Anda di halaman 1dari 18

“Aplikasi Pembelajaran SKI di Madrasah Tsanawiyah An-Najah Jakarta”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Makalah Akhir Mata Kuliah

“Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah”

Dosen Pengampu :

Ahmad Irfan Mufid, MA

Disusun oleh:

A. Humaeni Rizki (11150110000034)

Cahyo Nugroho (11150110000144)

Mirawati (11150110000130)

Yuniar Prihatiningsih (11150110000022)

SEMESTER VI

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2018

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semua bentuk kebudayaan yang ada di dunia memiliki kesamaan unsur yang bersifat
universal. Kebudayaan memiliki tujuh unsur yang bersifat universal, antara lain adalah
Bahasa, Sistem Pengetahuan, Organisasi Sosial, Sistem Peralatan Hidup dan teknologi,
Sistem Mata Pencaharian, Sistem Religi dan Kesenian. Ketujuh unsur universal tersebut,
pada akhirnya dapat dimenifestasikan ke dalam tiga wujud kebudayaan, yaitu yang berupa
sistem budaya, sistem sosial, dan unsur kebudayaan fisik.
Sebagai contoh adalah unsur universal kebudayaan yang berupa sistem religi akan
dimanifestasikan ke dalam tiga wujud kebudayaan, yang pertama adalah religi sebagai sebuah
sistem keyakinan dan gagasan tentang Tuhan, dewa-dewa, serta dunia akhiret. Yang kedua
akan berwujud upacara-upacara, dan yang ketiga adalah berwujud sebagai benda-benda
religius.
Masyarakat Indonesia sebelum kedatangan Islam ada yang sudah menganut agama Hindu
Budha maupun menganut kepercayaan adat setempat, Islam harus menyesuaikan diri dengan
budaya lokal maupun kepercayaan yang sudah dianut daerah tersebut.
Selanjutnya terjadi proses akulturasi (pencampuran budaya). Proses ini menghasilkan
budaya baru yaitu perpaduan antara budaya setempat dengan budaya Islam. Setiap wilayah di
Indonesia mempunyai tradisi yang berbeda, oleh karena itu proses akulturasi budaya Islam
dengan budaya setempat di setiap daerah terdapat perbedaan.
Sejarah perkembangan Islam di Indonesia yang diperkirakan telah berlangsung selama
tiga belas abad, menunjukkan ragam perubahan pola, gerakan dan pemikiran keagamaan
seiring dengan perubahan sejarah bangsa. Keragaman demikian juga dapat melahirkan
berbagai bentuk studi mengenai Islam di negeri ini yang dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang. Islam dilihat dari perkembangan sosial umpamanya, hampir dalam setiap periode
terdapat model-model gerakan umat Islam. Sebagaimana terjadi pada zaman atau periode
modern dan kontemporer yang mengalami perkembangan yang cukup pesat.
Tradisi Islam nusantara adalah sesuatu yang menggambarkan suatu tradisi Islam dari
berbagai daerah di Indonesia yang melambangkan kebudayaan Islam dari daerah tersebut.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam


Sejarah Kebudayaan Islam dalam Kurikulum Madrasah. Dalam setiap kurikulum
diketemukan pengertian mata pelajaran SKI. Pada kurikulum 1994 dikatakan bahwa Mata
Pelajaran Sejarah dan Kebudayaan Islam adalah bahan kajian mengenai peristiwa-peristiwa
penting dan produk peradaban Islam yang memungkinkan terjadinya pengenalan,
penghayatan dan transformasi nilai pada peserta didik atau ajaran dan semangat Islam sebagai
rahmat bagi manusia semesta alam. Nilai nilai luhur dari semangat ajaran Islam yang dipetik
dengan mempelajari Sejarah dan Kebudayaan Islam inilah yang harus ditumbuhkembangkan
sehingga menjadi pola hidup dan sikap untuk senantiasa memberi manfaat bagi masyarakat,
bangsa, negara dan agama.
Sementara dalam kurkulum 2004 dan 2006 dikatakan bahwa Mata Pelajaran SKI dalam
kurikulum Madrasah Tsanawiyah adalah salah satu bagian mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya
(way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan
pembiasaan. Jika dirunut dalam kurikulum 2006 ditemukan sejumlah fungsi mata pelajaran
Sejarah dan Kebudayaan Islam, yaitu; pertama, Pengenalan peristiwa-peristiwa penting dari
sejarah Islam, kedua, Pengenalan produk-produk peradaban Islam serta tokoh-tokoh
pelopornya, ketiga, Pengembangan rasa kebangsaan/penghargaan, terhadap kepahlawanan,
kepeloporan, semangat keilmuan dan kreativitas para tokoh pendahulu, keempat, Penanaman
nilai bagi tumbuh dan berkembangnya sikap kepahlawanan, kepeloporan, keilmuan dan
kreativitas, pengabdian serta peningkatan rasa cinta tanah air dan bangsa. 1

B. Tujuan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam


Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupakan sebuah mata pelajaran PAI yang
diarahkan untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah Islam, yang kemudian menjadi
dasar pandangan hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan,
keteladan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan. Dalam Permenag No. 2 Tahun 2008,
Peserta didik yang mempelajari SKI diharapkan tidak saja mengenal sejarah Rasulullah SAW

1 PMA No.2 Tahun 2008.

3
dan khulafaur rasyidin saja, melainkan pula harus mampu mengenali, mengidentifikasi,
meneladani, dan bahkan diharapkan mampu mengambil ibrah dari kisah kehidupan tokoh-
tokoh tersebut. Selain itu peserta didik juga mampu menghayati perjuangan tokoh-tokoh
agama Islam di daerah masing-masing. Jadi, dapat diuraikan bahwa materi SKI diarahkan
untuk menyiapkan peserta didik agar peserta didik memiliki pemahaman terhadap apa yang
telah diperbuat oleh Islam dan kaum Muslimin sebagai katalisator proses perubahan sesuai
dengan tahapan kehidupan mereka pada masing-masing waktu, tempat dan masa, untuk
dijadikan sebagai pedoman hidup kedepan bagi umat Islam. Materi SKI juga menekankan
pada kemampuan mengambil hikmah dan pelajaran (ibrah) dari peristiwa-peristiwa
bersejarah pada masa lalu yang menyangkut berbagai aspek: sosial, budaya, politik, ekonomi,
iptek dan seterusnya, serta meneldani sifat dan sikap para tokoh berprestasi, dari Nabi
Muhammad SAW, para sahabat hingga para tokoh sesudahnya bagi pengembangan
kebudayaan dan peradaban Islam masa kini. Prinsip yang digunakan dalam melihat masa lalu
adalah: “Meneladani hal-hal yang baik dan meninggalkan hal-hal yang buruk serta
mengambil hikmah dan ibrah dari peristiwa masa lalu tersebut untuk pelajaran masa kini dan
mendatang”. 2

Tujuan dari mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) adalah:

1. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari nilai dan norma
yang telah dibangun oleh Rasulullah SAW dalam membangun kebudayaan peradaban
Islam
2. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang
merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan.
3. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan
didasarkan pada pendekatan ilmiah.
4. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah
Islam sebagai bukti peradaban umat Islam dimasa lampau.

Manfaat Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) adalah:


1. Menumbuhkan rasa cinta kepada kebudayaan Islam yang merupakan buah karya kaum
muslimin masa lalu.

2 Prabowo dan Sugeng Listyo, Materi Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG).(Malang: UIN Malang
Press.), hlm. 41-42.

4
2. Memahami berbagai hasil pemikiran dan hasil karya para ulama untuk diteladani dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Membangun kesadaran generasi muslim akan tanggung jawab terhadap kemajuan dunia
Islam.
4. Memberikan pelajaran kepada generasi muslim dari setiap kejadian untuk
mencontoh/meneladani dari perjuangan para tokoh di masa lalu guna perbaikan dari
dalam diri sendiri, masyarakat, lingkungan negerinya serta demi Islam pada masa yang
akan datang.
5. Memupuk semangat dan motivasi untuk meningkatkan prestasi yang telah diraih umat
terdahulu. 3

C. Ruang Lingkup dan Nilai-nilai Sejarah Kebudayaan Islam


Nilai-nilai Sejarah Kebudayaan Islam tersebut dapat diteruskan dalam pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam sehingga ditemukan nilai-nilai Material, Formal, Fungsional dan
Substansial. Sebagaimana dalam bukunya Zakiyah Darajat yaitu: Nilai Material, yaitu nilai
yang melekat pada substansi materi pelajaran, instructional material, almaddah. Dalam
kurikulum 2004, materi pelajaran telah ditentukan oleh pemerintah. Dalam Kurikulum 2006,
2008 harus dicari oleh guru melalui rumusan SK dan KD serta indikator. Sedang pada
kurikulum 2013 sudah dirumuskan oleh pemerintah melalui buku pelajaran yang sudah
dipersiapkan oleh pemerintah yang dikenal materi pokok dan materi pembelajaran. Materi
pokok adalah materi yang asal kemunculannya berasal dari KD pada KI-3 sebagai ranah
kognitif. Ia merupakan materi atau substansi yang harus difahami oleh siswa. Sebagai contoh,
jika ditemukan rumusan KD “Memahami Substansi dan Strategi Dakwah Rasulullah di
Mekkah”, maka dapat diperoleh materi pokok, “Substansi dan Strategi Dakwah Rasulullah di
Mekkah”.

Dari materi “Substansi dan Startegi Dakwah Rasulullah di Mekkah” akan


memunculkan sejumlah materi pembelajaran seperti “strategi, substansi, reaksi komunitas
Quraisy atas strategi dakwah Rasulullah, Perjanjian Hudaibiyah antara Komunitas Muslim
dengan Komunitas Non Muslim”. Dengan demikian maka materi materialnya adalah materi
pembelajaran itu. Materi apa yang akan dipelajari oleh siswa yang dapat dirujuk pada buku
teks, buku siswa dalam bahasa Kurikulum 2013, buku pelajaran dan sebagainya. Dari sini

3 Kuntowijoyo, Ilmu Sejarah, (Yogyakarta:Yayasan Bintang Budaya, 1995), hlm.76.

5
dapat diketahui, bahwa nilai material adalah materi pembelajaran dalam aktualitasnya dalam
buku teks, belum terimplementasi dalam pembelajaran. 4

Pembelajaran PAI dapat dikatakan sebagai wujud pembudayaan. Sedangkan,


pembudayaan difahami sebagai strategi internalisasi nilai-nilai, mengingat bahwa antara
pendidikan dan kebudayaan mempunyai hubungan yang erat berkenaan dengan nilai-nilai,
sehingga dapat dikatakan juga pendidikan merupakan proses pembudayaaan dan peradaban.
Sebagai suatu proses, pendidikan mempunyai tugas menaburkan benih-benih budaya dan
peradaban manusia yang hidup dan dihidupi oleh nilai-nilai atau visi yang berkembang dan
dikembangkan di dalam suatu masyarakat. Dari tatanan ini peserta didik diharapkan memiliki
ketrampilan hidup yang berhubungan dengan nilai-nilai yang akan menjadi pedoman dalam
menghadapi kehidupan. 5

D. Pendekatan dan Metode Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Pendekatan yang tepat dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah pendekatan
Contextual Teaching and Learning ( pembelajaran kontektual ).

 Pendekatan Contextual Teaching and Learning


Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning ( CTL ) yaitu suatu
pendekatan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan apa yang
dipelajarinya di kelas. Pembelajaran kontekstual terfokus pada perkembangan ilmu,
pemahaman, keterampilan siswa, dan juga pemahaman kontekstual siswa tentang hubungan
mata pelajaran yang dipelajarinya dengan dunia nyata Pembelajaran akan bermakna jika
guru lebih menekankan agar siswa mengerti relevansi apa yang mereka pelajari di sekolah
dengan situasi kehidupan nyata dimana isi pelajaran akan digunakan.

 Metode Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam


1. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah suatu metode yang didalamnya mengembangkan proses
pembelajaran melalui cara penuturan (lecture). Metode ini akan bagus jika penggunaannya
betul-betul disiapkan dengan baik. Hal yang perlu diperhatikan dalam metode ceramah

4 Zakiyah, Darajat, dkk, Didaktik Metodik Pengajaran Agama. (Jakarta: Departemen Agama RI,1985).
5 Mawardi, Imam “Pendidikan Life Skills Berbasis Budaya Nilai-Nilai Islami dalam Pembelajaran di Sekolah
Formal”. (Semarang: Nadwa Jurnal Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, Vol.6, 2012), hlm.
281.

6
adalah isi ceramah mudah dipahami oleh peserta didik serta mampu memotivasi peserta
didik agar mengikuti dan melakukan sesuatu yang terdapat dalam isi ceramah. 6
2. Metode Diskusi
Menurut Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya dalam bukunya “Strategi Belajar
Mengajar”, diskusi adalah: “Suatu kegiatan kelompok dalam memecahkan masalah untuk
mengambil kesimpulan. Diskusi tidak sama dengan berdebat, diskusi selalu diarahkan
kepada pemecahan masalah yang menimbulkan berbagai macam pendapat dan akhirnya
diambil suatu kesimpulan yang dapat diterima oleh anggota dalam kelompoknya”.
Nana Sudjana memberikan pengertian diskusi adalah “tukar menukar informasi,
pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat
pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk
mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama”.
3. Metode Tugas dan Resitasi
Metode tugas dan Resitasi disebut sebagai metode belajar yang mengkombinasikan
antara penghafalan, pembacaan, pengulangan, pengujian, dan pemeriksaan atas diri
sendiri. resitasi dilakukan dalam rangka untuk merangsang siswa agar lebih aktif belajar,
baik secara perorangan atau kelompok, menumbuhkan kebiasaan untuk belajar mencari
dan menemukan serta mengembangkan keberanian dan tanggung jawab terhadap diri
sendiri. 7
4. Metode Demonstrasi dan Eksperimen
Yaitu ”suatu metode mengajar di mana guru atau orang lain yang sengaja diminta atau
murid sendiri memperlihatkan pada seluruh kelas tentang suatu proses atau suatu kaifiyah
melakukan sesuatu”. Metode ini merupakan metode umum yang sering digunakan dalam
pembelajaran, selain metode-metode tersebut masih banyak metode-metode lain yang
dapat dipakai.
5. Metode Watching Movie dan Analisis Film
Film merupakan penemuan baru dalam interaksi belajar mengajar yang
mengkombinasikan dua macam indera pada saat yang sama. Pertama guru harus
mempersiapkan film yang sesuai dengan pelajaran. Kedua, guru meminta murid untuk

6 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset,2013), hlm.194.


7 Ibid, hlm.208-209.

7
menyaksikan film tersebut. aktivitas selanjutnya berupa tanya jawab, guna mengetahui
sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang disajikan. 8
6. Metode Sesi Poster (Poster Session)
Metode Poster Session adalah strategi pembelajarn berkelompok dimana siswa
dalam kelas dikelompokkan menjadi beberapa kelompok diskusi, dimana hasil diskusi
dituangkan kedalam bentuk gambar untuk kemudian dipresentasikan. Metode ini sangat
efektif dalam melatih kemampuan berfikir siswa secara kreatif dan inovatif. 9
7. Metode Reading Aloud
Reading Aloud diartikan sebagai sebuah strategi belajar dengan cara guru atau siswa
membaca dengan suara yang keras atau lantang. Dengan metode ini dalam materi akidah
Madrasah Ibtidaiyyah guru bisa membaca buku terlebih dahulu dihadapan siswa. Maka
kehadiran buku/kitab sangat diperlukan karena kehadiran buku/kitab menjadi ciri dari
aktivitas ini. Metode Reading Aloud juga dapat diartikan membaca keras-keras, membaca
sebuah teks secara keras-keras ternyata dapat membantu siswa memfokuskan pikiran. 10

8. Metode Simulasi / Suri Tauladan / Modelisasi


Metode simulasi ( contoh / suri tauladan ) adalah metode yang cukup tepat dalam
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ini, karena walau bagaimanapun akhlak kita
sebagai seorang pendidik akan menjadi contoh yang berarti untuk peserta didik dengan
mempraktekkan akhlak yang baik sebagaimana Rasulullah pun memberi contoh kepada
umatnya dalam gerak gerik kehidupan.
9. Metode Latihan dan Pembiasaan
Untuk meningkatkan keimanan dan akhlak serta pengetahuan akan sejarah
kebudayaan islam sebagai manivestasi dari pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
diperlukan latihan dan pembiasaan secara berulang-ulang oleh guru di sekolah maupun
oleh orang tua dirumah. karena walau bagaimanapun kecakapan hidup siswa ( life skill )
perlu dibina dan dibiasakan untuk senantiasa berpikir dan berakhlak positif. Peranan orang
tua dan lingkungan akan sangat menentukan sekali dalam hal ini. Oleh karena itu kerja
sama antara sekolah, orang tua siswa, dan para tokoh-tokoh masyarakat sangatlah

8 http://elly-lutfiyah.blogspot.co.id/2012/06media-film-sebagai-media-pembelajaran.html Diakses pada 10 Mei


2018.
9 http://mi1kelayu.blogspot.com/2014/10/strategi-pembelajaran-aktif-poster.html Diakses pada 10 Mei 2018.
10 Anita Lie, Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas,( Jakarta:
Grasindo, 2004), Cet. 5, hlm.51.

8
diperlukan dalam pembinaan dan pembiasaan maupun suri tauladan dalam kehidupan
sehari-hari. 11

E. Undang-Undang dan Sistem Pendidikan Nasional


1. UU No. 20 Tahun 2003
Di dalam UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka salah satu bidang studi yang harus dipelajari
oleh peserta didik di Madrasah adalah pendidikan agama Islam, yang dimaksudkan untuk
membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa serta berakhlak mulia”.

11 Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: CV. Wacana Prima, 2009).

9
BAB III
PROFIL MADRASAH

Sekolah : MTs An-Najah


Kepala Sekolah : Drs. Sam’unal Ghozi, MM
Alamat : Jl. Ciledug Raya No. 10 RT. 001/04 Petukangan Selatan,
Pesanggrahan, Jakarta Selatan, 12270.
No. Telp : 021-7374045
Fax : 021 7388 6134
Email : info@annajah-jkt.sch.id

Sejarah Yayasan Annajah


Sejarah Yayasan Annajah dimulai sejak tanggal 10 Syawal tahun 1948. Dimana pada
masa itu didirikan suatu lembaga pendidikan bernama Lembaga Pendidikan Raudhatul Athfal
yangdi prakarsai dan didirikan oleh KH. Abdillah Amin.lembaga ini sendiri merupakan cikal
bakal Darunnajah Petukangan.
Pada tahun 1985 atau tepatnya 12April 1985. Yayasan Annajah yang memfokuskan
pada unit usaha dibidang pendidikan, ekonomi dan sosial ini dikukuhkan secara hukum oleh
KH.Abdillah Amin dan H. Diedy Faried Wadjdy dengan akte notaris No.21 yang dibuat di
hadapan R. Soerojo Wongsowidjojo, SH. Di Jakarta. Lembaga pendidikan ini kemudian
diberi nama Balai Pendidikan DarunnajahPetukangan Jakarta yang berarti tempat
keberhasilan/tempat kesuksesan.
Perkembangan selanjutnya, pada tahun 2006 atau bertepatan dengan tanggal 1
Muharram 1427 H. Semua lembaga pendidikan Darunnajah Petukangan dari tingkat TK, SD,
MTs & MA menyesuaikan diri dengan nama yayasan pengelolaannya yakniSnnajah yang
berarti “Keberhasilan/ Kesuksesan”.
Yayasan Annajah berdiri dari Raudhatul Athfal/ TK, Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah
Dasar Islam, Madrasah Tsanawiyah/ SMP & Madrasah Aliyah/SMA berkembang pesat dan
telah memiliki ribuan alumnus yang tersebar di pelosok tanah air.

10
Visi
Unggul dalam Iman dan Taqwa, Kompetitif dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Misi
 Standar isi : Terwujudnya pengembangan kurikulum sesuai kebutuhan masyarakat
 Standar proses : Terwujudnya proses belajar paikem dan berbasis IT
 Standar kompetensi lulusan : Terwujudnya tenaga pendidik dan kependidikan yang
profesional dan memiliki karakter keislaman
 Standar pengelolaan : Terwujudnya pengelolaan sekolah berdasarkan sistem informasi
manajemen yang berkualitas
 Standar sarana dan prasarana : Terwujudnya madrasah yang memiliki sarana dan
prasarana yang lengkap diatas standar nasional
 Standar pembiayaan : Terwujudnya sistem pengelolaan pembiayaan yang benar sesuai
dengan aturan yang berlaku
 Standar penilaian : Terwujudnya sistem penilaian pendidikan yang sistematis,
berkesinambungan dan berbasis IT

Tujuan
 Menyelenggarakan pendidikan berlandaskan keimanan dan ketaqwaan
 Menyelenggarakan pembelajaran dan kegiatan yang berkaitan dengan nilai-nilai
keislaman
 Menyelenggarakan pendidikan yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi
 Menyelenggarakan kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan berbahasa asing
 Menyelenggarakan pendidikan yang dapat mengembangkan bakat, minat dan kreatifitas

Kurikulum
Madrasah Tsanawiyah Annajah mengembangkan kurikulum 2013 dengan
memadukan Kurikulum Kementrian Pendidikan Nasional dan Kementrian Agama, diperkaya
dengan muatan lokal yang menunjang peningkatan keimanan dan ketaqwaan.
Format kegiatan belajar FULL DAY SCHOOL. Mulai pukul 06.30 sampai dengan
16.00 (Setelah sholat Ashar berjamaah) dengan lima hari belajar efektif (Senin-
Jum’at)

11
Fasilitas
Sarana tersedia di MTs Annajah antara lain, Gedung 4 lantai dan ber-AC dengan ruang
belajar 15 kelas dilengkapi Proyektor dan TV LCD (Maks : 32 Siswa perkelas)
 Ruang Perpustakaan
 Ruang BP
 Laboraturium IPA
 Laboraturium Bahasa
 Laboraturium Komputer
 Masjid dan Mushallah khusus puteri
 16 Toilet Bersih
 Lapangan dan sarana olahraga (futsal, volley, basket, tenis meja, dll)
 Ruang UKS
 Ruang Musik
 Kantin

12
BAB IV
LAPORAN OBSERVASI

Studi lapangan kami lakukan pada hari Jum’at, 27 April 2018 di MTs Annajah yang
beralamat di Jl. Ciledug Raya No. 10 RT 001/04 Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Jakarta
Selatan.
Di sekolah tersebut terdapat tiga guru yang mengajar mata pelajaran SKI, akan tetapi
kami diarahkan oleh ibu Feiny (Staf TU) untuk menemui ibu Rifah. Kemudian kami
menemui ibu Rifah selaku guru mata pelajaran SKI di sekolah tersebut. Dalam pertemuan
tersebut kami bertanya mengenai aplikasi pembelajaran SKI yang dilakukan oleh ibu Rifah
dalam mengajar dikelas, terutama pada kelas IX semester II tentang materi Seni dan Budaya
Masyarakat Muslim di Indonesia.
Pembelajaran SKI dilaksanakan selama 2x pertemuan @40menit dalam seminggu,
pembelajarannya dilakukan setiap hari Kamis pada sekolah tersebut. Menurut ibu Rifah,
waktu yang diberikan sekolah untuk pembelajaran SKI sudah cukup efektif dikarenakan
materi yang disampaikan tidak terlalu banyak dan materi tersebut berkaitan dengan
kehidupan tradisi siswa dilingkungannya masing-masing.
Ibu Rifah menjelaskan bahwa saat mengajar materi tersebut siswa ikut berpartisipasi
dalam pembelajaran. Dalam mengajar, guru terlebih dahulu memberikan stimulus untuk
merangsang ingatan siswa mengenai tradisi yang ada di lingkungannya. Setelah itu guru
memutarkan video mengenai tradisi-tradisi yang ada di Indonesia dan siswa menyimak
tayangan video tersebut. Pembelajaran dilakukan dengan diskusi kelompok kecil yang berarti
siswa dibagi menjadi beberapa kelompok.
Selanjutnya, Ibu Rifah mengatakan bahwa di dalam pembelajaran ia menerapkan
game, yaitu Matching Card. Menurutnya dengan menggunakan games ini siswa tidak akan
merasa mengantuk dalam belajar dan otaknya akan terus berpikir untuk mencari jawabannya.
Dalam pembelajaran SKI guru menemukan kendala pada siswa yaitu siswa merasa
malas dalam membaca, namun guru menemukan solusinya yaitu dengan menambahkan PR
sesuai dengan tradisi di lingkungan tempat siswa tinggal.

13
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mata Pelajaran Sejarah dan Kebudayaan Islam adalah bahan kajian mengenai
peristiwa-peristiwa penting dan produk peradaban Islam yang memungkinkan terjadinya
pengenalan, penghayatan dan transformasi nilai pada peserta didik atau ajaran dan semangat
Islam sebagai rahmat bagi manusia semesta alam. Nilai nilai luhur dari semangat ajaran Islam
yang dipetik dengan mempelajari Sejarah dan Kebudayaan Islam inilah yang harus
ditumbuhkembangkan sehingga menjadi pola hidup dan sikap untuk senantiasa memberi
manfaat bagi masyarakat, bangsa, negara dan agama.
Studi lapangan kami lakukan MTs Annajah yang beralamat di Jl. Ciledug Raya No.
10 RT 001/04 Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Jakarta Selatan.

Pembelajaran SKI dilaksanakan pada MTs Annajah selama 2x pertemuan @40menit


dalam seminggu, pembelajarannya dilakukan setiap hari Kamis pada sekolah tersebut. Waktu
yang diberikan sekolah untuk pembelajaran SKI sudah cukup efektif dikarenakan materi yang
disampaikan tidak terlalu banyak dan materi tersebut berkaitan dengan kehidupan tradisi
siswa dilingkungannya masing-masing yaitu pada kelas IX semester II tentang materi Seni
dan Budaya Masyarakat Muslim di Indonesia.

B. Kritik dan Saran

Pembelajaran SKI pada kelas IX semester II MTs Annajah. sudah berjalan baik dari
segi peran guru pengajar dan kektifan peserta didik, namun ada beberapa hal yang menjadi
kendala kegiatan belajar mengajar dalam kelas, seperti kedisiplinan dan keramaian siswa
yang menganggu proses pembelajaran.
Guru pengajar diharapkan lebih tegas lagi dalam pengkondisian kedisiplinan terhadap
siswa. Sehingga siswa akan memperhatikan materi yang disampaikan dan tidak menimbulkan
keramaian yang dapat menggangu untuk siswa yang lain.
Karena SKI merupakan mata pelajaran yang mana wawasan dan cakupan ilmu yang
terdapat di dalamnya luas, maka Guru Pengajar memberi himbauan kepada peserta didik
untuk mengisi waktu luang mereka dengan membaca buku yang berkaitan dengan SKI.
Karena dengan membaca akan memperbanyak wawasan dan peserta didik dapat mengisi
waktu luang dengan sebaik-baiknya.

14
Daftar Pustaka

1. PMA No.2 Tahun 2008.


2. Prabowo dan Listyo,Sugeng , Materi Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru
(PLPG).(Malang: UIN Malang Press.).
3. Kuntowijoyo, Ilmu Sejarah, (Yogyakarta:Yayasan Bintang Budaya, 1995).
4. Darajat, Zakiyah, dkk, Didaktik Metodik Pengajaran Agama. (Jakarta: Departemen
Agama RI,1985).
5. Mawardi, Imam “Pendidikan Life Skills Berbasis Budaya Nilai-Nilai Islami dalam
Pembelajaran di Sekolah Formal”. (Semarang: Nadwa Jurnal Pendidikan Islam Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo, Vol.6, 2012).
6. Majid,Abdul, Strategi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset,2013).
7. http://elly-lutfiyah.blogspot.co.id/2012/06media-film-sebagai-media-pembelajaran.html
Diakses pada 10 Mei 2018.
8. http://mi1kelayu.blogspot.com/2014/10/strategi-pembelajaran-aktif-poster.html Diakses
pada 10 Mei 2018.
9. Lie, Anita, Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang
Kelas, ( Jakarta: Grasindo, 2004), Cet. 5, hlm.51.
10. Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: CV. Wacana Prima, 2009).

15
Lampiran
Wawancara Dengan Guru SKI

Nama Narasumber : Rif’atul Hasanah, MA.Hum


Tanggal Wawancara : Jum’at, 27 April 2018

1. Q = Dalam pembelajaran SKI, kurikulum apa yang ibu terapkan di dalam pembelajaran?
A = Ketika mengajar saya menggunakan kurtilas

2. Q = Metode apa yang ibu gunakan di dalam pembelajaran SKI terutama pada materi Seni
dan Budaya Masyarakat Muslim Indonesia?
A = hmm paling ini doang si, nayangin video, PPT, ceramah, diskusi, ada games juga.
Gamesnya itu matching card dimana sebagian anak membuat pertanyaan dan
sebagiannya lagi membuat jawaban lalu dicocokkan.

3. Q = Menurut ibu, apakah sarana dan prasarana di sekolah Annajah sudah cukup memadai
untuk melaksanakan pembelajaran SKI?
A = Menurut saya sarana dan prasarana disini sudah cukup menunjang pembelajaran
yang saya lakukan, karena ditiap kelas sudah tersedia proyektor, jadi kalo nanyangin
video jadi lebih mudah.

4. Q = Kesulitan apa yang ibu dapati ketika mengajar mapel SKI?


A = Kendala yang saya temui yaa paling untuk anak-anak yang malas baca, dan ketika
dalam diskusi itu mereka tidak banyak bicara karna kurangnya pengetahuan mereka. Jadi
kalo diskusi yang bicara palingan yang pinter-pinter lagi.

5. Q = Bagaimana cara ibu dalam mengatasi kesulitan/kendala yang ibu dapati ketika
mengajar?
A = untuk anak yang malas baca saya kasih PR tentang tradisi yang ada di
lingkungannya dan ditulis dalam bentuk uraian

6. Q = Bagaimana cara ibu untuk membuat pelajaran SKI menjadi menyenangkan untuk
siswa?

16
A = Mengadakan games di dalam pembelajaran

7. Q = Berapa jumlah guru SKI yang ada di sekolah Annajah? Dan bagaimana sistem
pembagiannya?
A = Kalau disini semuanya ada tiga guru dan semuanya dibagi sesuai tingkatan kelas.
saya memegang kelas 9, tapi dikarenakan kelas 9-nya sudah tidak masuk sekolah jadi
saya membantu guru lain untuk mengajar dikelas 7 dan 8.

8. Q = Berapa lama waktu yang digunakan untuk pembelajaran SKI dalam seminggu? Dan
apakah sudah efektif?
A = Seminggi 2x pertemuan. Satu jam pelajaran itu 40 menit. Jadi, dalam seminggu
siswa belajar SKI selama 80 menit, dan itu setiap hari kamis untuk kelas 9-nya. Menurut
saya, waktu yang diberikan sekolah untuk pembelajaran SKI sudah cukup efektif
dikarenakan materi yang disampaikan tidak terlalu banyak dan materi tersebut berkaitan
dengan kehidupan tradisi siswa dilingkungannya masing-masing.

9. Q = Buku ajar apa yang digunakan dalam pembelajaran SKI?


A = Saya menggunakan buku paket SKI kurikulum 2013

10. Q = Aspek apa yang ditanamkan ke siswa terkait pelajaran SKI?


A = Baik kognitif, afektif, dan psikomotor saya terapkan dalam pembelajaran. Kognitif
itu penting karena mereka memang harus tahu tentang tradisi-tradisi yang ada di
Indonesia dan saya membantu memperkenalkannya kepada mereka. Kalo dari afektif nya
lebih kepada rasa untuk memiliki sebuah tradisi. Lalu psikomotor nya lebih kepada
bagaimana cara mengaplikasikannya di dalam masyarakat.

17
Lampiran

PHOTO-PHOTO

18

Anda mungkin juga menyukai