Teknik modulasi adaptif berusaha untuk mempertahankan tingkat yang diharapkan dari layanan setiap saat. Gambar 1 penjelasannya seperti berikut : Source, di sini adalah di mana bit informasi dihasilkan. Encoder, informasi dari sumber yang diambil dan dikodekan melalui FEC. Modulator Switch, ini adalah logika yang memutuskan skema modulasi untuk menerapkan bit dari encoder atau sumber. Memerlukan informasi dari Channel Measures yang memblokir agar dapat berfungsi. Modulator, mengkonversi data biner dari sumber atau simbol kode dari encoder ke sinusoid kompleks untuk transmisi.
Pilot Insert, ini adalah tahap di mana
pilot simbol dimasukkan ke dalam aliran informasi. Channel, Rayleigh fading dan AWGN diterapkan pada sinyal yang ditransmisikan. Pilot Remove, pada saat ini pilot simbol dikeluarkan dan disimpan untuk kemudian digunakan dalam tahapan saluran blok. Demodulator, mengkonversi sinyal baru yang dikompensasi kembali ke bit informasi / kode symbol. Channel Measures, mengambil informasi dari pilot simbol yang disimpan dan menentukan kualitas dari saluran. Dalam adaptasi prediksi, di mana prediksi saluran berlangsung. Informasi ini kemudian dikirim kembali ke Switch Channel untuk keputusan adaptasi. Decoder, FEC dihapus dari simbol. Bit informasi merupakan output dan dikirim ke Sink. Sink, BER dan efisiensi spektrum dihitung disini ketika frame atau blok selesai diterima dan telah didemodulasi atau telah diterjemahkan. Contoh Penerapan Modulasi Adaptif Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2. Dimana ini bersifat adaptif berdasarkan kualitas kanal. Skema modulasi yang ada pada LTE QPSK, 16QAM, dan 64QAM. Modulasi dengan orde rendah (QPSK) digunakan untuk UE yang berjarak jauh dari eNodeB atau mengalami noise dan interferensi yang tinggi, dimana SNR kanal sangat buruk. Modulasi dengan orde sedang (16 QAM) digunakan untuk kondisi kanal dengan SNR sedang. Modulasi dengan orde tinggi (64 QAM) digunakan untuk UE dengan jarak ke eNodeB dekat/kondisi kanalnya baik. Sedangkan untuk Gambar 3. Sistem modulasi adaptif melakukan perubahan jenis modulasi sesuai dengan kondisi link radio saat itu. Misalkan, saat kondisi link radio baik, maka akan meningkatkan nilai SNR maka dapat digunakan teknik modulasi yang menghasilkan bit rate tertinggi dengan BER yang rendah. Saat link radio buruk akan menurunkan nilai SNR sehingga penggunaan teknik modulasi dengan bit rate yang lebih rendah untuk mempertahankan reabilitas link.