Satuan Pendidikan
Kelas/Semester
Mata Pelajaran
Materi Pokok
Sub Materi Pokok
Pertemuan ke
Alokasi Waktu
A. KOMPETENSI INTI
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong
royong, kerja sama, responsive, dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam
serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan factual, konseptual, procedural dalam ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan
dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah
keilmuan.
B. KOMPETENSI DASAR
1. 1. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agama.
2. 1. Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada masa
3.
4.
Melanesoid).
3. Menyajikan kesimpulan-kesimpulan dari informasi mengenai asal-usul nenek moyang bangsa
Indonesia (Proto, Deutro Melayu, dan Melanesoid) dalam bentuk tulisan.
Metode Pembelajaran
:
Pendekatan Pembelajaran :
Model Pembelajaran
:
G. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan
Diskripsi
Alokasi
Pendahuluan
Waktu
10 Menit
ruang kelas
Berdoa sebelum membuka pelajaran
Menanyakan kepada peserta didik kesiapan dan kenyamanan untuk
belajar
Menanyakan kehadiran peserta didik
Memastikan bahwa setiap siswa datang tepat waktu
MENGAMATI
Peserta didik mengamati peta jalur migrasi nenek moyang bangsa
Indonesia
Peserta didik membaca buku teks untuk mengetahui latar belakang
migrasi
Indonesia
MENANYA
Melalui membaca buku teks ( halaman 46-48 ), peserta didik diminta
MENALAR
MENCOBA
Peserta didik melaksanakan diskusi siapakah aku
Kelas dibagi menjadi 5 kelompok jumlah masing-masing kelompok
60 Menit
dan 5 amplop.
Kemudian dengan kelompok lain memulai permainan secara
bersama-sama
Masing-masing anggota kelompok bekerjasama menyeselaikan
dengan memasukkan kartu kedalam amplop
dengan nilai
Setelah selesai seluruh kelompok kemudian dinilai oleh guru,
kemudian
masing-masing
kelompok
mempresentasikan
hasil
MEMBUAT JEJARING
Dengan dibantu guru, peserta didik menyimpulkan materi yang telah
dibahas
Peserta didik menyimpulkan nilai-nilai atau manfaat apa yang
didapat dari pembelajaran yang telah selesai dibahas pada hari itu
Mengerjakan tugas mandiri terstuktur sebagai pekerjaan rumah guna
Penutup
20 Menit
Balai Pustaka
Soekmono,R.1985.Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2.Yogyakarta.
www.wikipedia.com
1. Tes Uraian
1.
2.
3.
4.
5.
Jawaban :
1. Menurut Sarasin bersaudara, penduduk asli Kepulauan Indonesia adalah ras berkulit gelap dan bertubuh
kecil. Sebelum bangsa Melayu Austronesia masuk ke Indonesia, wilayah Indonesia sudah ada suku
Weddid dan Negrito. Kedua suku tersebut berasal dari daerah Tonkin.Dari Tonkin kemudian menyebar
ke Hindia Belanda, Indonesia, hingga pulau-pulau di Samudera Pasifik. Suku Bangsa Melayu yang
terdapat di Indonesia dalam proses menetapnya dibedakan menjadi dua yaitu Bangsa Melayu Tua (Proto
Melayu) dan Bangsa Melayu Muda (Deutro Melayu)
2. Ciri dari ras berkulit hitam, bertubuh tinggi, dan berambut keriting. Ras ini datang ini dari Afrika. Di
Indonesia ras ini sebagian besar mendiami daerah Papua. Keturunan ras ini terdapat di Riau
(pedalaman) yaitu suku Siak (Sakai), serta suku Papua melanesoid mendiami Pulau Papua dan Pulau
Melanesia.
3. Di Indonesia Ras ini menyebar melalui 2 Jalur :
1)
Jalur pertama, melalui jalur barat dan membawa kebudayaan berupa kapak persegi. Dengan
menempuh jalur darat dari Yunan mereka menuju ke Semenanjung Melayu melalui Thailand selanjutnya
menuju ke Sumatra, Jawa, Bali, ada pula yang menuju Kalimantan dan berakhir di Nusa Tenggara.
Keturunan Proto Melayu yang melalui jalur ini adalah masyarakat/ Suku Batak , Nias(Sumatra Utara),
Mentawai (Sumatra Barat), Suku Dayak (Kalimantan), dan Suku Sasak (Lombok).
2)
Jalur kedua, melalui jalur timur dan membawa kebudayaan berupa kapak lonjong. Dengan
menempuh jalur laut dari Yunan (Teluk Tonkin) menyusuri Pantai Asia Timur menuju Taiwan, Filipina,
kemudian ke daerah Sulawesi, Maluku, ke Irian selanjutnya sampai ke Australia. Peninggalan kapak
lonjong banyak ditemukan di Papua. Keturunan Proto Melayu yang melalui jalur ini adalah suku Toraja
(Sulawesi Selatan), Suku Papua (Irian), Suku Ambon, Ternate, Tidore (Maluku).
4. Tinggi badan berkisar antara 135-180 cm,
Berat badan berkisar antara 30-75 kg,
Warna kulit berkisar antara kuning langsat dan coklat hitam,
Warna rambut antara coklat dan hitam,
Bentuk rambut antara lurus dan keriting.
5. Proto Melayu
: kapak persegi/ beliung persegi, kapak lonjong
Duetro Melayu
: kebudayaan logam terutama benda-benda dari Perunggu, seperti nekara,
moko, kapak corong, dan perhiasan.
2. Non tes
Pedoman Penilaian
Jumlah
Aspek Penilaian Sikap/ketermpilan dalam diskusi
Partisipasi
No
Nama siswa
/
keaktifan
Kerjasam
Antusias
mengemukaka
Bertanya/
menjawab
pendapat
Dalam
diskusi
Kemampuan
Skor
Nilai
Skor maksimum 20
Keterangan
:
5 : sangat baik
4 : Baik
3 : Cukup
2 : Kurang
1 : Sangat Kurang
Hasil Penilaian :
NO
ASPEK PENILAIAN
Cakupan materi
Hasil analisis
Skor
1
Jumlah
Jumlah total skor
Pedoman penilaian
Nilai 1 s/d 3 dengan ketentuan :
1. Jumlah < 2, cakupan materi tidak lengkap, identifikasi tidak tepat, hasil analisis tidak ada,
simpulan tidak tepat
2. Jumlah 2 s/d 3, cakupan materi kurang lengkap, identifikasi kurang tepat, hasil amalisis kurang
lengkap, simpulan kurang tepat
3. Jumlah > 3, cakupan materi lengkap, idetifikasi tepat, hasil analisis lengkap, simpulan tepat
Skor minimal
:3
Skor maksimal
: 15
Nilai Akhir ( N A )
Mengesahkan:
2013
Kepala Sekolah
Pelajaran
Diverifikasi:
Bantul,
WAKA I
15
Juli
Guru Mata
Drs. M. Hannan
Windu
NIP.196409061991021001
NIP.
NO
ASPEK PENILAIAN
Perhatian
Tanggung jawab
Partisipasi
Skor
1
Jumlah
Jumlah total skor
Pedoman penilaian
Nilai 1 s/d 3 dengan ketentuan :
1.
Tidak perhatian, tidak bertanggung jawab, terlambat mengumpulkan tugas, tidak berpartisipasi
dalam pembelajaran, tidak bias menghargai pendapat lain
2.
Kurang perhatian, kurang bertanggung jawab, terlambat kurang dari satu mingu dalam
pengumpulan tugas, kurang berpartisipasi, kurang bias menghargai pendapat lain
3.
Sangat perhatian, sangat bertanggung jawab, tepat waktu dalam pengumpulan tugas, parisipasi
dalam pembelajaran, sangat menghargai pendapat lain
a. Skor minimal
: 3
b. Skor maksimal
: 15
MATERI AJAR
ASAL USUL NENEK MOYANG BANGSA INDONESIA
A.
Ras di Dunia
Dari mana asal nenek moyang bangsa Indonesia? Untuk menjawab pertanyaan itu terlebih dulu kita
perlu mengetahui mengenai ras-ras di dunia. Terkadang orang menganggap ras sama degan suku bangsa padahal
keduanya berbeda. Ras itu sendiri merupakan penggolongan bangsa berdasarkan ciri-ciri fisik rumpun bangsa.
Sedangkan, Suku Bangsa merupakan kesatuan sosial yang dapat dibedakan dari kesatuan sosial lain
berdasarkan kesadaran akan identitas perbedaan kebudayaan khususnya bahasa. Ras itu sendiri menurut para
ahli diturunkan secara genetik yang akan membedakan satu kelompok dengan kelompok yang lain.
Menurut Ralph Linton terdapat 4 ras besar di dunia, antara lain.
No.
Ras Utama
Domisili
Ciri
Berambut hitam lurus
Mempunyai tanda lahir
(memar kebiruan pada
bayi)
Mempunyai lipatan
pada mata yang disebut
mata sipit
Kulit kuning sampai
sawo matang
- Bulu badan sedikit
Keterangan
1.
2.
Ras Kaukasoid
3.
Ras Negroid
4.
Ras Austroloid
Berkulit hitam
Tinggi
Berambut Keriting
Bibir tebal
Kelopak mata lurus
Berambut hitam
Keriting
Berkulit Hitam
Orang Malaysia
cenderung putih.
berkulit
Menurut Sarasin bersaudara, penduduk asli Kepulauan Indonesia adalah ras berkulit gelap dan bertubuh
kecil. Mereka mulanya tinggal di Asia bagian tenggara. Ketika zaman es mencair dan air laut naik hingga
terbentuk Laut Cina Selatan dan Laut Jawa, sehingga memisahkan pegunungan vulkanik Kepulauan Indonesia
dari daratan utama. Beberapa penduduk asli Kepulauan Indonesia tersisa dan menetap di daerah-daerah
pedalaman, sedangkan daerah pantai dihuni oleh penduduk pendatang. Penduduk asli itu disebut sebagai suku
bangsa Vedda oleh Sarasin. Ras yang masuk dalam kelompok ini adalah suku bangsa Hieng di Kamboja,
Miaotse, Yao-Jen di Cina, dan Senoi di Semenanjung Malaya.
Beberapa suku bangsa seperti Kubu, Lubu, Talang Mamak yang tinggal di Sumatra dan Toala di
Sulawesi merupakan penduduk tertua di Kepulauan Indonesia. Mereka mempunyai hubungan erat dengan nenek
moyang Melanesia masa kini dan orang Vedda yang saat ini masih terdapat di Afrika, Asia Selatan, dan Oceania.
Vedda itulah manusia pertama yang datang ke pulau-pulau yang sudah berpenghuni. Mereka membawa budaya
perkakas batu. Kedua ras Melanesia dan Vedda hidup dalam budaya mesolitik. Pendatang berikutnya membawa
budaya baru yaitu budaya neolitik. Para pendatang baru itu jumlahnya jauh lebih banyak daripada penduduk
asli. Mereka datang dalam dua tahap. Mereka itu oleh Sarasin disebut sebagai Deutero dan Protomelayu.
Kedatangan mereka terpisah diperkirakan lebih dari 2.000 tahun yang lalu. Protomelayu diyakini sebagai nenek
moyang orang Melayu Polinesia yang tersebar dari Madagaskar sampai pulau-pulau paling timur di Pasifik.
Mereka diperkirakan datang dari Cina bagian selatan. Dari Cina bagian selatan itu mereka bermigrasi ke
Indocina dan Siam kemudian ke Kepulauan Indonesia. Kedatangan para imigran baru itu kemudian mendesak
keberadaan penduduk asli dan pendatang sebelumnya.
Persebaran ras di Indonesia sudah ada sejak zaman es. Pada zaman es wilayah Indonesia bagian barat masih
bersatu dengan benua Asia sedangkan daerah bagian timur bersatu dengan benua Australia. Pada masa itu telah
tersebar 2 ras di Indonesia, yaitu :
1. Ras Mongoloid
Ras ini berasal dari daerah Asia Tengah (Mongoloid). Pada zaman es ini ras mongoloid tersebar di daerah
Indonesia bagian Barat meliputi pulau Sumatra, Jawa, dan Kalimantan. Dengan arus persebaran sebagai berikut.
Dari Mongolia menuju ke daerah- daerah dia Asia Tenggara seperti Vietnam, Laos, Thailand, Malaysia,
Singapura, baru menuju ke Indonesia bagian barat.
Semua ditempuh melalui jalar darat sebab saat itu bagian barat Indonesia masih bersatu dengan benua Asia
Tenggara. Pada perkembangan selanjutnya terbentuklah pulau-pulau di Indonesia bagian barat seperti Sumatra,
Kalimantan dan Jawa, daratan yang menjadi lautan disebut paparan sunda.
2. Ras Austroloid
Ras ini berpusat di Australia dan menyebar ke Indonesia bagian Timur khususnya wilayah Papua/Irian Jaya.
Persebaran ke daerah inipun dilakukan melalui darat sebab saat itu papua masih bersatu dengan benua Australia
perkembangannya daratan yang menjadi lautan disebut paparan sahul.
Sementara itu daerah di zone Wallacea seperti Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku merupakan daerah
penyaringan bagi migrasi manusia dan fauna dari paparan sunda ke paparan sahul maupun sebaliknya sehingga
sangat terbatas sekali ras yang dapat masuk ke wilayah ini.
Jadi awalnya ras nenek moyang bangsa Indonesia adalah ras Mongoloid dan ras Austroloid.
Perkembangan selanjutnya pada tahun 2000 SM mulai terjadi migrasi/ perpindahan ras dari berbagai daerah ke
Indonesia, yaitu :
1. Migrasi pertama, Ras Negroid
Ciri dari ras berkulit hitam, bertubuh tinggi, dan berambut keriting.
Ras ini datang ini dari Afrika. Di Indonesia ras ini sebagian besar mendiami daerah Papua.
Keturunan ras ini terdapat di Riau (pedalaman) yaitu suku Siak (Sakai), serta suku Papua melanesoid
mendiami Pulau Papua dan Pulau Melanesia.
2. Migrasi kedua, Ras Weddoid
Ciri ras ini adalah berkulit hitam, bertubuh sedang, dan berambut keriting.
Ras ini datang dari India bagian selatan.
Keturunan ras ini mendiami kepulauan Maluku dan Nusa Tenggara Timur (Kupang).
3. Migrasi Ketiga, Ras Melayu Tua (Proto Melayu)
Ciri ras ini adalah berkulit sawo matang, bertubuh tidak terlalu tinggi, dan berambut lurus. Ras ini termasuk
dalam Ras Mongoloid (sub ras Malayan Mongoloid) berasal dari daerah Yunan (Asia Tengah) masuk ke
Indonesia melalui Hindia Belakang (Vietnam)/ Indo Cina baru selanjutnya ke Indonesia.
Di Indonesia Ras ini menyebar melalui 2 Jalur sesuai dengan jenis kebudayaan Neolithikum yang dibawanya,
yaitu.
1)
Jalur pertama, melalui jalur barat dan membawa kebudayaan berupa kapak persegi. Dengan menempuh jalur
darat dari Yunan mereka menuju ke Semenanjung Melayu melalui Thailand selanjutnya menuju ke Sumatra,
Jawa, Bali, ada pula yang menuju Kalimantan dan berakhir di Nusa Tenggara. Sehingga di daerah tersebut
banyak ditemukan peninggalan berupa kapak persegi/ beliung persegi.
Keturunan Proto Melayu yang melalui jalur ini adalah masyarakat/ Suku Batak , Nias(Sumatra Utara),
Mentawai (Sumatra Barat), Suku Dayak (Kalimantan), dan Suku Sasak (Lombok).
2)
Jalur kedua, melalui jalur timur dan membawa kebudayaan berupa kapak lonjong. Dengan menempuh jalur
laut dari Yunan (Teluk Tonkin) menyusuri Pantai Asia Timur menuju Taiwan, Filipina, kemudian ke daerah
Sulawesi, Maluku, ke Irian selanjutnya sampai ke Australia. Peninggalan kapak lonjong banyak ditemukan di
Papua. Keturunan Proto Melayu yang melalui jalur ini adalah suku Toraja (Sulawesi Selatan), Suku Papua
(Irian), Suku Ambon, Ternate, Tidore (Maluku).
4. Migrasi Keempat, Ras Melayu Muda (Deutro Melayu)
Sekitar 500 SM datang migrasi dari ras Deutro Melayu dari daerah Teluk Tonkin, Vietnam selanjutnya
mendesak keturunan ras Proto Melayu yang telah menetap lebih dahulu dan masuk Indonesia menyebar
keberbagai daerah baik di pesisir pantai maupun pedalaman.
Mereka masuk membawa kebudayaan yang relatif lebih maju yaitu kebudayaan logam terutama benda-benda
dari Perunggu, seperti nekara, moko, kapak corong, dan perhiasan. Hasil kebudayaan ras ini sangat terpengaruh
dengan kebudayaan asalnya dari Vietnam yaitu Budaya Dongson. Tampak dengan adanya kemiripan antara
artefac perunggu di Indonesia dengan di Dongson.
Keturunan dari Deutro Melayu yaitu suku Minang (Sumatra barat), Suku Jawa, dan Suku Bugis (Sulawesi
Selatan). Ras ini pada perkembangannya mampu melahirkan kebudayaan baru yang selanjutnya menjadi
kebudayaan bangsa Indonesia sekarang.