6. Harga : Rp 62.500,00
melahirkan sebuah kumpulan cerita pendek yang berjudul Mengawini Ibu : Senarai Kisah yang Menggetarkan
(Kayla Pustaka, 2010). Novel ini, Sepatu Dahlan, adalah buku ke-14 yang dianggitnya. Sekarang beliau
bekerja sebagai penyunting lepas dan aktif dalam berbagai literasi. Beliau juga bisa disapa dan diajak
berbincang dalam berbagai hal, terutama pernak pernik #bahasaIndonesia lewat akun twitternya @1bichara.
Sepatu Dahlan, sebuah novel yang menceritakan tentang perjuangan hidup seorang remaja miskin di sebuah
desa bernama Kebon Dalem. Kehidupan yang keras karena kemiskinan mengajarinya untuk tetap bertahan
dalam hidup. Rasa perih karena lapar adalah sahabat baik yang enggan pergi. Dia juga tak pernah lupa akan
dua cita-cita besarnya yaitu sepeda dan sepatu sebagai bukti perjuangan dalam meraih ilmu. Namun, bukan
berarti ia kehilangan keriangan masa kecilnya, karena ia memiliki sebuah persahabatan murni yang begitu
indah. Ketegasan Ayah dan kelembutan hati sang Ibu selalu menyemangatinya untuk terus berjuang.
Benar-benar novel yang inspiratif. Novel yang menceritakan latar belakang terbentuknya seorang sosok
istimewa negeri ini, yaitunya Bapak Dahlan Iskan, menteri BUMN yang amat sederhana ini. Walaupun
Kelas IX.1
RESENSI NOVEL SEPATU DAHLAN
beberapa adegan dan tokoh dalam novel ini tidak semuanya sama dengan kenyataan yang sesungguhnya,
namun semangatnya tetap sama, semangat untuk selalu berjuang dan bertahan dalam berbagai persoalan hidup
yang mendera, semangat hidup bagi orang miskin yang harus dijalani apa adanya.
Cerita novel ini diawali dengan kejadian saat Dahlan Iskan akan menghadapi operasi transplantasi liver
seorang pemuda China berusia 25 tahun. Sesaat setelah ia dibius, dalam keadaan setengah sadar, ia teringat
pada masa kecilnya dulu di kampung halamannya, Desa Kebon Dalem, Magetan, Jawa Barat. Dahlan kecil
yang telah menamatkan pendidikan dasarnya di Sekolah Rakyat Bukur berencana untuk masuk ke sekolah
favorit saat itu yaitu SMP Magetan, namun karena pertimbangan nilai, biaya serta tenaga yang harus dikuras
setiap harinya untuk berjalan 30 km pulang-balik, akhirnya Dahlan pun bersekolah di sekolah pilihan orang
tuanya yaitu Pesanteran Sabilil Muttaqien atau yang lebih dikenal dengan Tsanawiyah Takeran. Disana ia
diterima dalam klub bola Voli yang memang terkenal di kampungnya. Walaupun ia bersekolah di pesantren, ia
tidak tidur di asrama melainkan selalu kembali ke rumahnya (ngalong)demi menggembalakan domba dan
melakukan pekerjaan lain seperti nguli nyeset, nguli nandur dan nyabit rumput.
Suatu hari, ibunya meninggal karena penyakit yang juga menelan jiwa pamannya. Kehidupan semakin sulit,
hingga menyebabkan dahlan harus mencuri demi adiknya yang tersiksa karena kelaparan. Persahabatannya pun
diuji dengan kisah pedih masa lalu. Novel ini diakhiri dengan selesainya operasi transplantasi liver Dahlan
Iskan.
Novel yang terinspirasi dari kehidupan masa kecil Dahlan Iskan ini memiliki kekuatan yang kuat dalam
menyampaikan segala penderitaan dan kesengsaraan yang dialami sang tokoh. Penulis mampu
menggambarkan keadaan ketika sang tokoh berada dalam kesengsaraan menahan lapar, pergolakan dalam diri
tokoh untuk mengatasi kelaparan yang dirasakannya, tekad tokoh untuk mencoba meringankan beban
keluarganya, dan keoptimisannya untuk selalu menjalani hidup ini apa adanya.
Kelas IX.1
RESENSI NOVEL SEPATU DAHLAN
Novel ini benar-benar mampu meyakinkan setiap orang bahwa kebiasaan Dahlan Iskan sebagai menteri yang
dinilai memiliki kebiasaan di luar kebiasaan menteri Indonesia pada umumnya adalah dikarenakan latar
pengalaman yang mengajarinya tekah membuatnya menjadi insan yang penuh dengan kesederhanaan, dan
kerendahan hati, bukan hanya sekedar style memimpin saja, atau bukan hanya sekedar gebrakan fenomenal
biasa, tapi itu semua adalah bentuk ucapan syukur Dahlan Iskan terhadap apa yang pernah dilalui dan sudah
dicapainya. Biasanya novel yang berisi riwayat seorang tokoh yang sedang bertabur bintang akan terjebak
dalam ungkapan-ungkapan prosaic yang bergelimang puja-puji, atau terancam sinisme lantaran menyingkap
hal-ihwal tak terlihat yang boleh jadi mencemari keterpujian tokoh tersebut, namu ternyata Khrisna Pabichara
telah selamat dari dua jebakan tersebut. Novel ini juga beruntung karena menggoreskan kisah hidup seorang
tokoh yang saat ini sedang naik daun dan terkenal dengan inovasinya yang di luar dugaan semua orang, yang
kadang tidak sesuai dengan imagenya sebagai pembesar negeri ini. Seorang mantan Direktur Utama PLN yang
akibat Reshuffle II Kabinet Indonesia Bersatu akhirnya berkesempatan menduduki jabatan sebagai Menteri
BUMN Indonesia. Seseorang yang dengan senang hati membersihkan toilet Bandara Soekarno Hatta, dengan
rendah hatinya memakai topi keranjang bamboo disaat semua menteri Negara lainnya memakai caping, dan
dengan kesederhanaannya selalu melakukan senam pagi di Lapangan Monas dan berbaur dengan ribuan
masyarakat biasa lainnya. Sesuatu yang begitu berbeda dari seorang tokoh yang notabenene nya adalah sosok
pahlawan bagi Jawa Pos yang hampir mati dengan oplah 6.000 eksemplar, namun 5 tahun kemudian, berkat
Dahlan Iskan, Jawa Pos bangkit dengan oplah 300.000 eksemplar. Dan 5 tahun setelahnya, Jawa Pos berhasil
menjadi jaringan surat kabar terbesar di Indonesia yang memiliki 134 surat kabar, tabloid, majalah serta 40
Di tengah menjamurnya novel inspiratif yang menceritakan orang yang tak ada di dunia ini, karakter yang too
good to be true, yang akan menyakitkan ketika detik itu kita menyadari bahwa tokoh itu tidak benar-benar ada,
maka novel Sepatu Dahlan ini adalah novel yang mampu mengobati perasaan tersebut, karena saat membaca
novel ini, kita bisa berharap sedikit banyaknya bahwa tokoh novel ini mampu membuat perubahan di tanah air
tercinta ini. Di saat krisis tokoh yang terjadi di Indonesia, dimana tidak ada lagi tokoh yang bisa dijadikan
Kelas IX.1
RESENSI NOVEL SEPATU DAHLAN
panutan bagi generasi muda, maka novel ini adalah salah satu media yang tepat untuk mengenalkan tokoh yang
pantas dijadikan panutan tersebut kepada generasi muda, dan masyarakat pada umumnya.
Namun, di tengah keunggulan tersebut, tentu ada beberapa kelemahan yang terdapat dalam novel tersebut.
Salah satunya adalah bahasa dalam novel tersebut tidak terlalu menarik, saat menceritakan hal-hal yang biasa
saja, tanpa ada masalah yang menegangkan disana, maka novel terkesan agak membosankan. Selain
menceritakan keadaan kehidupan sang tokoh, tak ada hal menarik lainnya yang bisa menjadi daya tarik,
sehingga novel ini hanya enak dibaca satu kali saja. Sesungguhnya hal inti yang dibicarakan dalam novel ini
adalah cita-cita sang tokoh untuk memiliki sepatu dan sepeda, tapi seiring dengan jalan cerita yang disajikan
novel ini yang masih menekankan kedua hal tersebut, moment ketika sang tokoh mendapatkan kedua cita-
citanya itu malah terkesan tidak jelas, dan tidak ada penekanan, sehingga moment yang bagus itu hanya berlalu
begitu saja, tidak ada kesan bahagia yang luar biasa, hanya pembaca yang bingung dibuatnya. Akan lebih baik,
penulis novel ini membuat kalimat-kalimat yang hiperbola dalam menceritakan kebahagiaan tersebut, sehingga
Jadi, menilik kepada banyaknya keunggulan yang ditawarkan novel ini, maka novel ini amat pas dibaca oleh
semua kalangan, terutama keluarga Indonesia, karena novel ini menawarkan nilai karakter yang tidak sedikit
yang bisa dijadikan bahan untuk hidup bahagia di dunia dan di akhirat. Ya keluarga. Bangsa ini harus
Kelas IX.1