LAPORAN LENGKAP
FAZRI MANGENDRE
G 101 12 001
Mata Kuliah
Nama
: Fazri Mangendre
Stambuk
: G 101 12 001
Disetujui Tanggal
Mengetahui
Palu,
Januari 2016
ABSTRAK
ii
KATA PENGANTAR
Palu,
Januari 2016
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
iv
vi
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Nilai suseptibilitas beberapa jenis mineral dan batuan (Telford, 1976) . 8
Tabel 2.3 Klasifikasi pendugaan faktor formasi untuk batuan sedimen ............... 24
Tabel 2.4 Klasifikasi pendugaan faktor formasi untuk batuan vulkanik dan beku 24
Tabel 2.5 Nilai hambatan jenis beberapa batuan (Telford,1990) .......................... 26
Tabel 2.6. Kecepatan gelombang pada material ................................................... 28
Tabel 2.8 Klasifikasi Jenis Batuan berdasarkan Uniform Building Code (UBC)
(Sabetta & Bommer, 2002). ................... Error! Bookmark not defined.
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Medan magnet bumi mempunyai karakteristik dwikutub homogen. 11
Gambar 2.2 Elemen medan magnet bumi (Pamuji dalam Mudi, (2012). ............. 13
Gambar 2.3 Susunan Elektroda arus dan potensial pada pengukuran metode
geolistrik. ............................................................................................ 20
Gambar 2.4 Susunan elektroda konfigurasi Wenner (Grandis,2000) ................... 25
Gambar 2.5. Pemantulan dan pembiasan gelombang (Munadi, 2000). ................ 34
Gambar 2.2 Pembiasan dengan sudut datang kritis ( Telford, 1990 ). ................. 30
Gambar 2.5 Hubungan jarak dan waktu tempuh gelombang langsung,bias
dan pantul (Susilawati, 2004). ......................................................... 31
Gambar 2.6 Lintasan penjalaran gelombang bias untuk medium dua lapis
horizontal (Susilawati, 2004) . ........................................................... 32
Gambar 2.7 Grafik hubungan antara jarak dengan waktu tiba (Susilawati, 2004)
............................................................................................................ 32
Gambar 2.8 Penjalaran gelombang seismik untuk medium tiga lapis horizontal
(Wiley, 1997). .................................................................................... 33
Gambar 2.9 Grafik hubungan antara jarak dengan waktu tiba untuk tiga lapis
horizontal (Wiley, 1997). ................................................................... 33
Gambar 3.1 Lokasi Penelitian (Qgis version 2.6.Brighton) .................................. 39
Gambar 3.2 Diagram Alir Metode Geomagnet ..................................................... 52
Gambar 3.3 Diagram Alir Metode Geolistrik ....................................................... 53
Gambar 3.4 Diagram Alir Metode Seismik .......................................................... 54
Gambar 4.1 Grafik medan magnet harian terhadap waktu (04 Desember 2015). 56
Gambar 4.2 Grafik medan magnet harian terhadap waktu (05 Desember 2015). 56
Gambar 4.3 Grafik medan magnet harian terhadap waktu (05 Desember 2015). 57
Gambar 4.4 Peta kontur anomali medan magnet total .......................................... 58
Gambar 4.5 Peta kontur anomali medan magnet regional .................................... 59
Gambar 4.6 Peta kontur medan magnet residual .................................................. 60
Gambar 4.7 Model Penampang lintasan 2D dengan Software Res2Div .............. 65
Gambar 4.8 Data Rekaman Gelombang Seismik Refraksi seterlah dipick ........... 67
ix
DAFTAR SIMBOL
Metode Geomagnet
Sudut deklinasi ( o )
Gaya
Sudut inklinasi ( o )
PermeabIlitas Medium
Tobs
TIGRF :
TVH
Suseptibilitas (SI)
Metode Geolistrik
V
DHL
Ohm Meter
Mikro siemen
Faktor Formasi
Porositas
xii
C1 dan C2
Elektroda arus
P1 dan P2
Elektroda potensial
Bmt
Metode Seismik
Vp
Vs
Jarak (m)
h1
h2
V1
V2
V3
xiii
Densitas (g/cm3)
Tetapan (0,31bersatuan )
ic
Vs30
ti
Vsi
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I PENDAHULUAN
Berdasarkan peta geologi bahwa di sekitar daerah tersebut terdiri dari formasi
latimojong dan edapan danau serta adanya batuan granit kambuno, selain itu daerah
lokasi penelitian berada di wilayah lajur sesar Palu Koro dalam zona sesar Palu
Koro. hal ini begitu memungkinkan untuk dilakukan penelitian sehingga dapat
memberikan informasi tentang mineralisasi bawah permukaan daerah penelitian.
Beberapa metode Geofisika yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Metode
Geolistrik, Metode Geomagnet, dan Metode Seismik. Metode Geolistrik ini
memanfaatkan nilai resistivitas dan berhubungan pula dengan tekanan dan
temperatur dimana semakin tinggi nilai tekanan maka semakin tinggi nilai
temperaturnya. Untuk Metode geomagnet sendiri dapat diketahui anomali bawah
permukaan dan kemagnetan batuan serta struktur batuan dari tempat tersebut.
Sedangkan untuk Metode Seismik sendiri dapat diketahui adanya sesar atau
rekahan di bawah permukaan dan juga digunakan untuk eksplorasi sumber daya
alam dan mineral di bawah permukaan buni dengan memanfaatkan pantulan
gelombang yang ada, metode ini mengandalkan cepat rambat gelombang.
Formasi Latimojong tersingkap luas di bagian timur dari lokasi penelitian di mana
batuan penyusunnya terdiri atas batu pasir kuarsa, batu gamping, batu lanau dengan
sisipan konglomerat selain itu bagian tenggara selain Formasi Latimojong terdapat
batuan Gunungapi Tineba dimana satuan ini dihasilkan oleh peleleran dari
gunungapi bawah laut. Bagian barat dari lokasi penelitian adalah batuan Granit
Kambuno dengan batuan penyusunnya terdiri dari granit dan granodiorit. Granit
berwarna putih berbintik hitam, bulir sedang sampai kasar, terdiri atas granit biotit,
granit horenblenda biotit. Granodiorit mengandung mineral mafik horenblenda.
Daerah penelitian umumnya didominasi oleh bukit. Morfologi bukit berada pada
bagian timur, sebagian dari daerah penelitian dimanfaatkan warga setempat untuk
daerah persawahan yang terdapat pada bagian utara dan timur. Desa Lauwa juga
memiliki beberapa sungai yang berarah dari timur-barat dan berarah dari barattimur sehingga bertemu menjadi sungai besar kearah selatan itu aliran sungai
gumbasa, di sepanjang aliran sungai terdapat perkebunan kakao yang merupakan
sumber penghasilan masyarakat.
Dalam survei dengan metode geomagnet yang menjadi target dari pengukuran
adalah variasi medan magnetik yang terukur di permukaan (anomali magnetik).
Secara garis besar anomali medan magnetik disebabkan oleh medan magnetik
remanen dan medan magnetik induksi. Alat penyelidikan disebut magnetometer.
Salah satu jenis magnetometer adalah Magnetometer Flux-Gate. Instrument ini
5
digunakan untuk mengukur variasi diurnal (harian) di dalam medan bumi. Jenis
magnetometer ini memungkinkan untuk mengukur benda magnetik yang
mempunyai hysteresis loop sekecil mungkin.
2.2.1
magnet tersebut. Besaran ini didefinisikan pula sebagai momen magnetik persatuan
volume, yaitu:
= = 1.......................................................................................................(2.3)
= .................................................................................................................(2.4)
Respon kuantitatif data geomagnet sangat ditentukan oleh komposisi mineralmineral yang bersifat magnetik dari pada batuan. Harga k semakin besar bila jumlah
mineral-mineral magnetik semakin banyak. Beberapa nilai suseptibilitas
batuan/mineral diperlihatkan pada Tabel 2.2
Tabel 2.1 Nilai suseptibilitas beberapa jenis mineral dan batuan (Telford, 1976)
k (10-6 SI)
(10-8 m3kg-1)
(Persatuan Volume)
(Persatuan Massa)
250-180,000
8.4-6,100
Batuan/Mineral
Batuan Beku
Basal
k (10-6 SI)
(10-8 m3kg-1)
(Persatuan Volume)
(Persatuan Massa)
Diabase
1,000 - 160,000
35 5,600
Gabro
1,000 - 90,000
26 3,000
Granit
0 - 50,000
0 1,900
Porpiri
250 - 210,000
9.2 7,700
Rhyolite
250 - 38,000
10 1,500
2,700 - 270,000
100 10,000
Batuan/Mineral
batuan beku
Batuan Sedimen
Clay (lempung)
red sediments
170 - 250
10 100
10 15
0.5 5
Batuan Metamorf
Phyllite
Slate
1,600
60
0 1,400
0 - 38,000
Mineral Nonmagnetik
Magnesit
-15
-0.48
Kuarsa
-13 (-17)
Magnetis
-15
-0.48
2,700
69
Illite
410
15
Montmorilonite
330 - 350
13 14
Biotites
1,500 2,900
52 98
Siderite
1,300 11,000
32 270
Chromite
3,000 120,000
63 2,500
-0.5 (-0.6)
Mineral Magnetik
Garnest
Iron Sulfides
Kalkopirit
Arsenopirit
23 - 400
3,000
0.55 10
50
k (10-6 SI)
(10-8 m3kg-1)
(Persatuan Volume)
(Persatuan Massa)
Batuan/Mineral
Troilite
610 1,700
13 36
Pyrrhotites
460 1,400,000
10 30,000
Pirit
35 5,000
1 100
500 40,000
10 760
Iron-Titanium Oxides
Hematit
Magnetit
1,000,000- 5,700,000
20,000-110,000
Other-Iron-Bearing Minerals
Besi
3,900,000
50,000
Geothite
1,100 12,000
26 280
Limonite
2,800 3,100
66 74
Diamagnetik. Mempunyai kerentanan magnetik (k) dengan nilai yang sangat kecil.
Contoh materialnya: grafit, gypsum, marmer, kwartz, garam.
Paramagnetik. Mempunyai harga kerentanan magnetik (k) positif dengan nilai yang
kecil. Contoh materialnya: Kapur.
10
suhu di atas suhu curie, sifat kemagnetannya hilang. Contoh materialnya: pyrite,
magnetit, hematit, dan lain-lain.
Antiferromagnetik adalah benda magnetik yang mempunyai nilai (k) sangat kecil,
yaitu mendekati nilai k pada benda paramagnetik. Contoh materialnya: Fe2O3
(hematite, geothite).
Ferrimagnetik adalah benda magnetik yang mempunyai nilai k tinggi tetapi jauh
lebih rendah dari bahan ferromagnetic. Contoh materialnya: Fe2S (magnetite,
pyrotite, maghmemite, gregeite.
11
Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau disebut juga elemen
medan magnet bumi, yang dapat diukur yaitu meliputi arah dan intensitas
kemagnetannya. Parameter fisis tersebut meliputi (Pamuji dalam Mudi, 2012):
Medan magnet utama bumi berubah terhadap waktu. Untuk menyeragamkan nilainilai medan utama magnet bumi, dibuat standar nilai yang disebut International
Geomagnetics Reference Field (IGRF) yang diperbaharui setiap 5 tahun sekali.
Nilai-nilai IGRF tersebut diperoleh dari hasil pengukuran rata-rata pada daerah
luasan sekitar 1 juta km2 yang dilakukan dalam waktu satu tahun. Medan magnet
bumi terdiri dari 3 bagian (Pamuji dalam Mudi, 2012):
12
Besaran dari F, sudut inklinasi (I) dengan horizontal, sudut deklinasi (D) dengan
utara geografis, secara komplit mendefinisikan medan magnet utama.
Gambar 2.3 Elemen medan magnet bumi (Pamuji dalam Mudi, (2012).
Pada Gambar 2.3 diperoleh hubungan besaran pada gambar:
F2 = H2 + Z2 = X2 + Y2 + Z2..................................................................................(2.5)
X = H cos D.........................................................................................................(2.7)
Z = F sin I............................................................................................................(2.8)
Y = H sin D..........................................................................................................(2.9)
tan I = Z/H.........................................................................................................(2.10)
tan D = Y/X.......................................................................................................(2.11)
13
Inklinasi dan deklinasi berubah dari waktu ke waktu (secular variation). Dari tahun
1580 di London dan Paris inklinasi berubah 10 (dari 75 menjadi 65),dan
deklinasi berubah 35 (dari 10 E ke 25 W kembali ke 10 W).
Perubahan ini relatif cepat sekali, dan kelihatannya terjadi dalam siklus waktu
tertentu. Perubahan ini berbeda-beda di setiap tempat sehingga terjadi pula
pergeseran-pergeseran kutub-kutub magnetnya.
Dalam survei metode geomagnet yang menjadi target dari pengukuran adalah
variasi medan magnetik yang terukur di permukaan (medan mangnet anomali).
Secara garis besar medan magnet anomali disebabkan oleh medan magnetik
remanen dan medan magnetik induksi. Medan magnet remanen mempunyai
14
peranan yang besar terhadap magnetisasi batuan yaitu pada besar dan arah medan
magnetiknya serta berkaitan dengan peristiwa kemagnetan sebelumnya sehingga
sangat rumit untuk diamati. Anomali yang diperoleh dari survei merupakan hasil
gabungan medan magnetik remanen dan induksi, bila arah medan magnetik
remanen sama dengan arah medan magnet induksi maka anomalinya bertambah
besar. Demikian pula sebaliknya, dalam survei magnetik efek medan remanen akan
diabaikan apabila anomali medan magnetik kurang dari 25% medan magnet utama
bumi (Telford, 1976), sehingga dalam pengukuran berlaku:
= .............................................................................(2.12)
a. Variasi Sekuler atau Medan Utama
Variasi Sekuler adalah variasi medan bumi yang berasal dari variasi medan
magnetik utama bumi, sebagai akibat dari perubahaan posisi kutub magnetik bumi.
Perubahan ini berpengaruh terhadap medan utama yang terdiri dari medan total (F),
deklinasi (D), dan inklinasi (I). Nilai-nilai medan tersebut diturunkan berdasarkan
IGRF 1975 yang dapat memberikan pendekatan secara teoretis nilai medan magnet
utama dengan konstanta yang diturunkan dari data satelit yang akan diperbarui
setiap 5 tahun sekali. Untuk menghilangkan pengaruh variasi sekuler maka
dilakukan koreksi IGRF. Koreksi IGRF dapat dilakukan dengan cara
mengurangkan nilai IGRF terhadap nilai medan magnetik total yang telah
terkoreksi harian pada setiap titik pengukuran pada posisi geografis yang sesuai.
Persamaan koreksinya (setelah dikoreksi harian) dapat dituliskan sebagai berikut:
15
b. Variasi Harian
Medan magnet luar yang menyebabkan perubahan ini memiliki variasi yang lebih
cepat terhadap waktu dibanding dengan variasi akibat medan utama (variasi
sekuler). Variasi harian sebagian besar bersumber dari medan magnet luar. Medan
magnet luar berasal dari perputaran arus listrik didalam lapisan ionosfer yang
bersumber dari partikel-partikel terionisasi oleh radiasi matahari sehingga
menghasilkan fluktuasi arus yang dapat menjadi sumber medan magnet. Untuk
menghilangkan pengaruh variasi harian maka dilakukan koreksi harian, Koreksi
harian (diurnal correction) merupakan penyimpangan nilai medan magnetik bumi
akibat adanya perbedaan waktu dan efek radiasi matahari dalam 1 hari. Waktu yang
dimaksudkan harus mengacu atau sesuai dengan waktu pengukuran data medan
magnetik di setiap titik lokasi (stasiun pengukuran) yang akan dikoreksi. Apabila
nilai variasi harian negatif, maka koreksi harian dilakukan dengan cara
menambahkan nilai variasi harian yang terekan pada waktu tertentu terhadap data
medan magnetik yang akan dikoreksi. Sebaliknya apabila variasi harian bernilai
positif, maka koreksinya dilakukan dengan cara mengurangkan nilai variasi harian
yang terekam pada waktu tertentu terhadap data medan magnetik yang akan
dikoreksi, dapat dituliskan dalam persamaan
H = Htotal Hharian.........................................................................................(2.14)
16
c. Badai magnetik
Badai magnetik memiliki variasi dengan perubahan yang relatif cepat dalam waktu
yang relatif singkat dan sangat tidak teratur. Badai magnetik merupakan gangguan
yang bersifat sementara dalam medan magnetik bumi dengan magnetic sekitar 1000
gamma. Faktor penyebabnya di asosiasikan dengan aurora. Meskipun periodenya
acak tetapi kejadian ini sering muncul dalam interval sekitar 27 hari, yaitu suatu
periode yang berhubungan dengan aktivitas sunspot (Telford, 1990). Badai
magnetik secara langsung dapat mengacaukan hasil pengamatan.
Variasi ini disebabkan oleh sifat kemagnetan yang tidak homogen dari kerak bumi.
17
Dalam memperoleh nilai anomali medan magnet total hasil pengolahan data yang
diperoleh akan dibuatkan peta kontur anomali medan magnet total yang selanjutnya
akan dilakukan slice serta melakukan filtering untuk menghasilkan nilai anomali
medan magnet regional.
18
Dari nilai anomali medan magnet residual akan dibuat kedalam bentuk peta anomali
medan magnet residual dengan memasukan nilai koordinat dan nilai anomali medan
magnet residual dalam software surfer 11 yang selanjutnya akan di slice dan
dilakukan digitize untuk diperoleh data yang aka di masukan di software MAG2DC
yang menghasilkan model penampang suseptibilitas batuan bawah permukaan
daerah penelitian yang selanjutnya akan di interpretasikan.
19
Gambar 2.4 Susunan Elektroda arus dan potensial pada pengukuran metode
geolistrik.
Potensial di P1 (Vp1) yang diakibatkan oleh injeksi arus pada elektroda arus C1 dan
C2 adalah (Bahri, 2005):
VP1
I
2
1 1
r1 r2 ........................................................................................(2.15)
VP 2
I
2
1 1
r3 r4 ........................................................................................(2.16)
Dari Persamaan (2.13) dan (2.14) diperoleh beda potensial yang terjadi antara P1
dan P2, sebagai berikut:
V VP1 Vp 2
I
V
2
I
2
1 1 I
r1 r2 2
1 1
r3 r4
1 1 1 1
r1 r2 r3 r4
20
V ................................................................(2.17)
1 1 1 1 I
r1 r2 r3 r4
Dari besarnya arus dan beda potensial yang terukur maka nilai resistivitas dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan:
a K
V
.....................................................................................................(2.18)
I
1
1
r1 r2
1
1
r3 r4
.......................................................................(2.19)
21
menghantarkan arus listrik. Semakin besar nilai hambatan jenis suatu bahan maka
semakin sulit bahan tersebut menghantarkan arus listrik, begitu pula sebaliknya.
Setiap batuan memiliki nilai hambatan jenis masing-masing, dimana batuan yang
sama belum tentu mempunyai nilai hambatan jenis yang sama. Sebaliknya, nilai
hambatan jenis yang sama biasa dimiliki oleh batuan-batuan berbeda. Hal ini kerena
tergantung pada umur batuan, kandungan elektrolit, massa jenis batuan, jumlah
mineral yang dikandungnya, porositas, permeabilitas, dan sebagainya.
22
Menurut Telford (1990) berdasarkan nilai hambatan jenis batuan dan mineral bumi
diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu:
Konduktor baik
Konduktor pertengahan
Isolator
: 107 m
Nilai hambatan jenis batuan berhubungan langsung dengan porositas dan tekstur
batuan. Hubungan antara nilai hambatan jenis dengan porositas pertama kali
diusulkan oleh Archie (1942). Resistivitas () dan porositas () dinyatakan dalam
Persamaan Archi I :
= aw -m.....................................................................................................(2.20)
Sedangkan yang menyangkut porositas batuan yang porinya tidak jenuh air atau
terisi air dinyatakan dalam Persamaan Archie II, yaitu:
t = b = a w -m ............................................................................(2.21)
Hubungan nilai hambatan jenis dalam Persamaan (2.28) direfleksikan dengan besar
faktor formasi (F), yaitu:
F= =
...............................................................................................(2.22)
Faktor formasi dapat digunakan untuk pedugaan zona aquifer karena besaran
tersebut berefleksi sebagai porositas pada batuan sedimen maupun batuan beku
yang mengalami rekahan.
23
Dari kedua besaran tersebut dapat dihitung nilai faktor formasi (F) dengan
menggunakan Persamaan (2.30). Beberapa kesimpulan nilai faktor formasi dari
beberapa studi hidrogeologi yang diperoleh (Taib, 1999) seperti pada Tabel 2.3 dan
Tabel 2.4.
Formasi
Aquiver/Aquiclude
Clay
Aquiclude
1 1,5
Aquiclude
Medium sand
Coarse sand
Produktive aquiver
Gravel
Tabel 2.4 Klasifikasi pendugaan faktor formasi untuk batuan vulkanik dan beku
Formasi
Permeable/
Impermeable
Permeable/
impermeable
Impermeable
1<F<4
Permeable
24
Basalt rekahan
Permeable
5 < F < 15
Solid
Breksi
Permeable
2<F<7;
Impermeable (solid)
F > 10
Batu gamping coral Permeable
3 < F < 10
Solid
25
Harga hambatan jenis batuan pada (Tabel 2.5) tergantung dari material, densitas,
porositas, ukuran dan bentuk pori-pori batuan, kandungan air, kualitas dan suhu,
26
dengan demikian untuk setiap Jenis macam batuan pada akuifer yang terdiri atas
material lepas mempunyai harga hambatan jenis yang berkurang, apabila makin
besar kandungan air tanahnya atau makin besar kandungan garamnya (misal air
asin). Mineral lempung bersifat menghantarkan arus listrik sehingga harga
hambatan jenis akan kecil (Wuryantoro, 2007).
1.
Gelombang longitudinal
Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah getarnya searah dengan arah
penjalaran gelombangnya. Gelombang ini disebut juga gelombang P karena datang
paling awal dibanding dengan gelombang gelombang yang lain.
2.
Gelombang transversal
Gelombang transversal adalah gelombang yang arah getarnya tegak lurus terhadap
arah penjalarannya. Gelombang ini disebut juga gelombang S karena datangnya
setelah gelombang P (Munadi, 2000).
27
Kecepatan(m/s)
N0
Unconsolidated Material
Sand (dry)/pasir kering
200 1.000
1.
Sand (water saturated)
1.500 2.000
1.000 2.500
1.500 2.500
Permafrost
3.500 4.000
2.
3.
4.
5
Sedimentary rock/ batuan sedimen
Sandstone / batu pasir
2.000 6.000
6
Tertiary sandstone
2.000 2.500
Pennant sandstone
4.000 4.500
Cambrian quartzite
5.500 6.000
Limestones/batu kapur
2.000 6.000
Cretaceous chalk
2.000 2500
3.000 4.000
Carboniferous limestone
5.000 5.500
Dolomites
2.500 6.500
7
8
9
10.
11.
12.
14.
15.
28
Jenis Batuan
Kecepatan(m/s)
Salt/garam
4.500 5.000
Anhydrite
4.500 6.500
Gypsum
2.000 3.500
N0
16.
17.
18.
Batuan metamorf
Granite /batu besi
5.500 6.000
19.
Gabbro
6.500 7.000
Ultramafic rock
7.500 8.500
Serpentinite
5.500 6.500
20.
21.
22.
Pore fluids
Air/udara
300
23.
Water / air
1.400 1.500
Ice / es
3.400
Petroleum
1.300 1.400
24.
25.
26.
Other materials
Steel / baja
6.100
27.
Iron/besi
5.800
Aluminium
6.600
28.
29.
Concrete / beton
30.
Sumber : (Wiley, 1997)
3.600
29
1
2
...........................................................................................................(2.25)
Hubungan ini dipakai untuk menjelaskan metode pembiasan dengan sudut datang
kritis. Gambar 2.6 memperlihatkan gelombang dari sumber palu menjalar pada
medium V1, dibiaskan kritis pada titik A sehingga menjalar pada bidang batas
lapisan .
S
B1
V1
A
V2
30
31
X
A
h
i
V1
V2
Gambar 2.8 Lintasan penjalaran gelombang bias untuk medium dua lapis
horizontal (Susilawati, 2004) .
1
2
T1
X0
1
1
0
Gambar 2.9 Grafik hubungan antara jarak dengan waktu tiba (Susilawati, 2004)
Pada titik A diadakan getaran dan menimbulkan gelombang seismik yang menjalar
ke penerima (geophone) di titik D. Dengan mengamati waktu tiba berdasarkan
grafik hubungan jarak dengan waktu tiba gelombang, waktu rambat gelombang
untuk dua lapisan datar dengan kecepatan V1, terletak di atas lapisan dengan
kecepatan V2.(Gambar 2.9). Waktu yang diperlukan untuk penjalaran gelombang
dari lintasan A-B-C-D adalah T, sehingga dapat ditulis:
32
1 2
T= +
(2 )2 (1 )2 ......................................................................... (2.27)
X
A
h
F
i
i
V
V
C
V3
(V1<V2<V3
)
Gambar 2.10 Penjalaran gelombang seismik untuk medium tiga lapis horizontal
(Wiley, 1997).
Gambar 2.11 Grafik hubungan antara jarak dengan waktu tiba untuk tiga lapis
horizontal (Wiley, 1997).
33
T= +
(2 )2 (1 )2 + 2 (2 )2 + (1 )2....................................(2.28)
2 3
=
=
.......................................................... (2.29)
PS1
i
PP1
Medium 1
Vp1 Vs1
Vp2 VS2
Medium 2
rS
rS
PP1
PS2
34
T = (2 )2 (1 )2................................................................................ (2.30)
1 2
Dan
h=
1 1 2
2(2 )2 (1 )2
............................................................................................... (2.31)
Pada Gambar 2.8 merupakan grafik hubungan antara jarak dengan waktu pada
penjalaran gelombang tiga lapis. Adapun persamaan yang digunakan untuk
menetukan kedalaman lapisan kebawah pada penjalaran gelombang tiga lapis
adalah sebagai berikut :
Ti2=
(2 )2 (1 )2 +
(2 )2 + (1 )2 ......................................(2.32)
Dan
2
h2 = [2 1 (2 )2 (1 )2 ]
1 3
2 3
2(2 )2 + (1 )2
.................................................(2.33)
35
Metode refraksi mikrotremor merupakan salah satu metode penting dan banyak
dipakai dalam teknik geofisika utuk menentukan karakteristik struktur bawah
permukaan. Dalam metode ini terdapat 2 teknik sederhana untuk menentukan
36
yang
Louie (2001) pertama kali menyajikan metode remi dengan mengembangkan profil
kecepatan gelombang S. Tujuannya adalah untuk mengembangkan alat yang lebih
murah, lebih cepat dan lebih mudah dari pada yang tersedia. Meskipun metode telah
menerima pengawasan yang signifikan, telah terbukti mampu memperkirakan ratarata kecepatan gelombang geser sampai kedalaman hingga 100 m dan dalam akurasi
20% dari metode pengukuran yang lebih diterima secara luas. Louie (2001)
berusaha untuk menggabungkan aspek yang paling efektif dari metode
mikrotremor, SASW dan MASW. Metode Remi saat ini telah digunakan dalam
berbagai aplikasi profil dangkal kecepatan gelombang geser. Meski mengandalkan
sumber sinyal pasif, dan menunjukkan bahwa hasil yang baik dapat diperoleh
dengan susunan linier sederhana geophone seismik refraksi (yaitu 4,5Hz) dan
sistem akuisisi data. Karakteristik lain yang penting adalah bahwa ketergantungan
37
38
39
Tempat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Resistivitymeter
b.
Elektroda 16 buah
c.
Kabel 4 gulung
40
2.
d.
e.
Kabel penghubung
3.
4.
Palu berfungsi untuk memukul patok elektroda arus dan potensial ke dalam
tanah.
5.
Alat tulis dan tabel data berfungsi untuk menginput data pengukuruan.
41
1. Pengukuran Base
Adapun metode pengambilan datanya adalah sebagai berikut:
1. Mencari tempat yang tepat untuk dipasang alat magnetometer yang berfungsi
sebagai base. Lokasi penempatan magnetometer di base harus jauh dari
material yang mengandung logam karena akan mempengaruhi keakuratan hasil
pengukuran.
2. Mengarahkan sensor magnetometer dengan panduan kompas geologi ke arah
Utara.
3. Mengatur dan menyamakan waktu yang akan digunakan pada base dan waktu
pada saat pengukuran.
4. Mengatur interval waktu pengukuran otomatis magnetometer yang berada
dibase sesuai kebutuhan misalnya 3 menit.
5. Setelah selesai melakukan pengambilan data dilapangan kemudian mencatat
perekaman instrument magnetometer yaitu waktu serta bacaannya pada
interval waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
2. Pengukuran Mobile
Adapun metode pengambilan datanya adalah sebagai berikut:
42
43
6. Menginjeksikan arus ke dalam tanah melalui elektroda arus dan beda potensial
berdasarkan metode konfigurasi dalam hal ini menggunakan metode
konfigurasi wenner.
7. Memindahkan kabel arus dan kabel potensial sesuai dengan metode pengukuran
dalam hal ini menggunakan metode AAS
8. Data yang diperoleh dari pengukuran dilapangan adalah data arus (I) dan beda
potensial (V) serta jarak elektroda (a).
a. Seismik Refraksi
Adapun prosedur pengambilan data sebagai berikut:
44
semua
geophone
dengan
utama
(seismograf)
unit
45
46
(3.1)
(3.2)
47
()++()++(+)
dimana N =
(3.3)
1
2
(3.4)
48
a. Seismik Refraksi
1. Data yang terekam, kemudian di dowloand dari seismogram, kemudian diinput
ke dalam software pickwin.
2. Memilih satu data yang paling bagus.
3. Selanjutnya dilakukan pickwin ( menentukan waktu tempuh gelombang seismik
yang pertama ) .
49
b. Refraksi Mikrotremor
Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Hasil dari kurva dispersi akan memperoleh informasi tentang kualitas data dan
kecepatan fase sebagai fungsi frekuensi yang diperoleh dari Cross Power
Spektrum.
50
51
Survei pendahuluan
Akuisisi data
Data sekunder
- Peta Geologi
Lembar Sigi
Pengolahan Data
Studi Literatur :
Kondisi geologi
Metode
geomagnet
Interpretasi
Koreksi Harian
Koreksi IGRF
Surfer 11
Slice
Filtering
Regional
Residual
Program MAG2DC
Analisa dan
interpretasi data
52
Mulai
Survei pendahuluan
Data sekunder
Akuisisi data
- Peta Geologi
Lembar Sigi
Studi Literatur :
Kondisi geologi
Metode geolistrik
Interpretasi
Pengolahan Data
Program Res2Div
Penampang 2 D
Analisa dan
interpretasi data
Selesai
53
Mulai
Survei Pendahuluan
Akuisisi data
Data sekunder
- Peta Geologi
Lembar Sigi
Pengolahan Data
Studi Literatur :
Kondisi geologi
Metode Seismik
Interpretasi
Program
SeisImager
Analisa dan
interpretasi data
Selesai
54
1. Koreksi harian
Data intensitas medan magnet yang diperoleh dipengaruhi oleh medan magnet
eksternal yang berasal dari benda-benda magnetik yang ada di sekitar lokasi
penelitian, untuk menghilangkan pengaruh tersebut digunakan koreksi variasi
medan magnet harian. Untuk mendapatkan koreksi harian (HVH) dibuat grafik
hubungan Hobs pada data base station terhadap waktu. Penelitian dilakukan selama
3 hari sehingga terdapat 3 grafik koreksi harian (HVH). Masing-masing grafik
tersebut dapat memberikan persamaan yang kemudian digunakan untuk
mengoreksi data (Hobs) pada data mobile yang disebut dengan Tcor. Grafik tersebut
ditunjukan pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 serta Gambar 4.3
55
41.605,00
41.600,00
41.595,00
Anomali (nT)
41.590,00
41.585,00
41.580,00
Series1
41.575,00
Poly. (Series1)
41.570,00
41.565,00
41.560,00
41.555,00
0:00
4:48
9:36
14:24
19:12
Waktu (jam)
Gambar 4.1 Grafik medan magnet harian terhadap waktu (04 Desember 2015)
41620
41610
41600
Anomali (nT)
41590
41580
41570
Series1
41560
Poly. (Series1)
41550
41540
41530
41520
0:00
4:48
9:36
14:24
19:12
Waktu (jam)
Gambar 4.2 Grafik medan magnet harian terhadap waktu (05 Desember 2015)
56
41605
41600
Anomali (nT)
41595
41590
41585
Series1
41580
Poly. (Series1)
41575
41570
41565
0:00
2:24
4:48
7:12
9:36
12:00
14:24
Waktu (jam)
Gambar 4.3 Grafik medan magnet harian terhadap waktu (05 Desember 2015)
Ketiga gambar menunjukan persamaan garis yang mewakili grafik medan magnet
harian terukur pada base station (Lampiran 4). Persamaan garis tersebut digunakan
sebagai koreksi harian terhadap data medan magnet harian pada data mobile station
(Lampiran 5).
2. Koreksi IGRF
Bumi memiliki medan magnet utama yang mempengaruhi data hasil pengukuran,
untuk menghilangkan pengaruh medan magnet utama bumi dilakukan koreksi
IGRF dengan situs online. Data input yang digunakan pada saat mengakses data
IGRF (Lampiran 6) yaitu posisi koordinat lokasi penelitian dan waktu pengukuran.
Dengan niali IGRF yang diperoleh yaitu 41.586,2 nT. Dari hasil koreksi IGRF dan
koreksi medan magnet harian maka diperoleh nilai anomali medan magnet di lokasi
penelitian.
57
informasi yang berbeda pula. Untuk itu dilakukan pemisahan antara anomali medan
magnet regional dan anomali medan magnet residual dengan metode moving
average atau perata-rataan bergerak. Dalam proses pengolahan datanya
menggunakan aplikasi pendukung yaitu software Numeri (Lampiran 9), yang
merupakan program transformasi fourier dan diperoleh nilai n adalah 3. Nilai
anomali yang diperoleh dari proses ini adalah nilai anomali regional, sedangkan
untuk memperoleh nilai anomali residual dilakukan dengan cara mengurangkan
nilai anomali hasil pengukuran dengan anomali regionalnya. Peta kontur anomali
medan magnet regional dan residual dapat dilihat pada Gambar 4.5 dan Gambar
4.6.
59
Adanya perbedaan nilai anomali magnetik pada titik pengukuran merupakan suatu
bentuk penyimpangan akibat pengaruh sifat magnetik material yang menyusun
60
suatu batuan, utamanya yang berada dekat dengan permukaan. Untuk melihat
kandungan mineralisasi di lokasi penelitian, berdasarkan pengukuran geomagnet
serta data anomali magnetik yang diperoleh maka dilakukan interpretasi dan
pemodelan secara 2D. Pemodelan dilakukan dengan bantuan software Mag2DC
yang hanya menggunakan data lintasan yang dipilih dari peta anomali magnetik
residual. Data yang dibutuhkan sebagai input pemodelan adalah data anomali
magnetik residual yang diperoleh pada lintasan yang diberikan pada peta anomali
magnetik residual tersebut. Hal tersebut dilakukan karena anomali magnetik
residual merupakan respon megnetik material yang berada pada permukaan bumi.
Input pada pemodelan ini adalah data profil lintasan pada peta anomali magnetik
residual berupa data jarak dan nilai anomali. Interpretasi dapat dilakukan dari nilai
suseptibilitas jenis batuan/mineral pada literatur sehingga dapat diketahui jenis
batuan/mineral yang tekandung dalam benda-benda pada lintasan berdasarkan nilai
suseptibilitasnya yang kemudian disesuaikan dengan peta geologi penilitian.
Adapun lintasan yang dipilih pada peta anomali magnetik residual dapat dilihat
pada Gambar 4.13. Lintasan dipilih berdasarkan pada perbedaan kontur medan
magnet pada peta anomali magnetik.
61
62
Dipilih satu lintasan pada peta kontur anomali medan magnet residual yang akan
digunakan untuk membuat model untuk mengetahui nilai suseptibiltasnya
80
70
60
nT
50
40
30
20
10
0
0
50
100
150
200
250
300
350
Jarak (m)
63
65
66
dapat disesuaikan dengan literatur berupa peta geologi daerah penelitian dimana
formasi batuan granit dan endapan danau.
67
Dari grafik tersebut selanjutnya akan di olah untuk memperoleh lapisan dari lokasi
pengambilan data seismik refraksi.
kecepatan gelombang yaitu berkisar antara 862 sampai dengan 3297 m/s
berdasarkan literatur dapat di interpretasikan lapisan lintasan di dominasi oleh
batuan sedimen untuk lapisan pertama dapat di interpretasikan berupa dominasi
mineral lempung dengan kecepatan gelombang 862 m/s. Pada lapisan kedua dapat
69
70
71
72
73
DAFTAR PUSTAKA
Darwin Harahap, 2008, Pendahuluan Geofisika, Akademi Meteorologi dan
Geofisika, Tangerang
Telford W.M, Geldart L.P dan Sheriff R.E, Keys DA, 1976, Applied Geophysics,
Second Edition, New York: Cambridge University Press.
Bahri, 2005, Hand Out Mata Kuliah Geofisika Lingkungan dengan topik Metoda
Geolistrik Resistivitas, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
ITS, Surabaya.
Loke, M.H., 1999, Electrical Imaging Serveys for Environvental and Engineering
Studies, Penang, Malaysia.
Grandis, H., 2000. Buku Ajar Inversi Geofisika Edisi Ke-1, Program Studi Teknik
Geofisika, ITB, Bandung.
74
Susilawati, 2004, Seismik Refraksi ( Dasar Teori dan Akusisi Data), Digitized by
USU digital library (online), (http:/goggle.com/11 September 2011)
Telford,W.M,Geldart,L.P,
and
Sheriff,R,E.
1990.
Appliled
Geophysich
75
LAMPIRAN
Lampiran Geomagnet
Data Lapangan
76