan atau mengungkapkan gagasan,
pikiran dan perasaan melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami sesuai
dengan yang dimaksud oleh penulis.
2.2 Pengertian Proposal
Proposal merupakan sebuah tulisan yang dibuat seseorang untuk
menjabarkan atau menjelaskan suatu tujuan kepada si pembaca (individu atau
perusahaan) sehingga si pembaca memperoleh pemahaman mengenai tujuan
tersebut lebih mendetail. Dengan kata lain, proposal adalah rencana kerja yang
disusun secara sistematis dan terinci untuk suatu kegiatan yang bersifat formal
(Cahyo, 2012: 14).

2.2.1 Teknik Penulisan Proposal Kegiatan


Seperti halnya tulisan pada umumnya, proposal harus dalam bentuk
struktur yang baik. Proposal merupakan bentuk negosiasi tulis. Dalam proposal
ditulis perincian kegiatan. Berdasarkan proposal tersebut, pihak lawan negosiasi
akan memutuskan sikap mereka. Mereka akan menyetujuinya jika kerja sama
tersebut dianggap menguntungkan pihaknya. Terdapat beberapa bagian struktur
dalam proposal kegiatan (Sucipto dkk., 2013: 39).
1. Halaman Judul
Halaman judul berisi nama kegiatan. Selain itu, bagian ini juga berisi
informasi pihak penyelenggara kegiatan.
2. Latar Belakang
Latar belakang berisi alasan penyelenggaraan kegiatan. Alasan harus dapat
meyakinkan pihak lawan negosiasi. Oleh karena itu, alasan harus logis, tidak
mengada-ada.
3. Tujuan Kegiatan

32

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

Tujuan kegiatan dirumuskan berdasarkan latar belakang kegiatan. Bagian ini


dapat dibuat dalam bentuk perincian. Semakin menarik tujuan kegiatan,
semakin besar kesempatan proposal tersebut disetujui.

4. Tema dan Nama Kegiatan


Bagian ini berisi tema dan nama kegiatan yang akan dilaksanakan. Nama
kegiatan disesuaikan dengan temanya. Penyelenggara dapat memilih satu dari
berbagai tema, misalnya tema sosial.
5. Jenis Kegiatan
Bagian ini berisi jenis kegiatan yang akan dilaksanakan. Salah satu contohnya
adalah

kegiatan

yang

diadakan

rutin,

misalnya

kejuaraan

yang

diselenggarakan dua tahun sekali.


6. Peserta
Bagian ini berisi kriteria orang yang mengikuti kegiatan tersebut. Peserta
kegiatan disesuaikan dengan tema kegiatan. Sebagai contoh, kegiatan
penyuluhan bahaya narkoba di kalangan pelajar dihadiri oleh peserta yang
berstatus pelajar.
7. Penyelenggara
Bagian ini berisi nama organisasi atau lembaga yang mengadakan kegiatan. Di
bagian

ini

juga

dicantumkan

nomor

kontak

untuk

menghubungi

penyelenggara. Selain itu, alamat sekretariat organisasi atau lembaga juga


dicantumkan.
8. Susunan Acara
Bagian ini berisi susunan acara dari awal hingga akhir kegiatan. Susunan acara
harus dibuat secara urut.
9. Susunan Panitia
Bagian ini berisi susunan kepanitiaan yang dibentuk. Susunan panitia ditulis
dari ketua hingga anggota-anggota.

33

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

10. Rencana Anggaran


Bagian ini berisi perincian pemasukan, penggunaan, dan pengeluaran dana.
Penyelenggara harus berhati-hati dalam membuat anggaran dana agar pihak
lawan negosiasi tidak mencurigai adanya kecurangan-kecurangan. Salah satu
bentuk kecurangan dalam bagian ini adalah permohonan dana yang berlebihan
untuk suatu kegiatan.
11. Penutup
Bagian ini berisi harapan negosiator agar pihak lawan negosiasi menyetujui
proposal tersebut. Di bagian bawah proposal terdapat tempat dan waktu
pembuatan proposal. Sementara itu, lampiran-lampiran dapat diletakkan
setelah bagian penutup.
Dalam beberapa kasus, pihak lawan negosiasi menyetujui proposal
kegiatan yang diajukan dengan syarat tertentu. Syarat tersebut dapat berupa
perevisian proposal. Terdapat beberapa hal yang berpeluang untuk direvisi,
misalnya anggaran dana dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan.
2.3 Diksi
Diksi pada dasarnya merupakan pilihan kata yang tepat yang diberlakukan
dalam penulisan. Diksi atau pilihan kata memegang peranan yang sangat penting
dan utama dalam pencapaian fungsi yang efektif. Diksi dalam ragam tulisan
berbeda dengan ragam lisan santai. Demikian pula diksi ragam tulis ilmiah
berbeda dengan ragam sastra, jurnalistik, ragam pribadi, dan sebagainya. Dalam
diksi harus pula dibedakan antara makna denotatif dan konotatif, kata standar dan
nonstandar, dialog dan bahasa umum, kata tunggal dan idiom, frase dan idiom,
kata umum dan istilah (Kusumaningsih dkk., 2013: 51).
2.4 Kalimat
Menurut Chaer (2009: 44) bahwa kalimat adalah satuan sintaksis yang
disusun dari konstituen dasar yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan
konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final. Contoh kalimat
yang baik dalam bahasa Indonesia.

34

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

2.4.1 Pengertian Kalimat Efektif


Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk
menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca
seperti apa yang ada dalam pikiran pembaca atau penulis (Kusumaningsih dkk.,
2013: 57).
2.5 Alinea
Alinea bukanlah suatu pembagian secara konvensional dari suatu bab yang
terdiri atas kalimat-kalimat, tetapi lebih dalam maknanya dari kesatuan kalimat
saja. Alinea tidak lain dari suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih
tinggi atau lebih luas dari kalimat. Ia merupakan himpunan dari kalimat-kalimat
yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk suatu gagasan. Dalam
alinea itu gagasan tadi menjadi jelas oleh uraian-uraian tambahan, yang
maksudnya tidak lain untuk menampilkan pokok pikiran tadi secara lebih jelas.
Keraf (1979: 62).
2.6 EYD (Ejaan Yang Disempurnakan)
Ejaan adalah kaidah cara menggambarkan / melambangkan bunyi-bunyi
ujaran (kata, kalimat, dan sebagainya) dan bagaimana hubungan antara lambanglambang itu (Wijayanti dkk., 2013: 1).

3.

METODE
Sugiyono (2003: 1) menyatakan bahwa metode penelitian adalah cara

ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Subjek
penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Negeri 3 Denpasar
tahun pelajaran 2014/2015. yang dijadikan populasi penelitian adalah semua siswa
kelas X SMK Negeri 3 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 268
orang dari 8 kelas yang terdiri atas 100 orang laki-laki dan 168 orang perempuan.
Dari jumlah keseluruhan sampel 154 orang sudah dianggap mewakili jumlah
populasi.
Tabel 3.1 Jumlah Sampel Penelitian secara proposional Siswa Kelas X SMK
Negeri 3 Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015
35

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

No
(1)
1.

Kelas
(2)
X Akomodasi Perhotelan A

Jumlah siswa
(3)
36

2.

X Akomodasi Perhotelan B

36

3.

X Akomodasi Perhotelan C

36

4.

X Akomodasi Perhotelan D

36

5.

X Akomodasi Perhotelan E

35

6.

X Kecantikan A

32

7.

X Kecantikan B

32

8.

X Busana

25

Jumlah

268

Jumlah sampel
(4)
36
x 154 = 21
268
36
x 154 = 21
268
36
x 154 = 21
268
36
x 154 = 21
268
35
x 154 = 20
268
32
x 154 = 18
268
32
x 154 = 18
268
25
x 154 = 14
268
154

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa proposal kegiatan


Porsenijar karya siswa kelas X SMK Negeri 3 Denpasar. Dengan demikian, dalam
penelitian ini digunakan metode tes.

4.

HASIL PENELITIAN
a. Sistematika struktur proposal kegiatan karya siswa mencapai nilai rata-rata
2,9. Ketika siswa menulis proposal kegiatan tersebut struktur proposal
sudah tercantum secara sistematis dan lengkap yang meliputi halaman
judul, latar belakang, tujuan kegiatan, tema dan nama kegiatan, jenis
kegiatan, peserta, penyelenggara, susunan acara, susunan panitia, rencana
anggaran, dan penutup. Namun, masih ada 2 orang siswa tidak
mencantumkan secara lengkap dan tidak sistematis. 1 orang siswa tidak
mencantumkan tujuan kegiatan dan 1 orang siswa salah menempatkan
bagian peserta dengan bagian penutup.
b. Penggunaan diksi yang terdapat pada proposal kegiatan karya siswa
mencapai nilai rata-rata 2,3. Sebagian besar diksi yang digunakan
36

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

bervariasi sehingga diksi atau pilihan kata tersebut menjadi menarik.


Disamping itu, diksi yang digunakan siswa juga sudah sesuai dengan
konteks. Namun, ada kelemahan yang dialami siswa dalam penggunaan
diksi pada proposal, yakni siswa belum mampu memilih atau
menempatkan diksi. Siswa belum begitu paham mengenai diksi yang
mengarah kepada kata itu sendiri dan diksi yang mengarah pada makna
yang menimbulkan banyak tafsir. Siswa memilih kata semrawut yang
seharusnya bisa dipilih kata tidak teratur. Kata aktip yang seharusnya
menggunakan kata baku aktif.
c. Kalimat efektif mencapai nilai rata-rata 2,1. Nilai ini paling rendah dicapai
oleh siswa karena sebagian siswa kurang memahami tentang penggunaan
kalimat efektif. Kalimat siswa memang benar dari segi diksi maupun
strukturnya. Namun, tidak memiliki kesatuan ide pokok dan kurang
bervariasi. Beberapa kalimat siswa ada yang tidak memiliki subjek kalimat
tersebut jelas tidak efektif karena kalimat yang efektif haruslah memiliki
subjek dan predikat. Cenderung siswa masih lemah dalam penyusunan
kalimat efektif.
Akan menyelenggarakan kegiatan Porsenijar sekolah
(kalimat tidak efektif)
Kami akan menyelenggarakan kegiatan Porsenijar sekolah
(kalimat efektif)
d. Alinea mencapai nilai rata-rata 2,5. Penggunaan alinea pada proposal
kegiatan karya siswa sudah baik. Namun, kurang koherensi dan
koherennya. Alenia yang dibuat siswa tentunya menyebabkan tidak kohesi
dan koherennya alenia tersebut sehingga tidak adanya kesatuan,
kekompakan hubungan antara sebuah kalimat dengan kalimat yang lain.
Sebagian besar siswa tidak memberikan rincian yang jelas terhadap
gagasan-gagasan yang membina alenia itu.
e. Hubungan antaralenia mencapai nilai 2,5. Hubungan antaralenia pada
proposal sudah baik. Namun, siswa lemah ketika menghubungkan alinea

37

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

pembuka dan penutup sehingga tidak ada kesatuan alinea yang terbentuk.
Siswa mampu memulai dengan pembuka yang menarik, namun ketika
masuk ke alenia inti, objek kajiannya kurang dipaparkan secara jelas
sehingga menimbulkan kesan bertentangan dengan kalimat pembuka.
f. Ejaan yang digunakan siswa dalam menulis proposal kegiatan mencapai
nilai rata-rata 2,7. Hal ini terlihat dari kemampuan siswa yang dapat
menggunakan huruf kapital dengan benar di setiap judul proposal dan di
setiap awal kalimat. Di samping penggunaan huruf kapital yang sangat
baik, penggunaan tanda baca siswa juga sangat baik. Siswa mampu
menggunakan atau memilih tanda baca sesuai dengan konteks kalimat.
Namun, ada beberapa kelemahan yang dialami siswa dalam penggunaan
ejaan, yakni penulisan kata. Siswa cenderung belum begitu paham tentang
penulisan kata, siswa masih terlihat bingung atau tidak menguasai
penulisan kata yang harus disambung dan kata yang harus dipisah, seperti
kata olahraga yang seharusnya disambung, tetapi kebanyakan siswa
menulis kata olahraga dengan dipisah menjadi olah raga.

5.

SIMPULAN DAN SARAN

5.1

Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang diperoleh mengenai

kualitas proposal kegiatan Porsenijar karya siswa kelas X SMK Negeri 3


Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 dapat disimpulkan bahwa kualitas proposal
kegiatan Porsenijar karya siswa dengan skor rata-rata 84 dengan katagori baik,
berada pada rentangan 71-85. Dengan paparan nilai rata-rata pada setiap aspek
yang dinilai meliputi: 1) sistematika struktur proposal dengan nilai rata-rata 97
dikategorikan sangat baik, 2) diksi dengan nilai rata-rata 77 dikategorikan baik, 3)
kalimat dengan nilai rata-rata 70 dikategorikan cukup, 4) alenia dengan nilai ratarata 83 dikategorikan baik, 5) hubungan antar alenia dengan nilai rata-rata 83
dikategorikan baik, dan 6) EYD dengan nilai rata-rata 90 dikategorikan sangat
baik. Kelemahan terbanyak yaitu pada aspek kalimat efektif yang hanya
mencapai nilai rata-rata 70, nilai ini paling rendah dicapai oleh siswa karena

38

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

sebagian siswa kurang memahami tentang penggunaan kalimat efektif. Kalimat


siswa memang benar dari segi diksi maupun strukturnya, namun tidak memiliki
kesatuan ide pokok dan kurang bervariasi. Beberapa kalimat siswa ada yang tidak
memiliki subjek kalimat tersebut jelas tidak efektif karena kalimat yang efektif
haruslah memiliki subjek dan predikat. Cenderung siswa masih lemah dalam
penyusunan kalimat efektif.
5.2

Saran-saran

1. Guru disarankan untuk mengoptimalkan pengajaran menulis proposal kegiatan


dengan latihan yang lebih banyak sehingga proposal kegiatan karya siswa
mampu mencapai tingkat sangat baik atau sempurna.
2. Kegagalan yang dialami siswa pada umumnya dalam penggunaan kalimat
efektif. Oleh karena itu sangat perlu untuk guru memberikan penjelasan lebih
mendetail lagi sehingga siswa lebih baik dalam penggunaan kalimat efektif
pada proposal kegiatan.
3. Siswa disarankan agar lebih sering membaca contoh-contoh proposal kegiatan
agar siswa mampu melatih kemampuan dalam menulis proposal kegiatan.

DAFTAR RUJUKAN
Cahyo, Agus N. 2012. Panduan Lengkap Menyusun Proposal Segala Macam
Usaha. Jogjakarta: Buku Biru.
Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Hidayati, Inoer. 2012. Buku Pintar EYD (Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia Yang Disempurnakan). Yogyakarta: Indonesia Tera.
Keraf, Gorys. 1979. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah.
Kusumaningsih, Dewi dkk. 2013. Terampil Berbahasa Indonesia. Yogyakarta:
ANDI.
Sucipto, Maya Gustina dkk. 2013. Bahasa Indonesia. Klaten: Intan Pariwara.
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

39

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung: Angkasa.
Wijayanti, Sri Hapsari dkk. 2013. Bahasa Indonesia (Penulisan dan Penyajian
Karya Ilmiah). Jakarta: Raja Grasindo Persada.

40

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

KREATIVITAS MENGGAMBAR MOTIF MISTAR DENGAN PENSIL


WARNA OLEH SISWA KELAS XII JURUSAN IPA SMA NEGERI 4
DENPASAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Oleh
I Kadek Agustina, NIM 2010.II.3.0002
Program Studi Pendidikan Seni Rupa
Abstrak
Pelajaran menggambar teknik untuk jurusan IPA di Sekolah Menengah Atas
bertujuan memberikan bekal atau persiapan kepada anak didik atau para siswa untuk
melanjutkan ke Perguruan Tinggi (Fakultas Teknik atau Arsitektur). Gambar mistar
merupakan basis untuk gambargambar teknik yang mementingkan kecermatan
ukuran, ketepatan konstruksi dan kerapian penyelesaian tanpa melupakan segi
estetika atau keindahan.
Adapun tujuan penelitian untuk mengetahui kreativitas menggambar motif
mistar dengan pensil warna oleh siswa kelas XII jurusan IPA SMA Negeri 4
Denpasar tahun pelajaran 2013/2014. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan
maanfaat bagi pihak yang berwenang, terutama bagi guru dapat dijadikan sebagai
umpan balik atau untuk meningkatkan kreativitas belajar siswa dalam menggambar
teknik khususnya gambar mistar untuk membuat motif-motif yang lebih kreatif dan
menarik.
Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII Jurusan IPA SMA Negeri
4 Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan jumlah populasi sebanyak 269 siswa.
Dari jumlah populasi tersebut diambil sampel menggunakan rumus Cochran,
sehingga siswa yang dijadikan sampel sebanyak 79 siswa. Siswa yang dijadikan
sampel diambil secara proporsional sampling pada masing-masing kelas serta
pengambilan sampel menggunakan random sampling, peneliti mencampur subjeksubjek didalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama kemudian
memilihnya secara acak. Data dikumpulkan dengan melakukan tes tindakan pada
sampel kemudian data yang sudah terkumpul diolah dengan cara mengkonversikan
nilainya dengan skala seratus dan mencari nilai rata-rata kreativitas siswa.
Berdasarkan hasil tes tindakan yang dilakukan didapat hasil siswa yang
mendapat nilai tertinggi sebanyak 9 orang dengan nilai 95, nilai 90 sebanyak 16
orang, nilai 85 sebanyak 38 orang, dan nilai 80 sebanyak 15 orang. Dengan kriteria
predikat sangat kreatif sebanyak 25 siswa dengan presentase 32,05% dan siswa
yang mendapat predikat kreatif sebanyak 53 siswa dengan presentase 67,25%. Jadi
nilai rata-rata siswa adalah 86,21 dengan kriteria sangat kteatif.
Kata Kunci: kreativitas, menggambar motif mistar.

41

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

Abstract
The purpose of drawing lesson technique for the IPA student at the senior
high school is to give them provisions in order to continue their study to University
(Faculty of technique or architecture). Ruler technique drawing is the basis for draw
which is emphasized in accurateness account, construction accuracy and an orderly
finishing without forgetting the esthetic or the beautifulness.
The purpose of this research is to know the creativity drawing with colored
pencils crossbar motif by students majoring class XII IPA SMA Negeri 4 Denpasar
in academic year 2013/2014. Researcher hope this research can give a benefit for
the peoples who have power to be competent to, especially for teacher in order to
give feedback or increase the student creativity in technique drawing in this case in
ruler paint technique to establish a new creative and interesting motif.
The subject of this research is the XII grade students IPA course in SMA
Negeri 4 Denpasar in academic year 2013/2014 with the total of the population is
269 pupils. Based on Cochran, there were taken 79 students to be a sample. The
students that chosen taken by proportional sampling and random sampling in each
classroom, researcher group the subject into one population and choose them
randomly. Data collected by direct action from the sample and then collected data
mannered by convert the total score in hundred scales and find the mean score of the
students creativity.
Based on the direct action test that was done 9 students showed the highest
score which is 95, 16 students with 90, 38 students with 85 and 15 students with 80.
Very creative predicate given to 25 students with percentage 32,05% and creative
predicate given to 53 students with percentage 67,25%. In summary, the mean score
of the students is 86,21 which predicated very creative.
Keywords: Creativity, ruler motif drawing.

PENDAHULUAN
Pendidikan kesenian adalah salah satu program yang sangat esensial dan

strategis bagi pembangunan budaya Bangsa. Pelajaran kesenian dapat menumbuhkan


kesadaran estetis, kreativitas dan yang terpenting adalah dapat membentuk karakter
atau watak seseorang. Salah satu kesenian tersebut adalah seni rupa.
Pelajaran menggambar teknik untuk jurusan IPA di Sekolah Menengah Atas
bertujuan memberikan bekal atau persiapan kepada anak didik atau para siswa untuk
melanjutkan ke Perguruan Tinggi (Fakultas Teknik atau Arsitektur). Pelajaran
menggambar yang erat hubungannya dengan gambar teknik adalah: gambar mistar,

42

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

gambar proyeksi dan gambar perspektif. Salah satu dari ke tiga poin tersebut yang
akan diungkap dalam permasalahan ini adalah gambar mistar. Gambar mistar
merupakan basis untuk gambargambar teknik yang mementingkan kecermatan
ukuran, ketepatan konstruksi dan

kerapian penyelesaian tanpa melupakan segi

estetika atau keindahan. Untuk mengetahui kreativitas siswa dalam menggambar


mistar harus diukur menggunakan alat ukur evaluasi dalam bentuk tes standar. Alat
evaluasi yang berbentuk tes ada dua jenis yaitu tes teori dan tes praktek. Tes teori
merupakan alat untuk mengukur aspek kognitif, dan tes praktek adalah untuk
mengukur aspek psikomotor dan afektif dari siswa. Sehubungan dengan itu, dalam
penelitian ini yang dilakukan untuk melihat kreativitas siswa membuat motif dalam
bentuk gambar mistar. Salah satu SMA yang tertarik untuk dijadikan tempat
penelitian adalah SMA Negeri 4 Denpasar. Terkait dengan uraian tersebut, maka
peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Kreativitas Menggambar Motif
Mistar Dengan Pensil Warna Oleh Siswa Kelas XII Jurusan IPA SMA Negeri 4
Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014.

Landasan Teori

2.1

Pengertian Kreativitas
Secara umum kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk berfikir

tentang sesuatu dengan suatu cara yang baru dan tidak biasa dan menghasilkan
penyelesaian yang unik terhadap berbagai persoalan. Menurut Bahari (2008:22)
kreativitas berarti orang yang selalu berkreasi, sedangkan pengertian berkreasi itu
sendiri adalah membuat sesuatu yang sebelumnya belum ada menjadi ada. Prinsip
dasar kreativitas sama dengan inovasi, yaitu memberi nilai tambah pada benda-benda,
cara kerja, cara hidup dan sebagainya, agar senantiasa muncul produk baru yang lebih
baik dari produk yang sudah ada sebelumnya.

43

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

2.2

Pengertian Gambar Mistar


Menggambar mistar merupakan dasar atau basis bagi gambar gambar

teknik. Mengenai menggambar mistar adalah menggambar ketepatan bentuk suatu


benda dengan menggunakan penggaris (mistar) dan alat bantu lainnya seperti jangka,
trekpen, rapido, dll. Perbandingan ukuran skala sangat diperhatikan dalam
menggambar mistar, selain itu juga harus memperhatikan ketepatan ketebalan garis,
kerataan garis dan juga sambungan atau hubungan garis. Dengan demikian gambar
mistar dapat diartikan membuat suatu gambar baik berupa hiasan atau bangun bangun geometris melalui konstruksi matematis dengan bantuan mistar (Sulardjohadi,
2000:11).

2.3

Penerapan Konstruksi Geometris


Menurut Sulardjohadi (2000:23) di dalam gambargambar teknik akan

banyak melibatkan konstruksi Geometris (Ilmu Ukur), mulai dari konstruksi titik,
garis bidang sampai ke bentuk, untuk memperoleh bentuk benda. Juga konstruksi
elips untuk potongan sebuah silinder dan konstruksi lainnya.

2.4

Media Yang Digunakan Untuk Gambar Mistar


1) Kertas
Ukuran-ukuran atau format kertas yang lazim dipakai adalah sebagai
berikut: A0, A1, A2, A3, A4, A5, A6 dan A7.
2) Penggaris (mistar)
Penggaris yang paling sering diperlukan dalam menggambar
mistar adalah sepasang penggaris segi-tiga yang terdiri dari segi-tiga
siku sama sisi dengan masing-masing sudut miringnya 450 dan
pengaris segi-tiga siku dengan masing-masing sudut miringnya 300
dan 600.

44

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

3) Pensil, rapido dan trekpen


a) Pensil
1. Keras

= 4H, 5H, 6H, 7H, 8H, 9H

2. Sedang

= 3H, 2H, H, F, HB, B

3. Lunak

= 2B, 3B, 4B, 5B, 6B, 7B

b) Rapido
Rapido/drawing pen, adalah alat tulis/gambar bertinta.
Rapido tersedia ukuran dari 0,1 mm sampai 1,2 mm.
4) Jangka
Selain digunakan untuk membuat garis lingkaran, jangka juga
dapat digunakan untuk membagi sudut, memindahkan panjang garis
tertentu dan sebagainya.

METODE

3.1

Metode Penentuan Subjek Penelitian


Subjek penelitian adalah sumber utama dari data penelitian, yaitu yang

memiliki data mengenai variabel-variabel yang diteliti. Subjek penelitiaan adalah


setiap individu yang diteliti berwujud manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan,

dan

benda.
1. Populasi Penelitian
Menurut Arikunto (2010:173) populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Apabila orang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah
penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Populasi
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII jurusan IPA. Untuk lebih jelasnya
populasi siswa kelas XII jurusan IPA dapat dilihat pada table di bawah ini.

45

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

Populasi Siswa Kelas XII Jurusan IPA SMA Negeri 4 Denpasar Tahun
Pelajaran 2013/2014
No.
Kelas
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
XII IPA 1
18
19
37
2
XII IPA 2
19
18
37
3
XII IPA 3
19
19
38
4
XII IPA 4
21
18
39
5
XII IPA 5
16
23
39
6
XII IPA 6
19
20
39
7
XII IPA 7
17
23
40
Jumlah
129
140
269
Sumber : SMA Negeri 4 Denpasar

2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil untuk menggeneralisasikan hasil
penelitian sampel. Yang dimaksud dengan menggeneralisasikan adalah
mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi
(Arikunto, 2010:174). Sedangkan menurut Sugiyono (2013:120) sampel
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin meneliti semua yang
ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu,
maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.
Dari uraian di atas peneliti menggunakan subjek penelitian sampel,
karena jumlah populasi terlalu tinggi dengan jumlah populasi 269 siswa yang
terdiri dari 129 laki-laki dan 140 perempuan. Dalam penelitian ini
menggunakan rumus Cochran.
t 2 . p.q
d2
n=
1 t 2 . p.q
1 2 1
N d

Keterangan
n
= Jumlah sampel minimal

46

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

N
t
d
p
q
1

= Ukuran populasi
= Tingkat kepercayaan (digunakan 0,95 sehingga nilai t=1,96)
= Taraf kekeliruan (digunakan 0,10)
= Proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
=1p
= Bilangan konstan
Berdasarkan jumlah sampel minimal yang ditetapkan, maka besar sampel
yang diharapkan n (har) adalah.
N (har) = { n (min) / (0,95 x 0,95) }
3.2

Metode Pendekatan Subjek


Menurut Sugiyono (2013:3) empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat

diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui
cara-cara yang digunakan. Dengan metode empiris, peneliti tidak lagi membuat suatu
situasi buatan, karena gejala yang akan diselidiki telah ada secara wajar.
Berdasarkan uraian di atas maka dalam penelitian ini metode yang digunakan
adalah metode empiris. Dikatakan empiris karena gejala yang akan diteliti sudah ada
secara wajar, gejala yang dimaksud adalah menggambar mistar.

3.3

Metode Pengumpulan Data


Menurut Sugiyono (2013:187) pengumpulan data dapat dilakukan dalam

berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya,
data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting), pada laboratorium
dengan metode eksperimen di rumah dengan berbagai responden, pada suatu seminar,
diskusi, di jalan dan lain-lain.
Tes merupakan salah satu cara untuk mendapatkan sebuah data. Disini
dijelaskan tentang beberapa pendapat tentang tes, menurut Nurkancana dan Sunartana
(1992:43) tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu
tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak
sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut,
yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai.

47

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

Sesuai dengan permasalahan yang muncul dalam penelitian ini yaitu


kreativitas menggambar motif mistar dengan pensil warna oleh siswa kelas XII
jurusan IPA SMA Negeri 4 Denpasar tahun pelajaran 2013/2014, maka tes yang
dipergunakan adalah tes tindakan yaitu dengan cara menyuruh siswa menggambar
motif mistar dengan pensil warna dan finisingnya dikontur menggunakan drawing
atau rapido.

3.4

Metode Pengolahan Data


Menurut Sugiyono (2013:199) statistik deskriptif

digunakan

untuk

menganalisis

data

dengan

cara

adalah statistik yang


mendeskripsikan

atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud


membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
1. Mencari Skor Maksimal Ideal (SMI)
Menurut Nurkancana dan Sudiartana (1992:126) skor maksimal ideal
(SMI) artinya skor yang dicapai kalau semua soal dapat dijawab dengan
benar. Skor maksimal ideal ini dicari dengan menghitung jumlah item yang
diberikan serta bobot dari masing-masing item.
2. Membuat Pedoman Konversi
Pedoman konversi digunakan untuk mengubah skor mentah menjadi
skor standar dengan norma absolute. Untuk mengkonversikan skor mentah
menjadi skor standar sengan norma absolute skala seratus (persentil)
digunakan rumus sebagai berikut:
X
x 100
P = SMI

Keterangan:
P

Persentil

Skor yang dicapai

48

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

SMI

Skor maksimal ideal

(Gunartha, 2009:74)

Kriteria Predikat Kreativitas Menggambar Motif Mistar dengan Pensil Warna


oleh Siswa Kelas XII Jurusan IPA SMA Negeri 4 Denpasar
Tahun Pelajaran 2013/2014
NO
NILAI STANDAR
PREDIKAT
1
86-100
Sangat Kreatif
2
71-85
Kreatif
3
56-70
Cukup Kreatif
4
41-55
Kurang Kreatif
5
0-40
Sangat Kurang Kreatif
Sumber: Depdiknas, 2001

3. Mencari rata-rata
Untuk mencari rata-rata kreativitas menggambar motif mistar dengan
pensil warna oleh siswa kelas XII jurusan IPA SMA Negeri 4 Denpasar tahun
pelajaran 2013/2014, dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
M=

FX
N

Keterangan:
M

: Mencari atau Angka rata-rata

fx

: Jumlah skor standar

: Jumlah sampel penelitian

(Nurkancana dan Sunartana, 1992:174).

49

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

BAHASAN

4.1

Penyajian Data
Untuk mengetahui data mengenai kreativitas menggambar motif mistar

dengan pensil warna oleh siswa kelas XII jurusan IPA SMA Negeri 4 Denpasar
tahun pelajaran 2013/2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Skor mentah yang disajikan pada table di atas belum dapat memberikan
gambaran yang jelas tentang kreativitas menggambar motif mistar dengan pensil
warna. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang kreativitas menggambar
motif mistar dengan pensil warna maka skor mentah mentah tersebut diubah
menjadi skor standar.

4.2

Mengubah Skor Mentah Menjadi Skor Standar


Untuk mengubah skor mentah menjadi skor standar menggunakan absolut

skala 100, maka selanjutnya skor mentah tersebut dikonversikan menjadi skor
standar. Dari hasil analisa tes di atas dapat diketahui bahwa siswa yang memperoleh
nilai tertinggi sebanyak 9 orang dengan nilai 95, nilai 90 sebanyak 16 orang, nilai 85
sebanyak 38 orang, dan nilai 80 sebanyak 15 orang.

Presentase Tingkat Kreativitas Menggambar Motif Mistar dengan Pensil Warna


oleh Siswa Kelas XII Jurusan IPA SMA Negeri 4 Denpasar
Tahun Pelajaran 2013/2014
No

Nilai

Predikat

Jumlah Siswa

Prosentase

90-95

Sangat Kreatif

25

32,05%

80-85

Kreatif

53

67,94%

78

100%

Jumlah
4.3

Mencari Skor Rata-rata


Berdasarkan hasil analisis kreativitas menggambar motif mistar dengan

pensil warna, maka diperoleh nilai rata-rata skor standar yaitu:


50

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

M=

FX
N

M=

6725
78

M = 86,21

4.4

Kesimpulan Analisis Data Hasil Tes


Berdasarkan hasil tes di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kreativitas

menggambar motif mistar dengan pensil warna oleh siswa kelas XII jurusan IPA
SMA Negeri 4 Denpasar tahun pelajaran 2013/2014 tergolong sangat baik atau
sangat kreatif. Siswa yang mendapat predikat sangat kreatif sebanyak 25 siswa
dengan presentase 32,05% dan siswa yang mendapat predikat kreatif sebanyak 53
siswa dengan presentase 67,25% dengan nilai rata-rata 86,21.

5.

SIMPULAN DAN SARAN

5.1

Simpulan
1) Siswa yang memperoleh nilai 90-95 sebanyak 25 orang mendapat predikat
baik sekali dengan besar persentase 32,05 %
2) Siswa yang memperoleh nilai 80-85 sebanyak 53 orang mendapat predikat
baik dengan besar persentase 67,94 %
Jadi nilai rata-rata yang diperoleh oleh siswa adalah 86,21 dengan kriteria
sangat kreatif.

5.2

Saran-Saran
1) Dengan kreativitas siswa menggambar motif mistar dengan pensil warna
yang mampu mencapai kriteria sangat kreatif hendaknya guru tetap
diharapkan dapat meningkatkan kualitas siswa dalam menggambar teknik
khususnya gambar mistar.

51

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

2) Guru sangat memegang peranan penting dalam meningkatkan respon


siswa dalam menerima pelajaran, untuk itu kepada semua guru khususnya
guru seni rupa supaya mampu meningkatkan potensial siswa dibidang seni
rupa sehingga siswa memiliki kreativitas seni yang tinggi dan berkualitas.
3) Dalam menggambar teknik referensi buku sangat diperlukan khususnya
buku gambar mistar, karena gambar mistar pada dasarnya sangat banyak
menggunakan

konstruksi

garis

dan

bidang.

Buku-buku

tersebut

diharapkan dapat difasilitasi oleh pemerintah terutama oleh Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan Nasional sehingga guru akan lebih mudah
dalam proses pengajaran dan siswa juga akan lebih cepat untuk
memahami.
DAFTAR RUJUKAN
Anggoro, Toha. 2007 . Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Bahari, Nooryan. 2008. Kritik Seni. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Bahari, Nooryan. 2008. Kritik Seni. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2002:599. Jakarta: Balai Pustaka.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta.
Susanto, Mikke. 2011. Diksi Rupa (kumpulan istilah dan gerakan seni rupa). Jakarta:
Art Project Foundation.

52

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD


DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENARIKAN TARI SEKAR
JAGAT PADA KEGIATANEKSTRA KURIKULER TARI SISWA KELAS
VIII SMP NEGERI 3 SUKAWATI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh

Kadek Gian Senita, NIM 2010.II.4.0003


Program Studi Seni Drama Tari dan Musik
Bidang Ilmu Pendidikan Bahasa dan Seni

Abstrak
Penelitian ini bertujun untuk meningkatkan keterampilan menarikan tari Sekar
Jagat, serta respon atas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada
kegiatan ekstra kurikuler tari siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Sukawati tahun
pelajaran 2014/2015.
Penelitian tindakan kelas ini dirancang dalam dua siklus, pada setiap siklus
terdiri atas empat kegiatan pokok, yaitu : perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi dan refleksi. Dalam observasi yang peneliti lakukan menemukan beberapa
masalah yang terjadi pada siswa seperti : kemampuan siswa menarikan tari Sekar
Jagat masih sangat kurang dan hasil dari evaluasi sebelumnya menunjukkan di bawah
ketuntasan KKM yaitu 75, serta penerapan metode pembelajaran yang masih
menerapkan metode demonstrasi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII yang
mengikuti kegiatan ekstra kurikuler tari SMP Negeri 3 Sukawati tahun pelajaran
2014/2015, sebanyak 36 orang. Metode pengumpulan data menggunakan metode tes
tindakan dan metode observasi.
Dalam penelitian tindakan kelas ini, analisis data yang dipergunakan adalah
metode analisis deskriptif-kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan, sebelum
penerapan kooperatif STAD nilai rata-rata 67,27, setelah penerapan kooperatif STAD
menjadi 72,16 dengan ketuntasan klasikal 56,7% pada siklus I dan menjadi 81,05
pada siklus II menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hasil observasi untuk
mengetahui respon siswa pada siklus I adalah ketuntasan klasikal 2,7% dan siklus II
sebesar 100%. Berdasarkan hasil yang diperoleh jelas menunjukkan bahwa penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keterampilan siawa
kelas VIII dalam menarikan tari Sekar Jagat pada kegiatan ekstra kurikuler tari SMP
Negeri 3 Sukawati serta sikap dan motivasinya. Oleh karena itu, penulis menyarankan
kepada guru pengajar kegiatan ekstra kurikuler tari di SMP Negeri 3 Sukawati agar

53

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

menerapkan model pembelajaran tipe STAD ini sesuai hasil yang ditemukan dalam
penelitian ini.
Kata-kata kunci : kooperatif tipe STAD, tari Sekar Jagat, ekstra kurikuler
Abstract
This study is to improve a skill of dancing Sekar Jagat dance, as well as the
response to the implementation of cooperative learning type STAD in extracurricular in dancing activities of class VIII SMP Negeri 3 Sukawati in academic
year
2014/2015.
This classroom action research is designed in two cycles, in each cycle
consists of four main activities, namely: planning, action, observation and reflection.
In observation of the researchers did find some problems that occur in students such
as: the ability of the students who danced the Sekar Jagat dance is still lacking and
the results of previous evaluations show below completeness KKM is 75, and the
application of learning methods that are still applying the method of demonstration.
Subjects were eighth grade students who participated in extra-curricular dance
activities of SMP Negeri 3 Sukawati in academic year 2014/2015, which is consist of
36 students. Methods of data collection using the test method measures and method of
observation.
In this classroom action research, the analysis data used is descriptivequantitative analysis method. The results showed, before the application of
cooperative STAD average value of 67.27, after the application of cooperative STAD
be 72.16 with classical completeness of 56.7% in the first cycle and 81.05 on the
second cycle showed a significant increase. The results of the observation to know the
response of the students in the first cycle is 2.7% and the classical completeness in
second cycle of 100%. Based on the results obtained clearly show that the application
of cooperative learning type STAD can improve students skills in extra-curricular
dancing activities in Sekar Jagat of eight grade students of SMP Negeri 3 Sukawati
as well as attitude and motivation. Therefore, the writer suggest to teachers of extracurricular dancing activities of SMP Negeri 3 Sukawati in order to apply this
learning type STAD according to the results found in this study.
Key words: STAD cooperative type, dance Sekar Jagat, extra curricular
I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Pendidikan adalah upaya atau kegiatan yang bertujuan mengembangkan

potensi diri peserta didik.Pendidikan di pandang sebagai proses untuk membina dan
mengantarkan peserta didik agar dapat menemukan kemandirian, sehingga
54

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

pendidikan diartikan sebagai proses yang di dalamnya seseorang mengembangkan


kemampuan, sikap dan bentukbentuk tingkah laku lainnya dilingkungan masyarakat
dimana dia berada. Pendidikan juga diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari
satu generasi ke generasi yang lain ( Karpika, 2010 : 6 ).
Sesuai dengan pengertian diatas, maka pendidikan seni tari sangat perlu
diberikan kepada siswa, karena pendidikan seni tari yang nantinya akan
mengembangkan kemampuan siswa dalam berkesenian khususnya dalam bidang seni
tari. Berdasarkan hal tersebut, pendidikan seni tari merupakan pelajaran yang wajib
didapatkan oleh peserta didik dimasing - masing sekolah.
Membahas tentang sekolah, sekolah merupakan lembaga pendidikan yang
segaja didirikan untuk memberikan bekal pengetahuan kepada siswa yang dilakukan
melalui proses belajar mengajar. Di dalam proses belajar mengajar ini terjadi
interaksi yang timbal balik antara siswa sebagai peserta didik dan guru adalah
seorang pengajar yang memiliki kewajiban untuk mendidik dan membimbing peserta
didik untuk menumbuhkan bakat dan potensi yang dimiliki oleh peserta
didik.Berkaitan dengan hal tersebut sekolah SMP N 3 Sukawati menyelenggarakan
kegiatan ekstra kurikuler.
Kegiatan ekstra kurikuler adalah kegiatan pendidikan diluar mata pelajaran
dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus
diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan
dan berkewenangan disekolah. Kegiatan ekstra kurikuler diwujudkan dalam berbagai
bidang seperti : bidang pengembangan iptek, bidang olah raga, bidang kesenian dan
sosial budaya, bidang kewirausahaan, dan bidang pembinaan ahklak serta
kemasyarakatan. Melalui kegiatan ekstra kurikuler guru dalam membina siswa sesuai
dengan bakatnya baik di bidang sastra, olah raga maupun dalam bidang kesenian.
Kesenian Bali merupakan warisan budaya Bali yang dikenal dengan aneka ragam dan
jenisnya salah satu diantaranya adalah seni tari, yaitu tari Sekar Jagat.

55

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

Tari adalah konsepsi ciptaan dalam mewujudkan gerak, melalui cipta, rasa
dan karsa yang dimiliki oleh orang yang bersangkutan.Tari dalam bentuknya
merupakan gerak dari tubuh beserta anggota badan, yang menyatakan suatu maksud
tertentu, dalam pola gerak yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan tekanan gerak
yang teratur (ritme ), ( Arini, 2012 : 10 ).Soedarsono (1972 : 4) menyatakan tari
adalah ekspresi jiwa manusia melalui gerak - gerak ritmis yang indah. Jadi dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia dalam
mewujudkan gerak, melalui cipta, rasa dan karsa yang dimiliki oleh orang yang
bersangkutan.Tari Sekar Jagat merupakan suatu tari penyambutan.Tari Sekar Jagat
adalah sebuah tarian yang merupakan garapan kelompok yang ditarikan sejumlah
penari putri (biasanya antara 5 sampai 7 orang) yang masingmasing membawa
canang sari.
Dalam proses pembelajaran, metode pembelajaran merupakan salah satu
komponen yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Apabila dalam penerapan model
pembelajaran tidak sesuai maka proses pembelajaran tersebut tidak membuahkan
hasil yang optimal. Demikian juga sebaliknya jika guru mampu menerapan model
pembelajaran dengan baik maka hasil yang diperoleh akan baik pula. Oleh karena itu
ada kecendrungan hasil belajar menjadi lebih baik.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada tanggal 28 Agustus
2014yang peneliti lakukan dengan Ni Putu Librawati selaku guru pengajar ekstra
kurikuler tari Sekar Jagat di SMP N 3 Sukawati, bahwa adanya suatu kesenjangan
yang terjadi pada keterampilan siswa menari dalam kegiatan ekstra kurikuler tari
yaitu tari Sekar Jagat dikarenakan terjadi beberapa hambatan atau kendala saat siswa
menarikan.Salah satu kendala yang dialami antaranya pemahaman dan penguasaan
tentang teknik dasar tari Bali (meliputi : agem, tandang dan tangkep) masih sangat
kurang, maka dari itu siswa menjadi kesulitan di dalam menerima pembelajaran
tersebut.
Diketahui bahwa dari 36 siswa, ditemukan 32 orang yang tidak bisa mencapai
nilai standar ketuntasan, yaitu 75. Banyaknya siswa yang tidak tuntas ini disebabkan
56

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

oleh

ketidaktepatan

guru

menerapan

metode

pembelajaran

dalam

proses

pembelajaran tari Sekar Jagat.Kecendrungan guru mengajar tari dengan menerapkan


metode demonstrasi (olah tradisi) yaitu guru memberikan contoh ragam gerak dan
siswa menirukan dari belakang, maka dari itu siswa menjadi kurang kreatif.
Sehubungan dengan hal diatas, maka dicarikan solusi lain, yaitu mencari
alternatif lain dengan cara menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
adalah model pembelajaran berkelompok. Dengan metode atau model pembelajaran
ini diharapkan siswa dalam meningkatkan keterampilan menarikan tari Sekar Jagat
mengalami peningkatan. Dipilihnya model pembelajaran Kooperatif tipe STAD
(Student Team Achivement Division)dalam kegiatan belajar pembelajaran karena
model pembelajaran ini memiliki keistimewaan yakni : 1) dapat mengembangkan
bakat kepemimpinan, 2) lebih merangsang siswa dalam berinteraksi dalam
kelompoknya, 3) melatih kerjasama dalam tim dan rasa bertanggung jawab dan 4)
dapat meningkatkan kemampuan dan kreativitas siswa (Rusman, 2012 : 216 ).
Berdasarkan fenomena diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat
permasalahan ini dan dijadikan sebagai sebuah penelitian dalam bentuk Penelitian
Tindakan Kelas dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
dalam Meningkatkan Keterampilan Menarikan Tari Sekar Jagat pada Kegiatan Ekstra
Kurikuler Tari Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Sukawati Tahun Pelajaran
2014/2015.

1.2

Landasan Teori
Teori yang menjadi landasan dalam memecahkan permasalahan yang diajukan

sehubungan dengan judul penelitian tentang Penerapan Model Pembelajaran


Kooperatif Tipe STAD Dalam Meningkatkan Keterampilan Menarikan Tari Sekar
Jagat Pada Kegiatan Ekstra Kurikuler Tari Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Sukawati
Tahun Pelajaran 2014/2015 adalah meliputi :
(1) Pengertian Keterampilan Menari, (2) Pengertian Tari, (3) Sejarah Tari Sekar
Jagat, (4) Pengertian Ekstra Kurikuler, (5) Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
57

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

(Student Team Achiement Division), (6) Aspekaspek dalam menarikan tari Sekar
Jagat terhadap penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD.
1.3

Wawasan Tujuan Penelitian


1.

Tujuan umum adalah untuk memberi pertimbangan ilmiah untuk


perencanaan pengembangan pembelajaran seni tari di sekolah, dan untuk
meningkatkan kemampuan siswa di dalam bidang seni tari.

2.

Tujuannya untuk memotivasi siswa agar mencintai dan melestarikan


kesenian daerah Bali.

3.

Tujuan khusus adalah untuk meningkatkan keterampilan menarikan tari


Sekar Jagat pada kegiatan ekstra kurikuler tari siawa kelas VIII SMP
Negeri 3 Sukawati tahun pelajaran 2014/2015.

4.

Untuk mengetahui respon yang terjadi pada siswa kelas VIII yang
mengikuti ekstra kurikuler tari terhadap penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD.

METODE

2.1

Metode Tes
Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas

atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak
sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut,
yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan
nilai standar yang diterapkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
berupa tes tindakan (Nurkancana, 1992 : 34).
Tabel Variabel atau Aspek Penilaian Tes Tindakan Keterampilan Menarikan Tari
Sekar Jagat Pada Kegiatan Ekstra Kurikuler Tari Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 3 Sukawati Tahun Pelajaran 2014/2015
No.
Aspek Penilaian
Skor Penilaian
Skor Siswa
1.
2.
3.

Agem
Tandang
Tangkep

10 - 25
10 - 25
10 - 25

58

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

4.

2.2

Komposisi Tari
Jumlah SMI

10 - 25
100

Metode Observasi
Observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian di mana

penelitiatau pengamat melihat situasi penelitian. Teknik digunakan untuk mengamati


dari dekat dalam upaya mencari dan menggali data melalui pengamatan secara
langsung dan mendalam terhadap subjek dan objek yang diteliti (Paizaluddin, 2013 :
11).

2.3

Analisis Data

2.3.1 Skor Maksimal Ideal


Mencari skor maksimal ideal (SMI) dari tes yang diberikan. Skor maksimal
ideal adalah skor tertinggi yang mungkin dicapai apabila semua item dapat dijawab
dengan benar. Skor Maksimal Ideal dicari dengan jalan menghitung jumlah item yang
diberikan serta bobot dari masingmasing item (Gunartha, 2009 : 68). Skor tertinggi
yang mungkin dicapai dari masingmasing aspek yang diberikan, maka skor
maksimal ideal (SMI) berjumlah 100.

2.3.2 Membuat Pedoman Konversi


Pedoman konversi yang digunakan dalam mengubah skor mentah menjadi skor
standar dengan norma absolut untuk mengkonversikan skor mentah menjadi skor
standar dengan absolute skala seratus digunakan rumus sebagai berikut :

X
100
SMI

Keterangan :
P = Persentil
X = Skor yang dicapai
SMI = Skor Maksimal Ideal

59

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

2.3.3

Membuat Kriteria Predikat


Tabel 3.5 Kriteria Predikat Keterampilan Menarikan Tari Sekar Jagat
Oleh Siswa Kelas VIII Pada Kegiatan Ekstra Kurikuler Tari
Tahun Pelajaran 2014/2015

Skor Standar
86 100
71 85
56 70
41 55
0 40
Sumber : buku raport siswa SMP

2.3.4

Kategori / Predikat
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang

Analisis Respon Siswa


Untuk mengetahui skor respon siswa dalam proses belajar mengajar

menarikan tari Sekar Jagat dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif


tipe STAD dalam tiap siklusnya digunakan rumus sebagai berikut :

X
100
SMI

Keterangan :
P = Persentil
X = Skor yang dicapai
SMI = Skor Maksimal Ideal

2.3.5

Mencari Nilai Rata-rata

60

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

Untuk mengetahui nilai ratarata keterampilan Belajar tari Sekar Jagat oleh
siswa kelas VIII pada kegiatan ekstra kurikuler tari, dapat diketahui dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
M

fx
n

Keterangan :
M

= Mean (Nilai Rata rata)

fx

= Jumlah Standar

= Jumlah Individu (Nurkencana dan Sunartana, 1992 : 174).

HASIL PENELITIAN

3.2.1

Refleksi Siklus I
Setelah dilakukan analisis hasil observasi dan hasil tes tindakan, selanjutnya

dilakukan refleksi. Beberapa faktor penghambat keberhasilan siswa dalam usaha


peningkatan keterampilan menarikan tari Sekar Jagat.Adapun faktor-faktor yang
dimaksud adalah sebagai berikut :
1)

Dalam praktik menarikan tari Sekar Jagat, sebagian besar siswa belum dapat

menguasai teknik gerak tari Sekar Jagat dengan baik.


2)

Pemahaman dan penghayatan siswa dalam mengekspresikan tari Sekar Jagat

masih belum maksimal.

3.2.2 Refleksi Siklus II


Berdasarkan hasil tes tindakan dan observasi tentang penerapan model
pembelajaran Kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan keterampilan menarikan
tari Sekar Jagatpada kegiatan ekstar kurikuler tari siswa kelas VIII SMP N 3
Sukawati tahun pelajaran 2014/2015 telah terjadi peningkatan karena siklus II semua
siswa telah mencapai nilai yang telah ditentukan atau semua siswa telah tuntas. Hal
ini dapat dibuktikan dengan skor rata-rata yang diperoleh pada siklus I sebesar 72,16
kemudian pada siklus II meningkat dengan skor rata-rata 81,05.
61

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

SIMPULAN DAN SARAN-SARAN

4.2.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis seperti yang sudah diuraikan pada bab IV maka
dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dalam meningkatkan keterampilan menarikan tari Sekar Jagat pada kegiatan
ekstra kurikuler tari siswa kelas VIII SMP N 3 Sukawati tahun pelajaran 2014/2015
dapat meningkat. Dalam hasil tes tindakan observasi awal keterampilan menarikan
tari Sekar Jagat pada kegiatan ekstra kurikuler tari siswa kelas VIII SMP N 3
Sukawati tahun pelajaran 2014/2015 yaitu nilai rata-rata yang dipereoleh 67,27
sedangkan sesudah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terjadi
peningkatan pada siklus I nilai rata-rata yang diperoleh 72,16 dan siklus II nilai ratarata yang diperoleh adalah 81,05 dan seluruh siswa kelas VIII yang mengikuti
kegiatan ekstra kurikuler tari sudah dapat dinyatakan tuntas.
Tidak hanya itu, dari observasi yang dilakukan dari siklus I dan siklus II ada
suatu peningkatan dalam empat aspek, serta adanya suatu perubahan sikap, merespon
positif atas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan hasil belajar
keterampilan menarikan tari Sekar Jagat meningkat.
Apabila dihubungkan dengan hipotesis penelitian ini, yaitu melalui Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat Meningkatkan Keterampilan
Menarikan Tari Sekar Jagat pada Kegiatan Ekstra Kurikuler Tari Siswa Kelas VIII
SMP N 3 Sukawati Tahun Pelajaran 2014/2015, maka hipotesis tersebut diterima
karena terbukti kebenarannya.

4.2.2

Saran-saran
1. Untuk para guru yang mengajar praktik tari diharapkan untuk
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu model
pembelajaran berkelompok dalam setiap proses pembelajaran agar siswa
menjadi lebih kreatif dan hasil belajarnya meningkat serta kondisi di dalam
62

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

kelkas terasa nyaman. Maka guru pengajar dituntut untuk bisa memilih
strategi dan menerapan metode pembelajaran yang cocok dengan kondisi
siswa.
2. Bagi seluruh siswa diharapkan dalam mengikuti proses pembelajaran lebih
berkonsentrasi, lebih aktif berinteraksi baik antar siswa, siswa dengan guru,
maupun siswa dengan lingkungan sekitar. Hal yang terpenting disini dalam
setiap pembelajaran diharapkan siswa lebih aktif mencatat agar
memudahkan dalam mengingat materi pembelajaran dalam bentuk praktik
tari.

DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta :
Bumi Aksara.
Arini, Ni Ketut. 2012. Teknik Tari Bali. Denpasar : CV. Drupasalvindo.
Bawa, Drs Pande Wayan, dkk. 2012. Materi Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas.
Denpasar.
Cerita, I Nyoman, dan Tjok. Istri Putra Padmini. 2009. Buku Ajar Analisis Tari Dan
Gerak. Denpasar :Okabawes.
Dibia, I Wayan. 2012. Ilen ilen Seni Pertunjukan Bali. Denpasar.Bali Mangsi.
Djayus, I Nyoman. 1980. Teori TariBali. Denpasar.CV. Sumber Mas Bali.
Gunartha, I Wayan. 2009. Materi Kuliah Evaluasi Pembelajaran. Denpasar : IKIP
PGRI BALI.
Karpika, I Putu. 2010. Pengantar Pendidikan. Denpasar : IKIP PGRI BALI.
Murgiyanto, Sal. 1992. Koreografi. Jakarta : PT. Ikrar Mandiri Abadi.
Nurkancana, Wayan dan P.P.N. Sunartana. 1992. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya :
Usaha Nasional.

63

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

Paizaluddin, dan Ermalinda.2013.Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action


Research) Panduan Teoritis dan Praktis.Bandung : ALFABETA.
Rusman, Dr. 2012. Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model Model Pembelajaran
Mengembangkan Profesionalisme Guru Cetakan ke-5.Jakarta : PT.
RajaGrafindo Persada.
Soedarsono.1972. Djawa dan Bali Dua Pusat PerkembanganDrama Tari Tradisionil
Di Indonesia.Jogjakarta : Gadjah Mada University Press.
Suharso.2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Semarang : Widya Karya.
Sogiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

64

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

PENGGUNAAN MEDIA FILM DOKUMENTER UNTUK MENINGKATKAN


KEMAMPUAN MENULIS TEKS BIOGRAFI PADA SISWA KELAS VIII 2
SMP PGRI 8 DENPASAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015
oleh
Komang Restu Diana, NIM 2011.II.1.0034
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah
Bidang Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Abstrak
Penelitian tindakan kelas ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan
menulis teks biografi siswa yang disebabkan kurangnya sumber yang dapat
dimanfaatkan siswa untuk menulis teks biografi serta kurangnya variasi media
yang digunakan guru saat kegiatan belajar mengajar. Aspek yang dinilai dalam
menulis teks biografi mencakup struktur teks biografi dan tata bahasa, sedangkan
untuk respons siswa yang dinilai adalah perhatian, keantusiasan, keaktifan, dan
ketekunan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes,
observasi, dan kuesioner. Data-data yang diperoleh diolah dengan menggunakan
metode statistik deskriptif.
Hasil pengolahan data dalam penelitian ini menunjukkan adanya
peningkatan kemampuan menulis teks biografi siswa setelah menggunakan media
film dokumenter. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari skor yang diperoleh
siswa sebagian besar telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang
ditentukan, yaitu 75. Skor rata-rata kelas sebelum menggunakan media film
dokumenter yaitu 53,56 dengan ketuntasan klasikal 8,69%. Setelah
dilaksanakannya siklus I, skor rata-rata kelas menjadi 66,60 dengan ketuntasan
klasikal 26,08% dan mengalami peningkatan skor rata-rata kelas pada siklus II
menjadi 79,93 dengan ketuntasan klasikal mencapai 84,79%. Respons siswa pada
siklus I dan siklus II juga mengalami peningkatan, yaitu skor rata-rata kelas pada
siklus I 71,26 dengan ketuntasan klasikal 39,13% dan pada siklus II skor rata-rata
kelas 81,23 dengan ketuntasan klasikal mencapai 100%.
Kata kunci: film dokumenter, menulis, teks biografi
Abstract
Classroom action research is motivated by the lack of ability to write text
biography students due to lack of resources that can be used to write text
biography students and the lack of variety of media used by teachers when
teaching and learning activities. Aspects assessed in writing the biography text
includes biography text structure and grammar, while the students are assessed
for response is attention, enthusiasm, liveliness, and perseverance. Data
collection techniques used are test methods, observations, and questionnaires.
The data obtained were processed using descriptive statistical methods.
The results of data processing in this study showed an increase in students'
ability to write the biography text after using media documentaries. Such

65

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

improvements can be seen from the scores obtained by students mostly have
achieved a minimum completeness criteria (KKM) is specified, which is 75. The
average score for the class before using the media documentary that is 53.56 by
8.69% classical completeness. After the implementation of the first cycle, the
average score of the class into classical completeness 66.60 with 26.08% and
increased the average score of the class on the second cycle into 79.93 with
classical completeness reached 84.79%. The response of the students in the first
cycle and cycle II also increased, which is the average score of the class in the
first cycle classical completeness 71.26 with 39.13% and in the second cycle class
average score of 81.23 with classical completeness reaches 100%.
Keywords: Documentary film, writing, text biography

I.

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasi oleh siswa kelas

VIII Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang telah menerapkan Kurikulum 2013
adalah menulis, salah satunya menulis teks biografi. Teks biografi merupakan teks
yang mengisahkan tokoh atau pelaku, peristiwa, dan masalah yang dihadapinya
(Kemdikbud, 2014:37). Teks biografi memuat identitas, peristiwa, dan
permasalahan yang dialami seseorang, termasuk karya serta penghargaan yang
diterima. Dalam menulis teks biografi diperlukan sumber yang bisa dipercaya
karena informasi yang benar menjadi sebuah keharusan di dalam penulisan teks.
Setelah melakukan observasi awal di kelas VIII 2 SMP PGRI 8 Denpasar,
peneliti menemukan permasalahan tentang rendahnya keterampilan siswa di
dalam menulis teks biografi. Hal yang menyebabkan rendahnya keterampilan
tersebut adalah kurangnya sumber serta media yang bisa dimanfaatkan oleh siswa
untuk menulis teks biografi. Oleh karena itu, diperlukan sebuah terobosan baru
untuk mengatasi permasalahan tersebut, salah satunya dengan memanfaatkan
media pembelajaran yang lebih lengkap dan menarik.
Film dokumenter biografi merupakan salah satu media yang dapat
digunakan untuk merangsang siswa dalam menulis teks biografi karena di dalam
film dokumenter biografi dikisahkan perjalanan hidup seorang tokoh beserta
permasalahan yang dihadapinya. Film dokumenter biografi termasuk ke dalam
media audiovisual, yaitu media pembelajaran yang dapat dilihat dan didengar.
66

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

Pemilihan media film dokumenter biografi ini dirasa sangat cocok digunakan
karena berkaitan langsung dengan teks biografi. Teks biografi merupakan teks
yang mengisahkan kehidupan tokoh beserta permasalahannya dan film
dokumenter biografi mengisahkan mengenai kehidupan serta permasalahan yang
dialami tokoh. Melalui pemanfaatan media film dokumenter ini diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan menulis teks biografi pada siswa kelas VIII 2 SMP
PGRI 8 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015.
1.2

Landasan Teori
Adapun teori-teori yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian ini

diuraikan sebagai berikut.

1.2.1

Menulis
Tarigan

(2008:22)

mengatakan

bahwa

menulis

adalah

kegiatan

menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang mengandung makna


dan dapat dipahami oleh seseorang. Lambang-lambang grafik tersebut
mengandung maksud yang ingin disampaikan kepada seseorang.
Menurut Alek (2011:106) menulis merupakan suatu kegiatan menciptakan
dan memberikan informasi pada media dengan menggunakan lambang-lambang
bunyi yang berupa aksara. Menulis pada umumnya dilakukan pada kertas dengan
menggunakan alat tulis, seperti pensil atau pena.
Musaba (2012:24) mengatakan bahwa menulis berarti mengungkapkan
buah pikiran, perasaan, pengalaman, dan hal lain melalui tulisan. Pengungkapan
tersebut dapat menghasilkan berbagai jenis tulisan, misalnya berupa karangan,
fakta, dan lain sebagainya. Kegiatan menulis yang paling sederhana adalah
menulis lambang-lambang yang berupa huruf, kemudian berwujud menjadi kata
dan kalimat sehingga dapat dipahami oleh seseorang.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
menulis merupakan suatu kegiatan yang berupa keterampilan menuangkan isi
pikiran ke dalam bentuk tulisan dengan menggunakan alat tulis yang kemudian
menjadi sebuah pesan atau informasi.

67

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

1.2.1.1 Kalimat Efektif


Rahardi (2009:29) mengatakan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang
memiliki kemampuan menimbulkan kembali gagasan atau pikiran pada diri
pendengar atau pembaca, seperti apa yang ada dalam pikiran dan benak pembicara
atau penulisnya.
1.2.1.2 Koherensi dan Kohesi
Kusumaningsih dkk. (2013:112) mengatakan bahwa kepaduan makna
disebut koherensi, sedangkan kepaduan bentuk disebut kohesi. Koherensi dalam
paragraf bisa dilihat dari kalimat-kalimat penjelas yang mendukung ide pokok
paragraf atau kalimat utamanya. Kohesi terlihat dari adanya kesinambungan antar
kalimat dalam satu paragraf yang ditandai dengan adanya penanda hubungan antar
kalimat.

1.2.2 Teks Biografi


Dalam buku Bahasa Indonesia Kelas VIII yang diterbitkan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2014:37) dijelaskan bahwa teks
biografi merupakan teks yang mengisahkan tokoh atau pelaku, peristiwa, dan
masalah yang dihadapinya. Teks biografi memuat identitas, peristiwa, dan
permasalahan yang dialami seseorang, termasuk karya serta penghargaan yang
diterima.
1.2.2.1 Struktur Teks Biografi
Dalam buku Bahasa Indonesia Kelas VIII yang diterbitkan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2014:37) diuraikan bahwa struktur
teks biografi yang terdiri oleh tiga bagian, yaitu (1) orientasi, (2) peristiwa dan
masalah, dan (3) reorientasi. Ketiga bagian itu menjadi bangunan atau tata
organisasi teks biografi. Orientasi berisi gambaran awal tentang tokoh atau pelaku
di dalam teks biografi. Peristiwa atau kejadian berisi penjelasan yang berisi
peristiwa-peristiwa yang terjadi atau pernah dialami oleh tokoh, termasuk masalah
yang dihadapinya dalam mencapai tujuan dan cita-citanya. Hal menarik,

68

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

mengesankan, mengagumkan, dan mengharukan yang dialami tokoh juga


diuraikan dalam bagian peristiwa. Sementara itu, reorientasi berisi pandangan
penulis terhadap tokoh yang diceritakan. Reorientasi bersifat opsional, boleh ada,
boleh juga tidak ada.
1.3

Media Film Dokumenter


Arsyad (2011:49) mengatakan, Film merupakan gambar-gambar dalam

frame di mana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara
mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan
Nasional, 2011:392), dokumenter adalah dokumentasi dalam bentuk film
mengenai suatu peristiwa bersejarah atau suatu aspek seni budaya yang
mempunyai makna khusus agar dapat menjadi alat penerangan dan alat
pendidikan. Wiryawan dkk. (1987:7.29) mengatakan bahwa program dokumenter
adalah suatu cerita mengenai suatu peristiwa yang sesungguhnya terjadi tanpa
adanya manipulasi data yang dilakukan secara sengaja. Dokumentasi dalam
program dokumenter menceritakan mengenai peristiwa pada masa lalu, baik
menyangkut seseorang, keadaan, peristiwa, dan lain sebagainya. Dengan
demikian, film dokumenter merupakan film yang mengisahkan sejarah yang
mengandung fakta dan nilai-nilai pendidikan.
Film dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat
untuk berbagai macam tujuan (Effendy, 2014:2). Banyak orang mengabadikan
suatu peristiwa dan berniat untuk mengubahnya ke dalam bentuk film dokumenter
nantinya. Kegiatan seperti ini biasa dilakukan dan dipercaya pada suatu saat nanti
memberi sebuah keuntungan. Akan tetapi, harus diakui, film dokumenter tidak
pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan, dan propaganda bagi
seseorang atau kelompok tertentu.
Perkembangan film dokumenter saat ini sangat maju. Hal itu dibuktikan
dari munculnya berbagai bentuk kreasi film dokumenter. Di Indonesia sendiri
pemutaran film dokumenter ini hampir setiap tahun dilakukan oleh beberapa
stasiun televisi, baik swasta maupun pemerintah. Biasanya pemutaran film ini saat

69

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

menjelang hari peringatan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Pemutaran film


dokumenter ini terutama ditujukan kepada para generasi muda dan pelajar agar
mereka mengetahui bagaimana perjuangan dan kerja keras para tokoh pahlawan
untuk mendirikan bangsa ini.
Effendy (2014:3) mengatakan bahwa film dokumenter tidak hanya untuk
dikonsumsi televisi, melainkan juga lazim diikutsertakan dalam berbagai festival
film di dalam dan luar negeri. Film dokumenter diharapkan kedepannya mampu
menjadi film yang dapat memotivasi para generasi muda, terutama film
dokumenter yang berbau sejarah kepahlawanan.
1.4

Wawasan Tujuan Penelitian


Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengatasi

kesulitan siswa dalam menulis teks biografi serta memberikan tambahan wawasan
mengenai pemanfaatan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar.
Selain memiliki tujuan secara umum, penelitian ini juga memiliki tujuan khusus,
yaitu (1) untuk mengetahui efektivitas penggunaan media film dokumenter dalam
meningkatkan kemampuan menulis teks biografi pada siswa kelas VIII 2 SMP
PGRI 8 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 dan (2) untuk mengetahui respons
siswa kelas VIII 2 SMP PGRI 8 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 terhadap
penggunaan media film dokumenter dalam pembelajaran menulis teks biografi.
II.

METODE PENELITIAN

2.1

Rancangan dan Prosedur Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan

secara kolaboratif. Penelitian dilakukan dengan berkolaborasi dengan guru bidang


studi Bahasa Indonesia yang mengajar di kelas tersebut. Penelitian ini
dilaksanakan per siklus, dalam satu siklus terdiri dari 4 tahapan yang dikutip dari
pendapat Arikunto (2014:16), yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)
pengamatan, dan (4) refleksi.
2.2

Subjek dan Objek Penelitian

70

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII 2 SMP PGRI 8
Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 46 orang, yang terdiri atas
28 laki-laki dan 18 orang perempuan. Objek Penelitian ini adalah kemampuan
menulis teks biografi dengan menggunakan media film dokumenter.
2.3

Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data adalah prosedur yang digunakan dalam

memperoleh data yang valid dalam suatu penelitian. Untuk memperoleh data
dalam penelitian ini digunakan metode tes, metode observasi, dan metode
kuesioner.
2.4

Analisis Data

2.4.1

Mengubah Skor Mentah Menjadi Skor Standar


Skor mentah yang diperoleh diubah menjadi skor standar dengan

menggunakan pedoman konversi norma absolute skala seratus seperti berikut ini.

X
x 100
SMI

P=

Keterangan:
P

= Persentil

= Skor yang dicapai

SMI = Skor maksimal ideal


(Nurkancana dan Sunartana, 1992:91)

2.4.2

Mencari Skor Rata-rata


Untuk menghitung skor rata-rata kemampuan menulis teks biografi dengan

menggunkan media film dokumenter, digunakan rumus sebagai berikut.

M=

fx
N

Keterangan:

71

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

= Mean (rata-rata)

fx

= Jumlah nilai

= Jumlah individu
(Nurkancana dan Sunartana, 1992:174)

III.

HASIL
Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dapat dikatakan berhasil

karena terjadi peningkatan kemampuan menulis teks biografi pada siswa kelas
VIII 2 SMP PGRI 8 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015. Hal tersebut dapat
dilihat dari hasil pengolahan data yang menunjukkan bahwa adanya peningkatan
skor rata-rata siswa dari sebelum tindakan, pada pelaksanaan tindakan siklus I dan
siklus II. Skor rata-rata kelas pada sebelum tindakan (prasiklus) adalah 53,26
dengan ketuntasan klasikal 8,69%. Setelah melaksanakan siklus I skor rata-rata
siswa meningkat menjadi 66,60 dengan ketuntasan klasikal 26,08% dan pada
siklus II skor rata-rata siswa meningkat menjadi 79,93 dengan ketuntasan klasikal
mencapai 84,79%. Begitu pula terhadap hasil respons melalui observasi siswa,
pada siklus I respons siswa memperoleh skor rata-rata 71,26 dengan ketuntasan
klasikal sebesar 39,13%. Pada siklus II, respons siswa mengalami peningkatan,
yaitu memperoleh skor rata-rata 81,23 dengan ketuntasan klasikal 100%. Respons
berdasarkan pengakuan siswa melalui lembaran kuesioner yang diberikan
memperoleh hasil yang positif, yaitu dari 46 orang siswa, sebanyak 42 orang
siswa atau 91,30% memperoleh predikat sangat tinggi dan 4 orang siswa atau
8,70% memperoleh predikat tinggi. Hasil penelitian mengenai peningkatan
kemampuan menulis teks biografi siswa secara keseluruhan dapat dilihat pada
tabel berikur ini.
Tabel 3.1 Hasil Menulis Teks Biografi dengan Menggunakan Media Film
Dokumenter Sebelum Tindakan, Setelah Siklus I, dan Siklus II
Prasiklus
No
Nama Siswa
Skor
Standar
1 Anggi Nirmala Dewi,
50

72

Siklus I
Skor
Standar
66

Siklus II
Skor
Standar
77

Keterangan
Meningkat

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

No

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

Nama Siswa
A.A
Agus Suarjana, I Kadek
Aldo Sujaya, Kadek
Adam Virgota, I Made
Adi Wijana, I Wayan
Agung Laksana Putra
Perwira
Agus Riski Mertadana, I
Kadek
Andi Sikiawan
Armansyah
Ali
Mustopa
Anitha
Niscahya
Maharani
Dinik Dwi Windarwati
Dwi Arta Wiguna, I
Kadek
Eva Damayanti, Ni Luh
Erika Surya Antari, Ni
Made
Erwin Wahyu Dwi Nata
Eko Yudhi Prasetyo
Elia Monic Saputri
Fitria Agus Tina Mansa
Kartika Dewi, Gst. A.
Putu
Hendrik Rudianto
Yurika Puteri, I. A.
Ngurah
Kresna Prayoga, I Gst.
Komang
Indra Semara Jaya, I
Gst. Agung
Julio Prameswara, I
Kadek
Mahendra Saputra, I

Prasiklus
Skor
Standar

Siklus I
Skor
Standar

Siklus II
Skor
Standar

Keterangan

40
40
77
52

66
64
86
61

50

64

80
75
89
72
83

Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat

60

69

86

Meningkat

45

47

40

66

75
72

Meningkat
Meningkat

65

75

83

Meningkat

45

66

75

72

77
83

Meningkat
Meningkat

60

80

75

91

80
94

Meningkat
Meningkat

40
40
50
60

55
53
58
64

61

66

80
69
77
86
80

Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat

60

78

60

80

80
83

Meningkat
Meningkat

50

66

77

Meningkat

69

66

80

Meningkat

40

52

77

Meningkat

45

52

75

Meningkat

73

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

No

26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46

IV.

Nama Siswa
Ketut
Manfuldlotun Nasichah
Miguel Vitayry Enricho
Lere Bulan
Nofri Yandri
Putri
Sugiantari,
Komang
Hendrawan, Putu
Raditya Dwi Mahendra,
I Made
Raditya Bayu Saputra, I
Wayan
Saniarti, Ni Luh Putu
Surya Dewi, Ni Made
Sayid Abdul Rohman
Hakim
Sintya
Tuti Lestari Dewi, Ni
Putu
Vikhri
Nur
Rizky
Ridwan
Victor Sanjaya
Wahyu Ardian Saputra
Widhaswary
Ika
Pramesti, Ni Wyn
Widias Mara Putera,
A.A Gd
Yuni Lestari Putri, Putu
Yunia Wati, Ni Kadek
Yoga Agustiawan, I
Made
Ahmad Wisbah
Total Skor
Rata-rata

Prasiklus
Skor
Standar

Siklus I
Skor
Standar

Siklus II
Skor
Standar

Keterangan

79

94

40

51

94
83

Meningkat
Meningkat

55

58

50

66

86
86

Meningkat
Meningkat

60

78

40

72

91
83

Meningkat
Meningkat

61

64

75

Meningkat

58
55

75
72

40

47

86
78
69

Meningkat
Meningkat
Meningkat

55

66

60

91

80
94

Meningkat
Meningkat

60

66

80

Meningkat

40
58

52
64

60

78

75
77
89

Meningkat
Meningkat
Meningkat

40

58

78

Meningkat

60
50

78
58

40

61

86
72
61

Meningkat
Meningkat
Meningkat

40
2450
53.26

42
3064
66.60

64
3677
79.93

Meningkat

BAHASAN
74

Meningkat

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

Berdasarkan hasil yang telah dipaparkan dan telah menunjukkan hasil


yang sesuai harapan, maka dalam pembahasan penelitian ini dapat didefinisikan
tiga hal yang bermakna, yaitu (1) penggunaan media film dokumenter dapat
meningkatkan kemampuan menulis teks biografi, (2) siswa memberikan respons
yang positif terhadap penggunaan media film dokumenter dalam pembelajaran
menulis teks biografi, dan (3) penggunaan media film dokumenter dapat
meningkatkan aktivitas secara tidak langsung yang berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa.
Banyaknya keunggulan yang dimiliki dengan penggunaan media film
dokumenter dalam menulis teks biografi sehingga mendapatkan hasil yang
meningkat dari siklus I ke siklus II. Adanya model pembelajaran yang baru,
membuat siswa merasakan pengalaman baru yang mampu meningkatkan motivasi
siswa dalam belajar. Oleh karena itu, hasil penelitian dengan upaya meningkatkan
kemampuan menulis teks biografi dengan penggunaan media film dokumenter
pada siswa kelas VIII 2 SMP PGRI 8 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015
dikatakan berhasil sesuai dengan kriteria keberhasilan dan cukup dilaksanakan
dengan dua siklus saja.
V.

PENUTUP

5.1

Simpulan
Menarik suatu simpulan merupakan tindak lanjut dari sebuah penelitian

ilmiah setelah pekerjaan yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga


pengolahan data yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan,
dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Penggunaan media film dokumenter dapat meningkatkan kemampuan menulis
teks biografi pada siswa kelas VIII 2 SMP PGRI 8 Denpasar tahun pelajaran
2014/2015. Hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata pada siklus I adalah 66,60
dan pada siklus II adalah 79,93 sehingga peningkatannya sebesar 13,33. Pada
siklus I sebanyak 12 orang siswa atau 26,08% memperoleh nilai yang minimal
sama dengan KKM (75) dan pada siklus II jumlah siswa yang memperoleh

75

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

nilai 75 ke atas sebanyak 39 orang siswa atau 84,79% sehingga peningkatannya


sebesar 58,71%.
2. Penggunaan media film dokumenter dalam pembelajaran menulis teks biografi
mampu menumbuhkan respons positif siswa. Respons siswa dari segi
perhatian, keantusiasan, keaktifan, serta ketekunan dalam pembelajaran
menulis teks biografi meningkat. Hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata siswa
pada siklus I sebesar 71,26 dengan ketuntasan klasikal sebesar 39,13% dan
pada siklus II memperoleh skor rata-rata 81,23 dengan ketuntasan klasikal
100%.
Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa media film dokumenter
efektif digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran
menulis teks biografi.
5.2

Saran-saran
Sebagai tindak lanjut atas hasil yang diperoleh dalam penelitian, maka

melalui kesempatan ini dikemukakan beberapa saran. Saran-saran ini ditujukan


untuk guru dan siswa. Adapun saran-saran yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Guru mata pelajaran bahasa Indonesia diharapkan menggunakan media film
dokumenter dalam mengajar menulis teks biografi karena telah terbukti mampu
meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks biografi serta mampu
meningkatkan respons siswa dalam mengikuti pembelajaran, khususnya
pembelajaran teks biografi.
2. Bagi siswa yang telah mengikuti pembelajaran menulis teks biografi dengan
media film dokumenter dan dinyatakan berhasil agar mempertahankan prestasi
belajarnya serta tetap berlatih menulis teks biografi dengan menggunakan
media film dokumenter.
DAFTAR RUJUKAN
Alek dan H. Achmad. 2011. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Prenada Media Group.
Arikunto, Suharsimi. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

76

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.


Departemen Pendidikan Nasional. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Effendy, Heru. 2014. Mari Membuat Film. Jakarta: PT Gramedia.
Kemdikbud. 2014. Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan. Jakarta: Kemdikbud.
Kusumaningsih, Dewi dkk. 2013. Terampil Berbahasa Indonesia. Yogyakarta:
Andi Offset.
Musaba, Zulkifli. 2012. Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa. Yogyakarta: Aswaja
Pressindo.
Nurkancana, Wayan dan PPN Sunartana. 1992. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya:
Usaha Nasional.
Rahardi, R. Kunjana. 2009. Penyuntingan Bahasa Indonesia Untuk KarangMengarang. Jakarta: Erlangga.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Wiryawan, Anitah dkk. 1987. Materi Pokok Strategi Belajar Mengajar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka.

77

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK


PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYALIN
WACANA BAHASA BALI LATIN KE DALAM AKSARA BALI
SISWA KELAS X IIS 3 SMA DHARMA PRAJA BADUNG
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
oleh
Ni Made Pusparini Dwi Ningrum, NIM 2011.II.2.0095
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah
Bidang Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Bali
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan siswa dalam
menyalin wacana bahasa Bali Latin ke dalam aksara Bali. Oleh karena itu, diterapkan
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share yang diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam menyalin wacana bahasa Bali Latin ke dalam
aksara Bali. Tujuan penelitian ini yaitu (1) untuk mengetahui model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan kemampuan menyalin wacana
bahasa Bali Latin ke dalam aksara Bali siswa Kelas X IIS 3 SMA Dharma Praja
Badung tahun pelajaran 2014/2015. (2) untuk mengetahui respon siswa terhadap
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dalam meningkatkan
kemampuan menyalin wacana bahasa Bali Latin ke dalam aksara Bali siswa Kelas X
IIS 3 SMA Dharma Praja Badung tahun pelajaran 2014/2015.
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) pengertian
pembelajaran kooperatif, (2) tujuan pembelajaran kooperatif, (3) tipe pembelajaran
kooperatif, (4) definisi Think Pair Share, (5) langkah-langkah Think Pair Share, (6)
pengertian menulis, (7) pengertian menyalin, (8) pengertian wacana, dan (9) aksara
Bali. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode tes dan metode
observasi, yang kemudian dianalisis menggunakan metode statistik deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan kemampuan menyalin wacana
bahasa Bali Latin ke dalam aksara Bali siswa Kelas X IIS 3 SMA Dharma Praja
Badung tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini terbukti dari peningkatan skor rata-rata
kelas dari siklus I ke siklus II, yaitu 76,07 (3,04) menjadi 89, 97 (3,60); dan (2)
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan
respon siswa Kelas X IIS 3 SMA Dharma Praja Badung tahun pelajaran 2014/2015
dalam menyalin wacana bahasa Bali Latin ke dalam aksara Bali. Hal ini dapat dilihat
dari peningkatan skor rata-rata hasil observasi dari siklus I ke siklus II, yaitu 65,60
(2,62) menjadi 86,65 (3,46) dengan kategori baik.
Kata kunci: model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share, menyalin wacana

78

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

Abstract
This research is motivated by the lack of ability of the students to copy the
Latin Balinese language discourse into Balinese script. Therefore, the applied model
of cooperative learning Think Pair Share is expected to increase students' ability to
copy the Latin Balinese language discourse into Balinese script. The purpose of this
study is (1) to determine the implementation of cooperative learning model Think
Pair Share can improve the ability to copy the Latin Balinese language discourse into
Balinese script Class X IIS 3 SMA Dharma Praja Badung study year 2014/2015. (2)
to determine the students' response to the implementation of cooperative learning
model Think Pair Share in improving the ability to copy the Latin Balinese language
discourse into Balinese script Class X IIS 3 SMA Dharma Praja Badung study year
2014/2015.
The basic theory used in this study were (1) the notion of cooperative
learning, (2) the purpose of cooperative learning, (3) the type of cooperative
learning, (4) the definition of Think Pair Share, (5) the steps Think Pair Share, (6)
understanding of writing, (7) the notion copy, (8) the notion of discourse, and (9)
Balinese script. Methods of data collection in this study is the test method and the
method of observation, which is then analyzed using descriptive statistical methods.
The results showed that (1) the implementation of cooperative learning
model Think Pair Share can improve the ability to copy the Latin Balinese language
discourse into Balinese script Class X IIS 3 SMA Dharma Praja Badung study year
2014/2015. This is evident from the increase in the average score of the class of the
first cycle to the second cycle, namely 76.07 (3.04) to 89, 97 (3.60); and (2) the
implementation of cooperative learning model Think Pair Share can improve the
Class X IIS 3 SMA Dharma Praja Badung study year 2014/2015 in B copying the
Latin Balinese language discourse into Balinese script. It can be seen from the
increase in the average score on the observation of the first cycle to the second cycle,
namely 65.60 (2.62) to 86.65 (3.46) in both categories.
Keywords: cooperative learning model Think Pair Share, copy discourse

1. PENDAHULUAN
Proses pendidikan di sekolah yang mengajarkan muatan lokal Bahasa Bali
diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menguasai
keterampilan berbahasa yang mencakup empat aspek, yaitu keterampilan menyimak
(listening skill), keterampilan berbicara (speaking skill), keterampilan membaca
(reading skill), dan keterampilan menulis (writing skill). Keempat keterampilan ini

79

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

sangat berkaitan satu sama lain, tidak dapat dipisahkan dan erat hubungannya dengan
proses berpikir yang mendasari bahasa. Berbicara tentang kegiatan menulis,
terutamanya menulis aksara Bali di sekolah tentunya tidak lepas dari kegiatan
menyalin. Kegiatan ini merupakan salah satu cara untuk melestarikan karya-karya
sastra kuna, baik dengan cara menyalin dari huruf Latin ke aksara Bali maupun dari
aksara Bali ke huruf Latin.
Berdasarkan fakta yang terjadi di setiap jenjang pendidikan dari SD, SMP,
dan SMA yaitu tentang pembelajaran muatan lokal bahasa Bali, tidak dipungkiri
bahwa banyak siswa yang kurang memahami baik dalam pembelajaran bahasa Bali
maupun aksara Bali. Fenomena ini dapat dilihat dari pengalaman penulis pada saat
pelaksanaan PPL di salah satu sekolah, tepatnya di Kelas X IIS 3 SMA Dharma Praja
Badung.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di Kelas X IIS 3 SMA Dharma
Praja Badung, ditemukan adanya beberapa masalah yang dihadapi guru dalam
mengajarkan bahasa Bali terutamanya materi aksara Bali. Ketidakpahaman siswa
terhadap materi aksara Bali dapat dilihat dari kurangnya kemampuan siswa dalam
menyalin wacana dari bahasa Latin ke aksara Bali.
Hal ini terbukti dari skor rata-rata yang diperoleh siswa belum mencapai
kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 80 (3,20). Rata-rata kelas hanya 65,13
(2,60) di mana ketuntasan klasikal hanya 18,42% atau sebanyak 7 orang yang
mencapai KKM dan sisanya sebanyak 31 orang atau 81,58% belum mencapai KKM.
Selain dalam hasil belajar, masalah yang dihadapi guru juga mengenai respon siswa
selama proses pembelajaran berlangsung.
Bertolak dari hasil pengamatan tersebut, peneliti mencoba berdiskusi dengan
guru mata pelajaran bahasa Bali yang bersangkutan, mencari alternatif dengan
mengubah metode dalam mengajar bahasa Bali khususnya materi aksara Bali dalam
hal menyalin wacana latin berbahasa Bali ke dalam aksara Bali dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif atau cooperative learning.

80

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share adalah model


pembelajaran yang penulis pilih sebagai pemecahan masalah dalam penelitian ini.
Peneliti memilih metode ini karena Think Pair Share merupakan variasi yang paling
sederhana karena dalam berkelompok hanya melibatkan 2 orang siswa salam satu
kelompok. Dengan jumlah yang sedikit akan memudahkan guru dalam mengawasi
dan mengarahkan cara belajar siswa sehingga semua siswa berperan aktif dalam
pengerjaan tugas yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti memandang perlu dilakukannya
penelitian tentang Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
untuk Meningkatkan Kemampuan Menyalin Wacana Bahasa Bali Latin ke dalam
Aksara Bali Siswa Kelas X IIS 3 SMA Dharma Praja Badung Tahun Pelajaran
2014/2015. Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
ini diharapkan siswa lebih termotivasi dalam belajar.

2. LANDASAN TEORI
Penelitian yang bersifat ilmiah selalu dilandasi oleh suatu teori, agar
penelitin tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, keberadaan teori
dalam sebuah penelitian perlu diperhitungkan secara cermat agar benar-benar relevan
dengan objek yang dikaji. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian akan
dijabarkan sebagai berikut.
1. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran

kooperatif

merupakan

model

pembelajaran

dengan

menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil, yaitu antara empat sampai enam
orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau
suku yang berbeda (heterogen) (Sanjaya, 2013: 242).

81

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif


Arends (1997: 111) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif
dikembangkan untuk mencapai sekurang-kurangnya tiga tujuan pembelajaran
penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu, dan
pengembangan keterampilan sosial (dalam Suprihatiningrum, 2013: 197).
3. Tipe Pembelajaran Kooperatif
Ada beberapa tipe pembelajaran kooperatif yang disampaikan oleh
Suprihatiningrum (2013: 202) diantaranya: (1) Student Team Achievement Division
(STAD), (2) Jigsaw, (3) Investigasi Kelompok (Group Investigation), (4) Think Pair
Share (TPS), (5) Numbered Heads Together (NHT), (6) Team Game Turnament
(TGT), (7) Team Assisted Individualization (TAI), dan (8) Cooperative Integrated
Reading and Composition (CIRC).
4. Definisi Think Pair Share
Menurut Suprihatiningrum (2013: 208) Think Pair Share memiliki prosedur
yang secara eksplisit memberikan siswa lebih banyak waktu untuk berpikir,
menjawab, dan saling membantu satu sama lain.
5. Langkah-langkah Think Pair Share
Tahap utama dalam pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share menurut
Suprihatiningrum (2013: 209) adalah sebagai berikut: (1) thinking (berpikir), (2)
pairing (berpasangan), dan (3) sharing (berbagi).
6. Menulis
Menurut Tarigan (2008: 3) menulis merupakan suatu keterampilan
berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak
secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang
produktif dan ekspresif.

82

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

7. Menyalin
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1209) pengertian menyalin
adalah (1) menukar (mengganti) dengan yang lain, (2) menurut (tulisan), menulis
kembali, meniru, dan (3) menerjemahkan.
8. Wacana
Chaer (2009: 223) menyebutkan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang
terdiri dari sebuah kalimat atau beberapa kalimat yang menyatakan satu pesan atau
satu amanat yang utuh. Sebagai satuan tertinggi dalam hierarki sintaksis wacana
mempunyai pengertian yang lengkap atau utuh, dibangun oleh kalimat atau kalimatkalimat.
9. Aksara Bali
Aksara adalah ciri-ciri atau gambaran suara yang diciptakan oleh manusia
(Gautama, 2006: 32). Aksara Bali dapat dibagi menjadi tiga yaitu: (1) aksara
wreastra, (2) aksara swalalita, dan (3) aksara modre (dalam Gautama, 2006: 33).

3. METODE
Menurut Wijayanti (2013: 222) metode penelitian adalah seperangkat
langkah yang harus dikerjakan dan disusun secara sistematis. Tercapai tidaknya suatu
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian sangat tergantung pada metode yang
digunakan. Oleh karena itu, pemilihan metode harus benar-benar diperhitungkan
dengan baik agar dapat memenuhi fungsinya untuk mencapai tujuan penelitian.
Penelitian ini menggunakan dua jenis metode, yaitu: (1) metode pengumpulan data
yakni metode tes dan observasi, dan (2) metode pengolahan data yaitu metode
analisis statistik deskriptif.
3.1 Metode Pengumpulan Data
1. Tes dapat berupa serentetan pertanyaan, lembar kerja, atau sejenisnya yang
dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, bakat, dan

83

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

kemampuan dari subjek penelitian (Trianto, 2010: 264). Metode tes meliputi
(1) penyusunan tes, (2) pelaksanaan tes, yang dilaksanakan pada semester II
tahun pelajaran 2014/2015 di Kelas X IIS 3 SMA Dharma Praja Badung
sebanyak 38 siswa yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 20 siswa
perempuan, dan (3) penilaian tes, yaitu menugaskan siswa menyalin wacana
bahasa Bali Latin ke dalam aksara Bali. Adapun aspek yang dinilai yakni
ketepatan penulisan pasang aksara Bali, ketepatan penulisan pengangge
aksara Bali, dan ketepatan penulisan uger-uger pasang aksara Bali, dengan
masing-masing aspek memiliki rentangan nilai 5 sehingga jumlah skor
maksimal ideal (SMI) adalah 15.
2. Menurut

Narbuko

(2012:

70)

pengamatan

(observasi)

adalah

alat

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat


secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki. Melalui observasi akan
diketahui respon siswa Kelas X IIS 3 SMA Dharma Praja Badung tahun
pelajaran 2014/2015 terhadap penerapan model pembelajaran koperatif tipe
Think Pair Share dalam pembelajaran menyalin wacana bahasa Bali Latin ke
dalam aksara Bali. Pedoman observasi adalah sebagai berikut.
No

Keaktifan

Nama Siswa

Perhatian

Partisipasi

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

Keterangan :
5 =

baik sekali

(A)

4 =

baik

(B)

3 =

cukup

(C)

2 =

kurang

(K)

1 =

sangat kurang (SK)


84

Jumlah
Skor

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

3.2 Metode Pengolahan Data


Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan
data. Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
statistik deskriptif. Adapun tahapan dalam pengolahan data akan dijabarkan sebagai
berikut.
1. Mengubah Skor Mentah Menjadi Skor Standar
Ada dua cara yang digunakan dalam mengubah skor mentah menjadi skor
standar, yaitu (1) menentukan skor maksimal ideal (SMI), yang berdasarkan aspek
penilaiannya, maka SMI dalam penelitian ini adalah 15, dan (2) membuat pedoman
konversi, yaitu menggunakan norma absolut skala seratus (persenti) digunakan rumus
Nurkancana dan Sunartana (1992: 99) sebagai berikut

P=

x 100

Keterangan:
P

= Persentil

= Skor yang dicapai

SMI = Skor Maksimal Ideal


2. Mancari Skor Rata-rata
Untuk mencari skor rata-rata kemampuan siswa menyalin wacana bahasa
Bali Latin ke dalam aksara Bali melalui penerapan model pembelajaran koperatif tipe
Think Pair Share dapat dicari dengan rumus Nurkancana dan Sunartana (1992:174)
seperti berikut.

Me =
Keterangan:
Me

= mean (rata-rata)

= Apsilon (baca jumlah)

fx

= jumlah skor standar


85

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

= jumlah individu

3. Manentukan Kriteria Predikat


Untuk mendapat skor rata-rata dalam pembelajaran menyalin wacana bahasa
Bali Latin ke dalam aksara Bali dengan penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair Share, digunakan kriteria predikat dan kriteria ketuntasan minimal
(KKM) yang digunakan di SMA Dharma Praja Badung. Kriteria ketuntasan minimal
(KKM) yang digunakan di SMA Dharma Praja Badung yaitu 80. Kriteria predikat
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
No

Skor Standar

Skor Rerata

Predikat

KKM

(1)

(3)

(2)

(4)

(5)

88 100

3,51 4,00

A= Baik Sekali

Tuntas

63 87

2,51 3,50

B= Baik

Tuntas

38 62

1,51 2,50

C= Cukup

Tidak tuntas

25 37

1,00 1,50

D= Kurang

Tidak tuntas

(Dikutip dari buku rapot siswa SMA Dharma Praja Badung)


4. Indikator Keberhasilan
Untuk mengetahui tuntas tidaknya nilai siswa dalam pembelajaran menyalin
wacana bahasa Bali Latin ke dalam aksara Bali ditentikan oleh indikator keberhasilan
yang berlaku di SMA Dharma Praja Badung, yaitu: (1) Skor rata-rata kelas mencapai
80 sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditentukan oleh sekolah,
(2) Sebanyak 75% siswa kelas X IIS 3 SMA Dharma Praja Badung tahun pelajaran
2014/2015 tuntas atau memperoleh nilai 80 ke atas (KKM) sehingga ketuntasan
belajar klasikal dapat tercapai. Ketuntasan belajar klasikal dapat dihitung dengan
rumus berikut.
Ketuntasan Belajar =

x 100%

86

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

dan (3) Sebanyak 75% respon yang diberikan siswa kelas X IIS 3 SMA Dharma
Praja Badung tahun pelajaran 2014/2015 minimal tergolong baik atau mencapai nilai
80 (3,20)
5. Menarik Simpulan
Simpulan ditarik sesuai dengan langkah-langkah pengolahan data yang telah
ditentukan serta berdsarkan pada permasalahan yang diteliti. Pada penelitian ini ada
dua hal yang akan disimpulkan, yaitu yang pertama mengenai keefektivitasan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dalam meningkatkan
kemampuan menyalin wacana bahasa Bali Latin ke dalam aksara Bali siswa Kelas X
IIS 3 SMA Dharma Praja Badung tahun pelajaran 2014/2015. Kedua, mengenai
respon siswa selama prose pembelajaran berlangsung dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share.

4. HASIL PENELITIAN
Tabel 4.1 Perbandingan Hasil Kemampuan Menyalin Wacana Bahasa Bali Latin ke
dalam Aksara Bali dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share Siswa Kelas X IIS 3 SMA Dharma Praja Badung Tahun
Pelajaran 2014/2015

Aribawa Wiguna, I Wayan

Refleksi
Awal
80

Arrohman Syah Zulkarnain

45

60

87

Meningkat

Artana, Gusti Bagus

70

80

93

Meningkat

Arya Wahyuningsih, L. Gd.

70

80

87

Meningkat

Ayu Cahya Y. Ni Kd.

60

73

87

Meningkat

Danang Mahendra, G. Md.

60

60

80

Meningkat

Dedik Ariawan, I Wayan

65

73

87

Meningkat

Deni Asmara, I Kadek

55

67

87

Meningkat

No

Nama Siswa

87

Siklus
I
87

Siklus
Keterangan Ket.
II
100
Meningkat T

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

No

Nama Siswa

Refleksi
Awal
60

Siklus
I
73

Siklus
Keterangan Ket.
II
87
Meningkat T

Devi Adnyani, Ni Kadek

10

Eka Yunita A. Ni Pt.

70

80

100

Meningkat

11

Erna Melayanti, Ni Kadek

70

80

100

Meningkat

12

Erwin Setiawan

45

73

73

Meningkat TT

13

Esty Safira, Ni Kadek

65

73

87

Meningkat

14

Indah Paramitha D. A. A.

70

80

87

Meningkat

15

Intan Permei S. I Gst. A. A.

80

87

93

Meningkat

16

Kembarana, Ni Kadek

70

80

93

Meningkat

17

Khotib Firmansyah

70

73

93

Meningkat

18

Mahendra, I Wayan

55

73

87

Meningkat

19

Manik Arini, Si Luh

70

80

100

Meningkat

20

Mauli Diana

65

73

93

Meningkat

21

Mega Oktaviani

80

87

100

Meningkat

22

Nova Satria W. I Wayan

60

73

93

Meningkat

23

Novi Sugiantari, Ni Luh

80

87

100

Meningkat

24

Rai Tradia Melani, Ni Md.

85

93

100

Meningkat

25

Rai Kecyava M. Md.

80

80

93

Meningkat

26

Sitti Nurkhalisha

70

73

93

Meningkat

27

Sri Diana Wati, Ni Luh

55

60

87

Meningkat

28

Sri Dwi Lestari, Ni Kadek

70

87

93

Meningkat

29

Sudarma, I Wayan

60

60

73

Meningkat TT

30

Sujana, I Gede

60

60

73

Meningkat TT

31

Surianta, I Komang

45

73

87

Meningkat

32

Swartana, Kadek

60

73

87

Meningkat

33

Venni Diantari, Ni Kadek

65

87

100

Meningkat

34

Vivit Pitayanti, Ni Wayan

60

87

100

Meningkat

88

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

No

Nama Siswa

Refleksi
Awal
60

Siklus
I
73

Siklus
Keterangan Ket.
II
93
Meningkat T

35

Wahyu Mahendra, I Gede

36

Yanto Purwitha, I Gede

65

73

73

Meningkat TT

37

Yudi Andika, I Putu

45

73

80

Meningkat

38

Lina Herlina, Ni Kadek

80

87

93

Meningkat

Jumlah
Rata-rata
Keterangan: T = Tuntas

2475
2891
65,13
76,07
TT = Tidak Tuntas

3419
89,97

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa penerapan model pembelajaran


kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan kemampuan menyalin wacana
bahasa Bali Latin ke dalam aksara Bali siswa Kelas X IIS 3 SMA Dharma Praja
Badung tahun pelajaran 2014/2015.
Hal ini dapat dilihat dari data perolehan hasil rata-rata kelas mengalami
peningkatan dari refleksi awal yang semula hanya 65,13 menjadi 76,07 pada siklus I
dan menigkat kembali pada siklus II menjadi 89,97. Peningkatan hasil belajar
tersebut terjadi pada seluruh siswa yang berjumlah 38 orang. Presentase keberhasilan
dalam pembelajaran menyalin wacana bahasa Bali Latin ke dalam aksara Bali
mencapai ketuntasan klasikal 89,47% atau sebanyak 34 siswa dinyatakan tuntas,
sedangkan 4 siswa atau 10,53% siswa dinyatakan tidak tuntas.
Tabel 4.2 Perbandingan Respon Kemampuan Menyalin Wacana Bahasa Bali Latin ke
dalam Aksara Bali dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share Siswa Kelas X IIS 3 SMA Dharma Praja Badung Tahun
Pelajaran 2014/2015

Aribawa Wiguna, I Wayan

Siklus
I
80

Arrohman Syah Zulkarnain

67

80

Meningkat

Artana, Gusti Bagus

73

80

Meningkat

Arya Wahyuningsih, L. Gd

93

100

Meningkat

No

Nama Siswa

89

Siklus
II
93

Keterangan
Meningkat

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

No

Nama Siswa

Siklus
I
60

Siklus
II
87

Keterangan

Ayu Cahya Y. Ni Kd.

Danang Mahendra, G. Md.

47

80

Meningkat

Dedik Ariawan, I Wayan

40

80

Meningkat

Deni Asmara, I Kadek

53

80

Meningkat

Devi Adnyani, Ni Kadek

67

93

Meningkat

10

Eka Yunita A. Ni Putu

73

93

Meningkat

11

Erna Melayanti, Ni Kadek

80

100

Meningkat

12

Erwin Setiawan

27

80

Tetap

13

Esty Safira, Ni Kadek

53

87

Meningkat

14

Indah Paramitha D. A. A.

80

93

Meningkat

15

Intan Permei S. I Gst. A. A.

87

100

Meningkat

16

Kembarana, Ni Kadek

73

87

Meningkat

17

Khotib Firmansyah

60

80

Meningkat

18

Mahendra, I Wayan

60

80

Meningkat

19

Manik Arini, Si Luh

80

93

Meningkat

20

Mauli Diana

73

87

Meningkat

21

Mega Oktaviani

80

93

Meningkat

22

Nova Satria W. I Wayan

60

80

Meningkat

23

Novi Sugiantari, Ni Luh

87

93

Meningkat

24

Rai Tradia Melani, Ni Md.

93

100

Meningkat

25

Rai Kecyava M. Md.

80

87

Meningkat

26

Sitti Nurkhalisha

73

93

Meningkat

27

Sri Diana Wati, Ni Luh

60

100

Meningkat

28

Sri Dwi Lestari, Ni Kadek

87

100

Meningkat

29

Sudarma, I Wayan

33

60

Meningkat

30

Sujana, I Gede

27

67

Meningkat

90

Meningkat

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

No

Nama Siswa

Siklus
I
60

Siklus
II
80

Keterangan

31

Surianta, I Komang

Meningkat

32

Swartana, Kadek

60

67

Meningkat

33

Venni Diantari, Ni Kadek

73

93

Meningkat

34

Vivit Pitayanti, Ni Wayan

73

87

Meningkat

35

Wahyu Mahendra, I Gede

27

80

Meningkat

36

Yanto Purwitha, I Gede

47

80

Tetap

37

Yudi Andika, I Putu

60

80

Meningkat

38

Lina Herlina, Ni Kadek

87

100

Meningkat

Jumlah

2493

3293

Rata-rata

65,60

86,65

Data di atas menunjukkan bahwa respon siswa Kelas X IIS 3 SMA Dharma
Praja

Badung

tahun

pelajaran

2014/2015

mengalami

peningkatan

dalam

pembelajaran menyalin wacana bahasa Bali Latin ke dalam aksara Bali dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share.
Hal tersebut dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata hasil observasi siswa
Kelas X IIS 3 SMA Dharma Praja Badung tahun pelajaran 2014/2015 dari siklus I ke
siklus II sebesar 21.05 (0,84). skor rata-rata pada siklus I hanya sebesar 65,60 (2,62) ,
dan meningkat menjadi 86,65 (3,46) pada siklus II. Persentase peningkatan respon
siswa dalam menyalin wacana bahasa Bali Latin ke dalam Aksara Bali dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share secara klasikal yakni
sebesar 47,37%, di mana respon baik siswa pada siklus I hanya sebanyak 17 orang
atau 44,73%, dan meningkat menjadi 35 orang atau 92,10% pada siklus II.

91

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

5. SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada
bab sebelumnya, dapat ditarik simpulan yaitu penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan kemampuan menyalin wacana
bahasa Bali Latin ke dalam aksara Bali siswa Kelas X IIS 3 SMA Dharma Praja
Badung tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini terbukti dari hasil tes yang diperoleh,
terlihat adanya peningkatan nilai rata-rata sebesar 10,94 (0,44) dari prasiklus ke siklus
I dan sebesar 13,90 (0,56) dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I nilai rata-rata siswa
adalah 65,13 (2,60) meningkat menjadi 76,07 (3,04) pada siklus I, dan 89,97 (3,60)
pada siklus II. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada siklus II telah memenuhi
kriteria ketuntasan minimal (KKM) 80 dengan kategori baik sekali. Ketuntasan
belajar secara klasikal juga telah sesuai dengan indikator keberhasilan yang
ditentukan yaitu 75%. Pada prasiklus ketuntasan belajar klasikal hanya sebesar
18,42%, meningkat menjadi 44,73% pada siklus I dan pada siklus II mencapai
89,47%.
Respon siswa Kelas X IIS 3 SMA Dharma Praja Badung tahun pelajaran
2014/2015 terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
dalam pembelajaran menyalin wacana bahasa Bali Latin ke dalam aksara Bali adalah
sebesar 86,65 (3,46) yang tergolong baik. Respon ini meningkat sebesar 21.05 (0,84)
dari siklus I yang hanya mencapai 65,60 (2,62).

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan terkait penelitian yang telah
dilaksanakan antara lain sebagai berikut.
1.

Bagi siswa yang memperoleh nilai tinggi disarankan agar tetap mempertahankan
bahkan meningatkan prestasinya, dan untuk anak yang memperoleh nilai rendah
agar lebih giat dalam belajar untuk mendapat hasil yang maksimal
92

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

2.

Bagi guru mata pelajaran bahasa Bali disarankan agar model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk
diterapkan guna mengatasi masalah dalam pembelajaran, meningkatkan
kemampuan berpikir kritis, meningkatkan peran aktif siswa, terutamanya dalam
mengatasi permasalahan terkait materi yang dipelajari.

3.

Bagi pihak sekolah disarankan agar model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share dijadikan bahan pertimbangan untuk diterapkan pada pelajaran lain,
serta memfasilitasi instrumen pendukung yang diperlukan guna mengatasi
permasalahan dalam pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta:


Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Gautama, Wayan Budha. 2006. Tata Sukerta Bahasa Bali. Denpasar: Kayu Mas
Agung.
Narbuko, Cholid. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Nurkancana, Wayan dan PPN. Sunartana. 1992. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya:
Usaha Nasional.
Sanjaya, Wina. 2013. Stategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan. Bandung:
Angkasa.

93

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

Trianto. 2010. Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi


Pendidikan & Tenaga Kependidikan. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Wijayanti. 2013. Bahasa Indonesia Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.

94

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

ANALISIS TEKS ANEKDOT SISWA KELAS X SMA PGRI 4 DENPASAR


TAHUN PELAJARAN 2014/2015

oleh
Ni Nyoman Suryaningsih, NIM 2011.II.1.0048
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah
Bidang Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Abstrak
Sesuai dengan kurikulum yang berlaku yakni kurikulum 2013 yang
berbasis teks, siswa seharusnya sudah mampu menulis teks anekdot. Namun
kenyataannya, masih banyak masalah yang muncul seperti teks anekdot siswa
belum memenuhi kelengkapan dan kesesuaian judul, struktur dan bahasanya.
Permasalahan ini tampak pada siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun
pelajaran 2014/2015.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, yang menjadi pokok
permasalahan pada penelitian ini yaitu: (1) bagaimanakah teks anekdot siswa
kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 ditinjau dari
judulnya?; (2) bagaimanakah teks anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar
tahun pelajaran 2014/2015 ditinjau dari strukturnya?; dan (3) bagaimanakah teks
anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 ditinjau
dari bahasanya?.
Tujuan penelitian ini yaitu: (1) untuk mengetahui teks anekdot siswa kelas
X SMA PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 ditinjau dari judulnya (2)
untuk mengetahui teks anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun
pelajaran 2014/2015 ditinjau dari strukturnya dan (3) untuk mengetahui teks
anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015
ditinjau dari bahasanya.
Adapun sejumlah teori yang digunakan dalam penelitian ini yakni: (1)
pengertian menulis, (2) tujuan menulis, (3) langkah-langkah menulis, (4)
pengertian anekdot, (5) struktur teks anekdot, (6) Bahasa Teks Anekdot (7)
langkah-langkah menulis teks anekdot, dan (8) contoh teks anekdot.
Lebih jauh, untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan, seperangkat
metode digunakan dalam penelitian ini yakni: (1) metode penentuan subjek
penelitian adalah sampel; (2) metode pendekatan subjek penelitian adalah empiris;
(3) metode pengumpulan data adalah catatan dokumen dan (4) metode pengolahan
data adalah statistik deskriptif.
Berdasarkan hasil pengolahan data, penelitian ini menyimpulkan: (1) teks
anekdot siswa ditinjau dari judulnya adalah sangat baik (2) ditinjau dari
strukturnya adalah baik, dan (3) ditinjau dari bahasanya adalah sangat baik.
Penelitian ini menyarankan: (1) teks anekdot yang yang sudah sangat baik,
agar dipertahankan, (2) teks anekdot yang sudah baik, agar lebih ditingkatkan dan
(3) teks anekdot yang belum mencapai KKM, guru hendaknya melakukan
evaluasi, untuk dijadikan pedoman dalam menentukan strategi pembelajaran.
Kata Kunci: analisis, teks, anekdot

95

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

Abstract
In accordance with the applicable curriculum 2013 with text-based,
students should be able to write anecdotes text. But in reality, there are still many
problems that arise like students anecdotes text have not met the completeness
and appropriateness of the title, structure and language. These problems appear
in class X SMA PGRI 4 Denpasar academic year 2014/2015.
Based on the background of the problems above, which as the issues in
this study are: (1) How is the anecdotes text by students class X SMA PGRI 4
Denpasar academic year 2014/2015 in terms of the title?; (2) How is the
anecdotes text of students class X SMA PGRI 4 Denpasar academic year
2014/2015 in terms of the structure?; and (3) how is the anecdotes text of students
class X SMA PGRI 4 Denpasar academic year 2014/2015 in terms of language?
The purpose of this research are: (1) to determine the anecdotes text of
students class X SMA PGRI 4 Denpasar 2014/2015 academic year in terms of the
title (2) to determine the text anecdotes of students class X SMA PGRI 4 Denpasar
academic year 2014/2015 in terms of the structure and (3) to determine the
anecdotes text of students class X SMA PGRI 4 Denpasar academic year
2014/2015 in terms of language.
There are some theories used in this study are: (1) definition of writing,
(2) the purpose of writing, (3) steps of writing, (4) definition of anecdotes, (5) the
structure of anecdotes text, (6) Language of Anecdotes Text (7) steps to write
anecdotes text, and (8) sample of anecdotes text.
Furthermore, to achieve the goals that have been formulated, a set of
methods used in this study are: (1) the method of determining the research subject
is a sample method; (2) the approach method of research subjects is empirical
method; (3) the method of data collection is document record and (4) data
processing method is descriptive statistics method.
Based on the results of data processing, the study concluded: (1) the
anecdotes text of students in terms of the title is very good (2) in terms of structure
is good, and (3) in terms of the language is very good.
This study suggests: (1) the anecdotes text that are already very good, to
be maintained, (2) the anecdotes text that have been well, so more enhanced and
(3) the anecdotes text that have not yet reached MCC, the teacher should conduct
an evaluation, to be used as a guide in determine the learning strategies.
Key words : analisys, text, anecdote
1. PENDAHULUAN
Tujuan utama pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah adalah agar siswa
terampil berbahasa Indonesia. Terampil berbahasa Indonesia artinya mampu
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. bahasa Indonesia yang baik
dan benar adalah bahasa Indonesia yang sesuai dengan kondisi pemakaiannya dan
sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku.

96

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

Keterampilan berbahasa dibagi menjadi empat aspek yaitu (1) menyimak,


(2) berbicara, (3) membaca, dan (4) menulis. Pada dasarnya, keempat aspek
tersebut berkaitan erat, memiliki satu kesatuan yang utuh dan saling mendukung
dalam proses belajar bahasa.
Salah satu keterampilan berbahasa yang tergolong keterampilan produktif
adalah menulis. Dikatakan produktif, dikarenakan seseorang yang melakukan
kegiatan menulis secara aktif memproduksi ide, informasi, dan perasaan dengan
menggunakan bahasa. Menurut Dalman (2014: 3) menulis adalah suatu kegiatan
komunikasi berupa penyampaian pesan (informasi) secara tertulis kepada pihak
lain dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Beranjak dari
hal tersebut, tidak dapat disangkal bahwa menulis mempunyai peranan sangat
penting dalam kehidupan manusia.
Salah satu bentuk keterampilan menulis adalah menulis teks anekdot.
Memproduksi atau menulis teks anekdot merupakan salah satu kompetensi dasar
yang harus dimiliki siswa kelas X sekolah menengah atas (SMA). Sucipto dkk.
(2013: 2) menyatakan bahwa anekdot adalah cerita singkat yang lucu, konyol, dan
mengesankan tentang tokoh dan peristiwa tertentu. Lebih lanjut, Sucipto dkk.
(2013: 2) mengungkapkan bahwa, anekdot termasuk dalam narasi sugestif karena
melibatkan daya khayal dan bertujuan menyampaikan pesan tersirat.
Di SMA PGRI 4 Denpasar, pembelajaran teks anekdot telah diajarkan
sebaik-baiknya sesuai kurikulum yang berlaku. Namun kenyataannya, masih
banyak permasalahan yang muncul di kelas. Banyak siswa yang menulis teks
anekdot belum memenuhi syarat-syarat teks anekdot. Dengan kata lain, teks
anekdot yang dibuat siswa tidak memiliki kelengkapan dan kesesuaian judul,
struktur teks yang mencakup abstrak, orientasi, krisis, reaksi, koda, dan bahasa
anekdot.
Kenyataan-kenyataan tersebut peneliti sikapi sebagai suatu masalah yang
harus segera dicermati dan ditindaklanjuti. Jika tidak, tentunya hal tersebut akan
berdampak pada rendahnya kualitas hasil belajar siswa. Maka dari itu, peneliti
memutuskan mengangkat masalah tersebut ke dalam penelitian ilmiah dengan
judul Analisis Teks Anekdot Siswa Kelas X SMA PGRI 4 Denpasar Tahun

97

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

Pelajaran 2014/2015.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, yang menjadi pokok
permasalahan yaitu: (1) bagaimanakah teks anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4
Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 ditinjau dari judulnya?; (2) bagaimanakah
teks anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015
ditinjau dari strukturnya?; dan (3) bagaimanakah teks anekdot siswa kelas X SMA
PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 ditinjau dari bahasanya?.
Berkenaan dengan pokok masalah seperti yang telah disebutkan, adapun
tujuan yang ingin dicapai yakni: (1) untuk mengetahui teks anekdot siswa kelas X
SMA PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 ditinjau dari judulnya (2)
untuk mengetahui teks anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun
pelajaran 2014/2015 ditinjau dari strukturnya dan (3) untuk mengetahui teks
anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015
ditinjau dari bahasanya.
Untuk menunjang kebenaran dan keakuratan hasil penelitian yang di dapat,
penelitian ini menggunakan sejumlah teori yaitu: (1) pengertian menulis, (2)
tujuan menulis, (3) langkah-langkah menulis, (4) pengertian anekdot, (5) struktur
teks anekdot, (6) Bahasa Teks Anekdot (7) langkah-langkah menulis teks anekdot,
dan (8) contoh teks anekdot.

2. METODE
Menurut Sugiono (2010: 3) metode penelitian diartikan sebagai cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Pandangan
Sugiyono di atas, menunjukkan betapa pentingnya metode penelitian dalam
sebuah penelitian ilmiah. Oleh karena itu, pemilihan metode dalam sebuah
penelitian ilmiah harus diperhitungkan secara cermat agar dapat memenuhi
fungsinya dengan baik. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini ada
empat yaitu: (1) metode penentuan subjek penelitian, (2) metode pendekatan
subjek penelitian, (3) metode pengumpulan data dan (4) metode pengolahan data.
Arikunto (2010: 188) menjelaskan bahwa subjek penelitian adalah benda,
hal, atau orang yang dituju oleh peneliti untuk diteliti. Dalam menentukan subjek

98

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

penelitian, setidaknya ada dua kemungkinan yang bisa dilakukan, yaitu populasi
dan sampel. Berkenaan dengan itu, peneliti memilih kemungkinan yang kedua
yakni penelitian sampel. Mengingat sampel merupakan bagian dari populasi,
maka dalam penelitian sampel, terlebih dahulu populasi harus ditetapkan. Menurut
Agung (2010: 47) populasi merupakan keseluruhan objek atau subjek dalam suatu
penelitian. Berdasarkan pendapat di atas, yang menjadi populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran
2014/2015 yang berjumlah 145 orang siswa yang tersebar dalam empat kelas
dengan rincian 71 putra dan 74 putri. Agar lebih jelas, populasi penelitian ini
dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini.
Tabel 2.1 Populasi Siswa Kelas X SMA PGRI 4 Denpasar Tahun Pelajaran 2014/
2015.
No
1
2
3
4

Sub Populasi
Putra
Putri
Jumlah
X MIA 1
15
19
34
X MIA 2
12
20
32
X MIA 3
17
19
36
X IIS
27
16
43
Jumlah
71
74
145
Sumber: SMA PGRI 4 Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015
Tabel di atas menunjukkan, jumlah populasi penelitian ini cukup besar.
Sesuai dengan pembahasan di atas, penelitian ini adalah penelitian sampel.
Dengan kata lain, penelitian ini menggunakan sebagian dari populasi yang ada.
Selain itu, keterbatasan kemampuan, waktu, dan biaya yang dimiliki oleh peneliti,
juga menjadi suatu pertimbangan digunakannya penelitian sampel.
Berkenaan dengan hal tersebut, penentuan jumlah sampel dalam penelitian
ini, digunakan rumus Cochran sebagaimana yang
seperti berikut ini.

t 2 . p.q
d2
n

1 t 2 . p.q
1 2 1
N d

99

dikutip Agung (2010: 50)

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

Keterangan:
t
: Nilai t pada taraf kepercayaan yang ditentukan (1,96)
d
: Taraf kekeliruan yang ditentukan (digunakan 0,05)
p
: Proporsi dari salah satu strata
q
: 1- p
n
: Jumlah sampel minimal
N
: Ukuran populasi
1
: Bilangan konstan
Jadi, berdasarkan perhitungan menggunakan rumus Cochran di atas, maka
jumlah sampel dalam penelitian ini sebesar 105 siswa. Lebih jauh, untuk
memenuhi jumlah yang telah ditetapkan, peneliti menggunakan dua teknik
sampling yakni: proporsional sampling dan random sampling.
Agung (2010: 48) mengungkapkan bahwa teknik proporsional sampling ini
dilakukan untuk lebih menjamin representatifnya sampel, jika ternyata jumlah
subjek yang terdapat dalam tiap strata atau tiap wilayah tidak sama. Sehubungan
dengan hal tersebut, untuk menentukan perimbangan jumlah sampel pada masingmasing kelas, peneliti mengikuti perhitungan yang dikembangkan oleh Hadi
(2004: 90) seperti berikut ini.
Jumlah tiap-tiap sub kelas
X jumlah sampel yang diamati
Jumlah populasi
Dengan rumus di atas, jumlah sampel dari masing-masing kelas dapat
diketahui, seperti berikut ini.
Tabel 2.2 Sampel Penelitian Siswa Kelas X SMA PGRI 4 Denpasar Tahun
Pelajaran 2014/2015
No
1
2
3
4

Kls
X MIA 1
X MIA 2
X MIA 3
X IIS
Jumlah

Jumlah Populasi
34
32
36
43
145

Jumlah Sampel
25
23
26
31
105

Sementara itu, random sampling adalah teknik yang di dalam pengambilan


sampelnya, penulis mencampur subjek subjek di dalam populasi sehingga

100

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

semua subjek dianggap sama (Arikunto (2010: 177). Penelitian ini menggunakan
teknik undian dalam pengambilan sampel.
Sementara itu, metode pendekatan subjek penelitian pada dasarnya
merupakan golongan metode yang digunakan untuk melakukan pendekatan
terhadap gejala dari subjek penelitian. Dalam penelitian ini, metode pendekatan
yang digunakan adalah metode empiris. Dengan kata lain, pendekatan yang
digunakan adalah cara pendekatan, dimana gejala yang diteliti telah ada secara
wajar. Gejala wajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah teks anekdot siswa
kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 yang dianalisis, sudah
disusun berdasarkan teori-teori atau syarat-syarat dari sebuah teks anekdot.
Lebih lanjut, metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode pencatatan dokumen. Menurut Agung (2010: 65) metode
pencatatan dokumen adalah cara memperoleh data dengan jalan mengumpulkan
segala macam dokumen dan melakukan pencatatan secara sistematis. dalam hal
ini, dokumen yang dimaksud adalah teks anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4
Denpasar tahun pelajaran 2014/2015.
Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode analisis statistik deskriptif. Analisis statistik deskriptif adalah statistik
yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum dan generalisasi (Sugiyono,
2010: 207). Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam metode pengolahan
data ini, yaitu (1) menyekor teks anekdot siswa (2) mengubah skor mentah
menjadi skor standar, (3) menentukan kriteria predikat, (4) mengelompokkan
kemampuan siswa, (5) mencari skor rata-rata, dan (6) menarik kesimpulan.

3. HASIL
Hasil analisis data ini disajikan berdasarkan hasil data yang dikumpulkan
melalui metode pencatatan dokumen dan hasil pengolahan data yang dilakukan.
Berkenaan dengan hal itu, berikut ini akan disajikan hasil analisis data yakni hasil
analisis teks anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/

101

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

2015 ditinjau berdasarkan judul, struktur dan bahasanya.


Tabel 3.1 Hasil Pengelompokkan Tingkat dan Ketuntasan Siswa Kelas X SMA
PGRI 4 Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015 Dalam Menulis Teks
Anekdot Ditinjau Berdasarkan Judulnya
No
1
2
3
4

Nilai
100
83
67
50

Predikat
Sangat Baik
Baik
Baik
cukup
Jumlah

Jumlah
60
19
23
3
105

Presentase
57%
18%
22%
3%
100%

Keterangan
Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas

Tabel 3.2 Hasil Pengelompokkan Tingkat dan Ketuntasan Siswa Kelas X SMA
PGRI 4 Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015 Dalam Menulis Teks
Anekdot Ditinjau Berdasarkan strukturnya
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Nilai
95
90
85
80
75
70
65
60
55
40
35

Predikat
Sangat Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Cukup
Cukup
Cukup
Kurang
Jumlah

Jumlah
1
13
17
26
14
15
14
2
1
1
1
105

Presentase
1%
12%
16%
25%
13%
14%
13%
2%
1%
1%
1%
100%

Keterangan
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas

Tabel 3.3 Hasil Pengelompokkan Tingkat dan Ketuntasan Siswa Kelas X SMA
PGRI 4 Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015 Dalam Menulis Teks
Anekdot Ditinjau Berdasarkan Bahasanya
No
1
2

Nilai
100
75

Predikat
Sangat Baik
Baik
Jumlah

Jumlah
76
29
105

Presentase
72%
28%
100%

Keterangan
Tuntas
Tuntas

Sesuai dengan data di atas, maka skor rata-rata siswa dalam menulis teks
anekdot yang ditinjau berdasarkan judul, struktur dan bahasanya dapat diketahui

102

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

sebagai berikut.
Tabel 3.4 Frekuensi Skor yang Dicapai Siswa Kelas X SMA PGRI 4 Denpasar
Tahun Pelajaran 2014/2015 Ditinjau berdasarkan Judulnya
No
1
2
3
4

x
100
83
67
50

F
60
19
23
3

Fx
6000
1577
1541
150

N = 105

fx = 9268

Berdasarkan tabel frekuensi di atas, diketahui bahwa jumlah skor rata-rata


yang dicapai oleh seluruh siswa dalam menulis teks anekdot ditinjau berdsarkan
judulnya adalah (fx)= 9268 dengan jumlah siswa (N) = 105 siswa. Dengan
menggunakan rumus di atas, skor rata-rata dapat dihitung seperti berikut.
M=

fx
N

9268
105

= 88,26 dibulatkan menjadi 88.


Jadi, skor rata-rata teks anekdot siswa ditinjau berdasarkan judulnya
adalah 88. Sementara itu, skor rata-rata siswa dalam menulis teks anekdot ditinjau
berdasarkan strukturnya, dapat pula dihitung dengan bantuan tabel frekuensi di
bawah ini.
Tabel 3.5 Frekuensi Skor yang Dicapai Siswa Kelas X SMA PGRI 4 Denpasar
Tahun Pelajaran 2014/2015 Ditinjau berdasarkan Strukturnya
No

Fx

95

95

90

13

1170

85

17

1445

80

26

2080

75

14

1050

70

15

1050

103

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

65

14

910

60

120

55

55

10

40

40

11

35

35

N = 105

fx = 8050

Berdasarkan tabel frekuensi di atas, diketahui bahwa jumlah skor rata-rata


yang dicapai oleh seluruh siswa dalam menulis teks anekdot ditinjau berdasarkan
strukturnya adalah (fx)= 8155 dengan jumlah siswa (N) = 105 siswa. Dengan
menggunakan rumus di atas, skor rata-rata dapat dihitung seperti berikut.
M=

fx
N

8050
105

= 76,66 dibulatkan menjadi 77.


Jadi, skor rata-rata teks anekdot siswa ditinjau berdasarkan strukturnya
adalah 77. Lebih lanjut, skor rata-rata siswa dalam menulis teks anekdot ditinjau
berdasarkan bahasanya, juga dapat dihitung dengan bantuan tabel frekuensi di
bawah ini.
Tabel Frekuensi Skor yang Dicapai Siswa Kelas X SMA PGRI 4 Denpasar
Tahun Pelajaran 2014/2015 Ditinjau berdasarkan Bahasanya
No
1
2

x
100
75

F
76
29

Fx
7600
2175

N = 105

fx = 9775

Berdasarkan tabel frekuensi di atas, diketahui bahwa jumlah skor rata-rata


yang dicapai oleh seluruh siswa dalam menulis teks anekdot ditinjau berdasarkan
bahasanya adalah (fx)= 9775 dengan jumlah siswa (N) = 105 siswa. Dengan
menggunakan rumus di atas, skor rata-rata dapat dihitung seperti berikut.
M=

fx
N
104

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

9775
105

= 93,09 dibulatkan menjadi 93.


Jadi, skor rata-rata teks anekdot siswa ditinjau berdasarkan bahasanya
adalah 93.
4. PEMBAHASAN
Skor rata-rata yang diperoleh siswa dalam menulis teks anekdot yang
ditinjau berdasarkan judul, struktur dan bahasanya dapat diketahui sesuai dengan
perhitungan di atas. Ditinjau berdasarkan judul, skor rata-rata siswa adalah 88,26
dibulatkan menjadi 88. Skor ini sudah dalam bentuk skor standar. Sesuai dengan
kriteria kemampuan siswa, skor 88 berada

pada rentangan 86-100 dengan

kualifikasi sangat baik dan mencapai KKM yang telah di tetapkan oleh sekolah,
yakni 75. Sehubungan dengan hal tersebut, maka teks anekdot siswa kelas X SMA
PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015ditinjau berdasarkan judulnya
tergolong sangat baik dan telah mencapai KKM.
Sementara itu, ditinjau berdasarkan struktur, skor rata-rata siswa adalah
76,66 dibulatkan menjadi 77. Skor ini sudah dalam bentuk skor standar. Sesuai
dengan kriteria kemampuan siswa, skor 77 berada pada rentangan 62-85 dengan
kualifikasi baik dan mencapai KKM yang telah di tetapkan oleh sekolah, yakni
75. Sehubungan dengan hal tersebut, maka teks anekdot siswa kelas X SMA
PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015ditinjau berdasarkan strukturnya
tergolong baik dan telah mencapai KKM.
Lebih lanjut, ditinjau berdasarkan bahasa, skor rata-rata siswa adalah
93,09 dibulatkan menjadi 93. Skor ini sudah dalam bentuk skor standar. Sesuai
dengan kriteria kemampuan siswa, skor 93 berada pada rentangan 86-100 dengan
kualifikasi sangat baik dan mencapai KKM yang telah di tetapkan oleh sekolah,
yakni 75. Sehubungan dengan hal tersebut, maka teks anekdot siswa kelas X SMA
PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015ditinjau berdasarkan bahasanya
tergolong sangat baik dan telah mencapai KKM.

105

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

5. PENUTUP
Simpulan
Menarik simpulan pada dasarnya merupakan pendeskripsian terhadap hasil
pengolahan data yang dilakukan. Oleh karena itu, berdasarkan hasil pengolahan
data yang dilakukan, dapat ditarik simpulan sebagai berikut.
1) Teks anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015
ditinjau berdasarkan judulnya adalah sangat baik. Simpulan ini didukung oleh
data empiris yang ada. Dari 105 teks anekdot siswa yang dijadikan sampel
penelitian, 79 teks anekdot siswa atau 75,24% telah berhasil memperoleh
kriteria ketuntasan, sedangkan 26 teks anekdot siswa atau 24,76% tidak
berhasil memperoleh kriteria ketuntasan. Jadi, sebesar 75,24% teks anekdot
siswa yang berhasil mencapai rata-rata (mencapai ketuntasan) ditinjau
berdasarkan judulnya dan sebesar 24,76% teks anekdot siswa yang tidak
berhasil mencapai rata-rata (tidak mencapai ketuntasan ) karena berada di
bawah KKM yang ditetapkan yaitu 75. Nilai rata-rata seluruh teks anekdot
siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 yang
dijadikan sampel yang ditinjau berdasarkan judulnya adalah 88 berada pada
rentangan 86-100 dengan kualifikasi sangat baik dan telah mencapai KKM.
2) Teks anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun

pelajaran

2014/2015ditinjau berdasarkan strukturnya adalah baik. Simpulan ini didukung


oleh data empiris yang ada. Sebanyak 105 teks anekdot siswa yang dijadikan
sampel penelitian, 71 teks anekdot siswa atau 67,62% telah berhasil
memperoleh kriteria ketuntasan, sedangkan 34 teks anekdot siswa atau 32,38%
tidak berhasil memperoleh kriteria ketuntasan.

Jadi, sebesar 67,62% teks

anekdot siswa yang berhasil mencapai rata-rata (mencapai ketuntasan) ditinjau


berdasarkan strukturnya dan sebesar 32,38% teks anekdot siswa yang tidak
berhasil mencapai rata-rata (tidak mencapai ketuntasan) karena berada di
bawah KKM yang ditetapkan yaitu 75. Nilai rata-rata seluruh teks anekdot
siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 yang
dijadikan sampel yang ditinjau berdasarkan strukturnya adalah 77 berada pada
rentangan 62-85 dengan kualifikasi baik dan telah mencapai KKM.

106

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

3) Teks anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015
ditinjau berdasarkan bahasanya adalah ssangat baik. Simpulan ini didukung
oleh data empiris yang ada. Sebesar 105 teks anekdot siswa yang dijadikan
sampel penelitian, semua teks anekdot siswa atau 100% telah berhasil
memperoleh kriteria ketuntasan. Jadi, sebesar 100% teks anekdot siswa yang
berhasil mencapai rata-rata (mencapai ketuntasan) ditinjau berdasarkan
bahasarnya . Nilai rata-rata seluruh teks anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4
Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 yang dijadikan sampel yang ditinjau
berdasarkan strukturnya adalah 93 berada pada rentangan 86-100 dengan
kualifikasi sangat baik dan telah mencapai KKM.

Saran-Saran
Saran-saran pada dasarnya merupakan tindak lanjut terhadap simpulan
yang telah diambil. Oleh karena itu, berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan
maka saran-saran dalam penelitian ini akan dikaitkan dengan simpulan.
Berkenaan dengan itu, saran-saran dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut.
1) Mengingat hasil penelitian yakni skor rata-rata yang diperoleh terhadap teks
anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 yang
ditinjau berdasarkan judulnya yakni 88 dengan kualifikasi sangat baik, peneliti
sarankan kepada siswa dan guru untuk tetap mempertahankannya.
2) Sementara itu, berkenaan dengan simpulan yang kedua, skor rata-rata yang
diperoleh terhadap teks anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun
pelajaran 2014/2015 yang ditinjau berdasarkan strukturnya yakni 77 dengan
kualifikasi baik, peneliti sarankan kepada siswa dan guru untuk lebih
ditingkatkan dengan cara berlatih lebih giat sehingga mampu mencapai prestasi
yang maksimal yakni sangat baik. Dalam hal ini, guru perlu memberikan
materi yang mudah dimengerti terkait teks anekdot yang sesuai dengan
strukturnya.
3) Lebih lanjut,

terkait dengan simpulan yang ketiga, skor rata-rata yang

diperoleh terhadap teks anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun

107

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

pelajaran 2014/2015 yang ditinjau berdasarkan bahasanya yakni 93 dengan


kualifikasi sangat baik, peneliti sarankan kepada siswa dan guru untuk tetap
mempertahankannya.
4) Setelah melihat hasil analisis yang menyatakan masih ada beberapa teks
anekdot siswa yang ditinjau dari judul,struktur dan bahasanya yang belum
mencapai KKM,

hendaknya guru tidak hanya memfokuskan pada

pembelajarannya, namun harus disertai dengan evaluasi yang akurat terhadap


hasil pembelajaran khususnya teks anekdot itu sendiri. Dari hasil evaluasi
tersebut, maka dapat dijadikan sebagai pedoman serta umpan balik untuk
menentukan strategi atau langkah yang harus ditempuh berikutnya untuk
meningkatkan hasil pembelajaran siswa.

Daftar Rujukan
Agung, A.A. Gede. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Suatu Pengantar.
Singaraja : Undiksha.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi
Revisi). Jakarta : Rineka Cipta.
Dalman, H. 2011. Keterampilan Menulis. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Sucipto, Maya Gustina, dkk. 2013. Bahasa Indonesia. Klaten : PT. Intan
Pariwara.
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif dan R & D). Bandung : Alfabeta.

108

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE


STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGANALISIS FUNGSI
SINTAKSIS WANGUN LENGKARA TUNGGAL PADA SISWA KELAS X
AK4 SMK NEGERI 2 DENPASAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015
oleh
Nyoman Windi Putri, NIM 2011.II.2.0051
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah
Bidang Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Bali
Abstrak
Rendahnya minat siswa terhadap pelajaran bahasa Bali secara langsung
mempengaruhi hasil belajar siswa dalam pemahaman tata kalimat, khususnya
fungsi sintaksis wangun lengkara tunggal. Berdasarkan observasi awal yang
peneliti lakukan, diketahui tingkat penguasaan siswa kelas X AK 4 SMK Negeri 2
Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 dalam menganalisis wangun lengkara
tunggal masih tergolong rendah yang terlihat pada nilai ulangan harian siswa yang
memperoleh skor rata-rata 68,23 dan ketuntasan klasikal hanya 18,4%. Hal ini
disebabkan karena proses pengajaran kurang menggali potensi siswa untuk
berperan aktif dan model pembelajaran yang dipergunakan tidak variatif. Maka
dari itu, salah satu alternatif yang dipilih adalah dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD).
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam
dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,
dan refleksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam menganalisis fungsi sintaksis wangun lengkara tunggal dan respon siswa
selama proses pembelajaran berlangsung. Data hasil belajar dikumpulkan dengan
metode tes dan data respon siswa dikumpulkan dengan metode observasi. Data
yang terkumpul kemudian diolah menggunakan metode statistik deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan menganalisis fungsi sintaksis
wangun lengkara tunggal pada siswa kelas X AK 4 SMK Negeri 2 Denpasar
tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini dibuktikan dari hasil belajar siswa pada siklus
I memperoleh nilai rata-rata 74,31 dengan ketuntasan belajar 61%, kemudian pada
siklus II meningkat menjadi 89,31 dengan ketuntasan belajar mencapai 92%.
Selain itu, respon siswa juga mengalami peningkatan. Pada siklus I hasil respon
siswa memperoleh nilai rata-rata 70,52, kemudian pada siklus II meningkat
menjadi 79,47 dengan kategori baik. Maka dari itu, peneliti menyarankan kepada
guru agar menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam
menganalisis fungsi sintaksis wangun lengkara tunggal.
Kata kunci: STAD, fungsi sintaksis, wangun lengkara tunggal.

109

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

Abstract
Low interest of students to study Balinese language lessons directly affect
student learning outcomes in understanding syntax, particularly in syntactic
function of single sentense. Based on preliminary observations that researchers
do, obtained result that the students class X AK4 SMK Negeri 2 Denpasar
academic year 2014/2015 in analyzing syntactic function of single sentense is still
low which looks at the daily test scores of students who received average score
68,23 and classical completeness only 18,4%. This is because the teaching process
is less explore students potential to play an active role and the learning model
used is not varied. Therefore, one of the chosen alternative is to implement
cooperative learning model tipe Student Team Achievement Division (STAD).
This research is a class act that is performed in two cycles. Each cycle
consists of planning, implementation, observation, and reflection. The purpose of
this research is to improve students' ability to analyze the syntactic function of
single sentense and student response during the learning process. Learning
outcome data were collected by using test method and the student response data
collected by observation. The collected data is then processed using descriptive
statistical methods.
The results showed the application of cooperative learning model STAD
can improve the ability to analyze syntactic function of single sentence to the
students class X AK4 SMK Negeri 2 Denpasar academic year 2014/2015. This is
showed from the the results of student learning in the first cycle to obtain the
average value 74,31 and 61% with mastery learning, then on the second cycle
increased to 89,31 with mastery learning reach 92%. Additionally, student
responses also increased. In the first cycle response result students gain an
average value 70,52, then on the second cycle increased to 79,47 with a good
category. Therefore, the researchers suggest to teachers to apply this model to
analyze the syntactic function of single sentence so as to create an atmosphere of
learning that can stimulate and motivate students to learn.
Keyword : STAD, syntactic function, single sentence.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan, bahasa Bali diajarkan di sekolah melalui
kurikulum muatan lokal dari tingkat SD hingga SMA. Pengajaran bahasa Bali
dilakukan oleh guru dengan cara memberikan pelatihan secara intensif kepada
siswa dalam penggunaan bahasa Bali melalui kegiatan berbahasa sehingga siswa
menjadi terampil berbahasa Bali. Untuk menguasai keterampilan berbahasa Bali,
hal yang perlu diperhatikan adalah pemahaman tentang tata bahasa.

110

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

Salah satu aspek tata bahasa yang erat kaitannya dengan

pemakaian

bahasa adalah bidang sintaksis. Sintaksis adalah telaah tentang hubungan katakata atau satuan-satuan sintaksis yang lebih besar dalam kalimat (Badulu dan
Herman, 2010:44). Kalimat memiliki unsur-unsur pembentuk kalimat yang dapat
berupa kata, frasa, dan klausa. Setiap unsur tersebut dapat dibedakan berdasarkan
fungsi, kategori, dan perannya dalam kalimat. Menurut Chaer (2009:20) ditinjau
dari fungsinya, unsur-unsur kalimat ada yang disebut subjek (S), predikat (P),
objek (O), komplemen (Kom), dan keterangan (Ket). Demikian pula halnya
dengan strukur kalimat bahasa Bali yang disebut dengan wangun lengkara juga
tersusun atas unsur-unsur pembentuk kalimat tersebut yang meliputi: jejering
(subjek), linging (predikat), panandang (objek), dan katerangan (keterangan).
Akan tetapi, fenomena yang terjadi dalam pembelajaran di SMK Negeri 2
Denpasar, diketahui bahwa tingkat penguasaan siswa kelas X AK4 SMK Negeri 2
Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 dalam menganalisis wangun lengkara
tunggal masih tergolong rendah. Hal ini ditunjukkan oleh ulangan harian siswa
yang memperoleh nilai di bawah KKM yaitu 75. Dalam satu kelas yang berjumlah
38 orang, hanya 7 orang siswa atau sekitar 18% yang mampu memperoleh nilai 75
ke atas dan 31 orang siswa atau sekitar 82% yang mendapatkan nilai di bawah
KKM dengan rata-rata kelas hanya mencapai 68,23.
Rendahnya kemampuan siswa dalam menganalisis fungsi sintaksis
wangun lengkara tunggal disebabkan beberapa faktor di antaranya: (1) proses
pengajaran kurang menggali potensi siswa untuk berperan aktif karena
pengelolaan kelas yang monoton sehingga aktifitas siswa terlihat kurang, terutama
dalam mengajukan pertanyaan atau tanggapan, (2) guru kurang memberikan
latihan-latihan secara intensif sehingga berpengaruh terhadap kemampuannya
dalam menganalis fungsi wangun lengkara menjadi terbatas, dan (3) model
pembelajaran yang dipergunakan oleh guru dalam proses pembelajaran tidak
variatif sehingga kurang memberikan stimulus kepada siswa untuk belajar.
Untuk menyikapi hal tersebut, peneliti menawarkan alternatif pemecahan
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team
Achievement Division). Dasar pertimbangannya ialah model pembelajaran STAD

111

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

dipilih karena model ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa
terhadap diri sendiri dan kelompoknya, menjadikan siswa aktif dalam proses
pembelajaran, dan melalui penghargaan yang ada pada tahap akhir model ini
dapat merangsang motivasi siswa untuk belajar dengan harapan agar
kelompoknya mendapat predikat terbaik.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti memandang perlu untuk
mengadakan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran
STAD yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
menganalisis wangun lengkara tunggal. Adapun judul penelitian yang peneliti
angkat yaitu Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team
Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Kemampuan Menganalisis
Fungsi Sintaksis Wangun Lengkara Tunggal pada Siswa Kelas X AK4 SMK
Negeri 2 Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015.
1.2

Landasan Teori
Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tiga hal pokok,

yaitu terkait sintaksis, kalimat tunggal, dan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD.
1.2.1

Pengertian Sintaksis
Chaer (2007:206) menjelaskan asal-usul kata sintaksis itu sendiri berasal

dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan kata tatttein yang berarti
menempatkan. Jadi, secara etimologi sintaksis berarti menempatkan bersamasama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Hal serupa juga diungkapka
Arnawa (2008:75) yang memandang bahwa sintaksis sebagai kajian struktur
intern kalimat. Artinya, satuan terbesar yang ditelaah dalam sintaksis adalah
kalimat. Jadi, sintaksis adalah cabang ilmu yang menelaah tentang struktur/sistem
kalimat.
1.2.2

Satuan Sintaksis
Berpijak pada pengertian sintaksis yang merupakan cabang linguistik yang

mengkaji struktur kalimat, tersirat bahwa satuan terkecil sintaksis adalah kata dan

112

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

satuan terbesarnya adalah kalimat. Kecuali itu, satuan sintaksis yang lain berupa
frase dan klausa. Dengan demikian, secara runtut dapat dikatakan bahwa satuansatuan sintaksis terdiri dari: kata, frase, klausa, dan kalimat.
1.2.3

Fungsi Sintaksis
Sulaga dkk (1996:38) juga menegaskan fungsi sintaksis ialah status relatif

yang dibebankan pada ruas-ruas kalimat dalam membentuk satu kesatuan yang
utuh. Fungsi sintaksis utama dalam kalimat terdiri atas predikat, subjek, objek,
pelengkap, dan keterangan. Demikian pula halnya dengan strukur kalimat bahasa
Bali yang disebut dengan wangun lengkara juga tersusun atas jejering subjek,
linging predikat, panandang objek, dan katerangan keterangan (Tinggen,
1984:36).
1.2.4

Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan gramatikal yang mengandung pikiran utuh dan

dapat berdiri sendiri, di mana penulisannya diawali dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan adanya intonasi final.
1.2.5

Kalimat Tunggal
Sulaga dkk (1996:345) menjelaskan kalimat tunggal adalah kalimat yang

hanya terdiri atas satu pola, bisa diperluas sepanjang perluasannya tidak
membentuk pola baru lagi. Yang dimaksud dengan pola dalam kalimat tunggal
ialah pengisi unsur kategori atau kelas kata yang membangun kalimat tersebut.
Dalam bahasa Bali, kalimat tunggal diistilahkan dengan lengkara tunggal.
Menurut Tinggen (1984:84) lengkara tunggal inggih punika lengkara sane tegep
lumbrahipun kawangun antuk jejering, linging, panandang, miwah katerangan
lengkara wantah asiki. Artinya kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya
dibangun satu susunan subjek, predikat, objek, dan keterangan kalimat.
1.2.6

Pengertian Pembelajaran Kooperatif


Menurut Riyanto (2012:267) pembelajaran kooperatif adalah model

pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik

113

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

(academic

skill),

sekaligus

keterampilan

sosial

(social

skill)

termasuk

interpersonal skill.
1.2.7

Karakterisktik Pembelajaran Kooperatif


Sebagaimana dikemukakan Slavin (dalam Isjoni, 2013:21) terdapat tiga

konsep sentral yang menjadi karakteristik model pembelajaran kooperatif, yaitu


penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang
sama untuk berhasil.

1.2.8

Keunggulan Pembelajaran Kooperatif


Bila dibandingkan dengan pembelajaran yang masih bersifat konvensional,

pembelajaran kooperatif memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:


1. Memberikan peluang kepada siswa agar mengemukakan dan membahas suatu
pandangan, pengalaman, yang diperoleh siswa belajar secara bekerja sama dan
merumuskan ke arah satu pandangan kelompok.
2. Memungkinkan siswa dapat meraih keberhasilan dalam belajar.
3. Melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan berpikir
(thinking skill) maupun keterampilan sosial (social skill), seperti keterampilan
untuk mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain,
bekerja sama, rasa setia kawan, dan mengurangi timbulnya perilaku yang
menyimpang dalam kehidupan kelas.
4. Memungkinkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan
keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan
demokratis.
5. Dapat meningkatkan motivasi siswa karena didorong dan didukung dari rekan
sebaya.
6. Melalui cooperative learning siswa dapat memperoleh pengetahuan,
kecakapan sebagai pertimbangan untuk berpikir dan menentukan serta berbuat
dan partisipasi sosial.

114

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

7. Memberikan kesempatan siswa untuk berbicara, inisiatif, menentukan pilihan,


dan mengembangkan kebiasaan yang baik (Isjoni, 2013:2324).
1.2.9

Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


Model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Divisions)

dikembangkan oleh Slavin, dan merupakan salah satu tipe kooperatif yang
menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling
memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna
mencapai prestasi yang maksimal.
1.2.10 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu dari model
pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan
jumlah anggota tiap kelompok 45 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan
penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis,
dan penghargaan kelompok (Trianto, 2012:68).
2. METODE PENELITIAN
2.1

Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut

Paizaluddin dan Ermalinda (2013:8) penelitian tindakan kelas adalah sebuah


penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan
merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan
partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga
hasil belajar siswa meningkat.
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini akan dilaksanakan dalam beberapa
siklus dan setiap siklusnya terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi (Arikunto, 2014:20).

115

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

2.2 Subjek Penelitian


Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas X AK4 SMK
Negeri 2 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 38 orang yang
terdiri dari laki-laki 7 orang dan perempuan 31 orang.
2.3 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti mengemukakan data dengan menggunakan
beberapa metode, yaitu metode tes dan metode observasi. Metode tes digunakan
untuk kemampuan siswa dalam menganalisis fungsi sintaksis wangun lengkara
tunggal, sedangkan metode obsevasi digunakan untuk mengamati respon siswa
selama proses pembelajaran berlangsung.
2.4 Metode Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau
sumber data lain terkumpul. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode statistik deskriptif. Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini
memiliki dua jenis data, yakni data kemampuan siswa dalam menganalisis fungsi
sintaksis wangun lengkara tunggal dan respon siswa atas penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan
data pada penelitian ini adalah: (1) mengubah skor mentah menjadi skor standar,
(2) mencari nilai rata-rata, dan (3) menganalisis persentase ketuntasan siswa.
3. HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa kelas X AK4
SMK Negeri 2 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 dalam menganalisis fungsi
sintaksis wangun lengkara tunggal mengalami peningkatan. Hal ini terbukti dari
adanya peningkatan hasil tes siswa dari siklus I ke siklus II dengan hasil rata-rata
siklus I adalah 74,31 dan pada siklus II meningkat menjadi 89,31. Selain itu,
ketuntasan belajar siswa secara klasikal juga mengalami peningkatan, dari 61%
pada siklus I,

kemudian meningkat menjadi 92% pada siklus II sehingga

penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dinyatakan berhasil. Perbandingan


peningkatan hasil tes siklus I dan siklus II disajikan dalam tabel berikut.

116

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

Tabel 1 Perbandingan Hasil Tes Kemampuan Menganalisis Fungsi Sintaksis


Wangun Lengkara Tungggal pada Refleksi Awal, Siklus I, dan Siklus II
Siklus II
Siklus I
No
Nama Siswa
Keterangan
SM
SS
SM
SS
1
Adi Dwi Saputra I Made
35
70
42
84
Meningkat
2
Alfidia Fitri Hindati
39
78
46
92
Meningkat
3
Anggik Putri Widayanti Ni Pt.
41
82
48
96
Meningkat
4
Aptya Sunia Dinata I Made
36
72
44
88
Meningkat
5
Ayu Karningsih Ni Luh
43
86
49
98
Meningkat
6
Bagus Rakha Dhananjaya Putu
29
58
37
74
Meningkat
7
Clara Novianti Putu
39
78
48
96
Meningkat
8
Deby Zintia Kristi Juliana
40
80
48
96
Meningkat
9
Diah Ayu Marta Budiawati
30
60
46
92
Meningkat
10 Dian Arnita Ni Luh Putu Ayu
39
78
48
96
Meningkat
11 Dian Monika Yanti Kadek
39
78
44
88
Meningkat
12 Dicka Mega Kriswanda
41
82
49
98
Meningkat
13 Dilla Wulandari Ni Wayan
35
70
40
80
Meningkat
14 Dwi Puspitasari Ni Kadek
41
82
47
94
Meningkat
15 Eka Indira Dewi Ni Putu
42
84
47
94
Meningkat
16 Fitri Widya Astuti Ni Kadek
39
78
45
90
Meningkat
17 Kesuma Jaya I Made
27
54
36
72
Meningkat
18 Khrisna Danaswari I Gst. Ag.
35
70
44
88
Meningkat
19 Mahayoni Jaya Savitri
41
82
45
90
Meningkat
20 Mega Purnama Sari Ni Nym.
39
78
49
98
Meningkat
21 Osca Septaninda
40
80
45
90
Meningkat
22 Oeiji Mulia
35
70
45
90
Meningkat
23 Ovi Apriliani Ni Made
39
78
47
94
Meningkat
24 Pasek Adi Putra I Ketut
29
58
41
82
Meningkat
25 Pradnya Paramita Ni Putu
31
62
39
78
Meningkat
26 Putu Evita Putri Seruni
38
76
43
86
Meningkat
27 Radita Mulya Putri Putu
36
72
43
86
Meningkat
28 Ritzmayanti Pratiknyo
32
64
36
72
Meningkat
29 Sawitri Ni Komang
38
76
45
90
Meningkat
30 Sera Marlina Dewi Ni Putu
40
80
45
90
Meningkat
31 Setiani Ni Komang
41
82
46
96
Meningkat
32 Sindy Warasniasih Ni Made
38
76
49
98
Meningkat
33 Swari Ahadyani Ida Ayu
37
74
46
92
Meningkat
34 Vergilia Ni Luh Putu
40
80
45
90
Meningkat
35 Wartini Ni Kadek
38
76
45
90
Meningkat
36 Widiasih Ni Putu
35
70
41
82
Meningkat
37 Wira Darma Putra I Wayan
34
68
46
92
Meningkat
38 Yulia Agustini Ni Luh Putu
41
82
50
100 Meningkat
Jumlah
1412 2824 1697 3394
Rata-rata
37,16 74,31 44,66 89,31

117

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

Selain hasil tes, respon siswa juga mengalami peningkatan atas penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran menganalisis
fungsi sintasis wangiun lengkara tunggal. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 2 Perbandingan Hasil Observasi Respon Siswa Siklus I dan Siklus II
No

Nama Siswa

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

Adi Dwi Saputra I Made


Alfidia Fitri Hindati
Anggik Putri Widayanti Ni Pt
Aptya Sunia Dinata I Made
Ayu Karningsih Ni Luh
Bagus Rakha Dhananjaya Pt
Clara Novianti Putu
Deby Zintia Kristi Juliana
Diah Ayu Marta Budiawati
Dian Arnita Ni Luh Putu A.
Dian Monika Yanti Kadek
Dicka Mega Kriswanda
Dilla Wulandari Ni Wayan
Dwi Puspitasari Ni Kadek
Eka Indira Dewi Ni Putu
Fitri Widya Astuti Ni Kadek
Kesuma Jaya I Made
Khrisna Danaswari I Gst. A.
Mahayoni Jaya Savitri
Mega Purnama Sari Ni Nym
Osca Septaninda
Oeiji Mulia
Ovi Apriliani Ni Made
Pasek Adi Putra I Ketut
Pradnya Paramita Ni Putu
Putu Evita Putri Seruni
Radita Mulya Putri Putu
Ritzmayanti Pratiknyo
Sawitri Ni Komang
Sera Marlina Dewi Ni Putu
Setiani Ni Komang
Sindy Warasniasih Ni Made
Swari Ahadyani Ida Ayu
Vergilia Ni Luh Putu
Wartini Ni Kadek

Siklus I
SM
SS
13
65
16
80
15
75
14
70
16
80
13
65
14
70
13
65
13
65
16
80
13
65
15
75
12
60
14
70
13
65
14
70
13
65
13
65
15
75
16
80
14
70
13
65
14
70
13
65
15
75
13
65
13
65
14
70
14
70
14
70
15
75
16
80
14
70
13
65
15
75

118

Siklus II
SM
15
19
18
16
19
15
15
14
16
16
15
15
16
17
16
14
14
15
15
19
14
14
15
14
16
14
16
14
15
15
18
19
17
17
16

SS
75
95
90
80
95
75
75
70
80
80
75
75
80
85
80
70
70
75
75
95
70
70
75
70
80
70
80
70
75
75
90
95
85
85
80

Ket.
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

Widiasih Ni Putu
36
37 Wira Darma Putra I Wayan
38 Yulia Agustini Ni Luh Putu
Jumlah
Rata-rata
Keterangan:
SM

= Skor Mentah

SS

= Skor Standar

4.

15
14
16
536
14,1

75
70
80
2680
70,52

16
15
19
604
15,89

80
75
95
3020
79,47

Meningkat
Meningkat
Meningkat

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil tes kemampuan dan observasi respon siswa pada siklus I

dan siklus II dapat dinyatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif


tipe Student Team Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan
kemampuan dan respon siswa kelas X AK4 SMK Negeri 2 Denpasar tahun
pelajaran 2014/2015 dalam pembelajaran menganalisis fungsi sintaksis wangun
lengkara tunggal.
5.

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan mengenai
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement
Division (STAD) untuk meningkatkan kemampuan menganalisis fungsi sintaksis
wangun lengkara tunggal kelas X AK 4 SMK Negeri 2 Denpasar tahun pelajaran
2014/2015, dapat ditarik simpulan sebagai berikut.
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement
Division (STAD) dapat meningkatkan kemampuan menganalisis fungsi
sintaksis wangun lengkara tunggal pada siswa kelas X AK 4 SMK Negeri 2
Denpasar tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini terbukti dari adanya peningkatan
hasil tes siswa dari siklus I ke siklus II dengan hasil rata-rata siklus I adalah
74,31 dan pada siklus II meningkat menjadi 89,31. Nilai rata-rata yang dicapai
siswa pada siklus II telah memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM >75)
dengan predikat baik. Selain itu, ketuntasan belajar siswa secara klasikal juga
mengalami peningkatan. Dari 38 orang siswa, ketuntasan yang dicapai oleh

119

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

siswa pada siklus I sebesar 61%, kemudian meningkat menjadi 92% pada
siklus II.
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement
Division (STAD) dapat meningkatkan respon siswa kelas X AK 4 SMK
Negeri 2 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 dalam mengikuti pembelajaran
menganalisis fungsi sintaksis wangun lengkara tunggal. Hal ini terlihat pada
hasil obervasi respon siswa pada siklus I, baik dari segi minat belajar,
perhatian, keaktifan, tanggung jawab, maupun kerja sama siswa selama
mengikuti proses pembelajaran tergolong cukup baik. Hal tersebut dibuktikan
dengan pemerolehan skor rata-rata siklus I sebesar 70,52. Pada siklus II hasil
observasi respon siswa dari kelima aspek yang dinilai mengalami peningkatan
menjadi 79,47 dengan memperoleh predikat baik.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, perlu disampaikan beberapa
saran sebagai tindak lanjut hasil penelitian yang telah dilakukan. Adapun saran
yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut.
1. Siswa yang memperoleh nilai tinggi disarankan agar tetap mempertahankan
bahkan meningkatkan prestasinya dan siswa yang memperoleh nilai rendah
agar lebih giat belajar agar mampu memperoleh hasil belajar yang maksimal.
2. Guru mata pelajaran bahasa Bali diharapkan menjadikan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) sebagai salah satu
alternatif dalam pembelajaran bahasa Bali, terutama dalam struktur wangun
lengkara. Perlu adanya penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas lain atau tempat lain guna
mengembangkan langkah-langkah pembelajaran yang menyenangkan untuk
merangsang

dan

memotivasi

siswa

untuk

belajar,

terutama

dalam

menganalisis fungsi sintaksis wangun lengkara tunggal.


3. Pihak sekolah diharapkan agar senantiasa memfasilitasi siswa dengan sarana
dan prasarana yang diperlukan dalam belajar, berusaha mendatangkan buku-

120

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

buku pelajaran dan buku penunjang lainnya demi tercapainya tujuan


pembelajaran.

DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi dkk. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Arnawa, Nengah. 2008. Wawasan Linguistik dan Pengajaran Bahasa. Denpasar:
IKIP PGRI Bali.
Badulu Abdul Muis dan Herman. 2010. Morfosintaksis. Jakarta. Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2007. Linguitik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta:
Rineka Cipta.
Isjoni. 2013. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.
Paizaluddin dan Ermalinda. 2013. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Reseach). Bandung: Alfabeta.
Riyanto, Yatim. 2012. Paradigma Baru Pembelajaran. Surabaya: Kencana.
Sulaga, I Nyoman dkk (penyunting). 1996. Tata Bahasa Baku Bahasa Bali.
Denpasar: Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Bali.
Tinggen, I Nengah. 1984. Tata Basa Bali Ringkes. Singaraja: Indra Jaya.
Trianto. 2012. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana.

121

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND


EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI
UNSUR-UNSUR PEMBANGUN PUISI BALI ANYAR PADA SISWA
KELAS X AP 2 SMK N 5 DENPASAR
TAHUN PELAJARAN 2014/2015

oleh
Wulan Fridayanti, NIM: 2011.II.2.0003
Program Study Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah
Bidang Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Bali
Abstrak
Pengajaran puisi masih berorientasi pada guru. Guru lebih banyak
menggunakan metode ceramah dalam pengajaran puisi di kelas. Berdasarkan latar
belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu: (1) Apakah
model pembelajaran student facilitator and explaining efektif diterapkan untuk
meningkatkan kemampuan memahami unsur-unsur pembangun puisi Bali anyar
pada siswa kelas X AP 2 SMK N 5 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015? (2)
Bagaimanakah respon siswa kelas X AP 2 SMK N 5 Denpasar tahun pelajaran
2014/2015 terhadap penerapan model pembelajaran student facilitator and
explaining untuk meningkatkan kemampuan memahami unsur-unsur pembangun
puisi Bali anyar?
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar
memahami unsur-unsur pembangun puisi Bali anyar, serta untuk mengetahui
respon dengan pembelajaran student facilitator and explaining. Pada penelitian ini
digunakan beberapa landasan teori, antara lain: (1) model pembelajaran student
facilitator and explaining, (2) langkah-langkah model pembelajaran student
facilitator and explaining, (3) kelebihan model pembelajaran student facilitator
and explaining, (4) apresiasi sastra, (5) tujuan apresiasi sastra, (6) tahapan-tahapan
apresiasi sastra, (7) pengertian puisi, (8) pengertian puisi Bali anyar, (9) unsurunsur puisi, (10) memahami puisi Bali anyar.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran
student facilitator and explaining dapat meningkatkan kemampuan memahami
unsur-unsur pembangun puisi Bali anyar pada siswa, sebelum tindakan nilai ratarata siswa, yaitu 68,15 pada pra silkus meningkat menjadi 81,15 dengan predikat
baik pada siklus I dan mendapat respon sangat baik dengan rata-rata 92,58.
Oleh karena itu, saran yang hendak disampaikan adalah guru sebaiknya
lebih menggunakan model pembelajaran student facilitator and explaining untuk
meningkatkan kemampuan memahami unsur-unsur pembangun puisi Bali anyar.
Kata kunci: puisi Bali anyar, pembelajaran student facilitator and explaining

122

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

Abstract
Poetry teaching is still oriented to the teachers these day. Teachers are
more using lecture method to teaching poetry on the class. According to it, it can
be defined some problems : (1) is Student facilitator and explaining model
effective to implemented in order to increasing students understanding skill of
Bali anyar poetry elements builder on SMK N 5 Denpasar 10 Grade students on
2014/2015 school years? (2) How is students of SMK N 5 Denpasar 10 Grade on
2014/2015 school years responding to Student facilitator and explaining model
implementation in order to increasing Bali anyar poetry build elements
understanding skill?
The purpose of this research is to increasing studying result on
understanding Bali anyar poetry builder elements, and also to know the
responses of using Student facilitator and explaining method. This research is
using some theoretical basis, which is : (1) Student facilitator and explaining
studying model, (2) Student facilitator and explaining studying model steps, (3)
Advantage of Student facilitator and explaining studying model, (4) literature
appreciation, (5) literature appreciation purpose, (6) step by step of literature
appreciation, (7) Understanding of poetry, (8) Understanding of Bali anyar
poetry, (9) poetry elements, (10) how to understanding Bali anyar poetry.
The research result showing that implementation of Student facilitator and
explaining model can increasing understanding skill of Bali anyar poetry builder
elements, before it implemented students average value is 68,15, on pre-cycle it
increased to 81,15 with good predicate on predicate I and got great responses
with average value of 92,58.
According to it, it is recommended that teachers better using Student
facilitator and explaining study to increasing understanding skill of Bali anyar
poetry builder elements.
Keywords : Bali anyar poetry, Student facilitator and explaining study

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Secara umum kesusastraan Bali dapat digolongkan menjadi dua kelompok
menurut masanya, yaitu Sastra Bali Purwa dan Sastra Bali Anyar. Sastra Bali
Purwa adalah warisan sastra Bali yang mengandung nilai-nilai tradisional
masyarakat pendukungnya. Dalam hal ini, nilai-nilai tersebut dianggap sebagai
unsur-unsur budaya asli atau cermin dari pada kehidupan masyarakat

123

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

pendukungnya. Sastra Bali Anyar adalah sastra yang mengandung unsur-unsur


masukan baru dari suatu kebudayaan (sastra) modern dewasa ini, seperti cerpen,
novel/roman, puisi, drama, dan lain-lain (Disbud, 2006:5).
Penelitian ini meneliti pada karya sastra modern yaitu Puisi Bali,
khususnya puisi Bali Anyar tidak jauh berbeda dengan puisi Indonesia baru, baik
dari segi pengertian, unsur-unsur, maupun ciri-cirinya. Pengajaran puisi memiliki
peranan yang sangat penting. Karena pengajaran puisi bertujuan untuk mendidik
anak yang peka terhadap perasaan dan pikiran, serta mempunyai wawasan yang
luas sehingga mempunyai minat dan kesenangan membaca serta mempelajari
puisi. Kesenangan terhadap puisi haruslah tumbuh dari keinginan sendiri,
keinginan yang didukukung oleh bakat dan minat anak. Minat sangatlah besar
pengaruhnya dalam membaca dan mempelajari puisi. Karena, kalau dalam diri
anak ada bakat untuk dapat mengapresiasikan puisi, tetapi tanpa minat maka anak
akan menganggap bacaan puisi adalah bacaan yang biasa, lebih-lebih untuk
menganalisisnya. Tetapi sebaliknya, bakat disertai minat dan pengetahuan yang
dimiliki tentang puisi serta pengalaman pribadinya dalam membaca, akan dapat
lebih mudah dalam memahami teks puisi.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa dan sastra Bali, pengajaran
sastra memiliki peranan penting dalam setiap pembicaraan berobjek sastra, acuan
pembicaraannya mengarah pada unsur seni dan media bahasa terutama pada pesan
atau misi yang dibawanya. Berdasarkan observasi awal dan hasil wawancara
dengan guru bidang studi bahasa Bali yang dilakukan di SMK N 5 Denpasar pada
kelas X AP 2 tahun pelajaran 2014/2015, ditemukan adanya beberapa masalah
yang dihadapi guru dalam mengajar bahasa Bali khususnya materi memahami
unsur-unsur pembangun puisi bali anyar, yakni siswa belum memahami unsurunsur pembangun puisi bali anyar. Ketidakpahaman siswa terhadap materi
memahami unsur-unsur pembangun puisi bali anyar terlihat dari kurang
mampunya siswa membedakan antar unsur pembangun puisi Bali anyar yang
memiliki pemahaman berbeda, belum memahami unsur satu dengan yang lain
yang seharusnya setiap unsur-unsur pembangun puisi Bali anyar memiliki
fungsinya masing-masing, dan belum paham bagaimana memahami unsur-unsur

124

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

puisi Bali anyar dengan tepat. Sedikitnya pengetahuan siswa terhadap karya sastra
membuat siswa sulit memahami unsur-unsur pembangun puisi Bali anyar.
Guru perlu menerapkan cara mengajar yang beragam, salah satu model
pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru adalah model pembelajaran student
facilitator and explaining. Model pembelajaran Student facilitator and explaining
merupakan salah satu dari pendekatan komunikatif. Model pembelajaran Student
facilitator and explaining adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada
siswa dimana tugas guru sebagai fasilitator diambil alih oleh siswa dan siswa
bertanggung jawab sendiri akan hasil belajarnya yang tentu pada akhir
pembelajaran akan disimpulkan oleh guru. Keuntungan menerapkan model
pembelajaran Student facilitator and explaining adalah materi yang dipelajari
diingat lebih lama dan lebih bermakna, sebab berusaha sendiri untuk mencari
pengetahuan dari berbagai sumber, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar
bermakna bagi siswa. Melatih siswa untuk menjadi guru, karena siswa diberi
kesempatan untuk mengulangi penjelasan guru yang telah didengar. Memacu
motivasi siswa untuk memnjadi yang terbaik dalam menjelaskan materi ajar dan
mengetahui kemampuan siswa dalam menyampaikan ide atau gagasan.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis melakukan
penelitian tentang Penerapan Model Pembelajaran Stident Facilitator And
Explaining

untuk

Meningkatkan

Kemampuan

Memahami

Unsur-unsur

Pembangun Puisi Bali Anyar Pada Siswa Keleas X AP 2 SMK N 5 Denpasar


Tahun Pelajaran 2014/2015.

1.2 Tujuan Penelitian


Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut. Mengembangkan kecakapan berpikir kritis, kreatif, dan sistematis pada
siswa kelas X AP 2 SMK N 5 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015. Turut serta
dalan pembinaan, pengembangan, dan pelestarian budaya Bali pada siswa SMK
sehingga bahasa dan sastra Bali dapat lestari. Selain tujuan umum penelitian ini
juga memiliki tujuan khusus yang ingin dicapai. Adapun tujuan-tujuan tersebut
dapat dirumuskan sebagai berikut. Untuk mengetahui efektivitas penerapan model

125

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

pembelajaran student facilitator and explaining untuk meningkatkan kemampuan


memahami unsur-unsur pembangun pusi Bali anyar pada siswa kelas X AP 2
SMK N 5 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015. Untuk mengetahui respon siswa
kelas kelas X AP 2 SMK N 5 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 terhadap
penerapan model pembelajaran student facilitator and explaining untuk
meningkatkan kemampuan memahami unsur-unsur pembangun pusi Bali anyar.
1.3 Landasan Teori
Landasan teori adalah teori-teori yang digunakan sebagai landasan untuk
berpikir dalam sebuah penelitian. Terlepas dari semua itu, dalam penelitian ini
diuraikan beberapa teori. Adapun teori-teori antara lain: (1) apresiasi sastra, (2)
tujuan apresiasi sastra, (3) tahapan-tahapan apresiasi sastra, (4) pengertian puisi,
(5) pengertian puisi Bali anyar, (6) unsur-unsur puisi, (7) memahami puisi Bali
anyar, (8) model pembelajaran student facilitator and explaining, (9) langkahlangkah model pembelajaran student facilitator and explaining, (10) kelebihan
model pembelajaran student facilitator and explaining.
a. Apresiasi Sastra
apresiasi sastra berarti suatu penghayatan terhadap sastra itu sendiri. Dapat
juga dikatakan para penikmat sastra menggali karya sastra itu dengan baik dan
penuh kegairahan serta menghargai pengalaman-pengalaman sastrawan yang
diungkapkan dengan jujur dan sungguh-sungguh lewat karyanya.
b. Tujuan Apresiasi Sastra
Menurut Antara (2010:9) Apresiasi sastra memeliki tujuan khususnya
dalam pengajaran puisi yaitu untuk menguasai teori dan mampu memahami apa
yang tersirat dan yang tersurat. Maka dari itu, siswa diajar supaya lebih mandiri,
berani mengemukakan pendapatnya, memiliki rasa bangga, dan merasakan ikut
berpatisipasi memilikinya.
c. Tahapan-tahapan Apresiasi Sastra
Menurut Natawidjaja (1982: 2-4) menggungkapkan tahapan-tahapan
tersebut adalah: (1) tahap penikmatan, (2) tahap penghargaan, (3) tahap
pemahaman, (4) tahap penghayatan, (5) tahap implikasi. Untuk lebih jelasnya

126

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

tahapan-tahapan tersebut akan diuraikan seperti di bawah ini. Dari kelima tahapan
di atas, penelitian ini termasuk tahapan yang ketiga, yaitu tahap pemahaman. Pada
tahapan ini penikmat melakukan tindakan meneliti, menganalisis unsur-unsur
pembangun puisi serta berusaha menyimpulkanya.
d. Pengertian Puisi
puisi adalah bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata indah dan
kaya dengan makna. Keindahan sebuah puisi disebabkan oleh diksi, majas, rima,
dan irama yang terkandung dalam karya sastra itu. Puisi menggunakan bahasa
yang ringkas, namun maknanya sangat kaya. Kata-kata yang digunakannya adalah
kata-kata konotatif yang mengandung banyak penafsiran dan pengertian.
e. Pengertian Puisi Bali Anyar
Puisi Bali Anyar dapat diartikan sebagai gendre (ragam) sastra berbahasa
Bali yang terikat oleh irama serta penyusunan tipografi yang berupa larik-larik
atau bait-bait. Bentuknya yang bebas itulah yang antara lain menyebabkan
iramanya menjadi bebas pula, dalam arti tidak terikat pada pola tertentu, seperti
pupuh dan geguritan (Rai Putra, 2013:1).
f. Unsur-unsur Puisi
Secara garis besar, unsur-unsur puisi terbagi menjadi dua macam, yakni
struktur fisik dan struktur batin, dimana kedua unsur ini bersifat padu dan tidak
bisa dipisahkan satu sama lainnya.
g. Memahami Puisi Bali
memahami sebuah karya sastra puisi Bali modern, pembaca atau siswa
harus mampu menangkap arti yang tersembunyi di balik kata-kata yang tersurat
itu, karena pada umumnya penyair mengambil kata-kata yang tidak dipergunakan
dalam percakapan sehari-hari. Tujuan utamanya adalah agar ia mampu
mengungkapkan perasaan dengan kata-kata yang sesuai dengan perasaannya.
h. Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining
model pembelajaran Student facilitator and explaining adalah suatu model
pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana tugas guru sebagai fasilitator
diambil alih oleh siswa dan siswa bertanggung jawab sendiri akan hasil belajarnya

127

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

yang tentu pada akhir pembelajaran materi pembelajaran dan gagasan dari peserta
didik akan disimpulkan oleh guru.
2. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan bagian yang sangat penting bagi suatu
penelitian. Tercapai tidaknya suatu tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
sangat tergantung dengan metode yang digunakan.
2.1 Metode Observasi
Observasi adalah proses yang dilakukan untuk memperoleh hasil atau data
dalam suatu penelitian, yang berkaitan dengan situasi dan kondisi dari subjek
yang diteliti. Dalam penelitian ini, metode observasi digunakan untuk mengetahui
respon siswa terhadap penggunaan model pmbelajaran student facilitator and
explaing dalam meningkatkan kemampuan siswa memahami unsur-unsur
pembangun puisi Bali Anyar.
2.2 Metode Tes
Menurut Sanjaya (2011:103) tes adalah instrumen pengumpulan data
untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif, atau tingkat penguasaan
materi pembelajaran.

3. Analisis Data
3.1 Mengubah Skor Mentah Menjadi Skor Standar
Skala seratus disebut skala persentil. Rumus yang digunakan untuk
mengubah skor mentah menjadi skor standar adalah sebagai berikut.

P = x 100
Keterangan:
P = Persentil
X = Skor yang dicapai
SMI = Skor Maksimal Ideal
(Nurkancana dan Sunartana, 1992:92).

128

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

3.2 Menentukan Kriteria Predikat


Untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam memahami unsurunsur pembangun puisi Bali Anyar dengan penerapan model pembelajaran student
facilitator and explaining digunakan predikat yang diadaptasi dari rapor SMK N 5
Denpasar sebagai berikut.
No
Skor Standar
Predikat
1
90-100
Sangat Baik
2
75-89
Baik
3
60-74
Cukup
4
0-59
Kurang
(Diadaptasi dari buku laporan hasil belajar SMK N 5 Denpasar)
3.3 Mencari Skor Rata-rata
Untuk memperoleh skor rata-rata kemampuan siswa dalam memahami
unsur-unsur pembangun puisi Bali anyar dengan Penerapan Model pembelajaran
Student Facilitator and Explaining dicari dengan rumus:
M=

Keterangan:
M

= Mean (Nilai Rata-rata)

= Jumlah Nilai

= Jumlah Sampel Penelitian


(Nurkencana dan Sunartana, 1992:174)

3.4 Hasil
Hasil tes pada pra siklus menunjukkan bahwa jumlah siswa yang
mengikuti tes pemahaman pada pra siklus adalah 40 orang dan diperoleh hasil
bahwa hanya 6 orang (15%) yang tuntas dengan kategori baik dan 34 orang (85%)
berada pada kategori cukup. Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 60 dan
nilai tertinggi adalah 77, dengan rata-rata nilai 68,15 dan presentase ketuntasan
klasikal pada pra siklus adalah 15%.
Tes pemahaman pada siklus I diikuti oleh 40 orang siswa dengan hasil 36
orang siswa (90%) berada pada kategori baik dan 4 orang siswa berada pada
kategori cukup. Nilai terendah pada siklus I adalah 63 dan nilai tertinggi adalah

129

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

88, dengan nilai rata-rata 81,15 dan ketuntasan klasikal adalah sebesar 90%.
Respon yang diberikan siswa terhadap penerapan model pembelajaran student
facilitator and explaining berada pada kategori sangat baik, di mana 16 orang
siswa (40%) memberikan respon sangat positif, 18 orang siswa (45%)
memberikan respon positif dan 6 orang siswa (15%) memberikan respon cukup..
4. Simpulan
4.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan, dapat
ditarik simpulan sebagai berikut.
1. Penerapan model pembelajaran student facilitator and explaining dapat
meningkatkan pemahaman siswa kelas X AP 2 SMK N 5 Denpasar tahun
pelajaran 2014/2015 terhadap unsur-unsur pembangun puisi Bali anyar. Hal ini
terbukti dari hasil tes yang dilaksanakan, terlihat adanya peningkatan nilai ratarata sebesar 13 dari prasiklus ke siklus I. Pada prasiklus nilai rata-rata siswa
adalah 68,15 meningkat menjadi 81,15 pada siklus I. Nilai rata-rata yang
dicapai siswa pada siklus I telah memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM
75) dengan kategori baik. Ketuntasan belajar secara klasikal pun telah sesuai
dengan indikator keberhasilan yang ditentukan yakni 75%. Pada prasiklus
ketuntasan belajar klasikal hanya sebesar 15%, meningkat menjadi 90% pada
siklus I.
2. Respon yang diberikan oleh siswa kelas X AP 2 SMK N 5 Denpasar tahun
pelajaran 2014/2015 terhadap penerapan model pembelajaran student
facilitator and explaining dalam materi memahami unsur-unsur pembangun
puisi Bali anyar tergolong sangat baik. Respon ini meningkat sebesar 4,05
dari prasiklus ke siklus I. Pada pra siklus respon siswa mencapai 61,07 dan
tergolong cukup meningkat menjadi 92,58 pada siklis I.

Respon yang

diberikan siswa terhadap penerapan model pembelajaran student facilitator


and explaining berada pada kategori sangat baik, di mana 16 orang siswa
(40%) memberikan respon sangat baik, 18 orang siswa (45%) memberikan
baik dan 6 orang siswa (15%) menberikan respon cukup.

130

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015


ISSN 2089-8460

4.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan terkait dengan penelitian yang telah
dilaksanakan antara lain sebagai berikut.
1. Bagi

siswa

yang

memperoleh

nilai

tinggi

diharapkan

agar

tetap

mempertahankan bahkan meningkatkan prestasinya. Bagi siswa yang


memperoleh nilai rendah agar lebih giat dalam belajar untuk mendapatkan hasil
yang maksimal.
2. Bagi guru mata pelajaran bahasa Bali agar model pembelajaran student
facilitator and explaining dijadikan bahan pertimbangan untuk diterapkan guna
mengatasi permasalahan dalam pembelajaran, begitu pula untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis terutama ketika menghadapi permasalahan terkait
materi yang dipelajari, yaitu memahami unsur-unsur pembnagun puisi Bali
anyar.
3. Bagi pihak sekolah, hendaknya model pembelajaran student facilitator and
explaining dijadikan bahan pertimbangan untuk diterapkan pada pelajaran lain
serta memfasilitasi instrument pendukung yang diperlukan guna mengatasi
permasalahan dalam pembelajaran.

DAFTAR RUJUKAN
Antara, I.G.P. 2010. Telaah Wacana Puisi Bali Modern. Singaraja: FKIP UNUD.
Dinas Kebudayaan Bali. 2006. Sastra Bali Anyar. Republik Indonesia.
Natawidjaja. 1982. Apresiasi Sastra dan Budaya. Jakarta: PT. Intermasa.
Nurkencana, Wayan dan PPN Sunartana. 1992. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya:
Usaha Nasional.
Rai Putra, Ida Bagus. 2013. Puisi Bali Modern (Anyar). Denpasar.
Sanjaya, Wina. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Fajar Interpratama.

131

Anda mungkin juga menyukai