Blok 14
Blok 14
iii
PENDAHULUAN
.... 6
............ 9
... 9
..........
20
B. Dislokasi Posterior...................................................................
........ ..
26
C. Dislokasi inferior.......................................................................
........ ..
28
2.7 Diagnosis............................................................................................
29
..
30
2.9 Komplikasi.......................................................................................
.... 30
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.1
Latar Belakang1,6
Fungsi anggota badan (Ekstrernitas) manusia bagian atas yang terdiri atas lengan dan
tangan adalah bagian yang sangat penting bagi kehidupan kita sehari-hari. Kita
mempergunakan anggota badan bagian atas tersebut antara lain untuk membersihkan diri,
mengenakan pakaian, makan, minum, mengendarai kendaraan, menyelesaikan pekerjaan kita
masing-masing serta masih banyak kegiatan sehari-hari yang mempergunakan anggota badan
bagian atas.
Agar lengan dan tangan tersebut dapat berfungsi dengan baik, selain otot-otot dan
persyarafannya harus baik, maka persendian harus dapat berfungsi secara baik pula. Gerakan
gerakan yang terjadi di gelang bahu dimungkinkan oleh sejumlah sendi yang saling
berhubungan erat. Adanya gangguan pada persendian yang berupa terbatasnya gerakan dan
kekakuan sendi akan dapat mengakibatkan terganggunya fungsi anggota badan bagian atas
tersebut, sehingga mengakibatkan terhalangnya sebagian kegiatan kita sehari-hari. Salah satu
sendi pada anggota badan bagian atas yang sering mengalami gangguan adalah sendi bahu.
Dislokasi sendi bahu merupakan salah satu gangguan pada sendi di ekstremitas atas
yang masih sering kita temukan. Dislokasi itu sendiri adalah terlepasnya sebuah sendi dari
tempat yang seharusnya. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser
atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya.
Dislokasi bahu sering dijumpai oleh atlet atlet olahraga. Olahraga yang biasa
menyebabkan dislokasi adalah sepak bola, hoki, serta olahraga yang beresiko jatuh misalnya :
terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Dislokasi bahu juga bisa disebabkan karena
trauma yang membentur bagian bahu saat berkendara atau karena terjatuh terpeleset dan
dapat pula dislokasi ini disebabkan karena adanya kelainan patologis pada tubuh.
Secara statistic : dislokasi yang terjadi biasanya 96% dislokasi kearah depan bahu
(anterior), 3,4% dislokasi kearah belakang bahu (posterior), dan 0,1% dislokasi bahu yang
turun ke bawah (inferior / luxatio erecto).
Tujuan Khusus
Mendapatkan gambaran anatomi, gambaran klinis, dan penanganan dari dislokasi
bahu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara
anatomis ( tulang lepas dari sendi ) ( Brunner & Suddarth ).
Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang di
sertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi. ( Buku Ajar Ilmu Bedah, hal 1138).
Jadi dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh
komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi), atau suatu keadaan
dimana permukaan sendi tulang yang membentuk sendi tidak lagi dalam posisi anatomis.
Secara kasar adalah tulang terlepas dari persendian.
Subluksasi adalah dislokasi parsial (sebagian) permukaan persendian kadang dapat
muncul dan berganti dengan episode dislokasi total.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi
pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain
macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamenligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.
2.2
atas bonggol sendi dan mangkuk sendi. Cavitas sendi bahu sangat dangkal, sehingga
memungkinkan seseorang dapat menggerakkan lengannya secara leluasa dan melaksanakan
aktifitas sehari-hari. Namun struktur yang demikian akan menimbulkan ketidakstabilan sendi
bahu dan ketidakstabilan ini sering menimbulkan gangguan pada bahu.
Sendi bahu merupakan sendi yang komplek pada tubuh
tulang-tulang yaitu : scapula (shoulder blade), clavicula (collar bone), humerus (upper arm
bone), dan sternum. Daerah persendian bahu mencakup empat sendi, yaitu sendi
sternoclavicular, sendi glenohumeral, sendi acromioclavicular, sendi scapulothoracal.
5
Empat sendi tersebut bekerjasama secara secara sinkron. Pada sendi glenohumeral sangat
luas lingkup geraknya karena caput humeri tidak masuk ke dalam mangkok karena fossa
glenoidalis dangkal (Sidharta, 1984).6
Berbeda dengan cara berpikir murni anatomis tentang gelang bahu, maka bila
dipandang dari sudut klinis praktis gelang bahu ada beberapa fungsi persendian yang
kompleks, yaitu:
1. Sendi glenohumeralis
Sendi glenohumeral dibentuk oleh caput humeri yang bulat dan cavitas
glenoidalisscapula yang dangkal dan berbentuk buah pir. Permukaan sendi meliputi oleh
rawan hyaline, dan cavitas glenoidalis diperdalam oleh adanya labrum glenoidale (Snell,
1997).
Dibentuk oleh caput humerrus dengan cavitas glenoidalisscapulae, yang diperluas
dengan adanya cartilago pada tepi cavitas glenoidalis, sehingga rongga sendi menjadi lebih
dalam. Kapsul sendi longgar sehingga memungkinkan gerakan dengan jarak gerak yang lebih
luas. Proteksi terhadap sendi tersebut diselenggarakan oleh acromion, procecus coracoideus,
dan ligamen-ligamen. Tegangan otot diperlukan untuk mempertahankan agar caput humerus
selalu dipelihara pada cavitas glenoidalisnya.
Ligamen-ligamen yang memperkuat sendi glenohumeral antara lain ligamen
glenoidalis, ligamen humeral tranversum, ligamen coraco humeral dan ligamen
coracoacromiale, serta kapsul sendi melekat pada cavitas glenoidalis dan collum
anatomicum humeri (Snell, 1997).
6
musculus subscapularis.
7) Bursa subcutanea acromialis, terletak diatas acromion dibawah kulit
Gerak osteokinematika yang terjadi adalah gerak elevasi 45 dan gerak depresi 70,
serta protraksi 30 dan retraksi 30. Sedangkan gerak osteokinematikanya meliputi: (1)
gerak protraksi terjadi roll clavicula kearah ventral dan slide kearah ventral, (2) gerak
retraksi terjadi roll clavicula kearah dorsal dan slide kearah dorsal, (3) gerak elevasi terjadi
roll kearah cranial dan slide kearah caudal, gerak fleksi shoulder 10 (sampai fleksi 90)
terjadi gerak elevasi berkisasr 4, (4) gerak depresi terjadi roll ke arah caudal dan slide
clavicula kearah cranial.
7
2. Sendi Sternoclaviculare
Dibentuk oleh extremitas glenoidalis clavicularis, dengan incisura clavicularis sterni.
Menurut bentuknya termasuk articulation sellaris, tetapi fungsionalnya glubiodea. Diantara
kedua facies articularisnya ada suatu discus articularis sehingga lebih dapat menyesuaikan
kedua facies articularisnya dan sebagai cavum articulare. Capsula articularis luas, sehingga
kemungkinan gerakan luas.
Ligamentum yang memperkuat:
1) ligamentum interclaviculare, yang membentang diantara medial extremitas
sternalis, lewat sebelah cranial incisura jugularis sterni.
2) ligamentum costoclaviculare, yang membentang diantara costae pertama sampai
permukaan bawah clavicula.
3) ligamentum sterno claviculare, yang membentang dari bagian tepi caudal incisura
clavicularis sterni, kebagian cranial extremitas sternalis claviculare.
Gerak osteokinematika yang terjadi adalah gerak elevasi 45 dan gerak depresi 70,
serta protraksi 30 dan retraksi 30. Sedangkan gerak osteokinematikanya meliputi: (1)
gerak protraksi terjadi roll clavicula kearah ventral dan slide kearah ventral, (2) gerak
retraksi terjadi roll clavicula kerah dorsal dan slide kearah dorsal, (3) gerak elevasi terjadi
roll kearah cranial dan slide kearah caudal, gerak fleksi shoulder 10 (sampai fleksi 90)
terjadi gerak elevasi berkisasr 4, (4) gerak depresi terjadi roll ke arah caudal dan slide
clavicula kearah cranial.
8
3. Sendi Acromioclaviculare
Dibentuk oleh extremitas acromialisclavicula dengan tepi medial dari acromion
scapulae. Facies articularisnya kecil dan rata dan dilapisi oleh fibro cartilago. Diantara
facies articularis ada discus artucularis. Secara morfologis termasuk ariculatio ellipsoidea,
karena facies articularisnya sempit, dengan ligamentum yang longgar.
Ligamentum yang memperkuatnya:
1) Ligament acromio claviculare, yamg membentang antara acromion dataran
ventral sampai dataran caudal clavicula.
2) ligament coraco clavicuculare, terdiri dari 2 ligament yaitu:
a) Ligamentum
conoideum,
yang
membentang
antara
dataran
medial
dataran
lateral
trapezoideus,
yang
membentang
dari
Gerak osteokinematika sendi ini meliputi gerakan kearah medial lateral yang dalam
klinis disebut down ward-up, wardrotasi juga gerak kearah cranial-caudal yang dikenal
dengan gerak elevasi-depresi. Pada sendi ini, skapula bergerak menggelincir pada dinding
thoraks. Gerakannya ada dua tipe, yaitu translasi (gerak dari skapula ke atas, ke bawah, ke
depan dan ke belakang) dan gerak rotasi melalui sumbu tegak lurus. Biasanya gerak skapula
adalah gerak kombinasi daripada kedua gerak ini.
Beberapa peneliti mengatakan bahwa antara
scapulothoracicus terdapat perbandingan saat melakukan gerakan abduksi dan fleksi bahu.
Mereka menemukan bahwa dua pertiga dari gerakan tersebut dilakukan oleh sendi
glenohumeral (sekitar 1200) sedangkan sepertiganya oleh sendi scapulothoracius (sekitar
600). Jadi perbandingannya 2:1, yang merupakan hasil yang konstan.
Gerakan kompleks yang dapat dilakukan oleh bahu selain ditunjang oleh banyaknya
sendi pada bahu, juga ditunjang oleh banyaknya otot yang berperan dalam melakukan
gerakan bahu. Kumpulan otot-otot ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok otot yang
menggerakkan dan menstabilkan scapula (shoulder girdle). Otot-otot tersebut, yaitu :
a. Otot Penggerak Sendi Bahu
1. Deltoid
Dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
: Acromion
Gerakan
Gerakan
Insertio
Persyarafan
2. Suprasipnatus
Origo
: Fosa supraspinatus
Insertio
Persyarafan
: N. Supraskapularis (C5)
Gerakan
3. Infraspinatus
Origo
: Fosa infraspinatus
Insertio
Persyarafan
: N.Supraskapularis (C5)
Gerakan
4. Subskalpularis
Origo
: Fosa subskapularis
Insertio
Persyarafan
Gerakan
5. Teres minor
Origo
Insertio
Persyarafan
: N. Axillaris (C5)
Gerakan
Kelima otot di atas disebut juga sebagai otot intrinsik bahu, sedangkan otot nomor dua hingga
lima disebut sebagai Rotator Cuff.
6. Teres mayor
11
Origo
Insertio
Persyarafan
Gerakan
7. Lattisimus dorsi
Origo
Insertio
Persyafaran
Gerakan
8. Coracobrachialis
Origo
Insertio
Persyarafan
Gerakan
9. Pectoralis mayor
Dibagi tiga, yaitu :
Pars klavikularis
Origo
Pars manubrialis
Origo
: Sternum
Pars Sternokostalis
Origo
: Kartilago kostae 1 6
Insertio
Persyarafan
Insertio
Persyarafan
Gerakan
2. Rhomboideus mayor
Origo
Insertio
Persyarafan
: N. Skapulodorsalis (C5)
Gerakan
3. Rhomboideus minor
Origo
Inserti
: Spina skapula
Persyarafan
: N. Skapulodorsalis (C5)
Gerakan
4. Levator Scapula
Origo
Insertio
Persyarafan
Gerakan
5. Pectoralis minor
Origo
: Tulang iga 3, 4, 5
Insertio
: Proccesus korakoideus
Persyarafan
Gerakan
6. Subclavia
Origo
Insertio
Persyarafan
Gerakan
: Depresi klavikula
7. Trapezius
Dibagi menjadi 3, yaitu :
2.3
Superior
Origo
Insertio
Gerakan
: Elevasi skapula
Middle
Origo
Insertio
Gerakan
: Adduksi skapula
Inferior
Origo
Insertio
Persyarafan
Gerakan
depresi lengan. Gerak ekstensi adalah gerak dari lengan dalam bidang sagital
ke belakang dari 0 ke kira-kira 60.
Gerakan fleksi dibagi menjadi 3 fase :
Fase II, Fleksi 60 - 120. Pada fase ini diikuti gerakan shoulder girdle,
yaitu rotasi 60 dari skapula, sehingga glenoid cavity menghadap ke atas
dan
ke
depan,
dan
aksial
pada
sendi
sternoklavikular
dan
Fase III, fleksi 120 - 180. Jika hanya satu lengan yang fleksi dari
kolumna spinalis. Bila kedua lengan fleksi maksimum akan terjadi gerakan
lordosis dari lumbal melebihi normal.
Fase II, abduksi 90 150 , ketika abduksi 90, disertai fleksi sehingga
dapat aduksi sampai 120 shoulder mengunci dan abduksi hanya dapat
maju dengan disertai gerakan shoulder girdle. Gerakan ini adalah ayunan
dari skapula dengan rotasi tanpa mengunci, sehingga kavitas glenoidalis
menghadap agak keatas dengan luas gerakan 60 Aksial rotasi pada sendi
16
Fase III, abduksi 150 180 dalam fase ini, abduksi mencapai posisi
vertikal dan disertai gerakan kolumna spinalis . Bila gerakan hanya satu
tangan disertai pemelesetan
dihasilkan oleh otot spinal lawannya. Jika kedua lengan abduksi bersamasama sampai 180 akan terjadi lumbar lordosis yang dipimpin oleh otot
spinal.
c. Fleksi dan Ekstensi horizontal
Gerak fleksi horizontal adalah gerak dari lengan dalam bidang horizontal
mulai 0 135. Gerak ekstensi horisontal ialah gerak lengan kebelakang
dalam bidang horisontal dari 0 45.
d. Rotasi
Rotasi dengan lengan disamping tubuh, siku dalam fleksi, bila lengan
bawah digerakkan menjauhi garis tengah tubuh disebut eksorotasi, bila lengan
bawah digerakkan menuju garis tengah tubuh disebut endorotasi. Luas
geraknya 90. Rotasi dengan lengan dalam abduksi 90 dan telapak tangan
menghadap kebawah, bila lengan diputar kearah kranial disebut eksorotasi dan
bila kearah kaudal disebut endorotasi. Luas geraknya 90 .
B. Pengukuran ROM (Luas Gerak Sendi) Bahu
Alatnya disebut Goniometer. Untuk mengukur LGS dibutuhkan 3 titik atau
minimal 2 titik. Titik pertama terletak diatas sendi yang akan diukur, titik kedua
terletak pada sendi itu sendiri sedangkan titik ketiga berada dibawah sendi yang akan
diukur.
Dalam pengukuran LGS ini terdapat 2 macam sistem penulisan yaitu :
1) ISOM ( International standart Orthopaedic measurement)
17
Ketentuan pencatatan :
Sendi : Bidang : Gerakan : Zero starting position - Gerakan
Contoh : Shoulder:
Etiologi 6,7
Dislokasi sendi bahu sering disebabkan oleh gerak berlebihan terutama saat
Patofisiologi 10
18
Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh yang bertumpu pada tangan dan bahu.
Humerus terdorong kedepan, merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi.
Kadang-kadang bagian posterolateral kaput hancur. Meski jarang prosesus akromium dapat
mengungkit kaput ke bawah dan menimbulkan luksasio erekta (dengan tangan mengarah;
lengan ini hampir selalu jatuh membawa kaput ke posisi di bawah coracoid).
Cross-sectional
anatomy
of
between
tendon
and
the
the
Pada dislokasi berulang, labrum dan kapsul sering terlepas dari lingkar anterior
glenoid. Tetapi pada beberapa kasus labrum tetap utuh dan kapsul serta ligamentum
glenohumerus keduanya terlepas atau terentang kearah anterior dan inferior. Selain itu
mungkin ada indentasi pada bagian posterolateral kaput humerus (lesi Hill-Sachs), yaitu
suatu fraktur kompresi akibat kaput humerus menekan lingkar glenoid anterior setiap kali
mengalami dislokasi.
2.6
Klasifikasi 6
Klasifikasi dislokasi :
1. Dislokasi Congenital
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
2. Dislokasi Patologik :
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi,
atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.
3. Dislokasi Traumatik :
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress
berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami
19
pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang
dari jaringan disekelilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen,
syaraf, dan sistem vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.
Berdasarkan tipe kliniknya dislokasi traumatik dibagi :
1) Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan
pembengkakan di sekitar sendi.
2) Dislokasi Kronik
3) Dislokasi Berulang
Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang
berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang.
Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral joint.
Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan
oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi
otot dan tarikan.
Secara statistic dislokasi bahu biasanya terjadi
dislokasi posterior dan 0,1% dislokasi inferior (luxatio erecto). Pergeseran kaput humerus
dari sendi glenohumeral, berada di anterior dan medial glenoid (dislokasi anterior), di
posterior (dislokasi posterior), dan di bawah glenoid (dislokasi inferior)
Klasifikasi Dislokasi Bahu (shoulder dislocation) : 4,6,8,10
A. Dislokasi Anterior
20
Manifestasi :
1.
Khas : penderita biasanya menyangga lengan yang cedera pada bagian siku
dengan menggunakan tangan sebelahnya.
2.
3.
4.
21
Komplikasi
1.
Rekuren
Catatan : Hill-Sachs lesion (fraktur kompresi aspek posterolateral dari
humeral head atau suatu fraktur kompresi akibat kaput humerus menekan
lingkar glenoid anterior setiap mengalami dislokasi) dapat terlihat pada
pasien yang sebelumnya menderita dislokasi anterior.
2.
3.
4.
22
Terapi :
1.
Isolated anterior dislocation : Manipulasi dan reduksi (dengan bermacammacam teknik) dibawah conscious sedation.
2.
3.
23
mengaplikasikan tekanan yang lembut pada sisi medial dan inferior dari
humeral head.
c. Adduksi lengan secara bertahap.
d. Pasang collar dan cuff, kemudian lakukan X ray post reduksi.
2. Teknik Stimsons
Metode yang memanfaatkan gaya gravitasi, yang sering dilakukan pada ED
yang sangat sibuk.
a. berikan analgesik IV dimana penderita berbaring pada posisi pronasi
dengan lengan tergantung di sebelah trolley dengan beban seberat 2,5-5kg
terikat pada lengan tersebut.
b. Perlahan setelah 5-30 menit, lakukan relokasi bahu.
c. Pasang collar dan cuff, periksa x ray post reduksi.
3. Teknik Hipocrates
Metode ini dilakukan jika metode stimson tidak memberikan hasil dalam
waktu 15 menit.
a. Reposisi dilakukan dengan menggunakan general anestesi.
24
4. Teknik kocher
Penderita ditidurkan diatas meja. Penolong melakukan gerakan yang dapat
dibagi menjadi 4 tahap :
a. tahap 1 : dalam posisi siku fleksi penolong menarik lengan atas kearah
distal.
b. tahap 2 : dilakukan gerakan ekserotasi dari sendi bahu
c. tahap 3 : Melakukan gerakan adduksi dan fleksi pada sendi bahu
d. tahap 4 : Melakukan gerakan endorotasi sendi bahu
Setelah terreposisi sendi bahu difiksasi dengan dada, dengan verban dan
lengan bawah digantung dengan sling (mitella ) selama 3 minggu
25
5. Teknik Countertraction
Bermanfaat sebagai sebuah manuver back-up ketika cara-cara diatas gagal.
a. Dibawah conscious sedation, tempatkan pasien berbaring supine dan
tempatkan rolled sheet dibawah aksila dari bahu yang terkena.
b. Abduksi lengan sampai 45o dan aplikasikan sustained in line traction
sementara. Asisten memasang traksi pada arah yang berlawanan
menggunakan rolled sheet.
c. Setelah relokasi, pasang collar dan cuff, periksa X ray post reduksi.
d. Penempatan : klinik ortopedik setelah 3 hari.
6. Teknik Spaso
Walaupun teknik ini tidak dikenal secara luas tetapi dianggap bahwa metode
ini merupakan metode yang paling mudah dilakukan dengan angka
keberhasilan yang tinggi.
a. Dibawah conscious sedation, letakkan lengan yang sakit di dinding dada.
b. Fleksikan lengan pada bahu, dan lakukan rotasi eksternal secar simultan.
Pada kebanyakan kasus, sebelum bahu mencapai fleksi kedepan 90 o, akan
terdengar bunyi clunk, dan head humerus telah kemabali pada posisinya.
c. Adduksi lengan
d. Pasang collar & cuff dan periksa X ray post reduksi.
26
B. Dislokasi Posterior
Biasanya trauma langsung pada sendi bahu dalam keadaan rotasi interna, serta
terjulur atau karena hantaman pada bagian depan bahu, dan
dengan kontraksi otot saat kejang atau cedera akibat tersetrum listrik.
Manifestasi
1.
2.
2.
3.
Teknik :
1.
2.
3.
4.
5.
Setelah relokasi pada lansia, aplikasikan collar & cuff dan pertimbangkan
early mobilization.
C. Dislokasi Inferior
Pada luxatio erecta posisi lengan atas dalam posisi abduksi, kepala humerus
terletak dibawah glenoid, terjepit pada kapsul yang robek . Karena robekan kapsul
sendi lebih kecil dibanding kepala humerus, maka sangat susah kepala humerus
ditarik keluar, hal ini disebut sebagai efek lubang kancing ( Button hole effect ).
Pengobatan dilakukan reposisi tertutup seperti dislokasi anterior, jika gagal dilakukan
reposisi terbuka dengan operasi
Manifestasi klinis :
1. Abduksi lengan atas dengan posisi hand over head
2. Hilangnya kontur bulat dari bahu.
29
Teknik :
1. Dibawah kondisi IV conscious sedation, aplikasi traksi yang steady pada
lengan yang di abduksi.
2. kadang diperlukan counter traction dengan seorang asisten menggunakan
rolled sheet yang ditempatkan pada akromion.
3. Setelah relokasi, pasang collar & cuff.
2.7
Diagnosis 2,6
Diagnosis kasus dislokasi bahu ditegakkan melalui anamnesis (autoanamnesis atau
Ada 2 tanda khas pada kasus dislokasi sendi bahu terutama pada dislokasi anterior
yaitu sumbu humerus yang tidak menunjuk ke bahu dan kontur bahu berubah karena daerah
dibawah akromion kosong pada palpasi. Penderita merasakan sendinya keluar dan tidak
mampu menggerakkan lengannya dan lengan yang cedera ditopang oleh tangan sebelah lain
dan ia tidak dapat menyetuh dadanya. Lengan yang cedera tampak lebih panjang daripada
normal, bahu terfiksasi sehingga mengalami fleksi dan lengan bawah berotasi kearah interna.
Posisi badan penderita miring kearah sisi yang sakit. Pemeriksa terkadang dapat membuat
skapula bergerak pada dadanya namun tidak akan dapat menggerakkan humerus pada
scapula. Jika pasien tidak terlalu banyak menggerakan bahunya, maka pada kasus ini kaput
humerus yang tergeser dapat diraba dibawah prosesus korakoideus.1,2,3,4,7
Diagnosis klinik untuk kasus dislokasi sendi bahu dapat menggunakan tanda cemas
(apprehension sign). Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengangkat lengan kedalam
abduksi, rotasi luar dan kemudian ekstensi secara hati-hati dalam posisi duduk atau berbaring.
Pada saat kritis pasien akan merasa bahwa kaput humerus seperti akan telepas dan tubuhnya
menegang karena cemas. Uji ini harus diulangi dengan menekan bagian depan bahu, dimana
dengan manuver ini pasien akan merasa lebih aman dan tanda cemasnya negatif.2
2.8
Pemeriksaan Penunjang 5
Pemeriksaan
penunjang
yang
dapat
dilakukan
adalah
rontgen
foto
bahu
anteroposterior (AP) dan lateral, posisi Axial dan posisi Y scapular view. Selain itu juga
dianjurkan melakukan pemeriksaan pandangan oblik agar dapat dipastikan tidak terdapat
dislokasi posterior. Pemeriksaan pandangan oblik memang lebih sulit dilakukan namun lebih
mudah diintepretasi.
2.9
Komplikasi 2,7
Komplikasi yang dapat terjadi adalah timbulnya lesi pleksus brakialis dan nervus
aksilaris, serta interposisi tendo bisep kaput longum. Robekan arteri aksilaris juga dapat
terjadi terutama pada orang tua yang dilakukan reduksi dislokasi dengan tenaga yang
berlebihan. Langkah antisipatif yang dapat dilakukan sebelum dirujuk adalah dengan
melakukan penekanan kuat pada aksila. Komplikasi lanjut dapat berupa:
Kaku sendi yaitu Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan sendi bahu,
terutama pada pasien yang berumur 40 tahun. Terjadinya kehilangan rotasi lateral,
31
2.10
Penatalaksanaan 5,7,10,11
Penatalaksanaan dislokasi sebagai berikut :
o
Dislokasi sendi kecil dapat direposisi di tempat kejadian tanpa anestesi, misalnya :
(dislokasi siku, dislokasi bahu, dislokasi jari pada fase syok), sislokasi bahu, siku
atau jari dapat direposisi dengan anestesi local; dan obat penenang misalnya
valium.
Sendi kemudian diimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan dijaga
agar tetap dalam posisi stabil. Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi
dilakukan mobilisasi halus 3-4x sehari yang berguna untuk mengembalikan
kisaran sendi
Apabila tehnik Manipulasi dan reduksi tidak berhasil atau tidak memungkinkan, maka
dapat dipikirkan dilakukan operasi. Adapun indikasi untuk dilakukan operasi adalah :
1. Dislokasi yang berkali kali, terutama bila terdapat nyeri
2. Subluksasi berulang atau rasa takut terhadap dislokasi cukup ikut mencegah
keikutsertaan dalam aktifitas sehari hari atau olahraga.
Operasi terdiri atas tiga jenis :
1. Operasi untuk memperbaiki labrum glenoid dan kapsul yang robek (prosedur
Bankart)
2. Operasi untuk memendekkan kapsul anterior dan subskapularis dengan perbaikan
32
dislokasi posterior : diimobilisasi selama 4 minggu. Dan untuk dislokasi superior atau
inferior: diimobilisasi selama 3-6 minggu. Selama periode imobilisasi, latihan harian ROM
siku harus dilakukan.
33
Below is an arthroscopic view of a post dislocation Bankart lesion (tear of the anterior labrum). And Below the
sutures have been tied and the anterior glenoid labrum have been repaired arthroscopically.
2.11
Prognosis
Tingkat kesembuhan pada kasus ini baik jika tidak timbul komplikasi
BAB III
KESIMPULAN
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi
ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen
tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi)
Sendi bahu dibentuk oleh tulang-tulang yaitu : scapula (shoulder blade), clavicula
(collar bone), humerus (upper arm bone), dan sternum. Berdasarkan anatomis tentang gelang
bahu, maka bila dipandang dari sudut klinis praktis gelang bahu ada beberapa fungsi
persendian yang kompleks yaitu : Sendi Glenohumeralis, Sendi suprahumeral, Sendi
Sternoclaviculare, Sendi Acromioclaviculare, Sendi subacromiale, Sendi Scapulothoracicus.
Gerakan kompleks yang dapat dilakukan oleh bahu selain ditunjang oleh banyaknya
sendi pada bahu, juga ditunjang oleh banyaknya otot yang berperan dalam melakukan
gerakan bahu. Kumpulan otot-otot ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok otot yang
menggerakkan dan menstabilkan scapula (shoulder girdle).
34
Menurut biomekanika Sendi Bahu, Gerakan-gerakan dari bahu dibagi dua, yang
didasarkan pada kelompok otot penggeraknya. Gerakan tersebut antara lain gerakan Skapula
(Elevasi dan Depresi, Abduksi (prorotasi) dan Adduksi (retraksi), Upward rotation dan
downward rotation, Upward tilt dan reduction of upward tilt) dan gerakan Humerus (Fleksi
dan Ekstensi, Fleksi dan Ekstensi lumbar dan Rotasi)
Dislokasi sendi bahu sering disebabkan oleh gerak berlebihan terutama saat
berolahraga ataupun trauma lansung. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kejadian
berulang diantaranya tidak sempurnanya relaksasi ligament kapsular sendi, kelemahan otototot sekitar dan kelainan congenital ataupun bawaan dari kaput humeri atau fossa glenoidale
Secara statistic dislokasi bahu biasanya terjadi
dislokasi posterior dan 0,1% dislokasi inferior (luxatio erecto). Pergeseran kaput humerus
dari sendi glenohumeral, berada di anterior dan medial glenoid (dislokasi anterior), di
posterior (dislokasi posterior), dan di bawah glenoid (dislokasi inferior)
DAFTAR PUSTAKA
5. Salter Robert bruce. 1999. Textbook of Disorder and Injuries of the Musculoskeletal
System, 3rd-ed. Baltimore: Williams & Wilkins
6. http://www.scribd.com/doc/75296840/shoulder-dislocation [diunduh : 20 Februari
2012]
7. http://www.msdlatinamerica.com/ebooks/RockwoodGreensFracturesinAdults/sid
930742.html [diunduh : 20 Februari 2012]
8. http://www.ebmedicine.net/topics.php?
paction=showTopicSeg&topic_id=120&seg_id=2486 [diunduh : 20 Februari 2012]
(x-ray view)
35
36