Anda di halaman 1dari 7

2.

3 Aspirasi Mekonium
A. Definisi
Mekonium adalah kotoran intestinal yang berbentuk cairan kental berwarna hijau gelap
yang terdiri dari sel epitel usus, lanugo, lendir dan skeresi usus (misalnya: cairan empedu) yang
dikeluarkan pertama kali oleh bayi baru lahir. Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan nafas
pada bayi baru lahir akibat aspirasi cairan amnion bercampur mekonium yang menyebabkan
gangguan pada saluran napas bayi baru lahir. (2,4,5,9)

B. Etiologi
Faktor yang mendorong pengeluaran mekonium intrauterin adalah sebagai berikut(2,5):
- Insufusiensi plasenta
- Hipertensi maternal
- Preeklamsia
- Oligohidramnion
- Pengguaan obat-obatan semasa kehamilan, terutama tembakau dan kokain
- Infeksi maternal / korioamnionitis
- Hipoksia fetus

C. Epidemiologi
Cairan amnion bercampur mekonium terjadi pada 10-20% proses persalinan dan
kebanyakan terjadi pada gestasi cukup bulan atau lebih bulan. Aspirasi mekonium sangat
jarang sekali ditemukan pada bayi kurang bulan. Aspirasi mekonium terjadi pada sekitar
5-10% pada persalinan dengan cairan amnion bercampur mekonium. Dari seluruh kasus
sekitar 33% membutuhkan alat bantu napas, dan 5-10 % kasus berakibat pada kematian.
(4,5,9)

D. Patofisiologi
Dalam rahim pengeluaran mekonium dihasilkan dari rangsangan saraf dari saluran
gastrointestinal yang telah matang dan biasanya akibat dari stress hipoksia fetus. Begitu fetus
mencapai aterm, traktus gastrointestinal menjadi matang, dan stimulasi vagus dari kompresi

kepala atau saraf tulang belakang dapat menyebabkan peristaltik dan relaksasi sfingter anus
menyebabkan keluarnya mekonium.
Mekonium mengubah cairan amnion secara langsung, menurunkan aktivitas antibakteri
dan selanjutnya meningkatkan resiko infeksi bakteri perinatal. Mekonium juga mengiritasi kulit
fetus, karena itu meningkatkan insidensi eritema toksikum. Namun, komplikasi paling berat dari
pengeluaran mekonium intrauterin adalah aspirasi sebelum, selama, dan sesudah kelahiran.
Aspirasi menyebabkan hipoksia melalui 4 efek mayor : obstruksi jalan nafas, disfungsi surfaktan,
pneumonitis kimia, dan hipertensi pulmonal.(5,9)
a. Obstruksi Jalan Nafas
Obstruksi jalan nafas total oleh mekonium menyebabkan atelektasis. Obstruksi parsial
menyebabkan udara terperangkap dan hiperdistensi alveoli, umumnya dikenal dengan istilah
ball-valve effect. Hiperdistensi alveoli terjadi dari ekspansi jalan nafas selama inhalasi dan
kolaps jalan nafas sekitar mekonium yang mengeras pada jalan nafas, menyebabkan tahanan
meningkat selama ekspirasi. Udara yang terperangkap (paru hiperinflasi) dapat pecah ke pleura
(pnemotoraks), mediastinum (pneumomediastinum), atau pericardium (pneumoperikardium).
b. Disfungsi Surfaktan
Mekonium mendeaktivasi surfaktan dan dapat menghambat sintesis surfaktan. Beberapa
komponen mekonium, terutama asam lemak bebas (misalnya : palmatic, stearic, oleic), memiliki
tekanan permukaan yang lebih minimal dibanding surfaktan dan menyebabkan atelektasis luas.
c. Pneumonitis Kimia
Enzim, asam empedu, dan lemak pada mekonium mengiritasi saluran nafas dan
parenkim, menyebabkan pelepasan sitokin (termasuk TNF, IL-6, IL-8, IL-13, IL-1AY) dan
menyebabkan pneumonitis luas yang dapat dimulai dalam beberapa jam setelah aspirasi.
Semua efek pulmonari ini dapat menghasilkan ventilation-perfusion (V/Q) mismatch.
d. Hipertensi Pulmonal Persisten pada Bayi Baru Lahir (PPHN)
Banyak bayi dengan sindrom aspirasi mekonium memiliki hipertensi pulmonal persisten pada
bayi baru lahir (PPHN) sebagai akibat dari stress intrauterin kronik dan penebalan pembuluh
darah pulmonal. PPHN kemudian menyebabkan hipoksemia yang sebabkan oleh sindrom
aspirasi mekonium. Akhirnya, walaupun mekonium steril, kehadirannya pada saluran nafas dapat
menjadi predisposisi terjadinya infeksi pulmonal pada bayi.

Gambar 1. Patofisiologi pengeluaran mekonium dan sindrom aspirasi mekoium.(5)

E. Gejala Klinis
Adanya mekonium dalam air ketuban dibutuhkan untuk menyebabkan sindrom aspirasi
mekonium, tapi tidak semua neonatus dengan air ketuban bercampur mekonium mengalami
sindrom aspirasi mekonium. Adanya mekonium yang kental pada cairan amnion meningkatkan
kecenderungan terjadinya aspirasi.(5,10)
Pembersihan mekonium dari saluran nafas yang tidak adekuat sebelum nafas pertama dan
penggunaan ventilasi tekanan positif sebelum membersihkan jalan nafas dari mekonium
meningkatkan kecenderungan neonatus mengalami sindrom aspirasi mekonium. Urin berwarna
hijau dapat terjadi pada bayi baru lahir dengan sindrom aspirasi mekonium kurang dari 24 jam
setelah kelahiran. Pigmen mekonium dapat diserap oleh paru dan dieksresikan melalui urin.
Bayi dengan aspirasi mekonium sering menunjukkan tanda postmaturitas yaitu, kecil
masa kehamilan, kuku panjang, kulit terkelupas dan kulit berwarna kuning kehijauan dapat
ditemukan. (10)

Diagnosis sindrom aspirasi mekonium membutuhkan adanya air ketuban atau neonatus
bercampur mekonium, distress pernafasan, dan kelainan radiografi.

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan berikut diindikasikan pada tersangka sindrom aspirasi mekonium :
1. Darah perifer lengkap dan septic workup untuk menyingkirkan infeksi
2. Analisa gas darah menunjukkan hiposemia. Hiperventilasi mengakibatkan alkalosis
respiratorik pada kasus ringan, tetapi pada kasus berat akan mengakibatkan alkalosis
respiratorik
3. Foto thoraks menunjukkan hiperinflasi, diafragma mendatar, dan infiltrate
kasar/bercak ireguler. Dapat ditemukan pneumothoraks atau pneumomediastinum
4. Ekokardiografi diperlukan bila terjadi persistent pulmonary hypertension of the
newborn (PPHN)

Gambar: Foto Thoraks menunjukkan hiperinflasi dan infiltrat

G. Tatalaksana
A. Tata laksana bayi dengan cairan amnion bercampur mekonium di ruang persalinan
1. Nilai konsistensi mekonium. Kejadian MAS meningkat seiring dengan peningkatan
konsistensi mekonium.

2. Rekomendasi bahwa dokter kebidanan harus membersihkan hidung dan orofaring bayi
sebelum melahirkan bahu atau dada, tidak dianjurkan lagi. Jika ditemukan mekonium
pada cairan ketuban, bayi harus segera diserahkan kepada dokter anak untuk
dibersihkan (AAP 2009).
3. Pada penilaian awal sebuah persalinan dengan ketuban bercampur mekonium, dokter
anak harus menentukan apakah bayi bugar atau tidak. Bayi dikatakan bugar bila
frekuensi denyut jantung >100 kali/menit, bernapas spontan, dan tonus baik (bergerak
spontan atau fleksi ekstremitas).
a. Bila bayi bugar, berikan perawatan rutin tanpa memandang konsistensi mekonium.
b. Bila terdapat distres pernapasan, lakukan laringoskopi direk dan pengisapan
intratrakeal (menggunakan aspirator mekonium).
4. Bayi yang dilahirkan dengan ketuban bercampur mekonium, sebanyak 20-30% akan
mengalami depresi saat melalui perineum. Pada kasus ini, intubasi menggunakan
laringoskop sebaiknya dilakukan sebelum usaha napas dimulai. Setelah intubasi, pipa
endotrakeal dihubungkan dengan mesin pengisap. Prosedur ini diulangi sampai trakea
bersih atau bila resusitasi harus dimulai. Visualisasi pita suara tanpa melakukan
pengisapan tidak dianjurkan karena mekonium masih mungkin berada di bawah pita
suara. Ventilasi tekanan positif sebisa mungkin dihindari sampai pengisapan trakea
selesai. Kondisi umum bayi tidak boleh diabaikan selama melakukan pengisapan
trakea. Pengisapan trakea harus dilakukan dengan cepat dan ventilasi harus segera
dimulai sebelum terjadi bradikardi.
B. Tata laksana MAS
Walaupun telah dilakukan pengisapan trakea, bayi yang mengalami distres intrapartum
masih berisiko mengalami MAS dan harus dipantau secara ketat.16 Aspirasi
Mekonium
1. Perawatan rutin. Distres sering mengakibatkan abnormalitas metabolik seperti
hipoksia, asidosis, hipoglikemia, dan hipokalsemia. Koreksi abnormalitas metabolik
bila diperlukan. Cairan harus direstriksi untuk mencegah edema serebri dan paru.
2. Pemantauan saturasi oksigen. Pulse oxymetri dapat dijadikan pemeriksaan awal
untuk mendeteksi PPHN dengan membandingkan saturasi oksigen pada lengan
kanan dengan saturasi oksigen pada ekstremitas bawah.
3. Obstruksi. Pada bayi dengan aspirasi mekonium berat, dapat terjadi obstruksi
mekanik saluran napas dan pneumonitis kimia. Atelektasis dan inflamasi yang terus

berjalan serta terbentuknya pirau ekstrapulmonar akan memperburuk mismatch


ventilasi-perfusi dan mengakibatkan hipoksemia berat.
4. Hipoksemia. Tata laksana hipoksemia adalah meningkatkan konsentrasi oksigen
inspirasi dengan pemantauan analisis gas darah dan pH. Bayi harus mendapat
oksigen yang adekuat karena hipoksia berulang mengakibatkan vasokonstriksi paru
dan selanjutnya dapat menyebabkan PPHN.
5. Ventilasi mekanik. Ventilasi mekanik terindikasi bila PaCO2 >60 mmHg atau
terdapat hipoksemia persisten (PaO2 <50 mmHg). Pada kasus berat, seringkali
dibutuhkan inspiratory pressure yang lebih tinggi dibandingkan kasus sindrom
gawat napas. Waktu ekspirasi yang cukup harus diberikan untuk mencegah air
trapping akibat obstruksi parsial saluran napas. Bayi dengan MAS berat yang tidak
berespons dengan ventilator konvensional dan yang mengalami air leak syndrome
mungkin membutuhkan high frequency oscillatory ventilator.
6. Medikamentosa.
a. Antibiotik. Seringkali sulit untuk membedakan antara pneumonia bakterial dan
MAS hanya berdasarkan temuan klinis dan foto toraks. Walaupun beberapa bayi
dengan MAS juga mengalami infeksi, penggunaan antibiotik spektrum luas
terindikasi hanya pada kasus dengan infiltrat pada foto toraks. Kultur darah darus
dilakukan untuk mengidentifikasi etiologi dan mengevaluasi keberhasilan terapi
antibiotik.
b. Surfaktan. Mekonium menghambat aktivitas surfaktan endogen. Terapi
surfaktan dapat meningkatkan oksigenasi, menurunkan komplikasi pulmonal, dan
menurunkan kebutuhan ECMO (extracorporeal membrane oxygenation).
Surfaktan tidak rutin diberikan untuk kasus MAS, tetapi dapat dipertimbangkan
untuk kasus yang berat dan tidak berespons terhadap terapi standar.
c. Kortikosteroid. Penggunaan kortikosteroid pada MAS tidak dianjurkan.

H. Prognosis
Tingkat kematian pada bayi dengan mekonium lebih tinggi dibandingkan dengan bayi
tanpa mekonium; aspirasi mekonium memberikan proporsi yang signifikan terhadap kematian
bayi. Masalah paru residual jarang terjadi, namun batuk, mengi, dan hiperinflasi persisten
dapat terjadi 5-10 tahun. Bayi dengan penyakit yang berat memiliki resiko sebesar 50%
mengalami penyakit jalan nafas pada 6 bulan pertama kehidupan. (5)

Prognosis bergantung pada kerusakan susunan saraf pusat akibat asfiksia dan adanya
masalah yang berhubungan seperti hipertensi pulmonal. (5) Kejadian prenatal dan intrapartum
yang merangsang pengeluaran mekonium dapat menyebabkan bayi mengalami defisit neurologis
jangka panjang, termasuk kerusakan sistem saraf pusat, retardasi mental dan serebral palsi.(5,10)

Anda mungkin juga menyukai