PENDAHULUAN
Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan
dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari
tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman
yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang kurma mengurai
tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan
pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah
buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi
orang-orang yang beriman"(QS.Al-Anam/06: 99).
Dalam surat An-Nahl ayat 11, Allah Swt. juga menjelaskan mengenai
tumbuh-tumbuhan yang dapat dijadikan obat bagi manusia.
ZtU 9s ) 3 NtyV9$# e2 u |=uF{$#u 9$#u G9$#u t9$# / /3s9 M6/
6x+tGt 5s)j9
Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun,
korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
memikirkan
(QS.
An-Nahl/16:
11).
Pada ayat di atas, Allah menjelaskan bahwa Dia yang telah menciptakan
tumbuh-tumbuhan dengan berbagai macam bentuk, warna, sifat khusus, rasa dan
bau. Tumbuh tumbuhan tersebut dimanfaatkan untuk manusia dan hewan. Allah
menciptakan alam semesta beserta isinya tidak diciptakan dengan sia-sia akan
tetapi memiliki fungsi masing masing (Rossidy, 2008).
Rasulullah saw. pernah bersabda dalam sebuah hadits Bukhari mengenai
khasiat dari jintan hitam (Al-Albani, 2008):
.
Dari
Abu
Hurairah
RA
bahwa
dia
mendengar
Rasulullah
bersabda,Sesungguhnya biji hitam itu mengandung obat untuk segala penyakit,
kecuali sam. Sam adalah kematian dan biji hitam adalah syuniz.
Biji Nigella sativa L., disebut black cumin di Eropa dan disebut jintan
hitam di Indonesia. Jintan hitam telah digunakan oleh para penduduk selama lebih
dari 3000 tahun dan dilaporkan sebagai obat dari segala macam penyakit.
Jintan hitam di pandang mampu mengobati segala penyakit. Hal tersebut
didasarkan pada sumber baik dari hadits shahih maupun berdasarkan penelitianpenelitian ilmiah yang sudah dilakukan oleh banyak ilmuwan bidang kedokteran
di berbagai macam negara. Berdasarkan dari hasil-hasil penelitian ilmuwan
thymoquinone,
carvacrol,
t-anethole
dan
4-terpineol
dapat
cyminum), black cumin (Nigella sativa) dan bitter cumin (Cuminum nigrum)
dengan menggunakan pelarut aquadest dan methanol 80%. Potensi antioksidan
ditentukan dengan metode DPPH, total fenol dan uji peroksidasi lipid. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa ketiga jenis varietas cumin tersebut memiliki
potensi antioksidan. Bitter cumin memiliki potensi antioksidan tertinggi yang
diikuti dengan cumin dan black cumin.
Hendrik (2009) disebutkan bahwa ekstrak alkohol yang terkandung pada
jintan hitam dilaporkan dapat menghambat tingginya hidrogen peroksida pada
mikrosom sel hati mencit. Ekstrak jintan hitam dapat memberikan melindungi
tubuh dari kerusakan radikal bebas dibandingkan dengan senyawa antioksidan
sintetik.
Berdasarkan penelitian tersebut, diketahui bahwa ekstrak alkohol jintan
hitam yang memiliki sifat polar berpotensi sebagai antioksidan. Pemanfaatan
ekstrak
polar
dapat
ditelaah
lebih
lanjut
dengan
pengujian
aktivitas
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah
1. Mengetahui aktivitas antioksidan fraksi etanol dari jintan hitam (Nigella
sativa, L.) menggunakan metode DPPH, FTC dan TBA.
2. Mengetahui kandungan golongan senyawa antioksidan dalam fraksi etanol
jintan hitam (Nigella sativa, L.).
1.5 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya
adalah sebagai berikut:
a) Memberikan informasi kepada para saintis bahwa tidak hanya fraksi nonpolar
jintan hitam yang memiliki potensi sebagai antioksidan, tapi juga fraksi polar.
b) Memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat mengenai pemanfaatan
jintan hitam sebagai antioksidan alami yang diperoleh dari fraksi etanol.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan
dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari
tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman
yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai
tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan
pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah
buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi
orang-orang yang beriman"(QS.Al-Anam/06: 99).
Firman Allah SWT dalam surat Al-Anam ayat 99 yang artinya ...Kami
menumbuhkan darinya kebun-kebun kurma, zaitun dan delima, ada yang serupa
dan tidak serupa...menjelaskan bahwa Allah menciptakan beragam jenis buah.
Setiap jenis buah memiliki rasa dan harum tersendiri meskipun semuanya tumbuh
di tanah yang sama. Selain itu, buah-buahan dan sayur-sayuran juga merupakan
sumber-sumber vitamin dan nutrisi essensial yang melimpah. Allah SWT
menutup surat Al-Anam ayat 99 dengan firman-Nya ...sesungguhnya pada
demikian itu, terdapat tanda-tanda yang nyata bagi orang-orang yang beriman,..
karena orang-orang yang beriman itu hidup, bekerja, berfikir dan memahami
sehingga untuk mendapatkan bukti dari ayat tersebut yang dapat menunjukkan
kepada mereka kepada perbuatan mengesakan Allah SWT (Al-Jazairi, 2007).
Ayat di atas juga mengingatkan kepada kita tentang adanya tanda-tanda
kekuasaan Allah SWT dalam dunia tumbuh-tumbuhan yang memang penuh
dengan tanda-tanda yang menunjukkkan keagungan dan keperkasaan-Nya. Semua
jenis tumbuhan makan dan tumbuh dari sinar, karbon, hidrogen, nitrogen,
fosforus, sulfur, kalium, kalsium, magnesium, dan besi. Meskipun makanannya
sama, tanah menumbuhkan apel yang manis, colocynth yang pahit, kapas yang
lembut, kaktus yang berduri, gandum, barley, jeruk, kurma, anggur, buah ara,
zaitun dan delima. Demikianlah, dalam tanah yang sama, unsur makanan yang
sama, dan air yang sama, biji-biji yang sangat kecil itu menumbuhkan ribuan jenis
tumbuhan dan buah-buahan dengan aneka ragam bentuk, warna, bau, dan rasa
(Pasya, 2004).
Allah Swt. berfirman dalam surat Al-Anam ayat 141.
G9$#u & $+=tF t9$#u 9$#u ;Mxt uxu ;Mx ;My_ r'tr& %!$# uu
u ( $|ym ut )ym (#?#uu tyOr& !#s) yrO (#=2 4 77ttF uxu $\:ttF $9$#u
9$# =t ) 4 (#@
Dan dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak
berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya,
zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya).
makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan
tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir
miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang yang berlebih-lebihan(QS. Al-Anam/06: 114).
Ayat ini menjelaskan bahwa hanya Allah SWT yang menciptakan pohon
kurma dalam keadaaan yang bermacam-macam ras, bentuk dan aromanya. Allah
SWT menciptakan buah-buahan seperti zaitun, dan delima dalam beberapa segi
yang lain seperti rasanya meskipun semua tumbuh diatas tanah yang sama dan
disiram dengan air yang sama (Shihab, 2001). Aidh Al-Qarni (2008) menjelaskan
bahwa Allah SWT semata yang menciptakan kebun-kebun yang luas dan tamantaman yang menghijau yang terdiri dari berbagai jenis pohon. Di antaranya ada
yang tumbuh tinggi menjulang seperti kurma, tanaman pertanian, zaitun dan
delima, namun di antaranya ada pula yang tidak tumbuh tinggi.
Jintan hitam (Nigella sativa, L.) merupakan tanaman tertua yang
digunakan sebagai pengobatan dalam sejarah manusia. Bahwa pada zaman nabi
ada istilah yang dikenal dengan Thibbun Nabawi, yang berarti pengobatan yang
dilakukan berdasarkan pada hadits-hadits nabi. Banyak sekali hadits-hadits yang
menyebutkan bahwa Nabi pada zamannya banyak menggunakan berbagai macam
tumbuhan sebagi pengobatan. Salah satu tanaman yang direkomendasikan adalah
biji habbatussauda atau yang kita kenal dengan biji jintan hitam (Nigella sativa
Linn.).
Sebagaimana Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Ibnu
Majah berikut (Al-Albani, 2008):
.
Dari
Abu
Hurairah
RA
bahwa
dia
mendengar
Rasulullah
bersabda,Sesungguhnya biji hitam itu mengandung obat untuk segala penyakit,
kecuali sam. Sam adalah kematian dan biji hitam adalah syuniz.
Khasiat jintan hitam juga dijelaskan dalam Hadits berikut (Al-Albani, 2006):
.
.
"Ibnu Abu Umar dan Said bin Abdurrahman Al Makhzumi menceritakan kepada
kami, keduanya berkata, Sufyan menceritakan kepada kami, dari Zuhri, dari Abu
Salamah, dari Abu Hurairah, bahwa Nabi SAW bersabda, Makanlah
habbatussauda ini. Sesungguhnya ia mengandung obat dari berbagai (jenis)
penyakit, kecuali kematian.
familia Ranunculaceae. Jintan hitam tumbuh liar sampai pada ketinggian 1100
meter dari permukaan laut. Biji jintan hitam berbentuk kerucut berwarna
kehitaman yang dihasilkan oleh tanaman berbatang lembut berbunga kuning.
Jintan hitam beraroma yang sangat menyengat dan rasanya pahit, memiliki tinggi
30-35 cm, yang bercabang dan melingkar pada bagian atasnya, berambut memiliki
bunga-bunga berwarna putih kebiruan dan dipenuhi juga dengan dedaunan (daun
pada bagian bawah lebih kecil daripada bagian atasnya) (Savitri, 2008).
Kingdom
Divisi
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Plantae
: Magnoliophyta
: Magnoliopsida
: Ranunculales
: Ranunculaceae
: Nigella
: Nigella sativa Linn
1992).
Biji
jintan
hitam
mengandung
thymoquinone
(TQ),
hydrothymoquinone, plythymoquinone, nigellicine, nigellidine, nigellimine-Noxide, thymol, carvacrol dan alpha-hedrin (Al-Ali, et.al, 2008). Kandungan jintan
hitam yang lain adalah dithymoquinone, thymohydroquinone, oxy-coumarin, 6methoxy coumarin dan 7-hidroxy-coumarin,
(Randhawa, 2008). Selain itu, jintan hitam juga mengandung gula reduksi,
alkaloid, asam organik, saponin, resin, melanthin. Melanthigin, abu, air,
terpenoids, alpipatic alcohol, unsaturated --hidroxy ketone, sterol, and ester
(Gilani, et.al., 2004).
Biji jintan hitam mengandung karbohidrat, protein dan lemak cukup besar
berdasarkan penelitian Sultan, et.al. (2009). Penelitian tersebut melaporkan bahwa
jintan hitam mengandung mineral utama yaitu potassium, kalsium, fosfor dan
magnesium, selain itu juga mengandung sodium, besi, mangan, seng dan tembaga.
Jintan hitam mengandung fixed oil dengan polyunsaturated fatty acid sebesar
60,171,53%, asam lemak jenuh sebesar 16,640,91% dan monosaturated fatty
acid sebesar 22,470,59%. Kandungan karotenoid dan tokoferol sebesar
450,6616,21 mg/kg dalam minyak, sedangkan kandungan thymoquinone
201,3113,17 mg/kg dalam biji. Sebagai pembanding, dianalisis pula essential oil
dan
diketahui
bahwa
jintan
hitam
mengandung
thymoquinone,
Tabel 2.1 Nilai EC50 senyawa dalam ekstrak non polar jintan hitam
No.
Senyawa
EC50
1 Essential oil
460,0
2 Thymoquinone
211,0
3 Carvacrole
28,8
Sumber: M.Burits dan F.Bucar (2000).
Terdapat dua macam radikal bebas yaitu ROS (Reactive Oxygen Species)
dan RNS (Reactive Nitrogen Species). Beberapa jenis radikal bebas yang
termasuk dalam ROS (Reactive Oxygen Species) adalah radikal superoksida (O2), radikal hidroksil (OH), radikal peroksil (ROO), radikal singlet oksigen (1O2)
dan hidrogen peroksida (H2O2). Sedangkan radikal yang termasuk dalam RNS
antara lain nitrit oksida (NO), peroksi nitrit (ONOO-), peroxynitrous acid
(ONOOH), dan nitrogen dioksida (NO2) (Susilowati, 2008).
berkembangnya
reaksi
oksidasi
dengan
cara
mencegah
Inisiasi
: R
AH
RH
AH
ROOH
Radikal lipid
Propagasi
: ROO
AH
+ O2
+ HOO
AH
+ ROOH
RO
+ H2O + A
mengurangi
mempengaruhi
ketengikan
hidrolisis.
oksidatif
Penggunaan
dan
polimerisasi
antioksidan
secara
tetapi
tidak
berlebihan
Antioksidan Primer
Antioksidan primer meliputi enzim superoksida dismutase (SOD), katalase,
bebas baru, atau mengubah radikal bebas yang telah terbentuk menjadi molekul
yang kurang reaktif.
Sebagai antioksidan, enzim-enzim tersebut menghambat pembentukan
radikal bebas, dengan memutuskan reaksi berantai (polimerisasi), kemudian
mengubahnya menjadi bentuk yang lebih stabil. Antioksidan kelompok ini disebut
juga chain-breaking-antioxidant.
b. Antioksidan Sekunder
Antioksidan sekunder disebut juga antioksidan eksogenus atau nonenzimatis. Antioksidan dalam kelompok ini juga disebut sistem pertahanan
preventif. Dalam sistem pertahanan ini, terbentuknya senyawa oksigen reaktif
dihambat dengan cara penangkapan oksigen dan mengubah hidroperoksida
menjadi spesies non radikal, pengkelatan metal, menyerap sinar ultraviolet dan
mendeaktivasi oksigen singlet. Antioksidan non-enzimatis dapat berupa nonnutrisi dan komponen nutrisi dari sayuran dan buah-buahan. Kerja sistem
antioksidan ini yaitu dengan memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya. Akibatnya, radikal bebas tidak akan bereaksi
dengan komponen seluler.
c.
Antioksidan Tersier
Kelompok antioksidan tersier meliputi sistem enzim DNA-repair dan
askorbat mudah teroksidasi secara reversibel membentuk asam dehidro-Laskorbat dan kehilangan 2 atom hidrogen.
Adapun struktur kimia asam askorbat adalah sebagai berikut (Cahyadi,
2006):
CH2OH
HC
OH
O
HC
C
HO
C
OH
Antioksidan Sintetik
Antioksidan sintetik merupakan antioksidan yang diperoleh dari hasil
sintesis kimia. Beberapa contoh antioksidan sintetik antara lain BHA, BHT. PG
(Propil Galat), dan TBHQ dapat meningkatkan terjadinya karsinogenesis
(Amarowicz et.al., 2000 dalam Rohman et.al., 2005).
Adapun struktur kimia dari BHT adalah sebagai berikut (Cahyadi, 2006):
OH
(H3C)3C
C(CH3)3
CH3
gelombang 517 nm. Warna akan berubah menjadi kuning saat elektron
berpasangan. Pengurangan intensitas warna yang terjadi berhubungan dengan
jumlah elektron DPPH yang menangkap atom hidrogen. Pengurangan intensitas
warna mengindikasikan peningkatan kemampuan antioksidan untuk menangkap
radikal bebas. Dengan kata lain, aktivitas antioksidan diperoleh dengan
menghitung jumlah pengurangan intensitas warna ungu DPPH yang sebanding
dengan pengurangan konsentrasi larutan DPPH melalui pengukuran absorbansi
larutan uji (Prakash, 2001).
Antioksidan bereaksi dengan DPPH akan menghasilkan bentuk tereduksi
1,1-difenil-2-pikrilhidrazin dan radikal antioksidan (Prakash, 2001). Adanya
senyawa yang bereaksi sebagai antiradikal akan mereduksi radikal DPPH,
sebagaimana reaksi berikut.
O2N
O2N
NO2
+ AH
O2N
DPPH
H
N
NO2
O2N
antioksidan
DPPH-H
radikal antioksidan
% Aktivitas Antioksidan =
100%..(2.1)
Nilai 0% berarti sampel tidak mempunyai aktivitas antioksidan, sedangkan
nilai 100% berarti pengujian aktivitas antioksidan perlu dilanjutkan dengan
pengenceran sampel untuk mengetahui batas konsentrasi aktivitasnya. Suatu
bahan dapat dikatakan aktif sebagai antioksidan bila presentase aktivitas
antioksidan lebih atau sama dengan 50% (Parwata, et.al., 2009).
Absorbansi kontrol yang digunakan dalam prosedur DPPH ini adalah
absorbansi DPPH sebelum ditambahkan sampel. Kontrol digunakan untuk
mengkonfirmasi kestabilan sistem pengukuran. Nilai absorbansi kontrol dapat
berkurang dari hari ke hari dikarenakan kehilangan aktivitasnya saat dalam stok
larutan DPPH, tetapi nilai absorbansi kontrol tetap dapat memberikan batasan
untuk pengukuran saat itu. Kontrol juga berfungsi menjaga kekonstanan total
konsentrasi DPPH dalam serangkaian pengukuran (Molyneux, 2008).
Dalam metode DPPH terdapat parameter EC50. Parameter EC50 merupakan
parameter yang menunjukkan konsentrasi ekstrak uji yang mampu menangkap
radikal bebas sebanyak 50% yang diperoleh melalui persamaan regresi. Semakin
kecil EC50 suatu senyawa uji maka senyawa tersebut semakin efektif sebagai
penangkal radikal bebas (Rohman, et.al, 2005).
Asam linoleat merupakan asam lemak tak jenuh dengan 2 buah ikatan rangkap
yang mudah mengalami oksidasi membentuk peroksida (Wulandari, 2009).
Radikal bebas terbentuk karena oksidasi asam linoleat dalam kondisi buffer yang
dapat diukur bilangan peroksidanya dengan pereaksi FeCl2 dan NH4SCN.
Peningkatan bilangan peroksidasi pada metode ini dinyatakan sebagai jumlah
senyawa yang dapat mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ seperti yang dinyatakan
dalam persamaan reaksi berikut (Wahyudi, 2006):
RO + Fe2+ RO - + Fe3+
Gambar 2.7 Reaksi oksidasi Fe2+ menjadi Fe3+
H
N
HN
O
H
OH
HO
Malondialdehid
SH
N
OH
O
Asam Tiobarbiturat
OH
MDA-TBA
(Berwarna merah jambu)
sebagian dari cahaya diserap oleh molekul molekul sesuai dengan struktur dari
molekul. Setiap senyawa dalam sampel memiliki tingkatan tenaga yang spesifik.
Bila cahaya mempunyai perbedaan energi antara tingkatan dasar dan tingkatan
tereksitasi yang mengenai cuplikan, maka elektron elektron pada tingkatan dasar
akan dieksitasi ke tingkatan tereksitasi, dan sebagian energi cahaya yang sesuai
diserap dengan panjang gelombang ini. Elektron yang tereksitasikan melepaskan
tenaga melalui proses radiasi panas dan akan kembali pada tingkatan dasar lagi.
Perbedaan energi antara tingkat dasar dengan tingkat tereksitasi yang spesifik
untuk tiap tiap bahan/senyawa menyebabkan frekuensi yang diserap juga
berbeda beda (Sastrohamidjojo, 2001).
Sinar radiasi UV-Vis adalah panjang gelombang antara 180 380 nm
untuk UV dan panjang gelombang 380 780 nm untuk visible (Hayati, 2007).
Cahaya yang dapat dilihat oleh manusia disebut cahaya tampak/visibel. Biasanya
cahaya terlihat merupakan campuran dari cahaya yang mempunyai berbagai
panjang gelombang dari 400 nm hingga 750 nm, seperti pada Tabel 2.2.
Sumber
Radiasi
Monokromator
Wadah
Sampel
Detektor
Rekorder
kesalahan
secara
sistematik
dalam
penggunaan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2.2 Bahan
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji jintan hitam
segar (Nigela saliva, L.) yang diperoleh dari Balai Penelitian Materia Medika kota
Batu, Malang.
Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari etanol 95%,
kloroform p.a., serbuk magnesium, ammoniak p.a., reagen Mayer, reagen Wagner,
reagen Dragendroff, DPPH, aquades, asam askorbat 99%, BHT 99%, TBA (asam
tiobarbiturat), TCA (asam trikloroasetat), asam sulfat pekat, asam klorida p.a.,
buffer fosfat pH 7, asam linoleat 60%, ferri klorida, ferro klorida dan ammonium
tiosianat.
Preparasi sampel
2.
3.
4.
Uji Antioksidan dengan metode DPPH, FTC dan TBA dengan pembanding
asam askorbat dan BHT
5.
6.
7.
Analisis data
x 100% .(3.1)
Ekstrak pekat yang diperoleh akan dilakukan uji fitokimia dan antioksidan
dengan metode DPPH, FTC dan TBA.
% Aktivitas antioksidan
x 100 %...................................(3.2)
Kontrol dibuat dengan cara yang sama dengan sampel tetapi tidak
ditambahkan dengan ekstrak sampel. Sedangkan untuk pembanding dibuat dengan
cara yang sama tapi ekstrak diganti dengan asam askorbat dan BHT.
pembanding dibuat seperti larutan sampel tapi diganti dengan asam askorbat dan
BHT.
3.4.5.2 Flavonoid
Larutan ekstrak sampel sebanyak 2 ml ditambah dengan sedikit serbuk
magnesium dan 2 mL HCl 2 N. Senyawa flavonoid akan menimbulkan warna
jingga sampai merah (Hayati, 2008).
3.4.5.3 Saponin
Sebanyak 2 mL ekstrak sampel dimasukkan tabung reaksi, ditambah 2 mL
asam klorida 1 M sambil dikocok-kocok selama 5 menit. Jika terbentuk busa yang
dapat bertahan selama 10 menit. Apabila hal tersebut terjadi maka ekstrak
tersebut mengandung saponin (Hayati, 2008).
3.4.5.4 Tanin
Satu mililiter ekstrak sampel ditambahkan beberapa tetes FeCl3 0,1% dan
diamati perubahan warna yang terjadi. Apabila mengandung senyawa tanin maka
akan menimbulkan warna hijau kebiruan (Hayati, 2008).
3.4.5.5 Alkaloid
Ekstrak sampel sebanyak 3 mL ditambah dengan kloroform dan NH3 lalu
disaring. Filtrat ditambah dengan H2SO4 untuk menetralkan lalu dikocok hingga
terbentuk dua lapisan. Lapisan asam yang tak berwarna diuji dengan reagen
Wagner, Mayer dan Dragendroff. Jika hasil pengujian dengan menggunkan reagen
Wagner, Mayer dan Dragendroff menghasilkan warna berturut-turut coklat, putih
dan jingga, maka ekstrak tersebut mengandung alkaloid (Hayati, 2008).
3.4.6
hasil positif dari uji fitokimia dengan uji reagen. Identifikasi dengan KLT
digunakan plat silika GF254 sebagai fase diam. Masing-masing plat dengan ukuran
1x10 cm2. Ekstrak jintan hitam ditotolkan pada jarak 1 cm dari tepi bawah plat
dengan pipa kapiler kemudian dikeringkan dan dielusi dengan masing-masing
fase gerak golongan senyawanya. Elusi dihentikan ketika fase gerak sampai pada
garis batas. Selanjutnya, plat diperiksa di bawah sinar UV pada panjang
gelombang 254 nm dan 366 nm untuk diamati spot yang dihasilkan. Larutan
pengembang yang digunakan uji fitokimia dengan KLT adalah sebagai berikut:
a) Golongan senyawa flavonoid: digunakan larutan pengembang butanol:asam
asetat glasila:air (4:1:5) dan diuapi dengan uap amoniak yang akan
menghasilkan warna biru kehijauan (Halimah, 2010).
b) Golongan senyawa tannin: digunakan larutan pengembang campuran asam
asetat glasial-air-HCl pekat (30:10:3). FeCl3 disemprotkan akan menghasilkan
warna lembayung, yang mengindikasikan adanya senyawa tannin (Harborne,
1987).
c) Golongan senyawa alkaloid: digunakan pengembang sebagai fase gerak
campuran kloroform-metanol (3:2) (Runadi, 2007). Selanjutnya, disemprot
dengan pereaksi Dragendroff untuk mendeteksi bercak berwarna coklat jingga
(Lutfillah, 2008).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
campuran.
Kelarutan
suatu
komponen
tergantung
pada
derajat
mengekstrak senyawa polar dalam jintan hitam. Pemilihan etanol sebagai pelarut
juga didasarkan pada tingkat keamanan dan kemudahan saat penguapan. Selain
itu, etanol juga mempunyai kemampuan untuk menarik metabolit sekunder dalam
sampel.
Sebagaimana yang telah disebutkan diatas, prinsip maserasi adalah
interaksi antara pelarut dengan sampel. Perendaman dan pengadukan dilakukan
untuk membantu interaksi diantara keduanya. Sampel dimaserasi menggunakan
shaker dengan kecepatan 200 rpm selama 3 jam. Ekstraksi dilakukan secara
berulang hingga maserat (hasil maserasi) tidak berwarna (jernih). Perlakuan
tersebut bertujuan untuk mengekstrak seluruh senyawa metabolit sekunder yang
bersifat polar yang ada pada sampel.
Maserat yang diperoleh disaring dengan menggunakan corong Buchner
vakum yang bertujuan untuk mempercepat penyaringan. Prinsip penyaringan
adalah pemisahan secara mekanis yang didasarkan pada ukuran sampel, dimana
partikel partikel yang berukuran besar akan tertahan pada media filter.
Penggunaan corong Buchner vakum dilengkapi dengan pengaturan tekanan.
Perbedaan tekanan di dalam dan di luar filter flask yang diperbesar akan
memberikan tekanan dari pompa vaccum sehingga filrat dari maserat tersaring
lebih cepat, sedangkan residu tertahan di media filter pada corong Buchner. Hasil
penyaringan menghasilkan filtrat sebesar 346 mL yang berwarna kuning.
Filtrat hasil penyaringan dipekatkan menggunakan rotary evaporator
vaccum. Prinsip penggunaan rotary evaporator vaccum adalah pemekatan filtrat
dengan pengguapan pelarut pada tekanan rendah dan temperatur yang sesuai
dengan pelarutnya. Karena pelarut yang digunakan etanol maka temperatur diatur
sesuai dengan titik didih etanol yaitu 76 C. Etanol pada sampel akan teruapkan
sehingga terbentuk uap etanol. Ketika uap etanol melewati kondensor akan
berubah kembali menjadi larutan dan tertampung pada receiving part dan ekstrak
jintan hitam terbentuk pada evaporation part. Pemekatan dihentikan ketika tidak
ada pelarut yang menetes pada receiving part dengan asumsi bahwa sudah tidak
ada pelarut yang terdapat pada sampel.
Ekstrak kasar yang dihasilkan membentuk dua lapisan, yaitu lapisan
bawah berwarna coklat dan lapisan atas berwarna hijau. Lapisan bawah diduga
merupakan ekstrak jintan hitam, sedangkan lapisan atas merupakan larutan
minyak yang ikut terekstrak. Kedua lapisan tersebut dipisahkan secara dekantasi
yaitu pemisahan yang didasarkan gaya gravitasi. Pemisahan tersebut memberikan
hasil yang tidak maksimal karena masih terdapat larutan minyak yang bercampur.
Untuk mengoptimalkan pemisahan maka dilakukan ekstraksi kembali
dengan menggunakan partisi. Prinsip ekstraksi ini didasarkan pada distribusi dua
pelarut (pelarut organik dan air) yang tidak saling campur, dimana sebagian
komponen larut pada fase pertama dan sebagian larut pada fase kedua (Dinda,
2008). Partisi dipilih karena mudah dilakukan dan alat yang digunakan tergolong
sederhana yaitu corong pisah. Pelarut yang digunakan adalah kloroform dengan
tujuan untuk melarutkan lautan minyak yang bersifat non polar yang masih
tertinggal dalam sampel.
Teknik pengerjaannya adalah dengan menambahkan pelarut pengekstraksi
yang tidak saling campur dengan pelarut semula dan selanjutnya dikocok hingga
terjadi kesetimbangan konsentrasi zat yang akan diekstraksi pada kedua lapisan,
dimana lapisan dengan berat jenis yang lebih ringan berada pada lapisan atas.
Pengocokan tersebut akan membentuk 2 lapisan yang kemudian, didiamkan dan
dipisahkan. Efisiensi ekstraksi tergantung pada banyaknya ekstraksi yang
dilakukan. Hasil yang baik diperoleh apabila jumlah ekstraksi yang dilakukan
berulang dengan penambahan jumlah pelarut sedikit demi sedikit (Khopkar,
2003).
Ekstrak kasar yang terbentuk mengandung lapisan minyak yang bersifat
non polar, oleh karena itu dilakukan ekstraksi kembali dengan pelarut kloroform
yang sama sama bersifat non polar, sehingga lapisan minyak dapat terdistribusi
pada pelarut kloroform. Pada proses ekstraksi pelarut terbentuk dua lapisan yaitu
lapisan kloroform bertindak sebagai pelarut organik berada pada lapisan bawah,
sedangkan lapisan jintan hitam bertindak sebagai pelarut air berada pada lapisan
atas. Pemisahan antara kedua lapisan tersebut didasarkan pada perbedaan berat
jenis/densitas, dimana pelarut organik (kloroform) memiliki densitas 1,483 dan
pelarut air memiliki densitas 1. Densitas merupakan ukuran kepekatan atau
kemampatan suatu zat.
Lapisan yang akan digunakan adalah lapisan air yang mengandung ekstrak
jintan hitam. Ekstrak kasar yang diperoleh masih berupa larutan, hal tersebut
dimungkinkan masih ada pelarut yang tertinggal pada sampel sehingga perlu
dipekatkan ulang untuk menghilangkan sisa pelarut dengan menggunakan
desikator. Penggunaan desikator dapat mengeringkan sampel lebih cepat karena
adanya silika yang bersifat menyerap air. Hasil yang didapat berupa ekstraks
intensitas
warna mengindikasikan
peningkatan
kemampuan
No
1
2
3
Sampel
Ekstrak jintan hitam
Asam askorbat
BHT
Inkubasi
Sebelum
Ungu
Ungu kemerahan
Kuning kemerahan
Sesudah
Ungu kemerahan
Kuning muda
Kuning muda
data persentase aktivitas antioksidan ekstrak jintan hitam, asam askorbat dan BHT
sebagai berikut.
Hitam, Asam
BHT
20,755
30,709
58,495
85,327
93,935
94,920
94,387
signifikan pada konsentrasi besar sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak polar
jintan hitam dapat dijadikan antioksidan alami yang baik.
Parameter lain yang digunakan untuk mengetahui kemampuan antioksidan
dalam suatu sampel adalah EC50. Semakin kecil nilai EC50 maka semakin efektif
sampel tersebut sebagai antioksidan. Begitu sebaliknya, semakin besar nilai EC50
maka semakin tidak efektif sampel tersebut sebagai antioksidan. Ekstrak jintan
hitam, asam askorbat dan BHT memiliki nilai EC50 yang berbeda jauh (Tabel 4.3).
Nilai EC50 pada ekstrak jintan hitam sebesar 2743,59; asam askorbat sebesar 2685
dan BHT sebesar 213,79. Jintan hitam memiliki nilai EC50 yang paling besar
sehingga kurang efektif sebagai antioksidan kemudian diikuti oleh asam askorbat.
BHT memiliki nilai EC50 terkecil yang artinya efektif sebagai antioksidan.
Meskipun demikian, ekstrak jintan hitam tetap berpotensi sebagai antioksidan
alami.
Tabel 4.3 Nilai EC50 pada ektrak jintan hitam, asam askorbat dan BHT
No
Sampel
EC50
1 Ekstrak jintan hitam
2743,59
2 Asam askorbat
2685,00
3 BHT
213,79
senyawa thymoquinone yang memberikan nilai EC50 sebesar 211 (Burits, et.al.,
2000). Nilai ini sangat berbeda jauh jika dibandingkan dengan nilai EC50 pada
ekstrak non polar. Walaupun demikian, ekstrak polar jintan hitam tetap dapat
dijadikan pilihan sebagai antioksidan .
Adapun reaksi yang terjadi antara senyawa antioksidan dengan radikal
DPPH adalah sebagai berikut:
O2N
O2N
NO2
+ AH
O2N
DPPH
(ungu)
H
N
NO2
O2N
antioksidan
DPPH-H
radikal antioksidan
(ungu kemerahan)
Warna yang
adalah golongan senyawa fenol, flavonoid, tanin, senyawa yang memiliki banyak
gugus sulfida, dan alkaloid (Munim, et.al., 2008).
Pembanding yang digunakan dalam penelitian ini adalah asam askorbat
(L- asam askorbat) dan BHT, dimana larutan pembanding berfungsi untuk
mengetahui keefektifan suatu sampel dalam aktivitasnya.
Adapun mekanisme reaksi antara asam askorbat dengan radikal DPPH
adalah sebagai berikut:
HO
HO
O2N
O2N
HO
N
NO2 +
HO
OH
O
NO2 +
L- Asam Askorbat
HO
NO2 +
O2N
HO
DPPH
H
N
O2N
DPPH-H
Radikal L-Askorbil
HO
O
HO
Radikal L-Askorbil
O2N
O
NO2 + HO
DPPH-H
HO
NO2 +
H
N
O 2N
O2N
N
HO
HO
O 2N
DPPH-H
HO
O2N
HO
O2N
O2N
DPPH
H
N
H
N
O2N
DPPH-H
NO2 + HO
askorbil dan dan dehidro L-asam askorbil. Radikal radikal yang terbentuk
bersifat stabil. Hal tersebut disebabkan kemampuan radikal untuk menstabilkan
diri dengan cara beresonansi.
Berdasarkan mekanisme kerjanya asam askorbat termasuk dalam
antioksidan sekunder. Antioksidan ini berfungsi sebagai sistem pertahanan
preventif yaitu dengan cara memotong atau memutuskan reaksi oksidasi berantai
dari radikal bebas. Senyawa oksigen reaktif yang terbentuknya dihambat dengan
menangkap oksigen dan mengubahnya menjadi spesies non radikal. Asam
askorbat memberikan
mendonorkan atom H-nya, asam askorbat tetap stabil dengan mengubah dirinya
menjadi dehidro-L-Asam askorbat.
Adapun reaksi BHT (Butyl Hydroxyl Toluene) dengan radikal DPPH
adalah sebagai berikut:
OH
O2N
N N
(H3C)3C
NO2
O2N
DPPH
(ungu)
O
C(CH3)3
+
CH3
BHT
O2 N
H
N N
(H3C)3C
NO2
O2 N
DPPH-H
C(CH3)3
+
CH3
fenoksi radikal
(kuning muda)
terbentuk non radikal DPPH-H, sedangkan BHT membentuk radikal fenoksi yang
stabil. Kestabilan ini dikarenakan struktur dari radikal fenoksi. Radikal fenoksi
memiliki bentuk siklik dengan ikatan rangkap dan berikatan dengan atom C yang
substitusi sehingga dapat mendelokalisasikan elektronnya.
CH3(CH2)4CH
CHCH2CH
CH(CH2)7COOH
Etanol
Asam linoleat
CH3(CH2)4CH
CHCH2CH
Lipid
C2H5OH
CH(CH2)7COOC2H5
H2 O
Air
Gambar 4.5 Reaksi antara asam linoleat dan etanol untuk pembentukan lipid
(Jiun, 2007)
(a)
(b)
(c)
Gambar 4.6 Grafik absorbansi dengan metode FTC pada: (a) ekstrak jintan hitam,
(b), (b) asam askorbat dan (c) BHT
pengukuran yaitu jam ke-0 maka nilai absorbansi yang digunakan juga pada jam
ke-0.
Aktivitas antioksidan sampel dengan metode FTC ditunjukkan dengan
kekuatannya dalam menghambat peroksidasi asam linoleat. Jumlah peroksida
yang terbentuk diukur secara tidak langsung dengan pembentukan kompleks
(Fe(SCN)3) yang berwarna merah. Mekanisme pembentukan peroksidasi lipid dan
pembentukan kompleks dapat dilihat pada Gambar 4.8 dan Gambar 4.9.
Nilai persentase aktivitas antioksidan yang digunakan adalah pada jam ke0, karena pada jam tersebut proses oksidasi terjadi secara maksimal. Hal tersebut
ditandai dengan tingginya nilai absorbansi dan aktivitas antioksidan pada sampel.
Nilai absorbansi dan aktivitas pada jam ke-2, ke-4 dan ke-6 mengalami penurunan
yang berarti menurunnya proses oksidasi yang ditunjukkan pada Lampiran 5.
Adapun nilai aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode FTC pada
ekstrak polar jintan hitam, asam askorbat dan BHT, ditunjukkan Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Data Persentase Aktivitas Antioksidan Ekstrak Polar Jintan Hitam,
Asam Askorbat dan BHT dengan Metode FTC pada Jam ke-0
(y) Aktivitas Antioksidan (%)
(x)Konsentrasi
Ekstrak Polar
(ppm)
Asam Askorbat
BHT
Jintan Hitam
5
14,848
-0,930
13,609
50
10,297
0,474
19,397
200
9,174
9,117
8,750
400
12,493
8,259
8,998
800
3,711
9,121
3,434
1000
1,533
6,126
22,149
1200
-14,006
7,678
7,324
Aktivitas antioksidan pada ekstrak jintan hitam, asam askorbat dan BHT
mengalami penurunan pada jam ke-6, sebagaimana ditampil dalam Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Data Persentase Aktivitas Antioksidan Ekstrak Polar Jintan Hitam,
Asam Askorbat dan BHT dengan Metode FTC pada Jam ke-6
(y) Aktivitas Antioksidan (%)
(x)Konsentrasi
Ekstrak Polar
(ppm)
Asam Askorbat
BHT
Jintan Hitam
5
2,631
1,010
-16,667
50
1,034
6,822
1,600
200
4,464
14,880
-0,638
400
3,061
18,330
-2,222
800
6,964
31,612
0,320
1000
-4,614
35,192
0,485
1200
-18.090
30,921
-0,313
kecil
mengindikasikan
bahwa
sampel
semakin
efektif
dalam
menghambat radikal bebas dan berpotensi sebagai antioksidan yang baik. Nilai
EC50 diperoleh dari hasil perhitungan aktivitas antioksidan. Pada metode FTC,
nilai aktivitas antioksidan terdapat beberapa yang bernilai negatif sehingga nilai
EC50 pada masing masing sampel tidak dapat ditentukan.
Asam linoleat yang bereaksi dengan etanol akan menghasilkan lipid.
Oksidasi lipid akan membentuk radikal peroksida. Oksidasi lipid terjadi melalui 3
tahapan yaitu inisiasi, propagasi dan terminasi. Pada asam linoleat, reaksi inisiasi
terjadi pada C11, membentuk radikal karbon. Atom H diambil dari asam linoleat
menghasilkan radikal bebas.
CH(CH2)7COOH + H
CH3(CH2)4CH CHCH2C
Asam linoleat
radikal karbon
CH3(CH2)4CH
CHCH2C
CH(CH2)7COOH
O2
radikal karbon
CH3(CH2)4CH
C
H
CH
O
radikal peroksil
CH3(CH2)4CH
C
H
CH
O
hidroperoksida
CH2(CH2)7COOH +
AH
CH2(CH2)7COOH
OH
radikal antioksidan
Gambar 4.8 Reaksi peroksidasi lipid pada asam linoleat (Winarsi, 2007)
Pada Gambar 4.8 terlihat bahwa struktur radikal karbon yang terbentuk
akan beresonansi dengan elektron yang tidak berpasangan di antara C9 dan C13.
Selanjutnya akan terjadi reaksi propagasi, yang ditunjukkan oleh struktur yang
akan bereaksi dengan O2. Radikal ini akan terus bereaksi membentuk radikal yang
lain. Pada C9 atau C13, radikal peroksil akan terbentuk. Radikal peroksil ini
memiliki 1 atom H yang berasal dari asam lemak yang terbentuk dari
hidroperoksida, dengan melepaskan radikal bebas lainnya. Reaksi terminasi
terjadi ketika radikal peroksil bereaksi dengan senyawa antioksidan. Produk yang
dihasilkan berupa hidroperoksida dan radikal antioksidan yang stabil (Poedjiadi,
2007 ). Hidroperoksida ini merupakan produk oksidasi primer yang bersifat tidak
stabil dan mudah terurai menjadi produk oksidasi sekunder.
Hidroperoksida selanjutnya akan bereaksi dengan FeCl2 dan NH4SCN
yang menghasilkan kompleks (Fe(SCN)3) berwarna merah. Semakin pekat warna
merah yang dihasilkan maka semakin tinggi absorbansinya. Adapun reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut.
CH3(CH2)4CH
C
H
CH
O
hidroperoksida
CH3(CH2)4CH
C
H
CH
CH2(CH2)7COOH
Fe2+
OH
CH2(CH2)7COOH
+ -OH
3+
+ Fe
O
Fe3+
3 -SCN
Fe(SCN)3
merah
(a)
(b)
(c)
Gambar 4.10 Grafik aktivitas antioksidan pada: (a) ekstrak jintan hitam, (b) asam
askorbat dan (c) BHT
oksidasi dan aktivitasnya baru meningkat pada jam ke-4 dan jam ke-6. BHT
memiliki pola yang sama dengan ekstrak jintan hitam, dimana BHT bekerja secara
cepat pada awal oksidasi (jam ke-2). Pada jam ke-4 dan ke-6 aktivitas antioksidan
BHT menurun, yang artinya tidak ada lagi peroksida yang dihambat.
(a)
(b)
(c)
Gambar 4.11 Bagan aktivitas antioksidan dengan metode TBA pada: (a)
ekstrak jintan hitam, (b) asam askorbat dan (c) BHT
sampel dengan nilai terendah aktivitas antioksidan yang banyak dihasilkan oleh
sampel. Berdasarkan rentangannya, masing masing sampel memiliki nilai
rentangan pada batas bawah sebesar 5%. Ketika aktivitas antioksidan bernilai di
bawah 5%, maka nilai tersebut akan mengalami penyimpangan hingga bernilai
negatif.
Hasil pengukuran dengan TBA memiliki pola yang sama dengan FTC,
yaitu tidak mampu mengukur aktivitas antioksidan rendah yang kurang dari 5%.
Pada ekstrak jintan hitam memiliki rentangan rata rata 5% hingga -20% dan
asam askorbat 5% hingga -5%. Kestabilan terlihat pada data hasil pengukuran
BHT dengan rentangan rata rata 23% hingga 54%. Nilai aktivitas antioksidan
yang kurang dari 5% akan menimbulkan kekacauan data karena adanya nilai
negatif. Data pengukuran aktivitas antioksidan yang tidak bagus, salah satunya
disebabkan karena human error.
Pada penelitian ini, sampel yang digunakan adalah fraksi etanol jintan
hitam yang bersifat polar sehingga diduga golongan senyawa yang akan
teridentifikasi juga merupakan golongan senyawa polar. Uji fitokimia yang
dilakukan terdiri dari 5 golongan senyawa yang meliputi terpenoid, flavonoid,
saponin, tanin dan alkaloid. Adapun hasil identifikasi golongan senyawa yang
terdapat dalam fraksi polar jintan hitam pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Hasil Identifikasi Golongan Senyawa Antioksidan Fraksi Polar Jintan
Hitam
Golongan Senyawa
Fraksi Polar Jintan Hitam
Terpenoid
Flavonoid
+
Saponin
Tanin
+
Alkaloid, meliputi:
Reagen Mayer
++
Reagen Dragendorff
Reagen Wagner
++
Keterangan: + = terkandung senyawa
- = tidak terkandung senyawa
OH
HO
OH
HO
+
Mg2+
HCl
H+
OH
HO
OMgCl
flavonoid
O
+
OH
jingga
produk lain
Reaksi yang terjadi antara ion Mg2+ dengan HCl pekat ini menghasil
senyawa berwarna merah dan jingga pada senyawa golongan flavonoid, seperti
flavonol, flavonon, flavononol dan xanton (Robinson, 1985). Ion Cl pada HCl
memiliki elektronegatifan yang tinggi. Elektronegatifan ini digunakan oleh Cluntuk berikatan dengan Mg2+ sehingga membentuk +MgCl. Senyawa golongan
flavonoid mengandung atom O yang memiliki 2 PEB pada orbital terluarnya
dengan ikatan rangkap. Adanya PEB pada orbital terluar membuat flavonoid
bersifat menarik proton. Flavonoid bereaksi dengan
memutuskan ikatan pi untuk membentuk ikatan yang baru. Reaksi inilah yang
menyebabkan terbentuknya warna jingga.
OH
FeCl2
HO
O
OH
OH
tanin
HgCl2
HgI2
KI
+ 2KI
HgI2
2KCl
K2[HgI4]
kalium tetraiodomerkurat(II)
+
N
K2[HgI4]
K[HgI4]-
N
K+
endapan kalium-alkaloid
I2
I-
I3coklat
KI
I2
I3-
N
K+
endapan kalium-alkaloid
Bi3+ +
H2O
BiO+
2H+
Agar bismut tetap membentuk ion Bi3+ dalam larutan, maka larutan
tersebut ditambahkan larutan asam sehingga keseimbangan akan bergeser ke kiri.
Kemudian, ion Bi3+ yang berasal dari Bi(NO)3 bereaksi dengan KI sehingga
membentuk endapan hitam BiI3 yang pada reaksi berikutnya akan larut dalam KI
berlebih. Reaksi tersebut akan membentuk
Bi(NO)3
3KI
BiI3
3KNO3
coklat
BiI3
KI
K[BiI4]
kalium tetraiodobismutat
+
N
K[BiI4]
N
K+
endapan kalium-alkaloid
[BiI4]jingga
Wagner dan Dragendorff. Hasil positif dari kedua reagen tersebut telah dapat
memberikan informasi bahwa sampel mengandung senyawa alkaloid.
2
1
(a)
(b)
(c)
Gambar 4.18 Hasil KLT senyawa: (a) tannin, (b) flavonoid dan (c) alkaloid
digunakan sebagai sumber bahan pangan tapi dapat dijadikan sebagai obat dan
pemanfaatan tumbuhan sebagai obat telah dilakukan sejak dahulu.
Jintan hitam atau habbatussauda merupakan salah satu tanaman digunakan
sebagai obat sejak zaman Nabi. Pengobatan dengan jintan hitam termasuk salah
satu dari pengobatan Nabi (Thibbun Nabawiy). Thibbun Nabawiy menggunakan
habbatussauda sebagai salah satu penanganan berbagai macam penyakit dan
pemeliharaan kesehatan tubuh yang telah disunahkan oleh Nabi Muhammad
SAW. Thibbun Nabawiy telah dianjurkan oleh Nabi Muhammad untuk
menghindari terjadinya berbagai penyakit (Hendrik, 2009).
Allah Swt. memerintahkan manusia mengikut sunah Nabi, baik yang
berasal dari ucapan, perbuatan maupun ketetapannya. Sebagaimana dalam firmanNya,
>$s)9$# x !$# ) ( !$# (#)?$#u 4 (#tF$$s t 39pt $tu s 9$# 39s?#u !$tu .
apa yang diberikan Rasul kepadamu. Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya (Q.S Al Hasyr: 7).
Dalam
sunah
Nabi
banyak
menyebutkan
pengobatan
dengan
Dari Manshur, dari Khalid bin Saad, dia berkata: Kami keluar dan bersama
kami Ghalib bin Abjar, lalu dia menderita sakit di perjalanan. Kami pun datang
ke Madinah sementara dia masih sakit. Lalu Ibnu Abi Atiq menjenguknya dan
berkata kepada kami, Hendaklah kamu menggunakan habbatussauda, ambillah
lima atau tujuh bulir lalu dihaluskan, setelah itu diteteskan di hidungnya
beberapa tetes minyak di sisi ini dan di sisi ini. Sesungguhnya Aisyah RA
menceritakan kepadaku bahwa dia mendengar Nabi SAW bersabda,
Sesungguhya habbatussauda adalah obat semua penyakit kecuali as-saam. Aku
berkata,Apakah As-Saam itu? Beliau bersabda,Kematian.
ektrak jintan hitam dengan menggunakan DPPH adalah sebesar 22,483% dengan
nilai EC50 sebesar 2743,59. Pengujian antioksidan juga dilakukan dengan
menggunakan metode FTC dan TBA.
Penelitian lain menyebutkan bahwa habbatussauda memiliki potensi yang
lain yaitu sebagai antiviral, antikanker, anti-angiogenic, antimikotik, antimikroba,
antimalaria, immune stimulant, antihistamin, hypoglycemic, choleretic, antipiretik
dan sebagainya. Habbatussauda mengandung lebih dari 100 komponen kimia
alami yang bermanfaat dan sangat diperlukan tubuh. Hal inilah yang menjadikan
habbatussauda memiliki berbagai macam khasiat.
Berdasarkan uraian diatas diketahui bahwa ayat ayat yang terdapat
dalam Al-Quran maupun Hadits terbukti secara ilmiah. Al-quran dan Hadits
yang diturunkan 14 abad lalu telah berbicara mengenai pemanfaatan
habbatussauda sebagai tumbuhan herbal yang dapat mengobati berbagai penyakit.
Kini, dunia sains telah mampu membuktikan kebenaran mukjizat ayat ayat
secara rinci dan apa apa yang ditetapkan dalam sunah nabi, serta relevansinya
dengan dunia pengetahuan modern (Muhammad, 2007).
Ayat demi ayat membuktikan kemukjizatan Al-Quran dan Hadits guna
meyakinkan dan menambah keimanan kita. Dikuatkan pula oleh studi dan
penelitian ilmiah yang menyatakan bahwa tidak mungkin semua itu ada tanpa
adanya kekuatan Allah Yang Maha Pencipta, lalu dibuktikan dengan kenabian dan
risalah Nabi Muhammad Saw.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Pengukuran aktivitas antioksidan pada sampel digunakan 3 macam metode
yaitu DPPH, FTC dan TBA. Adapun nilai aktivitas antioksidan masing
masing metode adalah sebagai berikut.
Metode FTC dan TBA memberikan nilai aktivitas antioksidan yang tidak
valid.
5.2 Saran
Adapun saran dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Pada penelitian ini, pengujian aktivitas antioksidan dengan menggunakan FTC
dan TBA kurang memberikan hasil yang bagus. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pengujian aktivitas antioksidan fraksi polar jintan hitam dengan
menggunakan metode lain, seperti ORAC, FRAP, ABTS, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulelah, H.A.A. dan Zainal Abidin, B.A.H. 2007. In vivo Anti-Malarial Test
of Nigella sativa (Black Seed) Different Extracts. American Journal of
Pharmacology and Toxicology, Vol. 2 (2): 46-50. ISSN: 1557-4962.
Al-Albani, M.N. 2006. Shahih Sunan At-Tirmidzi. Terjemahan Fachrurazi.
Jakarta: Pustaka Azzam.
. 2008. Mukhtashar Shahih Muslim. Terjemahan Elly Lathifah.
Jakarta: Gema Insani.
Al-Ali, A., Abdul, A.A., Mohammad, A.R., dan Nisar, A.S. 2008. Oral and
Intraperitoneal LD50 of Thymoquinone, An Active Principle of Nigella
sativa, in Mice and Rats. Journal Ayub Medical College Abbottabad, Vol.
20 (2).
Al-Asqalani, I.H. dan Al-Imam Al-Hafizh. Fathul Baari Syarah Shahih Al
Bukhari. Terjemahan Amiruddin. Jakarta: Pustaka Azzam.
Al-Jassir, M.S. 1992. Chemical Composition and Microflora of Black Cumin
(Nigella sativa, L.) seeds growing in Saudi Arabia. Department of Science
and Technology. College of Agriculture and Food Sciences. King Faisal
University, Vol. 45: 239-242.
Al-Jazairi, A.B. 2007. Tafsir Al-Quran Al-Aisar, Jilid II. Terjemahan M.Azhari
Hatim dan Abdurrahim Mukti. Jakarta: Darus Sunnah Press.
Al-Naqeeb, G., Maznah, I. dan Adel, S.A. 2009. Fatty Acid Profile, -Tocopherol
Content and Total Antioxidant Activity of oil Extracted from Nigella sativa
Seeds. International Journal of Pharmachology. Vol 5 (4): 244-250.
Al-Qarni, A. 2008. Tafsir Muyasar, Jilid I. Terjemahan Tim Qisthi Press. Jakarta:
Qisthi Press.
. 2008. Tafsir Muyasar, Jilid III. Terjemahan Tim Qisthi Press.
Jakarta: Qisthi Press.
Ali, O., Gamze, B., dan Tugba, A. 2007. Antimitotic and Antibacterial Effect of
The Nigella sativa L. Seed. Caryologia, Vol. 60 (3): 270-272.
Arici, M., Osman, S. dan Umit, G. 2005. Antibacterial Effect of Turkish black
Cumin (Nigella sativa, L.) Oils. Grasas Y Aceites. Vol. 56 (4): 259-262.
B.
2006.
General
Antioxidant
Actions.
www.benbest.com
/nutrceut/Antioxidant.html. Diakses tanggal 14 Maret 2009.
Burits, M dan F. Bucar. 2000. Antioxidant Activity of Nigella sativa Essential Oil.
Phytother Res, 14: 323-328.
Cahyadi. W. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Makanan.
Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
Cai, Y.Z., Sun M. dan Corke H. 2003. Antioxidant Activity of Betalains from
Plants of the Amaranthaceae. ournal Agriculture Food Chem. Vol. 51
(8). ISSN: 2288 - 2294.
Darmawan, A., Andini, S., Sofa, F. dan Nina, A. 2006. Uji Aktivitas Antioksidan dan
Toksisitas Ekstral Metanol Beberapa Jenis Benalu. Pusat Penelitian Kimia.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Kawasan PUSPIPTEK Tangerang.
Jurnal Kimia Indonesia, Vol. 1 (I) : 1-4.
Dinda. 2008. Ekstraksi. http:www.mediafarma.com/ekstraksi. Diakses pada
tanggal 16 Juni 2010.
Effendi. 2006. Teori VSEPR, Kepolaran dan Gaya Antarmolekul Edisi 2. Malang:
Bayu Media.
Favier, A.E. 1982. Biological Indicators of Oxidative Stress in Humans. Trace
Elements and Free Radicals in Oxidative Disease. Champaign Illiois.
Fessenden dan Fessenden. 1997. Kimia Organik Edisi Ketiga. Diterjemahkan oleh
Alyosius Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: Erlangga.
Halimah, N. 2010. Uji Fitokimia dan Uji Toksisitas Ekstrak Tanaman AntingAnting (Acalypha indica Linn) Terhadap Larva Udang (Artemia salina
Leach). Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang: Jurusan Kimia Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
http://community.um.ac.id/showthread.php?72483-Ekstraksi-Pelarut.
Universitas Sains Malaysia.
Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Kunchandy, E. dan Rao, M.N.A. 1990. Oxygen Radical Scavenging Activity of
Curcumin. International Journal. Pharm., Vol. 58: 237-240.
Lenny, S. 2006. Senyawa Flavonoida, Fenil Propanoida dan Alkaloida. Sumut:
USU Respository. http://library.usu.ac.id/download/fmipa/06003488.pdfsenyawa. Tanggal akses 5 Mei 2010.
Lutfillah, M. 2008. Karakterisasi Senyawa Alkaloid Hasil Isolasi dari Kulit
Batang Angset (Spathoda campanulata Beauv) serta Uji Aktivitasnya
Sebagai Antibakteri secara In-Vitro. Skripsi tidak diterbitkan. Jurusan
Kimia FMIPA UNIBRAW. Malang.
Marliana, S.D., V. Suryanti dan Suyono. 2005. The Phytochemical Screenings an
Thin Layer Chromatography Analysis of Chemical Compounds in Ethanol
Extract of Labu Siam (Sechium edule Jacq. Swartz.). Jurusan Biologi.
Fakultas MIPA Universitas Negeri Surakarta. Jurnal Biofarmasi, Vol. 3
(1): 26-31. ISSN: 1693 2242.
Molyneux, P. 2003. The Use of The Stable Free Radical Diphenylpicryhydrazyl
(DPPH). For Estimating Antioxidant Activity. Songklanakarin
J.Sci.Technol. 26 (2): 211-219.
Muhammad, M.H.M. 2007. Mukjizat Kedokteran Nabi. Berobat dengan Rempah
dan Buah Buahan. Jakarta: Qultum Media.
Mulyono. 2006. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Jakarta: Bumi Aksara.
Munim, A., Negishi, O. Dan Ozawa, T. 2003. Antioxidative Compounds From
Crotalaria sessiliflora, Biosci. Biotechnol. Biochem, Vol. 67 (2); 410-414.
Musa, D., Nihat, D., Hatice, G., Gulruh, U. Dan Muharrem, B. 2004. Antitumor
Activity of An Ethanol Extract of Nigella sativa Seeds. Biologia,
Bratislava. Vol 59 (6): 735-740.
Naphade, S.S., S.S. Khadabadi, S.L. Deore, N.S. Jagtap dan S.P. Hadka. 2009.
Antioxidant Activity of Different Extract of Plant Tricholepis Gaberrima
DC (Ateraceae). Goverment Collage of Pharmachy and Phytochemistry
Deparment. International Journal of Pharmatech Research. Vol.1. No.3.
ISSN: 0974-4304.
Nickavar, B., Faraz, M., Katayoun, J., dan Mohammad, A.R.A. 2003. Chemical
Composition of Fixed and Volatile Oils of Nigella sativa L. from Iran.
Department of Pharmacognosy. School of Pharmacy. Shaheed Beheshti
University of Medical Science.
Parwata, I.M.O.A., Wiwik, S.R. dan Raditya, Y. 2009. Isolasi dan Uji Antiradikal
Bebas Minyak Atsiri Pada Daun Sirih (Piper betle, Linn) Secara
Spektroskopi Ultra Violet-Tampak. Jurnal Kimia. Vol. 3 (1): 7-13. ISSN:
1907-9850.
Pasya, A.F. 2004. Dimensi Sains dan Al-Qur'an Menggali Ilmu Pengetahuan dari
Al-Qur'an. Solo: Penerbit Tiga Serangkai.
Poedjiadi, A. 2007. Dasar Dasar Biokimia. Jakata: UI Press.
Prakash, A. Rieglhof, F., dan Miller E. 2001. Medallion Laboratories: Analytical
Progress.
Antioxidant
Activity.
www.terranostrachocholate.com
/file/Comparative_and_General _Antioxidant_information.pdf. Diakses
tanggal 14 Maret 2009.
Pratt, D.E. 1992. Natural Antioxidant From Plant Material. Editor: M.T Huang,
C.T. Ho dan C.Y. Lee. Phenolic Compounds in Food and Their Effects on
Health Human America Society. Washington DC.
Randhawa, M.A. 2008. Black Seed, Nigella Sativa, Deserves More Attention.
http://www.ayubmed.edu.pk/JAMC/past/20-2/Editorial.pdf. Journal Ayub
Med Coll Abbottabad, Vol. 20 (2).
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB.
Rohdiana, D. dan Tantan, W. 2006. Aktivitas Antioksidan Beberapa Klon Teh
Unggulan. Jurusan Teknologi Pangan Universitas Pasudan. Universitas
Pasudan.
Rohman, A., Sugeng, R. dan Diah, U. 2005. Antioxidant Activities, Total Phenolic
and Falvonoid Contents of Ethyl Acetate Extrct of Mengkudu (Morinda
citrifolia, L.) Fruit and Its Fractions. Fakultas Farmasi. Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Rossidy, I. 2008. Fenomena Flora dan Fauna dalam Perspektif Al-Quran.
Malang: UIN Press.
Runadi, D.2007. Isolasi dan Identifikasi Alkaloid dari Herba Komprey
(Symphytum
officinale,
L.).
Fakultas
Farmasi.
Universitas
Padjadjaran.Jatinagor.
Rusdi. 1990. Tetumbuhan Sebagai Sumber Bahan Obat. Padang: Pusat Penelitian
Universitas Andalas.
Sastrohamidjojo, H. 2007. Kromatografi. Yogyakarta: Liberty.
Savitri, E.S. 2008. Rahasia Tumbuhan Berkhasiat Obat Perspektif Islam. Malang:
UIN Press.
Shihab, Q. 2002. Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur'an,
Vol. 10. Jakarta: Penerbit Lentera Hati.
Shofyan.
2010.
Ekstraksi
Pelarut.
http://community.um.ac.id/showthread.php?72483-Ekstraksi-Pelarut.
Diakses pada tanggal 3 Juli 2010.
Soeksmanto, A., Yatri, H. dan Partomuan, S. 2006. Kandungan Antioksidan Pada
Beberapa bagian Tanaman Mahkota Dewa, Phaleria macrocarpa (Scheff)
Boerl. (Thymelaceae). Pusat Penelitian Bioteknologi. Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia. Fakultas Farmasi. Universitas Pancasila. Jakarta.
Biodiversitas, Vol.8 (2) : 92-95. ISSN: 1412-033X.
Sofia,
Sultan, M.T., Masood, S.B., Faqir, M.A., Amer, J., Saeed, A., dan Muhammad, N.
2009. Nutritional Profile of Indigenous Cultivar of Black Cumin Seeds and
Antioxidant Potential of Its Fixed and Essential Oil. Pakistan Journal
Botani, Vol. 41(3): 1321-1330.
Svehla. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.
Edisi Kelima. Penerjemah: Setiono, L. dan A.H. Pudjaatmaka. Jakarta:
PT. Kalman Media Pusaka.
Trilaksani, W. 2003. Antioksidan Jenis, Sumber. Mekanisme Kerja dan Peran
Terhadap Kesehatan. http://fa.lib.itb.ac.id/go.php?id=jbptitbfa-gdl-s21992-marlina-63.ITB. Diakses tanggal 26 Oktober 2009.
Tahir, I. 2008. Arti Penting Kalibrasi pada Proses Pengukuran Analitik. Aplikasi
pada Penggunaan pHmeter dan Spektrofotometer UV-Vis. Laboratorium
FMIPA Kimia Dasar UGM.
Tokur, B., Koray, K. dan Deniz A. 2006. Comparison of Two Thiobarbituric Acid
(TBA) Method for Monitoring Lipid Oxidation in Fish. Journal of Fisheries
and Aquatic Sciences, Vol. 23. Issue (3-4): 331-334. ISSN 1300 -1590.