Anda di halaman 1dari 3

PANDUAN PRAKTEK KLINIS

SMF ANAK
2021

ASPIRASI MEKONIUM

1. Pengertian Hipoksia akut maupun kronik dapat mengakibatkan keluarnya mekonium


(Definisi) intrauterin.Sindrom aspirasi mekonium (meconium aspiration syndrome.MAS)
disebabkan aspirasi cairan amnion yang mengandung mekonium.
Derajat keparahan MAS berkaitan dengan derajat asfiksia dan jumlah
mekonium yang teraspirasi. Mekonium yang teraspirasi juga menyebabkan
obstruksi jalan napas akut, peningkatan resistensi jalan napas, atelektasis, dan
hiperekspansi yang disebabkan oleh mekanisme ball-valve.Fase obstruksi
diikuti dengan fase inflamasi 12-24 jam sesudahnya yang mengakibatkan
kerusakan Iebih lanjut. Aspirasi cairan lain (misalnya darah atau cairan
amnion) mengakibatkan kerusakan yang sama tetapi lebih ringan.
2. Anamnesis - Riwayat kehamilan dan persalinan ibu, seperti umur kehamilan, kehamilan
keberapa beserta factor resikonya.
- Riwayat fetal disress.
3. Pemeriksaan Fisik - Terdapatnya mekonium pada ketuban
- Dijumpai mekonium saat pemeriksaan trachea.
- Didapatkan “meconium stain” pada tali pusat, kuku ataupun kulit bayi
- Bayi mengalami asfiksia
4. Kriteria Diagnosis Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
5. Diagnosis ASPIRASI MEKONIUM
6. Diagnosis Banding - Asfiksia Neonatorum
- Hyalin membrane Disease
- PPHN (persistent pulmonary hypertension of the newborn)
7. Pemeriksaan a. Darah perifer lengkap dan septik work-up untuk menyingkirkan infeksi.
Penunjang b. Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia. Hiperventilasi mengakibatkan
alkalosis repiratorik pada kasus ringan, tetapi pada kasus berat akan
mengakibatkan asidosis respiratorik.
c. Foto toraks menunjukkan hiperinflasi, diafragma mendatar, dan infiltrat
kasar / bercak iregular. Dapat ditemukan pneumotoraks atau
pneumomediastinum.
d. Ekokardiografi diperlukan bila diduga terjadi persistent pulmonary
hypertension of the newborn (PPHN).
8. Terapi Tata laksana
A. Tata laksana bayi dengan cairan amnion bercampur mekonium di ruang
persalinan
1. Nilai konsistensi mekonium. Kejadian MAS meningkat seiring dengan
peningkatan konsistensi mekonium.
2. Rekomendasi bahwa dokter kebidanan harus membersihkan hidung
dan orofaring bayi sebelum melahirkan bahu atau dada, tidak
dianjurkan lagi. Jika ditemukan mekonium pada cairan ketuban, bayi
harus segera diserahkan kepada dokter anak untuk dibersihkan (AAP
2009).
3. Pada penilaian awal sebuah persalinan dengan ketuban bercampur
mekonium, dokter anak harus menentukan apakah bayi bugar atau
tidak. Bayi dikatakan bugar bila frekuensi denyut jantung >100
kali/menit, bernapas spontan, dan tonus baik (bergerak spontan atau
fleksi ekstremitas).
a. Bila bayi bugar, berikan perawatan rutin tanpa memandang
konsistensi mekonium.
b. Bila terdapat distres pernapasan, lakukan laringoskopi direk dan
pengisapan intratrakeal (menggunakan aspirator mekonium).
4. Bayi yang dilahirkan dengan ketuban bercampur mekonium, sebanyak
20-30% akan mengalami depresi saat melalui perineum. Pada kasus ini,
intubasi menggunakan laringoskop sebaiknya dilakukan sebelum usaha
napas dimulai. Setelah intubasi, pipa endotrakeal dihubungkan dengan
mesin pengisap. Prosedur ini diulangi sampai trakea bersih atau bila
resusitasi harus dimulai. Visualisasi pita suara tanpa melakukan
pengisapan tidak dianjurkan karena mekonium masih mungkin berada
di bawah pita suara. Ventilasi tekanan positif sebisa mungkin dihindari
sampai pengisapan trakea selesai. Kondisi umum bayi tidak boleh
diabaikan selama melakukan pengisapan trakea. Pengisapan trakea
harus dilakukan dengan cepat dan ventilasi harus segera dimulai
sebelum terjadi bradikardi.

B. Tata laksana MAS

Walaupun telah dilakukan pengisapan trakea, bayi yang mengalami distres


intrapartum masih berisiko mengalami MAS dan harus dipantau secara
ketat.
1. Perawatan rutin. Distres sering mengakibatkan abnormalitas metabolik
seperti hipoksia, asidosis, hipoglikemia, dan hipokalsemia. Koreksi
abnormalitas metabolik bila diperlukan. Cairan harus direstriksi untuk
mencegah edema serebri dan paru.
2. Pemantauan saturasi oksigen. Pulse oxymetri dapat dijadikan
pemeriksaan awal untuk mendeteksi PPHN dengan membandingkan
saturasi oksigen pada lengan kanan dengan saturasi oksigen pada
ekstremitas bawah.
3. Obstruksi. Pada bayi dengan aspirasi mekonium berat, dapat terjadi
obstruksi mekanik saluran napas dan pneumonitis kimia. Atelektasis
dan inflamasi yang terus berjalan serta terbentuknya pirau
ekstrapulmonar akan memperburuk mismatch ventilasi-perfusi dan
mengakibatkan hipoksemia berat.
4. Hipoksemia. Tata laksana hipoksemia adalah meningkatkan konsentrasi
oksigen inspirasi dengan pemantauan analisis gas darah dan pH. Bayi
harus mendapat oksigen yang adekuat karena hipoksia berulang
mengakibatkan vasokonstriksi paru dan selanjutnya dapat
menyebabkan PPHN.
5. Ventilasi mekanik. Ventilasi mekanik terindikasi bila PaCO2 >60 mmHg
atau terdapat hipoksemia persisten (PₐO₂ < 50 mmHg). Pada kasus
berat, seringkali dibutuhkan inspiratory pressure yang lebih tinggi
dibandingkan kasus sindrom gawat napas. Waktu ekspirasi yang cukup
harus diberikan untuk mencegah air trapping akibat obstruksi parsial
saluran napas. Bayi dengan MAS berat yang tidak berespons dengan
ventilator konvensional dan yang mengalami air leak syndrome
mungkin membutuhkan high frequency oscillatory ventilator.

6. Medikamentosa.
a. Antibiotik. Seringkali sulit untuk membedakan antara pneumonia
bakterial dan MAS hanya berdasarkan temuan klinis dan foto toraks.
Walaupun beberapa bayi dengan MAS juga mengalami infeksi,
penggunaan antibiotik spektrum luas terindikasi hanya pada kasus
dengan infiltrat pada foto toraks. Kultur darah darus dilakukan
untuk mengidentifikasi etiologi dan mengevaluasi keberhasilan
terapi antibiotik.
b. Surfaktan. Mekonium menghambat aktivitas surfaktan endogen.
Terapi surfaktan dapat meningkatkan oksigenasi, menurunkan
komplikasi pulmonal, dan menurunkan kebutuhan ECMO
(extracorporeal membrane oxygenation). Surfaktan tidak rutin
diberikan untuk kasus MAS, tetapi dapat dipertimbangkan untuk
kasus yang berat dan tidak berespons terhadap terapi standar.
c. Kortikosteroid. Penggunaan kortikosteroid pada MAS tidak
dianjurkan
9. Edukasi a. Resiko perburukan kondisi sampai dengan kematian
b. Resiko gejala sisa pada pasien yang mengalami perbaikan seperti resiko
bronchopeumony disflagia dan gangguan neurologis
10. Prognosis a. Dengan kemajuan terapi seperti pemberian surfaktan, high frequency
ventilation, inhalasi nitrit oksida, dan ECMO, angka mortalitas dapat
dikurangi sampai <5%.
b. Bronchopulmonary displasia dan penyakit paru kronik merupakan sekuele
akibat ventilasi mekanik jangka panjang.
c. Sekuele neurologik sering terjadi pada kasus asfiksia berat
11. Penelaah Kritis SMF Anak
12. Indikator Medis
13. Kepustakaan a. Harris l.L $tark AR. Meconium aspiration. Dalam: Cloherty JP, Eichenwald
EC. Stark AR. penyunvng. Manual of neonatal care.Edisi ke-6. Philadelphia:
Lippincot Williams &Wilkins;2008. h.403-6.
b. Gomella TLCunningham D.Eyal FG.Neonatology: managemertt
proccdures.on-call problems,disease. arid drugs. Edisi ke-6. New York:
tlcGraw-Hill;2009.
c. WiswellTE.Gannon CM.JacobJ.Goldsmith LSzyId E.Weiss K. dkk. Delivery
room management of the apparently vigorous meconium-stained
neonate: results of the multicenter, international collaborative trial.
Pediatrics. 2000:105:1-7.
d. Peter A Dargaville. Beverley Copnell and for the Australian and New
Zealand Neonatal Network. The epidemiology of meconium aspiration
syndrome: incidence, risk factors. therapies. and outcome. Pefiiatrks.
2006; 117; 1712-21.

Anda mungkin juga menyukai