Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PRAKTIKUM

AKUSTIK KELAUTAN
Disusun oleh :
Kelompok 22
DWI FITRIANINGSIH

(145080200111006)

SITI NUR ROHMAWATI

(145080200111008)

RURI TRI MARITA FITRIAH

(145080200111010)

SEPTIANA SRI ASTUTI

(145080200111014)

DEVITA LATIFATUL M

(145080200111016)

NOVI DWI UTAMI

(145080200111018)

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
LEMBAR PENGESAHAN
ii

LAPORAN AKUSTIK KELAUTAN


Oleh
Kelompok 22
Dinyatakan memenuhi persyaratan
Dan disahkan
22,NOVEMBER,2015

Mengetahui,
Asisten Praktikum

(Asroful Mujib)
(135080200111021)

Menyetujui,
Koordinator Asisten

(Dian Pranoto)
(125080200111083)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat
rahmat dan hidayah-Nya, Laporan Praktikum Mata Kuliah Akustik Kelautan
materi Echosounder ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu baik moril maupun materiil. Semoga laporan ini bisa
menjadi salah satu sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khusunya
di bidang perikanan dan kelautan.
Kami sangat menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna
maka kami sangat berharap kritik dan sarannya. Akhir kata, kami berharap
semoga laporan praktikum ini dapat berguna bagi mahasiswa lainnya.

Malang, 16 November 2015

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...ii


KATA PENGANTAR ...iii
DAFTAR ISI ..vi
DAFTAR GAMBAR.vii
DAFTAR TABEL.viii
BAB I PENDAHULUAN ...1
1.1 Latar Belakang ...1
1.2 Tujuan dan Manfaat.2
1.3 Waktu dan Tempat...3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 4
2.1 Pengertian Akustik..4
2.2 Alat-Alat Akustik..4
.2.1 Pengertian Bagian-bagian serta Fungsi dan Sistem
Pengoperasian Fish Finder.4
.2.2 Pengertian Bagian-Bagian serta Fungsi dan Sistem
Pengoprasian GPS...6
.2.3
Pengertian Bagian-Bagian serta Fungsi dan Sistem
2.2.4

pengoperasian Sonar...8
Pengertian Bagian-Bagian serta Fungsi dan sistem

pengoperasian Radar..9
2.3 Pengertian Echosounder...................10
2.4 Macam-Macam Echosounder.....11
2.4.1 Single Beam.......11
2.4.2 Split Beam12
2.4.3 Dual Beam...12
2.4.4 Quasi Ideal Beam...13
2.5 Komponen Bagian-bagian dan Fungsi Echosounder.13
2.5.1 Transmitter..14
2.5.2 Transducer..15
2.5.3 Recaiver...16

2.5.4 Recorder..17
2.6 Sistem Pengoperasian.18
2.7 Kelemahan dan Kelebihan Echosounder.19
2.8 Manfaat Echosounder..20
BAB III METODOLOGI..22
3.1 Alat dan Bahan Serta Fungsinya...22
3.1.1 Alat yang digunakan dalam praktikum akustik..22
3.1.2 Bahan yang digunakan dalam praktikum akustik..22
3.2 Skema
Kerja..23
3.2.1 Skema kerja praktikum laboratorium...23
3.2.2 Skema kerja praktikum lapang.24
BAB IV PEMBAHASAN.25
4.1 Analisa
prosedur
praktikum25
4.1.1 Penjelasan Alat dan Bahan..25
4.1.2 Penjelasan page pada Echosounder..26
4.2 Hasil
Pengamatan.29
BAB V PENUTUP...35
5.1 Kesimpulan35
5.2 Saran..35
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Halaman

Fishfinder........................................................................................................4
Gambaran Kerja Fish Finder5
GPS.............................................................................................................. ..6
SONAR...........................................................................................................7
RADAR...........................................................................................................9
Echosounder................................................................................................10
Transmitter...................................................................................................14
Transducer...................................................................................................15
Receiver.......................................................................................................16
Receiver.......................................................................................................17
Page 1 Acquaring.........................................................................................26
Page 2 Peta..................................................................................................26

13
14
15
16
17

Page 3 Peta dengan Kedalaman...27


Page 4 Kedalaman..27
Page 5 kompas.28
Page 6 Track Pelayaran.....28
Page 7 Way Point.29

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

Tabel 1 Tabel Hasil Pengamatan ... 29

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akustik merupakan teori yang sangat diperlukan dan sangat bagus
untuk dikembangkan dalam dunia perikanan laut, karena akustik mampu
mendeteksi keadaan bawah air maupun mendeteksi gerombolan ikan.
Akustik ini cocok dipergunakan di Indonesia karena sebagian besar wilayah
Indonesia adalah perairan, sedangkan eksplorasi sumber daya laut di
Indonesia belum begitu maksimal. Jika akustik benar-benar dimanfaatkan
oleh nelayan Indonesia kemungkinan besar akan mengoptimalkan hasil
penangkapan.

Namun

pada

kenyataannya

nelayan

kita

masih

menggunakan metode tradisional untuk mendeteksi target.


Menurut Niken et al., (2012), indonesia memiliki perairan yang luas
dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan seperti komunikasi,
keamanan bawah air, pelacakan penyelam, system sonar aktif dan pasif,
system navigasi kapal dll. Dari tujuan diatas , suara (getaran akustik)
dimanfaatkan sebagai media pembawa pesan karena dapat merambat
dengan jarak jauh didalam air.

Getaran akustik yang merambat pada

medium air dapat membawa informasi dari tempat satu ke temapat lain.
Ketika getaran akustik merambat menuju sensor terjadi pelemahan yang di
akibatkan oleh sebaran dan sifat serap gelombang pada air. Namun materi
penyusun air juga berpengaruh dalam perambatan sehingga terjadi
perbedaan pada air laut dan air tawar.
Echosounder merupakan salah satu alat akustik yang memiliki dua
jenis yaitu multibeam echosounder dengan kemampuan dalam merekam
amplitude dari gelombang suara yang dipantulkan. Amplitudo yang
dipantulkan tersebut mengalami penurunan karena hubungannya dengan

medium air laut dan sedimen dasar perairan tersebut. Analisis dari
amplitude tadi memungkinkan untuk mendapatkan informasi mengenai
struktur dan kekerasan dari dasar laut. Sinyal pantul yang kuat menunjukan
permukaan yang keras begitupun sebaliknya. Hal ini dikarenakan semakin
besar impedansi suatu medium semakin besar pula koefisien pantulnya.
Dalam perambatan gelombang akustik memiliki energi dan

mengalami

atenuasi ( pengurangan energi) karena interaksi dengan medium.


1.2 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari diaadakannya praktikum akustik kelautan antara lain :
1. Untuk mengetahui pengertian akustik kelautan.
2. Untuk mengetahui prinsip kerja dari akustik kelautan.
3. Untuk mengetahui alat-alat yang digunakan dalam akustik kelautan
serta mampu menjelaskan tentang fungsi masing-masing alat
tersebut.
4. Dapat mengoprsikan alat-alat akustik kelautan secara baik dan
benar.

Manfaat dari diadakannya praktikum akustik kelautan ini adalah:


1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertiaan akustik kelautan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja dari akustik kelautan.
3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi alat-alat yang digunakan dalam
akustik kelautan beserta fungsi dari alat tersebut.
4. Mahasiswa mampu mengoperasikan peralatan akustik dengan

benar sehingga tidak menimbulkan kerusakan.


1.3 Waktu dan Tempat
Praktikum akustik kelautan ini diadakan dua kali yaitu di laboratorium
dan dilapang. Untuk pelaksanaan praktikum laboratorium diadakan pada
hari senin 19 oktober 2015 pukul 08.00 09.00 wib di laboratorium
penangkapan ikan gedung A lantai 1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya kota Malang. Sedangkan untuk praktikum lapang
didakan pada tanggal 07 november 2015 pukul 08.00-09.00 wib di kolam
pemancingan ikan lembah dieng kota Malang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Pengertian akustik kelautan


Akustik kelautan merupakan suatu teori yang bertujuan untuk
mendeteksi suatu objek yang berada didalam air dengan jarak yang jauh
sehingga sulit untuk dideteksi dengan visual manusia. Menurut Thomas et
al., (1986), akustik didefinisiskan sebagai system pelacak yang dirancang
untuk para Ilmuan maupun nelayan. Yang digunakan untuk

penelitian

pergerakan lumba-lumba atau paus tanpa harus mengganggu maupun


menghambat pergerakan ikan target. System ini memanfaatkan enam
aliran terlindungi. Hydrophone yang terpasang dibagian bawah kapal.

Sinyal akustik yang menuju piezoelektrik hydrophone ditransmisikan


keperangkat display receiver yang akan menentukan dan menampilkan
hasil dari sinyal yang dipancarkan dari kapal.
Menurut Fernandes et al., ( 2002), instrument akustik aktif adalah
pengiriman

dan

penerimaan

gelombang

suara

sehingga

mampu

mendeteksi ikan ataupun benda-benda lainnya yang berada jauh dari


jangkauan visual. Eksplorasi alat-alat ini menghasilkan echolocation yang
memiliki kemampuan mendeteksi lumba-lumba dan paus. Alat ini
dikembangkan pada abad 20 an dan berkembang hingga saat ini sehingga
memunculkan alat yang canggih.
2.2

Alat-Alat Akustik Kelautan


2.2.1 Pengertian Bagian-bagian serta Fungsi dan Sistem Pengoperasian
Fish Finder.

Gambar 1. Fish finder (Marzuki,2010)


Fish

finder

penangkapan

yang

merupakan
berfungsi

alat

yang

sebagai

digunakan

pendeteksi

ikan

dalam
baik

bergerombol maupun individu. Menurut Sjarif et al., (2012), clour


display fish finder merupakan peralatan yang memiliki kemampuan
melacak keberadaan ikan serta kedalam dari suatu perairan. Setiap
peralatn pasti memiliki keunggulaan seperti Fish Finder ini memiliki
kelebihan tidak memerlukan kertas pencatat karena data yang data
hasil rekaman ditampilkkan di display bewarna sehingga relative lebih
mudah dalam menginterpretasikan, dan sangat membantu nelayan
yang dulunya hanya mengandalkan peruntungan untuk mendapat
ikan. Tambah 2-3 kata lagi yang sesuai

Gambar 2. Gambaran kerja Fish Finder


(Marzuki,2010)
Menurut Wahyono et al., (2012), fish finder adalah perangkat
navigasi yang bekerja berdasarkan pemancar gelombang bunyi untuk
mendeteksi suatu objek dalam perairan dengan arah vertical. Fish
finder ini terdiri dari :
1. Power unit : berfungsi sebagai pencatu daya
2. Transducer : sebagai lat pemancar maupun penerima
gelombang bunyi.
3. Display unit: merupakan komponen utama dari fish finder
untuk menampakkan data objek.
Menurut Marzuki (2010), fish finder menggunakan sistem kerja
SONAR UNIT (Transducer, Transmiter, Recaiver, dan Display)
menjadi bagian-bagian dalam menjelaskan prinsip kerja dari fish
finder. Secara sederhana prinsip kerja fish finder adalah :
1. Transmitter mengeluarkan impuls listrik ( elektrik impuls)
2. Transducer mengubah impuls listrik tersebut kedalam bentuk
suara.
3. Ketika gelombang suara tersebut menabrak sebuah objek,
maka gelombang suara tersebuta akan dipantulkan kembali.

4. Pantulan gelombang suara tersebut kemudian diterima lagi


oleh receiver dan sinyal dikuatkan oleh amplifier.
5. Gelombang suara yang telah dikuatkan dikirim kembali ke
transducer untuk diubah menjadi impuls listrik.
6. Setelah menjadi impuls listrik informasi tersebut akan
diterjemahkan dalam bentuk string data yang kemudian
hasilnya akan ditampilkan pada display.
2.2.2 Pengertian Bagian-Bagian serta Fungsi dan Sistem Pengoprasian
GPS.

Gambar 3. GPS
(Google image, 2015 )
Gps merupakan akronim dari global positioning sistem, gps ini
adalah suatu sistem yang mampu menghadirkan koordinat dimana
kita berada dengan menggunakan penembakan satelit yang berda di
angkasa.
Menurut Puntodewo et al., (2003), GPS adalah singkatan dari
Global Positioning Sistem yang diartikan sebagai suatu jaringan
satelit yang terus menerus memancarkan sinyal radio dengan
frekuensi yang sangat rendah. Alat GPS pasif menerima sinyal ini
dengan syarat bahwa pendangan kelangit tidak boleh terhalang
sehingga biasanya alat ini bekerja pada ruang terbuka. Satelit GPS
bekerja pada referensi waktu yang sangat teliti dan memancarkan
data yang menunjukkan lokasi dan waktu pada saat itu.
Menurut Wahyono et al., (2012), gps tersusun dari berbagai
komponen yaitu:
1. Antena
Antena ini biasanya terpasang dibagian atas kapal tepatnya

2.

di atas anjungan terdapat dua tipe antena :


Dalam dome
Batang bersilang mendatar
Display unit
Berupa layar monitor dengan tampilan data posisi kapal,
haluan kecepatan dan informasi lainnya.

Menurut Rao (2010), GPS receiver menghitung posisi objek


dalam bentu 2 dimensi maupun 3 dimensi menggunakan proses
matematika yang disebut trilateration, trilateration adalah metode
penentuan posisi suatu objek dengan mengukur jaraknya dan objek
lain yang diketahui lokasinya. receiver harus mengetahui 2 hal :
1. Dimana satelit berada
GPS receiver menerima 2 jenis kode informasi dari
masing-masing satelit GPS yaitu almanac(data yang dikirim
ke receiver) dan ephimeris. Jadi dengan diterimanya data
alamna dan emphiris GPS receiver dapat mengetahui posisi
(lokasi dari satelit disetiap waktu ).
2. Seberapa jauh jarak satelit dengan receiver.
Waktu adalah parameter terpenting untuk mengetahui
jarak satelit dengan receiver ada rumus yang dapat
digunakan untuk mengetahui seberapa jauh recaiver dengan
satelit, jarak yang ditempuh satelit sampai objek sama
dengan kecepatan yang ditransmisikan di kali lima waktu
gelombang rad satelit sampai objek.
2.2.3

Pengertian Bagian-Bagian serta Fungsi dan Sistem pengoperasian


Sonar

Gambar 4. SONAR
(Google image, 2015 )
SONAR adalah merupakan singkatan dari Sound Navigation
And Ranging yang merupakan sistem pelacak dengan arah sapuan
horizontal. Sonar ini hanya mampu mendeteksi benda yang berada
didepannya tanpa member informasi apakah jenis benda tersebut.
Menurut susilo (2015), SONAR (Sound Navigation and
Ranging) adalah merupakan istilah Amerika yang pertama kali
digunakan semasa perang dunia yang berarti penjalaran dan navigasi
suara. Yang merupakan teknik dengan menggunakan penjalaran
suara dalam air untuk navigasi atau mendeteksi kendaraan air

lainnya. Sementara itu inggris memiliki sebutan lain untuk sonar yaitu
ASDIC (Anti Submarine Detection Investigation Commite). Sonar
terbagi menjadi dua yaitu aktif dan pasif .
Menurut Wahyono et al., (2012), komponen dari sonar adalah:
1. Power unit : sebagai pencatu daya.
2. Transducer : sebagai alat pemancar dan penerima
gelombang suara dari suatu objek.
3. Display unit : komponen utama sonar berupa layar monitor
dengan tampilan bewarna yang berfngsi menampilkan data
objk terpantau arah vertical.
Sedangkan prinsip kerja dari sonar sendiri adalah dengan
memancarkan gema kedalam perairan secara horizontal selanjutnya,
gema tersebut akan memantul jika mengenai objek berupa ikan atau
objek lainnya. Gema di pancarkan melalui transducer dan alat ini pula
yang menerima pancaran gema

setelah mengenai objek. Dalam

fungsinya sonar dilengkapi dengan bunyi ping sebagai tanda


adanya objek misalnya karang, ikan atau perairan dangkal, model
sonar yang lama menggunakan kertas pencatat sebagai rekaman.
2.2.4

Pengertian Bagian-Bagian serta Fungsi dan sistem pengoperasian


Radar.

Gambar 5. RADAR
(Google image, 2015 )
Radar adalah singkatan dari Radio Detecting and Ranging yang
merupakan sistem pendeteksi biasanya radar ini menempati medium
udara sebagai perantaranya. Menurut Sjarif et al., (2012), radar
adalah akronim dari Radio Detecting and Ranging yang merupakan
salah satu alat bantu nautika yang memilki fungsi mendeteksi
sasaran. Pengamatn target khususnya dalam menentukan posisi
kapal serta pengamatn berbagai target. Target pengamatan radar
bisa berupa berbagai benda antara lain kapal pelampung rambu

maupun pulau. Layar tampilan pada radar dinamakan position plan


indicator.
Menurut Wahyono et al., (2012), radar adalah singkatan dari
Radio Detecting and Ranging yaitu perangkat navigasi yang bekerja
berdasarkan gelombang radio untuk mendeteksi objek dan jarak
horizontal dalam jangkauan tertentu. Komponen-komponen yang
menyusun radar ialah :
1. Power unit yang memilki fungsi sebagai pencatu daya.
2. Scanner sebgai pemancar gelombang radio maupun
penerima gelombang pantul dari objek.
3. Receiver sebagai penyelaras daya.
4. Display unit untuk menampilkan objek.
Menurut Gustomo dan Suwardi (2013), radar memilki prinsip
kerja sinyal pulsa dipancarkan melalui PRI (Pulse Repetation Interval)
dan PRF ( Pulse Repetation Frekuensi ) tertentu dengan modulasi
kedalam sinyal sinusoidal yang berfrekuensi lebih tinggi serta
memanfaatkan delay dari setiap pulsanya untuk mendapatkan
informasi dari target. Sedangkan ontinuous Wave Radar mempunyai
prinsip kerja memancarkan sinyal sinusoidal secara terus menerus
dan memanfaatkan sinyal echo yang terdiri dari beberapa variasi
frekuensi akibat adanya efek dopler untuk mendeteksi target.
2.3

Pengertian Echosounder

Gambar 6. Echosounder
(Google image, 2015 )
Echosounder merupakan suatu peralatan akustik kelautan yang
menampilkan suatu objek yang disertai dengan koordinat sehingga lebih
memudahkan para pengguna dalam menggunakan alat ini. Menurut
Kautsar et al., (2013), echosounder adalah suatu teknik yang digunakan
untuk mengukur kedalaman dengan memancarkan pulsa-pulsa yang
teratur dari permukaan air dan kemudian pantulan gema (echo) yang
datang dari dasar laut tersebut didengar kembali. Teknik echosounder ini
melai digunakan pada abad 20 awalnya hanya untuk memberikan informasi

berupa gambaran peta-peta diwilayah yang ditutupi perairan didunia.


Echosounder memiliki prinsip kerja dengan memanfaatkan gelombang
yang dipancarkan transducer. Perambatan gelombang ini terjadi pada
medium air dengan menyentuh dasar perairan kemudian dipantulkan
kembali oleh dasar perairan.
Menurut Arief et al., (2013), echosounder adalah salah satu alat
navigasi yang berfungsi untuk pemetaan batimetri secara konvensional
yang dipasang dibawah kapal. Alat ini digunakan untuk mengukur
kedalaman yang memeiliki nilai atau hasil yang cukup akurat untuk titik-titik
tertentu pemetaan batimetri dapat digunakan untuk menejemen pelabuhan
memproduksi sedimen dari sungai dan sebagai informasi dasar zona
poteensi untuk wilayah laut serta untuk mengetahui atau mempelajari
budidaya perairan.
2.4

Macam-Macam Echosouder
2.4.1 Single Beam.
Untuk mengukur kedalaman perairan biasanya menggunakan
Echosounder

dengan

mengukur

waktu

perjalanan

bolak-balik

gelombang akustik ( gelombang suara ) mulai dari transducer yang


dipasang pada kapal sampai dasar laut dan dipantulkan lagi dikapal.
Echosounder tipe single beam memiliki sistem yang berfrekuensi
rendah( 20 khz) yang berfungsi untuk mengumpulkan data secara
langsung pada perairan yang berada dibawah kapal melalui garis
tunggal sepanjang jalur kapal (Mc Carron, 2011).
Menurut Jauhari et al., (2005), single Beam acustic sistem
menampilkan

data

yang

kurang

akurat

dan

kurang

bisa

dipertanggung jawabkan kebenaran informasi datanya . Single beam


ini mulai dikembangkan di Nurwegia dan selanjutnya di Amerika
Serikat, Prancis serta jepang walaupun single Beam ini dilengkapi
dengan sebuah minitor khusus yang bisa diatur sedemikian rupa
sehingga target strength berdasarkan perbedaan warna ( dengan
ketelitian 1,5 db) namun tetap tidak menghasilkan nilai target strength
yang sebenarnya dengan nilai akurasinya tinggi.
2.4.2 Split Beam.
Menurut Foote (1988) dalam Jauhary et al., (2005), dengan
prinsip kerja dari sistem ini mencari beda fase dari echo signal yang
diterima oleh dua belahan transducer (sebutlah yang satu adalah

portstarboard phase pulse dan yang satu lagi fore-aft phase pulse)
maka selain dapat mengukur in situ target strength secara akurat
juga dapat mengukur posisi sudut dari masing-masing target yang
terletak didalam Beam.
Menurut Khalikman dan Yudanov (2006), split beam adalah
digunakan untuk menentukan posisi target individu pada beam
transducer, untuk mengimbangi pola beam, dan untuk menghitung
nilai-nilai target strength yang telah dikoreksi semua. Transducer
yang digunakan dalam sistem merupakan yang berkualitas tinggi dan
konsisten sehingga transducer yang efisien dan sinyal pengolahan
sistem memiliki kemampuan deteksi yang luar biasa.
2.4.3

Dual Beam.
Teknik Dual Beam adalah teknik akustik perikanan yang
dipopulerkan pada awal 1970-an untuk menghitung sudut polar dari
poros Beam individu target samapai beam akustik. Teknik ini
memanfaatkan pola beam yang berbeda antara dua transducer yang
berdiri sendiri. Transducer yang satu menggunakan pacaran
gelombang yang luas dan yang satunya pancaran gelombang yang
sempit. Rasio dari pancaran gelombang yg luas dan gelombang yang
sempit

ini

yang

menentukan

sudut

katub

dari

target

tunggal (Chu,2011).
Burcznki dan Johnson (1986) dalam Jauhari et al., (2005),
mengemukakan bahwa Prinsip kerja dari Dual Beam acoustic sistem
yang sampai saat ini tetap memiliki keunggulan komperatif pada
portabilitas yang tinggi karena transducer dioperasikan dengan towed
body dan sudah tentu jika noise tidak terlalu besar maka letelitian
yang dihasilkan adalah tinggi. Dual Beam acoustic sistem ini
mempunyai

suatu

keunggulan

dalam

sistem

perolehan

dan

pemrosesan data.
2.4.4

Quasi Ideal Beam.


Menurut jauhari et al., (2005), Quasi Ideal Beam memiliki
kalibrasi akustik dan pengukuran in situ target strength yang akurat
menjadi kenyataan. Quasi Ideal Beam memiliki dua prosesor yang
terpisah yang memungkinkan nilai SV dan TS untuk frekuensi ganda
dan secara simulation menghitung SV dan ST untuk frekuensi tinggal
tertentu .

11

Pola Ideal Beam disisi lain memiliki arti bahwa, suatu


direktivitas memiliki sensitivitas yang tetap dalam sudut Beam
tertentu dan tidak memiliki sensitivitas ketika berada diluar sudut
beam tertentu. Perkembangan transducer ini mendeteksi karakteristik
ideal beam. Transducer ini disebut Quasi Ideal Beam dengan
Transducer yang bar, perhitungan target strength menjadi lebih
mudah dan lebih terpercaya dibandingkan dengan penghitungan
yang

diperoleh

dari

transducer

yang

masih

konvensional.

Penghitunan akustik memiliki akurasi yang tinggi karena perhitungan


yang teliti (Sasakura dan Yasuhiko,1987).
2.5

Komponen Bagian-bagian dan Fungsi Echosounder


Echosounder adalah perangkat elektronik yang memanfaatkan
gelombang suara yang memiliki fungsi identifikasi kedalaman struktur
bawah laut dan gerombolan ikan. Menurut Raharjo (2002), pada dasarnya,
fungsi echosounder dibidang perikanan dan kelautan adalah sebagai
pengidentifikasi jenis-jenis lapisan sedimen dasar laut (sub-bottom profile).
Pemetaan dasar laut (seabed mapping) pencarian kapal kapal karam
dalam laut, penentuan jalur pipa dan kabel dibawah dasar laut dan analisa
dampak lingkungan didasar laut selain itu, aplikasi echosounder juga
berperan dalam penentuan stock ikan dan lokasi shoaling atau schooling
ikan metode akustik yang tercanggih dan terbaik hingga saat ini dapat
digunakan untuk menduga sebaran dan kelimpahan ikan pada suatu
perairan yakni dengan dual beam system dan split beam system.
Menurut Maclenan dan Simmonds (1992), sistem echosounder dan

sonar umumnya memiliki lima komponen yaitu :


1. Transmitter untuk menghasilkan pulsa listrik.
2. Transducer. Mengubah energi listrik menjadi energi suara begitu
juga sebaliknya.
3. Receiver. Menerima echo dari objek.
4. Peraga-perekam. Untuk mencatat hasil echo.
5. Time base untuk mengaktifkan pulsa
2.5.1 Transmitter

Gambar 7. Transmitter
(Google image, 2015)
Transceiver terdiri dari sebuah transmitter yang mempunyai
fungsi

sebagai

pengontrol

panjang

gelombang

pulsa

yang

dipancarkan dan menyediakan tenaga elektrik untuk frekuensi yang


diberikan. Transmitter ini menerima secara berulang-ulang dalam
kecepatan yang tinggi, sampai pada orde kecepatan milisekon.
Perekaman kedalaman air secara berkesinambungan dari bawah
kapal menghasilkan ukuran kedalaman beresolusi tinggi sepanjang
lajur yang disurvei. Informasi tambahan seperti heave (gerakan naik
turunnya kapal yang disebabkan oleh gaya pengaruh air laut), pitch
(gerakan kapal ke arah depan (mengangguk) berpusat di titik tengah
kapal), dan roll (gerakan kapal ke arah sisi-sisinya (lambung kapal)
atau pada sumbu memanjang) dari sebuah kapal dapat diukur oleh
sebuah alat dengan nama Motion Reference Unit (MRU), yang juga
digunakan untuk koreksi posisi pengukuran kedalaman selama
proses berlangsung (Hidayat et al., 2014).
Data hidroakustik merupakan data hasil estimasi echocounting
dan echo integration melalui proses pendeteksian bawah air. Salah
satu Proses tersebut antara lain: Transmitter menghasilkan listrik
dengan frekuensi tertentu, kemudian disalurkan ke transduser.
Kemudian Echo yang diperoleh dapat mengestimasi beberapa data
antara lain
batimetri,

Target

panjang

strength,
ikan,

Scatteringvolume,

lapisan

dasar

densitas ikan,

perairan

dan

dapat

diaplikasikan untuk kegiatan lainya.Hasil dari pendeteksian dengan


metode akustik disuatu perairan dapat diperoleh beberapa faktor
antara lain Target strength, Scattering volume, densitas ikan, panjang
ikan, kekasaran dan kekerasan substrat dasar serta dapat mengukur
kedalaman suatu perairan (Manik dan Mamun, 2009).
2.5.2 Transducer.

13

Gambar 8. Transducer
(Google image, 2015)
Menurut Allo (2008), fungsi utama dari transducer yaitu
mengubah

energi

listrik

menjadi

energi

suara

ketika

akan

dipancarkan dan mengubah energi suara menjadi energi listrik ketika


echo diterima dari suatu target. Selain transducer juga berperan
memusatkan energi suara yang akan dipantulkan ke beam.
Pemancaran gelombang suara ini dipantulkan dengan fullbeam yang
merupakan

penggabungan

dari

keempat

kuadran

selama

pemancaran simulation. Selanjutnya sinyal yang memancar kembali


dari target diterima oleh masing-masing kuadran.
Menurut Firdaus (2008), transducer mengubah tenaga listrik
menjadi

gelombang

akustik.

Dalam

kapasitas

ini

transducer

digunakan sebagai proyektor bukan hidrofon osilasi sinyal-sinyal


elektro kedalam getaran mekanik yang dipancarkan kedalam air
sebagai tekanan isolasi atau gelombang akustik. Pada saat
kembalinya kepermukaan air sebagai echo dari dasar laut, kemudian
pulsa akustik diterima dan dikonversi kembali kedalam sinyal-sinyal
elektrik oleh transducer yang bertindak sebagai hidrofon.
2.5.3

Recaiver

Gambar 9. Receiver
(Google image, 2015)
Receiver berfungsi menerima pulsa dari objek dan display atau
recorder sebagai pencatat hasil echo. Sinyal listrik lemah yang

dihasilkan oleh transducer setelah echo diterima harus diperkuat


beberapa ribu kali sebelum disalurkan ke recorder. Selama
penerimaan berlangsung keempat bagian transducer menerima echo
dari target, dimana target yang terdeteksi oleh transducer terletak dari
pusat beam suara dan echo dari target akan dikembalikan dan
diterima oleh keempat bagian transducer pada waktu yang
bersamaan (Allo, 2008)
Receiver adalah sebuah perangkat elektronika yang memiliki
fungsi sebagai penerima/penangkap. Alasan diperlukannya receiver
dengan tingkat kepekaan yang baik ialah agar gelombang suara
pantul dari objek dapat diterima dengan baik. Secara teori gelombang
pantul pastinya tidak sekuat gelombang dating. Hasil yang diterima
oleh receiver (berupa gelombang suara) kemudian kembali akan
diproses oleh Transducer untuk diubah kedalam bentuk impuls listrik
yang selanjutnya akan diteruskan (Marzuki, 2010).

2.5.4

Recorder

Gambar 10. Recorder


(Google image, 2015)
Menurut Jauhari et al., (2005), recorder juga mengukur selang
waktu antara transmisi impuls dan penerima echo. Hal ini dilakukan
dengan menggerakan jarum perekam diatas pencatat dengan
kecepatan tetap yang tergantung pada kecepatan suara dan skala
kedalaman. Kecepatan jarum bervariasi menurut depth-scale tersebut
dan disesuaikan dengan kecepatan suara di air (untuk air laut 1500
m/s). Echosounder yang canggih dilengkapi dengan pengatur

15

kecepatan suara pada jarum yang disesuaikan dengan kecepatan


recorder dalam perekam.
Recorder berfungsi untuk merekam atau menampilkan sinyal
echo dan juga berperan sebagai pengatur kerja transmitter dan
mengukur waktu antara pemancar pada pulsa suara dan penerimaan
echo atau recorder memberikan sinyal pada transmitter. Transmitter
selanjutnya akan menghasilkan pulsa. Pada saat yang sama
recorder juga akan mengirimkan sinyal ke receiver yang sudah siap
menerima tersebut (Agtapura, 2008).

2.6

Sistem Pengoperasian
Menurut Henry dan Asep (2009), data hidroakustik merupakan data
hasil estimasi echo counting dan echo integration melalui proses
pendeteksian bawah air. Proses tersebut antara lain seperti berikut:
1. Transmitter

menghasilkan

listrik

dengan

frekuensi

tertentu,

kemudian disalurkan ke transduser.


2. Transduser akan mengubah energi listrik menjadi suara, kemudian
suara tersebut dalam berbentuk pulsa suara dipancarkan dengan
satuan ping.
3. Suara yang dipancarkan tersebut akan mengenai objek, kemudian
suara itu akan dipantulkan kembali oleh obyek dalam bentuk echo
dan kemudian diterima kembali oleh tranduser.
4. Echo yang diperoleh tersebut diubah kembali menjadi energi listrik
di transduser kemudian diteruskan ke receiver.
5. Pemrosesan sinyal echo dengan menggunakan metode echo
integration.
Echo yang diperoleh dapat mengestimasi beberapa data antara lain
Target strength, Scattering volume, densitasikan, batimetri, panjangikan,
lapisan dasar perairan dan dapat diaplikasikan untuk kegiatan lainnya.
Alat perum gema menggunakan prinsip pengukuran jarak dengan
memanfaatkan gelombang akustik yang dipancarkan dari transducer.
Transducer adalah bagian dari alat perum gema yang mengubah energi

listrik menjadi mekanik (untuk membangkitkan gelombang suara) dan


sebaliknya. Gelombang akustik tersebut merambat pada medium air
dengan cepat rambat yang relatif diketahui atau dapat diprediksi hingga
menyentuh dasar perairan dan dapat dipantulkan kembali ke transducer.
Perum gema menghitung selang waktu sejak gelombang dipancarkan dan
diterima kembali (t), sehingga jarak dasar perairan relatif terhadap
transducer adalah :
depth = vt
Dengan depth = kedalaman hasil ukuran dan v = kecepatan gelombang
akustik
pada medium air. Hasil pengukuran kedalaman akan direkam dan
ditampilkan secara digital. Tampilannya adalah profil kedalaman perairan
sepanjang jalur survei kapal (lajur perum). Jika pada titik-titik tertentu
ditandai saat pengukurannya dan pengukuran untuk penentuan posisi
dilakukan secara kontinyu dengan saat yang tercatat, maka hasil
pencatatan waktu tersebut dapat digunakan untuk merekonstruksi posisi
kedalaman (Al kautsar et al, 2013).
2.7

Kelemahan dan Kelebihan Echosounder


Adapun kelebihan dan kekurangan dari penggunaan echo sounder
itu adalah sebagai berikut :
a. Kelemahan dari penggunaan echo sounder adalah jika semakin
dalam laut, gambar yang dihasilkan semakin tidak jelas (tidak
terlihat lebih spesifik gambar karang, ikan, kapal karam,dan
sebagainya). Contoh ketika echo sounder digunakan di akuarium
yang berisi ikan, gambar yang dihasilkan lebih jelas, hal ini
dipengaruhi oleh laut. Disamping itu mengganggu komunikasi
antar hewan laut contohnya paus dan lumbalumba.
b.

Keuntungan dari penggunaan echo sounder adalah dapat


mengukur kedalaman laut yang disertai dengan pemetaan dasar
laut,

disamping

itu

digunakan

nelayan

untuk

mengetahui

gerombolan ikan,serta dapat mengukur suhu air pada kedalaman


tertentu. Penggunaan teknologi ini sangat membantu dalam
pencarian

sumber

daya

ikan

yang

baru,

sehingga

akan
17

mempercapat pengambilan keputusan atau kebijakan, terutama


untuk menetapkan daerah penangkapan ikan agar potensi ikan
dapat dipertahankan
Echosounder memiliki kelemahan yaitu jika semakin dalam laut
gambar yang dihasilkan semakin tidak jelas. Sedangkan kelebihannya yaitu
dapat mengukur kedalaman laut yang disertai dengan pemetaan dasar
laut. Kelemahan echosounder adalah tidak dapat mendeteksi ikan hanya
dapat digunakan bagi yang sudah berpengalaman. Sehingga echosounder
bisanya digunakan untuk kapal-kapal perang, kapal penumpang dan kapal
barang. Echosounder memiliki kelebihan yaitu akurasi pengelihatan
kedalaman sebanyak 99% (Ika, 2014).
Menurut Burczynski dan Ben-Yami (1985), kelemahan dan kelebihan
Echosounder adalah sebagai berikut :
Kelemahan :
a. Harganya mahal untuk membeli sebuah echo sounder.
b. Kebanyakan echosounder menggunakan kertas khusus dan
baterai yang mahal.
c. Harus menghabiskan waktu yang diperlukan untuk membersihkan
dan memperbaikinya hingga bisa bekerja.
d. Jika rusak, akan memerlukan tukang khusus, seperti tukang
perbaikan radio transistor, untuk memperbaikinya.

Kelebihan :
a. Tidak membuang-buang waktu dan bahan bakar untuk mencoba
menangkap ikan di tempat dimana ada beberapa ikan atau tidak
ada ikan sama sekali.
b. Dapat menangkap lebih banyak ikan karena echosounder
menunjukkan dimana terdapat lebih banyak ikan untuk ditangkap.
c. Echosounder menunjukkan kedalaman air.

d. Dapat melihat batu, bangkai kapal kapal atau sampah di bawah


sehingga dapat menghindari kehilangan atau kerobekan jaring
Anda.

2.8 Manfaat Echosounder


Untuk jenis echosounder dibagi menjadi 2. Salah satunya adalah
multibeam echosounder. Multibeam echosounder merupakan salah satu
alat yang digunakan dalamproses pemeruman dalam suatu survei
hidrografi.Pemeruman (sounding) sendiri adalah proses dan aktivitas yang
ditunjukan untuk memperoleh gambaran (model) bentuk permukaan
(topografi) dasar perairan (seabed surface). Survei hidrografi adalah proses
penggambaran dasar perairan tersebut dari pengolahan hingga visualisasinya (Poerbandono dan Djunarsih, 2005 dalam Saputra et al., 2010).
Echosounder sebagai instrument utama penelitian pemanfaatan
teknologi hidroakustik. Alat ini sangat membantu untuk memudahkan
pengamatan terhadap keberadaan ikan, dimana tidak perlu memperkirakan
waktu lagi. Sebagaimana hasil penelitian Subani dan Barus(1989) yang hanya memperkirakan waktu hauling. Namun dengan teknologi hidroakustik
kedatangan ikan akan dapat terdeteksi (Kurniawan dan Sudirman, 2014).

19

BAB III
METODELOGI
3.1

Alat dan Bahan Serta Fungsinya.


3.1.1 Alat yang digunakan dalam praktikum akustik kelautan.
Alat yang digunakan dalam praktikum laboratorium adalah:
1. Echosounder Garmin GPS map 178c sounder : sebagai alat
pengamat yang menampilkan sounding dari transducer.
2. Transducer : untuk memancarkan gelombang suara
3. Antenna

: menghubungkan echo dengan satelit.

Alat yang digunakan pada praktikum lapang adalah :


1. GPS map 178C sounder : menampilkan sounding dari
transducer
2. Antena : menghubungkan echo dengan satelit.
3. Obeng : membuka scrub pada accu
4. Penyangga Echo : menyangga echo yang dioperasikan.
3.1.2

Bahan yang digunakan pada praktikum akustik kelautan


Bahan yang digunakan pada saat praktikum laboratorium adalah:
1. Accu 24v : sebagai pencatu daya.
Bahan yang digunakan saat praktikum lapang adalah :
1.
2.
3.
4.

Accu 24v : sebagai pencatu daya.


Pipa 2m : menyangga transducer yang dimasukkan ke air.
Kabel tis : merekatkan transducer dengan pipa
Tali ravia: merekatkan transducer dengan pipa.

5. Air kolam: medium objek yang diamati.


6. Ikan
: objek yang diamati
3.2

Skema Kerja
3.2.1 Skema kerja praktikum laboratorium
persiapan peralatan dan bahan.
Perangkaian
Pasang antenna ke echosounder
Hubungkan transducer dan echosounder dengan ACCU
dan hubungkan dengan display.

pengoprasian
Tekan power

Pilih I Agree tekan enter

Tekan menu

Pilih start simulator

Tekan enter

HASIL

3.2.2

skema kerja praktikum lapang

21

Perangkaian
persiapan peralatan dan bahan.
Pasang antenna ke echosounder
Hubungkan transducer dan echosounder dengan ACU dan
hubungkan dengan display.

pengoprasian
Tekan power

Pilih I Agree tekan enter

Tekan menu

Pilih start simulator

Tekan enter

HASIL

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1

Analisa Prosedur Praktikum


4.1.1 Penjelasan Alat dan Bahan
Dalam praktikum laboratorium akustik kelautan, hal yang
dilakukan pertama kali adalah mempersiapkan alat dan bahan GPS
map 178 C Sounder Garmin yang didalamnya ada GPS sebagai

penentu sekaligus posisi dimana kita berada, display sebagai media


menampilkan data, transmitter sebagai pengatur pulsa, transducer
sebagai pengubah energi listrik menjadi gelombang suara dan
sebaliknya. Echosounder mendeteksi gerombolan ikan,dan bahannya
adalah Accu 24 V untuk pencatu daya.
Setelah

alat

dan

bahan

disiapkan,

dilanjutkan

dengan

perangkaian alat dan bahan. Pertama hubungkan transducer ke Accu


(+) kabel merah dan (-) kabel hitam, kemudian hubungkan dengan
display sesuai jacknya. Kemudian hubungkan antena dengan display
juga, pastikan semua bagian alat terpasang dengan sempurna.
Lanjutkan langkah berikutnya tekan tombol power pada display
sampai menyala kemudian pilih I Agree pilih tombol menu lalu pilih
start simulator lalu tekan tombol enter untuk memulai simulasi atau
pindah page untuk kepentingan tertentu. Tekan tombol page sampai
muncul halaman kedalaman dan peta. Setelah itu, tekan tombol
menu dan pilih Set Up Sonar pada pilihan menu dengan tombol
anak panah ke bawah dan enter kemudian mulailah pengaturan. Atur
ke dalam Auto, tentukan fish symbolnya. Keluar dari menu Set Up
Sonar dengan menekan tombol quit dan mulailah mengamati pada
layar display.
4.1.2 Penjelasan Page pada Echosounder
Dalam praktikum akustik kelautan mengenai echosounder
terdapat 7 page tampilan, yaitu :
1. Acquaring.

23

(Gambar.11 Page 1 Acquaring)


Page tampilan pertama, di dalam display unit tertera
tampilan tanggal dan waktu serta grafik sinyal dari satelit.
2. Peta

(Gambar.12 Page 2 Peta)


Pada page kedua, di dalam display unit tertera tampilan
berupa peta, jika ditekan enter yang akan diketahui letak posisi
kapal berada.
3. Peta dengan Kedalaman.

(Gambar.13 Page 3 Peta dengan Kedalaman)


Pada tampilan ketiga, dalam display unit tertera tampilan
kedalaman perairan dan peta.
4. Kedalaman.

(Gambar.14 Page 4 kedalaman)


Pada tampilan keempat, dalam display unit tertera
kedalaman perairan dan topografi serta substrat dasar perairan.

5. Kompas

(Gambar.15 Page 5 Kompas)


Page tampilan kelima , dalam display unit echosounder
akan tertera tampilan kompas.
6. Track Pelayaran

(Gambar.16 Page 6 Track Pelayaran)


Pada tampilan keenam, display unit akan menampilkan
tracking yaitu ke arah mana kapal akan berlayar. Dalam

25

tampilan ini terdapat kecepatan kapal, lalu jarak antara kapal


dan fishing ground yang akan dituju.

7. Way Point

(Gambar.17 Page 7 Way Point)


Page tampilan ke tujuh, pada display unit echosounder
akan ditampilkan way point. Way point yaitu berfungsi untuk
menyimpan data fishing ground yang sudah kita inginkan.
4.2

Hasil Pengamatan
Dari pengamatan praktikum akustik kelautan yang dilakukan di kolam
pemancingan Dieng Kota Malang hari Sabtu 07 November 2015
didapatkan hasil sebagai berikut :
Penga-

Posisi

Suhu

Kedalaman

Kedalaman

matan

Koordinat

perairan(m)

ikan (m)

Keterangan
(jumlah
ikan)

Pos 1
Penga

0704834

27

3,5

0,6

1,0

1,1

matan
I

Penga

0705834

270 C

3,5

1,2

1,3

1,4

1,6

1,7

1,8
1,9
2,1

1
3
9

2,2
2,3
2,4

9
1
2

2,7
2,8
3,2

1
2
1

3,5

1,2

1,3

1,4

1,7

2,0

2,1

2,4

2,6

2,7

2,8

3,0

3,1

1,2

matan
2

Penga

0704834

27

3,9

matan
3

27

Pos 2

Penga

Posisi

matan
Pos 3
Penga

Koordinat

matan

1
Penga

0705754,5

1,3

1,4

1,7

2,0

2,1

2,4

2,6

2,7
2,8
3,0

1
1
1
4
Tidak

ada
ada

27,1

0,8

3,1
-

27,5

0,7

ikan
Tidak

27,2
Suhu

0,9
Kedalaman

0,7
Kedalaman

ikan
1
Keterangan

Perairan

Ikan

27,6

0,9-1

0,7

27,9

0,8-1

0,9

27,1
27,2

0,5-0,7

0,1
-

1
Tidak

matan
2
Penga
matan

ada

ikan

3
(Tabel 1 : Tabel Hasil Pengamatan)
Pada pengamatan lapang yang dilakukan hari Sabtutanggal 07
November 2015 bertempat di Kolam Pemancingan Dieng mendapatkan
hasil pada pos 1 pengamatan, posisi koordinat berada pada S= 0705834

E=1120 3715 dengan suhu perairan 27c, keadalaman perairan yang


diukur mendapatkan hasil sebesar 3,5 m. Sedangkan ikan berada pada
kedalaman 0,6 m ditemukan sebanyak 1 ikan , pada kedalam 1 m
ditemukan 5 ikan pada kedalaman 1,1 m ditemukan 7 ikan , kedalam 1,2 m
ditemukan 4 ikan, kedalam 1,3 m ditemukan 5 ikan, kedalaman 1,5 m
ditemukan 1 ikan, kedalaman 1,6 m ditemukan 3 ikan, kedalaman 1,8 m
ditemukan 1 ikan, kedalaman 1,9 m ditemukan 3 ikan, kedalam 2,1 m
ditemukan 9 ikan, kedalaman 2 m ditemukan 9 ikan, kedalam 3,2 m
ditemukan 1 ikan, kedalaman 3,5 m ditemukan 1 ikan
Pada post 1 pengamatan ke-2 posisi koordinat sama dengan
pengamatan ke-1 karena antena tidak berpindah-pindah untuk suhu dan
kedalaman perairan juga sama dengan pengamatan ke-1. Sedangkan
untuk kedalaman ikan sendiri pada kedalaman 1m ditemukan ikan 1 ekor,
kedalaman 1,2 m ditemukan 1 ikan, kedalaman 1,3 m ditemukan 1 ikan ,
kedalaman 1,4 m ditemukan 1 ikan, kedalaman 1,7 m ditemukan 1 ikan,
kedalaman 2 m ditemukan 3 ikan, kedalaman 2,1 m ditemukan 4 ikan,
kedalaman 2,4 m ditemukan 1 ikan, kedalaman 2,8 m ditemukan 1 ikan,
kedalan 3m ditemukan 1 ikan kedalaman 3,1 m ditemukan 4 ikan.
Dan untuk pos 1 pengamatan ke-3 posisi koordinat, suhu dan
kedalamannya sama dengan pengamatan je-1 dan ke-2, hanya untuk
kedalaman ikan saja yang berbeda. Pada kedalaman 1 m ditemukan 1
ikan, pada kedalaman1,2m di temukan 1 ikan, kedalaman 1,3 m ditemukan
1 ikan, kedalaman 1,4 m ditemukan 1 ikan, kedalamankedalaman 2,0 m
ditemukan 3 ikan, kedalaman 2,1 m ditemukan 4 ikan, kedalaman 2,4 m
ditemukan 1 ikan, kedalaman 2,6 m ditemukan 3 ikan , kedalaman 2,7 m

29

ditemukan 1 ikan, kedalaman 2,8 m ditemukan 1 ikan, kedalaman 3 m


ditemukan 1 ikan, kedalaman 3,1 m ditemukan 4 ikan.
Pada pos 2 juga dilakukan pengamatan sebanyak 3 kali, pada
pengamatan 1 diketahui suhunya adalah 27,1 c, kedalaman perairan yang
diukur didapatkan hasil sebesar 0,8 m sedangkan. Untuk ikan yang
didapatkan tidak ada seekorpun yang didapat dan untuk topografi perairan
bersubstrat lumpur ditunjukkan dengan warna biru. Hal ini juga terjadi pada
pengamatan kedua yaitu tidak didapatkan ikan bedanya pada pengamatan
kedua ini memiliki suhu perairan sebesar 27,5 0C. Dan kedalaman perairan
0,7 meter untuk substratnya sendiri sama yaitu lumpur. Dan untuk
pengamatan ketiga memiliki suhu perairan 27,2 0C dan kedalaman perairan
0,9 meter pada pengamatan ini didapatkan ikan sebanyak 1 ekor pada
kedalaman 0,7 meter.
Pada pos 3 hasil yang didapatkan pada praktikum lapang adalah
posisi koordinat pengambilan sampel yang berada pada 0705754,5
dengan suhu perairan pada pengamatan 1 sebesar 27,6 0C, pengamatan
kedua sebesar 27,9 0C dan pengamatan ketiga sebesar 27,2

C.

Kedalaman perairan yang diukur didapatkan hasil sebesar 0,9 1 meter


pada pengamatan 1, pengamatan kedua 0,8 1 meter, pengamatan ketiga
0,5 0,7 meter. Sedangkan ikan berada pada kedalaman 0,7 meter
sebanyak 1 ikan pada pengamatan 1, pengamatan kedua ditemukan ikan
sebanyak masing-masing 1 ekor ikan pada kedalaman 0,9 dan 0,1 meter
dan untuk pengamatan ketiga tidak didapatkan ikan sama sekali.
Sebaran ikan pada selat Malaka menunjukkan nilai yang relatif
tinggi pada perairan dengan kedalaman yang rendah. Hal ini dapat

disebabkan oleh beberapa faktor seperti tingginya tingkat produktivitas


pada daerah tersebut yang didukung oleh tingginya pasokan nutrient yang
terbawa (Purnawan, 2006).

BAB V
KESIMPULAN
5.1

Kesimpulan
a. Echosounder adalah suatu alat navigasi elektronik yang menggunakan
sistem gema yang berfungsi untuk mengukur kedalaman perairan dan
untuk mendeteksi adanya gerombolan ikan .
b. Fungsi utama dari echosounder adalah utuk mengkur
perairan

kedalamn

c. Komponendan bagian-bagian echosounder


1. Transmitter :untuk menghasilkan pulsa listrik yang dipancarkan
2. Transducer :untuk mengubah energi listrik menjadi energi suara dan
sebaliknya
3. Receiver:untuk menguatkan sinyal listrik yang lemah dari transducer
saat gema (echo) terjadi sebelum dialirkan ke recorder
4. Display unit (Recorder) : untuk alat perekam,pencatat hasil echo
d. Alat-alat yang bekerja dengan prinsip akustik antara lain fish
finder,sonar,radar dan RDT (Radio Direction Finding)
e. Fish finder merupakan perangkat elektronik yang bekerja dengan cara
memancarkan gelombang ultrasonic dan menangkap kembali
pantulannya Fish finder tidak dapat menentukan koordinat lokasi sebab
tidak dilengkapi dengan GPS
f. Sonar merupakan system instrument yang
mendapatkan informasi objek-objek bawah air .

digunakan

untuk

31

g. Dari pengamatan kami diperoleh data di pos 1dengan koordinat


075834 dengan suhu 27C , kedalaman air 3,5 m dan kedalaman ikan
beragam .Dari pos 2 koordinat 075953,8 dengan suhu 27C,
kedalaman perairan 1m dan kedalaman ikan beragam . Dan dari pos 3
koordinat 075754,5 denga suhu 27,56C,kedalam perairan 1m dan
kedalaman ikan beragam.
5.2 Saran
Praktikum akustik kelautan ini sudah cukup jelas dan baik dalam
penyampaian materinya.Mungkin kedepannya nanti bisa lebih baik lagi . Ada
sedikit kekurangan yaitu mengenai tampilan topografi yang datar tanpa
kecuraman maka praktikannya hanya bisa membayangkan. Mungkin juga
karena keterbatasan pengamatan.
DAFTAR PUSTAKA

Allo, Obed. 2008. Klasifikasi Habitat Dasar Perairan dengan Menggunakan


Instrumen Hidroakustik SIMRAD EY60 di Perairan Sumur, PandeglangBanten. Skripsi. Institut Pertanian Bogor: Bogor
Al Kautsar, M; Bandi S; Haniah. 2013. Aplikasi Echosounder Hi-Target HD370
untuk Pemeruman di Perairan Dangkal ( Studi Kasus: Perairan
Semarang ). Jurnal Geodesi 2(4): 222-239 Universitas Diponegoro:
Semarang
Arief, U. M. 2011. Pengujian Sensor Ultrasinik PING untuk Pengukuran Level
Ketinggian dan Volume Air. Jurnal Ilmiah Elektrikal Enjiring Universitas
Hasanuddin 9(2) Mei-Agustus/2011. Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
Burzynski dan Ben yami. 1985. Finding Fish with Echosounder. Rome: FAO
Training Series

Chu, Dhezang I. L; Yudanov K. I. 2006. Technology Evolution and Advances in


Fisheries Acoustics. Journal of Marine Science and Technology 9(3): 245252
Fernandes, P. G; dkk. 2010. Acoustic Application in Fisheries Science: the ICES
Contribution- Ices Marine ScienceSymposia 215: 483-492
Firdaus, H. 2008. Sistem Visualisasi Profil Dasar Laut dengan Menggunakan
Echosounder. Fakultas Teknik Universitas Indonesia: Depok
Gustomo, Fery; Suwardi. 2013. Analisa Penggunaan Sinyal Radar Bentuk Pulsa
dan Gelombang Kontinu untuk Reylaight. Jurnal Teknik Pomits 2(3)
Hidayat, ahmad; dkk. 2014. Survei Bathimetri untuk Pengecekan Kedalaman
Perairan Wilayah Pelabuhan Kendal. Jurnal Geodesi 3(1)
Ika, wulandari.2014 . file : //G:/Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Alat
tangkap pursein. Echosounder.html. Diakses pada tanggal 20 Oktober
2015 pukul 13.00 WIB
Jauhari, Alfan; Sukandar; Defryono. 2005. Diklat Mata Kuliah Dasar-Dasar
Akustik Kelautan. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya: Malang
Khalikhman, I. L; Yudanov K. I. 2006. Acoustics Fish Reconnaissance. Florida:
CRC Press
Kurniawan M dan Sudirman. 2014. Penerapan Teknologi Hidroakustik pada
Perairan Bagan Tancap. Makassar: Universitas Hasanuddin
Mac Lenan; Simmonds. 1997. Fisheries Acoustics Theory and Practice. Oxford:
Blackwell Science

33

Manik, Hendry M; Asep Mamun. 2009. Rancang Bangun Sistem Informasi Data
Hidroakustik Berbasis Web Yogyakarta: Seminar Nasional Aplikasi
Teknologi Informasi 2009 (SNAT 2009)
Marzuki, Ismail Johan. 2010. Identifikasi Material Dasar Perairan Menggunakan
Perangkat Fish Finder Berdasarkan Nilai Target Strenghth. Fakultas Teknik.
Universitas Indonesia: Depok
Mc Carron, William O. 2010. Deepwater Foundation and Pipeline Geomechanic.
Newcastle: I Ross Publishing
Puntodewo, A; Sonya Dewi; Jusupta Tarigan. 2003. Sistem Informasi Geografis
untuk Pengelolaan Sumberdaya Alam. Bogor: Center for International
Forestry Research
Purnawan, S. 2006. Hubungan Topografi Dasar Perairan dengan Sebaran Ikan di
Selat. Skripsi. Institut Pertanian Bogor
Raharjo, S. 2002. Pendugaan Densitas Ikan Dasar (Demersal Fish) dengan
Metode Akustik Perairan Selat Bali pada Musim Timur. Skripsi. Institut
Pertanian Bogor
Rao, G.S. 2010. Global Navigation Satellite Systems New Delhi: Tata Mc Graw
Hili Education Privated Limited
Saputra, Toyoki; Yasuhiko Endo. 1987. Quasi Ideal Beam Pattern Transducer.
Japanese. Journal of Applied Physics: 26-1: 94-96
Sasakura,royaki ; Yasuhiko . 1987 . Quasi Ideal Beam Pattern Transducer.
Japanese . Journal of Aplied Physics : 26-1 : 94-96

Sjarif, Baithur; Suwardiyono; Syahasta D. G. 2012. Penangkapan dan


Penanganan Ikan Tuna Segar di Kapal Rawai Tuna. Semarang: Balai
Besar Pengembangan Penangkapan Ikan
Susilo, Vidia; Eng V C P; Pinrolinvic P K M. 2015. Rancang Bangun Sistem
Pengukuran Kedalaman Sungai. E-Journal Jurnal Teknik Elektro dan
Komputer SSN: 2301-84 02. Manado: Universitas Sam Ratulangi
Thomas, dkk. 1986. Acoustic Detection of Cetaceans Using A Towed Array of
Hydrophones. Rep. Int. Whal. Commn ( Spec Issued ) Pp: 139-148
Wahyono, A; Harun Sigit Priyo Prabowo. 2012. Identifikasi Peralatan Navigasi.
Semarang: BBPPI
Yuwono, n; Dhany Afrianto; Endang Widjati. 2012. Analisa Perambatan Suara di
Bawah Air sebagai Fungsi Kadar Garam dan Suhu Pada Akuarium
Anechoic. Jurnal Teknik Pomits 1(1): 1-3

35

LAMPIRAN

1.

PRAKTIKUM LABORATORIUM

(Penjelasan bagian-bagian dari

(Penjelasan page pada

Echosounder )

Echosounder)

2. PRAKTIKUM LAPANG

( Melacak posisi ikan menggunakan


Echosounder )

(Mencari sinyal dengan GPS)

(Mengamati Jumlah ikan, kedalaman, dasar


perairan dll )

3. ASISTEN ZONE
NO
.

NAMA

FOTO

PESAN

KESAN

1.

Dian Pranoto

Lebih baik
lagi dan
lebih
mengenal
praktikan

Ramah dan
murah
senyum, baik
Good job

2.

Citra Nilam C

Tambah baik
kepada
praktikan

Ramah dan
murah
senyum
Good job

3.

Fitri Margiana

Jarang
terlihat

Murah
senyum
Good job

37

4.

Ajeng Wahyu
P

Jarang
kelihatan
dan harus
lebih
membaur
dengan
praktikan

Murah
Senyum
Good job

Riska
Kurniawati

Terlalu
pendiam

Baik hati dan


cantik
Good job

6.

Ika Nurul R

Kurang
membaur
dengan
praktikan

Ramah dan
sopan
Good job

7.

Dimas Bobby
Erganda

Tambah baik
kepada
praktikan

Tetap jadi
asisten yang
disiplin dan
murah
senyum, lucu
Good job

8.

Sembadhani
Bayu

Jarang
terlihat

Tetap santai
tapi harus
serius ya
Good job

9.

Fayakun

Kece banget
sama
praktikan,
teliti.

Baik dan
ramah
Good job

10

Tri Yula
Sahadati

Pendiam
dan jarang
terlihat saat
praktikum

Ramah dan
sopan
Good job

11

Riza Juwita
Dewi

Pendiam
dan jarang
terlihat saat
praktikum

Murah
senyum
Good job

12.

Sara Kristiana
Lasarus

Lebih baik,
lebih ramah
kepada
praktikan

Baik, murah
senyum,
cantik,
mudah akrab
Good job

13.

Kholisatun N

Lebih baik,
lebih ramah
kepada
praktikan

Baik, ramah,
murah
senyum,
cantik
Good job

14.

Asroful Mujib
Tambah baik
kepada
praktikan

Baik,
pengertian
dan paling
kece,
terbuaik

Good job

39

15.

Arsen Triade
Maulana

16.

Nurul Laili F

17.

Hilaliyah
Hamid Djawas

18.

19.

Dimas Galang
Fergiawan

Muhammad
Febriyan R

Tambah baik
kepada
praktikan

Baik, ramah,
murah
senyum
Good job

Jarang
melihat

Cantik,
manis
Good job

Tambah baik
kepada
praktikan

Cantik, baik,
murah
senyum
Good job

Tambah baik
kepada
praktikan

Baik, ramah,
mudah
bergaul
Good job

Tambah baik
kepada
praktikan

Baik,
humoris
Good job

Anda mungkin juga menyukai