Laporan Kasus
Laporan Kasus
KONJUNGTIVITIS OD
Oleh:
Fajar Maulidan Alamin, S.Ked
NIM : 70 2009 017
Pembimbing:
dr. H. Ibrahim, Sp.M
ANAMNESIS
Autoanamnesis dan Alloanamnesis
Nama Lengkap
Tempat dan Tanggal Lahir
Umur
Pekerjaan
Alamat
Jenis Kelamin
Pendidikan
:
:
:
:
:
:
:
Nama : Tn. R.
Umur : 48 tahun
Ruang : Kelas : -
Tn.R
Semarang, 13 April 1991
21 tahun
Mahasiswa
Jl. Palembang Darusalam no.6. Palembang
Laki - Laki
S1
terganggu
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Hasil autoanamnesis diketahui informasi mengenai riwayat penyakit keluarga,
tidak ada yang mengalami keluhan yang sama pada mata di keluarga pasien.
PEMERIKSAAN FISIK
Nama : Tn.R
Umur : 21 tahun
Ruang : Kelas : -
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda Vital
:
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg
- Nadi
: 84x/menit
- Laju Napas
: 19 x/menit
- Suhu
: 37 C
Status Oftalmologis
OD
No.
1.
2.
3.
4.
Pemeriksaan
Visus
Tekanan Intra Okuler
Kedudukan Bola Mata
Posisi
Eksoftalmus
Enoftalmus
Pergerakan Bola Mata
Atas
Bawah
OS
OD
20/20
Tidak diperiksa
OS
20/20
Tidak diperiksa
Ortoforia
(-)
(-)
Ortoforia
(-)
(-)
(+) Baik
(+) Baik
(+) Baik
(+) Baik
5.
6.
7.
8.
9.
Temporal
Temporal atas
Temporal bawah
Nasal
Nasal atas
Nasal bawah
Nistagmus
Palpebrae
Hematom
Edema
Hiperemis
Benjolan
Ulkus
Fistel
Hordeolum
Kalazion
Ptosis
Ektropion
Entropion
Sekret
Trikiasis
Madarosis
Punctum Lakrimalis
Edema
Hiperemis
Benjolan
Fistel
Konjungtiva Tarsal Superior
Edema
Hiperemis
Sekret
Epikantus
Konjungtiva Tarsalis Inferior
Kemosis
Hiperemis
Anemis
Folikel
Papil
Lithiasis
Simblefaron
Konjungtiva Bulbi
Kemosis
Pterigium
Pinguekula
(+) Baik
(+) Baik
(+) Baik
(+) Baik
(+) Baik
(+) Baik
(-)
(+) Baik
(+) Baik
(+) Baik
(+) Baik
(+) Baik
(+) Baik
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(+)
(-)
(-)
(-)
(+)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
10.
11.
12.
13.
14.
Flikten
Simblefaron
Injeksi konjungtiva
Injeksi siliar
Injeksi episklera
Perdarahan subkonjungtiva
Kornea
Kejernihan
Edema
Ulkus
Erosi
Infiltrat
Flikten
Keratik presipitat
Macula
Nebula
Leukoma
Leukoma adherens
Stafiloma
Neovaskularisasi
Imbibisi
Pigmen iris
Bekas jahitan
Tes sensibilitas
Limbus kornea
Arkus senilis
Bekas jahitan
Sklera
Sklera biru
Episkleritis
Skleritis
Kamera Okuli Anterior
Kedalaman
Kejernihan
Flare
Sel
Hipopion
Hifema
Iris
Warna
Gambaran radier
Eksudat
(-)
(-)
(+)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Jernih
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Tidak dilakukan
Jernih
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Tidak dilakukan
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
sedang
Jernih
(-)
(-)
(-)
(-)
sedang
Jernih
(-)
(-)
(-)
(-)
Coklat
Jelas/tidak jelas
(-)
Coklat
Jelas/tidak jelas
(-)
15.
16.
17.
Atrofi
Sinekia posterior
Sinekia anterior
Iris bombe
Iris tremulans
Pupil
Bentuk
Besar
Regularitas
Isokoria
Letak
Refleks cahaya langsung
Seklusio pupil
Oklusi pupil
Leukokoria
Lensa
Kejernihan
Shadow test
Refleks kaca
Luksasi
Subluksasi
Pseudofakia
Afakia
Funduskopi
Refleks fundus
Papil
- warna papil
- bentuk
- batas
Retina
- warna
- perdarahan
- eksudat
Makula lutea
PEMERIKSAAN PENUNJANG
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Bulat
3 mm
Reguler
(+)
Sentral
(+)
(-)
(-)
(-)
Bulat
3 mm
Reguler
(+)
Sentral
(+)
(-)
(-)
(-)
Jernih
Normal
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Jernih
Normal
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Tidak dinilai
Tidak dinilai
Tidak dinilai
Tidak dinilai
Tidak dinilai
Tidak dinilai
Tidak dinilai
Tidak dinilai
Nama : Tn.R.
Umur : 21 tahun
Ruang : Kelas : -
Anjuran Pemeriksaan:
1. Darah rutin (Leukosit dan Hitung Jenis)
2. Pemeriksaan sekret konjungtiva ( Pewarnaan Giemsa)
Nama : Tn. R.
Umur : 21 tahun
Ruang : Kelas : -
Mata kanan merah dan berair sejak 3 hari yang lalu. Awalnya pasien
menggosokkan mata berulang kali kemudian mata menjadi semakin merah dan
berair. Mata merah juga disertai dengan rasa gatal, dan terkadang terasa seperti ada
yang menganjal pada mata. Mata kanan langket dan bertahi mata berwarna kuning
ketika bangun tidur.
Pasien belum pernah menderita penyakit ini sebelumnya. riwayat alergi
makanan dan obat tidak ada, riwayat mata kemasukan serangga tidak ada, riwayat
trauma pada mata tidak ada. Ketajaman pengelihatan tidak terganggu
Pada pemeriksaan konjungtiva tarsalis superior OD hiperemis dan ada sekret,
konjungtiva tarsalis inferior terdapat lithiasis dan hiperemis, konjungtiva bulbi
terdapat injeksi konjungtiva.
Daftar Masalah:
1. Mata merah dan berair
2. Mata terasa gatal
3. Mata ada yang mengganjal
4. Keluar sekret pada pagi hari
5. Konjungtiva tarsalis superior:
OD = Hiperemis (+), Sekret (+)
6. Konjungtiva Tarsalis Inferior
OD = Lithiasis (+), Hiperemis (+)
7. Konjungtiva bulbi :
OD : Injeksi Konjungtiva (+)
Kemungkinan Penyebab Masalah :
1. OD Konjungtivitis Bakterial Akut
DD/ Konjungtivitis viral akut OD,
RENCANA PENGELOLAAN
Nama : Tn. R.
Umur : 21 tahun
Ruang : Kelas : -
1. Medikamentosa
a. Pemberian antibiotik spektrum luas, (Kloramfenikol 4-6 tetes x/hari)
b. Pemberian antimikroba (Tetrasiklin).
c. Cendo Xitrol 4-6 kali x/ hari
2. Edukasi
a. Sebelum dan sesudah membersihkan atau mengoleskan obat, penderita
harus mencuci tanganya besih-bersih
b. Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani
mata yang sakit.
c. Jangan menggunakan sapu tangan, handuk atau lap bersama-sama
penghuni rumah lainnya
d. Hindari mengosok-gosok kelopak mata dan daerah disekitar mata
yang sakit jika terasa gatal.
e. Menggunakan kaca mata untuk melindungi mata dari debu dan angin
yang dapat memperparah gejala.
BAB II
LANDASAN TEORI
Aliran darah konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri
palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan bersama dengan banyak
vena konjungtiva yang umumnya mengikuti pola arterinya membentuk jaringjaring vaskuler konjungtiva yang banyak sekali. Pembuluh limfe konjungtiva
tersusun dalam lapisan superfisial dan lapisan profundus dan bersambung
dengan pembuluh limfe palpebra hingga membentuk pleksus limfatikus yang
banyak. Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan pertama (oftalmik)
nervus trigeminus. Saraf ini hanya relatif sedikit mempunyai serat nyeri 2.
Pada konjungtiva terdapat beberapa jenis kelenjar yang dibagi menjadi
dua grup besar yaitu 2,4
1. Penghasil musin
a. Sel goblet; terletak dibawah epitel dan paling banyak ditemukan pada
daerah inferonasal.
b. Crypts of Henle; terletak sepanjang sepertiga atas dari konjungtiva
tarsalis superior dan sepanjang sepertiga bawah dari konjungtiva tarsalis
inferior.
c. Kelenjar Manz; mengelilingi daerah limbus.
2.2. Konjungtivitis
2.2.1. Definisi
10
11
atau
kornea,
berupa
suatu
mikro-abses,
dimana
12
disebut
pseudomembran.
Selain
massa putih
yang
menutupi
konjungtivitis
dapat
ditinjau
dari
gambaran
klinis
dan
pengobatannya
1. konjungtivitis kataral.
2. Konjungtivitis purulen, mukopurulen.
3. Konjungtivitis membran.
4. Konjungtivitis follicular
5. Konjungtivitis vernal.
6. Konjungtivitis flikten.5
Konjungtivitis Kataral
Infeksi konjungtiva.
13
Penyebab virus : sulfacetamid atau obat anti virus seperti I.D.U untuk
infeksi herpes simplek.
Sekret
purulen
seperti
nanah,
kadang-kadang
disertai
adanya
14
Infeksi terjadi pada saat proses kelahiran yaitu berasal dari uretritis
gonore ibunya.
Masa inkubasinya satu sampai tiga hari biasanya mengenai kedua mata.5
Pengobatan
Saat ini tidak dipakai lagi tapi salep mata antibiotic golongan penicillin.
Infeksi penisilin sesuai umur, pada bayi dosis adalah 50.000 I.U / kg
berat badan.
Bila tidak ada komplikasi kornea biasanya sembuh setelah lima hari.
15
Kalau dalam satu atau dua hari tidak tampak perbaikan maka perlu
dipikirkan adanya resistensi kumanterhadap penisilin. Sebagai ganti
dapat diberikan tetrasiklin, garamisin atau kemisitin zalf mata. 5
3. Konjungtivitis Membran
16
Pada infeksi dipteria diberi salep mata penisilin setiap jam dan infeksi
penisilin sesuai umur. Pada orang dewasa diberi infeksi penisilin 1,2 juta
unit selama 2 hari, anak-anak 50.000 unit / KGBB. Untuk mencegah
gangguan jantung oleh toxin difteria perlu diberikan antitoxin difteria
20.000 unit, 2 hari biasanya dalam 5 hari penyakit menyembuh dengan
baik.
4. Konjungtivitis Folikular
Konjungtivitis folikular adalah peradangan konjungtiva yang disertai
pembentukan follikel. Folikel dianggap merupakan suatu reaksi adenoid
pada konjungtiva akibat berbagai rangsangan seperti bakteri, virus dan
bahan-bahan kimia. Kelainan ini biasanya disertai sekresi mata yang
bertambah. Dikenal bentuk-bentuk 5
konjungtivitisfolikular sebagai berikut :
Konjungtivitis alergi.
Folikulosis.5
17
5. Konjungtivitis Vernal
Penyulit pada kornea dapat terjadi berupa keratitis epitel dan ulkus
kornea. Bentuk ulkus kornea biasanya lonjong dengan pinggir yang rata
dan tegas, terdapat dibagian sentral atau para sentral kornea.
musim hujan.
Pengobatan
kortikosteroid tetes atau salep mata. Apabila terdapat ulkus kornea, maka
pemberian steroid / kortikosteroid local merupakan kontra indikasi. Ulkus
diobati dengan pemberian antibiotic dan untuk menekan peradangan sebaiknya
diberikan obat-obatan antiradang non steroid.5
18
6. Konjungtivitis Flikten
19
BAB III
ANALISA KASUS
20
Seorang laki-laki berusia 21 tahun mengeluh mata kanan merah dan berair sejak
3 hari yang lalu. Mata gatal, ada yang menganjal, lengket, banyak sekret pada pagi
hari dan tanpa disertai gangguan pada visus. Dari keluhan utama dan riwayat
perjalanan penyakit ini dapat dipikirkan beberapa diagnosis untuk keluhan seperti
yang dirasakan pasien ini. Pasien datang dengan keluhan mata merah harus perlu di
identifikasi apakah merahnya disebabkan oleh perdarahan subkonjungtiva atau
pelebaran pembuluh darah.
Pada kasus gambaran perdarahan subkonjungtiva atau Conjungtiva bleeding
tidak didapatkan, tetapi terdapat pelebaran pembuluh darah. Gejala pelebaran
pembuluh darah terjadi pada peradangan konjungtiva, peradanangan kornea dan
peradangan sclera. Selain radang mata luar, injeksi siliar dapat timbul karena radang
uvea anterior, endopthalmitis dan glaucoma akut. Apabila dijumpai injeksi
konjungtiva dan hiperemi konjungtiva tarsal, maka kita menghadapi penderita dengan
radang, konjungtiva atau lebih sering disebut dengan konjungtivitis. Apabila hanya
injeksi konjungtiva dan tidak ada hiperemi konjungtiva tarsal, maka kita tidak
berhadapan dengan konjungtivitis melainkan suatu iritasi konjungtiva bulbi, antara
lain oleh sebab kelelahan mata, iritasi angin atau asap, kurang tidur, dll. Diagnosis
yang tepat dapat ditegakkan dengan menyingkirkan diagnosis banding berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Hasil pemeriksaan tajam pengelihatan menunjukan visus OD = 20/20 dan OS
20/20 dan tidak ada kelainan pada hasil pemeriksaan tajam pengelihatan. Berdasarkan
hasil pemeriksaan fisik menggunakan penlight dan slit lamp ditemukan konjungtiva
tarsalis superior OD terdapat Hiperemis (+) dan ada sekret (+), Pemeriksaan
konjungtiva tarsalis OD didapatkan Lithiasis (+) dan Hiperemis (+) dan pada
konjungtiva bulbi OD terdapat injeksi konjungtiva.
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan,
pasien ini didiagnosis OD Konjungtivitis bakterial akut. Dalam menangani penderita
dengan konjungtivitis maka prosedut penatalaksanaanya
21
penyebab peradangan atau indikasi, misal dengan melakukan pemeriksaan darah dan
pemeriksaan sekret untuk mencari sumber infeksi lain,
Penatalaksanaan awal yang dilakukan dengan pemberian medikamentosa untuk
mengurangi keluhan pada pasien. Prinsip terapi dengan obat topical spectrum luas.
Pada 24 jam pertama obat diteteskan tiap 2 jam kemudian pada hari berikutnya
diberikan 4 kali sehari selama 1 minggu, dapat diberikan kloramfenikol. Terapi
spesifik terhadap konjungtivitis bacterial tergantung temuan agen mikrobiologiknya.
Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter dapat mulai dengan terapi topical
antimikroba, dapat diberikan tetrasiklin. Pemberian Cendo Xitrol 4 gtt I OD berfungsi
untuk meredakan peradangan pada mata
Edukasi kepada pasien tentang penyakitnya dan cara-cara penularan dan
edukasi kepada pasien mengenai kebersihan diri dan lingkungan dengan cara
pendekatan komunikasi dokter dan pasien yang islami.
DAFTAR PUSTAKA
22