Kelas :
XII IPA II
:
:
:
:
:
:
Sepatu Dahlan
Khrisna Pabichara
Noura books ( PT Mizan Publika )
392 hlm
21 cm
Mei 2012
Dalam setiap buku , novel dan lainnya terdapat resensi yang berisi tentang
keunggulan dan kelemahan suatu buku. Adapun resensi novel Sepatu Dahlan
yaitu :
Karir Khrisna Pabichara sebagai penulis telah banyak melahirkan kumpulan
cerita pendek, mengawini ibu: Senarai kisah yang menggetarkan (Kayla pustaka,
2010). Dan novel sepatu dahlan adalah buku ke-14 yang dianggitnya. Selain
menulis Khrisna Pabichara juga bekerja sebagai penyunting lepas dan aktif dalam
berbagai kegiatan literasi. Dia bisa disapa dan diajak berbincang berbagai hal,
terutama pernak-pernik #bahasaindonesia, lewat akun twitter-nya: @1bichara.
Novel sepatu dahlan ini merupakan novel new release yang mendapat
sambutan yang sangat baik dari masyarakat. Ddengan begitu novel sepatu dahlan
ini menjadi novel best seller di gramedia seluruh Indonesia.
Alur cerita Sepatu Dahlan cukup sederhana. Dahlan Iskan< remaja kebon
dalem . Sebuah kampong kecil dengan enam buah rumah atau sebut saja gubuk,
yang letaknya saling berjauhan. Jika berjalan seratus atau dua ratus langkah ke
arah timur, sungai kanal segera terlihat. Di sepanjang sungai itu banyak pepohonan
yang besar-besar, seperti trembesi, angsana, jawi dan jati. Di sebelah barat dan
selatan hanya ada tebu. Ya, lading-ladang tebu terhampar sejauh mata
memandang. Ada juga beberapa petak sawah yang ditanami padi atau jagung,
tetapi tak seberapa dibanding tebu-tebu yang tingginya kini sudah nyaris dua
setengah meter. Disanalah, di lading-ladang tebu itu, aku mengais rezeki. Dan dari
sanalah kehidupan Dahlan Iskan berlangsung.
Cerita ini diawali dengan keadaan yang kritis karena ia terkena penyakit liver
akut. Pada saat di bius beliau bermimpi akan masa lalunya. Dahlan Iskan
merupakan anak kecil yang bersekolah di sekolah rakyat takeran bersama
teman[teman dekatnya Arif, Imran, Komaryah, Maryati, kadir. Ketika duduk di
sekolah rakyat Dahlan tidak pernah merasakn bagaimana rasanya menggunkan
sepatu. Ia berangkat ke sekolah dengan tidak menggunakan alas apapun, padahal
Dahlan harus berjalan berkilo-kilo meter untuk sampai ke sekolahnya. Tapi Dahlan
tidak pernah mengeluh akan keadaan yang dialaminya.