Anda di halaman 1dari 15

STABILITAS DAN PERKUATAN

LERENG

TUGAS MEKANIKA TANAH LANJUT

Oleh
BAGUS BIMANTARA

1215011018

FITA RATNA

12150110XX

HERMAWAN ARBENTA

12150110XX

RISQON SEPTIAN

12150110XX

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG

2015
A. STABILITAS LERENG
Kemantapan (stabilitas) lereng merupakan suatu faktor yang sangat penting
dalam pekerjaan yang berhubungan dengan penggalian dan penimbunan
tanah, batuan dan bahan galian, karena menyangkut persoalan keselamatan
manusia (pekerja), keamanan peralatan serta kelancaran produksi. Keadaan
ini berhubungan dengan terdapat dalam bermacam-macam jenis pekerjaan,
misalnya pada pembuatan jalan, bendungan, penggalian kanal, penggalian
untuk konstruksi, penambangan dan lain-lain.
Dalam operasi penambangan masalah kemantapan lereng ini akan
diketemukan pada penggalian tambang terbuka, bendungan untuk cadangan
air kerja, tempat penimbunan limbah buangan (tailing disposal) dan
penimbunan bijih (stockyard). Apabila lereng-lereng yang terbentuk sebagai
akibat dari proses penambangan (pit slope) maupun yang merupakan sarana
penunjang operasi penambangan (seperti bendungan dan jalan) tidak stabil,
maka akan mengganggu kegiatan produksi.
Dari keterangan diatas, dapat dipahami bahwa analisis kemantapan lereng
merupakan suatu bagian yang penting untuk mencegah terjadinya gangguan
terhadap kelancaran produksi maupun terjadinya bencana yang fatal. Dalam
keadaan tidak terganggu (alamiah), tanah atau batuan umumnya berada dalam
keadaan seimbang terhadap gaya-gaya yang timbul dari dalam. Kalau
misalnya karena sesuatu sebab mengalami perubahan keseimbangan akibat
pengangkatan, penurunan, penggalian, penimbunan, erosi atau aktivitas lain,
maka tanah atau batuan itu akan berusaha untuk mencapai keadaaan yang
baru secara alamiah. Cara ini biasanya berupa proses degradasi atau
pengurangan beban, terutama dalam bentuk longsoran-longsoran atau
gerakan-gerakan lain sampai tercapai keadaaan keseimbangan yang baru.
Pada tanah atau batuan dalam keadaan tidak terganggu (alamiah) telah
bekerja tegangan-tegangan vertikal, horisontal dan tekanan air dari pori.
Ketiga hal di atas mempunyai peranan penting dalam membentuk kestabilan
lereng.
Lereng adalah permukaan bumi yang membentuk sudut kemiringan tertentu
dengan bidang horizontal Lereng dapat terbentuk secara alamiah karena

proses geologi atau karena dibuat oleh manusia. Lereng yang terbentuk secara
alamiah misalnya lereng bukitdan tebing sungai, sedangkan lereng buatan
manusia antara lain yaitu galian dan timbunanuntuk membuat jalan raya dan
jalan kereta api, bendungan, tanggul sungai dan kanal sertatambang
terbuka.Suatu longsoran adalah keruntuhan dari massa tanah yang terletak
pada sebuah lereng sehingga terjadi pergerakan massa tanah ke bawah dan ke
luar. Longsoran dapat terjadi dengan berbagai cara, secara perlahan-lahan
atau mendadak serta dengan ataupun tanpa tanda-tanda yang terlihat.Setelah
gempa bumi, longsoran merupakan bencana alam yang paling banyak
mengakibatkan

kerugian

materi

maupun

kematian.

Kerugian

dapat

ditimbulkan oleh suatu longsoran antara lain yaitu rusaknya lahan pertanian,
rumah, bangunan, jalur transportsi serta sarana komunikasi.Analisis
kestabilan lereng harus berdasarkan model yang akurat mengenai kondisi
material bawah permukaan, kondisi air tanah dan pembebanan yang mungkin
bekerja padalereng. Tanpa sebuah model geologi yang memadai, analisis
hanya dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang kasar sehingga
kegunaan dari hasil analisis dapat dipertanyakan.Beberapa pendekatan yang
dapat dilakukan adalah dengan menggunakan metode-metode seperti :
metode Taylor, metode janbu, metode Fenellius, metode Bishop, dll
Dalam menentukan kestabilan atau kemantapan lereng dikenal istilah faktor
keamanan (safety factor) yang merupakan perbandingan antara gaya-gaya
yang menahan gerakan terhadap gaya-gaya yang menggerakkan tanah
tersebut dianggap stabil, bila dirumuskan sebagai berikut :
Faktor kemanan (F) = gaya penahan / gaya penggerak
Dimana untuk keadaan :
F > 1,0 : lereng dalam keadaan mantap
F = 1,0 : lereng dalam keadaan seimbnag, dan siap untuk longsor
F < 1,0 : lereng tidak mantap
Jadi dalam menganalisis kemantapan lereng akan selalu berkaitan dengan
perhitungan untuk mengetahui angka faktor keamanan dari lereng tersebut.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemantapan lereng, antara lain :
Penyebaran batuan
Struktur geologi

Morfologi
Iklim
Tingkat pelapukan
Hasil kerja manusia
Pada dasarnya longsoran akan terjadi karena dua sebab, yaitu naiknya
tegangan geser (she ar st ree s) dan menurunnya kekuatan geser (shear
strenght). Adapun faktor yang dapat menaikkan tegangan geser adalah :
Pengurangan penyanggaan lateral, antara lain karena erosi, longsoran
terdahulu yang menghasilkan lereng baru dan kegiatan manusia.
Pertambahan tegangan, antara lain karena penambahan beban, tekanan air
rembesan, dan penumpukan.
Gaya dinamik, yang disebabkan oleh gempa dan getaran lainnya.
Pengangkatan atau penurunan regional, yang disebabkan oleh gerakan
pembentukan pegunungan dan perubahan sudut kemiringan lereng.
Pemindahan penyangga, yang disebabkan oleh pemotongan tebing oleh
sungai, pelapukan dan erosi di bawah permukaan, kegiatan pertambangan dan
terowongan, berkurangnya/hancurnya material dibagian dasar.
Tegangan lateral, yang ditimbulkan oleh adanya air di rekahan serta
pembekuan air, penggembungan lapisan lempung dan perpindahan sisa
tegangan.
Sedangkan faktor yang mengurangi kekuatan geser adalah :
Keadaan atau rona awal, memang sudah rendah dari awal disebabkan oleh
komposisi, tekstur, struktur dan geometri lereng.
Perubahan karena pelapukan dan reaksi kimia fisik, yang menyebabkan
lempung berposi menjadi lunak, disinteggrasi batuan granular, turunnya
kohesi, pengggembungan lapisan lempung, pelarutan material penyemen
batuan
Perubahan gaya antara butiran karena pengaruh kandungan air dan tekanan
air pori.

Perubahan struktur, seperti terbentuknya rekahan pada lempung yang


terdapat di tebing / lereng.
Berikit merupakan Usaha Pencegahan Terjadinya Lereng atau Longsor:
Upaya pencegahan longsor sebenarnya sudah banyak dilakukan dari metode
tradisional atau sederhana dan berkembang hingga metode berteknologi
canggih yang rumit dan mahal. Yang paling sederhana adalah membuat
terasering. Namun, upaya ini hanya terfokus pada minimalisasi erosi akibat
limpasan air hujan.
Untuk metode pencegahan longsor dengan cara yang lebih rumit, diantaranya
adalah dengan pembangunan turap, retaining wall maupun sheet pile pada
lereng. Cara-cara ini mampu meng-counter gaya yang timbul akibat
perubahan morfologi lereng, yang kebanyakan dibuat lebih curam maupun
lebih tinggi. Namun, penggunaan cara ini belum mampu mengantisipasi
adanya longsoran-longsoran kecil, karena cara-cara di atas belum ada yang
mampu mengikat tiap butir tenah secara baik. Yang dilindungi hanya tepi
lereng yang diberi dinding penahan, sedangkan lapisan atas tanah dibiarkan
terbuka.
Metode pencegahan longsor lainnya menggunakan lapisan geosintetik yang
belakangan banyak dilakukan. Pada prinsipnya, metode ini dilakukan untuk
mengikat butir-butir tanah dengan memberikan lapisan selimut lolos air
(permeable) untuk menutupi seluruh permukaan tanah. Pada daerah dengan
lereng curam, biasanya lapisan geosintetik diikat ke lapisan tanah keras
menggunakan angkur. Namun, kelemahan dari metode ini, selain biaya yang
mahal dan proses yang rumit, lapisan tanah yang tertutup menjadi tidak
produktif dan hanya mungkin ditumbuhi oleh rerumputan.
Pada daerah pertanian dan perkebunan seperti Lembang dan sekitarnya,
metode geosintetik tentu saja tidak dapat diterapkan dalam skala yang luas
untuk melindungi lereng secara keseluruhan. Walaupun di atas lapisan
geosintetik dapat ditutup dengan lapisan tanah, namun pasti tingkat
produktifitasnya tidak sebaik tanah asli. Akar-akar tanaman yang ada dapat
merusak lapisan geosintetik. Metode ini hanya cocok diterapkan pada

bangunan infrastruktur sipil yang memang memerlukan kestabilan lereng


yang baik, seperti :jalan, lining pada sungai, dan sebagainya

B. PERKUATAN LERENG
Perkuatan

lereng/Revetments

merupakan

struktur

perkuatan

yang

ditempatkan di tebing sungai untuk menyerap energi air yang masuk guna
melindungi suatu tebing alur sungai atau permukaan lereng tanggul terhadap
erosi dan limpasan gelombang (overtopping) ke darat dan secara kesuluruhan
berperan meningkatkan stabilitas alur sungai atau tubuh tanggul yang
dilindungi.
Disamping digunakan untuk melindungi lereng sungai, revertment juga
biasanya digunakan untuk melindungi tanggul, ataupun pantai. Daerah yang
dilindungi revertment adalah daratan tepat di belakang bangunan. Permukaan
bangunan yang menghadap arah datangnya gelombang dapat berupa sisi
vertikal atau miring. Bangunan ini bisa terbuat dari pasangan batu, beton,
tumpukan pipa (buis) beton, turap, kayu atau tumpukan batu ataupun
beberapa jenis revertment yang di produksi oleh pabrik. Namun yang sering
di jumpai di lapangan adalah revertment yang terbuat dari tumpukan batu
dengan lapis luarnya terdiri dari batu dengan ukuran yang lebih besar.
Faktor-faktor perkuatan lereng pada sungai
Perlindungan atau pengamanan terhadap tebing sungai dimaksudkan untuk
melindungi lereng ataupun tebing di sepanjang sungai dari perubahanperubahan yang tidak diinginkan, seperti erosi ataupun sedimentasi di alur
pelayaran atau pelabuhan.
Secara umum, ada 2 faktor yang menyebabkan ketidakstabilan lereng, yaitu :
1. Faktor-faktor yang menyebabkan naiknya tegangan, meliputi naiknya
berat unit tanah karena pembasahan, adanya tambahan beban eksternal
(bangunan), bertambahnya kecuraman lereng kaena erosi alami atau
pengalian, dan berkerjanya beban goncangan.

2. Faktor-faktor yang menyebabkan turunnya kekuatan, meliputi adsorpsi air,


kenaikan tekanan pori, beban goncangan/beban berulang, pengaruh
pembekuan atau pencairan, hilangnya sementasi material, proses
pelapukan, dan tengangan berlebihan pada lempung yang sensitif.
Upaya yang dapat dilakukan untuk melindungi tebing sungai antara lain
adalah secara natural, alam menyediakan tumbuhan seperti pohon bakau,
pohon api-api atau pohon nipah sebagai pelindung tebing. Tumbuhan ini akan
memecahkan energi gelombang dan memacu pertumbuhan sungai. Gerakan
air yang lambat diantara akar-akar pohon tersebut di atas dapat mendukung
proses pengendapan dan merupakan tempat yang baik untuk berkembang
biaknya kehidupan air, misalnya ikan.
Dan fungsi dari perkuatan lereng berkaitan dengan faktor kelemahan dari
sungai yaitu:
1. Mengubah laju sedimentasi yang masuk ke daerah tebing sungai
2. Mengurangi energi gelombang yang sampai ke tepi sungai.
3. Memperkuat tebing sungai sehingga tahan terhadap gempuran gelombang.
Misalnya dengan pembuatan bangunan revetment
Klasifikasi perkuatan lereng
Perkuatan-perkuatan lereng dibangun dengan berbagai macam tujuan yang
sesuai dengan pengaman pada tebing yang diperlukan dan terhadap bahaya
seperti

apa

yang

mengancam.

Oleh

karena

itu,

perkuatan

lereng

diklasifikasikan atas 3 macam menurut bagian sungai yang dilindungi, yaitu :

a. Perkuatan lereng tanggul (levee revetment)

Perkuatan ini dibangun pada permukaan lereng tanggul dengan maksud untuk
melindunginya dari gerusan arus sungai. Konstruksi yang kuat perlu dibangun
pada tanggul tanggul yang sangat dekat dengan tebing alur sungai apabila
diperkirakan terjadi pukulan air (water hummer) yang cukup kuat dan dapat
membahayakan saat permukaan air sungai mencapai titik maksimum.
b.Perkuatan tebing sungai (low water revetment)
Perkuatan ini dibuat pada tebing alur sungai untuk melindungi tebing terhadap
gerusan arus sungai dan mencegah proses meander pada alur sungai. Pada
bangunan perkuatan ini perlu diadakan pengamanan-pengamanan karena di
saat terjadinya banjir, bangunan ini akan tenggelam seluruhnya.
c.Perkuatan lereng menerus (high water revetment)
Perkuatan lereng menerus ini dibangun pada lereng tanggul dan tebing sungai
secara menerus (pada bagian sungai yang tidak ada bantaranya).
Jenis-jenis perlindungan lereng
Berbagai macam bahan pelindung baik yang alami maupun yang buatan
digunakan untuk konstruksi untuk perlindungan lereng, ada beberapa jenis
perlindungan lereng berdasarkan bahan pelindung lereng, yaitu :
1. Gebalan rumput merupakan suatu perlindungan lereng yang umum
digunakan untuk melindungi tanggul dari hempasan air hujan agar tidak
terjadi erosi atau gusuran dari rumput.
2. Hamparan anyaman dahan willow merupakan penahan sungai yang
cocok untuk arus sungai yang tidak deras dengan kemirinagn lereng yang
lebih landai dari 1:2 dari anyaman dahan willow.
3. Hamparan anyaman berisi batu merupakan perkuatan lereng yang
digunakan pada bagian sungai yang senantiasa terjadi pukulan air tetapi
arusnya tidak deras.

4. Bronjong kawat silinder merupakan batu kali yang didapat dari sungai
atau batu belah dapat ditempatkan di atas permukaan lereng yang akan
dilindungi, kelebihan dari bronjong kawat selinder adalah kekasarannya
yang tinggi, fleksibel, dapat dikerjakan dengan cepat dan cukup ekonomis
terutama untuk pelindung lereng secara darurat atau sementara.
5. Blok beton merupakan perlindungan lereng yang menghubungkan antara
balok-balok beton yang berdekatan
6. Pasangan batu merupakan perlindungan lereng yang terbuat dari batu
yang biayanya paling murah daripada perlindungan lereng lainya.
7. Pasangan blok beton merupakan perlindungan lereng yang tebuat dari
pasangan blok-blok beton yang telah dibuat sebelumnya.
8. Perkerasan dengan beton merupakan perkuatan lereng dengan beton
yang dicorkan langsung pada lereng sungai yang telah disiapkan
tulangannya. Dan petakan-petakan ini dibatasi dengan beton bertulang.
Perencanaan perkuatan lereng
Perkuatan lereng yang dilakukan pada tebing sungai sangatlah penting,
terutama sungai yang memiliki karakteristik arus yang kuat atau pun yang
membawa banyak bahan sedimen. Oleh karena itu perencanaan perkuatan
lereng dalam rangka pemeliharaan sungai tidak boleh dilakukan dengan
sembarangan. Jika dilakukan dengan sembarangan yang akan terjadi hanyalah
pemborosan dan perkuatan tidak berfungsi dengan baik sebagaimana
mestinya.
Ada beberapa hal yang penting dalam pertimbangan dan perencanaan
perkuatan lereng, hal-hal tersebut juga merupakan tahapan yang sistematis
agar perkuatan lereng ini dapat berfungsi sebagaimana mestinya setelah
dibangun.
Proses perubahan alur sungai

Proses perubahan alur sungai dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
perubahahan menyeluruh dan perubahan setempat. Perubahan- perubahan
setempat adalah gejala longsor tebing sungai, pembentukan gosong- gosong
pasir, pengendapan-pengendapan pada belokan dalam dan gerusan pada
belokan luar serta perpindahan mendadak alur sungai.
Merencanakan perbaikan sungai: yang paling utama adalah pembuatan
rencana denah dan penampang memanjang serta lintang sungai, sedemikian
agar mencapai bentuk sungai yang paling stabil.
1. Gejala meander
Gejala meander dapat menyebabkan tergogosnya kaki tanggul yang lambat
laun dapat menjebolkan tanggul dan menimbulkan malapetaka yang besar.
Agar dapat dicapai kondisi sungai yang stabil haruslah direncanakan suatu
trase alur sungai dengan belokan-belokan yang tidak terlalu tajam, dengan
panjang dan amplitudo tertentu. Selanjutnya dapat ditetapkan trase perkuatan
lereng pada lereng tanggul, tebing sungai dan lain-lain dengan segala
perlengkapannnya seperti pondasi, pelindung pondasi, dan krib-krib.
2.Rencana trase perkuatan lereng
Rencana trase perkuatan lereng didasarkan pada: karakteristik sungai dan data
yang tercatat serta pangalaman di masa yang lalu
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam tahap ini yaitu :

Untuk menetapkan metode pelaksanaan yang cocok dengan kondisi


setempat, maka diperlukan suatu investigasi yang lengkap dan teliti.

Trase perkuatan lereng supaya direncanakan dengan kurva yang sebesar


mungkin.

Trase perkuatan lereng ditempatka n sedemikian rupa agar dapat


menghindarkan terjadinya pusaran-pusaran yang tidak teratur.

Trase perkuatan tebing alur sungai agar dapat ditempatkan lebih ke


belakang.

Pemilihan lokasi untuk bangunan perkuatan lereng


Penempatannya sebaiknya pada bagian-bagian tebing atau tanggul yang dapat
tergerus dan bagian-bagian yang dapat terjadi pukulan air.
Pada sungai-sungai yang sempit biasanya dibangun pada seluruh bagian
sungai karena sangat sulit menentukan lokasi pukulan air di sungai-sungai
yang sempit.
Pada sungai-sungai dengan penampang ganda, perkuatan lereng hanya dibuat
pada tebing alur sungai, dan pada umumnya tanpa perkuatan lereng tanggul.
Panjang perkuatan lereng
Faktor yang dominan untuk menentukan panjang perkuatan lereng adalah
karakteristik sungai dan kondisi setempat.
Panjang perkuatan lereng ditetapkan secara empiris dan haruslah diperhatikan
adanya tambahan-tambahan panjang secukupnya pada saat menetapkan
panjang rencana final.
Bagian-bagian konstruksi perkuatan lereng.
1. Pelindung lereng merupakan bagian utama dari bangunan perkuatan
lereng. Bagian ini melindungi permukaan lereng tanggul atau permukaan
tebing sungai terhadap gerusan arus sungai. Pemilih konstruksi pelindung
lereng harus didasarkan pada resim sungai atau lokasinya.

2. Pondasi dan pelindung kaki adalah konstruksi yang berfungsi sebagai


landasan/tumpuan pelindung lereng, dan penempatannnya pada kaki
tanggul atau kaki tebing sungai.
3. Sambungan dibuat pada setiap jarak 20 m perkuatan lereng dan
berfungsi sebagai sambungan pemisah konstruktif dan melokalisir
kemungkinan kerusakan. Jika lereng yang dilindungi cukup tinggi, maka
diadakan sambungan memanjang.
4. Konsolidasi/ hamparan pelindung ditempatkan diatas permukaan dasar
sungai di depan pondasi yang berfungsi untuk menjamin stabilitas pondasi
dan melindunginya terhadap gerusan arus sungai. Hamparan pelindung ini
juga melindungi permukaan dasar sungai terhadap gerusan arus.
Revertment dari susunan batu alam dan Revertment pabrikasi
Revertment dari Susunan Batu alam
Revertment dengan batu alam ini memiliki beberapa keunggulan, yaitu :

Biaya pembuatan lebih ekonomis jika dibangun pada daerah yang


memiliki batuan

Batuan dirasakan dapat lebih tahan dan dengan mengandalkan gaya berat
posisinya dapat menetap dengan sedikit atau tanpa mempengaruhi nilai
perlindungan pada mereka.

Pengerjaan perkuatan lereng jenis ini lebih mudah dilakukan.

Revertment pabrikasi
a. Filter Hiddrostatis
Lapisan Permukaan Beton Filter Hidrostatis dari REVETMENT SYSTEMS
INTERNATIONAL ini merupakan penanganan erosi monolitik kuat yang

terdiri dari pembungkusan tanah berlapis ganda diisi dengan beton yang
seluruhnya padat.
Proses pembentukan multi-arah khusus yang diterapkan memungkinkan
lapisan-lapisan bahan yang berbeda dibentuk bersama-sama pada pusat
tertentu untuk membentuk filter hidrostatis yang memungkinkan perlindungan
lapisan untuk bernafas, mengeluarkan tekanan hidrostatis di belakang
struktur terpasang.
Lapisan Permukaan Beton FILTER HIDROSTATIS berbiaya rendah,
permanen dan merupakan alternatif utama dalam metode tradisional
pengendalian erosi seperti beton cast-in-situ atau beton shot-in-situ,
pemasangan batu, penutupan atau pelapisan dengan batu. Oleh karena
keunikan konstruksi yang dibungkus bahan ini, Lapisan Permukaan Beton
FILTER HIDROSTATIS dapat dipasang baik di atas maupun di bawah
permukaan air.
Keberagaman fungsi rancangan dan pemasangan Lapisan Permukaan Beton
FILTER HIDROSTATIS membuatnya sesuai untuk berbagai proyek yang tak
terbatas.
b. Flexbox
Sementara mempertahankan semua sifat sistem Lapisan permukaan Beton
Filter

Hidrostatis,

sistem

lapisan

FLEXBLOCK

dirancang

untuk

mengakomodasi pergerakan di tanah yang mendasari. Sifat ini benar-benar


mengembangkan konsep perlindungan erosi dengan beton lapisan tersusun.
Proses pembentukan yang dipatenkan ini yang dikembangkan oleh Revetment
Systems International ini menciptakan sebuah lapisan yang terbagi menjadi
panel-panel yang saling berhubungan dengan tabung grout.
Tabung-tabung tersebut memungkinkan adanya keseragaman inflasi lapisan.
Setiap tabung grout dirancang untuk berfungsi sebagai titik potong yang
memungkinkan setiap panel bergerak secara bebas sewaktu lapisan tersusun

mempertahankan kelengkapan perlindungan. Seperti halnya dengan berbagai


macam sistem perlindungan yang ditawarkan oleh Revetment Systems
International, sistem FLEXBLOCK dapat dipasang baik di atas maupun di
bawah permukaan air. Sifat unik sistem FLEXBLOCK ini menawarkan solusi
efektif terhadap masalah pengendalian erosi yang memerlukan sistem
perlindungan yang fleksibel dengan biaya kompetitif.
c. Growth Matt
Produk ini telah dirancang dengan memanfaatkan efek-efek pengikatan dan
kamuflase tumbuh-tumbuhan, dengan stabilitas dan perlindungan tanggung
yang dijaga melalui gabungan jaringan yang berkelanjutan dari susunan yang
dimasuki tabung grout.
Growth Matt diletakkan di atas permukaan yang ada atau yang bagian atasnya
tanah dengan grout berkekuatan tinggi. Ulir susunan antara jaringan tabung
bertujuan untuk mempertahankan tanah sebelum penanaman tumbuhan.
Jika area yang diberi benih telah terbentuk dengan sendirinya, ulir-ulir
susunan dapat membantu mengikat tanahan ke struktur jaringan, dan
kemudian membentuk perisai pelindung yang terpadu terhadap erosi. Seperti
yang dijelaskan di atas, susunan tersebut dapat diwarnai di lokasi atau di mill
untuk mengkamuflasekan produk lebih lanjut.
Aplikasi produknya beragam dari pengaliran dengan garis keliling hingga
saluran pengalihan, aliran air banjir dengan kekentalan rendah, perlindungan
tanggul dan pekerjaan lapangan (batu kerikil dapat disebarkan di atas area
untuk menggantikan tumbuhan).
Penggunaan grout yang efisien di seluruh sistem merupakan alternatif yang
efektif dengan harga yang menguntungkan.
C. KESIMPULAN

Stabilitas dan Perkuatan Lereng dilakukan agar terjadinya suatu kondisi tanah
yang bergeometri miring memiliki kekuatan dan daya dukung yang baik guna
menahan beban yang diterima lereng tersebut agar tidak terjadi keruntuhan.

Anda mungkin juga menyukai