Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Mutiara Ners, Vol.1, No.7.

Januari 2012

Pengaruh Senam Diabetes Melitus Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Penderita
Diabetes Melitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja
Puskesmas Darusalam Medan 2011

Janno Sinaga* Ernawati Hondro**

Abstrak
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, dan kerja insulin. Kondisi hiperglikemi ini dapat di kelola dengan 4 cara, dan salah
satunya yaitu senam diabetes melitus. Senam diabetes adalah senam fisik yang dirancang untuk para penderita
diabetes melitus dan merupakan bagian dari pengobatan diabetes melitus dan dilakukan secara teratur untuk
mendapatkan hasil yang baik yaitu penurunan kadar glukosa darah dan peningkatan sensitivitas insulin. Tujuan
penelitian ini adalah Untuk mengetahui efektifitas senam diabetes mellitus terhadap penurunan kadar glukosa
darah pada penderita diabetes mellitus di wilayah kerja puskesmas Darusalam Medan tahun 2011. Jenis
penelitian ini adalah Quasi Eksperimen dengan menggunakan rancangan penelitian One Group Pre Test-Post
Test. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh penderita dibetes melitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas
Darusalam Medan dengan teknik pengambilan sampel Total Sampling dan sampel yang diperoleh yaitu 31
orang. Pengumpulan data kadar glukosa darah menggunakan glukometer yang diukur sebelum senam dan
setelah senam, senam dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali dalam satu minggu. Data diolah dengan program
komputer dengan uji t dependent dengan 0,05. Rata-rata kadar glukosa darah sebelum senam adalah 290.81
g/dl dan rata-rata sesudah senam adalah 272.77 g/dl. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji t dependent
didapatkan p= 0,000 dengan rata-rata penurunan kadar glukosa darah sebesar 18.03 mg/dl yang artinya
menunjukkan bahwa senam Diabetes Melitus dapat menurunkan kadar glukosa darah secara signifikan pada
penderita diabetes melitus tipe 2. Untuk itu diharapkan kepada penderita diabetes melitus agar selalu aktif dalam
melakukan senam diabetes melitus.
Kata kunci

: Senam Diabetes Melitus, Pasien Diabetes Melitus, Kadar Glukosa Darah .

PENDAHULUAN
Diabetes melitus (DM) merupakan sekelompok
kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia
(Smeltzer dan Bare, 2001). Gangguan tersebut
dapat disebabkan oleh sekresi hormon insulin tidak
adekuat atau fungsi insulin terganggu (Resistensi
insulin). Secara garis besar DM dikelompokkan
menjadi 2 tipe, yaitu : DM tergantung pada insulin
(DM tipe-1) dan DM tidak tergantung pada insulin

(DM tipe-2) (Stevens, 2002), yang menyebabkan


transfer glukosa kedalam sel terganggu sehingga
glukosa dalam darah menumpuk. Penumpukkan
glukosa dalam darah ini dapat dikelola dengan 4
cara yaitu diet, latihan, obat-obatan, dan
penyuluhan (Smeltzer dan Bare, 2001).
Di dunia pada tahun 2010 diperkirakan ada sekitar
59 juta orang yang menderita DM dan pada tahun
2030 diperkirakan akan meningkat 2,5 kali lipat
sehingga mencapai 145 juta penderita. Di

Janno Sinaga* Ernawati H**

Indonesia sendiri, World Health Organization


(WHO) memperkirakan jumlah penderita diabetes
mellitus di Indonesia meningkat tiga kali lipat dari
data tahun 2000 dimana jumlah penderita mencapai
8,4 juta , maka dalam 10 tahun tepatnya tahun
2010 mencapai 21,3 juta orang. Menurut prediksi
yang diajukan oleh semua ahli epidemiologi
menyebutkan angka prevalensi yang makin
meningkat dimasa yang akan datang, akan
menempatkan diabetes mellitus sebagai The Global
Epidemy (PERKENI, 2006).
Dalam hal perencanaan (Diet ) sebenarnya tidak
ada makanan yang dilarang untuk pasien DM tapi
hanya dibatasi saja sesuai kebutuhan kalori
penderita tersebut. Menu makanan juga sama
dengan Menu keluarga dirumah. Maka yang
menjadi kunci keberhasilan pengelolaan penyakit
DM adalah makanlah sesuai dengan kebutuhan
kalori. Yang kedua adalah latihan (olahraga)
merupakan salah satu cara untuk mengontrol kadar
glukosa dalam darah sebab dengan olahraga dapat
meningkatkan pemakaian glukosa oleh otot yang
aktif.
Cara ketiga adalah Obat-obatan, pada
penderta DM obat-obatan bersifat seumur hidup
untuk dapat mengendalikan kadar gula darah agar
selalu terkontrol dengan baik. Dan cara terakhir
adalah penyuluhan, penyuluhan yang berkelanjutan
dan membimbing untuk penderita DM sangat
berguna sehingga pasien DM menjadi mandiri,
misalnya penyuluhan tentang apa itu penyakit
DM,bagaimana upaya pencegahan agar tidak
sampai terjadi komplikasi yang tidak diinginkan,
serta bagaimana mengatasi penyakit DM yang
sudah berkomplikasi agar tidak semakin parah
(Titin, 2010).
Aktifitas atau pergerakan tubuh sering diabaikan
oleh setiap penderita DM, hal ini dapat disebabkan
oleh berbagai faktor seperti keterbatasan waktu
untuk melakukan senam (latihan fisik) oleh karena
pekerjaan, usia yang tidak memungkinkan, dan
minat yang kurang untuk melakukan aktifitas fisik,
serta kurangnya pengetahuan akan pentingnya
aktifitas fisik (senam).
Pada jaman sekarang ini, banyak penderita DM
yang lebih fokus dan hanya mengutamakan pada
penanganan diet dan mengkonsumsi obat-obatan,
padahal penanganan diet yang teratur belum
menjamin akan terkontrolnya kadar glukosa dalam
darah, akan tetapi hal ini harus diseimbangi dengan

Pengaruh Senam Diabetes Melitus ...

latihan fisik yang sesuai. Sebab jika penderita


diabetes mellitus tidak melakukan aktifitas fisik
maka metabolisme otot yang terjadi hanya sedikit,
sehingga pemakaian glukosa dalam darah
berkurang, hal ini dapat menyebabkan penumpukan
glukosa dalam darah, sehingga kadar glukosa
dalam darah tinggi.
Keseimbangan antara diet, latihan, obat-obatan dan
penyuluhan sangat lah penting, sebab dengan diet
yang sesuai dengan kebutuhan, disertai dengan
latihan yang teratur akan membantu pengambilan
glukosa dalam darah oleh otot-otot yang aktif pada
saat berolahraga. Hal ini berarti latihan fisik ini
salah satu faktor yang harus dilakukan oleh para
penderita DM agar tidak terjadi komplikasi yang
lebih berat.
Pada penderita DM tipe I, latihan fisik kurang
bermanfaat dalam penurunan kadar glukosa darah,
sebab pada DM tipe I kadar insulinnya rendah oleh
karena
ketidakmampuan
pankreas
dalam
memproduksi insulin, sehingga penderita DM tipe I
mudah mengalami hipoglikemi selama dan segera
setelah olahraga atau latihan jasmani (Ilyas, 2009).
Pada penderita diabetes mellitus tipe II, latihan
jasmani memiliki peran utama dalam pengaturan
kadar glukosa darah. Pada penderita diabetes
mellitus tipe II, produksi insulin tidak terganggu,
tetapi karena respon reseptor pada sel terhadap
insulin (resistensi) masih kurang, maka insulin
tidak dapat membantu transfer glukosa kedalam
sel. Pada saat berolahraga, keadaan permeabilitas
membran terhadap glukosa meningkat pada otot
yang berkontraksi sehingga resistensi insulin
berkurang, dengan kata lain sensitivitas insulin
meningkat (Anggriyana, 2010).
Pengambilan glukosa pada otot yang aktif dalam
hal ini akan meningkat, akan tetapi tidak disertai
dengan peningkatan insulin. Hal ini disebabkan
oleh meningkatnya kepekaan reseptor insulin diotot
dan bertambahnya reseptor insulin pada saat
berolah raga. Peningkatan kepekaan ini berakhir
cukup lama setelah latihan berakhir. Peningkatan
sensitivitas insulin pada saat berolahraga dapat
terjadi karena pada saat berolahraga blood flow
(BF) meningkat, ini menyebabkan lebih banyak
jala-jala kapiler yang terbuka sehingga lebih
banyak reseptor insulin yang tersedia dan aktif
(Ilyas, 2009).

Latihan (aktifitas fisik) merupakan cara yang


sangat penting untuk dilakukan oleh penderita
diabetes mellitus terutama dalam menangani
peningkatan glukosa dalam darah. Salah satu
latihan yang dianjurkan adalah Senam Diabates
Melitus. Senam diabetes adalah senam fisik yang
dirancang menurut usia dan status fisik dan
merupakan bagian dari pengobatan diabetes
mellitus (Persadia, 2000). Senam diabetes dibuat
oleh para spesialis yang berkaitan dengan diabetes,
diantaranya adalah rehabilitasi medis, penyakit
dalam, olahraga kesehatan, serta ahli gizi dan
sanggar senam (Sumarni, 2008).
Senam tersebut khusus dirancang untuk pasien DM
dan gerakan senam DM tidak jauh beda dari senam
kesehatan jasmani (SKJ) yaitu pemanasan, gerakan
inti, pendinginan. Senam diabetes mellitus
dilakukan secara teratur 3-5 kali dalam seminggu
dengan durasi 30-60 menit. Gerakan yang mudah
dilakukan, serta ekonomis (Ilyas, 2008).
Penelitian Allen dkk (1999) bahwa olahraga yang
teratur dan konsisten dapat menurunkan kebutuhan
insulin sebesar 100% dan penurunan kadar glukosa
dalam darah. Latihan fisik menyebabkan adaptasi
lokal dalam otot-otot terutama dalam peningkatan
beberapa enzim peningkatan aktifitas enzim yang
aktif bersamaan dengan kapilarisasi dari otot yang
aktif akan meningkatkan sensitifitas insulin dan
peningkatan penggunaan glukosa dalam darah.
Dari hasil penelitian (Indriati, 1990) mengatakan
bahwa adanya pengaruh latihan fisik dengan
turunnya kadar glukosa darah, hal ini dibuktikan
dengan penurunan kadar glukosa darah rata-rata 60,
767 mg pada penelitian yang dia lakukan pada
penderita diabetes mellitus tipe 1 dan 2.
Penelitian Allen (1999) dkk bahwa olahraga yang
teratur dan konsisten dapat menurunkan kebutuhan
insulin sebesar 30-50% dan penurunan kadar
glukosa dalam darah. Latihan fisik menyebabkan
adaptasi lokal dalam otot-otot terutama dalam
peningkatan beberapa enzim peningkatan aktifitas
enzim yang aktif bersamaan dengan kapilarisasi
dari otot yang aktif akan meningkatkan sensitifitas
insulin dan peningkatan penggunaan glukosa dalam
darah.

Manfaat dari senam diabetes mellitus menurut


Santoso (2010) adalah: (1) Mengontrol gula darah,
terutama pada diabetes mellitus tipe 2 yang
mengikuti olahraga teratur; (2) Menghambat dan
memperbaiki faktor resiko penyakit kardiovaskuler
yang banyak terjadi pada penderita DM; (3) Senam
DM dapat memperbaiki profil lemak darah, dan
kolesterol total, serta memperbaiki sirkulasi dan
tekanan darah; (4) Menurunkan berat badan,
pengaturan olahraga secara optimal dan diet DM
pada penderita kegemukan; (5) Memperbaiki
gejala-gejala muskuloskeletal otot, tulang, sendi,
serta gejala-gejala neuropati perifer seperti
kesemutan, dan kebas; (6) Mencegah terjadinya
DM yang dini terutama bagi orang-orang dengan
riwayat keluarga DM; (7) Mengurangi kebutuhan
pemakaian obat oral dan insulin.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian
ini adalah: quasi-eksperimen. Penelitian quasi
eksperimental adalah kegiatan percobaan yang
bertujuan untuk mengetahui suatu pengaruh, gejala
atau pengaruh yang timbul sebagai akibat dari
perlakuan tertentu, dengan menggunakan one
group pretest-postest yaitu penelitian yang melihat
pengaruh perlakuan yang diberikan kepada satu
kelompok subjek, kelompok subjek tersebut
diobservasi sebelum diberikan perlakuan atau
intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah
diberikan intervensi atau perlakuan.
Penelitian ini ingin mengetahui penurunan kadar
glukosa darah setelah dilakukan perlakuan yaitu :
senam diabetes melitus sebanyak 3 (tiga) kali
seminggu selama satu minggu. Pengambilan data
akan dilakukan sebelum perlakuan (senam DM)
dan setelah perlakuan (3 kali senam).
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja
Puskesmas Darusallam Medan tahun 2011 tepatnya
di Jln. Johar No. 79. Penelitian ini dilakukan pada
Mei sampai dengan November 2011. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh penderita
diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas
Darusalam Medan tahun 2011. Berdasarkan Rekam
Medik Puskesmas Darusalam Medan, jumlah
penderita DM tipe 2 adalah 31 orang. Metode
pengambilan sampel pada penelitian ini adalah
dengan Total sampling yaitu seluruh penderita DM
tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Darusalam
Medan sebanyak 31 orang.

Janno Sinaga* Ernawati H**

Pengaruh Senam Diabetes Melitus ...

Metode pengumpulan data pada penelitian ini


adalah dengan cara mengobservasi yaitu peneliti
melakukan pemeriksaan kadar glukosa darah
dengan menggunakan glukometer. Sebelum seluruh
peserta senam melakukan senam DM akan
dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah,
kemudian peserta senam melakukan senam DM
sebanyak 3 kali dalam satu minggu, setelah
melakukan senam DM sebanyak 3 kali, kadar
glukosa darah akan diperiksa kembali.
Data yang terkumpul akan dianalisa dengan uji
statistik bivariat. Uji Bivariat Untuk menganalisis
pengaruh senam diabetes mellitus (variabel bebas)
terhadap penurunan Kadar Gula Darah (variabel
terikat) akan dilakukan dengan uji t-dependent
adalah kelompok/sampel yang respondennya sama
dan diukur dua kali pre dan post dengan nilai
0.05 dan tingkat kepercayaan 95%. Selanjutnya
akan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan
dalam bentuk laporan.
HASIL PENELITIAN
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan Wilayah Kerja
Puskesmas Darusalam Medan Tahun 2011
(n = 31)
No
1

Karakteristik
Usia
< 45
45-60
>60

Total
2

Jenis
Kelamin

Laki-laki
Perempuan

Total
3

Pendidikan

SD
SMP
SMA
Perguruan
Tinggi

Total
4

Pekerjaan

PNS
Pensiunan
Wiraswasta
Ibu Rumah
Tangga

f
1
14
16
31
5
26
31
9
7
10
5

(%)
3,2
45,2
51,6
100,0
16,1
83,9
100,0
29,0
22,6
32,3
16,1

31
4
7
4
16

100,0
12,9
22,6
12,9
51,6

31

100,0

Total

Tabel 2
Distribusi Frekuensi Program Diet, Minum
Obat, dan Penyuluhan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Darusalam Medan Tahun 2011
(n=31)
No
1

Karakteristik
Mengikuti
Program Diet

(%)

Ya

21

67,7

Tidak

10

32,3

Total
2

Mengonsumsi
Obat-obatan

31

100,0

Ya

19

61,3

Tidak

12
31

38,7
100,0

Pernah

24

77,4

Tidak
Pernah

22,6

31

100,0

Total
3

Penyuluhan

Total

Tabel 4.5
Hasil Uji t Dependent Kadar Glukosa Darah
Sebelum dan Setelah Senam Diabetes Melitus di
Wilayah Kerja Puskesmas Darusalam Medan
Tahun 2011 (n= 31)
N
o
1
2

Sena
m
DM
Pre
Test
Post
Test

SE

CI
95%

Perbedaan
Mean

P.value

291

49.

8.8

18.03

.000

273

53

9.5

12
24.

16.0
2

PEMBAHASAN
Senam diabetes melitus yang dilakukan peneliti di
wilayah kerja puskesmas Darusalam Medan tahun
2011, didapatkan 22 responden (70.9 %) yang
mengalami penurunan kadar glukosa darah dengan
mean Pre Test dan Post Test adalah 18.03 mg/dl.
Dan ada 9 orang responden yang mengalami
peningkatan kadar glukosa darah. Hasil analisa
data dengan uji t dependent menunjukkan ada
perbedaan yang signifikan rata-rata kadar gula
darah antara sebelum dan sesudah penderita DM
melakukan senam Diabetes Melitus (p = 0,000).
Sudirman dkk (2008) juga melakukan penelitian di
RSU RA Kartini Jepara tentang pengaruh senam
Diabetes Melitus terhadap penurunan kadar
glukosa darah pada penderita diabetes melitus,
menggunakan metode penelitian eksperimental
dengan rancangan penelitian One Group Pre Test
dan Post Test, dengan uji t dependent kepada 67
responden didapatkan nilai (p= 0,000), yang mana
bahwa hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
adanya perubahan yang sangat signifikan.
Penelitian ini mendukung hasil dari penelitian yang
dilakukan oleh peneliti Kartika Wahyu (2011) pada
anggota PERSADIA Ciputat Jaya juga terkait pada
efek senam Diabetes Melitus terhadap glukosa
darah sewaktu pada penderita DM tipe 2,
menggunakan metode penelitian eksperimental
dengan rancangan penelitian Pre Test and Post Test
with Control, dan menggunakan uji t berpasangan,
yang mana kelompok perlakuan sebanyak 12 orang
yang teratur melakukan senam Diabetes Melitus

dan kelompok kontrol sebanyak 12 orang yang


tidak pernah melakukan senam Diabetes Melitus,
didapatkan nilai p pada kelompok perlakuan adalah
(p= 0,013) dengan rata-rata penurunan kadar
glukosa darah sebesar 31, 92 mg/dl, sedangkan
kelompok kontrol nilai (p= 0,023) dengan
penurunan rata-rata 27 mg/dl, dan penelitian yang
dilakukan Kartika Wahyu mendukung hasil
penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Hasil penelitian lain oleh penelitian yang dilakukan
oleh Febrina (2010) di PERSADIA cabang Salatiga
terkait dengan pengaruh senam diabetes melitus
terhadap penurunan kadar glukosa darah pada
penderita diabetes melitus tipe 2 di Surakarta,
dengan menggunakan motede penelitian Quasi
Eksperimen dengan rancangan penelitian One
Group Pre Test dan Post Test Desaign dengan uji t
dependent, yang mana jumlah responden sebanyak
242, didapatkan nilai (p= 0,000) yang artinya
bahwa adanya perubahan yang signifikan setelah
dilakukannya senam Diabetes Melitus.
Sementara Gusti Zidni (2010) juga mendukung dari
pada hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Dimana Gusti Zidni melakukan penelitian di
Yogyakarta tentang pengaruh senam Ergonomis
terhadap penurunan Kadar Glukosa Darah pada
penderita Diabetes Melitus Tipe 2, menggunakan
metode penelitian Cohort Eksperimental dengan
rancangan penelitian Randomized Control Group
Pre Test-Post Test Desaign, dengan menggunkan
uji t independent, dengan jumlah responden 30,
didapatkan nilai (p= 0,001) yang artinya adanya
perubahan yang bermakna setelah dilakukannya
senam DM, dan hasil penelitian ini semakin
mendukung dari pada penelitian yang dilakukan
oleh peneliti.
Indriati, (1990) juga mendukung hasil penelitian
ini, dimana Indriati menyatakan bahwa ada
pengaruh latihan fisik dengan turunnya kadar
glukosa darah, hal ini dibuktikan dengan penurunan
kadar glukosa darah rata-rata 60, 767 mg pada
penelitian yang dia lakukan pada penderita diabetes
mellitus tipe 1 dan 2. Rachmawati (2009) juga
melakukan penelitian di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta terkait pengaruh latihan jasmani terhadap
kadar glukosa darah penderita diabetes melitus tipe
2 dengan penelitian observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional terhadap 42 orang
sampel dan didapatkan rata-rata kadar glukosa

darah post latihan jasmani menurun dibanding


dengan pre latihan jasmani (141.02 46.68 vs
127.81 47.93) dari penelitian ini didapatkan
bahwa latihan jasmani dapat menurunkan kadar
glukosa darah pada penderita Diabetes Melitus tipe
2, dan dari hasil penelitian ini terlihat bahwa sangat
mendukung dari hasil penelitian yang dilakukan
oleh penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Bedasarkan hasil penelitian Saqib Nahdi (2010)
juga mendukung penelitian ini, dimana Saqib
melakukan penelitian terkait pengaruh aktifitas
fisik Submaksimal selama 30 menit terhadap kadar
glukosa darah sewaktu terhadap 50 responden,
dengan
menggunakan
metode
penelitian
Eksperimental Murni, dengan uji t berpasangan,
para responden melakukan aktifitas fisik selama 30
menit, dan dari hasil penelitian ini didapatkan nilai
(p= 0,000) yang berarti adanya perubahan yang
signifikan, dengan penurunan rata-rata 95,58 mg/dl.
Dari berbagai penelitian yang ada bahwa olahraga
yang teratur bersama dengan diet yang tepat yang
diseimbangi dengan penurunan berat badan
merupakan
penatalaksanaan
diabetes
yang
dianjurkan terutama bagi DM tipe 2, hal ini
dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan di
USA pada 21.217 dokter US selama lima tahun
(Cohor Study) menemukan bahwa kasus DM tipe
lebih tinggi pada kelompok yang melakukan
olahraga 1 (satu) kali perminggu dibandingkan
dengan kelompok yang melakukan olahraga 3
(tiga) kali perminggu, serta penelitian yang
dilakukan selama 8 tahun pada 87.353 perawat
wanita yang melakukan olahraga ditemukan
penurunan resiko penyakit Diabetes Melitus tipe 2
sebesar 33 %.
Hasil penelitian-penelitian terkait diatas didukung
oleh pendapat Afriwardi (2011) dimana pada otot
yang berkontraksi saat latihan fisik, aliran darah ke
otot akan meningkat guna menyediakan makanan
dan oksigen sebagai sumber energi. Peningkatan
aliran darah sebanding dengan jumlah serabut otot
yang terjadi selama latihan. Pada latihan fisik yang
intensitas teratur dan melibatkan banyak serabut
otot, aliran darah ke otot dapat meningkat lebih dari
tiga kali lipat, apalagi Pada latihan fisik yang
berdurasi lebih dari 20 menit, glukosa merupakan
sumber energi utama dan dominan, dimana pada
latihan fisik dengan intensitas sedang terjadi

Janno Sinaga* Ernawati H**

Pengaruh Senam Diabetes Melitus ...

keseimbangan antara peningkatan utilisasi glukosa


dan produksi glukosa.

pengelolaan yang alami lebih baik dan bermanfaat


bagi kesehatan.

Pernyataan dari Ermita Ilyas (2007) juga


mendukung bahwa pada Latihan jasmani atau
olahraga juga sangat membantu meningkatkan
sensitivitas reseptor insulin (Diabetes Melitus tipe
2), sehingga glukosa dapat masuk ke dalam sel,
untuk memenuhi kebutuhan sumber energi bagi
tubuh penderita DM. Olahraga selama 30-40 menit,
dapat meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam
sel sebesar 7-20 kali lipat, dibandingkan tanpa
olahraga. Afriwardi (2011) juga menyatakan bahwa
pada sistem metabolisme yang berolahraga secara
teratur jumlah dan efisiensi kerja enzim-enzim
yang terlibat dalam metabolisme pada orang yang
terlatih, hal ini secara langsung glukosa darah yang
terdapat dalam darah dapat dimetabolisme pada
saat melakukan olahraga.

KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian ini juga didukung oleh pendapat


Soegondo (2007) dimana pada saat berolahraga
glukosa dan lemak merupakan sumber energi
utama. Setelah berolahraga 10 menit glukosa akan
meningkat 15 kali dari jumlah kebutuhan biasa,
setelah berolahraga 60 menit glukosa meningkat
sampai 35 kali jumlah kebutuhan biasa. Setelah 60
menit kadar glukosa dalam darah akan menurun
dikarenakan penurunan metabolisme sehingga
terjadi penurunan glikogen yang secara langsung
akan mempengaruhi penurunan kadar glukosa
dalam darah.
Pendapat dari Waspadji (2009) menyatakan bahwa
dalam pengelolaan diabetes melitus langkah
pertama yang harus dilakukan adalah pengelolaan
non farmakologis berupa perencanaan makanan
kemudian ditambah dengan olahraga. Pada DM
tipe tujuan utama diet adalah pengendalian glukosa
dengan keseimbangan asupan makanan dengan
insulin dan tingkat aktifitas serta pencapaian serum
lipid yang optimal serta Soegondo (2005)
menyatakan bahwa pada penatalaksanaan penyakit
Diabetes Melitus sebaiknya harus saling
berkesinambungan yang meliputi pengendalian
berat badan (diet), dan olahraga dan dilengkapi
dengan pemakaian obat-obatan, namun apabila
penderita diabetes melitus tipe 2 bisa mengontrol
diet untuk menjaga berat badan, serta olahraga
yang teratur, ketergantungan akan obat-obatan akan
berkurang, dan hal ini cukup baik oleh karena

Dari Analisis Statistik yang telah dilakukan dan


pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa: Rata-rata kadar
glukosa darah pada penderita diabetes melitus
sebelum senam diabetes melitus adalah 290,81
mg/dl dan Rata-rata kadar glukosa darah pada
penderita diabetes melitus sesudah senam diabetes
adalah 272,77 mg/dl. Hasil analisa data dengan uji
t dependent menunjukkan ada perbedaan yang
signifikan rata-rata kadar gula darah antara sebelum
dan sesudah penderita DM melakukan senam
Diabetes Melitus (p = 0,000).
Saran Bagi petugas Puskesmas Darusalam Medan
hendaknya melanjutkan program senam Diabetes
Melitus ini sebab sangat bermanfaat bagi para
penderita DM dan untuk menurunkan kadar
glukosa darah para penderita Diabetes Melitus di
Wilayah kerja Puskesamas Darusalam Medan.
Sementara bagi tenaga keperawatan agar memberi
penyuluhan kepada penderita Diabetes Melitus
pentingnya latihan jasmani atau olahraga seperti
senam Diabetes Melitus.Bagi pasien DM agar
latihan jasmani yang teratur dan rutin dilakukan
seperti senam Diabetes Melitus.
KEPUSTAKAAN
Afriwardi. 2010. Ilmu Kedokteran Olahraga.
Cetakan 1. Buku Kedokteran EGC:
Jakarta.
Darmowidjojo Budiman. 2007. Hidup Sehat
Dengan Diabetes. Cetakan 2. Balai
Penerbit FKUI : Jakarta.
Maulana Sumarni. 2008. Mengenal Diabetes
Melitus. Cetakan I. Kata Hati :
Yogyakarta.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Edisi 2. Salemba Medika : Jakarta.
PERKENI
(Perkumpulan
Endokrinologi
Indonesia). 2002. Pengelolaan Diabetes
Melitus Tipe 2 di Indonesia. CV.Aksara
Buana : Jakarta.

PERKENI
(Perkumpulan
Endokrinologi
Indonesia). 2006. Pengelolaan Diabetes
Melitus Tipe 2 di Indonesia. CV.Aksara
Buana : Jakarta.
Re Nabyl. 2009. Cara Mencegah dan Mengobati
Diabetes Mellitus. Cetakan I. Aulia
Publising : Yogyakarta.
Santoso Mardi. 2010. Senam Diabetes Indonesia
Seri 5. Yayasan Diabetes Indonesia :
Jakarta.
Saraswati Sylvia. 2009. Diet Sehat untuk Penyakit
Asam Urat, Diabetes, hipertensi, stroke.
Cetakan I. A+Plus Books : Yogyakarta.
Sherwood Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia. Edisi
2. EGC : Jakarta.
Smeltzer dan Bare. 2001. Keperawatan Medikal
Bedah Bruner & Sudarth. Vol 2. EGC :
Jakarta.
Soegondo Sidartawan ddk. 2009. Penatalaksanaan
Diabetes Melitus Terpadu. Edisi 2.
Cetakan 7. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.
Widianti Tri Anggriyana. 2010. Senam Kesehatan.
Cetakan I. Nuha Medika : Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai