Anda di halaman 1dari 1

Penulis : Khrisna Pabichara

Penyunting : Suhindrati Shinta & Rina Wulandari


Penerbit : Noura Books
Tahun terbit : 2012
Sepatu Dahlan adalah sebuah novel yang terinspirasi dari kisah hidup Dahlan Iskan muncul
di jagat buku Indonesia. Penulis keturunan Jeneponto dan chef yang menerbitkan buku
berjudul "Sepatu Dahlan" (Kahrisna Pabhicara).Novel sepatu dahlan merupakan bagian
pertama dari trilogi novel inspiratif karya Dahlan Iskan-novel sepatu Dahlan.novel ini
bercerita tentang kehidupan masa kecil Dahlan Iskan. Melalui novel ini, kita menemukan
bahwa Dahlan Iskan besar di sebuah keluarga miskin di Desa kebun Dalem Magetan, Jawa
Tengah yang harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup. Namun, sejak kecil
kedua orang tua selalu menegaskan bahwa hidup dalam kemiskinan bukan berarti mengemis,
melainkan harus menghadapi kerja keras dan kerja keras. Alur cerita dalam novel ini
tergolong sedang. Tidak cepat atau lambat. Penulis mengatakan secara rinci dan memilih kata
yang tepat. Dia tahu kapan harus melambat dan kapan harus berbicara cepat, jadi setelah
membaca "Sepatu Dahlan" kita akan menemukan berbagai alur. Saat membicarakan
kepergian ibunya dari masa kecil Dahlan, pembaca bisa diajak untuk terbenam dalam suasana
sedih yang menyayat hati. Penulis tidak hanya berbicara tentang kepergian ibunya, tetapi juga
tentang bagaimana Dahlan dan saudara perempuannya mengalami rasa lapar yang ekstrem
ketika tidak ada makanan untuk dimakan. Novel ini juga mengingatkan kita bahwa
kemiskinan bukanlah segalanya. Kutipan Nasihat ayahnya, “Kemiskinan kehidupan yang
layak akan mendewasakan jiwa.” Inilah keberhasilan Dahlan dalam hidupnya dan berhasil
mengubah kehidupannya yang kelam dan miskin. Seorang anak yang tumbuh dalam keluarga
yang sangat sederhana di kebun Dalem, sebuah desa di Dahlan, Jawa Timur. Di bawah
asuhan ayahnya, ayahnya selalu menekankan pada disiplin dan tekad, tetapi dia penuh cinta.
Ibunya yang lembut dapat memberikan perlindungan bagi seluruh anggota keluarga, dan dua
saudara perempuan mandiri serta adik-adiknya yang berperilaku baik membuat kepribadian
Dahlan menjadi dewasa dan mampu beradaptasi dengan perubahan keadaan masa kanak-
kanak dan remaja. Semangatnya terus melaju ke SMP yang diimpikannya, yaitu SMP
Magetan gagal berkomunikasi karena biaya yang tidak mencukupi. Ayahnya tetap mendorong
Dahlan untuk melanjutkan studinya di Pondok Pesantren sanawiah Takeran yang didirikan
oleh nenek moyang ayahnya. Novel ini mengandung esensi yang didalamnya banyak
memberikan representasi tentang nilai-nilai pendidikan. Masa-masa kekurangan Dahlan tidak
akan pernah menjadi kambing hitam atas kemiskinan yang dialaminya

Anda mungkin juga menyukai