Anda di halaman 1dari 14

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)
Satuan Pendidikan
: SMK Negeri 1 Bantul
Kelas/ Semester
: X/ Genap
Mata pelajaran
: Sejarah Indonesia
Materi Pokok
: Islamisasi dan Silang Budaya Indonesia
Sub Materi Pokok
: Terbentuknya Jaringan Keilmuan di Nusantara
Pertemuan ke: 28
Alokasi Waktu: 2 x 45 menit
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotongroyong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
1.1 Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
2.1 Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada masa
pra aksara, Hindu-Buddha dan Islam
2.3 Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran
sejarah
3.8 Menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan pada
masa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia dan menunjukkan contoh bukti-bukti yang
masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia pada masa kini
4.8 Menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan unsur budaya
yang berkembang pada masa kerajaan Islam dan masih berkelanjutan dalam kehidupan
bangsa Indonesia pada masa kini
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
3.8.3

Menganalisis perkembangan hasil-hasil kebudayaan zaman Kerajaan-kerajaan Islam

3.8.4

Menunjukkan bukti-bukti kehidupan dan hasil budaya Islam yang masih ada sampai
sekarang

D. Tujuan pembelajaran
1. Dengan mengamati media gambar tentang model pendidikan masa kerajaan Islam
(pesantren) peserta didik dapat menganalisis hasil-hasil budaya Islam pada masa sekarang
2. Dengan berdiskusi kelompok peserta didik dapat menganalisis peran Istana dalam
pengembangan tradisi keilmuan Islam di Nusantara
3. Dengan berdiskusi kelompok peserta didik dapat menganalisis perkembangan tradisi
keilmuan Islam di berbagai kerajaan di Nusantara
4. Dengan berdiskusi kelompok peserta didik dapat menganalisis keterkaitan perkembangan
jaringan tradisi keilmuan Islam dengan penyebaran Islam di Nusantara
5. Dengan berdiskusi kelompok peserta didik dapat menganalisis model pelaksanaan
pendidikan Islam pada masa perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara; dan
6. Dengan berdiskusi kelompok peserta didik dapat menyajikan dalam bentuk tulisan
tentang perkembangan jaringan keilmuan Islam di Nusantara.
E. Materi Ajar
1. Peran Istana dalam pengembangan tradisi keilmuan Islam di Nusantara
2. Perkembangan tradisi keilmuan Islam di berbagai kerajaan di Nusantara
3. Keterkaitan perkembangan jaringan tradisi keilmuan Islam dengan penyebaran Islam di
Nusantara
4. Model pelaksanaan pendidikan Islam pada masa perkembanagn kerajaan-kerajaan Islam
di Nusantara
F. Metode Pembelajaran
1. Metode Pembelajaran
2. Pendekatan Pembelajaran
3. Model Pembelajaran

: Diskusi, Ceramah, Tanya Jawab


: Scientific Learning
: Problem Based Learning

G. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan
Pendahulua
n

Alokasi
Waktu
10 menit

Diskripsi
1. Mengucapkan salam dengan ramah.
2. Berdoa sebelum membuka pelajaran.
3. Memeriksa

kehadiran

peserta

didik,

(kerapian

dan

kebersihan ruang kelas, presensi, menyiapkan media dan


alat serta buku yang diperlukan)
4. Mengajukan pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari : Coba
sebutkan kerajaan-kerajaan Islam di Papua dan Nusa
Tenggara?
5. Guru menyampaikan topik tentang Perkembangan Jaringan
Keilmuan Islam di Nusantara.
6. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar
yang akan dicapai.
7. Peserta didik dibagi menjadi delapan kelompok (kelompok I,
II, III, IV, V, VI, VII dan VIII) dengan masing-masing

kelompok anggotanya 3-4 anak


Inti

MENGAMATI
1. Peserta didik mengamati foto masjid besar Aceh, gambar wali
sanga dan beberapa Pesantren
2. Peserta didik membaca buku teks (halaman 181-184) untuk
menemukan perkembangan jaringan keilmuan Islam di
nusantara
MENANYA
Melalui pengamatan dan membaca buku teks (halaman 181184), Guru memberi kesempatan /memotivasi untuk bertanya hal
yang belum diketahui tentang obyek pengamatan, misalnya:
1. Bagaimana peran Istana dalam pengembangan tradisi
keilmuan Islam di Nusantara ?
2. Bagaimana perkembangan tradisi keilmuan islam diberbagai
kerajaan di Nusantara ?
3. Bagaimana keterkaitan perkembangan jaringan tradisi
keilmuan Islam dengan penyebaran Islam di Nusantara ?
4. Bagaimana model pelaksanaan pendidikan Islam pada masa
perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara ?
MENALAR
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, peserta didik
diminta :
a. Siswa mencatat segala sesuatu yang ada pada beberapa
gambar tersebut dan buku yang telah dibaca
b. Siswa diberi arahan untuk menyusun catatannya menjadi
pendapatnya.

MENCOBA
1. Peserta didik melakukan diskusi kelompok :
a. Kelompok I dan II mendiskusikan dan merumuskan
tentang peran Istana dalam pengembangan keilmuan
Islam di Nusantara
b. Kelompok III dan IV mendiskusikan dan merumuskan
tentang perkembangan tradisi keilmuan Islam di
berbagai kerajaan di Nusantara
c. Kelompok V dan VI mendiskusikan dan merumuskan
tentang keterkaitan perkembangan jaringan tradisi
keilmuan Islam dengan penyebaran Islam di Indonesia
d. Kelompok VII dan VIII mendiskusikan dan
merumuskan tentang model pelaksanaan pendidikan
Islam pada masa perkembangan Kerajaan-kerajaan

60 menit

Islam di Nusantara
2. Peserta didik membuat laporan hasil diskusi
MEMBUAT JEJARING
1. Guru meminta perwakilan masing-masing
mempresentasikan hasil

kelompok

diskusinya di depan kelas

dan

kelompok lain menanggapi, tekniknya :


a. Kelompok I dan II panel, kelompok lain bertanya dan
memberikan masukan
b. Kelompok II dan III panel, kelompok lain bertanya dan
memberikan masukan,dan seterusnya
2. Peserta didik mencatat/ menyempurnakan hasil diskusinya
3. Peserta didik membuat laporan hasil dikusi untuk
dikumpulkan
Penutup

1. Peserta didik diberikan ulasan singkat tentang kegiatan 20 menit


pembelajaran dan hasil belanjarnya mana yang sudah baik
dan mana yang masih harus ditingkatkan.
2. Peserta didik dapat ditanyakan apakah sudah memahami
materi tersebut
3. Sebagai refleksi, guru membimbing peserta didik untuk
membuat kesimpulan tentang pelajaran yang baru saja
berlangsung serta menanyakan kepada peserta didik apa
manfaat

yang

diperoleh

setelah

mempelajari

topik

Terbentuknya Jaringan Keilmuan (Islam) di Nusantara.


4. Peserta didik menjawab pertanyaan (acak) secara lisan untuk
mendapatkan umpan balik atas pembelajaran yang baru saja
dilakukan
5. Peserta didik mengerjakan tes tertulis
6. Peserta didik mengumpulkan hasil diskusi kelompok
7. Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk
pertemuan yang akan datang
8. Menutup dengan salam
H. Alat /Bahan/ Sumber Bahan :
1. Alat
: White Board, spidol, LCD, Laptop, Lembar Observasi, Lembar Tugas
2. Sumber Belajar : ---------. 2013. Sejarah Indonesia. Jakarta. Kemendikbud.
3.
I. Penilaian Proses dan Hasil Belajar
1. Teknik : Tes dan Non-Tes
2. Bentuk :
Tes
: Tertulis
Non tes : Penilaian Proyek
3. Instrumen Tes :
Soal Essay
Kerjakan soal berikut ini dengan tepat !
a. Jelaskan peran kesultanan Malaka dalam pengembangan jaringan keilmuan Islam!
b. Pengembangan tradisi keilmuan Islam juga berperan dalam proses integrasi
Nusantara, Jelaskan !
c. Mengapa Samudra Pasai dan Aceh dikenal sebagai Serambi Mekah ?

d. Perkembangan keilmuan Islam juga membantu penyebaran Islam di Nusantara,


Jelaskan !
Kunci Jawaban Tes Essay
a. Peran kesultanan Malaka dalam pengembangan jaringan keilmuan Islam :
Kerajaan Malaka giat melaksanakan pengajian dan pendidikan Islam, hal itu
terbukti dengan berhasilnya kerajaan ini dalam waktu singkat melakukan
perubahan sikap dan konsepsi masyarakat terhadap agama, kebudayaan dan ilmu
pengetahuan.
b. Pengembangan tradisi keilmuan Islam juga berperan dalam proses integrasi
Nusantara : Kerajaan-kerajaan Islam itu telah merintis terwujudnya idiom kultural
yang sama yaitu Islam. Hal itu mendorong terjadinya interaksi budaya yang
makin erat, sehingga akan mempercepat proses integrasi nusantara.
Berkembangnya pendidikan dan pengajaran Islam, telah berhasil menyatukan
wilayah Nusantara yang sangat luas. Dua hal yang mempercepat proses itu yaitu
penggunaan aksara Arab dan bahasa Melayu sebagai bahasa pemersatu (lingua
franca).
c. Samudra Pasai dan Aceh dikenal sebagai Serambi Mekah karena merupakan pusat
pendidikan dan pengajaran agama Islam di Indonesia.
d. Perkembangan keilmuan Islam juga membantu penyebaran Islam di Nusantara
karena Perkembangan pendidikan islam yang didukung penuh oleh kerajaankerajaan Islam tentu sangat membantu penyebaran Islam di Nusantara.
Pedoman Penskoran :
Penskoran
No
.
1
2
3.
4.

Skor
Jawaban benar
Jawaban benar kurang lengkap
Jawaban singkat
Jawaban salah

5
3
2
1

Konversi ke nilai= jml skor x 5, misal jml skor 20 maka nilainya adalah 100
4. Instrumen Non- Tes
1) Lembar pengamatan diskusi (terlampir)
2) Lembar Tugas Membuat Makalah dengan tema Terbentuknya jaringan keilmuan
di Nusantara. Dalam makalah disampaikan juga bagaimana model pendidikan
Islam pada masa perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara, masihkan
keberlanjutannya sampai sekarang ? Upaya kamu untuk menerapkan nilai-nilai
keteladanan dari para tokoh, pemimpin dan ulama zaman kerajaan, jelaskan dan
tunjukkan buktinya melalui gambar-gambar atau foto yang sesuai.

Mengesahkan:
Kepala Sekolah
Pelajaran

Ir. Retno Yuniar Dwi Aryani


Mahmud, S.Pd., M.Eng.

Diverifikasi:
WAKA I

Drs. M. Hannan

Bantul, 15 Juli 2013


Guru
Mata

Windu

NIP. 196106221993032005
197809252005011009

NIP.196409061991021001

NIP.

Lampiran 1
Penilaian Diskusi
Satuan Pendidikan
: SMK Muhammadiyah Imogiri
Kelas/ Semester
: X/ Genap
Mata pelajaran
: Sejarah Indonesia
Materi Pokok
: Islamisasi dan Silang Budaya Indonesia
Sub Materi Pokok
: Terbentuknya Jaringan Keilmuan di Nusantara
Pertemuan ke: 28
Alokasi Waktu: 2 x 45 menit
Komponen Yang Dinilai
No

Nama Siswa

Taggung
jawab

Peduli

Rasa Ingin Tau

Kerjasama

Nilai
KD

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Skor maksimum untuk setiap keterampilan yang dinilai adalah 5, sehingga skor total adalah 25
(5x5). Diubah menjadi nilai dengan dikalikan 4 untuk mendapat nilai bulat (100).
Contoh skor: 18---------nilai= 72 (18x4).
Pembobotan penilaian

a
b

Sikap
Hasil portopolio

: 20
: 60

Tes tertulis

: 20

Total

: 100

Lampiran 2 : Lembar Tugas


LEMBAR TUGAS
Nama Siswa
:.
Nomor
:.
Kelas/ Semester
: X/ Genap
Mata pelajaran
: Sejarah Indonesia
Materi Pokok
: Terbentuknya jaringan keilmuan di Nusantara
Peretemuan ke: 28
Alokasi Waktu: 2 x 45 menit ( 1 x pertemuan )
Membuat Makalah dengan tema Terbentuknya jaringan keilmuan di Nusantara
Dalam makalah disampaikan juga bagaimana model pendidikan Islam pada masa perkembangan
kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara, masihkan keberlanjutannya sampai sekarang ? Upaya
kamu untuk menerapkan nilai-nilai keteladanan dari para tokoh, pemimpin dan ulama zaman
kerajaan, jelaskan dan tunjukkan buktinya melalui gambar-gambar atau foto yang sesuai.
Format Penilaian Makalah
Struktur Makalah

Indikator

Pendahuluan

Isi

Penutup

Jumlah

Menunjukkan dengan tepat isi :


Latar belakang
Rumusan masalah
Tujuan penulisan.
Ketepatan pemilihan materi
Orisinalitas makalah
Mendeskripsikan perkembangan jaringan keilmuan
Islam di Nusantara
Struktur/logika penulisan disusun dengan jelas
sesuai metode yang dipakai
Bahasa yang digunakan sesuai EYD dan
komunikatif
Daftar pustaka yang dapat dipertanggungjawabkan
(Ilmiah)
Menghindari sumber (akun) yang belum dikaji
secara ilmiah
Kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah
Saran relevan dengan kajian, dan berisi pesan
untuk peningkatan kepedulian terhadap hasil-hasil
perkembangan Jaringan Keilmuan Islam di
Nusantara

Nilai

Kriteria Penilaian untuk masing-masing indikator:


Sangat sesuai
Sesuai
Cukup
Kurang

4
3
2
1

Skor perolehan
Nilai

X 100
Skor Maksimal (48)

Lampiran 3
LEMBAR PENILAIAN

Nama

No

Siswa

Makalah

Aspek Yang Dinilai


Sikap
Tanggungjawab,
Bekerjasam
peduli, rasa
a
ingin tau

Tes
Tertulis

Nilai
Akhir

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Catatan :
1

Siswa dikatakan tuntas apabila telah memenuhi standar nilai KKM (KKM = 75)

Apabila siswa belum tuntas,maka harus mengulang dengan materi pada indikator

yang sama
Untuk memperkuat pemahaman setelah pembelajaran peserta didik diberi tugas
membuat kliping dan disusun menjadi portopolio

Lampiran 4 : MATERI
Terbentuknya Jaringan Keilmuan di Nusantara
Pada bagian ini kamu akan memahami hubungan antara Istana sebagai pusat kekuasaan dan
pendidikan. Perkembangan lembaga pendidikan dan pengajaran di masjid-masjid kesultanan

sangat ditentukan oleh dukungan penguasa. Sultan bukan saja mendanai kegiatan-kegiatan
masjid, tetapi juga mendatangkan para ulama, baik dari mancanegara, terutama Timur Tengah,
maupun dari kalangan ulama pribumi sendiri. Para ulama yang kemudian juga difungsikan
sebagai pejabat-pejabat negara, bukan saja memberikan pengajaran agama Islam di masjidmasjid negara, tetapi juga di istana sultan. Para sultan dan pejabat tinggi rupanya juga menimba
ilmu dari para ulama. Seperti halnya yang terjadi di Kerajaan Islam Samudera Pasai dan
Kerajaan Malaka. Ketika Kerajaan Samudera Pasai mengalami kemunduran dalam bidang
politik, tradisi keilmuannya tetap berlanjut. Samudera Pasai terus berfungsi sebagai pusat studi
Islam di Nusantara. Namun, ketika Kerajaan Malaka telah masuk Islam, pusat studi keislaman
tidak lagi hanya dipegang oleh Samudera Pasai. Malaka kemudian juga berkembang sebagai
pusat studi Islam di Asia Tenggara, bahkan mungkin dapat dikatakan berhasil menyainginya.
Kemajuan ekonomi Kerajaan Malaka telah mengundang banyak ulama dari mancanegara untuk
berpartisipasi dengan lebih intensif dalam proses pendidikan dan pembelajaran agama Islam.
Kerajaan Malaka dengan giat melaksanakan pengajian dan pendidikan Islam. Hal itu terbukti
dengan berhasilnya kerajaan ini dalam waktu singkat melakukan perubahan sikap dan konsepsi
masyarakat terhadap agama, kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Proses pendidikan dan
pengakaran itu sebagian berlangsung di kerajaan. Perpustakaan sudah tersedia di istana dan
difungsikan
Sebagai pusat penyalinan kitab-kitab dan penerjemahannya dari bahasa Arab ke bahasa Melayu.
Karena perhatian kerajaan yang tinggi terhadap pendidikan Islam, banyak ulama dari
mancanegara yang datang ke Malaka, seperti dari Afghanistan, Malabar, Hindustan, dan terutama
dari Arab. Banyaknya para ulama besar dari berbagai negara yang mengajar di Malaka telah
menarik para penuntut ilmu dari berbagai kerajaan Islam di Asia Tenggara untuk datang. Dari
Jawa misalnya, Sunan Bonang dan Sunan Giri pernah menuntut ilmu ke Malaka dan setelah
menyelesaikan pendidikannya mereka kembali ke Jawa dan mendirikan lembaga pendidikan
Islam di tempat masing-masing. Hubungan antar kerajaan Islam, misalnya Samudera Pasai,
Malaka, dan Aceh Darussalam, sangat bermakna dalam bidang budaya dan keagamaan.
Ketiganya tersohor dengan sebutan Serambi Mekkah dan menjadi pusat pendidikan dan
pengajaran agama Islam di Indonesia. Untuk mengintensifkan proses Islamisasi, para ulama telah
mengarang, menyadur, dan menerjemahkan karyakarya keilmuan Islam. Sultan Iskandar Muda
adalah raja yang sangat memperhatikan pengembangan pendidikan dan pengajaran agama Islam.
Ia mendirikan Masjid Raya Baiturrahman, dan memanggil Hamzah al Fanzuri dan Syamsuddin
as Sumatrani sebagai penasihat. Syekh Yusuf al Makassari ulama dari Kesultanan Goa di
Sulawesi Selatan pernah menuntut ilmu di Aceh Darussalam sebelum melanjutkan ke Mekkah.
Melalui pengajaran Abdur Rauf as Singkili telah muncul ulama Minangkabau Syekh
Burhanuddin Ulakan yang terkenal sebagai pelopor pendidikan Islam di Minangkabau dan Syekh
Abdul Muhyi al Garuti yang berjasa menyebarkan pendidikan Islam di Jawa Barat. Karya-karya
susastra dan keagamaan dengan segera berkembang di kerajaan-kerajaan Islam. Kerajaankerajaan Islam itu telah merintis terwujudnya idiom kultural yang sama, yaitu Islam. Hal itu
menjadi pendorong terjadinya interaksi budaya yang makin erat. Di Banten, fungsi istana sebagai
lembaga pendidikan juga sangat mencolok. Bahkan pada abad ke-17, Banten sudah menjadi
pusat ilmu pengetahuan Islam di pulau Jawa. Para ulama dari berbagai negara menjadikan
Banten sebagai tempat untuk belajar. Martin van Bruinessen menyatakan, Pendidikan agama
cukup menonjol ketika Belanda datang untuk pertama kalinya pada 1596 dan menyaksikan
bahwa orang-orang Banten memiliki guru-guru yang berasal dari Mekkah.
Di Palembang, istana (keraton) juga difungsikan sebagai pusat sastra dan ilmu agama. Banyak
Sultan Palembang yang mendorong perkembangan intelektual keagamaan, seperti Sultan Ahmad
Najamuddin I (1757-1774) dan Sultan Muhammad Bahauddin (1774-1804). Pada masa
pemerintahan mereka, telah muncul banyak ilmuwan asal Palembang yang produktif melahirkan
karyakarya ilmiah keagamaan: ilmu tauhid, ilmu kalam, tasawuf, tarekat, tarikh, dan al-Quran.
Perhatian sultan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan Islam tercermin pada keberadaan
perpustakaan keraton yang memiliki koleksi yang cukup lengkap dan rapi. Berkembangnya
pendidikan dan pengajaran Islam, telah berhasil menyatukan wilayah Nusantara yang sangat
luas. Dua hal yang mempercepat proses itu yaitu penggunaan aksara Arab dan bahasa Melayu
sebagai bahasa pemersatu (lingua franca). Semua ilmu yang diberikan di lembaga pendidikan
Islam di Nusantara ditulis dalam aksara Arab, baik dalam bahasa Arab maupun dalam bahasa
Melayu atau Jawa. Aksara Arab itu disebut dengan banyak sebutan, seperti huruf Jawi (di
Melayu) dan huruf pegon (di Jawa). Luasnya penguasaan aksara Arab ke Nusantara telah
membuat para pengunjung asal Eropa ke Asia Tenggara terpukau oleh tingginya tingkat

kemampuan baca tulis yang mereka jumpai. Pada 1579, orang Spanyol merampas sebuah kapal
kecil dari Brunei. Orang Spanyol itu menguji apakah orang-orang Melayu yang menyatakan diri
sebagai budak-budak sultan itu dapat menulis. Dua dari tujuh orang itu dapat (menulis), dan
semuanya mampu membaca surat kabar berbahasa Melayu sendiri-sendiri.
Berkembangnya pendidikan Islam di istana-istana raja seolah menjadi pendorong munculnya
pendidikan dan pengajaran di masyarakat. Setelah terbentuknya berbagai ulama hasil didikan
dari istana-istana, maka murid-muridnya melakukan pendidikan ke tingkatan yang lebih luas,
dengan dilangsungkannya pendidikan di rumah-rumah ulama untuk masyarakat umum,
khususnya sebagai tempat pendidikan dasar, layaknya kuttb di wilayah Arab. Sebagaimana
kuttb (lembaga pendidikan dasar di Arab sejak masa Rasulullah) yang biasa mengambil tempat
di rumah-rumah ulama, di Nusantara pendidikan dasar berlangsung di rumah-rumah
guru.Pelajaran yang diberikan terutama membaca al-Quran, menghafal ayat-ayat pendek, dan
belajar bacaan salat lima waktu. Dan ini diperkirakan sama tuanya dengan kehadiran Islam di
wilayah ini.
Di Nusantara, masjid-masjid yang berada di permukiman penduduk yang dikelola secara
swadaya oleh masyarakat menjalankan fungsi pendidikan dan pengajaran untuk masyarakat
umum. Di sinilah terjadi demokratisasi pendidikan dalam sejarah Islam. Demikianlah yang
terjadi di wilayah-wilayah Islam di Nusantara, seperti Malaka dan kemudian Johor, Aceh
Darussalam, Minangkabau, Palembang, Demak, Cirebon, Banten, Pajang,Mataram, Gowa-Tallo,
Bone, Ternate, Tidore, Banjar, Papua dan lain sebagainya. Bahkan mungkin karena memiliki
tingkat otonomi dan kebebasan tertentu, di masjid proses pendidikan dan pengajaran mengalami
perkembangan. Tidak jarang di antaranya berkembang menjadi sebuah lembaga pendidikan yang
cukup kompleks, seperti meunasah di Aceh, surau di Minangkabau, langgar di Kalimantan dan
pesantren di Jawa.

Lampiran 5
Gambar yang ditayangkan / diamati siswa

Anda mungkin juga menyukai