Anda di halaman 1dari 9

Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal

GEJOLAK JIWA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA PESTA PENCURI KARYA JEAN
ANOUILH:
KAJIAN STRUKTURALISME MURNI
Debbing Kumalasari (11020074035)
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya
Debbing.kumalasari29@gmail.com

Nilla Tuwindasari (1102007040), Rian Dwi Mulyo (1102007050)


S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya
nillatuwinda@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini berusaha menemukan penilaian terhadap karya sastra pada naskah drama Pesta Pencuri.
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana gejolak jiwa yang dialamai tokoh-tokoh dalam
naskah drama Pesta Pencuri. Tujuan penelitian ini adalah mendiskripsikan gejolak jiwa tokoh dalam
naskah drama Pesta Pencuri. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori strukturalisme
murni, yaitu mengetahui psikologi tokoh melalui penokohan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
penggambaran tokoh pada naskah drama ini memiliki karakter yang kuat pada masing-masing tokohnya.
Kemenarikan naskah drama Pesta Pencuri terletak pada penggambaran tokoh yang
memunculkan kejutan-kejutan bagi para pembaca. Kejutan Jadi penggambaran
karakter tokoh dan gejala jiwanya sangat mengasyikkan. Untuk dapat menikma ti
karya ini perlu pemahaman yang cukup sehingga drama ini tepat dijadikan bahan
diskusi atau bacaan mahasiswa. Terdapat hal yang menimbulkan pertanyaan besar
mengenai penokohan Lady Hurf, yaitu mengenai tujuannya membuat permainan
dengan Hector, Peterbone, dan Gustave. Di akhir cerita pun hal ini tidak dijelaskan.
Inilah menjadikan naskah drama ini menjadi ada sesuatu yang mengganjal dalam
penggambaran penokohannya.
Kata Kunci: psikologi tokoh, penokohan, strukturalisme

NDAHULUAN

Drama merupakan genre sastra yang ciri


pembendanya adalah berbentuk dialog. Samahalnya
dengan karya sastra lain, dalam drama juga
menggambarkan konflik-konflik kehidupan manusia
yang dalam drama tergambarkan bagaimana manusia
menghadapi suatu permasalahan yang ada. Dalam naskah
darama yang berjudul Pesta Pencuri ini, digambarkan
sekelompok orang yang dihadapkan pada suatu masalah.
Drama yang absurd ini menceritakan permaianan tokohtokoh yang saling mengelabuhi.

Bagi sastra barat kebanyakan teks drama dan cerita


mengandung unsur fiksionalitas, dan teks-teks rekaan ini
disebut sastra. Dalam sastra bahannya diolah secara
istimewa. Sebuah karya sastra dapat dibaca menurut
tahap-tahap arti yang berbeda-beda. Juga karya-karya
yang bersifat nonfiksi dan yang juga tidak dapat
digolongkan pada puisi. Terdapat karya-karya yang
semula tidak dianggap suatu karya sastra tetapi kemudian
dimasukkan dalam kategori sastra. Menurut Luxemburg
dan kawan-kawan, sastra tidak secara langsung
mengatakan suatu mengenai kenyataan dan juga tidak
menggugah untuk langsung bertindak. Sambil membaca
karya sastra kita dapat mengadakan identifikasi dengan
seorang tokoh, dengan orang-orang lain. Bahasa sastra
dan pengolahan bahan lewat sastra dapat membuka batin
kita bagi pengalaman-pengalaman baru. Bahasa dan
saran-sarana sastra masih mempunyai suatu nilai sendiri.
Dan ketika kita tidak perlu mencari jauh-jauh untuk
menetapkan, bahwa dalam lingkungan kebudayaan kita,
sastra merupakan sarana yang sering digunakan untuk
mencetuskan pendapat-pendapat yang hidup di dalam
masyarakat.

Analisis yang dilakukan, mengangkat sebuah


konteks yang ada dalam analisis strutural. Objek naskah
drama ini adalah tentang tokoh dan penokohan kajian
strukturalisme murni.
2. Rumusan Masalah
Bagaimanakah gejolak jiwa tokoh-tokoh dalam
naskah drama Pesta Pencuri karya John Anouilh?
3. Tujuan
Mendeskripsikan gejolak jiwa tokoh-tokoh dalam
naskah drama Pesta Pencuri karya John Anouilh.

Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal

Kajian Teori

pernah adadi dunia nyata, dan tokoh nyata sebaliknya


dari tokoh rekaan. Penokohan dan pemplotan merupakan
dua fakta cerita yang saling mempengaruhi. Plot adalah
apa yang dilakukan atau menimpa tokoh. Tokoh-tokoh
cerita sebagai pelaku tema secara terselubung atau
terang-terangan. Salah satu bentuk relevansi tokoh sering
dihubungkan dengan kesepertihidupan, lifelikeness.
Seorang tokoh cerita dianggap relevan bagi pembaca,
kita, jika ia seperti kita, atau orang lain yang kita ketahui.
Relevansi tokoh dan penokohan harus dilihat dalam
kaitannya dengan berbagai unsur lain dan perannya
dalam cerita secara keseluruhan.

Unsur-unsur drama pada dasarnya tidak jauh


berbeda dengan unsur-unsur dalam prosa fiksi. Unsurunsur tersebut adalah plot atau alur, tokoh atau karakter,
dialog, latar atau setting. Apabila drama dipentaskan
maka dilengkapi dengan unsur gerak, tata busana, dan
tata rias, tata panggung, tata bunyi, tata suara, dan tata
lampu atau sinar.
Dalam sebuah modul analisis drama, tiga aspek
yang hendak ditinjau: situasi bahasa, penyajian dan
alurnya. 1) menurut situasi bahasa dialog atau teks pokok
menjadi paling penting 2) penyajian unsur-unsur alur 3)
segi alur tidak dibicarakan. Pada pokoknya sebuah teks
drama tediri atas teks-teks para aktor, dan tak ada seorang
juru cerita yang langsung menyapa para penonton. Antara
dialog dan perbuatan terjalin suatu hubungan yang
majemuk dan intensif. Dalam sebuah teks, cerita berita
dan komentar menonjol, tetapi dalam teks drama
dialoglah yang menduduki tempat utama. Bila kita
menganilis sebuah teks drama menurut tindak tanduk
bahasa, maka kita memperoleh suatu gambaran
bagaimana ada bagia teks yang lebih bersifat dramatik
dan bagian teks yang lebih bersifat naratif. Dalam
kerangka fiksi dapat diberikan keterangan kepada para
penonoton tanpa merusak suasana fiksi atau
mempersoalkannya. Teks yang diucapkan oleh para
pelaku dibungkus dalam, atau dicangkokkan pada teks
samping. Bagi pembaca teks samping itu lebih penting
dari pada untuk para penonton. Dari beberapa segi drama
terikat oleh konvensi, yaitu kata sepakat implisit antara
pengarang drama serta para penonton. Adegan-adegan
memperlihatkan suatu konsentrasi, atau pemadatan,
bukan alur yang dipadatkan melainkan penampilannya.
Jumlah peristiwa dibatasi oleh daya tampung penonton.
Bila jaringan peristiwa terlalu padat, kita tidak lagi dapat
mengikuti jalurnya. Dalam dunia drama, pada umumnya
deretan peristiwa harus dipentaskan secara kronologik.
Namun, pada umumnya boleh dikatakan bahwa
pementasan simultan memerlukan akal-akal pementasan
yang lihay. Dalam bidang penokohan pun sebuah pentas
dibatasi karena tiadanya seorang komentator yang
bercerita. Pelukisan implisit terjadi lewat perbuatan dan
ucapan, dan sebetulnya lebih penting dari pada pelukisan
eksplisit. Dalam teks samping, diberi petunjuk-petunjuk
mengenai watak para tokoh. Pada zaman modern raktik
drama memperlihatkan ketidakadaan pembatasan. Ciriciri situasi dramatik tidak bersifat mutlak dan tidak pula
dibatasi.

Teknik pelukisan tokoh dibedakan menjadi dua cara,


teknik uraian dan ragaan. Atau secara langsung dan tidak
langsung. Pelukisan tokoh dilakukan dengan memberikan
deskripsi uraian atau penjelasan secara langsung.teknik
ini bersifat sederhana dan cenderung ekonomis.
Kelemahannya ialah penuturannya yang bersifata
mekanis dan kurang alami. Selain itu ada pula teknik
dramatik, cakapan, Penampilan tokoh dalam teknik
dramatik artinya mirip dengan yang ditampilkan pada
drama, dilakukan secara tak langsung. Kelemahan dari
teknik ini adalah sifatnya yang lebih sesuai dengan
kehidupan nyata, sifatnya tidak ekonomis, pelukisan
memerlukan banyak kata. Teknik Cakapan: Menafsirkan
sifat kedirian tokoh dapat pula dilakukan dengan melihat
percakan tokoh dalam cerita. Untuk mengenal secara
lebih lengkap kita harus menafsirkannya dari keseluruhan
wacana cerita,khususnya melalui teknik pelukisan
karakter kedirian tokoh yang lain. Teknik Tingkah Laku:
Teknik tingkah laku menyaran pada tindakan yang
bersifat nonverbal, fisik, dapat dipandang sebagai
menunjukkan reaksi, tanggapan, sifat dan sikap, yang
mencerminkan sifat-sifat kediriannya. Teknik Pikiran dan
Perasaan:Teknik pikiran dan perasaan dapat ditemukan
dalam teknik cakapan dan tingkah laku. Artinya
penuturan itu sekalius untuk menggambarkan pikiran dan
perasaan tokoh. Teknik pikiran dan perasaan dapat juga
sesuatu yang tidak pernah dilakukan secara konkret
dalam bentuk tindakan dan kata-kata.Teknik Arus
Kesadaran: Aliran kesadaran berusaha menangkap proses
kehidupan batin, baik yang berada diambang kesadaran
maupun ketaksadaran termasuk kehidupan bawah sadar.
Teknik ini banyak menganggap dan memberikan
informasi tentang kedirian tokoh.Teknik Reaksi Tokoh:
Teknik reaksi tokoh dimaksudkan sebagai reaksi tokoh
terhadap suatu kejadian, masalah, keadaan, kata, sikaptingkah laku orang lain yang berupa rangsang dari luar
diri tokoh yang bersangkutan. Teknik Reaksi Tokoh Lain:
Reaksi tokoh(-tokohlain dimaksudkan sebagai reaksi
yang diberikan oleh tokoh lain terhadap tokoh utama,
atau tokoh yang dipelajari kediriannya yang berupa
pandangan, pendapat, sikap, komentar, dan lain-lain.

Penokohan ialah bagai mana cara pengarang


menggambarkan dan mengembangkan watak tokohtokoh dalam sebuah cerita rekaan. Cara penggambaran
tokoh: secara analitik dan secara dramatik. Pusat
pengisahan maksudnya adalah sebagai siapa pengarang
dalam cerita. Istilah tokoh menunjuk pada orangnya,
pelaku cerita. Sedangkan penokohandan karakterisasi
menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan
watak tertentu dalam sebuah cerita. Character dapat
berarti tokoh dan dapat pula perwatakan. Tokoh
dibedakan menjadi tokoh rekaan yaitu tokoh yang tak

Drama yang termasuk cipta sastra adalah naskah


ceritanya. Beberapa kaidah yang dianut Aristoteles dalam
drama yaitu: kesatuan gerak, kesatuan waktu, dan
kesatuan tempat. Ketiganya dianggap sebagai syarat
sebuah drama. Alur drama hampir sama dengan alur
cerita rekaan, yaitu: pembaruan mula, penggawatan,
klimaks, antiklimaks, dan penyelesaian
2

Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal

7) Lady Hurf
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kritik

8) Dupont-Dufort Tua
9) Dupont-Dufort Muda

Sebagian besar penggambaran penokohan pada


naskah drama yang berjudul Pesta Pencuri ini memiliki
karakter yang kuat pada masing-masing tokohnya.
Penggambaran peristiwa dan penokohammya pun
dikemas atau digambarkan sedikit absurd sehingga drama
ini dapat dikatakan drama yang absurd.

10) Tukang Canang


11) Polisi-Polisi
12) Anak Kecil
d. Penokohan

Kemenarikan naskah drama Pesta Pencuri karya


Jean Anouilh, yang diversikan ke Indonesia
oleh
Asrul
Sani
ini
terletak
pada
penggambaran tokoh yang memunculkan
kejutan-kejutan bagi para pembaca. Kejutan
tersebut misalnya pada karakter Lady Hurf
yang diakhir cerita sengaja membuat sebuah
permainan namun setelah itu kecemasan
Lady Hurf muncul ketika teringat Juliette tidak
ada karena dia takut keponakannya jatuh
cinta oleh pencuri. Jadi penggambaran
karakter tokoh dan gejala jiwanya sangat
mengasyikkan. Untuk dapat menikma ti karya
ini perlu pemahaman yang cukup sehingga
drama ini tepat dijadikan bahan diskusi atau
bacaan mahasiswa.

Peterbono
Peterbono adalah sosok pencuri yang penuh tipu
muslihat dan pengumpat. Ia tak segan-segan
mengeluarkan umpatan terutama ketika Peterbono
geram kepada Gustave. Gustave sebagai anggota baru
dianggap tidak memiliki kinerja sesuai yang
diharapkannya. Ia hanya berhasil mencopet satu
dompet. Dompet tersebut ternyata milik Peterbono. Hal
tersebut disebabkan oleh Gustave tidak dapat
mengenali Peterbono ketika sedang menyamar menjadi
seorang yang tua berjanggut panjang berwarna putih.
Hal tersebut tampak dalam kutipan sebagai berikut.
32. PETERBONO: (dengan marah) ...celana kotakkotak, jas hijau, betul kan? Otak udang?

Terdapat
hal
yang
menimbulkan
pertanyaan besar mengenai penokohan Lady
Hurf, yaitu mengenai tujuannya membuat
permainan dengan Hector, Peterbone, dan
Gustave. Di akhir cerita pun hal ini tidak
dijelaskan. Inilah menjadikan naskah drama
ini menjadi ada sesuatu yang mengganjal
dalam penggambaran penokohannya.

34. PETERBONO: (duduk pada sebuah kursi) Itu


kan aku, bodoh, itu kan aku... Kalau begini
keadaannya, kita untung kalau masih bisa
menutup pengeluaran kita.
Jiwa penguasanya muncul karena faktor usianya.
Usianya yang paling tua diantara Hector dan Gustave
membuatnya memosisikan diri sebagai pengontrol kerja
pencurian mereka. Hal ini membuat Gustave dan
Hector menjadi takut dan tunduk kepada Peterbone.
Karena Gustave dan Hector juga menghormati
Peterbone hal ini yang membuat Peterbone menjadi
berjiwa seperti orang tua sekaligus pemimpin kelompok
kecil pencuri. Perasaan yang demikian ini membuat ia
meremehkan dan menganggap kerja yang lain tidak
akan berhasil tanpa campur tangannya. Hal ini terbukti
ketika mereka akan memasuki keluarga Ladyu untuk
mencuri dengan jalan mendekati kedua sepupunya
Peterbone melarang Gustave yang melakukannya
bahkan sempat mereka sempat bertengkar. Dari sini
terlihat bahwa Peterbone memosisikan dirinya sebagai
pemimpin dan penguasa.

Gejolak Jiwa Tokoh


a. Latar (setting)
1) Tempat : rumah Lady Hurf di kamar, taman,
dapur, ruang tamu,
vila
2) Waktu : siang dan malam.
3) Suasana : intim, menegangkan, mengharukan
b. Alur : maju pembaruan mula, penggawatan,
klimaks, antiklimaks, dan penyelesaian
c. Tokoh
1) Peterbone

Hector

2) Hector

Sama seperti Peterbono, Hector juga merupakan


sosok pencuri yang penuh tipu muslihat. Dibalik
keinginannya mengambil harta kekayaan Lady,
sesungguhnya di dalam hati Hector tersimpan perasaan
cinta teradap Eva. Berawal dari keinginan mendapatkan
cincin yang digunakan Eva, lalu perasaan itu benar-

3) Gustave
4) Eva
5) Julliete
6) Lord Edgard

Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal

benar menjadi terjadi pada Hector. Gejolak jiwa antara


cinta, takut kehilangan, dan keinginannya untuk
menjadi pencuri profesional membuatnya menjadi sulit
terkontrol. Sikapnya terhadap Eva dikuasasi oleh
perasaan cintanya terhadap gadis tersebut. hal tersebut
terlihat dari usahanya yang terus meyakinkan Eva
ketikaEva sedang marah padanya.

mengeluarkan pistol. Aksi mengeluarkan pistol dan


melepaskan pelurunya tersebut merupakan wujud dari
ketakutannya. Namun ketika dia mulai mencium baubau ketololon dan ketidaktahuan D.D. Muda dan D.D.
Tua muncul karakter Gustave yang berikutnya, yaitu
cerdik
kecerdikannya
tersebut
terlihat
dari
kemampuannya memanfaatkan kesempatan yang ada
untuk menyelamatkan dirinya. Tetap saja keadaan yang
demikian menciptakan kecemasan pada diri Gustave.

Sikap manisnya tak mungkin tanpa ada maksud


dan tujuan tertentu. Ketakutan Hector kehilangan cinta
Eva membuatnya rela melakukan apapun. Hal tersebut
ia lakukan untuk mendapatkan harta Eva. Satu-satunya
cara agar membuat dirinya disenangi Eva yaitu menjadi
Hector yang dulu, Hector saat berjumpa Eva untuk
pertama kalinya. Tentu saja Hector bingung karena ia
sendiri tidak tahu Hector dengan wajah seperti apa
ketika pertama kali berjumpa dengan Eva. Ia terus
mencoba. Hal tersebut tampak dalam kutipan sebagai
berikut.

467.D.D TUA: Didier, apa kau tidak bisa lebih


hati-hati?
468.D.D MUDA: Bukan aku . . .
469.D.D TUA: Kalau begitu
memecahkan jambangan itu?

siapa

yang

470.LORD
EDGARD:
(Masuk
lalu
menghidupkna lampu. Ia berpakaian seperti
polisi) Apa ini rebut-ribut? Bagaimana topiku?

294. HECTOR: (Berpaling untuk mengganti


riasnya lalu berbalik dengan wajah yang baru
sama sekali.) Apa bukan seperti ini?

471.D.D TUA: (Ia dan ANAKNYA menyamar


sebagai orang Indian) Bagus, Tuan, bagus.
(LORD EDGAR keluar, D.D TUA mendekati
GUSTAVE) Bajumu tidak bagus, tidak berhasil.
Terlalu bersahaja, yang terpenting ciri-ciri kecil
itu. Lihat, misalnya parut ini.

295. EVA: (Tertawa terbahak-bahak) Bukan,


bukan sama sekali.

472.D.D MUDA: Dan katup mata hitam.

Gustave

473.GUSTAVE: Kenapa kalian berpakaian seperti


ini?

Karakter pencuri Gustave sangat kuat. Hal ini


terlihat dari langkah yang dipilihnya pada malam ketika
pesta pencuri. Ia memilih melakukan pencurian sendiri
dengan mengabaikan rasa cintanya terhadap Juliette. Ia
memilih melakukan pekerjaan lalu pergi meninggalkan
cintanya. Terlihat pula ketika dia mengikat Julliette
pada sebuah kursi dan ingin melanjutkan aksi
mencurinya, dia tidak memedulikan cintanya terhadap
Julliete. Bagaimanapun juga, ia tetap tidak bisa lepas
dari perasaan-perasaan cintanya pada Juliette. Rasa
takut dan cemas tentu mengiringinya ketika ia sedang
malakukan aksi pencuriannya. Terlihat dari sikapnya
ketia ia didapati oleh D.D Muda dan D.D Tua ketika
menjalani aksinya.

474.D.D TUA: Kami mau ke kasino.


475.D.D MUDA: Ke karnaval Pencuri. Kau juga
kan?
476.GUSTAVE:Oh. Ya, ya, tentu, aku juga.
477.D.D TUA: Sebaiknya riasmu kau perbaiki
sedikit. Agak terlalu bersahaja. Kau sama sekali
tidak mirip seorang pencuri.
478..GUSTAVE: Betul..betul, nanti kuperbaiki.
(ia berjalan ke pintu) Apa semua ikut ke karnaval
pencuri itu?

458.GUSTAVE: Demi Tuhan, apa yang terjadi?


(Ia mencabut sebuah pistol) Angkat tangan!

479.D.D TUA: Tentu, semua.


480.GUSTAVE:Bagus sampai nanti. (Dia pergi)

459.D.D TUA: (Yang tadinya bayang-bayang)


Hahaha bagus sekali! Dari mana kau
peroleh pistol itu? Bagus-bagus.

Kecemasan pada Gustave lebih terlihat pada


kutipan naskah dialog ke 476 dan 478. Cara berbicara
yang tidak lancar terlihat dari intonasi yang dibuat
sedikit panjang dan pengulangan pada kata tertentu,
misalnya kata betul dan kata ya. Setelah itu muncul
senang ketika dia mengetahui bahwa semua orang pergi
ke pesta pencuri. Hal ini membuatnya leluasa untuk
kembali meneruskan aksinya.

460.GUSTAVE: Jangan bergerak, kalau tidak


kutembak.
461.D.D TUA: Ke mari dengan tenang, permainan
selesai.
462.GUSTAVE: Jangan bergerak, setan. (Ia
menembak)

Karakter Gustave selanjutnya adalah tidak


tegaan. Ini terlihat ketika dia sedang melakukan aksi
pencuriannya lalu dipergoki Julliet. Tindakan yang
dipilihnya adalah mengikat Julliet dan membungkam
mulutnya. Namun akhirnya pun ia melepas ikatan yang
menyiksa Julliete tersebut. Sikapnya yang demikian

Dari kutipan dimuka terlihat jelas rasa takut


Gustave terhadap dua orang yang menemuinya, apa lagi
diawal dikatakan bahwa Mereke berdua adalah bandit.
Ketakutan tersebut terlihat dari sikapnya yang seketika

Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal

dimotori oleh rasa sayangnya terhadap Julliete serta


ketidak tegaannya terhadap gadis yang dicintainya
tersakiti. Tidak hanya itu, hal yang membuatnya mau
melepas ikatan Julliete adalah keyakinannya atau
kepercayaannya teradap Julliete. Kelimat-kalimat yang
keluar dari mulut Julliete mampu meluluhkan hati
Gustave, juga percaya terhadapnya.

khawatir, kalau kau takut pada pertanyaanpertanyaan yang tidak enak di kantor catatan sipil,
kita tidak perlu kawin seperti biasa. Nah sekarang
(Ia mengangkat salah satu dari karung-karung
itu) Apa Cuma ini yang kita bawa?
646.GUSTAVE: (Merenggutkan karung itu dari
padanya) Juliette, jangan. Kau tidak tahu apa yang
kau perbuat. Jangan ikut aku, apa akan jadinya
kau

Sifat ketegasan Gustave pada awalnya diawali


dengan keraguan Gustave terhadap keputusan yang
diambil Julliete. Hal ini menimbulkan dilema baginya.
Ia dihadapkan pada suatu pilihan yang membuat dirinya
bingung dan sulit menentukan pilihan. Namun pada
akhirnya ia dapat memutuskan memperjuangkan cinta
bersama. Hal ini karena terdapat dorongan dari luar,
yaitu dari Julliete yang terus meyakinkannya. Berikut
bukti kutipannya.

647.JULIETTE: Aku akan membantumu. Aku


akan lihat-lihat, dan kalau kulihat ada orang yang
datang, aku akan bersiul. Aku pandai sekali
bersiul. Coba dengarkan (Ia memperdengarkan
bunyi siul yang melengking)
648.GUSTAVE: Sssttt . . . jangan!

628.GUSTAVE: Apa yang mau kau katakana?


629.JULIETTE: Apa kau mengira aku datang
kemari mencari kau dengan mengenakan pakaian
perjalanan hanya untuk duduk dan diikatkan pada
sebuah kursi dan mulutku disumbat seperti seekor
kepompong? Tentu saja aku tahu kau seorang pencuri.
Kalau kau bukan pencuri betul, aku tidak akan pernah
mengira kau akan berangkat tengah malam buta. Ya
kan? Apalagi kau tamu bibiku.

Gustave jatuh cinta pada Juliette. Juliette pun juga


mencintai Gustave. Hal tersebut membuat Gustave
dihadapkan pada posisi yang sangat sulit. Hidup
berdampingan dengan Juliette dengan penuh
kebohongan
ataukah
menjauhi
Juliette
dan
merelakannya karena merasa tidak layak untuknya
merupakan masalah dilematik bagi Gustave. Disinilah
pilihan tersulit Gustave. Segenap cinta ingin
menahannya disini namun pikirannya menyuruhnya
segera pergi. Ini karena dia memiliki kesadaran akan
kekurangan dirinya. Rasa takut tidak bisa
membahagiakan Julliete membuatnya mengembil
pilihan mencuri lalu merelakan cintanya. Hal tersebut
tampak dalam kutipan sebagai berikut.

630.GUSTAVE: Apa yang kau bicarakan?


631.JULIETTE: Selama satu jam terakhir, aku
sudah berulang kali mengatakan padamu. Aku
cinta pada kau. Aku melihat kau mengeluarkan
mobil dari garasi. Aku menerka kau tentu betulbetul telah mencuri dan bahwa malam ini adalah
malam yang ditunggu-tunggu dan akan mengira
begitu pekerjaanmu selesai, kau tentu segera
berangkat, lalu aku berpakaian dan siap
berpakaian dan siap berangkat dengan kau. Kau
tidak bermaksud tinggal di sini kan?

652.GUSTAVE: Tapi apa kau tahu bahaya


kehidupan seperti ini?
653..JULIETTE: Ya, cium aku.
654.GUSTAVE: Juliette, iini berarti selamat
tinggal pada kesenanganmu.

632.GUSTAVE: Pertanyaan itu tidak pantas


diajukan pada seorang pencuri.

655.JULIETTE: Kesenanganmu sudah siap untuk


membunuh aku. Cium aku . . .

633.JULIETTE: Kalau begitu bawalah aku.

656.GUSTAVE: Tapi kau bahagia di sini, Juliette.


Kau tidak tahu apa artinya dikejar-kejar rasa takut,
kau sudah biasa dengan kemewahan.

634.GUSTAVE: Tapi aku seorang pencuri.


635.JULIETTE: Kan sudah kukatakan, aku tahu
kau seorang pencuri. Buat apa diulang-ulangi lagi?
Kau rupanya tidak punya perhatian pada dirimu
sendiri. Ayuh, buka tanganku!

657.JULIETTE: Tapi kita kaya. Lihat ini. Jika kau


khawatir, kita tidak usah mencuri dulu selama
polisi mencari-cari aku.

636.GUSTAVE: Tapi Juiette

658.GUSTAVE: Pencuri bukanlah orang kaya.


Hasil dari barang-barang yang kita jual sedikit
sekali.

642.GUSTAVE: Mau mengapa kau?


643.JULIETTE: Betul, aku mulai bertanya-tanya,
apa kalian segera ka nada di sana. Apa aku
menarik hatimu, ya atau tidak?

Eva

644.GUSTAVE: Ya, tapi

Sifat penyayang dan peduli Eva terlihat pada saat


dia berusaha meyakinkan Julliete bahwa dia tidak
mengganggu atau memiliki perasaan terhadap Gustave.
Cara yang dilakukan Eva adalah dengan mebesarkan
hati Julliet, meyakinkan Julliete bahwa dai harus

645.JULIETTE: Bagus, itu yang pokok. Sekarang


begini. Gustave . . . kalau kau senang padaku, aku
cinta padamu dan aku ingin jadi istrimu jangan

Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal

memperjuangkan cintanya. Hal ini terlihat pada kutipan


berikut.

.........................
Sifat bijaksana Eva juga terlihat pada kutipan
berikut.

513.EVA: Tidak. Aku sayang sekali padamu,


duduklah.

557.EVA: Kau belum pernah seperti aku


menerima seorang laki-laki tanpa rasa cinta di
ranjangmu. Kau bahkan tidak memakai sebentuk
perhiasan pun di lehermu, tidak sebentuk cincin
pun di jarimu. Kau tidak pakai apa-apa kecuali
baju yang bersahaja ini. Umur dua puluh tahun
dan kau sedang bercinta. Julitte, kenapa kau tidak
memakai pakaian pencuri seperti kami?

517.EVA: Oh, seandainya akundapat membuat


diriku menginginkan seseorang . . .
518.JULIETTE: Jadi kau tidak menginginkan dia?
519.EVA: Tidak, anak bodoh.
520.JULIETTE: Apa kau tidak pernah bicara
dengannya kalau aku lagi tdak ada?

Dari ungkapan Eva terhadap Julliete yang


demikian merupakan sikap yang dilakukannya agar
Julliete tidak mengalami hal yang sama terjadi pada
Eva. Sikap ini didorong oleh keinginannya akan
kebahagiaan Julliete. Dalam ungkapan Eva tersebut
tersirat usaha ingin menguatkan dan membangun
kekuatan Julliete, tentunya kekuatan batinnya.

521.EVA: Oh, Seandainya aku ingin, bagiku


rasanya akan susah sekali. Ia hanya secara
kebetulan berada di dekatku dan kau selalu
memperhatikan kami.
......
530.JULIETTE: Tentang hari itu aku tidak begitu
yakin. Malam itu di matanya terbayang satu
pandangan yang aneh.

Eva terlalu mudah tertarik kepada seorang pria


(Hector) bahkan ketika pertemuan pertamanya.
Awalnya, ia tidak ingin seorang pun tahu tentang hal
itu, tak terkecuali bibinya (Lady Hurf) dan kekasih
bibinya (Lord Edgard). Itulah yang membuatnya
gelisah ketika bertemu dengan Hector. Hal tersebut
tampak dalam kutipan sebagai berikut. Disaat seperti
inilah kecemasan dan gejolak batin Eva

531.EVA: Karena ia bertanya padaku, apa aku


mengira kau cinta padanya. Lalu aku mengatakan,
kau seorang gadis kecil yang tidak bisa diterka
keinginannya dan bahwa kita tidak bisa tahu apa
yang terjadi dalam hatimu.
532.JULIETTE: Apa betul itu sebabnya? (diam
sebentar). Aku mengira, kau barangkali telah
menceritakan sesuatu yang lain padanya.

2.

533.EVA: Apa sekarang kau puas?

EVA: (Tertawa) Bukan. Tepuk tangan itu untuk


orkes. Kau betul-betul menarik hatiku.
6. EVA: Hati-hati. Kawan lama bibiku Lord
Edgard ada di sana, dekat tempat musik, lagi baca
koran. (Dia mengulurkan tangan sambil berpaling
untuk memperhatikan LORD EDGARD.)

............
Karakter mulia Eva tersurat pada dialog ke 541.
Kemuliaannya terdapat pada sikapnya yang mengalah
demi Julliete. Sebenarnya Eva telah menahan rasa
gejolak cinta dan ingin berpacaran dengan Gustave,
namun mengingat bahwa Julliet sangat mencintai
Gustave maka ia menahan diri dan memilih untuk
mundur. Keinginan yang tak dapat dipenuhinya demi
adiknya adalah perasaan sakit dan sesak yang ia
sembunyikan dari orang lain. Eva memilih untuk
mengalah demi Julliete karena beberapa faktor yang
membegroninya. Rasa sayang Eva terhadap Julliete
terbukti di sini, pada sifatnya yang mulia, mengalah,
dan berusaha menguatkan hati Juliette. Usaha yang ia
lakukan adalah merubah pola pikir Julliete bahwa Eva
adalah saudaranya, bukan musuhnya.

Juliette
Sifat Julliete yang curiga terwujud dari sikap yang
ditunjukkannya terhadap Eva. Ia mencurigai Eva
mencintai dan mendekati Gustave. Perilaku dan sifat
yang demikian didorong oleh perasaan cintanya yang
begitu besar terhadap Gustave. Dari cinta yang besar
tersebut membuatnya muncul rasa takut akan
kehilangan Gustave karena direbut oleh Eva. Hal ini
dapat dibuktikan pada kutipan drama berikut.
511.EVA: Juilette, kenapa kau memandang aku
seolah-olah aku musuhmu?
512.JULIETTE: Kau musuhku.

541.EVA: Apa kau kira aku tidak dapat menahan


diri hendak berpacaran dengannya, sedang aku
tahu kau begitu cinta padanya?

513.EVA: Tidak. Aku sayang sekali padamu,


duduklah.
514.JULIETTE: Kau juga cinta padanya, bukan?
Kau mau menjauhkan dia dari aku dan sebelum itu
kau mau memperingatkan aku supaya aku jangan
sedih. Barangkali kalian berdua sudah sepakat

542.JULIETTE: Sikapmu itu mulia sekali.


543.EVA: Tidak. Sebetulnya aku menghendaki
diriku menginginkannya begitu rupa hingga aku
mengorbankan
kau
tanpa
menenggang
perasaanmu sedikit jua pun.

Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal

tentang ini , yakan? Bicaralah, kenapa kau


tersenyum?

orang yang dikasihinya tersebut mendapatkan pengaruh


negatif dari para pencuri. Selain itu juga kecemasan Lady
Hurf dari pengaruh Dupont-Dufort tua dan DupontDufort muda yang mengincar uang mereka. Hal tersebut
tampak dalam kutipan sebagai berikut.

515.EVA: Alangkah bahagianya kau, cintamu


begitu dalam.
516.JULIETTE: Kau lebih cantik dari aku. Kau
dapat memperoleh setiap laki-laki yang kau
inginkan.

110. LADY HURF: Begini. Kita harus bertanggung


jawa atas dua orang makhluk rawan. Hasutan
berkobar di mana-mana perkawinan sedang
digodok. Secara pribadi, aku sudah tidak dapat
mengikutinya
lagi aku pusing. Siapa yang
dapat mengungkapkan, Edgard? Siapa yang dapat
mengawasi mereka?

Berdasarkan bukti tersebut, terlihat jelas bahwa


sikap dan pola pikir Julliete dikuasai oleh cintanya yang
besar terhadap Gustave dan perasaan takut
kehilangannya. Perasaan yang merasa bahwa dirinya
tidak lebih cantik daripada Eva ikut menjadi pendorong
sikapnya yang demikian. Sehingga muncul kecurigaankecurigaan terhadap Eva ketika ia sedang dekat dengan
Gustave. Selain itu cinta Julliete terhadap Gustave yang
berapi-apai juga terlihat pada percakapan dengan Eva
ketika malam pesta pencuri. Cinta yang besar tersebut
diikuti dengan usaha untuk memperjuangkannya.
Gejolak yang ada dalam diri Julliete mendorongnya
untuk berusaha mendapatkan apa yang diinginkannya,
yaitu mendapatkan cinta Gustave.

Selain kecemasan, gejolak psikologis yang


muncul pada tokoh Lady Hurf yaitu kegilaannya.
Kegilaan Lady Hurf dalam membuat sebuah
permainan sebagai penghibur dan penghilang
bosannya. Permainan yang tak terduga dan
melibatkan para pencuri.
803. LADY HURF: Duc itu mati dalam pangkuanku,
atau boleh dikatakan hampir dalam pangkuanku.
Jadi aku tahu betul dengan siapa kita berhadapan.
Cuma saja, Edgard yang baik, aku lagi merasa
bosan tak terkira.

Kegilaan Julliete terhadap Gustave terbukti


bahawa dia bisa menerima Gustave apa adanya tanpa
memandang siapa dia. Kegilaan selanjutnya adalah dia
justru mendukung dan membantu Gustave mengambil
barang-barang di rumah Lady Hurf. Kecintaannya
terhadap Gustave yang besar tersebut melhairkan
keputusannya untuk mengajak lari Gustave dengan
membawa beberapa barang yang ada di rumah sebagai
modal hidupnya bersama Gustave demi memenuhi
kebutuhan jiwanya, cinta. Kayakinan Julliete tersebut
pada akhirnya mampu meluluhkan hati Gustave dan
menguatkannya sehingga Gustave pun juga ikut
berjuang bersama dihadapan yang lain.

Dupont-Dufort tua
Karakter licik terlihat pula pada D. D. Tua. Hal ini
didasari oleh tujuannya mengincar harta lady. Dari tujuan
tersebut akhirnya muncul keinginan-keinginan licik yang
menghasilkan ide-ide licik pula. inilah yang kemudian
menghasilkan sikap-sikap yang mendukung demi
terwujudnya keingainan awalnya. Dari keinginan awal
tersebut membentuk pola pikir D.D Tua agar anaknya
mamapu menarik perhatian sepupu Lady Hurf. Dai akan
memunculkan banyak cara agar anaknya terlihat menarik
dihadapan sepupu Laxdy Hurf. Gejala-gejala tersebut
akan membentuk sikap baru, yaitu berusaha menarik
perhatian sepupu Lady Hurf melalui anaknya.

Lord Edgard
Lord Edgard memiliki karakter pesimistis. Hal
tersebut tampak ketika ia diminta mengambil andil
untuk mengatasi atau menghilangkan kecemasan Lady
Hurf terhadap Juliette dan Eva. Saat itu seolah nasib
Juliette dan Eva bergantung kepadanya sehingga Lord
Edgard mengalami konflik batin. Hal tersebut tampak
dalam kutipan sebagai berikut.

499.D.D TUA: Tentu, tentu. (pada ANAKNYA)


Kita harus bersikap semanis mungkin.
Kebodohan dan ketololannya juga terlihat dari
perilakunya yang ia lakukan terhadap Gustave ketika
menemukan Gustave akan mencuri di rumah Lady
Hurf. Keridaktahuannya terhadap maksud dan tujuan
Gustave, ketidaktahuan terhadap ancaman Gustave, dan
tembakan keatas oleh Gustave dapat berarti bahwa D.D
Tua bodoh dan tolol. Namun ketidaktahuannya ini
justru menguntungkannya, ia tetap tenang dan santai
walaupun bahaya menghampirinya. Rasa takut tidak
muncul sedikitpun karena ketidaktahuannya tersebut.

125.
LORD
EDGARD:
(Memandangke
tangannya dengan penuh pikiran.) Aku tidak
yakin aku sanggup
Lady Hurf
Karakter lady Hurf yang penyayang terlihat dari
sikapnya yang perhatian dan kepeduliannya terhadapa
Julliete dan Eva. Sikapnya yang menghibur ketika Eva
sedang sedih, menasihati Julliete dan Eva, dan menjaga
keduanya dengan baik merupakan wujud penyayangnya.
Dalam hal menjaga keduanya, kecemasan Lady Hurf
terhadap Juliette dan Eva amat besar. Ia takut kalau kedua

Dupont-Dufort muda

Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal

Kebodohan D.D MUDA terlihat ketika dia


menemukan Gustave di rumah sendirian dengan
pakaian yang dikenakan tidak sesuai dengan tema pesta
pencuri pada saat itu. Kebodohannya itu justru
membuatnya untung karena ia tidak merasa bahwa
dirinya sedang dalam bahaya. Ia tetap teerlihat santai
saat peluru meleset keluar dari pistol yang dikenakan.
Keadaan dirinya yang tenang akibat karakternya yang
bodoh tadi menjauhkannya dari rasa takut. Inilah yang
kemudian membuatnya berani dan santai ketika
menghadapi Gustave. Terlebih lagi, ia mengnanggap
pertemuannya dengan Gustave adalah suatu permainan
yang diciptakannya dengan D.D TUA dan Gustave.
Hali ini terbukti dari percakapan mereka pada naskah.

477.D.D TUA: Sebaiknya riasmu kau perbaiki


sedikit. Agak terlalu bersahaja. Kau sama sekali
tidak mirip seorang pencuri.
Tukang Canang
Tukang canang digambarkan sebagai tokoh yang
tidak waspada. Akibat ketidak-waspadaannya ia
kehilangan alroji dan dompet. Kecemasan tukang
canang terhadap pencuri atau pencopet tampak pada
saat ia kesulitan mengucapkan kata pencopet ketika
menyampaikan di depan public atau masyarakat.

457.BAYANG-BAYANG II: Bandit-bandit baru

Anak Kecil

458.GUSTAVE: Demi Tuhan, apa yang terjadi?


(Ia mencabut sebuah pistol) Angkat tangan!

Anak kecil digambarkan sebagai tokoh perhatian.


Wujud perhatiannya ia tunjukkan dengan cara selalu
memetikkan bunga untuk Juliette. Kebahagiaan baginya
adalah melihat orang lain bahagia. Dengan kata lain,
dari kebiasaannya memetikkan bunga untuk Juliette
menimbulkan kebahagiaan tersendiri baginya karena
ketulusannya melakukan hal itu.

459.D.D TUA: (Yang tadinya bayang-bayang)


Hahaha bagus sekali! Dari mana kau
peroleh pistol itu? Bagus-bagus.
460.GUSTAVE: Jangan bergerak, kalau tidak
kutembak.
461.D.D TUA: Ke mari dengan tenang, permainan
selesai.

Polisi-Polisi

462.GUSTAVE: Jangan bergerak, setan. (Ia


menembak)

Polisi-polisi digambarkan sebagai tokoh yang mudah


terhasut. Hal tersebut tampak ketika ia menangkap D.D
tua dan D.D muda yang menjadi kiambing hitam.

463.D.D TUA: (Yang tidak sadar bahwa ia dalam


bahaya).

PENUTUP

Oh bagus, sabas

Simpulan

466.GUSTAVE: Untuk terakhir kali jangan


bergerak. (ia menembak lagi, lalu memecahkan
sebuah jambangan)
469.D.D TUA: Kalau begitu
memecahkan jambangan itu?

siapa

Sebagian besar penggambaran penokohan pada


naskah drama yang berjudul Pesta Pencuri ini memiliki
karakter yang kuat pada masing-masing tokohnya.
Penggambaran peristiwa dan penokohammya pun
dikemas atau digambarkan sedikit absurd sehingga drama
ini dapat dikatakan drama yang absurd.

yang

Kemenarikan naskah drama Pesta Pencuri karya


Jean Anouilh terletak pada penggambaran
tokoh yang memunculkan kejutan-kejutan
bagi para pembaca. Jadi penggambaran
karakter tokoh dan gejala jiwanya sangat
mengasyikkan. Untuk dapat menikmati karya
ini perlu pemahaman yang cukup sehingga
drama ini tepat dijadikan bahan diskusi atau
bacaan mahasiswa. Terdapat hal yang
menimbulkan pertanyaan besar mengenai
penokohan Lady Hurf, yaitu mengenai
tujuannya membuat permainan dengan
Hector, Peterbone, dan Gustave. Di akhir
cerita pun hal ini tidak dijelaskan. Inilah
menjadikan naskah drama ini menjadi ada
sesuatu
yang
mengganjal
dalam
penggambaran penokohannya.

D.D Muda justru menganggap permainan, apa yang


dia aktakan dan ia lakukan ketika bertemu Gustave di
sebuah ruangan adalah sebagian dari aktingnya. Ini
terlihat ketika D.D Muda membaut mainan perasaan
gustave dengan mengatakan merekea adalah banditbandit.
457.BAYANG-BAYANG II: Bandit-bandit baru
Karakter bodoh dan tolol juga terdapat pada tokoh
D.D. Tua. Ia memiliki persepsi dan perasaan yang
sama dengan D.D Muda terhadap sifat bodohnya.
D.D. Muda juga tidak menyadarai bahawa yang
menimpa dirinya. Tentunya ketidaksadaran ini
mapu memberikannya ketenangan. Situasi ketikan
bersama Gustave pada malam pesta, ia anggap
sebagai permainannya untuk ngerjain Gustave.
Hal ini lebih didukung lagi dengan sikapnya yang
diakhir percakapan dengan Gustave ia menyuruh
Gustave pergi untuk berganti pakaian.

DAFTAR PUSTAKA

Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal

Esten, Mursal. 1990. Kesusastraan Pengantar Teori dan

Luxemburg, dkk. 1989. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta:

Sejarah. Bandung: Angkasa.

PT. Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai