Anda di halaman 1dari 16

Makalah Wawasan Nusantara dan Geopolitik Nasional

Wawasan Nusantara dan Geopolitik Nasional


BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masyarakat bangsa Indonesia yang memiliki berbagai suku bangsa yang beragam diperlukan
persamaan pandangan dan persamaan persepsi dalam melihat persoalan bangsa serta bagaimana
cara memecahkannya. Proklamasi yang dipeoleh denngan perjuangan yang melelahkan harus
dipertahankan hingga tetes darah penghabisan. Pancasila dan UUD 1945 sebagai instrumen
merajut persatuan san kesatuan bangsa untuk menggapai masa depan yang lebih baik, sejahtera,
dan adil adalah sudah final dan harga mati. Berdasarkan tujuan untuk memantapkan persatuan
dan kesatuan bangsa disegala bidang demi menjaga kelangsungan hidup.
Kelangsungan hidup bangsa dan negara yang bermartabat dengan mewujudkan cita-cita dan
tujuan nasional. Pemahaman dan pelaksanaan wawasan nusantara yang lebih baik dalam ranah
kehidupan pribadi maupun kolektif serta dalam wilayah publik sangat menentukan
keelangsungan hidup bangsa dan negara. Dibutuhkan kesadaran warga negara dan penyelanggara
negara yang memadai didalam melaksanakan kewajiban dan tanggung jawab. Di tengah tekanan
berbagai masalah yang menghimpit bangsa. Hal ini merupakan bagian integral yang menjamin
eksitensi bangsa dan negara dalam mewujudkan cita-cita nasional sekaligus manifestasi cita-cita
leluhur kita, dengan tetap menghargai kebhinekaan itu sebagai anugerah Tuhan dan aset bangsa.
Selanjutnya wawasan nusantara dalam konteks geo politik Indonesia yang bernilai strategis
dengan terus membangun sinegri kekuatan bangsa hendaknya mempertimbangkan dinamika
perkembangan global yang dapat menggerus rasa nasionalisme serta mendangkalkan rasa cinta
tanah air Indonesia. Untuk itu perlu memahami teori-teori geo politik dan paham kekuasaan.
1.2 Ruang Lingkup
1. Apa yang dimaksud dengan wawasan nusantara dan geopolitik ?
2. Apa saja aspek-aspek dan unsur-unsur wawasan nusantara ?
3. Apa saja tantangan implementasi wawasan nusantara ?
4. Apa yang dimaksud dengan wawasan nusantara sebagai geopolitik Indonesia ?

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Teori Wawasan Nusantara dan Geopolitik
2.1.1 Wawasan Nusantara
2.1.1.1 Pengertian Wawasan Nusantara
Secara etimologis, Wawasan berasal dari kata wawas (bahasa jawa) yang berarti
pandangan atau tinjauan. Selanjutnya muncul kata mawas yang berarti memandang, meninjau,
atau melihat. Jadi, wawasan artinya cara pandang, cara melihat.
Nusantara berasal dari kata nusa dan antara. Nusa artinya pulau atau kesatuan kepulauan.
Antara artinya menunjukkan letak antara dua unsur. Nusantara artinya kesatuan kepulauan yang
terletak antara dua benua dan dua samudra.
Secara terminologis, Wawasan Nusantara menurut beberapa pendapat sebagai berikut:
1. Pengertian Wawasan Nusantara menurut Prof. Wan Usman
Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan tanah airnya
sebagai Negara kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang beragam.
2. Pengertian Wawasan Nusantara dalam GBHN 1998
Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikapa bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya, dengan mengutamkan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah
dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3. Pengertian Wawasan Nusantara menurut kelompok kerja wawasan nusantara untuk diusulkan
menjadi TAP MPR, yang dibuat Lemhannas tahun 1999
Cara pandangan dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serba
beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta
kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
untuk mencapai tujuan nasional.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa Wawasan Nusantara
berarti cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri bangsa Indonesia dan lingkungannya.
2.1.1.2 Hakikat Wawasan Nusantara
Hakikat wawasan nusantara adalah keutuhan bangsa dan kesatuan wilayah nasional.
Dengan kata lain, hakikat wawasan nusantara adalah persatuan bangsa dan kesatuan wilayah.
Dalam GBHN disebutkan bahwa hakikat wawasan nusantara diwujudkan dengan menyatakan
kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan politik. Kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan
ekonomi, kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan sosial budaya, dan sebagai satu kesatuan
pertahanan keamanan.
2.1.1.3 Kedudukan Wawasan Nusantara
Wawasan nusantara berkedudukan sebagai visi bangsa. Visi adalah keadaan atau rumusan
umum mengenai keadaan yang diinginkan. Visi bangsa Indonesia sesuai dengan konsep
wawasan nusantara adalah menjadi bangsa dengan satu wilayah yang satu dan utuh pula.

2.1.2 Geopolitik

1.

2.

3.

4.

5.

6.

2.1.2.1 Teori-Teori Geopolitik


Berasal dari kata geo = bumi, politik = kekuasaan. Secara harfiah berarti politik yang
dipengaruhi oleh kondisi dan konstelasi geografi. Maksudnya adalah pertimbanganpertimbangan dasar dalam menentukan alternatif kebijaksanaan nasional untuk mencapai tujuan
nasional, dipengaruhi geografi.
Dalam kajian geopolitik dan wawasan nusantara perlu mengangkat atau membahas
paham-paham kekuasaan, yaitu:
Paham Machiavelli (abad XVII)
Machiavelli adalah seorang pakar ilmu politik dalam pemerintahan Republik Florence sebuah
Negara kecil di Italia Utara sekitar abad XVII. Di dalam bukunya yang berjudul The Prince di
mana dia berpendapat segala cara dapat ditempuh dan dihalalkan dalam merebut dan
mempertahnkan kekuasaan. Kemudian untuk menjaga kekuasaan tetap dalam genggaman maka
politik adu domba adalah sah-sah saja dan boleh berlaku hokum rimba, di mana yang kuatlah
yang tampil sebagai pemenang.
Paham Kisar Napoleon Bonaparte (abad XVIII)
Napoleon berpendapat bahwa perang di masa depan akan merupakan perang total dengan
mengarahkan segala daya upaya dan kekuatan nasional. Dia berpendapat bahwa kekuatan politik
harus didampingin oleh kekuatan logistik dan ekonomi nasional.
Paham Jendral Clausewitz (abad XVIII)
Menurut Clausewitz perang adalah kelanjutan politik dengan cara lain. Bagian peperangan
adalah sah-sah saja untuk mencapai tujuan nasional suatu bangsa. Pemikiran inilah diduga salah
satu penyebab perang dunia ke satu yang memakan banyak korban baik manusia, harta-benda,
maupun peradaban manusia.
Paham Feuerbach dan Hegel
Paham materialism dari Feuerbach dan teori sintesis dari Hegel menimbulkan dua aliran besar
barat yang berkembang di dunia yaitu kapitalisme dan komunisme. Pada abad ke XVII paham
perdagangan bebas sedang merajalela di dunia. Paham ini pula menyebabkan Negara-negara
colonial menjelajahi dunia untuk mencari emas.
Paham Lenin (abad ke XIX)
Paham Lenin merupakan lanjutan dari paham Clausewitz. Leninisme atau komunisme
berpendapat bahwa perang atau pertumpahan darah atau revolusi di seluruh dunia adalah sah
dalam kerangka mengkomunikasikan paham ini ke seluruh bangsa-bangsa di Dunia.
Paham Lucian W. Pye dan Sidney
Mereka berpendapat bahwa adanya unsur-unsur subjektifitas dan psikologis dalam tatanan
kehidupan politik suatu bangsa. Bahwa proyeksi eksistensi kebudayaan politik tidak semata-mata
ditentukan oleh kondisi-kondisi objektif, tapi juga oleh unsur subjektif dan psikologis.

2.1.2.2 Pandangan-Pandangan Ahli Geopolitik


Berikut beberapa pandangan-pandangan geopolitik dari ahli geopolitik:
1. Pandangan atau Ajaran Frederich Ratzel
Pada abad ke -19, frederich ratzel merumuskan untuk pertama kalinya ilmu bumi politik sebagai
hasil penelitiaannya yang ilmiah dan universal. Pokok pokok ajaran frederich sebagai berikut.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Dalam hal hal tertentu pertumbuhan Negara dapat dianalogikan dengan pertumbuhan
organisme yang memerlukan ruang lingkup, melalui proses lahir, tumbuh, berkembang,
mempertahankan hidup, menyusut dan mati.
Negara identik dengan suatu ruang yang di tempati oleh kelompok politik dalam arti kekuatan.
Makin luas potensi tersebut, makin besar kemun gkinan kelompok politik itu tumbuh.
Suatu bangsa dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya tidak lepas dari hokum alam.
Semakin tinggi budaya suatu bangsa, semakin mbesar kebutuhannya akan sumber daya alam.
Pandangan atau Ajaran Rudolf kjellen
Kjellen melanjutkan ajaran rathel tentang teori organism.
Negara merupakan satuan biologis, suatu organisme hidup, yang memiliki intelektual. Negara
dimingkinkan untuk memperoleh ruang yang cukup luasagar kemampuan dan kekuatan
rakyatnya dapat berkembang secara bebas.
Negara merupakan suatu system politik/ pemerintahan yang meliputi bidang bidang:
geopolitik, ekonomi politik, demo politik, social politik, dan krato politik.
Negara tidak harus bergantung pada sumber pembekalan luar,
Pandangan ajaran Karl Haushofer
Pandangan karl Haushofer berkembang di jerman ketika Negara ini berada dibawah
kekuasaan adolft hilter. Haushofer menganut teori/ pandangan klellen yaitu:
Kehausan imperium daratan yang kompak akan dapat mengejar kekuasaan imperium maritime
untuk menguasai penguasaan laut.
Beberapa Negara besar di dunia akan timbul dan akan menguasai eropa, afrika, asia barat, serta
jepang di asia timur.
Rumusan ajaran Haushofer lainnya adalah sebagai berikut, geopoitik adalah sebagai doktrin
Negara yang menitikberatkan soal- soal strategi perbatasan.
Pandangan atau ajaran Sir Halford Mackinder
Teori ahli geopolitik ini pada dasarnya menganut konsep kekuatan dan mencetuskan
wawasan benua yaitu konsep kekuatan di darat. Ajarannya mengatakan: barang siapa dapat
menguasai daerah jantung yaitu Eurasia (eropa asia), ia akan dapat menguasai pulau dunia.
Pandangan atau Ajaran Sir Walter Raleigh dan Alfred Thyer Mahan
Kedua ahli ini mempunyai gagasan wawasan bahari yaitu kekuatan lautan. Ajarannya
mengatakan bahwa barang siapa menguasai lautan akan menguasai perdagangan menguasai
perdagangan berart menguasai kekayaan dunia Sehingga akhirnya menguasai dunia.
Pandangan atau Ajaran Wmithel, a Savesky, Giulio, dan Jhon Frederik Charles Fuller
Keempat ahli geopolitik ini berpendapat bahwa kekuatan justru yang paling menentukan.
Mereka melahirkan teori wawasan dirgantara yaitu konsep kekuatan di udara. Kekuatan di
udara hendaknya mempunyai daya yang dapat di andalkan.
Ajaran Nicholas j. Spykman
Ajaran ini menghasilkan teory yang dinamakan teory daerah batas (rimland), yaitu wawasan
kombinasi yang menggabungakan kekuatan darat, laut, dan udara.

2.1.2.3 Teori Kekuasaan dan Geopolitik Indonesia


Ajaran Wawasan Nasional indonesia dikembangkan berdasarkan teori wawasan nasional
secara universal. Wawasan tersebut dibentuk dan dijiwai oleh Paham Kekuasaan bangsa
Indonesia dan Geopolitik Indonesia.
1. Paham Kekuasaan bangsa Indonesia

Menganut paham tentang perang dan damai yaitu : Bangsa Indonesia cinta damai,
tetapi lebih cinta kemerdekaan dan kedaulatannya. Artinya bahwa hidup di antara sesama warga
bangsa dan bersama bangsa lain di dunia merupakan kondisi yang terus menerus perlu
diupayakan. Sedangkan penggunaan kekuatan nasional dalam wujud perang hanyalah digunakan
untuk mempertahankan kemerdekaan, kedaulatan, martabat bangsa dan integritas nasional, serta
sedapat mungkin diusahakan agar wilayah nasional tidak menjadi ajang perang. Konsekuensinya,
bangsa Indonesia harus merencanakan, mempersiapkan, dan mendayagunakan sumber daya
nasional secara tepat dan terus menerus sesuai dengan perkembangan zaman.
2. Geopolitik Indonesia
Pemahaman tentang negara Indonesia menganut paham negara kepulauan, yaitu paham
yang dikembangkan dari asas archipelago yang memang berbeda dengan pemahaman
archipelago di negara-negara Barat pada umumnya. Menurut paham Barat, laut berperan sebagai
pemisah pulau. Sedangkan menurut paham Indonesia laut adalah penghubung sehingga
wilayah negara menjadi satu kesatuan yang utuh sebagai Tanah Air dan disebut Negara
Kepulauan.
2.2 Dasar Pemikiran Wawasan Nasional Indonesia
Wawasan Nasional Indonesia dibentuk dan dijiwai oleh pemahaman kekuasaan bangsa
Indonesia yang berdasarkan falsafah pancasila dan oleh pandangan geopolitik Indonesia yang
berdasarkan pemikiran kewilayahan dan kehidupan bangsa Indonesia. Karena dasar pemikiran
wawasan nasional Indonesia terdiri atas dasar pemikiran berdasarkan filsafat, kewilayahan, sosial
budaya, dan kesejarahan.
2.2.1

Dasar Pemikirian berdasarkan Falsafah Pancasila


Manusia Indonesia merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang mempunyai naluri, akhlak,
dan daya pikir; sadar akan keberadaannya yang serba terhubung dengan sesamanya,
lingkungannya, alam semesta, dan Penciptanya, yang menumbuhkan cipta, karsa, dan karya
untuk mempertahankan eksistensinya. Nilai-nilai Pancasila tercakup dalam penggalian dan
pengembangan Wawasan Nusantara(Wawasantara).

i.

Sila Ke-1 : Ketuhanan Yang Maha Esa


Percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa
Hormat menghormati antar pemeluk agama dan toleransi
Kebebasan beragama

ii.

Sila Ke-2 : Kemanusiaan yang adil dan beradab


Memberi hak dan kewajiban yang sama kepada setiap warga negara dalam menerapkan HAM

iii.

Sila Ke-3 : Persatuan Indonesia


Mengutamakan kepentingan bangsa dan negara namun tidak mematikan kepentingan individu,
golongan, dan suku.

iv.

Sila Ke-4 : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan
Keputusan diusahakan melalui musyawarah untuk mufakat, namun tidak menutup kemungkinan
voting.

v.

Sila Ke-5 : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia


Mengakui dan menghargai hak warga negara untuk mencapai kesejahteraan namun tidak
merugikan kepentingan orang lain.
Wawasan Nasional Indonesia menghendaki tercapainya persatuan dan kesatuan, namun tidak
menghilangkan sifat, ciri, dan karakter kebinekaan.

2.2.2

i.

Pemikiran berdasarkan Aspek Kewilayahan Nusantara


Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara pengaruh geografi terhadap sikap dan tatalaku
negara yang bersangkutan merupakan suatu fenomena yang mutlak diperhitungkan.
Hukum Laut
Dalam hukum laut internasional dikenal dua konsep yang bertentangan, yaitu:
Res Nullius, yang menyatakan bahwa laut tidak ada yang mem-punyainya, dan oleh karena itu
dapat dimiliki tiap-tiap negara.
Res Communis, menyatakan bahwa laut itu adalah milik masyarakat du-nia dan karena itu tidak
dapat dimiliki tiap-tiap negara.
Hugo de Groot (Belanda) dalam bukunya Mare Liberium menyatakan bahwa laut bebas
untuk semua bangsa.
Grotius dalam bukunya De Jure Belli Ac Pasis (1625), mengakui laut sepanjang pantai suata
negara dapat dimiliki sejauh yang dapat dikuasai darat.
Cornelis van Bynkershosk dalam bukunya De Dominio Maris Di sertatio menyatakan bahwa
penguasaan dari darat itu berada sejauh yang dapat dikuasai oleh meriam dari darat, pada waktu
itu diperkirakan sejauh 3 mil.

ii.

Deklarasi Juanda
Kondisi objektif geografis Nusantara merupakan untaian ribuan pulau, terbentang di
khatulistiwa berada pada posisi silang yang strategis.
Wilayah Indonesia pada saat Proklamasi Kemerdekaan masih mengikuti hukum laut
Territoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonantie (TZEMKO) tahun 1939, dimana lebar laut
wilayah Indonesia 3 Mil dari pantai tiap pulau. Hal ini tidak terjamin kesatuan wilayah NKRI.
Pada tanggal 13 Desember 1957 diumumkanlah Deklarasi Juanda yang berbunyi
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan maka pemerintah menyatakan bahwa segala perairan di
sekitar, di antara, dan yang menghubungkan pulau-pulau yang termasuk negara Indonesia dengan
tidak memandang luas atau lebarnya adalah bagian yang wajar daripada wilayah daratan negara
Indonesia dan dengan demikian bagian daripada perairan pedalaman atau nasional berada di
bawah kedaulatan mutlak negara Indonesia. Lalu lintas dalam di perairan pedalaman bagi kapalkapal asing dijamin selama tidak bertentangan dengan/mengganggu kedaulatan dan keselamatan
negara Indonesia. Penentuan batas lautan territorial (yang lebarnya 12 mil) diukur dari garis yang
menghubungkan titik-titik ujung yang terluar pada pulau-pulau negara Indonesia .
Tujuan inti dari deklarasi juanda antara lain adalah :
Perwujudan bentuk wilayah Negara Kesatuan RI yang utuh dan bulat
Penentuan batas-batas wilayah negara Indonesia disesuaikan dengan asas Negara kepualauan
(Archipelagic State Principles)
Pengaturan lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin keamaan NKRI

Deklarasi Juanda ini dikukuhkan dengan UU no.4/Prp/1960, yang menyatakan :


Laut wilayah Indonesia 12 mil diukur dari pangkal lurus (Straight Base Line)
Semua kepulauan dan laut yang terletak diantaranya harus dianggap sebagai suatu kesatuan.
Akibat dari UU tsb wilayah RI berubah luasnya dari 2 juta KM2 menjadi 5 juta KM2 yang terdiri
atas + 65% wilayah laut dan + 35% wilayah darat. Wilayah darat terdiri dari 17.508 pulau pulau
besar dan kecil dimana baru 6044 yang diberi nama.
Kepulauan Indonesia terletak pada batas-batas astronomi sebagai berikut :
Utara : 6 08 LU
Selatan : 11 15 LS
Barat : 94 45BT
Timur : 141 05 BT
Jarak utara-selatan sekitar 1.888 km.
Jarak Barat-Timur : +5.110 km

Melalui Konfrensi PBB tentang Hukum Laut Internasional Tahun 1982, pokok pokok
asas Negara kepulauan diakui dan dicantumkan dalam konvensi PBB tentang hukum laut, yaitu
United Nation Convention on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS). Indonesia meratifikasi
UNCLOS 1982 melalui UU no.17 tahun 1985, tanggal 31 Desember 1985.
Menurut UNCLOS hak Negara kepulauan :
Laut Teritorial : Wilayah laut selebar 12 mil dari garis pangkal, dihitung waktu air surut.
Laut Dalam : semua jenis perairan yang ada di pedalaman wilayah Negara
Zona tambahan : wilayah laut sebesar 24 mil untuk pengawasan bea cukai, saniter, dan
sebagainya.
Berlakunya UNCLOS 1982 berpengaruh pada upaya pemanfaatan laut bagi kepentingan
kesejahteraan :
17 Februari 1969 dikeluarkanlah Deklarasi Landas Kontinen yang isinya menyatakan bahwa
Negara Indonesia mempunyai penguasaan dan yurisdiksi yang eksklusif atas kekayaan mineral
dan kekayaan lainnya dalam dasar laut dan tanah didalamnya dan dilandas kontinen Indonesia
21 Maret 1980 diumumkan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, yang lebarnya 200 mil diukur
dari pangkal laut wilayah Indonesia, dimana dinyatakan hak Indonesia atas segala sumber daya
alam di lautan termasuk dibawah permukaan, didalam laut dan dibawahnya, serta segala kegiatan
eksploitasi , dan penelitian di ZEE indonesia.
Perjuangan penegakan kedaulatan di dirgantara, Indonesia memanfaatkan batas GSO (Geo
Stationary Orbit) yang merupakan ketinggian + 36.000 KM, yang merupakan batas ketinggian
wilayah Indonesia di udara (Ps. 30 UU No. 20/1982).

iii.

Hukum Ruang Udara/dirgantara


Hukum udara bersumber dari hukum internasional, Ps. 38 A(1) Statuta International Court of
Justice menyatakan tentang :
Konvensi/traktat/perjanjian internasional
Hukum kebiasaan internasional
Prinsip prinsip hukum umum yang diakui oleh Negara-negara
Ajaran/pendapat para sarjana terkemuka ahli hokum internasional

Hukum udara adalah perangkat kaidah tentang matra udara yang dikaitkan dengan batas
yurisdiksi Negara. Perkembangan hokum udara dimulai ketika Perang Dunia I berakhir. Pada
saat itu Negara dihadapkan pada:
Perlu penegasan konsep kedaulatan ruang udara, dan
Perlu memperketat pertahanan Negara melalui control ruang udara
Akhirnya dicapai suatu kesepakatan :
Demi keselamatan penerbangan perlu ditetapkan standardisasi internasional yang berkaitan
dengan prosedur teknis penerbangan (navigasi) udara.
Menegaskan prinsip kedaulatan yang utuh dan penuh dari negara-negara atas ruang udara diatas
wilayah nasional suatu negara, dilangsungkan jaringan penerbangan sipil internasional secara
aman, tertib, teratur, dan nyaman.

Di dunia internasional dikenal 2 teori udara, yaitu :


1. Teori udara Bebas (Air Freedom Theory) :
Kebebasan Udara tanpa batas : ruang udara itu bebas, dapat digunakan oleh siapa saja. Tidak
ada Negara yang mempunyai hak dan kedaulatan di ruang udara
Kebebasan Udara Terbatas yang dibagi menjadi 2 pula :
a. Negara Kolong (Subjacent state) berhak mengambil tindakan tertentu untuk memelihara
keamanannya.
b. Negara kolong hanya mempunyai hak terhadap zona territorial ruang udara tertentu
2. Teori Negara berdaulat diudara (The Air Souverignity).
Konvensi Chicago 1944
Merupakan perjanjian internasional dalam badan resmi International Civil Aviation
Organization (ICAO) : setiap negara mempunyai kedaulatan yang utuh dan eksklusif diruang
udara diatas wilayahnya, tetapi tidak mengakui Inocent passage (hak lintas damai), dan bagi
penerbangan komersial diperlukan izin pada antarnegara.

Teori keamanan : Negara mempunyai kedaulatan ruang udara sampai yang diperlukan untuk
keamanan. Fauchille memberikan ketinggian 1.500 m (1909) diturunkan menjadi 500m (1910)
Teori penguasaan Cooper (coopers control theory) : kedaulatan udara suatu Negara ditentukan
oleh kemampuan Negara tersebut untuk menguasai ruang udara secara fisik dan ilmiah
Teori udara Schachter : ruang udara ditentukan oleh kemampuan udara mengapungkan
pesawat/balon, yaitu sekitar 30 mil dari permukaan bumi.
2.2.3 Pemikiran Berdasarkan Aspek Sosial Budaya
Budaya merupakan hasil kekuatan budi manusia, lengkapnya ialah cipta, rasa, dan karya.
Budaya dilahirkan dari hubungan antar manusia yang membentuk pola pikir, pola sikap, dan pola
tindak yang merangsang hubungan sosial di antara anggotanya.
Cipta, karsa, dan karya sangat dipengaruhi oleh lingkungan alamiah tempat manusia
hidup. Itulah sebabnya bangsa Indonesia yang mempunyai ruang hidup dengan kondisinya yang
masing-masing membentuk karakter bangsa yang berbeda, dari segi etnis, alam, dan pendidikan.
Heterogenitas karakter bangsa, secara budaya meliputi:
Sistem religi/ keagamaan
Sistem masyarakt / organisasi

Sistem pengetahuan
Sistem keserasian / budaya dalam arti sempit
Sistem mata pencaharian / ekonomi, dan
Sistem teknologi dan peralatan
Kebudayaan yang merupakan warisan, memaksa generasi berikutnya untuk menerima dan
memelihara norma-norma. Penerimaan ada yang bersifat emosional yang mengikat secara kuat
dan sensitif sehingga dapat memicu konflik sosial, ras, antar golongan (SARA) secara tidak
rasional. Keterikatan masyarakat dan daerahnya juga dapat membentuk sentimen daerah yang
sering dijadikan perisai terhadap ketidakmampuan individu dalam menghadapi perubahan yang
dianggap mengancam eksistensi budayanya. Jika penerimaan secara emosional ini terus
dikembangkan, konflik konflik akan bereskalasi menjadi konflik antar daerah yang bersifat
nasional. Untuk itulah diperlukan rekayasa sosial dalam pembangunan karakter nasional
(national and character building), yaitu Wawasan Nusantara yang dilandasi Bhineka Tunggal Ika.

2.2.4 Pemikiran Berdasarkan Aspek Kesejarahan


Perjuangan suatu bangsa didasarkan atas latar belakang sejarahnya. Indonesia diawali
dari negara-negara kerajaan tradisional, misalnya Sriwijaya dan Majapahit. Rumusan filsafah
negaranya belum jelas. Yang ada baru slogan yang ditulis Mpu Tantular : Bhinneka Tunggal Ika
tan hana dharma mangrwa.
Nuansa kebangsaan mulai muncul sejak tahun 1900-an ditandai oleh lahirnya konsep
baru dan modern (dasar dan tujuannya berbeda dengan konsep lama). Penjajahan menimbulkan
penderitaan dan kepahitan, namun menimbulkan semangat senasib sepenanggungan. Diawali
oleh Budi Oetomo (20-5-1908) yang disenut dengan Kebangkitan Nasional yang
menimbulkanwawasan kebangsaan Indonesia, yang dicetuskan oleh Sumpah Pemuda tanggal 2810-1928. Proklamasi Kemerdekaan 17-8-1945 Indonesia mulai menegara.
Wilayah NKRI masih berdasarkan warisankolonial Belanda, yaitu batas wilayah perairan
berdasarkan Teritoriale Zee en Maritime Kringen Ordonantie tahun 1939 ialah selebar 3 mil
dari garis pangkal tiap pulau. Melalui proses perjuangan yang panjang (28 tahun) Indonesia
berhasil mengubah batas wilayah perairan, yaitu 12 mil dari pantai pulau-pulau terluar (Deklarasi
Juanda 13 Des 1957). Dengan demikian terwujudlah kesatuan wilayah RI yang disebutkan
dengan istilah Konsepsi Nusantara, terdiri atas kata Nusa = pulau dan Antara, yaitu yang
terletak di antara dua benua dan dua samudera.
Konsepsi Nusantara mengilhami Angkatan-angkatan dalam tubuh TNI untuk
mengembangkan wawasan berdasarkan mantranya:
Angkatan Darat mengembangkan Wawasan Benua
Angkatan Laut mengembangkan Wawasan Bahari
Angkatan Udara mengembangkan Wawasan Dirgantara
Untuk menghindari ancaman terhadap kekompakan ABRI disusunlah Wawasan Hankamnas
yang terpadu dan terintegrasi (merupakan hasil seminar Hankam I tahun 1966), yang diberi nama
Wawasan Nusantara Bahari. Pada Raker Hankam tahun 1967, Wawasan Hankamnas dinamakan
Wawasan Nusantara. Pada bulan November 1972 Lemhannas mengadakan pengkajian segala
bahan dan data Wawasan Nusantara untuk terwujudnya suatu wawasan nasional. Dalam
Ketetapan MPR N. IV/MPR/1973 Wawasan Nusantara dimasukkan dalam GBHN (Bab II huruf
E).

Perjuangan di dunia internasional untuk diakuinya wilayah Nuasantara, sesuai dengan


Deklarasi Juanda, merupakan rangkaian perjuangan yang panjang: Dimulai sejak Konverensi
PBB tentang Hukum Laut I tahun 1958 kemudian yang II tahun 1960, akhirnya pada konverensi
III tahun 1982, pokok-pokok asas negara kepulauan diakui dan dicantumkan dalam UNCLOS
1982.
2.3 Otonomi Daerah dan Geopolitik
Otonomi daerah memberikan wewenang kepada penduduk suatu wilayah tertentu/penduduk
lokal untuk mengurus wilayahnya sendiri dan memanfaatkan segala potensi yang ada di
dalamnya, atas dasar kesadaran bahwa yang mengetahui kelebihan dan kekurangan suatu
wilayah adalah penduduk yang mendiami wilayah tersebut. Dengan otonomi daerah diharapkan
tidak terjadi penyeragaman program pembangunan yang berakibat pada ketidakcocokan
pelaksanaan program di wilayah-wilayah tertentu.
2.4 Unsur-Unsur Dasar Konsepsi Wawasan Nusantara
1. Wadah (Contour)
Wadah kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara meliputi seluruh wilayah Indonesia,
yang memiliki kekayaan alam dan penduduk besar dengan aneka ragam budaya. Setelah negara
dalam NKRI bangsa Indonesia mempunyai organisasi kenegaraan, sebagai wadah berbagai
kegiatan kenegaraan dalam wujud legislatif, eksekutif, dan yudikatif
2. Isi (Content)
Isi adalah aspirasi bangsa yang berkembang di masyarakat dan cita-cita serta tujuan nasional
dalam pembukaan UUD 1945 . Dalam mencapai aspirasi berkembang bangsa Indonesia harus
menciptakan persatuan dan kesatuan di masyarakat yang majemuk berkenaan dengan dua hal
yakni realisasi aspirasi masyarakat sebagai kesepakatan bersama dan persatuan kesatuan yang
meliputi semua aspek kehidupan nasional.
3. Tata Laku (Conduct)
Tata laku merupakan hasil interaksi anatara wadah dan isi yang terdiri dari tata laku batiniah dan
lahiriah, dimana tata laku batiniah mencerminkan jiwa semangat dan mentalitas yang baik
bangsa Indonesia sedangkan tata laku lahiriah tercermin dalam tindakan, perbuatan, dan perilaku
dari bangsa Indonesia di dalam menyikapi dan mengatasi berbagai persoalan bangsa dengan
memperkuat jati diri atau identitas serta kepribadian bangsa Indonesia berdasarkan kekeluargaan
dan semangat kebersamaan di dalam menumbuhkan nasionalisme dan loyalitas yang tinggi pada
hukum dan tanah air Indonesia. Semakin banyak koruptor, pelaku ilegal logging, penyelundupan,
pengoplos minyak, dan pelanggaran hukum umumnya itu semua mencerminkan tata laku yang
menghancurkan perekonomian dan peradaban Indonesia.
1.
2.
3.
4.

2.5 Asas-Asas Wawasan Nusantara


Kepentingan yang sama dalam arti anti penjajahan, anti politik adu domba, dan pecah belah
menjauhi kekerasan dan pemerasan, demi kebaikan dan kesejahteraan bersama.
Wujud keadilan dalam arti setian org harus menerima apa yang menjadi haknya. Selian itu juga
dipertimbangkan sesuai dengan karya, kontribusinya, dan pengabdian dan dedikasinya.
Kejujuran dalam ati punya keberanian untuk berkata jujur, bersaksi jujur dan bertindak jujur
demi kemajuan dan keadilan sosial.
Solidaritas dalam arti ada kesediaan untuk menolong, member dan berkorban bagi orang lain,
baik bagi korban bencana alam maupun untuk kelompok masyarakat marginal, serta mau
memberdayakan yang lemah agar mandiri.

5. Kerjasama dalam arti ada koordinasi yang intens, serasi sesuai prinsip egalitarian bahkan secara
sinergi mau berkerja sama dengan semua pihak yang ingin maju dan sesuai aturan yang ada.
6. Kesetiaan dalam arti melalui kesepakatan bersama bertekad dan berkomitmen mempertahankan,
mengisi kemerdekaan NKRI tanpa pamrih sembari menghormati prinsip Bhineka Tunggal Ika.
2.6 Arah Pandang Wawasan Nusantara
Dengan latar belakang budaya, sejarah serta kondisi dan konstelasi geografi serta
memperhatikan perkembangan lingkungan strategis, maka arah pandang wawasan nusantara
meliputi:
1. Ke dalam Bangsa Indonesia harus peka dan berusaha mencegah dan mengatasi sedini mungkin
faktor-faktor penyebab timbulnya disintegrasi bangsa dan mengupayakan tetap terbina dan
terpeliharanya persatuan dan kesatuan.Tujuannya adalah menjamin terwujudnya persatuan
kesatuan segenap aspek kehidupan nasional baik aspek alamiah maupun aspek sosial.
2. Keluar Bangsa Indonesia dalam semua aspek kehidupan internasional harus berusaha untuk
mengamankan kepentingan nasional dalam Asas Wawasan Nusantara.
Asas Wawasan Nusantara Merupakan ketentuan-ketentuan dasar yang harus dipatuhi,
ditaati,dipelihara dan diciptakan agar terwujud demi tetap taat dan setianya komponen/unsur
pembentuk bangsa Indonesia (suku/golongan) terhadap kesepakatan (commitment) bersama.
2.7 Tujuan Wawasan Nusantara
Tujuan wawasan nusantara adalah mewujudkan nasionalisme yang tinggi di segala aspek
kehidupan rakyat indonesia, yang mengutamakan kepentingan nasional dibandingkan
kepentingan individu, kelompok maupun golongan. nasionalisme yang tinggi di segala aspek
kehidupan, demi tercapainya tujuan nasionaltersebut, makin terpancarnya tentang pemahaman
dan semangat kebangsaan dalam jiwa bangsa Indonesia.
Tujuan Wawasan nusantara dalam TAP MPR 1983 adalah konsepsi untuk mencapai
tujuan pembangunan nasional :
- Kesatuan Politik
- Kesatuan Ekonomi
- Kesatuan Sosial Budaya
- Kesatuan Pertahanan Keamanan
2.8 Tantangan Implementasi Wawasan Nusantara
Dewasa ini kita menyaksikan kehidupan individu dalam memerangi keterbelakangan,
kemiskinan, kesenjangan sosial, korupsi, kolusi dan dalam menguasai IPTEK, meningkatkan
kualitas SDM, dan menjaga persatuan bangsa dan negara. Di dalam perjuangan non fisik,
kesadaran akan bela negara mengalami banyak kemunduran, hal ini terjadi karena kurangnya
rasa persatuan dan kesatuan warga negara dan adanya beberapa daerah yang ingin memisahkan
diri dari wilayah indonesia.
Dari uraian di atas tampak jelas, jika terjadi penurunan yang sangat drastis akan sadarnya
tentang pentingnya persatuan, kesatuan dan bela negara. anak-anak bangsa masih banyak yang
mementingkan kepentingan individu maupun golongan dan menyampingkan kepentingan
nasional. ini yang menjadi tantangan terberat bagi wawasan nusantara.
Penerapan Wawasan Nusantara harus tercermin pada pola pikir, pola sikap dan pola tindak
yang senantiasa mendahulukan kepentingan negara.

1.
2.
3.
4.

Sasaran-sasaran Implementasi Wawasan Nusantara:


Implementasi dalam kehidupan politik, adalah menciptakan iklim penyelenggaraan negara
yang sehat dan dinamis, mewujudkan pemerintahan yang kuat, aspiratif, dipercaya.
Implementasi dalam kehidupan ekonomi, adalah menciptakan tatanan ekonomi yang benar-benar
menjamin pemenuhan dan peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara merata dan
adil.
Implementasi dalam kehidupan sosial budaya, adalah menciptakan sikap batiniah dan lahiriah
yang mengakui, menerima dan menghormati segala bentuk perbedaan sebagai kenyataan yang
hidup di sekitarnya dan merupakan karunia Sang Pencipta.
Implementasi dalam kehidupan pertahanan dan keamanan, adalah menumbuhkan kesadaran
cinta tanah air dan membentuk sikap bela negara pada setiap WNI.
Dalam melaksanakan pemasyarakatan, lingkup materi wawasan nusantara yang disampaikan
hendaknya disesuaikan dengan tingkat, jenis, serta lingkungan pendidikan agar materi yang
disampaikan tersebut dapat mengerti dan dipahami.

Beberapa tantangan dalam Implementasi Wawasan Nusantara :


1. Pemberdayaan Masyarakat
John Naisbit dalam bukunya GLOBAL PARADOX menyatakan : negara harus dapat
memberikan perananse besar-besarnya kepada rakyatnya.
Pemberdayaan masyarakat dalam arti memberikan peranan dalam bentuk aktivitas dan
partisipasi masyarakat untuk mencapai tujuan nasional hanya dapat dilaksanakan oleh negaranegara maju dengan Buttom Up Planning, sedang untuk negara berkembang dengan Top Down
Planning karena adanya keterbatasan kualitas sumber daya manusia, sehingga diperlukan
landasan operasional berupa GBHN.
Kondisi nasional (Pembangunan) yang tidak merata mengakibatkan keterbelakangan dan ini
merupakan ancaman bagi integritas. Pemberdayaan masyarakat diperlukan terutama untuk
daerah-daerah tertinggal.
2. Dunia Tanpa Batas
a. Perkembangan IPTEK
Mempengaruhi pola pikir , pola sikap dan pola tindak masyarakat dalam aspek kehidupan.
Kualitas sumber daya Manusia merupakan tantangan serius dalam menghadapi tantangan global.
b. Kenichi Omahe dalam bukunya Borderless Word dan The End of Nation State menyatakan :
dalam perkembangan masyarakat global, batas-batas wilayah negara dalam arti geografi dan
politik relatif masih tetap, namun kehidupan dalam satu negara tidak mungkin dapat membatasi
kekuatan global yang berupa informasi, investasi, industri dan konsumen yang makin individual.
Untuk dapat menghadapi kekuatan global suatu negara harus mengurangi peranan pemerintah
pusat dan lebih memberikan peranan kepada pemerintah daerah dan masyarakat.
Perkembangan Iptek dan perkembangan masyarakat global dikaitkan dengan dunia tanpa
batas dapat merupakan tantangan Wawasan Nusantara, mengingat perkembangan tsb akan dapat
mempengaruhi masyarakat Indonesia dalam pola pikir, pola sikap dan pola tindak di dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3. Era Baru Kapitalisme
a. Sloan dan Zureker

Dalam bukunya Dictionary of Economics menyatakan Kapitalisme adalah suatu sistem


ekonomi yang didasarkan atas hak milik swasta atas macam-macam barang dan kebebasan
individu untuk mengadakan perjanjian dengan pihak lain dan untuk berkecimpung dalam
aktivitas-aktivitas ekonomi yang dipilihnya sendiri berdasarkan kepentingan sendiri serta untuk
mencapai laba guna diri sendiri.
Di era baru kapitalisme,sistem ekonomi untuk mendapatkan keuntungan dengan
melakukan aktivitas-aktivitas secara luas dan mencakup semua aspek kehidupan masyarakat
sehingga diperlukan strategi baru yaitu adanya keseimbangan.
b. Lester Thurow
Dalam bukunya The Future of Capitalism menyatakan : untuk dapat bertahan dalam era
baru kapitalisme harus membuat strategi baru yaitu keseimbangan (balance) antara paham
individu dan paham sosialis.
Di era baru kapitalisme, negara-negara kapitalis dalam rangka mempertahankan eksistensinya
dibidang ekonomi menekan negara-negara berkembang dengan menggunakan isu-isu global
yaitu Demokrasi, Hak Azasi Manusia, Lingkungan hidup.
4. Kesadaran Warga Negara
a. Pandangan Indonesia tentang Hak dan Kewajiban
Manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama. Hak dan
kewajiban dapat dibedakan namun tidak dapat dipisahkan.
b. Kesadaran bela Negara
Dalam mengisi kemerdekaan perjuangan yang dilakukan adalah perjuangan non fisik
untuk memerangi keterbelakangan, kemiskinan, kesenjangan sosial, memberantas KKN,
menguasai Iptek, meningkatkan kualitas SDM, transparan dan memelihara persatuan.
Dalam perjuangan non fisik, kesadaran bela negara mengalami penurunan yang tajam
dibandingkan pada perjuangan fisik.
2.9 Sosialisasi Wawasan Nusantara
Untuk mempercepat tercapainya tujuan wawasan Nusantara, disamping implementasi seperti
yang telah disebutkan diatas, perlu juga dilakukan pemasyarakatan materi Wawasan Nusantara
kepada seluruh masyarakat Indonesia. Pemasyarakatan Wawasan Nusantara tersebut dapat
dilakukan dengan cara berikut
Menurut sifat/ atau cara penyampaian, yang dapat dilaksanakan sebagai berikut
1. Langsung yang terdiri dari ceramah, diskusi, dialog, tatap muka
2. Tidak langsung, yang terdiri dari media elektronik dan media cetak
Menurut metode penyampaian yang berupa :
1. Keteladanan. Melalui metode penularan keteladanan dalam sikap perilaku kehidupan sehari-hari
kepada lingkungannya serutama dengan memberikan contoh-contoh berpikir, bersikapdan
bertindak mementingkan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan sehingga
timbul semangat kebangsaan yang selalu cinta tanah air.
2. Edukasi, yakni melalui metode pendekatan formal dan informal. Pendidikan dormal ini dimulai
dari tingkat taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, pendidikan karier di semua strata dan
bidang profesi, penataran, kursus dan sebagainya. Sedangkan pendidikan non-formal dapat
dilaksanakan di lingkungan keluarga, pemukiman, pekerjaan, dan organisasi kemasyarakatan.

3. Komunikasi. Tujuan yang ingin dicapai dari sosialisasi wawasan nusantara melalui metode
komunikasi adalah tercapainya hubungan komunikatif secara baik yang akan mampu mencptakn
iklim saling menghargai, menghormati, mawas diri, dan tenggang rasa sehingga terciptanya
kesatuan bahasa dan tujuan tentang wawasan nusantara.
4. Integrasi. Tujuan yang ingin dicapai dari pemasyarakatan/sosialisasi wawasan nusantara melalui
metode ini adalah terjalinnya pemahaman tentang wawasan nusantara akan membatasi sumber
konflik di dalam tubuh bangsa Indonesia baik pada saat ini maupun di masa mendatang dan akan
memantapkan kesadaran untuk mengutamakan kepentingan nasional dan cita-cita tujuan
nasional.

BAB 3 PENUTUP
3.1 Simpulan
Secara konsepsional, wawasan nusantara merupakan wawasan nasionalnya bangsa Indonesia.
perumusan wawasan nusantara bangsa Indonesia yang selanjutnya disebut Wawasan Nusantara
itu merupakan salah satu konsepsi politik dalam ketatanegaraan Republik Indonesia.
Sebagai wawasan nasional dari bangsa Indonesia maka wilayah Indonesia yang terdiri dari
daratan, laut, dan udara di atasnya dipandang sebagai ruang hidup yang satu atau utuh. Wawasan
nusantara sebagai wawasan nasionalnya bangsa Indonesia didasarkan pada konstelasi lingkungan
tempat tinggalnya yang menghasilkan konsepsi wawasan nusantara. Jadi, wawasan nusantara
merupakan penerapan dari teori geopolitik bangsa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Adianto,
Khairul. 2011. Wawasan
Nusantara
Sebagai
Geopolitik
Indonesia.http://khairuladiantopratomo.blogspot.com/2011/03/wawasan-nusantara-sebagaigeopolitik.html. (12 Maret 2013)
Sinamo, Nomensen. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Permata Aksara.
Yuliyanto,
Eko
S.
2012.
Wawasan
Nusantara
Sebagai
Geopolitik
Indonesia.http://ekochayoo84.blogspot.com/2012/04/wawasan-nusantara-sebagaigeopolitik.html. (12 Maret 2013)
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/03/tantangan-implementasi-wawasan-nusantara/
http://panduhideto.blogspot.com/2012/05/tantangan-implementasi-wawasan.html

Anda mungkin juga menyukai