Dosen Pengampu :
Disusun oleh:
Mirawati (11150110000130)
SEMESTER VI
2018
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semua bentuk kebudayaan yang ada di dunia memiliki kesamaan unsur yang bersifat
universal. Kebudayaan memiliki tujuh unsur yang bersifat universal, antara lain adalah
Bahasa, Sistem Pengetahuan, Organisasi Sosial, Sistem Peralatan Hidup dan teknologi,
Sistem Mata Pencaharian, Sistem Religi dan Kesenian. Ketujuh unsur universal tersebut,
pada akhirnya dapat dimenifestasikan ke dalam tiga wujud kebudayaan, yaitu yang berupa
sistem budaya, sistem sosial, dan unsur kebudayaan fisik.
Sebagai contoh adalah unsur universal kebudayaan yang berupa sistem religi akan
dimanifestasikan ke dalam tiga wujud kebudayaan, yang pertama adalah religi sebagai sebuah
sistem keyakinan dan gagasan tentang Tuhan, dewa-dewa, serta dunia akhiret. Yang kedua
akan berwujud upacara-upacara, dan yang ketiga adalah berwujud sebagai benda-benda
religius.
Masyarakat Indonesia sebelum kedatangan Islam ada yang sudah menganut agama Hindu
Budha maupun menganut kepercayaan adat setempat, Islam harus menyesuaikan diri dengan
budaya lokal maupun kepercayaan yang sudah dianut daerah tersebut.
Selanjutnya terjadi proses akulturasi (pencampuran budaya). Proses ini menghasilkan
budaya baru yaitu perpaduan antara budaya setempat dengan budaya Islam. Setiap wilayah di
Indonesia mempunyai tradisi yang berbeda, oleh karena itu proses akulturasi budaya Islam
dengan budaya setempat di setiap daerah terdapat perbedaan.
Sejarah perkembangan Islam di Indonesia yang diperkirakan telah berlangsung selama
tiga belas abad, menunjukkan ragam perubahan pola, gerakan dan pemikiran keagamaan
seiring dengan perubahan sejarah bangsa. Keragaman demikian juga dapat melahirkan
berbagai bentuk studi mengenai Islam di negeri ini yang dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang. Islam dilihat dari perkembangan sosial umpamanya, hampir dalam setiap periode
terdapat model-model gerakan umat Islam. Sebagaimana terjadi pada zaman atau periode
modern dan kontemporer yang mengalami perkembangan yang cukup pesat.
Tradisi Islam nusantara adalah sesuatu yang menggambarkan suatu tradisi Islam dari
berbagai daerah di Indonesia yang melambangkan kebudayaan Islam dari daerah tersebut.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
dan khulafaur rasyidin saja, melainkan pula harus mampu mengenali, mengidentifikasi,
meneladani, dan bahkan diharapkan mampu mengambil ibrah dari kisah kehidupan tokoh-
tokoh tersebut. Selain itu peserta didik juga mampu menghayati perjuangan tokoh-tokoh
agama Islam di daerah masing-masing. Jadi, dapat diuraikan bahwa materi SKI diarahkan
untuk menyiapkan peserta didik agar peserta didik memiliki pemahaman terhadap apa yang
telah diperbuat oleh Islam dan kaum Muslimin sebagai katalisator proses perubahan sesuai
dengan tahapan kehidupan mereka pada masing-masing waktu, tempat dan masa, untuk
dijadikan sebagai pedoman hidup kedepan bagi umat Islam. Materi SKI juga menekankan
pada kemampuan mengambil hikmah dan pelajaran (ibrah) dari peristiwa-peristiwa
bersejarah pada masa lalu yang menyangkut berbagai aspek: sosial, budaya, politik, ekonomi,
iptek dan seterusnya, serta meneldani sifat dan sikap para tokoh berprestasi, dari Nabi
Muhammad SAW, para sahabat hingga para tokoh sesudahnya bagi pengembangan
kebudayaan dan peradaban Islam masa kini. Prinsip yang digunakan dalam melihat masa lalu
adalah: “Meneladani hal-hal yang baik dan meninggalkan hal-hal yang buruk serta
mengambil hikmah dan ibrah dari peristiwa masa lalu tersebut untuk pelajaran masa kini dan
mendatang”. 2
1. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari nilai dan norma
yang telah dibangun oleh Rasulullah SAW dalam membangun kebudayaan peradaban
Islam
2. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang
merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan.
3. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan
didasarkan pada pendekatan ilmiah.
4. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah
Islam sebagai bukti peradaban umat Islam dimasa lampau.
2 Prabowo dan Sugeng Listyo, Materi Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG).(Malang: UIN Malang
Press.), hlm. 41-42.
4
2. Memahami berbagai hasil pemikiran dan hasil karya para ulama untuk diteladani dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Membangun kesadaran generasi muslim akan tanggung jawab terhadap kemajuan dunia
Islam.
4. Memberikan pelajaran kepada generasi muslim dari setiap kejadian untuk
mencontoh/meneladani dari perjuangan para tokoh di masa lalu guna perbaikan dari
dalam diri sendiri, masyarakat, lingkungan negerinya serta demi Islam pada masa yang
akan datang.
5. Memupuk semangat dan motivasi untuk meningkatkan prestasi yang telah diraih umat
terdahulu. 3
5
dapat diketahui, bahwa nilai material adalah materi pembelajaran dalam aktualitasnya dalam
buku teks, belum terimplementasi dalam pembelajaran. 4
Pendekatan yang tepat dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah pendekatan
Contextual Teaching and Learning ( pembelajaran kontektual ).
4 Zakiyah, Darajat, dkk, Didaktik Metodik Pengajaran Agama. (Jakarta: Departemen Agama RI,1985).
5 Mawardi, Imam “Pendidikan Life Skills Berbasis Budaya Nilai-Nilai Islami dalam Pembelajaran di Sekolah
Formal”. (Semarang: Nadwa Jurnal Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, Vol.6, 2012), hlm.
281.
6
adalah isi ceramah mudah dipahami oleh peserta didik serta mampu memotivasi peserta
didik agar mengikuti dan melakukan sesuatu yang terdapat dalam isi ceramah. 6
2. Metode Diskusi
Menurut Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya dalam bukunya “Strategi Belajar
Mengajar”, diskusi adalah: “Suatu kegiatan kelompok dalam memecahkan masalah untuk
mengambil kesimpulan. Diskusi tidak sama dengan berdebat, diskusi selalu diarahkan
kepada pemecahan masalah yang menimbulkan berbagai macam pendapat dan akhirnya
diambil suatu kesimpulan yang dapat diterima oleh anggota dalam kelompoknya”.
Nana Sudjana memberikan pengertian diskusi adalah “tukar menukar informasi,
pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat
pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk
mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama”.
3. Metode Tugas dan Resitasi
Metode tugas dan Resitasi disebut sebagai metode belajar yang mengkombinasikan
antara penghafalan, pembacaan, pengulangan, pengujian, dan pemeriksaan atas diri
sendiri. resitasi dilakukan dalam rangka untuk merangsang siswa agar lebih aktif belajar,
baik secara perorangan atau kelompok, menumbuhkan kebiasaan untuk belajar mencari
dan menemukan serta mengembangkan keberanian dan tanggung jawab terhadap diri
sendiri. 7
4. Metode Demonstrasi dan Eksperimen
Yaitu ”suatu metode mengajar di mana guru atau orang lain yang sengaja diminta atau
murid sendiri memperlihatkan pada seluruh kelas tentang suatu proses atau suatu kaifiyah
melakukan sesuatu”. Metode ini merupakan metode umum yang sering digunakan dalam
pembelajaran, selain metode-metode tersebut masih banyak metode-metode lain yang
dapat dipakai.
5. Metode Watching Movie dan Analisis Film
Film merupakan penemuan baru dalam interaksi belajar mengajar yang
mengkombinasikan dua macam indera pada saat yang sama. Pertama guru harus
mempersiapkan film yang sesuai dengan pelajaran. Kedua, guru meminta murid untuk
7
menyaksikan film tersebut. aktivitas selanjutnya berupa tanya jawab, guna mengetahui
sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang disajikan. 8
6. Metode Sesi Poster (Poster Session)
Metode Poster Session adalah strategi pembelajarn berkelompok dimana siswa
dalam kelas dikelompokkan menjadi beberapa kelompok diskusi, dimana hasil diskusi
dituangkan kedalam bentuk gambar untuk kemudian dipresentasikan. Metode ini sangat
efektif dalam melatih kemampuan berfikir siswa secara kreatif dan inovatif. 9
7. Metode Reading Aloud
Reading Aloud diartikan sebagai sebuah strategi belajar dengan cara guru atau siswa
membaca dengan suara yang keras atau lantang. Dengan metode ini dalam materi akidah
Madrasah Ibtidaiyyah guru bisa membaca buku terlebih dahulu dihadapan siswa. Maka
kehadiran buku/kitab sangat diperlukan karena kehadiran buku/kitab menjadi ciri dari
aktivitas ini. Metode Reading Aloud juga dapat diartikan membaca keras-keras, membaca
sebuah teks secara keras-keras ternyata dapat membantu siswa memfokuskan pikiran. 10
8
diperlukan dalam pembinaan dan pembiasaan maupun suri tauladan dalam kehidupan
sehari-hari. 11
11 Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: CV. Wacana Prima, 2009).
9
BAB III
PROFIL MADRASAH
10
Visi
Unggul dalam Iman dan Taqwa, Kompetitif dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Misi
Standar isi : Terwujudnya pengembangan kurikulum sesuai kebutuhan masyarakat
Standar proses : Terwujudnya proses belajar paikem dan berbasis IT
Standar kompetensi lulusan : Terwujudnya tenaga pendidik dan kependidikan yang
profesional dan memiliki karakter keislaman
Standar pengelolaan : Terwujudnya pengelolaan sekolah berdasarkan sistem informasi
manajemen yang berkualitas
Standar sarana dan prasarana : Terwujudnya madrasah yang memiliki sarana dan
prasarana yang lengkap diatas standar nasional
Standar pembiayaan : Terwujudnya sistem pengelolaan pembiayaan yang benar sesuai
dengan aturan yang berlaku
Standar penilaian : Terwujudnya sistem penilaian pendidikan yang sistematis,
berkesinambungan dan berbasis IT
Tujuan
Menyelenggarakan pendidikan berlandaskan keimanan dan ketaqwaan
Menyelenggarakan pembelajaran dan kegiatan yang berkaitan dengan nilai-nilai
keislaman
Menyelenggarakan pendidikan yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi
Menyelenggarakan kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan berbahasa asing
Menyelenggarakan pendidikan yang dapat mengembangkan bakat, minat dan kreatifitas
Kurikulum
Madrasah Tsanawiyah Annajah mengembangkan kurikulum 2013 dengan
memadukan Kurikulum Kementrian Pendidikan Nasional dan Kementrian Agama, diperkaya
dengan muatan lokal yang menunjang peningkatan keimanan dan ketaqwaan.
Format kegiatan belajar FULL DAY SCHOOL. Mulai pukul 06.30 sampai dengan
16.00 (Setelah sholat Ashar berjamaah) dengan lima hari belajar efektif (Senin-
Jum’at)
11
Fasilitas
Sarana tersedia di MTs Annajah antara lain, Gedung 4 lantai dan ber-AC dengan ruang
belajar 15 kelas dilengkapi Proyektor dan TV LCD (Maks : 32 Siswa perkelas)
Ruang Perpustakaan
Ruang BP
Laboraturium IPA
Laboraturium Bahasa
Laboraturium Komputer
Masjid dan Mushallah khusus puteri
16 Toilet Bersih
Lapangan dan sarana olahraga (futsal, volley, basket, tenis meja, dll)
Ruang UKS
Ruang Musik
Kantin
12
BAB IV
LAPORAN OBSERVASI
Studi lapangan kami lakukan pada hari Jum’at, 27 April 2018 di MTs Annajah yang
beralamat di Jl. Ciledug Raya No. 10 RT 001/04 Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Jakarta
Selatan.
Di sekolah tersebut terdapat tiga guru yang mengajar mata pelajaran SKI, akan tetapi
kami diarahkan oleh ibu Feiny (Staf TU) untuk menemui ibu Rifah. Kemudian kami
menemui ibu Rifah selaku guru mata pelajaran SKI di sekolah tersebut. Dalam pertemuan
tersebut kami bertanya mengenai aplikasi pembelajaran SKI yang dilakukan oleh ibu Rifah
dalam mengajar dikelas, terutama pada kelas IX semester II tentang materi Seni dan Budaya
Masyarakat Muslim di Indonesia.
Pembelajaran SKI dilaksanakan selama 2x pertemuan @40menit dalam seminggu,
pembelajarannya dilakukan setiap hari Kamis pada sekolah tersebut. Menurut ibu Rifah,
waktu yang diberikan sekolah untuk pembelajaran SKI sudah cukup efektif dikarenakan
materi yang disampaikan tidak terlalu banyak dan materi tersebut berkaitan dengan
kehidupan tradisi siswa dilingkungannya masing-masing.
Ibu Rifah menjelaskan bahwa saat mengajar materi tersebut siswa ikut berpartisipasi
dalam pembelajaran. Dalam mengajar, guru terlebih dahulu memberikan stimulus untuk
merangsang ingatan siswa mengenai tradisi yang ada di lingkungannya. Setelah itu guru
memutarkan video mengenai tradisi-tradisi yang ada di Indonesia dan siswa menyimak
tayangan video tersebut. Pembelajaran dilakukan dengan diskusi kelompok kecil yang berarti
siswa dibagi menjadi beberapa kelompok.
Selanjutnya, Ibu Rifah mengatakan bahwa di dalam pembelajaran ia menerapkan
game, yaitu Matching Card. Menurutnya dengan menggunakan games ini siswa tidak akan
merasa mengantuk dalam belajar dan otaknya akan terus berpikir untuk mencari jawabannya.
Dalam pembelajaran SKI guru menemukan kendala pada siswa yaitu siswa merasa
malas dalam membaca, namun guru menemukan solusinya yaitu dengan menambahkan PR
sesuai dengan tradisi di lingkungan tempat siswa tinggal.
13
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mata Pelajaran Sejarah dan Kebudayaan Islam adalah bahan kajian mengenai
peristiwa-peristiwa penting dan produk peradaban Islam yang memungkinkan terjadinya
pengenalan, penghayatan dan transformasi nilai pada peserta didik atau ajaran dan semangat
Islam sebagai rahmat bagi manusia semesta alam. Nilai nilai luhur dari semangat ajaran Islam
yang dipetik dengan mempelajari Sejarah dan Kebudayaan Islam inilah yang harus
ditumbuhkembangkan sehingga menjadi pola hidup dan sikap untuk senantiasa memberi
manfaat bagi masyarakat, bangsa, negara dan agama.
Studi lapangan kami lakukan MTs Annajah yang beralamat di Jl. Ciledug Raya No.
10 RT 001/04 Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Jakarta Selatan.
Pembelajaran SKI pada kelas IX semester II MTs Annajah. sudah berjalan baik dari
segi peran guru pengajar dan kektifan peserta didik, namun ada beberapa hal yang menjadi
kendala kegiatan belajar mengajar dalam kelas, seperti kedisiplinan dan keramaian siswa
yang menganggu proses pembelajaran.
Guru pengajar diharapkan lebih tegas lagi dalam pengkondisian kedisiplinan terhadap
siswa. Sehingga siswa akan memperhatikan materi yang disampaikan dan tidak menimbulkan
keramaian yang dapat menggangu untuk siswa yang lain.
Karena SKI merupakan mata pelajaran yang mana wawasan dan cakupan ilmu yang
terdapat di dalamnya luas, maka Guru Pengajar memberi himbauan kepada peserta didik
untuk mengisi waktu luang mereka dengan membaca buku yang berkaitan dengan SKI.
Karena dengan membaca akan memperbanyak wawasan dan peserta didik dapat mengisi
waktu luang dengan sebaik-baiknya.
14
Daftar Pustaka
15
Lampiran
Wawancara Dengan Guru SKI
1. Q = Dalam pembelajaran SKI, kurikulum apa yang ibu terapkan di dalam pembelajaran?
A = Ketika mengajar saya menggunakan kurtilas
2. Q = Metode apa yang ibu gunakan di dalam pembelajaran SKI terutama pada materi Seni
dan Budaya Masyarakat Muslim Indonesia?
A = hmm paling ini doang si, nayangin video, PPT, ceramah, diskusi, ada games juga.
Gamesnya itu matching card dimana sebagian anak membuat pertanyaan dan
sebagiannya lagi membuat jawaban lalu dicocokkan.
3. Q = Menurut ibu, apakah sarana dan prasarana di sekolah Annajah sudah cukup memadai
untuk melaksanakan pembelajaran SKI?
A = Menurut saya sarana dan prasarana disini sudah cukup menunjang pembelajaran
yang saya lakukan, karena ditiap kelas sudah tersedia proyektor, jadi kalo nanyangin
video jadi lebih mudah.
5. Q = Bagaimana cara ibu dalam mengatasi kesulitan/kendala yang ibu dapati ketika
mengajar?
A = untuk anak yang malas baca saya kasih PR tentang tradisi yang ada di
lingkungannya dan ditulis dalam bentuk uraian
6. Q = Bagaimana cara ibu untuk membuat pelajaran SKI menjadi menyenangkan untuk
siswa?
16
A = Mengadakan games di dalam pembelajaran
7. Q = Berapa jumlah guru SKI yang ada di sekolah Annajah? Dan bagaimana sistem
pembagiannya?
A = Kalau disini semuanya ada tiga guru dan semuanya dibagi sesuai tingkatan kelas.
saya memegang kelas 9, tapi dikarenakan kelas 9-nya sudah tidak masuk sekolah jadi
saya membantu guru lain untuk mengajar dikelas 7 dan 8.
8. Q = Berapa lama waktu yang digunakan untuk pembelajaran SKI dalam seminggu? Dan
apakah sudah efektif?
A = Seminggi 2x pertemuan. Satu jam pelajaran itu 40 menit. Jadi, dalam seminggu
siswa belajar SKI selama 80 menit, dan itu setiap hari kamis untuk kelas 9-nya. Menurut
saya, waktu yang diberikan sekolah untuk pembelajaran SKI sudah cukup efektif
dikarenakan materi yang disampaikan tidak terlalu banyak dan materi tersebut berkaitan
dengan kehidupan tradisi siswa dilingkungannya masing-masing.
17
Lampiran
PHOTO-PHOTO
18