ISSN 2089-8460
Pengantar Redaksi
Redaksi
Halaman
Pengantar Redaksi .........................................................................................
i
Daftar Isi .......................................................................................................
ii
Anggah-Ungguh Basa Bali dan Tata Tulis Lagu Pop Bali A.A. Raka
Sidan, Judul Song Bererong
I Nyoman Suwija.. .........................................................................................
18
29
41
53
65
78
95
109
ii
iii
122
STILISTETIKA
JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
Penanggung Jawab
Dekan FPBS IKIP PGRI Bali
Redaksi :
Ketua
Sekretaris
Bendahara
Anggota
Sirkulasi:
I Nyoman Sadwika, S.Pd., M.Hum.
Putu Agus Permanamiarta, S.S., M.Hum.
Administrasi :
Luh De Liska, S.Pd., M.Pd.
Ni Luh Purnama Dewi
Ermawan Setyaningsih
Gusti Ngurah Okta Diana Putra
1. Pendahuluan
Kehidupan seni suara di Bali tidak dapat dipisahkan dari bidang seni sastra
lisan, seperti yang terlihat pada tradisi mabebasan atau masanti yaitu melantunkan
tembang-tembang Bali purwa yang disertai pembahasan arti dan maknanya.
Kegiatan tersebut masih marak di kalangan masyarakat Bali dan merupakan
warisan budaya yang bernuansa pendidikan moral sehingga perlu dilestarikan dan
diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Menurut Esten (1993: 1), sastra lisan merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari sastra tulis. Sebelum munculnya sastra tulis, sastra lisan telah
berperan membentuk apresiasi sastra masyarakat. Setelah ada sastra tulis pun,
sastra lisan hidup terus dan berdampingan dengan sastra tulis. Oleh karena itu,
studi tentang sastra lisan merupakan hal yang cukup penting bagi para ahli yang
memahami peristiwa perkembangan sastra, asal mula genre sastra, serta
penyimpangan yang terjadi.
Suwija dan Manda (2014: 92) mengatakan, Gending atau tembang dalam
khazanah kesusastraan Bali tergolong ke dalam susastra lisan, yaitu sastra yang
diajarkan secara turun-temurun dari mulut ke mulut oleh para orang tua kepada
anak-cucunya, baik jenis lagu anak-anak (sekar rar), tembang geguritan (sekar
alit), tembang kidung (sekar madia), maupun tembang kakawin (sekar agung).
Darma Putra (2004: 4) mengatakan, Sejak tahun 1970-an di Bali tumbuh
dan berkembang jenis tembang Bali yang disebut Lagu Pop Bali karena syairnya
menggunakan bahasa daerah Bali dan diiringi musik populer. Lahirnya lagu pop
Bali dipelopori oleh seorang musisi Bali yang bernama Anak Agung Made Cakra.
Beliaulah perintis sebuah group Band Putra Dewata yang sempat pentas keliling
menghibur masyarakat, baik ke hotel-hotel, ke tempat acara-acara resmi, bahkan
sampai ke desa-desa. Di samping itu, juga direkam pada studio rekaman Bali
Record untuk bahan siaran radio dan dikomersialkan pada toko-toko kaset.
Kesemarakan cipta lirik lagu-lagu pop Bali sempat terhenti selama belasan
tahun, namun sejak akhir tahun 1990-an kembali diminati dan mulai dikemas
lebih professional. Pada masa itu, kembali dikenal sejumlah nama penyanyi lagu
pop Bali yang baru, di antaranya: Yong Sagita, Yan Bero, Ketut Bimbo, Komang
Rani, dan Alit Adiari, dan lain-lain. Aransemen musik yang mengiringi lagu-lagu
pop Bali tersebut tampak semakin baik setelah menggunakan nada tembang Bali
jenis plog yaitu saih gong kebyar dan selndro atau saih gendr.
Dalam perkembangan berikutnya, lagu-lagu pop Bali direkam juga ke
dalam kaset Video CD dengan latar perekaman yang indah dan diiringi musik
kontemporer khas Bali. Kesemarakan lagu pop Bali belakangan ini nampak terus
berlanjut dan mendapat perhatian yang serius di kalangan masyarakat Bali, lebihlebih dengan munculnya penyanyi Bali, seperti Widi Widiana, Ayu Suandewi,
Bayu KW, Mang Jana, Ketut Warnata, Tutik, Yanse, Sudiana, Gusti Sudharsana,
Ayu Damayanti, Dek Ulik, Man Senior, A. A. Raka Sidan, dan banyak lagi yang
lainnya.
Dalam penelitian ini dipilih lagu pop Bali karya Anak Agung Raka Sidan
yang berjudul Song Berrong. Lagu yang satu ini sangat dikenal oleh
masyarakat Bali bahkan sampai ada yang menerjemahkan ke dalam bahasa Jawa.
Di samping itu, lagu ini menggunakan bahasa Bali yang terkesan sebagai basa
alus (bahasa yang menghormat), namun di dalamnya terdapat cukup banyak
kekeliruan, baik pemakaian anggah-ungguh basa Balinya, maupun penulisannya.
Dengan demikian lirik lagu Song Berrong ini merupakan objek yang menarik
untuk diteliti.
Bahasa Bali sebagai alat komunikasi, sangat tergantung pada situasi pembicaraan
dan partisipannya. Siapa berbicara, bersama siapa berbicara, dan siapa yang
dibicarakan.
Jika si pembicara seorang yang berkasta rendahan (Wangsa Jaba atau
Sudra Wangsa) berbicara terhadap orang yang berkasta lebih tinggi (Tri Wangsa),
maka yang digunakan adalah bahasa Bali alus (menghormat). Namun sebaliknya,
apabila seorang Tri Wangsa berbicara kepada atau membicarakan tentang Wangsa
Jaba, maka bahasanya adalah basa andap (lepas hormat) (Suwija, 2014: 20).
Situasi atau status sosial partisipan itulah yang berdampak besar terhadap
kebenaran bahasa yang dikeluarkan oleh pihak pembicara. Jika dikaitkan dengan
pemahaman bahasa Bali para pengarang lagu pop Bali, tentu ada masalah besar
yang dapat diangkat. Apakah para penulis lirik lagu pop Bali telah memiliki
pengetahuan yang baik dan benar tentang anggah-ungguh basa Bali? Terkait
dengan hal itu, bagaimanakah pemakaian Bali Bali pada lirik lagu pop Bali Song
Berrong Raka Sidan? Apakah anggah-ungguh basa Balinya sudah benar? Oleh
karena pada hasil perekaman lagu tersebut disertai tulisannya untuk berkaraoke,
apakah tata penulisannya sudah benar sesuai kaidah Ejaan Bali Latin?
Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan tulisan ini adalah untuk dapat
mendeskripsikan pemakaian bahasa Bali pada lirik lagu pop Bali Song
Berrong A. A. Raka Sidan, baik menganai anggah-ungguh basanya maupun
kebenaran tata tulisnya. Dengan demikian hasil penelitian ini diharapkan akan
bermanfaat untuk menuai kritik dan saran terhadap penggunaan bahasa Bali lagulagu pop Bali.
Dalam analisis digunakan teori strukturalisme semiotik. Penerapan teori
Strukturalisme didasari atas pemikiran Luxemburg (1986: 38), bahwa fokus inti
dari perhatian strukturalisme bukanlah bagian-bagiannya, melainkan hubungan
antara bagian-bagian tersebut. Teks lagu pop Bali Song Bererong merupakan
kesatuan unsur-unsur kebahasaan yang membangun makna. Sementara itu, teori
semiotik diterapkan karena lirik lagu pop Bali Song Berrong merupakan sistem
tanda yang penuh makna. Hal ini sesuai dengan pendapat Teeuw (1984: 44) yang
menyatakan bahwa karya sastra dapat dikaji dari aspek signifiant (formal atau
bunyi) pada system tanda dan aspek signifie (kemaknaan atau konseptual).
Penelitian ini diawali dengan studi dokumen yaitu mencari kaset rekaman
lagu pop Bali pada album A. A. Raka Sidan yang berjudul Song Berrong.
Salanjutnya lirik lagu tersebut ditranskripsi ke dalam bahasa tulis sebagai objek
penelitian. Jadi, objek penelitian ini adalah teks tertulis hasil transkripsi rekaman
lagu pop Bali Song Berrong.
Dalam pengumpulan data digunakan metode observasi dan teknik
pencatatan. Data yang diperoleh kemudian ditabulasi dan didecoding, yang
selanjutnya dianalisis secara interpretatif. Oleh karena teks lagu pop Bali Song
Berrong berbahasa daerah Bali, dalam proses analisis data disertai teknik
penerjemahan yaitu pengalihan amanat antarbudaya atau antarbahasa dalam
tuturan gramatikal dan leksikal dengan maksud efek dan wujud yang sedapat
mungkin dipertahankan (Kridalaksana dalam Hutomo, 1993: 19).
SONG BRERONG
(Raka Sidan)
Ampura crita niki jakti-jakti.
N tiang pegawai negeri,
dinas ring kantor bupati,
golongan tiang tinggi.
Yen unduk gajih pantesn tiang ba sugih,
malahan lebih maan sampingan disisi.
Nyaloin tanah pepesan tiang maan bati,
Kwala telahn tiang sing ngerti.
Tanbina buka porotin berrong.
Gajih telah disepirit,
batin tanah telah dikaf,
yang tergolong menengah, yang nilai rasa bahasanya berada di antara bahasa Bali
andap dan bahasa Bali alus.
Menurut Suwija (2014: 64), Basa madia inggih punika basa Balin san
makanten sakadi basa alus nanging wirasannyan kantun madia santukan akh
kawangun antuk kruna-kruna alus madia. Artinya, bahasa madia yaitu bahasa
Bali yang kelihatannya seperti bahasa halus, tetapi nilai rasanya masih menengah
karena banyak menggunakan kata-kata menengah. Jadi, basa madia merupakan
tingkatan bahasa Bali yang menengah, tidak andap/biasa, juga tidak terlalu halus.
Sebagai ciri utama basa madia, A. A. Raka Sidan ketika menyebut dirinya
menggunakan kata ganti tiang saya. Perhatikan petikan bait pertama berikut ini.
Ampura cerita niki jakti-jakti.
N tiang pegawai negeri,
dinas ring kantor bupati,
golongan tiang tinggi.
Terjemahan:
Permisi cerita ini jati-jati.
Ku ini pegawai negeri,
tugas di kantor bupati,
golonganku tinggi.
Pada baris ke-1, ada penggunaan kata niki ini. Kata niki termasuk
tingkatan kata alus madia karena masih ada yang nilai rasanya benar-benar halus
yaitu puniki ini. Pada baris kedua seperti ini N tiang pegaw negeri artinya
Ini saya pegawai negeri. Kata tiang yang termasuk kategori kata alus madia
sebagai ciri utama basa madia. Demikian juga halnya penggunaan kata tiang
saya pada baris ke-4, yaitu pada ungkapan golongan tiang tinggi yang berarti
golongan saya tinggi.
Pada paragraf ke-1, ada juga penggunaan sejumlah kata yang termasuk
kata alus mider yaitu kata: ampura maaf, jakti-jakti benar-benar, dan kata ring
di. Kata-kata tersebut termasuk kata alus mider karena semuanya memiliki
bentuk andap yaitu: kata ampura bentuk andapnya aksama, kata yukti-yukti
bentuk andapnya sajan-sajan benar-benar, dan kata ring bentuk andapnya di
di.
Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka bait pertama lagu pop Bali Song
Brerong menggunakan basa madia, yaitu bahasa daerah Bali yang nilai rasanya
menengah, tidak kasar, tidak biasa (andap) dan cukup halus atau menghormat,
namun cukup banyak kata-katanya yang mengandung nilai rasa biasa. Bagi
masyarakat yang bukan ahli bahasa Bali, akan merasakan bahasa tersebut seperti
bahasa yang halus.
Berikut akan dikemukakan sejumlah kata yang terkategori kurang halus
bahkan cenderung kata biasa atau andap. Pada baris kedua liriknya berbunyi Ne
tiang pegawe negeri, dinas ring kantor bupati. Jika dianalisis, kata ne ini
termasuk kata andap biasa, kata pegawe pegawai termasuk kata mider yaitu
kata yang tidak memiliki bentuk halus; kata dinas yang bermakna bertugas juga
termasuk kata mider dari kata bahasa Indonesia yang juga tidak memiliki bentuk
halus. Gabungan kata kantor bupati juga sama-sama kata mider yang tidak
memiliki bentuk halus. Selanjutnya, akan dianalisis kutipan bait yang kedua
sebagai berikut.
Yen unduk gajih pantesn tiang ba sugih,
malahan lebih maan sampingan disisi,
nyaloin tanah pepesan tiang maan bati,
kwala telahn tiang sing ngerti.
Terjemahan:
Jika tentang gajih harusnya aku sudah kaya,
malahan lebih dapat ceperan di luar,
menjadi calo tanah aku sering mendapat untung,
tetapi habisnya aku tidak ngerti.
Jika dicermati, pada saat ini (kutipan ini) posisi seorang Raka Sidan masih
berbicara pada audiens seperti pada lirik lagu yang pertama. Oleh karena dia
masih berbicara kepada orang banyak yang sudah tentu akan sangat beragam
status sosialnya, seharusnya menggunakan bahasa Bali yang tingkatan halus atau
paling tidak tingkatan bahasa Bali madia atau menengah.
Pada baris pertama lirik ini, yaitu Yen unduk gajih pantesn tiang ba
sugih yang artinya Jika tentang gaji harusnya saya sudah kaya, penggunaan
kata ganti tiang saya juga mencerminkan penggunaan basa madia. Jika ini
disadari dan disertai pemakaian bahasa yang konsisten tentu akan sangat bagus.
Sayang sekali Raka Sidan cukup banyak menggunakan tingkatan basa andap.
Contohnya kata yen jika, kata unduk tentang, kata pantesn seharusnya, dan
kata ba (suba) dah/sudah ini semuanya kata andap yang semestinya dibenahi
dengan penggunaan kata-kata yang bernilai rasa lebih halus atau kruna alus
mider.
Berdasarkan analisis ini dapat diberikan perbaikan baris kesatu lirik kedua
ini yaitu kata yen lebih halus yn/yning kalau/jika, kata unduk seharusnya indik
tentang, dan kata pantesn lebih halus patutn seharusnya, dan kata ba (suba)
bahasa halusnya ampun/sampun sudah.
Demikian pula pada baris kedua yang berbunyi Malahan lebih maan
sampingan di sisi, yang artinya Malahan lebih dapat ceperan di luar. Di sini
juga terjadi hal serupa, yaitu penggunaan kata-kata basa andap atau bahasa yang
lepas hormat yang semestinya menggunakan kata-kata yang halus atau madia.
Misalnya, kata lebih bisa diganti dengan kata lintang lebih, kata maan dapat
sebaiknya polih dapat, dan gabungan kata di sisi sebaiknya ring sisi di luar.
Selanjutnya ungkapan pada baris ketiga yaitu Nyaloin tanah pepesan
tiang maan bati yang maknanya Jadi calo tanah sering saya mendapat untung.
Kata nyaloin tanah termasuk jenis kata mider yang tidak memiliki bentuk halus
sehingga bisa dan benar dipakai pada konteks itu. Sementara itu, kata pepesan
lebih baik memakai bentuk alus mider yaitu seringan seringkali, kata tiang
sudah benar karena hal itu memang merupakan ciri basa madia. Selanjutnya
gabungan kata maan bati mendapat untung seharusnya diganti dengan kata polih
bati mendapat untung.
Pada baris keempat lirik ketiga lagu pop Bali Song Brerong ini juga
terdapat sejumlah kata yang patut diganti jika diinginkan bahasa lagu tersebut
lebih baik dan benar. Baris keempat dimaksud berbunyi Kewala telahn tiang
sing ngerti. Artinya Namun habisnya saya tidak mengerti. Kata kewala
namun/tetapi
sebaiknya
menggunakan
kata
kewanten
atau
nanging
tetapi tidak harus diganti karena tuntutan bunyi (vocal) akhir lirik tersebut adalah
suara i.
Berikut ini akan dilanjutkan analisis bahasa Bali yang tersurat pada lirik
ketiga, yang teks selengkapnya sebagai berikut.
Tanbina buka porotin brrong,
gajih telah disepirit,
batin tanah telah di kaf,
kurenan wawa ww.
Terjemahan
Tak obahnya bagai diporoti brerong,
gajih habis di judi sepirit,
untung tanah habis di kafe,
isteriku ribut wawa wewe.
Secara umum penggunaan bahasa Bali pada lirik kedua ini memiliki nilai
rasa yang lebih rendah lagi. Maksudnya, jika bait ke-1 cukup banyak kata-kata
yang bernilai rasa tinggi atau menghormat, pada bait kedua ini lebih banyak katakata yang nilai rasanya biasa atau andap. Misalnya pada baris pertama ada kata
alus madia tan tak yang sama artinya dengan kata ten singkatan dari kata
nenten tidak.
Demikian juga kata bina beda termasuk kata biasa atau andap yang
bentuk halusnya tios beda/lain atau matiosan berbeda/berlainan. Kata-kata
buka, telah, di, dan kurenan yang berarti bagai, habis, di, dan isteri juga
termasuk kata tingkatan biasa atau andap karena masing-masing punya bentuk
halus kadi, telas, ring, miwah rabi.
Sementara itu, pada lirik kedua ini ada jenis kata yang terkategori kruna
mider seperti: porotin, berrong, gajih, sepirit, bati, tanah, kaf, dan wawa-ww
yang bahasa Indonesianya masing-masing gaji, sepirit, untung, kafe, dan ribut
(marah-marah). Kata-kata tersebut semuanya termasuk tingkatan kruna mider,
yaitu kata-kata bahasa Bali yang seperti kata biasa atau andap namun tidak
memiliki bentuk lain yang terkategori bahasa halus.
Berdasarkan analisis anggah-ungguh kruna seperti terurai di atas dapatlah
disimpulkan bahwa lirik kedua lagu pop Bali Song Berrong ini termasuk
menggunakan basa madia, yaitu tingkatan bahasa Bali yang seperti bahasa halus,
10
namun nilai rasanya menengah karena kebanyakan kata-katanya dari bahasa yang
kurang atau tidak halus.
Di bawah ini akan dianalisis pemakaian bahasa Bali pada lirik keempat
yang selengkapnya sebagai berikut.
Yen kurenan nagih pipis baat liman,
yning tip waitrees iying liman nyelukin,
satus satak tali selukang tusing merasa,
an jumah payu mekenta.
Terjemahan:
Jika isteri minta uang, berat tangan memberi,
kalau ngetip waitris, ringan tanganku memberi,
seratus dua ratus ribu diambilkan tidak terasa,
yang di rumah tidak makan apa-apa.
Lirik ketiga ini menggunakan bahasa Bali yang tingkatan andap atau
biasa. Jika dilihat kebenaran penggunaan bahasa pada lirik ini, akan terdapat dua
tanggapan yaitu (1) apakah sang penyanyi menceritakan dirinya kpada pendengar
atau penonton? Sementara (2) apakah yang bersangkutan menceritakan
keadaannya pada dirinya sendiri atau sedang merenungi dirinya? Jika yang
dimaksudkan opsi (1), pemakaian bahasanya di sini keliru atau tidak tepat karena
manakala seorang Bali menceritakan keadaan dirinya kepada orang lain
seharusnya menggunakan bahasa yang tingkatan halus. Dengan demikian lirik
yang tepat untuk hal itu adalah sbagai berikut.
Yen kurenan nagih pipis baat liman,
yning tip waitrees iying liman nyelukin,
satus satak tali selukang nnten marasa,
sane jumah durus makeneta.
Terjemahannya:
Jika isteri minta uang, berat tangan memberi,
kalau ngetip waitrees, ringan tanganku memberi,
seratus duaratus ribu diambilkan tidak terasa,
yang di rumah tidak makan apa-apa.
Namun jika yang terjadi adalah opsi yang kedua, tentu penggunaan
bahasanya sudah benar menggunakan basa andap karena bahasanya itu bukan
untuk orang lain melainkan hanya untuk merenungi keadaan dirinya. Jadi dalam
hal ini dia bebas berbahasa yang tidak menghormat atau bukan bahasa yang
11
tingkatan halus.
Brikut ini akan dianalisis pemakaian kata-kata pada lirik lagu yang kelima
yang berbunyi demikian.
Apa mirib . . . lintang bubun bolong,
pipis liu n dikantong buka amah berrong,
n jani sing nyidang ngomong,
telahn disong berrong.
Terjemahan:
Apakah kira-kira, lintang lahirku bolong,
uang banyak yang di kantong, bagai dimakan bebrerong,
sekarang tidak bias ngomong,
habisnya di lubang bererong.
Secara umum penggunaan kata-kata bahasa Bali pada lirik ketiga ini
menggunakan basa andap. Yang termasuk tingkatan basa andap pada teks
tersebut antara lain: apa apa, mirib kira-kira, pipis uang, liu banyak, ne
ini, di di, buka bagai, ne ini jani sekarang, sing tak, nyidang mampu,
ngomong bebicara, dan telahne habisnya.
Kata yang lainnya seperti: lintang lintang bubune bubuku, bolong
berlubang, kantong saku, bererong tuyul, dan song lobang termasuk kruna
mider, yaitu kata-kata yang tidak memiliki bentuk hormat atau halus. Sementara
itu, ada satu kata pada baris kedua yaitu kata amah pakan yang termasuk
tingkatan kruna kata kasar, yaitu kata yang nilai rasanya jelek, tidak sopan,
cenderung digunakan untuk mencaci-maki dalam pertengkaran. Hal ini digunakan
karena dikenai pada brerong (binatang), bukan manusia.
Pipis telah, telah amah berrong,
Pipis telah, telahn di song berrong.
Terjemahan:
Uangku habis, habis dimakan bererong,
Uangku habis, habisnya di lubang bererong.
Pada lirik terakhir ini ada dua baris yang mirip. Kata pipis uang telah
habis, telahn habisnya di di termasuk jenis kata biasa atau andap karena
masing-masing memiliki bentuk halus. Kata pipis uang bentuk halusnya jinah,
kata telah atau telahne habis atau habisnya bentuk halusnya telas atau
telasnyane habisnya.
12
Kata amah pakan adalah sebuah kata yang termasuk tingkatan kata kasar
yaitu kata yang nilai rasanya jelek, tidak sopan, bahkan tidak menghormat. Hal ini
dibenarkan karena dipakai menyebut keadaan makan binatang dalam hal ini
berrong. Sementara kata bererong tuyul dan song berrong lubang tuyul
termasuk kategori kruna mider karena kedua kata tersebut tidak memiliki bentuk
halus.
5. Analisis Tata Tulis Lagu Pop Bali Song Berrong
Perekaman lagu pop Bali Song Brerong pada DVD yang terjual di pasaran
dilengkapi tayangan syairnya pada layar kaca untuk keperluan berkaraoke. Oleh
karena itu, tata penulisan lirik lagu tersebut merupakan objek yang menarik untuk
dianalisis berdasarkan tata Ejaan Bali Latin.
1) Kesalahan Penulisan Pangater (Awalan)
Pada teks lagu pop Bali Song Brerong terdapat kesalahan penulisan
awalan, hanya penulisan awalan ma- yang terlihat pada kutipan berikut.
Yen kurenan nagih pipis baat liman,
yning tip waitrees iying liman nyelukin,
satus satak tali selukang tusing merasa,
an jumah payu mekenta.
Terjemahan
Jika isteri minta uang, berat tangan memberi,
kalau ngetip waitris, ringan tanganku memberi,
seratus duaratus ribu diambilkan tidak terasa,
yang di rumah tidak makan apa-apa.
Jika kutipan di atas dicermati, pada baris ketiga terdapat kesalahan
penulisan kata merasa merasa yang seharusnya ditulis memakai vokal a
(marasa). Juga terdapat kesalahan tulis pada baris keempat yaitu kata mekenta
kelaparan seharusnya ditulis makenta. Aturannya, setiap awalan bahasa Bali
yang bersuara e ditulis memakai a (Suwija, 2011: 32).
13
14
kekeliruan. Hal ini memberikan indikasi bahwa penulis teks lagu tersebut kurang
memahami tata penulisan yang baik dan benar karena kemungkinan tidak pernah
mempelajari tata Ejaan Bali Latin.
Berdasarkan simpulan di atas, disarankan kepada pencipta lirik lagu pop
Bali agar memeriksakan hasil ciptanya pada ahli bahasa Bali sebelum direkam
agar menjadi konsumsi masyarakat yang baik dan benar. Lalu, kepada para
pemerhati budaya, khususnya seniman lagu pop Bali disarankan terus berkarya
guna ikut berperan dalam pemertahanan bahasa daerah Bali.
DAFTAR RUJUKAN
Darma Putra, I Nyoman. 2004. Kecenderungan Tema Politik dalam Perkembangan Mutakhir Lagu-lagu Pop Bali. (Makalah). Denpasar:
Universitas Udayana.
Esten, Mursal. 1993. Kesusastraan: Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung:
Angkasa.
Hutomo, Suripan Sadi. 1993. Cerita Kentrung Sarahwulan di Tuban. Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Luxemburg, Jan Van. Et.al 1986. Pengantar Ilmu Sastra. Edisi Kedua (Alih
Bahasa Dick Hartoko). Jakarta: Gramedia.
Suarjana, I Nyoman. 2011. Sor Singgih Basa Bali: Kebalian Manusia Bali dalam
Dharma Pepadikan, Pidarta, Sembrama Wecana, dan Dharma
Wecana. Denpasar: Tohpati Grafika Utama.
Suwija, I Nyoman. 2011. Ejaan Bali Latin (Diktat Kuiah). Program Studi
Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah, Fakultas Pendidikan Bahasa
dan Seni, IKIP PGRI Bali.
Suwija, I Nyoman dan I Gede Manda. 2014. Widia Sari 2: Basa lan Sastra Bali.
Denpasar: Sri Rama.
Suwija, I Nyoman. 2014. Tata Titi Mabaos Bali. Denpasar: Pelawa Sari.
Teeuw. A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka
Jaya.
17
Abstract
In this modern age, wrote the Balinese considered very difficult, especially
by students. It caused by low student interest in learning the language of Bali
especially Balinese script writing. Based on that researchers conduct research with
title lettered discourse ability to convert Latin script to Bali. Problems in this study
are (1) how the ability to convert Latin lettered discourse to the Balinese, (2) the
difficulty is faced by students in Latin lettered discourse convert to the Balinese, (3)
whether the factors that cause students to experience difficulties in converting
lettered discourse Latin script to Bali. This study aims to provide a clear picture and
on student achievement in Latin lettered discourse convert to Balinese script.
To support this research, the cornerstone of the theory discussed theories
that form the basis for this study include (1) understanding convert, (2) the notion of
discourse, (3) the history of the Balinese, (4) the Balinese, and (5) pangangge
Balinese script.
The method used in this study were (1) the method of determining the
subject of research, (2) approach the subject of research, (3) data collection methods,
and (4) the method of data processing. Method of determining the subject of the study
determined the sample number 80, the students of class X Food Service SMK Negeri
5 Denpasar academic year 2014/2015. Methods approach the subject of research
using empirical methods. In the method of data collection using the test method. The
type of test used is an essay test, which convert lettered discourse Latin script to Bali.
Data processing method used is descriptive statistical analysis.
Based on the data obtained by processing the average value the ability to
convert discourse Balinese script to Latin lettered class X Food Service SMK Negeri
5 Denpasar is 77. Of the 80 students who took the test, which reached KKM, 65
students (81.25%), and the not yet reached KKM, 15 students (18.75%). It can be
concluded, that the ability to convert the lettered discourse Latin Balinese script to
class X Food Service SMK Negeri 5 Denpasar In Academic Year 2014/2015 is good.
Keywords: convert, discourse, and the Balinese
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Keterampilan berbahasa yang perlu dilatih sedini mungkin, salah satunya
menulis, harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata.
Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui
latihan dan praktik yang banyak dan teratur (Tarigan, 2008:3-4). Jadi semakin sering
seseorang berlatih menulis maka semakin baik pula hasil tulisan yang akan
dihasilkan, baik dari segi penggunaan struktur kata dan penggunaan kosa kata yang
tepat.
Salah satu bentuk dari kegiatan menulis dalam pembelajaran bahasa Bali
adalah kegiatan mengonversi (mengubah). Mengonversi atau melakukan konversi
yang berarti mengubah (Kamus Besar Bahasa Indonesia:730). Mengonversi juga
dapat diartikan melakukan pengubahan dari suatu wacana secara keseluruhan tanpa
menghilangkan makna atau arti dari wacana tersebut. Dalam hal ini, pengubahan
yang dilakukan adalah mengubah wacana beraksara Latin ke aksara Bali. Kegiatan
mengubah dianggap penting, maka kegiatan mengubah tersebut dimasukkan dalam
silabus mata pelajaran bahasa, aksara, dan sastra Bali. hal tersebut berkenaan dengan
isi silabus satuan pendidikan SMA/SMK yang kopetensi dasarnya berbunyi
mengonversi wacana berhuruf Latin ke aksara Bali. Dengan harapan siswa dapat
memahami tata cara penulisan aksara Bali dengan penggunaan kaidah-kaidah pasang
aksara Bali dengan baik dan benar.
Mengonversi (mengubah) wacana berhuruf Latin ke aksara Bali harus
menggunakan kaidah-kaidah penulisan pasang aksara Bali yang merupakan
kebudayaan
yang
harus
dilestarikan.
Sesungguhnya
kegiatan
mengonversi
Bali, pada siswa sekolah menengah kejuruan. Peneliti akan menuangkannya dalam
penelitian yang berjudul Kemampuan Mengonversi Wacana Berhuruf Latin ke
Aksara Bali Siswa Kelas X Jasa Boga SMK Negeri 5 Denpasar Tahun Pelajaran
2014/2015.
1.2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut.
Secara umum penelitian ini adalah mengetahui kemampuan siswa dalam mengonversi
wacana berhuruf Latin ke aksara Bali, dan untuk pengembangkan bahasa dan sastra,
serta ikut melestarikan kebudayaan daerah. Tujuan khusus penelitian ini adalah
sebagai berikut. Untuk mengetahui kemampuan mengonversi wacana berhuruf Latin
ke aksara Bali siswa, untuk mengetehui kesulitan-kesulitan dalam mengonversi
wacana berhuruf Latin ke aksara Bali siswa, dan untuk mengetehui kesulitankesulitan dalam mengonversi wacana berhuruf Latin ke aksara Bali siswa Kelas X
Jasa Boga SMK Negeri 5 Denpasar tahun Pelajaran 2014/2015.
LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Mengonversi
Mengonversi atau melakukan konversi berarti mengubah, Kamus Besar
2.2
klausa yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya dan
mengandung makna secara utuh yang disampaikan secara lisan atau tulisan sehingga
21
dapat terjadi proses komunikasi yang bermakna dan harus disesuaikan dengan ejaan
bahasa Indonesia.
2.3
bahasa Bali dalam kehidupan sehari-hari. Disamping itu aksara Bali juga digunakan
untuk menuliskan rerajahan yang berkaitan dengan upacara keagamaan maupun yang
berkaitan dengan kekuatan magis. Tulisan atau aksara Bali sangat erat hubungannya
dengan pasang aksara Bali yang memuat aturan-aturan di dalam penulisan aksara
Bali. Menurut Simpen (1973:1), pasang aksara Bali adalah uger-uger nyurat aksara
yang artinya aturan-aturan di dalam menulis huru Bali. Pasang aksara Bali adalah
aturan-aturan dalam menulis bahasa Bali. Dalam bahasa Bali pasang aksara Bali ada
dua, yaitu pasang aksara Bali Latin yaitu aturan menulis bahasa Bali dengan bahasa
latin dan pasang aksara Bali yaitu aturan menulis bahasa Bali dengan aksara Bali.
2.4
Aksara Bali
Aksara Bali adalah huruf yang dipergunakan untuk menulis bahasa Bali dan
bahasa Jawa Kuna atau bahasa-bahasa yang lain yang diserap menjadi bahasa Bali.
Secara umum aksara dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu: 1) aksara wreastra,
2) aksara swalalita, dan 3) aksara modre. Pangangge aksara Bali terdiri dari tiga
yaitu: (1) pangangge suara, (2) pangangge ardasuara, (3) pangangge tengenan.
METODE PENELITIAN
Ada beberapa tahap dalam metode penelitian yaitu, (1) metode penentuan
subjek penelitian, (2) metode pendekatan subjek penelitian, (3) metode pengumpulan
data, dan (4) metode pengolahan data.
22
3.1
untuk menentukan subjek atau sarana penelitian yang akan diteliti oleh peneliti. Yang
menjadi subjek penelitian disini adalah siswa kelas X Jasa Boga SMK Negeri 5
Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015. Dalam menentukan subjek penelitian ada dua
cara yang bisa ditempuh: (1) meneliti seluruh subjek penelitian, yang disebut dengan
penelitian populasi atau (2) meneliti sebagian subjek penelitian, yang disebut dengan
penelitian sampel.
a. Populasi Penelitian
Adapun yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X
Jasa Boga SMK Negeri 5 denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015.
b. Sampel Penelitian
Menurut Riyanto (2013:30) sampel merupakan sebagian dari populasi yang
diharapkan dapat mewakili atau representatif populasi. Pengambilan sampel tidak
dapat dilakukan secara sembarangan, tetapi harus mengikuti teknik-teknik tertentu,
agar sampel yang dipilih nanti benar-benar dapat mewakili populasi. Dengan
demikian jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 80 orang. Untuk mendapatkan
sampel yang mewakili populasi, dalam penelitian ini menggunakan dua teknik
sampling, yaitu: (1) proporsional sampling dan, (2) random sampling.
3.2
adalah metode empiris. Metode empiris merupakan cara-cara yang dilakukan itu
dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan (Sugiyono, 2013:3).
Dalam metode ini, peneliti hanya meneliti gejala yang sudah ada tanpa berusaha
mengubah keadaan. Gejala yang dimaksud adalah mengonversi wacana berhuruf latin
ke aksara Bali.
23
3.3
metode
wawancara.
3.4
Hasil Penelitian
Dengan ditetapkan nilai 75 sebagai batas kriteria ketuntasan minimal (KKM)
dalam kemampuan mengonversi wacana berhuruf Latin ke aksara Bali, maka dapat
dilihat dari 80 siswa, 65 (81,25%) siswa dinyatakan tuntas, dan 15 (18,75%) siswa
dinyatakan tidak tuntas.
Tabel 4.1 Persentase Kemampuan Mengonversi Wacana Berhuruf Latin ke Aksara
Bali oleh
Pelajaran
2014/2015
Nilai
86-100
75-85
Siswa yang telah
mencapai KKM
Predikat
Baik Sekali
Baik
Jumlah Siswa
6
59
Persentase
7,5%
73,75%
Keterangan
Tuntas
Tuntas
65
81,25%
Tuntas
24
52-74
Cukup
15
18,75%
Tidak Tuntas
0-51
Kurang
0%
Tidak Tuntas
15
18,75%
Tidak Tuntas
5.1
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di sekolah mengenai
kemampuan mengonversi wacana berhuruf Latin ke aksara Bali oleh siswa kelas X
Jasa Boga SMK Negeri 5 Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut.
1) Kemampuan mengonversi wacana berhuruf Latin ke aksara Bali siswa kelas X
Jasa Boga SMK Negeri 5 Denpasar Tahun Peelajaran 2014/2015 adalah baik. Hal
ini ditunjukkan oleh skor rata-rata yang diperoleh siswa kela X Jasa Boga SMK
Negeri 5 Denpasar, Tahun Pelajaran 2014/2015 dalam mengonversi wacana
berhuruf Latin ke aksara Bali adalah 77. Sedangkan berdasarkan kriteria
ketuntasan minimal (KKM) yaitu 75 yang berlaku di SMK Negeri 5 Denpasar
Tahun Pelajaran 2014/2015 diperoleh hasil bahwa dari 80 orang siswa, 65
(81,25%) siswa dinyatakan tuntas, dan 15 (18,75%) siswa dinyatakan tidak tuntas.
2) Kesulitan yang dialami siswa pada saat mengonversi wacana berhuruf Latin ke
aksara Bali adalah dalam menggunakan/menerapkan pasang pageh aksara Bali
terutama penggunaan gantungan,gempelan, dan rangkepan wianjana.
25
3) Faktor penyebab kesulitan yang dialami oleh siswa dalam mengonversi wacana
berhuruf Latin ke aksara Bali disebabkan oleh 3 faktor yaitu: (1) faktor dari diri
siwa itu sendiri yang kurang senang terhadap mata pelajaran bahasa Bali, (2)
faktor yang disebabkan oleh guru, siswa kurang paham terhadap penjelasan yang
disampaikan oleh guru karena kurang memberikan contoh saat pengajaran
berlangsung, (3) alokasi waktu yang minim dalam pengajaran bahasa Bali
khususnya praktet menulis dengan aksara Bali.
5.2 Saran
Sehubungan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan dan sebagai tindak
lanjut dari simpulan yang telah diberikan di atas, maka dapat disarankan hal-hal
sebagai berikut.
1. Oleh karena kemampuan menulis wacana beraksara Bali pada rontal oleh siswa
kelas X Jasa Boga SMK Negeri 5 Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015 mencapai
kategori baik dengan skor rata-rata 77, guru diharapkan agar mampu
mempertahankan serta meningkatkan kualitas pengajaran bahasa Bali, khususnya
dalam materi mengonversi wacana berhuruf Latin ke aksara Bali, sehingga
prestasi siswa bisa lebih meningkat dari baik menjadi baik sekali.
2. Guru bidang studi bahasa Bali yang mengajar di SMK Negeri 5 Denpasar,
diharapkan dapat memberikan penjelasan mengenai pelajaran bahasa Bali
khususnya penggunaan uger-uger menulis aksara Bali dengan kata-kata yang
mudah dimengerti disertai dengan contoh-contoh saat mengajar.
3. Guru diharapkan dapat memilih metode yang tepat dan lebih kreatif dalam
menjelaskan
materi
menulis
dengan
aksara
Bali,
khususnya
dalam
4. Karena waktu belajar bahasa Bali, khususnya dalam menulis dengan aksara Bali
di sekolah sangat terbatas, disarankan kepada guru agar sering memberikan
latihan-latihan dan tugas-tugas kepada siswa menulis dengan aksara Bali sehingga
kemampuan siswa menulis dengan aksara Bali semakin baik.
5. Siswa harus lebih kreatif dan semangat berlatih menulis dengan aksara Bali,
karena semakin sering dilatih maka kemampuan akan menjadi semakin baik.
Serta secara tidak langsung merupakan salah satu upaya untuk pelestarian
kebudayaan Bali itu sendiri.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Riyanto, Agus. 2013. Statistik Deskriptif. Yogyakarta: Nuha Media.
Simpen, Wayan. 1973. Pasang Aksara Bali. Denpasar: Upada Sastra.
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
27
oleh
I Made Dede Beny Rasgita, NIM 2011.II.1.0017
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah
Bidang Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Abstrak
Menulis dipergunakan untuk melaporkan/memberitahukan dan
mempengaruhi maksud. Tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh
orang-orang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakannya dengan jelas.
Salah satu kegiatan menulis ialah menulis proposal kegiatan. Proposal merupakan
suatu bentuk rencana atau rancangan yang tertuang dalam bahasa tulis. Jika kita
akan menyelenggarakan suatu kegiatan, biasanya terlebih dahulu kita harus
menyusun sebuah proposal kegiatan untuk keperluan permohonan izin atau
permohonan bantuan dana. Dalam menulis proposal yang merupakan salah satu
contoh bentuk tulisan yang memerlukan kualitas penggunaan bahasa Indonesia
yang baik sehingga tujuan dan maksud dari proposal dapat dipahami dengan tepat
oleh pembacanya.
Berdasarkan latar belakang diatas, tujuan penelitian ini untuk mengetahui
bagaimanakah kualitas proposal kegiatan Porsenijar karya siswa kelas X SMK
Negeri 3 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015.
Adapun teori yang melandasi penelitian ini adalah 1) pengertian menulis,
2) pengertian proposal, 3) jenis-jenis proposal, 4) teknik penulisan proposal
kegiatan, 5) diksi, 6) kalimat, 7) alenia, dan 8) EYD. Dalam pencapaian tujuan
diatas, penelitian ini menggunakan empat metode: 1) metode penentuan subjek
penelitian, 2) metode pendekatan subjek penelitian, 3) metode pengumpulan data,
dan 4) metode pengolahan data.
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa kualitas proposal kegiatan
Porsenijar karya siswa SMK Negeri 3 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015
hasilnya tergolong baik, dengan rata-rata siswa yaitu 85.
Kata kunci: proposal, Porsenijar
Abstract
Writing used to report/inform and influence the mean. Such objectives can
only be achieved by either by people who can organize their thoughts and speak
them clearly. One of the activities of writing is to write a proposal. Proposal is a
form of plans or designs contained in the written language. If we are going to
organize an activity, usually first we must prepare a proposal for the purposes of
29
the license application or request for financial assistance. In writing the proposal,
which is one example of writing that requires the use of Indonesian quality is
good so that the purpose and intent of the proposal can be correctly understood
by the reader.
Based on the background above, the purpose of this study can be
formulated as follows how is the quality of Porsenijar proposal created by
students class X SMK Negeri 3 Denpasar academic year 2014/2015.
The theory underlying this study were 1) definition of writing, 2) definition
the proposal, 3) the types of proposal, 4) technical writing of activity proposal, 5)
diction, 6) sentences, 7) Paragraph, and 8) enhanced spelling. In achieving the
above objectives, this study used four methods: 1) the method of determining the
research subject, 2) approach the research subject, 3) data collection method, and
4) the method of data processing.
Based on the results of data analysis showed that the quality of Porsenijar
proposal created by students of SMK Negeri 3 Denpasar academic year
2014/2015 the result were quite well, with an average of 85 students.
Key words : proposal, Porsenijar
1.
PENDAHUUAN
30
2.
LANDASAN TEORI
31
32
kegiatan
yang
diadakan
rutin,
misalnya
kejuaraan
yang
ini
juga
dicantumkan
nomor
kontak
untuk
menghubungi
33
34
3.
METODE
Sugiyono (2003: 1) menyatakan bahwa metode penelitian adalah cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Subjek
penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Negeri 3 Denpasar
tahun pelajaran 2014/2015. yang dijadikan populasi penelitian adalah semua siswa
kelas X SMK Negeri 3 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 268
orang dari 8 kelas yang terdiri atas 100 orang laki-laki dan 168 orang perempuan.
Dari jumlah keseluruhan sampel 154 orang sudah dianggap mewakili jumlah
populasi.
Tabel 3.1 Jumlah Sampel Penelitian secara proposional Siswa Kelas X SMK
Negeri 3 Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015
35
No
(1)
1.
Kelas
(2)
X Akomodasi Perhotelan A
Jumlah siswa
(3)
36
2.
X Akomodasi Perhotelan B
36
3.
X Akomodasi Perhotelan C
36
4.
X Akomodasi Perhotelan D
36
5.
X Akomodasi Perhotelan E
35
6.
X Kecantikan A
32
7.
X Kecantikan B
32
8.
X Busana
25
Jumlah
268
Jumlah sampel
(4)
36
x 154 = 21
268
36
x 154 = 21
268
36
x 154 = 21
268
36
x 154 = 21
268
35
x 154 = 20
268
32
x 154 = 18
268
32
x 154 = 18
268
25
x 154 = 14
268
154
4.
HASIL PENELITIAN
a. Sistematika struktur proposal kegiatan karya siswa mencapai nilai rata-rata
2,9. Ketika siswa menulis proposal kegiatan tersebut struktur proposal
sudah tercantum secara sistematis dan lengkap yang meliputi halaman
judul, latar belakang, tujuan kegiatan, tema dan nama kegiatan, jenis
kegiatan, peserta, penyelenggara, susunan acara, susunan panitia, rencana
anggaran, dan penutup. Namun, masih ada 2 orang siswa tidak
mencantumkan secara lengkap dan tidak sistematis. 1 orang siswa tidak
mencantumkan tujuan kegiatan dan 1 orang siswa salah menempatkan
bagian peserta dengan bagian penutup.
b. Penggunaan diksi yang terdapat pada proposal kegiatan karya siswa
mencapai nilai rata-rata 2,3. Sebagian besar diksi yang digunakan
36
37
pembuka dan penutup sehingga tidak ada kesatuan alinea yang terbentuk.
Siswa mampu memulai dengan pembuka yang menarik, namun ketika
masuk ke alenia inti, objek kajiannya kurang dipaparkan secara jelas
sehingga menimbulkan kesan bertentangan dengan kalimat pembuka.
f. Ejaan yang digunakan siswa dalam menulis proposal kegiatan mencapai
nilai rata-rata 2,7. Hal ini terlihat dari kemampuan siswa yang dapat
menggunakan huruf kapital dengan benar di setiap judul proposal dan di
setiap awal kalimat. Di samping penggunaan huruf kapital yang sangat
baik, penggunaan tanda baca siswa juga sangat baik. Siswa mampu
menggunakan atau memilih tanda baca sesuai dengan konteks kalimat.
Namun, ada beberapa kelemahan yang dialami siswa dalam penggunaan
ejaan, yakni penulisan kata. Siswa cenderung belum begitu paham tentang
penulisan kata, siswa masih terlihat bingung atau tidak menguasai
penulisan kata yang harus disambung dan kata yang harus dipisah, seperti
kata olahraga yang seharusnya disambung, tetapi kebanyakan siswa
menulis kata olahraga dengan dipisah menjadi olah raga.
5.
5.1
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang diperoleh mengenai
38
Saran-saran
DAFTAR RUJUKAN
Cahyo, Agus N. 2012. Panduan Lengkap Menyusun Proposal Segala Macam
Usaha. Jogjakarta: Buku Biru.
Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Hidayati, Inoer. 2012. Buku Pintar EYD (Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia Yang Disempurnakan). Yogyakarta: Indonesia Tera.
Keraf, Gorys. 1979. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah.
Kusumaningsih, Dewi dkk. 2013. Terampil Berbahasa Indonesia. Yogyakarta:
ANDI.
Sucipto, Maya Gustina dkk. 2013. Bahasa Indonesia. Klaten: Intan Pariwara.
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
39
40
41
Abstract
The purpose of drawing lesson technique for the IPA student at the senior
high school is to give them provisions in order to continue their study to University
(Faculty of technique or architecture). Ruler technique drawing is the basis for draw
which is emphasized in accurateness account, construction accuracy and an orderly
finishing without forgetting the esthetic or the beautifulness.
The purpose of this research is to know the creativity drawing with colored
pencils crossbar motif by students majoring class XII IPA SMA Negeri 4 Denpasar
in academic year 2013/2014. Researcher hope this research can give a benefit for
the peoples who have power to be competent to, especially for teacher in order to
give feedback or increase the student creativity in technique drawing in this case in
ruler paint technique to establish a new creative and interesting motif.
The subject of this research is the XII grade students IPA course in SMA
Negeri 4 Denpasar in academic year 2013/2014 with the total of the population is
269 pupils. Based on Cochran, there were taken 79 students to be a sample. The
students that chosen taken by proportional sampling and random sampling in each
classroom, researcher group the subject into one population and choose them
randomly. Data collected by direct action from the sample and then collected data
mannered by convert the total score in hundred scales and find the mean score of the
students creativity.
Based on the direct action test that was done 9 students showed the highest
score which is 95, 16 students with 90, 38 students with 85 and 15 students with 80.
Very creative predicate given to 25 students with percentage 32,05% and creative
predicate given to 53 students with percentage 67,25%. In summary, the mean score
of the students is 86,21 which predicated very creative.
Keywords: Creativity, ruler motif drawing.
PENDAHULUAN
Pendidikan kesenian adalah salah satu program yang sangat esensial dan
42
gambar proyeksi dan gambar perspektif. Salah satu dari ke tiga poin tersebut yang
akan diungkap dalam permasalahan ini adalah gambar mistar. Gambar mistar
merupakan basis untuk gambargambar teknik yang mementingkan kecermatan
ukuran, ketepatan konstruksi dan
Landasan Teori
2.1
Pengertian Kreativitas
Secara umum kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk berfikir
tentang sesuatu dengan suatu cara yang baru dan tidak biasa dan menghasilkan
penyelesaian yang unik terhadap berbagai persoalan. Menurut Bahari (2008:22)
kreativitas berarti orang yang selalu berkreasi, sedangkan pengertian berkreasi itu
sendiri adalah membuat sesuatu yang sebelumnya belum ada menjadi ada. Prinsip
dasar kreativitas sama dengan inovasi, yaitu memberi nilai tambah pada benda-benda,
cara kerja, cara hidup dan sebagainya, agar senantiasa muncul produk baru yang lebih
baik dari produk yang sudah ada sebelumnya.
43
2.2
2.3
banyak melibatkan konstruksi Geometris (Ilmu Ukur), mulai dari konstruksi titik,
garis bidang sampai ke bentuk, untuk memperoleh bentuk benda. Juga konstruksi
elips untuk potongan sebuah silinder dan konstruksi lainnya.
2.4
44
2. Sedang
3. Lunak
b) Rapido
Rapido/drawing pen, adalah alat tulis/gambar bertinta.
Rapido tersedia ukuran dari 0,1 mm sampai 1,2 mm.
4) Jangka
Selain digunakan untuk membuat garis lingkaran, jangka juga
dapat digunakan untuk membagi sudut, memindahkan panjang garis
tertentu dan sebagainya.
METODE
3.1
dan
benda.
1. Populasi Penelitian
Menurut Arikunto (2010:173) populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Apabila orang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah
penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Populasi
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII jurusan IPA. Untuk lebih jelasnya
populasi siswa kelas XII jurusan IPA dapat dilihat pada table di bawah ini.
45
Populasi Siswa Kelas XII Jurusan IPA SMA Negeri 4 Denpasar Tahun
Pelajaran 2013/2014
No.
Kelas
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
XII IPA 1
18
19
37
2
XII IPA 2
19
18
37
3
XII IPA 3
19
19
38
4
XII IPA 4
21
18
39
5
XII IPA 5
16
23
39
6
XII IPA 6
19
20
39
7
XII IPA 7
17
23
40
Jumlah
129
140
269
Sumber : SMA Negeri 4 Denpasar
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil untuk menggeneralisasikan hasil
penelitian sampel. Yang dimaksud dengan menggeneralisasikan adalah
mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi
(Arikunto, 2010:174). Sedangkan menurut Sugiyono (2013:120) sampel
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin meneliti semua yang
ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu,
maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.
Dari uraian di atas peneliti menggunakan subjek penelitian sampel,
karena jumlah populasi terlalu tinggi dengan jumlah populasi 269 siswa yang
terdiri dari 129 laki-laki dan 140 perempuan. Dalam penelitian ini
menggunakan rumus Cochran.
t 2 . p.q
d2
n=
1 t 2 . p.q
1 2 1
N d
Keterangan
n
= Jumlah sampel minimal
46
N
t
d
p
q
1
= Ukuran populasi
= Tingkat kepercayaan (digunakan 0,95 sehingga nilai t=1,96)
= Taraf kekeliruan (digunakan 0,10)
= Proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)
=1p
= Bilangan konstan
Berdasarkan jumlah sampel minimal yang ditetapkan, maka besar sampel
yang diharapkan n (har) adalah.
N (har) = { n (min) / (0,95 x 0,95) }
3.2
diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui
cara-cara yang digunakan. Dengan metode empiris, peneliti tidak lagi membuat suatu
situasi buatan, karena gejala yang akan diselidiki telah ada secara wajar.
Berdasarkan uraian di atas maka dalam penelitian ini metode yang digunakan
adalah metode empiris. Dikatakan empiris karena gejala yang akan diteliti sudah ada
secara wajar, gejala yang dimaksud adalah menggambar mistar.
3.3
berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya,
data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting), pada laboratorium
dengan metode eksperimen di rumah dengan berbagai responden, pada suatu seminar,
diskusi, di jalan dan lain-lain.
Tes merupakan salah satu cara untuk mendapatkan sebuah data. Disini
dijelaskan tentang beberapa pendapat tentang tes, menurut Nurkancana dan Sunartana
(1992:43) tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu
tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak
sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut,
yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai.
47
3.4
digunakan
untuk
menganalisis
data
dengan
cara
atau
Keterangan:
P
Persentil
48
SMI
(Gunartha, 2009:74)
3. Mencari rata-rata
Untuk mencari rata-rata kreativitas menggambar motif mistar dengan
pensil warna oleh siswa kelas XII jurusan IPA SMA Negeri 4 Denpasar tahun
pelajaran 2013/2014, dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
M=
FX
N
Keterangan:
M
fx
49
BAHASAN
4.1
Penyajian Data
Untuk mengetahui data mengenai kreativitas menggambar motif mistar
dengan pensil warna oleh siswa kelas XII jurusan IPA SMA Negeri 4 Denpasar
tahun pelajaran 2013/2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Skor mentah yang disajikan pada table di atas belum dapat memberikan
gambaran yang jelas tentang kreativitas menggambar motif mistar dengan pensil
warna. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang kreativitas menggambar
motif mistar dengan pensil warna maka skor mentah mentah tersebut diubah
menjadi skor standar.
4.2
skala 100, maka selanjutnya skor mentah tersebut dikonversikan menjadi skor
standar. Dari hasil analisa tes di atas dapat diketahui bahwa siswa yang memperoleh
nilai tertinggi sebanyak 9 orang dengan nilai 95, nilai 90 sebanyak 16 orang, nilai 85
sebanyak 38 orang, dan nilai 80 sebanyak 15 orang.
Nilai
Predikat
Jumlah Siswa
Prosentase
90-95
Sangat Kreatif
25
32,05%
80-85
Kreatif
53
67,94%
78
100%
Jumlah
4.3
M=
FX
N
M=
6725
78
M = 86,21
4.4
menggambar motif mistar dengan pensil warna oleh siswa kelas XII jurusan IPA
SMA Negeri 4 Denpasar tahun pelajaran 2013/2014 tergolong sangat baik atau
sangat kreatif. Siswa yang mendapat predikat sangat kreatif sebanyak 25 siswa
dengan presentase 32,05% dan siswa yang mendapat predikat kreatif sebanyak 53
siswa dengan presentase 67,25% dengan nilai rata-rata 86,21.
5.
5.1
Simpulan
1) Siswa yang memperoleh nilai 90-95 sebanyak 25 orang mendapat predikat
baik sekali dengan besar persentase 32,05 %
2) Siswa yang memperoleh nilai 80-85 sebanyak 53 orang mendapat predikat
baik dengan besar persentase 67,94 %
Jadi nilai rata-rata yang diperoleh oleh siswa adalah 86,21 dengan kriteria
sangat kreatif.
5.2
Saran-Saran
1) Dengan kreativitas siswa menggambar motif mistar dengan pensil warna
yang mampu mencapai kriteria sangat kreatif hendaknya guru tetap
diharapkan dapat meningkatkan kualitas siswa dalam menggambar teknik
khususnya gambar mistar.
51
konstruksi
garis
dan
bidang.
Buku-buku
tersebut
52
Oleh
Abstrak
Penelitian ini bertujun untuk meningkatkan keterampilan menarikan tari Sekar
Jagat, serta respon atas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada
kegiatan ekstra kurikuler tari siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Sukawati tahun
pelajaran 2014/2015.
Penelitian tindakan kelas ini dirancang dalam dua siklus, pada setiap siklus
terdiri atas empat kegiatan pokok, yaitu : perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi dan refleksi. Dalam observasi yang peneliti lakukan menemukan beberapa
masalah yang terjadi pada siswa seperti : kemampuan siswa menarikan tari Sekar
Jagat masih sangat kurang dan hasil dari evaluasi sebelumnya menunjukkan di bawah
ketuntasan KKM yaitu 75, serta penerapan metode pembelajaran yang masih
menerapkan metode demonstrasi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII yang
mengikuti kegiatan ekstra kurikuler tari SMP Negeri 3 Sukawati tahun pelajaran
2014/2015, sebanyak 36 orang. Metode pengumpulan data menggunakan metode tes
tindakan dan metode observasi.
Dalam penelitian tindakan kelas ini, analisis data yang dipergunakan adalah
metode analisis deskriptif-kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan, sebelum
penerapan kooperatif STAD nilai rata-rata 67,27, setelah penerapan kooperatif STAD
menjadi 72,16 dengan ketuntasan klasikal 56,7% pada siklus I dan menjadi 81,05
pada siklus II menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hasil observasi untuk
mengetahui respon siswa pada siklus I adalah ketuntasan klasikal 2,7% dan siklus II
sebesar 100%. Berdasarkan hasil yang diperoleh jelas menunjukkan bahwa penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keterampilan siawa
kelas VIII dalam menarikan tari Sekar Jagat pada kegiatan ekstra kurikuler tari SMP
Negeri 3 Sukawati serta sikap dan motivasinya. Oleh karena itu, penulis menyarankan
kepada guru pengajar kegiatan ekstra kurikuler tari di SMP Negeri 3 Sukawati agar
53
menerapkan model pembelajaran tipe STAD ini sesuai hasil yang ditemukan dalam
penelitian ini.
Kata-kata kunci : kooperatif tipe STAD, tari Sekar Jagat, ekstra kurikuler
Abstract
This study is to improve a skill of dancing Sekar Jagat dance, as well as the
response to the implementation of cooperative learning type STAD in extracurricular in dancing activities of class VIII SMP Negeri 3 Sukawati in academic
year
2014/2015.
This classroom action research is designed in two cycles, in each cycle
consists of four main activities, namely: planning, action, observation and reflection.
In observation of the researchers did find some problems that occur in students such
as: the ability of the students who danced the Sekar Jagat dance is still lacking and
the results of previous evaluations show below completeness KKM is 75, and the
application of learning methods that are still applying the method of demonstration.
Subjects were eighth grade students who participated in extra-curricular dance
activities of SMP Negeri 3 Sukawati in academic year 2014/2015, which is consist of
36 students. Methods of data collection using the test method measures and method of
observation.
In this classroom action research, the analysis data used is descriptivequantitative analysis method. The results showed, before the application of
cooperative STAD average value of 67.27, after the application of cooperative STAD
be 72.16 with classical completeness of 56.7% in the first cycle and 81.05 on the
second cycle showed a significant increase. The results of the observation to know the
response of the students in the first cycle is 2.7% and the classical completeness in
second cycle of 100%. Based on the results obtained clearly show that the application
of cooperative learning type STAD can improve students skills in extra-curricular
dancing activities in Sekar Jagat of eight grade students of SMP Negeri 3 Sukawati
as well as attitude and motivation. Therefore, the writer suggest to teachers of extracurricular dancing activities of SMP Negeri 3 Sukawati in order to apply this
learning type STAD according to the results found in this study.
Key words: STAD cooperative type, dance Sekar Jagat, extra curricular
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pendidikan adalah upaya atau kegiatan yang bertujuan mengembangkan
potensi diri peserta didik.Pendidikan di pandang sebagai proses untuk membina dan
mengantarkan peserta didik agar dapat menemukan kemandirian, sehingga
54
55
Tari adalah konsepsi ciptaan dalam mewujudkan gerak, melalui cipta, rasa
dan karsa yang dimiliki oleh orang yang bersangkutan.Tari dalam bentuknya
merupakan gerak dari tubuh beserta anggota badan, yang menyatakan suatu maksud
tertentu, dalam pola gerak yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan tekanan gerak
yang teratur (ritme ), ( Arini, 2012 : 10 ).Soedarsono (1972 : 4) menyatakan tari
adalah ekspresi jiwa manusia melalui gerak - gerak ritmis yang indah. Jadi dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia dalam
mewujudkan gerak, melalui cipta, rasa dan karsa yang dimiliki oleh orang yang
bersangkutan.Tari Sekar Jagat merupakan suatu tari penyambutan.Tari Sekar Jagat
adalah sebuah tarian yang merupakan garapan kelompok yang ditarikan sejumlah
penari putri (biasanya antara 5 sampai 7 orang) yang masingmasing membawa
canang sari.
Dalam proses pembelajaran, metode pembelajaran merupakan salah satu
komponen yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Apabila dalam penerapan model
pembelajaran tidak sesuai maka proses pembelajaran tersebut tidak membuahkan
hasil yang optimal. Demikian juga sebaliknya jika guru mampu menerapan model
pembelajaran dengan baik maka hasil yang diperoleh akan baik pula. Oleh karena itu
ada kecendrungan hasil belajar menjadi lebih baik.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada tanggal 28 Agustus
2014yang peneliti lakukan dengan Ni Putu Librawati selaku guru pengajar ekstra
kurikuler tari Sekar Jagat di SMP N 3 Sukawati, bahwa adanya suatu kesenjangan
yang terjadi pada keterampilan siswa menari dalam kegiatan ekstra kurikuler tari
yaitu tari Sekar Jagat dikarenakan terjadi beberapa hambatan atau kendala saat siswa
menarikan.Salah satu kendala yang dialami antaranya pemahaman dan penguasaan
tentang teknik dasar tari Bali (meliputi : agem, tandang dan tangkep) masih sangat
kurang, maka dari itu siswa menjadi kesulitan di dalam menerima pembelajaran
tersebut.
Diketahui bahwa dari 36 siswa, ditemukan 32 orang yang tidak bisa mencapai
nilai standar ketuntasan, yaitu 75. Banyaknya siswa yang tidak tuntas ini disebabkan
56
oleh
ketidaktepatan
guru
menerapan
metode
pembelajaran
dalam
proses
1.2
Landasan Teori
Teori yang menjadi landasan dalam memecahkan permasalahan yang diajukan
(Student Team Achiement Division), (6) Aspekaspek dalam menarikan tari Sekar
Jagat terhadap penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD.
1.3
2.
3.
4.
Untuk mengetahui respon yang terjadi pada siswa kelas VIII yang
mengikuti ekstra kurikuler tari terhadap penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
METODE
2.1
Metode Tes
Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas
atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak
sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut,
yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan
nilai standar yang diterapkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
berupa tes tindakan (Nurkancana, 1992 : 34).
Tabel Variabel atau Aspek Penilaian Tes Tindakan Keterampilan Menarikan Tari
Sekar Jagat Pada Kegiatan Ekstra Kurikuler Tari Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 3 Sukawati Tahun Pelajaran 2014/2015
No.
Aspek Penilaian
Skor Penilaian
Skor Siswa
1.
2.
3.
Agem
Tandang
Tangkep
10 - 25
10 - 25
10 - 25
58
4.
2.2
Komposisi Tari
Jumlah SMI
10 - 25
100
Metode Observasi
Observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian di mana
2.3
Analisis Data
X
100
SMI
Keterangan :
P = Persentil
X = Skor yang dicapai
SMI = Skor Maksimal Ideal
59
2.3.3
Skor Standar
86 100
71 85
56 70
41 55
0 40
Sumber : buku raport siswa SMP
2.3.4
Kategori / Predikat
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang
X
100
SMI
Keterangan :
P = Persentil
X = Skor yang dicapai
SMI = Skor Maksimal Ideal
2.3.5
60
Untuk mengetahui nilai ratarata keterampilan Belajar tari Sekar Jagat oleh
siswa kelas VIII pada kegiatan ekstra kurikuler tari, dapat diketahui dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
M
fx
n
Keterangan :
M
fx
= Jumlah Standar
HASIL PENELITIAN
3.2.1
Refleksi Siklus I
Setelah dilakukan analisis hasil observasi dan hasil tes tindakan, selanjutnya
Dalam praktik menarikan tari Sekar Jagat, sebagian besar siswa belum dapat
4.2.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis seperti yang sudah diuraikan pada bab IV maka
dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dalam meningkatkan keterampilan menarikan tari Sekar Jagat pada kegiatan
ekstra kurikuler tari siswa kelas VIII SMP N 3 Sukawati tahun pelajaran 2014/2015
dapat meningkat. Dalam hasil tes tindakan observasi awal keterampilan menarikan
tari Sekar Jagat pada kegiatan ekstra kurikuler tari siswa kelas VIII SMP N 3
Sukawati tahun pelajaran 2014/2015 yaitu nilai rata-rata yang dipereoleh 67,27
sedangkan sesudah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terjadi
peningkatan pada siklus I nilai rata-rata yang diperoleh 72,16 dan siklus II nilai ratarata yang diperoleh adalah 81,05 dan seluruh siswa kelas VIII yang mengikuti
kegiatan ekstra kurikuler tari sudah dapat dinyatakan tuntas.
Tidak hanya itu, dari observasi yang dilakukan dari siklus I dan siklus II ada
suatu peningkatan dalam empat aspek, serta adanya suatu perubahan sikap, merespon
positif atas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan hasil belajar
keterampilan menarikan tari Sekar Jagat meningkat.
Apabila dihubungkan dengan hipotesis penelitian ini, yaitu melalui Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat Meningkatkan Keterampilan
Menarikan Tari Sekar Jagat pada Kegiatan Ekstra Kurikuler Tari Siswa Kelas VIII
SMP N 3 Sukawati Tahun Pelajaran 2014/2015, maka hipotesis tersebut diterima
karena terbukti kebenarannya.
4.2.2
Saran-saran
1. Untuk para guru yang mengajar praktik tari diharapkan untuk
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu model
pembelajaran berkelompok dalam setiap proses pembelajaran agar siswa
menjadi lebih kreatif dan hasil belajarnya meningkat serta kondisi di dalam
62
kelkas terasa nyaman. Maka guru pengajar dituntut untuk bisa memilih
strategi dan menerapan metode pembelajaran yang cocok dengan kondisi
siswa.
2. Bagi seluruh siswa diharapkan dalam mengikuti proses pembelajaran lebih
berkonsentrasi, lebih aktif berinteraksi baik antar siswa, siswa dengan guru,
maupun siswa dengan lingkungan sekitar. Hal yang terpenting disini dalam
setiap pembelajaran diharapkan siswa lebih aktif mencatat agar
memudahkan dalam mengingat materi pembelajaran dalam bentuk praktik
tari.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta :
Bumi Aksara.
Arini, Ni Ketut. 2012. Teknik Tari Bali. Denpasar : CV. Drupasalvindo.
Bawa, Drs Pande Wayan, dkk. 2012. Materi Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas.
Denpasar.
Cerita, I Nyoman, dan Tjok. Istri Putra Padmini. 2009. Buku Ajar Analisis Tari Dan
Gerak. Denpasar :Okabawes.
Dibia, I Wayan. 2012. Ilen ilen Seni Pertunjukan Bali. Denpasar.Bali Mangsi.
Djayus, I Nyoman. 1980. Teori TariBali. Denpasar.CV. Sumber Mas Bali.
Gunartha, I Wayan. 2009. Materi Kuliah Evaluasi Pembelajaran. Denpasar : IKIP
PGRI BALI.
Karpika, I Putu. 2010. Pengantar Pendidikan. Denpasar : IKIP PGRI BALI.
Murgiyanto, Sal. 1992. Koreografi. Jakarta : PT. Ikrar Mandiri Abadi.
Nurkancana, Wayan dan P.P.N. Sunartana. 1992. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya :
Usaha Nasional.
63
64
65
improvements can be seen from the scores obtained by students mostly have
achieved a minimum completeness criteria (KKM) is specified, which is 75. The
average score for the class before using the media documentary that is 53.56 by
8.69% classical completeness. After the implementation of the first cycle, the
average score of the class into classical completeness 66.60 with 26.08% and
increased the average score of the class on the second cycle into 79.93 with
classical completeness reached 84.79%. The response of the students in the first
cycle and cycle II also increased, which is the average score of the class in the
first cycle classical completeness 71.26 with 39.13% and in the second cycle class
average score of 81.23 with classical completeness reaches 100%.
Keywords: Documentary film, writing, text biography
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasi oleh siswa kelas
VIII Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang telah menerapkan Kurikulum 2013
adalah menulis, salah satunya menulis teks biografi. Teks biografi merupakan teks
yang mengisahkan tokoh atau pelaku, peristiwa, dan masalah yang dihadapinya
(Kemdikbud, 2014:37). Teks biografi memuat identitas, peristiwa, dan
permasalahan yang dialami seseorang, termasuk karya serta penghargaan yang
diterima. Dalam menulis teks biografi diperlukan sumber yang bisa dipercaya
karena informasi yang benar menjadi sebuah keharusan di dalam penulisan teks.
Setelah melakukan observasi awal di kelas VIII 2 SMP PGRI 8 Denpasar,
peneliti menemukan permasalahan tentang rendahnya keterampilan siswa di
dalam menulis teks biografi. Hal yang menyebabkan rendahnya keterampilan
tersebut adalah kurangnya sumber serta media yang bisa dimanfaatkan oleh siswa
untuk menulis teks biografi. Oleh karena itu, diperlukan sebuah terobosan baru
untuk mengatasi permasalahan tersebut, salah satunya dengan memanfaatkan
media pembelajaran yang lebih lengkap dan menarik.
Film dokumenter biografi merupakan salah satu media yang dapat
digunakan untuk merangsang siswa dalam menulis teks biografi karena di dalam
film dokumenter biografi dikisahkan perjalanan hidup seorang tokoh beserta
permasalahan yang dihadapinya. Film dokumenter biografi termasuk ke dalam
media audiovisual, yaitu media pembelajaran yang dapat dilihat dan didengar.
66
Pemilihan media film dokumenter biografi ini dirasa sangat cocok digunakan
karena berkaitan langsung dengan teks biografi. Teks biografi merupakan teks
yang mengisahkan kehidupan tokoh beserta permasalahannya dan film
dokumenter biografi mengisahkan mengenai kehidupan serta permasalahan yang
dialami tokoh. Melalui pemanfaatan media film dokumenter ini diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan menulis teks biografi pada siswa kelas VIII 2 SMP
PGRI 8 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015.
1.2
Landasan Teori
Adapun teori-teori yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian ini
1.2.1
Menulis
Tarigan
(2008:22)
mengatakan
bahwa
menulis
adalah
kegiatan
67
68
frame di mana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara
mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan
Nasional, 2011:392), dokumenter adalah dokumentasi dalam bentuk film
mengenai suatu peristiwa bersejarah atau suatu aspek seni budaya yang
mempunyai makna khusus agar dapat menjadi alat penerangan dan alat
pendidikan. Wiryawan dkk. (1987:7.29) mengatakan bahwa program dokumenter
adalah suatu cerita mengenai suatu peristiwa yang sesungguhnya terjadi tanpa
adanya manipulasi data yang dilakukan secara sengaja. Dokumentasi dalam
program dokumenter menceritakan mengenai peristiwa pada masa lalu, baik
menyangkut seseorang, keadaan, peristiwa, dan lain sebagainya. Dengan
demikian, film dokumenter merupakan film yang mengisahkan sejarah yang
mengandung fakta dan nilai-nilai pendidikan.
Film dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat
untuk berbagai macam tujuan (Effendy, 2014:2). Banyak orang mengabadikan
suatu peristiwa dan berniat untuk mengubahnya ke dalam bentuk film dokumenter
nantinya. Kegiatan seperti ini biasa dilakukan dan dipercaya pada suatu saat nanti
memberi sebuah keuntungan. Akan tetapi, harus diakui, film dokumenter tidak
pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan, dan propaganda bagi
seseorang atau kelompok tertentu.
Perkembangan film dokumenter saat ini sangat maju. Hal itu dibuktikan
dari munculnya berbagai bentuk kreasi film dokumenter. Di Indonesia sendiri
pemutaran film dokumenter ini hampir setiap tahun dilakukan oleh beberapa
stasiun televisi, baik swasta maupun pemerintah. Biasanya pemutaran film ini saat
69
kesulitan siswa dalam menulis teks biografi serta memberikan tambahan wawasan
mengenai pemanfaatan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar.
Selain memiliki tujuan secara umum, penelitian ini juga memiliki tujuan khusus,
yaitu (1) untuk mengetahui efektivitas penggunaan media film dokumenter dalam
meningkatkan kemampuan menulis teks biografi pada siswa kelas VIII 2 SMP
PGRI 8 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 dan (2) untuk mengetahui respons
siswa kelas VIII 2 SMP PGRI 8 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 terhadap
penggunaan media film dokumenter dalam pembelajaran menulis teks biografi.
II.
METODE PENELITIAN
2.1
70
Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII 2 SMP PGRI 8
Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 46 orang, yang terdiri atas
28 laki-laki dan 18 orang perempuan. Objek Penelitian ini adalah kemampuan
menulis teks biografi dengan menggunakan media film dokumenter.
2.3
memperoleh data yang valid dalam suatu penelitian. Untuk memperoleh data
dalam penelitian ini digunakan metode tes, metode observasi, dan metode
kuesioner.
2.4
Analisis Data
2.4.1
menggunakan pedoman konversi norma absolute skala seratus seperti berikut ini.
X
x 100
SMI
P=
Keterangan:
P
= Persentil
2.4.2
M=
fx
N
Keterangan:
71
= Mean (rata-rata)
fx
= Jumlah nilai
= Jumlah individu
(Nurkancana dan Sunartana, 1992:174)
III.
HASIL
Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dapat dikatakan berhasil
karena terjadi peningkatan kemampuan menulis teks biografi pada siswa kelas
VIII 2 SMP PGRI 8 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015. Hal tersebut dapat
dilihat dari hasil pengolahan data yang menunjukkan bahwa adanya peningkatan
skor rata-rata siswa dari sebelum tindakan, pada pelaksanaan tindakan siklus I dan
siklus II. Skor rata-rata kelas pada sebelum tindakan (prasiklus) adalah 53,26
dengan ketuntasan klasikal 8,69%. Setelah melaksanakan siklus I skor rata-rata
siswa meningkat menjadi 66,60 dengan ketuntasan klasikal 26,08% dan pada
siklus II skor rata-rata siswa meningkat menjadi 79,93 dengan ketuntasan klasikal
mencapai 84,79%. Begitu pula terhadap hasil respons melalui observasi siswa,
pada siklus I respons siswa memperoleh skor rata-rata 71,26 dengan ketuntasan
klasikal sebesar 39,13%. Pada siklus II, respons siswa mengalami peningkatan,
yaitu memperoleh skor rata-rata 81,23 dengan ketuntasan klasikal 100%. Respons
berdasarkan pengakuan siswa melalui lembaran kuesioner yang diberikan
memperoleh hasil yang positif, yaitu dari 46 orang siswa, sebanyak 42 orang
siswa atau 91,30% memperoleh predikat sangat tinggi dan 4 orang siswa atau
8,70% memperoleh predikat tinggi. Hasil penelitian mengenai peningkatan
kemampuan menulis teks biografi siswa secara keseluruhan dapat dilihat pada
tabel berikur ini.
Tabel 3.1 Hasil Menulis Teks Biografi dengan Menggunakan Media Film
Dokumenter Sebelum Tindakan, Setelah Siklus I, dan Siklus II
Prasiklus
No
Nama Siswa
Skor
Standar
1 Anggi Nirmala Dewi,
50
72
Siklus I
Skor
Standar
66
Siklus II
Skor
Standar
77
Keterangan
Meningkat
No
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Nama Siswa
A.A
Agus Suarjana, I Kadek
Aldo Sujaya, Kadek
Adam Virgota, I Made
Adi Wijana, I Wayan
Agung Laksana Putra
Perwira
Agus Riski Mertadana, I
Kadek
Andi Sikiawan
Armansyah
Ali
Mustopa
Anitha
Niscahya
Maharani
Dinik Dwi Windarwati
Dwi Arta Wiguna, I
Kadek
Eva Damayanti, Ni Luh
Erika Surya Antari, Ni
Made
Erwin Wahyu Dwi Nata
Eko Yudhi Prasetyo
Elia Monic Saputri
Fitria Agus Tina Mansa
Kartika Dewi, Gst. A.
Putu
Hendrik Rudianto
Yurika Puteri, I. A.
Ngurah
Kresna Prayoga, I Gst.
Komang
Indra Semara Jaya, I
Gst. Agung
Julio Prameswara, I
Kadek
Mahendra Saputra, I
Prasiklus
Skor
Standar
Siklus I
Skor
Standar
Siklus II
Skor
Standar
Keterangan
40
40
77
52
66
64
86
61
50
64
80
75
89
72
83
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
60
69
86
Meningkat
45
47
40
66
75
72
Meningkat
Meningkat
65
75
83
Meningkat
45
66
75
72
77
83
Meningkat
Meningkat
60
80
75
91
80
94
Meningkat
Meningkat
40
40
50
60
55
53
58
64
61
66
80
69
77
86
80
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
60
78
60
80
80
83
Meningkat
Meningkat
50
66
77
Meningkat
69
66
80
Meningkat
40
52
77
Meningkat
45
52
75
Meningkat
73
No
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
IV.
Nama Siswa
Ketut
Manfuldlotun Nasichah
Miguel Vitayry Enricho
Lere Bulan
Nofri Yandri
Putri
Sugiantari,
Komang
Hendrawan, Putu
Raditya Dwi Mahendra,
I Made
Raditya Bayu Saputra, I
Wayan
Saniarti, Ni Luh Putu
Surya Dewi, Ni Made
Sayid Abdul Rohman
Hakim
Sintya
Tuti Lestari Dewi, Ni
Putu
Vikhri
Nur
Rizky
Ridwan
Victor Sanjaya
Wahyu Ardian Saputra
Widhaswary
Ika
Pramesti, Ni Wyn
Widias Mara Putera,
A.A Gd
Yuni Lestari Putri, Putu
Yunia Wati, Ni Kadek
Yoga Agustiawan, I
Made
Ahmad Wisbah
Total Skor
Rata-rata
Prasiklus
Skor
Standar
Siklus I
Skor
Standar
Siklus II
Skor
Standar
Keterangan
79
94
40
51
94
83
Meningkat
Meningkat
55
58
50
66
86
86
Meningkat
Meningkat
60
78
40
72
91
83
Meningkat
Meningkat
61
64
75
Meningkat
58
55
75
72
40
47
86
78
69
Meningkat
Meningkat
Meningkat
55
66
60
91
80
94
Meningkat
Meningkat
60
66
80
Meningkat
40
58
52
64
60
78
75
77
89
Meningkat
Meningkat
Meningkat
40
58
78
Meningkat
60
50
78
58
40
61
86
72
61
Meningkat
Meningkat
Meningkat
40
2450
53.26
42
3064
66.60
64
3677
79.93
Meningkat
BAHASAN
74
Meningkat
PENUTUP
5.1
Simpulan
Menarik suatu simpulan merupakan tindak lanjut dari sebuah penelitian
75
Saran-saran
Sebagai tindak lanjut atas hasil yang diperoleh dalam penelitian, maka
76
77
78
Abstract
This research is motivated by the lack of ability of the students to copy the
Latin Balinese language discourse into Balinese script. Therefore, the applied model
of cooperative learning Think Pair Share is expected to increase students' ability to
copy the Latin Balinese language discourse into Balinese script. The purpose of this
study is (1) to determine the implementation of cooperative learning model Think
Pair Share can improve the ability to copy the Latin Balinese language discourse into
Balinese script Class X IIS 3 SMA Dharma Praja Badung study year 2014/2015. (2)
to determine the students' response to the implementation of cooperative learning
model Think Pair Share in improving the ability to copy the Latin Balinese language
discourse into Balinese script Class X IIS 3 SMA Dharma Praja Badung study year
2014/2015.
The basic theory used in this study were (1) the notion of cooperative
learning, (2) the purpose of cooperative learning, (3) the type of cooperative
learning, (4) the definition of Think Pair Share, (5) the steps Think Pair Share, (6)
understanding of writing, (7) the notion copy, (8) the notion of discourse, and (9)
Balinese script. Methods of data collection in this study is the test method and the
method of observation, which is then analyzed using descriptive statistical methods.
The results showed that (1) the implementation of cooperative learning
model Think Pair Share can improve the ability to copy the Latin Balinese language
discourse into Balinese script Class X IIS 3 SMA Dharma Praja Badung study year
2014/2015. This is evident from the increase in the average score of the class of the
first cycle to the second cycle, namely 76.07 (3.04) to 89, 97 (3.60); and (2) the
implementation of cooperative learning model Think Pair Share can improve the
Class X IIS 3 SMA Dharma Praja Badung study year 2014/2015 in B copying the
Latin Balinese language discourse into Balinese script. It can be seen from the
increase in the average score on the observation of the first cycle to the second cycle,
namely 65.60 (2.62) to 86.65 (3.46) in both categories.
Keywords: cooperative learning model Think Pair Share, copy discourse
1. PENDAHULUAN
Proses pendidikan di sekolah yang mengajarkan muatan lokal Bahasa Bali
diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menguasai
keterampilan berbahasa yang mencakup empat aspek, yaitu keterampilan menyimak
(listening skill), keterampilan berbicara (speaking skill), keterampilan membaca
(reading skill), dan keterampilan menulis (writing skill). Keempat keterampilan ini
79
sangat berkaitan satu sama lain, tidak dapat dipisahkan dan erat hubungannya dengan
proses berpikir yang mendasari bahasa. Berbicara tentang kegiatan menulis,
terutamanya menulis aksara Bali di sekolah tentunya tidak lepas dari kegiatan
menyalin. Kegiatan ini merupakan salah satu cara untuk melestarikan karya-karya
sastra kuna, baik dengan cara menyalin dari huruf Latin ke aksara Bali maupun dari
aksara Bali ke huruf Latin.
Berdasarkan fakta yang terjadi di setiap jenjang pendidikan dari SD, SMP,
dan SMA yaitu tentang pembelajaran muatan lokal bahasa Bali, tidak dipungkiri
bahwa banyak siswa yang kurang memahami baik dalam pembelajaran bahasa Bali
maupun aksara Bali. Fenomena ini dapat dilihat dari pengalaman penulis pada saat
pelaksanaan PPL di salah satu sekolah, tepatnya di Kelas X IIS 3 SMA Dharma Praja
Badung.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di Kelas X IIS 3 SMA Dharma
Praja Badung, ditemukan adanya beberapa masalah yang dihadapi guru dalam
mengajarkan bahasa Bali terutamanya materi aksara Bali. Ketidakpahaman siswa
terhadap materi aksara Bali dapat dilihat dari kurangnya kemampuan siswa dalam
menyalin wacana dari bahasa Latin ke aksara Bali.
Hal ini terbukti dari skor rata-rata yang diperoleh siswa belum mencapai
kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 80 (3,20). Rata-rata kelas hanya 65,13
(2,60) di mana ketuntasan klasikal hanya 18,42% atau sebanyak 7 orang yang
mencapai KKM dan sisanya sebanyak 31 orang atau 81,58% belum mencapai KKM.
Selain dalam hasil belajar, masalah yang dihadapi guru juga mengenai respon siswa
selama proses pembelajaran berlangsung.
Bertolak dari hasil pengamatan tersebut, peneliti mencoba berdiskusi dengan
guru mata pelajaran bahasa Bali yang bersangkutan, mencari alternatif dengan
mengubah metode dalam mengajar bahasa Bali khususnya materi aksara Bali dalam
hal menyalin wacana latin berbahasa Bali ke dalam aksara Bali dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif atau cooperative learning.
80
2. LANDASAN TEORI
Penelitian yang bersifat ilmiah selalu dilandasi oleh suatu teori, agar
penelitin tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, keberadaan teori
dalam sebuah penelitian perlu diperhitungkan secara cermat agar benar-benar relevan
dengan objek yang dikaji. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian akan
dijabarkan sebagai berikut.
1. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif
merupakan
model
pembelajaran
dengan
menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil, yaitu antara empat sampai enam
orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau
suku yang berbeda (heterogen) (Sanjaya, 2013: 242).
81
82
7. Menyalin
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1209) pengertian menyalin
adalah (1) menukar (mengganti) dengan yang lain, (2) menurut (tulisan), menulis
kembali, meniru, dan (3) menerjemahkan.
8. Wacana
Chaer (2009: 223) menyebutkan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang
terdiri dari sebuah kalimat atau beberapa kalimat yang menyatakan satu pesan atau
satu amanat yang utuh. Sebagai satuan tertinggi dalam hierarki sintaksis wacana
mempunyai pengertian yang lengkap atau utuh, dibangun oleh kalimat atau kalimatkalimat.
9. Aksara Bali
Aksara adalah ciri-ciri atau gambaran suara yang diciptakan oleh manusia
(Gautama, 2006: 32). Aksara Bali dapat dibagi menjadi tiga yaitu: (1) aksara
wreastra, (2) aksara swalalita, dan (3) aksara modre (dalam Gautama, 2006: 33).
3. METODE
Menurut Wijayanti (2013: 222) metode penelitian adalah seperangkat
langkah yang harus dikerjakan dan disusun secara sistematis. Tercapai tidaknya suatu
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian sangat tergantung pada metode yang
digunakan. Oleh karena itu, pemilihan metode harus benar-benar diperhitungkan
dengan baik agar dapat memenuhi fungsinya untuk mencapai tujuan penelitian.
Penelitian ini menggunakan dua jenis metode, yaitu: (1) metode pengumpulan data
yakni metode tes dan observasi, dan (2) metode pengolahan data yaitu metode
analisis statistik deskriptif.
3.1 Metode Pengumpulan Data
1. Tes dapat berupa serentetan pertanyaan, lembar kerja, atau sejenisnya yang
dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, bakat, dan
83
kemampuan dari subjek penelitian (Trianto, 2010: 264). Metode tes meliputi
(1) penyusunan tes, (2) pelaksanaan tes, yang dilaksanakan pada semester II
tahun pelajaran 2014/2015 di Kelas X IIS 3 SMA Dharma Praja Badung
sebanyak 38 siswa yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 20 siswa
perempuan, dan (3) penilaian tes, yaitu menugaskan siswa menyalin wacana
bahasa Bali Latin ke dalam aksara Bali. Adapun aspek yang dinilai yakni
ketepatan penulisan pasang aksara Bali, ketepatan penulisan pengangge
aksara Bali, dan ketepatan penulisan uger-uger pasang aksara Bali, dengan
masing-masing aspek memiliki rentangan nilai 5 sehingga jumlah skor
maksimal ideal (SMI) adalah 15.
2. Menurut
Narbuko
(2012:
70)
pengamatan
(observasi)
adalah
alat
Keaktifan
Nama Siswa
Perhatian
Partisipasi
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Keterangan :
5 =
baik sekali
(A)
4 =
baik
(B)
3 =
cukup
(C)
2 =
kurang
(K)
1 =
Jumlah
Skor
P=
x 100
Keterangan:
P
= Persentil
Me =
Keterangan:
Me
= mean (rata-rata)
fx
= jumlah individu
Skor Standar
Skor Rerata
Predikat
KKM
(1)
(3)
(2)
(4)
(5)
88 100
3,51 4,00
A= Baik Sekali
Tuntas
63 87
2,51 3,50
B= Baik
Tuntas
38 62
1,51 2,50
C= Cukup
Tidak tuntas
25 37
1,00 1,50
D= Kurang
Tidak tuntas
x 100%
86
dan (3) Sebanyak 75% respon yang diberikan siswa kelas X IIS 3 SMA Dharma
Praja Badung tahun pelajaran 2014/2015 minimal tergolong baik atau mencapai nilai
80 (3,20)
5. Menarik Simpulan
Simpulan ditarik sesuai dengan langkah-langkah pengolahan data yang telah
ditentukan serta berdsarkan pada permasalahan yang diteliti. Pada penelitian ini ada
dua hal yang akan disimpulkan, yaitu yang pertama mengenai keefektivitasan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dalam meningkatkan
kemampuan menyalin wacana bahasa Bali Latin ke dalam aksara Bali siswa Kelas X
IIS 3 SMA Dharma Praja Badung tahun pelajaran 2014/2015. Kedua, mengenai
respon siswa selama prose pembelajaran berlangsung dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share.
4. HASIL PENELITIAN
Tabel 4.1 Perbandingan Hasil Kemampuan Menyalin Wacana Bahasa Bali Latin ke
dalam Aksara Bali dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share Siswa Kelas X IIS 3 SMA Dharma Praja Badung Tahun
Pelajaran 2014/2015
Refleksi
Awal
80
45
60
87
Meningkat
70
80
93
Meningkat
70
80
87
Meningkat
60
73
87
Meningkat
60
60
80
Meningkat
65
73
87
Meningkat
55
67
87
Meningkat
No
Nama Siswa
87
Siklus
I
87
Siklus
Keterangan Ket.
II
100
Meningkat T
No
Nama Siswa
Refleksi
Awal
60
Siklus
I
73
Siklus
Keterangan Ket.
II
87
Meningkat T
10
70
80
100
Meningkat
11
70
80
100
Meningkat
12
Erwin Setiawan
45
73
73
Meningkat TT
13
65
73
87
Meningkat
14
Indah Paramitha D. A. A.
70
80
87
Meningkat
15
80
87
93
Meningkat
16
Kembarana, Ni Kadek
70
80
93
Meningkat
17
Khotib Firmansyah
70
73
93
Meningkat
18
Mahendra, I Wayan
55
73
87
Meningkat
19
70
80
100
Meningkat
20
Mauli Diana
65
73
93
Meningkat
21
Mega Oktaviani
80
87
100
Meningkat
22
60
73
93
Meningkat
23
80
87
100
Meningkat
24
85
93
100
Meningkat
25
80
80
93
Meningkat
26
Sitti Nurkhalisha
70
73
93
Meningkat
27
55
60
87
Meningkat
28
70
87
93
Meningkat
29
Sudarma, I Wayan
60
60
73
Meningkat TT
30
Sujana, I Gede
60
60
73
Meningkat TT
31
Surianta, I Komang
45
73
87
Meningkat
32
Swartana, Kadek
60
73
87
Meningkat
33
65
87
100
Meningkat
34
60
87
100
Meningkat
88
No
Nama Siswa
Refleksi
Awal
60
Siklus
I
73
Siklus
Keterangan Ket.
II
93
Meningkat T
35
36
65
73
73
Meningkat TT
37
45
73
80
Meningkat
38
80
87
93
Meningkat
Jumlah
Rata-rata
Keterangan: T = Tuntas
2475
2891
65,13
76,07
TT = Tidak Tuntas
3419
89,97
Siklus
I
80
67
80
Meningkat
73
80
Meningkat
Arya Wahyuningsih, L. Gd
93
100
Meningkat
No
Nama Siswa
89
Siklus
II
93
Keterangan
Meningkat
No
Nama Siswa
Siklus
I
60
Siklus
II
87
Keterangan
47
80
Meningkat
40
80
Meningkat
53
80
Meningkat
67
93
Meningkat
10
73
93
Meningkat
11
80
100
Meningkat
12
Erwin Setiawan
27
80
Tetap
13
53
87
Meningkat
14
Indah Paramitha D. A. A.
80
93
Meningkat
15
87
100
Meningkat
16
Kembarana, Ni Kadek
73
87
Meningkat
17
Khotib Firmansyah
60
80
Meningkat
18
Mahendra, I Wayan
60
80
Meningkat
19
80
93
Meningkat
20
Mauli Diana
73
87
Meningkat
21
Mega Oktaviani
80
93
Meningkat
22
60
80
Meningkat
23
87
93
Meningkat
24
93
100
Meningkat
25
80
87
Meningkat
26
Sitti Nurkhalisha
73
93
Meningkat
27
60
100
Meningkat
28
87
100
Meningkat
29
Sudarma, I Wayan
33
60
Meningkat
30
Sujana, I Gede
27
67
Meningkat
90
Meningkat
No
Nama Siswa
Siklus
I
60
Siklus
II
80
Keterangan
31
Surianta, I Komang
Meningkat
32
Swartana, Kadek
60
67
Meningkat
33
73
93
Meningkat
34
73
87
Meningkat
35
27
80
Meningkat
36
47
80
Tetap
37
60
80
Meningkat
38
87
100
Meningkat
Jumlah
2493
3293
Rata-rata
65,60
86,65
Data di atas menunjukkan bahwa respon siswa Kelas X IIS 3 SMA Dharma
Praja
Badung
tahun
pelajaran
2014/2015
mengalami
peningkatan
dalam
pembelajaran menyalin wacana bahasa Bali Latin ke dalam aksara Bali dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share.
Hal tersebut dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata hasil observasi siswa
Kelas X IIS 3 SMA Dharma Praja Badung tahun pelajaran 2014/2015 dari siklus I ke
siklus II sebesar 21.05 (0,84). skor rata-rata pada siklus I hanya sebesar 65,60 (2,62) ,
dan meningkat menjadi 86,65 (3,46) pada siklus II. Persentase peningkatan respon
siswa dalam menyalin wacana bahasa Bali Latin ke dalam Aksara Bali dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share secara klasikal yakni
sebesar 47,37%, di mana respon baik siswa pada siklus I hanya sebanyak 17 orang
atau 44,73%, dan meningkat menjadi 35 orang atau 92,10% pada siklus II.
91
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan terkait penelitian yang telah
dilaksanakan antara lain sebagai berikut.
1.
Bagi siswa yang memperoleh nilai tinggi disarankan agar tetap mempertahankan
bahkan meningatkan prestasinya, dan untuk anak yang memperoleh nilai rendah
agar lebih giat dalam belajar untuk mendapat hasil yang maksimal
92
2.
Bagi guru mata pelajaran bahasa Bali disarankan agar model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk
diterapkan guna mengatasi masalah dalam pembelajaran, meningkatkan
kemampuan berpikir kritis, meningkatkan peran aktif siswa, terutamanya dalam
mengatasi permasalahan terkait materi yang dipelajari.
3.
Bagi pihak sekolah disarankan agar model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share dijadikan bahan pertimbangan untuk diterapkan pada pelajaran lain,
serta memfasilitasi instrumen pendukung yang diperlukan guna mengatasi
permasalahan dalam pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
93
94
oleh
Ni Nyoman Suryaningsih, NIM 2011.II.1.0048
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah
Bidang Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Abstrak
Sesuai dengan kurikulum yang berlaku yakni kurikulum 2013 yang
berbasis teks, siswa seharusnya sudah mampu menulis teks anekdot. Namun
kenyataannya, masih banyak masalah yang muncul seperti teks anekdot siswa
belum memenuhi kelengkapan dan kesesuaian judul, struktur dan bahasanya.
Permasalahan ini tampak pada siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun
pelajaran 2014/2015.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, yang menjadi pokok
permasalahan pada penelitian ini yaitu: (1) bagaimanakah teks anekdot siswa
kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 ditinjau dari
judulnya?; (2) bagaimanakah teks anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar
tahun pelajaran 2014/2015 ditinjau dari strukturnya?; dan (3) bagaimanakah teks
anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 ditinjau
dari bahasanya?.
Tujuan penelitian ini yaitu: (1) untuk mengetahui teks anekdot siswa kelas
X SMA PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 ditinjau dari judulnya (2)
untuk mengetahui teks anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun
pelajaran 2014/2015 ditinjau dari strukturnya dan (3) untuk mengetahui teks
anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015
ditinjau dari bahasanya.
Adapun sejumlah teori yang digunakan dalam penelitian ini yakni: (1)
pengertian menulis, (2) tujuan menulis, (3) langkah-langkah menulis, (4)
pengertian anekdot, (5) struktur teks anekdot, (6) Bahasa Teks Anekdot (7)
langkah-langkah menulis teks anekdot, dan (8) contoh teks anekdot.
Lebih jauh, untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan, seperangkat
metode digunakan dalam penelitian ini yakni: (1) metode penentuan subjek
penelitian adalah sampel; (2) metode pendekatan subjek penelitian adalah empiris;
(3) metode pengumpulan data adalah catatan dokumen dan (4) metode pengolahan
data adalah statistik deskriptif.
Berdasarkan hasil pengolahan data, penelitian ini menyimpulkan: (1) teks
anekdot siswa ditinjau dari judulnya adalah sangat baik (2) ditinjau dari
strukturnya adalah baik, dan (3) ditinjau dari bahasanya adalah sangat baik.
Penelitian ini menyarankan: (1) teks anekdot yang yang sudah sangat baik,
agar dipertahankan, (2) teks anekdot yang sudah baik, agar lebih ditingkatkan dan
(3) teks anekdot yang belum mencapai KKM, guru hendaknya melakukan
evaluasi, untuk dijadikan pedoman dalam menentukan strategi pembelajaran.
Kata Kunci: analisis, teks, anekdot
95
Abstract
In accordance with the applicable curriculum 2013 with text-based,
students should be able to write anecdotes text. But in reality, there are still many
problems that arise like students anecdotes text have not met the completeness
and appropriateness of the title, structure and language. These problems appear
in class X SMA PGRI 4 Denpasar academic year 2014/2015.
Based on the background of the problems above, which as the issues in
this study are: (1) How is the anecdotes text by students class X SMA PGRI 4
Denpasar academic year 2014/2015 in terms of the title?; (2) How is the
anecdotes text of students class X SMA PGRI 4 Denpasar academic year
2014/2015 in terms of the structure?; and (3) how is the anecdotes text of students
class X SMA PGRI 4 Denpasar academic year 2014/2015 in terms of language?
The purpose of this research are: (1) to determine the anecdotes text of
students class X SMA PGRI 4 Denpasar 2014/2015 academic year in terms of the
title (2) to determine the text anecdotes of students class X SMA PGRI 4 Denpasar
academic year 2014/2015 in terms of the structure and (3) to determine the
anecdotes text of students class X SMA PGRI 4 Denpasar academic year
2014/2015 in terms of language.
There are some theories used in this study are: (1) definition of writing,
(2) the purpose of writing, (3) steps of writing, (4) definition of anecdotes, (5) the
structure of anecdotes text, (6) Language of Anecdotes Text (7) steps to write
anecdotes text, and (8) sample of anecdotes text.
Furthermore, to achieve the goals that have been formulated, a set of
methods used in this study are: (1) the method of determining the research subject
is a sample method; (2) the approach method of research subjects is empirical
method; (3) the method of data collection is document record and (4) data
processing method is descriptive statistics method.
Based on the results of data processing, the study concluded: (1) the
anecdotes text of students in terms of the title is very good (2) in terms of structure
is good, and (3) in terms of the language is very good.
This study suggests: (1) the anecdotes text that are already very good, to
be maintained, (2) the anecdotes text that have been well, so more enhanced and
(3) the anecdotes text that have not yet reached MCC, the teacher should conduct
an evaluation, to be used as a guide in determine the learning strategies.
Key words : analisys, text, anecdote
1. PENDAHULUAN
Tujuan utama pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah adalah agar siswa
terampil berbahasa Indonesia. Terampil berbahasa Indonesia artinya mampu
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. bahasa Indonesia yang baik
dan benar adalah bahasa Indonesia yang sesuai dengan kondisi pemakaiannya dan
sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku.
96
97
Pelajaran 2014/2015.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, yang menjadi pokok
permasalahan yaitu: (1) bagaimanakah teks anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4
Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 ditinjau dari judulnya?; (2) bagaimanakah
teks anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015
ditinjau dari strukturnya?; dan (3) bagaimanakah teks anekdot siswa kelas X SMA
PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 ditinjau dari bahasanya?.
Berkenaan dengan pokok masalah seperti yang telah disebutkan, adapun
tujuan yang ingin dicapai yakni: (1) untuk mengetahui teks anekdot siswa kelas X
SMA PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 ditinjau dari judulnya (2)
untuk mengetahui teks anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun
pelajaran 2014/2015 ditinjau dari strukturnya dan (3) untuk mengetahui teks
anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015
ditinjau dari bahasanya.
Untuk menunjang kebenaran dan keakuratan hasil penelitian yang di dapat,
penelitian ini menggunakan sejumlah teori yaitu: (1) pengertian menulis, (2)
tujuan menulis, (3) langkah-langkah menulis, (4) pengertian anekdot, (5) struktur
teks anekdot, (6) Bahasa Teks Anekdot (7) langkah-langkah menulis teks anekdot,
dan (8) contoh teks anekdot.
2. METODE
Menurut Sugiono (2010: 3) metode penelitian diartikan sebagai cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Pandangan
Sugiyono di atas, menunjukkan betapa pentingnya metode penelitian dalam
sebuah penelitian ilmiah. Oleh karena itu, pemilihan metode dalam sebuah
penelitian ilmiah harus diperhitungkan secara cermat agar dapat memenuhi
fungsinya dengan baik. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini ada
empat yaitu: (1) metode penentuan subjek penelitian, (2) metode pendekatan
subjek penelitian, (3) metode pengumpulan data dan (4) metode pengolahan data.
Arikunto (2010: 188) menjelaskan bahwa subjek penelitian adalah benda,
hal, atau orang yang dituju oleh peneliti untuk diteliti. Dalam menentukan subjek
98
penelitian, setidaknya ada dua kemungkinan yang bisa dilakukan, yaitu populasi
dan sampel. Berkenaan dengan itu, peneliti memilih kemungkinan yang kedua
yakni penelitian sampel. Mengingat sampel merupakan bagian dari populasi,
maka dalam penelitian sampel, terlebih dahulu populasi harus ditetapkan. Menurut
Agung (2010: 47) populasi merupakan keseluruhan objek atau subjek dalam suatu
penelitian. Berdasarkan pendapat di atas, yang menjadi populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran
2014/2015 yang berjumlah 145 orang siswa yang tersebar dalam empat kelas
dengan rincian 71 putra dan 74 putri. Agar lebih jelas, populasi penelitian ini
dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini.
Tabel 2.1 Populasi Siswa Kelas X SMA PGRI 4 Denpasar Tahun Pelajaran 2014/
2015.
No
1
2
3
4
Sub Populasi
Putra
Putri
Jumlah
X MIA 1
15
19
34
X MIA 2
12
20
32
X MIA 3
17
19
36
X IIS
27
16
43
Jumlah
71
74
145
Sumber: SMA PGRI 4 Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015
Tabel di atas menunjukkan, jumlah populasi penelitian ini cukup besar.
Sesuai dengan pembahasan di atas, penelitian ini adalah penelitian sampel.
Dengan kata lain, penelitian ini menggunakan sebagian dari populasi yang ada.
Selain itu, keterbatasan kemampuan, waktu, dan biaya yang dimiliki oleh peneliti,
juga menjadi suatu pertimbangan digunakannya penelitian sampel.
Berkenaan dengan hal tersebut, penentuan jumlah sampel dalam penelitian
ini, digunakan rumus Cochran sebagaimana yang
seperti berikut ini.
t 2 . p.q
d2
n
1 t 2 . p.q
1 2 1
N d
99
Keterangan:
t
: Nilai t pada taraf kepercayaan yang ditentukan (1,96)
d
: Taraf kekeliruan yang ditentukan (digunakan 0,05)
p
: Proporsi dari salah satu strata
q
: 1- p
n
: Jumlah sampel minimal
N
: Ukuran populasi
1
: Bilangan konstan
Jadi, berdasarkan perhitungan menggunakan rumus Cochran di atas, maka
jumlah sampel dalam penelitian ini sebesar 105 siswa. Lebih jauh, untuk
memenuhi jumlah yang telah ditetapkan, peneliti menggunakan dua teknik
sampling yakni: proporsional sampling dan random sampling.
Agung (2010: 48) mengungkapkan bahwa teknik proporsional sampling ini
dilakukan untuk lebih menjamin representatifnya sampel, jika ternyata jumlah
subjek yang terdapat dalam tiap strata atau tiap wilayah tidak sama. Sehubungan
dengan hal tersebut, untuk menentukan perimbangan jumlah sampel pada masingmasing kelas, peneliti mengikuti perhitungan yang dikembangkan oleh Hadi
(2004: 90) seperti berikut ini.
Jumlah tiap-tiap sub kelas
X jumlah sampel yang diamati
Jumlah populasi
Dengan rumus di atas, jumlah sampel dari masing-masing kelas dapat
diketahui, seperti berikut ini.
Tabel 2.2 Sampel Penelitian Siswa Kelas X SMA PGRI 4 Denpasar Tahun
Pelajaran 2014/2015
No
1
2
3
4
Kls
X MIA 1
X MIA 2
X MIA 3
X IIS
Jumlah
Jumlah Populasi
34
32
36
43
145
Jumlah Sampel
25
23
26
31
105
100
semua subjek dianggap sama (Arikunto (2010: 177). Penelitian ini menggunakan
teknik undian dalam pengambilan sampel.
Sementara itu, metode pendekatan subjek penelitian pada dasarnya
merupakan golongan metode yang digunakan untuk melakukan pendekatan
terhadap gejala dari subjek penelitian. Dalam penelitian ini, metode pendekatan
yang digunakan adalah metode empiris. Dengan kata lain, pendekatan yang
digunakan adalah cara pendekatan, dimana gejala yang diteliti telah ada secara
wajar. Gejala wajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah teks anekdot siswa
kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 yang dianalisis, sudah
disusun berdasarkan teori-teori atau syarat-syarat dari sebuah teks anekdot.
Lebih lanjut, metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode pencatatan dokumen. Menurut Agung (2010: 65) metode
pencatatan dokumen adalah cara memperoleh data dengan jalan mengumpulkan
segala macam dokumen dan melakukan pencatatan secara sistematis. dalam hal
ini, dokumen yang dimaksud adalah teks anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4
Denpasar tahun pelajaran 2014/2015.
Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode analisis statistik deskriptif. Analisis statistik deskriptif adalah statistik
yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum dan generalisasi (Sugiyono,
2010: 207). Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam metode pengolahan
data ini, yaitu (1) menyekor teks anekdot siswa (2) mengubah skor mentah
menjadi skor standar, (3) menentukan kriteria predikat, (4) mengelompokkan
kemampuan siswa, (5) mencari skor rata-rata, dan (6) menarik kesimpulan.
3. HASIL
Hasil analisis data ini disajikan berdasarkan hasil data yang dikumpulkan
melalui metode pencatatan dokumen dan hasil pengolahan data yang dilakukan.
Berkenaan dengan hal itu, berikut ini akan disajikan hasil analisis data yakni hasil
analisis teks anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/
101
Nilai
100
83
67
50
Predikat
Sangat Baik
Baik
Baik
cukup
Jumlah
Jumlah
60
19
23
3
105
Presentase
57%
18%
22%
3%
100%
Keterangan
Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tabel 3.2 Hasil Pengelompokkan Tingkat dan Ketuntasan Siswa Kelas X SMA
PGRI 4 Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015 Dalam Menulis Teks
Anekdot Ditinjau Berdasarkan strukturnya
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Nilai
95
90
85
80
75
70
65
60
55
40
35
Predikat
Sangat Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Cukup
Cukup
Cukup
Kurang
Jumlah
Jumlah
1
13
17
26
14
15
14
2
1
1
1
105
Presentase
1%
12%
16%
25%
13%
14%
13%
2%
1%
1%
1%
100%
Keterangan
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tabel 3.3 Hasil Pengelompokkan Tingkat dan Ketuntasan Siswa Kelas X SMA
PGRI 4 Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015 Dalam Menulis Teks
Anekdot Ditinjau Berdasarkan Bahasanya
No
1
2
Nilai
100
75
Predikat
Sangat Baik
Baik
Jumlah
Jumlah
76
29
105
Presentase
72%
28%
100%
Keterangan
Tuntas
Tuntas
Sesuai dengan data di atas, maka skor rata-rata siswa dalam menulis teks
anekdot yang ditinjau berdasarkan judul, struktur dan bahasanya dapat diketahui
102
sebagai berikut.
Tabel 3.4 Frekuensi Skor yang Dicapai Siswa Kelas X SMA PGRI 4 Denpasar
Tahun Pelajaran 2014/2015 Ditinjau berdasarkan Judulnya
No
1
2
3
4
x
100
83
67
50
F
60
19
23
3
Fx
6000
1577
1541
150
N = 105
fx = 9268
fx
N
9268
105
Fx
95
95
90
13
1170
85
17
1445
80
26
2080
75
14
1050
70
15
1050
103
65
14
910
60
120
55
55
10
40
40
11
35
35
N = 105
fx = 8050
fx
N
8050
105
x
100
75
F
76
29
Fx
7600
2175
N = 105
fx = 9775
fx
N
104
9775
105
kualifikasi sangat baik dan mencapai KKM yang telah di tetapkan oleh sekolah,
yakni 75. Sehubungan dengan hal tersebut, maka teks anekdot siswa kelas X SMA
PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015ditinjau berdasarkan judulnya
tergolong sangat baik dan telah mencapai KKM.
Sementara itu, ditinjau berdasarkan struktur, skor rata-rata siswa adalah
76,66 dibulatkan menjadi 77. Skor ini sudah dalam bentuk skor standar. Sesuai
dengan kriteria kemampuan siswa, skor 77 berada pada rentangan 62-85 dengan
kualifikasi baik dan mencapai KKM yang telah di tetapkan oleh sekolah, yakni
75. Sehubungan dengan hal tersebut, maka teks anekdot siswa kelas X SMA
PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015ditinjau berdasarkan strukturnya
tergolong baik dan telah mencapai KKM.
Lebih lanjut, ditinjau berdasarkan bahasa, skor rata-rata siswa adalah
93,09 dibulatkan menjadi 93. Skor ini sudah dalam bentuk skor standar. Sesuai
dengan kriteria kemampuan siswa, skor 93 berada pada rentangan 86-100 dengan
kualifikasi sangat baik dan mencapai KKM yang telah di tetapkan oleh sekolah,
yakni 75. Sehubungan dengan hal tersebut, maka teks anekdot siswa kelas X SMA
PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015ditinjau berdasarkan bahasanya
tergolong sangat baik dan telah mencapai KKM.
105
5. PENUTUP
Simpulan
Menarik simpulan pada dasarnya merupakan pendeskripsian terhadap hasil
pengolahan data yang dilakukan. Oleh karena itu, berdasarkan hasil pengolahan
data yang dilakukan, dapat ditarik simpulan sebagai berikut.
1) Teks anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015
ditinjau berdasarkan judulnya adalah sangat baik. Simpulan ini didukung oleh
data empiris yang ada. Dari 105 teks anekdot siswa yang dijadikan sampel
penelitian, 79 teks anekdot siswa atau 75,24% telah berhasil memperoleh
kriteria ketuntasan, sedangkan 26 teks anekdot siswa atau 24,76% tidak
berhasil memperoleh kriteria ketuntasan. Jadi, sebesar 75,24% teks anekdot
siswa yang berhasil mencapai rata-rata (mencapai ketuntasan) ditinjau
berdasarkan judulnya dan sebesar 24,76% teks anekdot siswa yang tidak
berhasil mencapai rata-rata (tidak mencapai ketuntasan ) karena berada di
bawah KKM yang ditetapkan yaitu 75. Nilai rata-rata seluruh teks anekdot
siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 yang
dijadikan sampel yang ditinjau berdasarkan judulnya adalah 88 berada pada
rentangan 86-100 dengan kualifikasi sangat baik dan telah mencapai KKM.
2) Teks anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun
pelajaran
106
3) Teks anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015
ditinjau berdasarkan bahasanya adalah ssangat baik. Simpulan ini didukung
oleh data empiris yang ada. Sebesar 105 teks anekdot siswa yang dijadikan
sampel penelitian, semua teks anekdot siswa atau 100% telah berhasil
memperoleh kriteria ketuntasan. Jadi, sebesar 100% teks anekdot siswa yang
berhasil mencapai rata-rata (mencapai ketuntasan) ditinjau berdasarkan
bahasarnya . Nilai rata-rata seluruh teks anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4
Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 yang dijadikan sampel yang ditinjau
berdasarkan strukturnya adalah 93 berada pada rentangan 86-100 dengan
kualifikasi sangat baik dan telah mencapai KKM.
Saran-Saran
Saran-saran pada dasarnya merupakan tindak lanjut terhadap simpulan
yang telah diambil. Oleh karena itu, berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan
maka saran-saran dalam penelitian ini akan dikaitkan dengan simpulan.
Berkenaan dengan itu, saran-saran dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut.
1) Mengingat hasil penelitian yakni skor rata-rata yang diperoleh terhadap teks
anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 yang
ditinjau berdasarkan judulnya yakni 88 dengan kualifikasi sangat baik, peneliti
sarankan kepada siswa dan guru untuk tetap mempertahankannya.
2) Sementara itu, berkenaan dengan simpulan yang kedua, skor rata-rata yang
diperoleh terhadap teks anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun
pelajaran 2014/2015 yang ditinjau berdasarkan strukturnya yakni 77 dengan
kualifikasi baik, peneliti sarankan kepada siswa dan guru untuk lebih
ditingkatkan dengan cara berlatih lebih giat sehingga mampu mencapai prestasi
yang maksimal yakni sangat baik. Dalam hal ini, guru perlu memberikan
materi yang mudah dimengerti terkait teks anekdot yang sesuai dengan
strukturnya.
3) Lebih lanjut,
diperoleh terhadap teks anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun
107
Daftar Rujukan
Agung, A.A. Gede. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Suatu Pengantar.
Singaraja : Undiksha.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi
Revisi). Jakarta : Rineka Cipta.
Dalman, H. 2011. Keterampilan Menulis. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Sucipto, Maya Gustina, dkk. 2013. Bahasa Indonesia. Klaten : PT. Intan
Pariwara.
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif dan R & D). Bandung : Alfabeta.
108
109
Abstract
Low interest of students to study Balinese language lessons directly affect
student learning outcomes in understanding syntax, particularly in syntactic
function of single sentense. Based on preliminary observations that researchers
do, obtained result that the students class X AK4 SMK Negeri 2 Denpasar
academic year 2014/2015 in analyzing syntactic function of single sentense is still
low which looks at the daily test scores of students who received average score
68,23 and classical completeness only 18,4%. This is because the teaching process
is less explore students potential to play an active role and the learning model
used is not varied. Therefore, one of the chosen alternative is to implement
cooperative learning model tipe Student Team Achievement Division (STAD).
This research is a class act that is performed in two cycles. Each cycle
consists of planning, implementation, observation, and reflection. The purpose of
this research is to improve students' ability to analyze the syntactic function of
single sentense and student response during the learning process. Learning
outcome data were collected by using test method and the student response data
collected by observation. The collected data is then processed using descriptive
statistical methods.
The results showed the application of cooperative learning model STAD
can improve the ability to analyze syntactic function of single sentence to the
students class X AK4 SMK Negeri 2 Denpasar academic year 2014/2015. This is
showed from the the results of student learning in the first cycle to obtain the
average value 74,31 and 61% with mastery learning, then on the second cycle
increased to 89,31 with mastery learning reach 92%. Additionally, student
responses also increased. In the first cycle response result students gain an
average value 70,52, then on the second cycle increased to 79,47 with a good
category. Therefore, the researchers suggest to teachers to apply this model to
analyze the syntactic function of single sentence so as to create an atmosphere of
learning that can stimulate and motivate students to learn.
Keyword : STAD, syntactic function, single sentence.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan, bahasa Bali diajarkan di sekolah melalui
kurikulum muatan lokal dari tingkat SD hingga SMA. Pengajaran bahasa Bali
dilakukan oleh guru dengan cara memberikan pelatihan secara intensif kepada
siswa dalam penggunaan bahasa Bali melalui kegiatan berbahasa sehingga siswa
menjadi terampil berbahasa Bali. Untuk menguasai keterampilan berbahasa Bali,
hal yang perlu diperhatikan adalah pemahaman tentang tata bahasa.
110
pemakaian
bahasa adalah bidang sintaksis. Sintaksis adalah telaah tentang hubungan katakata atau satuan-satuan sintaksis yang lebih besar dalam kalimat (Badulu dan
Herman, 2010:44). Kalimat memiliki unsur-unsur pembentuk kalimat yang dapat
berupa kata, frasa, dan klausa. Setiap unsur tersebut dapat dibedakan berdasarkan
fungsi, kategori, dan perannya dalam kalimat. Menurut Chaer (2009:20) ditinjau
dari fungsinya, unsur-unsur kalimat ada yang disebut subjek (S), predikat (P),
objek (O), komplemen (Kom), dan keterangan (Ket). Demikian pula halnya
dengan strukur kalimat bahasa Bali yang disebut dengan wangun lengkara juga
tersusun atas unsur-unsur pembentuk kalimat tersebut yang meliputi: jejering
(subjek), linging (predikat), panandang (objek), dan katerangan (keterangan).
Akan tetapi, fenomena yang terjadi dalam pembelajaran di SMK Negeri 2
Denpasar, diketahui bahwa tingkat penguasaan siswa kelas X AK4 SMK Negeri 2
Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 dalam menganalisis wangun lengkara
tunggal masih tergolong rendah. Hal ini ditunjukkan oleh ulangan harian siswa
yang memperoleh nilai di bawah KKM yaitu 75. Dalam satu kelas yang berjumlah
38 orang, hanya 7 orang siswa atau sekitar 18% yang mampu memperoleh nilai 75
ke atas dan 31 orang siswa atau sekitar 82% yang mendapatkan nilai di bawah
KKM dengan rata-rata kelas hanya mencapai 68,23.
Rendahnya kemampuan siswa dalam menganalisis fungsi sintaksis
wangun lengkara tunggal disebabkan beberapa faktor di antaranya: (1) proses
pengajaran kurang menggali potensi siswa untuk berperan aktif karena
pengelolaan kelas yang monoton sehingga aktifitas siswa terlihat kurang, terutama
dalam mengajukan pertanyaan atau tanggapan, (2) guru kurang memberikan
latihan-latihan secara intensif sehingga berpengaruh terhadap kemampuannya
dalam menganalis fungsi wangun lengkara menjadi terbatas, dan (3) model
pembelajaran yang dipergunakan oleh guru dalam proses pembelajaran tidak
variatif sehingga kurang memberikan stimulus kepada siswa untuk belajar.
Untuk menyikapi hal tersebut, peneliti menawarkan alternatif pemecahan
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team
Achievement Division). Dasar pertimbangannya ialah model pembelajaran STAD
111
dipilih karena model ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa
terhadap diri sendiri dan kelompoknya, menjadikan siswa aktif dalam proses
pembelajaran, dan melalui penghargaan yang ada pada tahap akhir model ini
dapat merangsang motivasi siswa untuk belajar dengan harapan agar
kelompoknya mendapat predikat terbaik.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti memandang perlu untuk
mengadakan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran
STAD yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
menganalisis wangun lengkara tunggal. Adapun judul penelitian yang peneliti
angkat yaitu Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team
Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Kemampuan Menganalisis
Fungsi Sintaksis Wangun Lengkara Tunggal pada Siswa Kelas X AK4 SMK
Negeri 2 Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015.
1.2
Landasan Teori
Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tiga hal pokok,
yaitu terkait sintaksis, kalimat tunggal, dan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD.
1.2.1
Pengertian Sintaksis
Chaer (2007:206) menjelaskan asal-usul kata sintaksis itu sendiri berasal
dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan kata tatttein yang berarti
menempatkan. Jadi, secara etimologi sintaksis berarti menempatkan bersamasama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Hal serupa juga diungkapka
Arnawa (2008:75) yang memandang bahwa sintaksis sebagai kajian struktur
intern kalimat. Artinya, satuan terbesar yang ditelaah dalam sintaksis adalah
kalimat. Jadi, sintaksis adalah cabang ilmu yang menelaah tentang struktur/sistem
kalimat.
1.2.2
Satuan Sintaksis
Berpijak pada pengertian sintaksis yang merupakan cabang linguistik yang
mengkaji struktur kalimat, tersirat bahwa satuan terkecil sintaksis adalah kata dan
112
satuan terbesarnya adalah kalimat. Kecuali itu, satuan sintaksis yang lain berupa
frase dan klausa. Dengan demikian, secara runtut dapat dikatakan bahwa satuansatuan sintaksis terdiri dari: kata, frase, klausa, dan kalimat.
1.2.3
Fungsi Sintaksis
Sulaga dkk (1996:38) juga menegaskan fungsi sintaksis ialah status relatif
yang dibebankan pada ruas-ruas kalimat dalam membentuk satu kesatuan yang
utuh. Fungsi sintaksis utama dalam kalimat terdiri atas predikat, subjek, objek,
pelengkap, dan keterangan. Demikian pula halnya dengan strukur kalimat bahasa
Bali yang disebut dengan wangun lengkara juga tersusun atas jejering subjek,
linging predikat, panandang objek, dan katerangan keterangan (Tinggen,
1984:36).
1.2.4
Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan gramatikal yang mengandung pikiran utuh dan
dapat berdiri sendiri, di mana penulisannya diawali dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan adanya intonasi final.
1.2.5
Kalimat Tunggal
Sulaga dkk (1996:345) menjelaskan kalimat tunggal adalah kalimat yang
hanya terdiri atas satu pola, bisa diperluas sepanjang perluasannya tidak
membentuk pola baru lagi. Yang dimaksud dengan pola dalam kalimat tunggal
ialah pengisi unsur kategori atau kelas kata yang membangun kalimat tersebut.
Dalam bahasa Bali, kalimat tunggal diistilahkan dengan lengkara tunggal.
Menurut Tinggen (1984:84) lengkara tunggal inggih punika lengkara sane tegep
lumbrahipun kawangun antuk jejering, linging, panandang, miwah katerangan
lengkara wantah asiki. Artinya kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya
dibangun satu susunan subjek, predikat, objek, dan keterangan kalimat.
1.2.6
113
(academic
skill),
sekaligus
keterampilan
sosial
(social
skill)
termasuk
interpersonal skill.
1.2.7
1.2.8
114
dikembangkan oleh Slavin, dan merupakan salah satu tipe kooperatif yang
menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling
memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna
mencapai prestasi yang maksimal.
1.2.10 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu dari model
pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan
jumlah anggota tiap kelompok 45 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan
penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis,
dan penghargaan kelompok (Trianto, 2012:68).
2. METODE PENELITIAN
2.1
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut
115
116
117
Selain hasil tes, respon siswa juga mengalami peningkatan atas penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran menganalisis
fungsi sintasis wangiun lengkara tunggal. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 2 Perbandingan Hasil Observasi Respon Siswa Siklus I dan Siklus II
No
Nama Siswa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Siklus I
SM
SS
13
65
16
80
15
75
14
70
16
80
13
65
14
70
13
65
13
65
16
80
13
65
15
75
12
60
14
70
13
65
14
70
13
65
13
65
15
75
16
80
14
70
13
65
14
70
13
65
15
75
13
65
13
65
14
70
14
70
14
70
15
75
16
80
14
70
13
65
15
75
118
Siklus II
SM
15
19
18
16
19
15
15
14
16
16
15
15
16
17
16
14
14
15
15
19
14
14
15
14
16
14
16
14
15
15
18
19
17
17
16
SS
75
95
90
80
95
75
75
70
80
80
75
75
80
85
80
70
70
75
75
95
70
70
75
70
80
70
80
70
75
75
90
95
85
85
80
Ket.
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Widiasih Ni Putu
36
37 Wira Darma Putra I Wayan
38 Yulia Agustini Ni Luh Putu
Jumlah
Rata-rata
Keterangan:
SM
= Skor Mentah
SS
= Skor Standar
4.
15
14
16
536
14,1
75
70
80
2680
70,52
16
15
19
604
15,89
80
75
95
3020
79,47
Meningkat
Meningkat
Meningkat
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil tes kemampuan dan observasi respon siswa pada siklus I
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan mengenai
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement
Division (STAD) untuk meningkatkan kemampuan menganalisis fungsi sintaksis
wangun lengkara tunggal kelas X AK 4 SMK Negeri 2 Denpasar tahun pelajaran
2014/2015, dapat ditarik simpulan sebagai berikut.
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement
Division (STAD) dapat meningkatkan kemampuan menganalisis fungsi
sintaksis wangun lengkara tunggal pada siswa kelas X AK 4 SMK Negeri 2
Denpasar tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini terbukti dari adanya peningkatan
hasil tes siswa dari siklus I ke siklus II dengan hasil rata-rata siklus I adalah
74,31 dan pada siklus II meningkat menjadi 89,31. Nilai rata-rata yang dicapai
siswa pada siklus II telah memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM >75)
dengan predikat baik. Selain itu, ketuntasan belajar siswa secara klasikal juga
mengalami peningkatan. Dari 38 orang siswa, ketuntasan yang dicapai oleh
119
siswa pada siklus I sebesar 61%, kemudian meningkat menjadi 92% pada
siklus II.
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement
Division (STAD) dapat meningkatkan respon siswa kelas X AK 4 SMK
Negeri 2 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 dalam mengikuti pembelajaran
menganalisis fungsi sintaksis wangun lengkara tunggal. Hal ini terlihat pada
hasil obervasi respon siswa pada siklus I, baik dari segi minat belajar,
perhatian, keaktifan, tanggung jawab, maupun kerja sama siswa selama
mengikuti proses pembelajaran tergolong cukup baik. Hal tersebut dibuktikan
dengan pemerolehan skor rata-rata siklus I sebesar 70,52. Pada siklus II hasil
observasi respon siswa dari kelima aspek yang dinilai mengalami peningkatan
menjadi 79,47 dengan memperoleh predikat baik.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, perlu disampaikan beberapa
saran sebagai tindak lanjut hasil penelitian yang telah dilakukan. Adapun saran
yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut.
1. Siswa yang memperoleh nilai tinggi disarankan agar tetap mempertahankan
bahkan meningkatkan prestasinya dan siswa yang memperoleh nilai rendah
agar lebih giat belajar agar mampu memperoleh hasil belajar yang maksimal.
2. Guru mata pelajaran bahasa Bali diharapkan menjadikan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) sebagai salah satu
alternatif dalam pembelajaran bahasa Bali, terutama dalam struktur wangun
lengkara. Perlu adanya penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas lain atau tempat lain guna
mengembangkan langkah-langkah pembelajaran yang menyenangkan untuk
merangsang
dan
memotivasi
siswa
untuk
belajar,
terutama
dalam
120
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi dkk. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Arnawa, Nengah. 2008. Wawasan Linguistik dan Pengajaran Bahasa. Denpasar:
IKIP PGRI Bali.
Badulu Abdul Muis dan Herman. 2010. Morfosintaksis. Jakarta. Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2007. Linguitik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta:
Rineka Cipta.
Isjoni. 2013. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.
Paizaluddin dan Ermalinda. 2013. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Reseach). Bandung: Alfabeta.
Riyanto, Yatim. 2012. Paradigma Baru Pembelajaran. Surabaya: Kencana.
Sulaga, I Nyoman dkk (penyunting). 1996. Tata Bahasa Baku Bahasa Bali.
Denpasar: Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Bali.
Tinggen, I Nengah. 1984. Tata Basa Bali Ringkes. Singaraja: Indra Jaya.
Trianto. 2012. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana.
121
oleh
Wulan Fridayanti, NIM: 2011.II.2.0003
Program Study Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah
Bidang Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Bali
Abstrak
Pengajaran puisi masih berorientasi pada guru. Guru lebih banyak
menggunakan metode ceramah dalam pengajaran puisi di kelas. Berdasarkan latar
belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu: (1) Apakah
model pembelajaran student facilitator and explaining efektif diterapkan untuk
meningkatkan kemampuan memahami unsur-unsur pembangun puisi Bali anyar
pada siswa kelas X AP 2 SMK N 5 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015? (2)
Bagaimanakah respon siswa kelas X AP 2 SMK N 5 Denpasar tahun pelajaran
2014/2015 terhadap penerapan model pembelajaran student facilitator and
explaining untuk meningkatkan kemampuan memahami unsur-unsur pembangun
puisi Bali anyar?
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar
memahami unsur-unsur pembangun puisi Bali anyar, serta untuk mengetahui
respon dengan pembelajaran student facilitator and explaining. Pada penelitian ini
digunakan beberapa landasan teori, antara lain: (1) model pembelajaran student
facilitator and explaining, (2) langkah-langkah model pembelajaran student
facilitator and explaining, (3) kelebihan model pembelajaran student facilitator
and explaining, (4) apresiasi sastra, (5) tujuan apresiasi sastra, (6) tahapan-tahapan
apresiasi sastra, (7) pengertian puisi, (8) pengertian puisi Bali anyar, (9) unsurunsur puisi, (10) memahami puisi Bali anyar.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran
student facilitator and explaining dapat meningkatkan kemampuan memahami
unsur-unsur pembangun puisi Bali anyar pada siswa, sebelum tindakan nilai ratarata siswa, yaitu 68,15 pada pra silkus meningkat menjadi 81,15 dengan predikat
baik pada siklus I dan mendapat respon sangat baik dengan rata-rata 92,58.
Oleh karena itu, saran yang hendak disampaikan adalah guru sebaiknya
lebih menggunakan model pembelajaran student facilitator and explaining untuk
meningkatkan kemampuan memahami unsur-unsur pembangun puisi Bali anyar.
Kata kunci: puisi Bali anyar, pembelajaran student facilitator and explaining
122
Abstract
Poetry teaching is still oriented to the teachers these day. Teachers are
more using lecture method to teaching poetry on the class. According to it, it can
be defined some problems : (1) is Student facilitator and explaining model
effective to implemented in order to increasing students understanding skill of
Bali anyar poetry elements builder on SMK N 5 Denpasar 10 Grade students on
2014/2015 school years? (2) How is students of SMK N 5 Denpasar 10 Grade on
2014/2015 school years responding to Student facilitator and explaining model
implementation in order to increasing Bali anyar poetry build elements
understanding skill?
The purpose of this research is to increasing studying result on
understanding Bali anyar poetry builder elements, and also to know the
responses of using Student facilitator and explaining method. This research is
using some theoretical basis, which is : (1) Student facilitator and explaining
studying model, (2) Student facilitator and explaining studying model steps, (3)
Advantage of Student facilitator and explaining studying model, (4) literature
appreciation, (5) literature appreciation purpose, (6) step by step of literature
appreciation, (7) Understanding of poetry, (8) Understanding of Bali anyar
poetry, (9) poetry elements, (10) how to understanding Bali anyar poetry.
The research result showing that implementation of Student facilitator and
explaining model can increasing understanding skill of Bali anyar poetry builder
elements, before it implemented students average value is 68,15, on pre-cycle it
increased to 81,15 with good predicate on predicate I and got great responses
with average value of 92,58.
According to it, it is recommended that teachers better using Student
facilitator and explaining study to increasing understanding skill of Bali anyar
poetry builder elements.
Keywords : Bali anyar poetry, Student facilitator and explaining study
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Secara umum kesusastraan Bali dapat digolongkan menjadi dua kelompok
menurut masanya, yaitu Sastra Bali Purwa dan Sastra Bali Anyar. Sastra Bali
Purwa adalah warisan sastra Bali yang mengandung nilai-nilai tradisional
masyarakat pendukungnya. Dalam hal ini, nilai-nilai tersebut dianggap sebagai
unsur-unsur budaya asli atau cermin dari pada kehidupan masyarakat
123
124
puisi Bali anyar dengan tepat. Sedikitnya pengetahuan siswa terhadap karya sastra
membuat siswa sulit memahami unsur-unsur pembangun puisi Bali anyar.
Guru perlu menerapkan cara mengajar yang beragam, salah satu model
pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru adalah model pembelajaran student
facilitator and explaining. Model pembelajaran Student facilitator and explaining
merupakan salah satu dari pendekatan komunikatif. Model pembelajaran Student
facilitator and explaining adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada
siswa dimana tugas guru sebagai fasilitator diambil alih oleh siswa dan siswa
bertanggung jawab sendiri akan hasil belajarnya yang tentu pada akhir
pembelajaran akan disimpulkan oleh guru. Keuntungan menerapkan model
pembelajaran Student facilitator and explaining adalah materi yang dipelajari
diingat lebih lama dan lebih bermakna, sebab berusaha sendiri untuk mencari
pengetahuan dari berbagai sumber, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar
bermakna bagi siswa. Melatih siswa untuk menjadi guru, karena siswa diberi
kesempatan untuk mengulangi penjelasan guru yang telah didengar. Memacu
motivasi siswa untuk memnjadi yang terbaik dalam menjelaskan materi ajar dan
mengetahui kemampuan siswa dalam menyampaikan ide atau gagasan.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis melakukan
penelitian tentang Penerapan Model Pembelajaran Stident Facilitator And
Explaining
untuk
Meningkatkan
Kemampuan
Memahami
Unsur-unsur
125
126
tahapan-tahapan tersebut akan diuraikan seperti di bawah ini. Dari kelima tahapan
di atas, penelitian ini termasuk tahapan yang ketiga, yaitu tahap pemahaman. Pada
tahapan ini penikmat melakukan tindakan meneliti, menganalisis unsur-unsur
pembangun puisi serta berusaha menyimpulkanya.
d. Pengertian Puisi
puisi adalah bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata indah dan
kaya dengan makna. Keindahan sebuah puisi disebabkan oleh diksi, majas, rima,
dan irama yang terkandung dalam karya sastra itu. Puisi menggunakan bahasa
yang ringkas, namun maknanya sangat kaya. Kata-kata yang digunakannya adalah
kata-kata konotatif yang mengandung banyak penafsiran dan pengertian.
e. Pengertian Puisi Bali Anyar
Puisi Bali Anyar dapat diartikan sebagai gendre (ragam) sastra berbahasa
Bali yang terikat oleh irama serta penyusunan tipografi yang berupa larik-larik
atau bait-bait. Bentuknya yang bebas itulah yang antara lain menyebabkan
iramanya menjadi bebas pula, dalam arti tidak terikat pada pola tertentu, seperti
pupuh dan geguritan (Rai Putra, 2013:1).
f. Unsur-unsur Puisi
Secara garis besar, unsur-unsur puisi terbagi menjadi dua macam, yakni
struktur fisik dan struktur batin, dimana kedua unsur ini bersifat padu dan tidak
bisa dipisahkan satu sama lainnya.
g. Memahami Puisi Bali
memahami sebuah karya sastra puisi Bali modern, pembaca atau siswa
harus mampu menangkap arti yang tersembunyi di balik kata-kata yang tersurat
itu, karena pada umumnya penyair mengambil kata-kata yang tidak dipergunakan
dalam percakapan sehari-hari. Tujuan utamanya adalah agar ia mampu
mengungkapkan perasaan dengan kata-kata yang sesuai dengan perasaannya.
h. Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining
model pembelajaran Student facilitator and explaining adalah suatu model
pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana tugas guru sebagai fasilitator
diambil alih oleh siswa dan siswa bertanggung jawab sendiri akan hasil belajarnya
127
yang tentu pada akhir pembelajaran materi pembelajaran dan gagasan dari peserta
didik akan disimpulkan oleh guru.
2. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan bagian yang sangat penting bagi suatu
penelitian. Tercapai tidaknya suatu tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
sangat tergantung dengan metode yang digunakan.
2.1 Metode Observasi
Observasi adalah proses yang dilakukan untuk memperoleh hasil atau data
dalam suatu penelitian, yang berkaitan dengan situasi dan kondisi dari subjek
yang diteliti. Dalam penelitian ini, metode observasi digunakan untuk mengetahui
respon siswa terhadap penggunaan model pmbelajaran student facilitator and
explaing dalam meningkatkan kemampuan siswa memahami unsur-unsur
pembangun puisi Bali Anyar.
2.2 Metode Tes
Menurut Sanjaya (2011:103) tes adalah instrumen pengumpulan data
untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif, atau tingkat penguasaan
materi pembelajaran.
3. Analisis Data
3.1 Mengubah Skor Mentah Menjadi Skor Standar
Skala seratus disebut skala persentil. Rumus yang digunakan untuk
mengubah skor mentah menjadi skor standar adalah sebagai berikut.
P = x 100
Keterangan:
P = Persentil
X = Skor yang dicapai
SMI = Skor Maksimal Ideal
(Nurkancana dan Sunartana, 1992:92).
128
Keterangan:
M
= Jumlah Nilai
3.4 Hasil
Hasil tes pada pra siklus menunjukkan bahwa jumlah siswa yang
mengikuti tes pemahaman pada pra siklus adalah 40 orang dan diperoleh hasil
bahwa hanya 6 orang (15%) yang tuntas dengan kategori baik dan 34 orang (85%)
berada pada kategori cukup. Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 60 dan
nilai tertinggi adalah 77, dengan rata-rata nilai 68,15 dan presentase ketuntasan
klasikal pada pra siklus adalah 15%.
Tes pemahaman pada siklus I diikuti oleh 40 orang siswa dengan hasil 36
orang siswa (90%) berada pada kategori baik dan 4 orang siswa berada pada
kategori cukup. Nilai terendah pada siklus I adalah 63 dan nilai tertinggi adalah
129
88, dengan nilai rata-rata 81,15 dan ketuntasan klasikal adalah sebesar 90%.
Respon yang diberikan siswa terhadap penerapan model pembelajaran student
facilitator and explaining berada pada kategori sangat baik, di mana 16 orang
siswa (40%) memberikan respon sangat positif, 18 orang siswa (45%)
memberikan respon positif dan 6 orang siswa (15%) memberikan respon cukup..
4. Simpulan
4.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan, dapat
ditarik simpulan sebagai berikut.
1. Penerapan model pembelajaran student facilitator and explaining dapat
meningkatkan pemahaman siswa kelas X AP 2 SMK N 5 Denpasar tahun
pelajaran 2014/2015 terhadap unsur-unsur pembangun puisi Bali anyar. Hal ini
terbukti dari hasil tes yang dilaksanakan, terlihat adanya peningkatan nilai ratarata sebesar 13 dari prasiklus ke siklus I. Pada prasiklus nilai rata-rata siswa
adalah 68,15 meningkat menjadi 81,15 pada siklus I. Nilai rata-rata yang
dicapai siswa pada siklus I telah memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM
75) dengan kategori baik. Ketuntasan belajar secara klasikal pun telah sesuai
dengan indikator keberhasilan yang ditentukan yakni 75%. Pada prasiklus
ketuntasan belajar klasikal hanya sebesar 15%, meningkat menjadi 90% pada
siklus I.
2. Respon yang diberikan oleh siswa kelas X AP 2 SMK N 5 Denpasar tahun
pelajaran 2014/2015 terhadap penerapan model pembelajaran student
facilitator and explaining dalam materi memahami unsur-unsur pembangun
puisi Bali anyar tergolong sangat baik. Respon ini meningkat sebesar 4,05
dari prasiklus ke siklus I. Pada pra siklus respon siswa mencapai 61,07 dan
tergolong cukup meningkat menjadi 92,58 pada siklis I.
Respon yang
130
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan terkait dengan penelitian yang telah
dilaksanakan antara lain sebagai berikut.
1. Bagi
siswa
yang
memperoleh
nilai
tinggi
diharapkan
agar
tetap
DAFTAR RUJUKAN
Antara, I.G.P. 2010. Telaah Wacana Puisi Bali Modern. Singaraja: FKIP UNUD.
Dinas Kebudayaan Bali. 2006. Sastra Bali Anyar. Republik Indonesia.
Natawidjaja. 1982. Apresiasi Sastra dan Budaya. Jakarta: PT. Intermasa.
Nurkencana, Wayan dan PPN Sunartana. 1992. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya:
Usaha Nasional.
Rai Putra, Ida Bagus. 2013. Puisi Bali Modern (Anyar). Denpasar.
Sanjaya, Wina. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Fajar Interpratama.
131