Anda di halaman 1dari 28

Laporan Kasus

DAKRIOSISTITIS
AKUT
Pangeran Baso, S.Ked
10542 0420 12

Pembimbing :

dr. Rahasia Taufik, Sp. M (K)


PENDAHULUAN
■ Sistem lakrimal terdiri dari dua bagian, yaitu sistem sekresi yang
berupa kelenjar lakrimal dan sistem ekskresi.

■ Saat seseorang mengeluhkan air mata yang berlebih maka harus


dianalisa apakah masalah tersebut terjadi akibat peningkatan produksi
air mata atau lakrimasi ataukah terjadi penurunan jumlah yang melalui
sistem drainase
■ Tersumbatnya aliran air mata secara patologis menyebabkan
terjadinya peradangan pada sakus lakrimal yang biasa disebut
dengan dakriosistitis.

■ Sistem eksresi lakrimal cenderung mudah terjadi infeksi dan


inflamas, membran mukosa pada saluran ini terdiri dari dua
permukaan yang saling bersinggungan, yaitu mukosa konjungtiva
dan mukosa nasal, di mana pada keadaan normal pun sudah terdapat
koloni bakteri.
Laporan Kasus
A. IDENTITAS PASIEN

■ Nama : Ny. L

■ Jenis Kelamin : Perempuan

■ Umur : 37 tahun

■ Agama : Islam

■ Alamat : Kodingareng

■ No.RM : 11 54 37

■ Tgl.Pemeriksaan : Senin, 22 Oktober 2018

■ Tempat Pemeriksaan : Balai Kesehatan Mata Masyarakat Makassar


Anamnesis
a. Keluhan Utama : Mata berair dan bengkak

b. Anamnesis Terpimpin :

Seorang pasien perempuan 37 tahun, datang ke Poli Mata Balai Kesehatan Mata Masyarakat Makassar
dengan keluhan mata kiri berair. Keluhan ini ini dirasakan sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu. Kadang
disertai dengan keluar kotoran dari mata kiri. Pasien juga mengeluhkan bengkak dibagian bawah mata
yang disertai dengan rasa nyeri saat ditekan dan kadang memerah. Pasien tidak merasakan gatal ataupun
ada rasa silau. Riwayat penyakit dahulu (-), riwayat penyakit keluarga (-), riwayat pemakaian kacamata (-),
riwayat pengobatan (-)
c. Status General
■ Kesadaran : Kuantitatif : Composmentis.
Kualitatif : Baik, tidak berubah.
■ Tekanan Darah : Tidak diperiksa
■ Nadi : Tidak diperiksa
■ Suhu : Tidak diperiksa
■ Respirasi Rate : Tidak diperiksa
Status Oftalmologi
OD OS

Palpebra Edema (-) Edema (+)


Silia Sekret (-) Sekret (-)
Apparatus Lakrimalis Lakrimasi (-) Lakrimasi (+)

Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)

Bola Mata Normal Normal


Normal ke segala arah
Normal ke segala arah
Mekanisme Muskular

Kesan jernih
Kesan jernih
Kornea
Bilik Mata Depan Kesan Normal Kesan Normal

Iris Coklat Coklat


Pupil Kesan Bulat Kesan Bulat

Lensa Jernih Jernih


Palpasi OD OS

TIO Tn Tn

Nyeri tekan (-) (+)

Massa Tumor (-) (-)


A. Tonometri : Tidak dilakukan
B. Visus : VOD 20/20, VOS 20/40
C. Pemeriksaan Slit Lamp : Tidak dilakukan Tidak dilakukan
SLOD : Konjungtiva hiperemis (-), Glandula pre-aurikuler
pemeriksaan pemeriksaan
kornea tampak jernih, BMD kesan
normal, iris coklat kripte, pupil bulat
sentral, RC (+), lensa jernih.
D. Pemeriksaan Funduskopi
SLOS : Konjungtiva hiperemis (-),
FOD : tidak dilakukan pemeriksaan funduskopi
kornea jernih, BMD kesan normal,
iris coklat kripte, pupil bulat sentral, FOS : tidak dilakukan pemeriksaan funduskopi
RC (+), lensa jernih.
RESUME
Seorang pasien perempuan 37 tahun, datang ke Poli Mata Balai Kesehatan Mata
Masyarakat Makassar dengan keluhan mata kiri berair. Keluhan ini ini dirasakan sejak kurang lebih
1 bulan yang lalu. Kadang disertai dengan keluar kotoran dari mata kiri. Pasien juga mengeluhkan
bengkak dibagian bawah mata dan di bagian mata yang disekitar hidung, yang disertai dengan
rasa nyeri dan kadang memerah. Pasien tidak merasakan gatal ataupun ada rasa silau. Riwayat
penyakit dahulu HT (-), DM (-), Kolesterol (-). Riwayat Penyakit Keluarga tidak ada, Riwayat
pemakaian kacamata tidak ada, Riwayat Pengobatan tidak ada.

Pada inspeksi ditemukan adanya mata kiri berair, dan kadang disertai sekret, bengkak
pada palpebra inferior dan bengkak pada punctum/duktus lakrimalis. Pada palpasi didapatkan nyeri
tekan. Pada pemeriksaan visus ditemukan VOD : 20/20 dan VOS : 20/40, pada pemeriksaan
slitlamp ODS tidak ditemukan konjungtiva hiperemis, kornea jernih, BMD kesan normal, iris coklat
kripte, pupil bulat sentral, ada Refleks Cahaya, lensa jernih.
Penatalaksanaan
1) Non Medikamentosa
■ Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya, rencana
pengobatan, serta komplikasi yang dapat terjadi.
■ Menyarankan menghindari debu, paparan sinar matahari, serta
mengucek-ngucek matanya
■ Kompres menggunakan air hangat pada daerah yang bengkak
■ Rujuk ke RS Wahidin Sudirohusodo, untuk CT Scan

2) Medikamentosa
■ Oral :
Ciprofloxacin 500 mg 2x1
Methylprednisolon 4 mg 3x1
Asam Mefenamat 500 mg 3x1
■ Topikal :
Cendo LFX (Levofloxacin) 6 x 1 tetes OS
PEMBAHASAN
■ Sistem lakrimal terdiri dari dua bagian, yaitu
sistem sekresi yang berupa kelenjar lakrimalis dan
sistem ekskresi yang terdiri dari punctum
lakrimalis, kanalis lakrimalis, sakus lakrimalis,
duktus nasolakrimalis, dan meatus inferior.
■ Kelenjar lakrimalis terletak pada bagian lateral
atas mata
■ Dari kelenjar ini, air mata diproduksi dan
kemudian dialirkan melalui 8-12 duktus kecil yang
mengarah ke bagian lateral dari fornix konjungtiva
superior dan di sini air mata akan disebar ke
seluruh permukaan bola mata oleh kedipan
kelopak mata.
■ Selanjutnya, air mata akan dialirkan ke dua kanalis lakrimalis,
superior dan inferior, kemudian menuju ke punctum lakrimalis
yang terlihat sebagai penonjolan kecil pada kantus medial.

■ . Setelah itu, air mata akan mengalir ke dalam sakus lakrimalis


yang terlihat sebagai cekungan kecil pada permukaan orbita.

■ Dari sini, air mata akan mengalir ke duktus nasolakrimalis dan


bermuara pada meatus nasal bagian inferior. Dalam keadaan
normal, duktus ini memiliki panjang sekitar 12 mm dan berada
pada sebuah saluran pada dinding medial orbita.
Dakriosistitis
■ Dakriosistitis adalah peradangan pada sakus lakrimalis akibat adanya
obstruksi pada duktus nasolakrimalis.

■ Penyakit ini sering ditemukan pada anak-anak atau orang dewasa di


atas 40 tahun,

■ Jarang ditemukan pada orang dewasa usia pertengahan kecuali bila


didahului dengan infeksi jamur.
■ Dakriosistitis pada bayi yang baru lahir jarang terjadi, hanya sekitar

1% dari jumlah kelahiran yang ada dan jumlahnya hampir sama

antara laki-laki dan perempuan.

■ Pada individu dengan kepala berbentuk brachycepalic memiliki

insidensi yang tinggi mengalami dakriosistitis dibandingkan dengan

individu dengan kepala berbentuk dolichocephalic atau mesosephalic


ETIOLOGI
Beberapa faktor penyebab obstruksi :

 Terdapat benda yang menutupi lumen duktus, seperti


pengendapan kalsium, atau koloni jamur yang mengelilingi
suatu korpus alienum.

 Terjadi striktur atau kongesti pada dinding duktus.

 Penekanan dari luar oleh karena terjadi fraktur atau adanya


tumor pada sinus maksilaris.

 Obstruksi akibat adanya deviasi septum atau polip.


■ Dakriosistitis disebabkan oleh bakteri Gram positif maupun Gram
negatif. Bakteri Gram positif Staphylococcus aureus merupakan
penyebab utama terjadinya infeksi pada dakriosistitis akut,
sedangkan Coagulase Negative-Staphylococcus merupakan
penyebab utama terjadinya infeksi pada dakriosistitis kronis.

■ Dakriosistitis akut pada anak-anak sering disebabkan oleh


Haemophylus influenzae
Klasifikasi
Berdasarkan perjalanan penyakitnya, dibedakan menjadi
3 jenis :

1. AKUT

Mengeluh nyeri di daerah kantus medial yang


menyebar ke daerah dahi, orbita sebelah dalam dan
gigi bagian depan. Sakus lakrimalis akan terlihat
edema, lunak dan hiperemi yang menyebar sampai ke
kelopak mata. Jika sakus lakrimalis ditekan, maka
yang keluar adalah sekret mukopurulen.
2. KRONIS

Gejala klinis yang dominan adalah lakrimasi


yang berlebihan terutama bila terkena angin.
Dapat disertai tanda-tanda inflamasi yang
ringan, namun jarang disertai nyeri. Bila
kantung air mata ditekan akan keluar sekret
yang mukoid dengan pus di daerah punctum
lakrimal dan palpebra yang melekat satu
dengan lainnya.
3. KONGENITAL

Pada dakriosistitis kongenital biasanya ibu


pasien akan mengeluh mata pasien merah
pada satu sisi, bengkak pada daerah
pangkal hidung dan keluar air mata diikuti
dengan keluarnya nanah terus-menerus.
Bila bagian yang bengkak tersebut ditekan
pasien akan merasa kesakitan
Patofisiologi
1) Tahap obstruksi
Pada tahap ini, baru saja terjadi obstruksi pada sakus lakrimalis,
sehingga yang keluar hanyalah air mata yang berlebihan.
2) Tahap Infeksi
Pada tahap ini, yang keluar adalah cairan yang bersifat mukus,
mukopurulen, atau purulent tergantung pada organisme
penyebabnya.
3) Tahap Sikatrik
Pada tahap ini sudah tidak ada regurgitasi air mata maupun pus
lagi. Hal ini dikarenakan sekret yang terbentuk tertahan di dalam
sakus sehingga membentuk suatu kista.
Diagnosis
1. Anamnesis

2. Pemeriksaan fisik,

a) Dye dissapearance test (DDT) dilakukan


dengan meneteskan zat warna fluorescein
2% pada kedua mata, masing-masing 1 tetes.
Kemudian permukaan kedua mata dilihat
dengan slit lamp. Jika ada obstruksi pada
salah satu mata akan memperlihatkan
gambaran seperti di bawah ini.
b) Fluorescein clearance test, melihat fungsi saluran ekskresi
lakrimal. Meneteskan fluorescein 2% pada mata yang dicurigai
mengalami obstruksi pada duktus nasolakrimalisnya. Setelah itu
pasien diminta berkedip beberapa kali dan pada akhir menit ke-6
pasien diminta untuk beringus (bersin) dan menyekanya dengan
tissue. Jika pada tissue didapati zat warna, berarti duktus
nasolakrimalis tidak mengalami obstruksi.
c) Jones Test 1, mata pasien yang dicurigai mengalami obstruksi pada
duktus nasolakrimalisnya ditetesi zat warna fluorescein 2%
sebanyak 1-2 tetes. Kemudian kapas yang sudah ditetesi pantokain
dimasukkan ke meatus nasal inferior dan ditunggu selama 3 menit.
Jika kapas yang dikeluarkan berwarna hijau berarti tidak ada
obstruksi pada duktus nasolakrimalisnya. Jones Test 2, akan tetapi
jika pada menit ke-5 tidak didapatkan kapas dengan bercak
berwarna hijau maka dilakukan irigasi pada sakus lakrimalisnya. Bila
setelah 2 menit didapatkan zat warna hijau pada kapas, maka dapat
dipastikan fungsi sistem lakrimalnya dalam keadaan baik.
d) Anel test merupakan suatu pemeriksaan untuk menilai
fungsi ekskresi air mata ke dalam rongga hidung. Tes ini
dikatakan positif bila ada reaksi menelan. Hal ini
menunjukkan bahwa fungsi sistem ekskresi lakrimal
normal.
e) Probing test bertujuan untuk menentukan letak obstruksi
pada saluran ekskresi air mata dengan cara memasukkan
sonde ke dalam saluran air mata. Pada tes ini, punctum
lakrimal dilebarkan dengan dilator, kemudian probe
dimasukkan ke dalam sackus lakrimal. Jika probe yang
bisa masuk panjangnya lebi dari 8 mm berarti kanalis
dalam keadaan normal, tapi jika yang masuk kurang 8 mm
berarti ada obstruksi.
3. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan penunjang juga memiliki peranan penting dalan penegakkan
diagnosis dakriosistitis. CT scan sangat berguna untuk mencari tahu
penyebab obstruksi pada dakriosistitis terutama akibat adanya suatu
massa atau keganasan.

b) Dakriositografi adalah tindakan pemberian kontras radioopak melalui


injeksi (ethiozed oil) ke kanalikuli lalu dilakukan pengambilan gambar.
Tindakan ini diindikasikan untuk mengkonfirmasi ketepatan lokasi
obstruksi drainase lakrimal untuk dilakukan pembedahan. Tindakan ini
tidak dapat dilakukan apabila terdapat infeksi akut.
Penatalaksanaan
a) Pada orang dewasa, dakriosistitis akut diterapi dengan

■ Kompres air hangat pada daerah sakus yang terkena dalam frekuensi
yang cukup sering

■ Amoxicillin dan chepalosporine (cephalexin 500 mg p.o. tiap 6 jam) juga


merupakan pilihan antibiotik sistemik yang baik untuk orang dewasa.

■ Untuk mengatasi nyeri dan radang, dapat diberikan analgesik oral


(acetaminofen atau ibuprofen)

■ Bila terjadi abses dapat dilakukan insisi dan drainase.


b) Dakriosistitis kronis pada orang dewasa dapat diterapi
dengan cara melakukan irigasi dengan antibiotik. Sumbatan
duktus nasolakrimal dapat diperbaiki dengan cara pembedahan
jika sudah tidak radang lagi.

c) Dakriosistitis pada anak (neonatus) dapat dilakukan dengan


masase kantong air mata ke arah pangkal hidung. Dapat juga
diberikan antibiotik amoxicillin/clavulanate atau cefaclor 20-40
mg/kgBB/hari dibagi dalam tiga dosis dan dapat pula diberikan
antibiotik topikal dalam bentuk tetes (moxifloxacin 0,5% atau
azithromycin 1%)
■ Penatalaksaan dakriosistitis dengan pembedahan bertujuan
untuk mengurangi angka rekurensi. Prosedur pembedahan
yang sering dilakukan pada dakriosistitis adalah
dacryocystorhinostomy (DCR). Di mana pada DCR ini
dibuat suatu hubungan langsung antara sistem drainase
lakrimal dengan cavum nasal dengan cara melakukan
bypass pada kantung air mata.

Anda mungkin juga menyukai