Anda di halaman 1dari 105

RPP KELAS XI

MENGEVALUASI DAN MENGONVERSI


TEKS DRAMA

Oleh kelompok 6
Debbing Kumalasari (11020074035)
Nilla Tuwindasari (11020074040)
Riyan Dwi Mulyo (11020074050)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
2014
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMA Negeri 2 Kediri
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : XI/ 2
Materi Pokok : Teks Drama
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

A. Kompetensi Inti
1
.
KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama
yang dianutnya
2
.
KI 2: Menghayati dan mengamalkan perilaku
jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai),
santun, responsif dan proaktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia
3
.
KI 3: Memahami, menerapkan, dan menganalisis
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural,
dan metakognitif berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah
4
.
KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam
ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri,
bertindak secara efektif dan kreatif, serta
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah
keilmuan

B. Kompetensi Dasar dan Indikator
1.3 Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan
bahasa Indonesia dan menggunakannya sebagai
sarana komunikasi dalam mengolah, menalar,
dan menyajikan informasi lisan dan tulis melalui
teks cerita pendek, pantun, cerita ulang,
eksplanasi kompleks, danfilm/drama
2.5 Menunjukkan perilaku jujur, peduli, santun, dan
tanggung jawab dalam penggunaan bahasa
Indonesia untuk menjelaskan film/drama, humor,
dan laga
3.4 Mengevaluasi teks drama baik melalui lisan
maupun tulisan
Indikator Pengetahuan:
3.4.1 Menemukan kelebihan dan kekurangan teks
drama berdasarkan unsur-unsurnya
3.4.2 Membuktikan kelebihan dan kekurangan
teks drama yang sudah ditemukan
3.4.3 Menilai teks drama
4.5 Mengonversi teks drama ke dalam bentuk yang
lain baik secara lisan maupun tulisan
Indikator Keterampilan:
4.5.1 Mengubah teks drama menjadi pementasan
drama
4.5.2 Menyesuaikan mimik dan gestur yang
sesuai dengan dialog
4.5.3 Menyajikan pementasan drama
berdasarkan teks drama

C. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Pengetahuan
a. Setelah menganalisis teks drama, siswa dapat
menemukan kelebihan dan kekurangan drama
berdasarkan unsure-unsur drama
b. Setelah menemukan kelebihan dan kekurangan
teks drama, siswa dapat membuktikan kelebihan
dan kekurangan yang sudah mereka temukan
dengan menggunakan data
c. Setelah siswa menemukan kelebihan dan
kekurangan teks drama yang telah dibaca dengan
disertai bukti, siswa dapat menilai teks drama
tersebut menggunakan data
2. Tujuan Keterampilan
a. Setelah siswa membaca teks drama, siswa mampu
mengubah teks drama menjadi pementasan drama
dengan memperhatikan unsure-unsur pementasan
drama.
b. Setelah siswa mengubah teks drama menjadi
pementasan drama, siswa mampu menyesuaikan
mimik dan gestur yang sesuai dengan dialog.
c. Setelah siswa menyesuaikan mimik dan gestur
yang sesuai dengan dialog, siswa mampu
menyajikan drama berdasarkan teks drama dengan
improvisasi yang tepat.

D. Materi Pembelajaran (Rincian Materi Pokok)
1. Fakta
Teks drama
2. Konsep
a. Mengevaluasi teks drama
b. Mengonversi teks drama
3. Prinsip
Ciri-ciri pementasan drama
4. Prosedur
a. Langkah mengevaluasi teks drama
b. Langkah mengonversi teks drama

E. Metode Pembelajaran (Rincian dari Kegiatan
Pembelajaran)
Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode
saintifik dengan sintaks sebagai berikut.
1. Mengamati contoh hasil evaluasi dan konversi
teks drama.
2. Menanyakan tentang evaluasi dan konversi teks
drama.
3. Mengeksplorasi rumusan evaluasi dan konversi
teks drama.
4. Menalar evaluasi dan konversi teks drama .
5. Mengomunikasikan hasil evaluasi dan konversi
teks drama.

F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran
1. Media
Surat Evaluai Drama

2. Alat
LCD, Tape recorder, laptop

3. Sumber Pembelajaran
a. Buku-buku yang berisi teks drama
b. Koran, majalah, kliping teks drama, dll.
c. Naskah tentang teks drama

G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
a. Menyiapkan peserta didik secara psikis
dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran.
b. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan
tentang materi yang sudah dipelajari dan
terkait dengan meteri yang akan dipelajari.
c. Mengantarkan peserta didik pada
permasalahan atau tugas yang akan
dilakukan untuk mempelajari suatu materi
dan menjelaskan tujuan pembelajaran atau
KD yang akan dicapai.
d. Menyampaikan garis besar cakupan materi
dan penjelasan tentang kegiatan yang akan
dilakukan peserta didik untuk
menyelesaikan permasalahan atau tugas.

2. Kegiatan Inti (160 menit)
a. Mengamati
1) Peserta didik mencermati contoh
evaluasi teks drama Perpecahan 3
Sahabat.
2) Secara individu peserta didik
mengidentifikasi unsur-unsur teks
drama Perpecahan 3 Sahabat.

b. Menanyakan
1) Antarpeserta didik dalam kelompok
saling bertanya tentang unsur teks
drama dan pementasan drama yang
ditemukan untuk dibahas jika ada
perbedaan atas temuan masing-
masing.
2) Peserta didik mendefinisikan atas
dasar temuannya.

c. Mengeksplorasi
Peserta didik mencoba merumuskan
evaluasi teks drama yang terdapat dalam
media surat evaluasi drama dan
membahasnya, bertukar temuan bersama
anggota kelompok.

d. Menalar
Peserta didik mencoba menyimpulkan
evaluasi dan konversi teks drama yang
dikajinya.


e. Mengomunikasikan
1) Peserta didik menyampaikan/
menayangkan hasil evaluasi dan
konversi teks drama.
2) Peserta didik melaporkan hasil
evaluasi dan konversi teks drama
secara tertulis.

3. Penutup (10 menit)
a. Guru bersama-siswa peserta didik dan/atau
sendiri membuat rangkuman/simpulan
pelajaran;
b. Guru melakukan penilaian dan refleksi
terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan
terprogram;
c. Guru memberikan umpan balik terhadap
proses dan hasil pembelajaran;
d. Guru merencanakan kegiatan tindak lanjut
dalam bentuk pembelajaran remedi,
program pengayaan, layanan konseling,
dan memberikan tugas, baik tugas
individual, maupun kelompok;
e. Menyampaikan rencana pembelajaran
pada pertemuan berkutnya.

H. Penilaian
1. Jenis/teknik penilaian
a. Kompetensi Sikap:
1) Observasi
2) Penilaian diri

b. Kompetensi Pengetahuan:
1) Tes tertulis
2) Tes lisan

c. Kompetensi Keterampilan:
1) Tes praktik,
2) Projek, dan
3) Portofolio.

2. Bentuk instrumen dan instrumen
3. Pedoman penskoran

Rubrik Instrumen
a. Penilaian Sikap
Contoh Format Lembar Pengamatan Sikap Peserta Didik
N
o
.

Sikap






Nama
K
e
t
e
r
b
u
k
a
a
n

K
e
t
e
k
u
n
a
n

b
e
l
a
j
a
r

K
e
r
a
j
i
n
a
n

T
e
n
g
g
a
n
g

r
a
s
a

K
e
d
i
s
i
p
l
i
n
a
n

K
e
r
j
a
s
a
m
a

R
a
m
a
h

d
e
n
g
a
n

t
e
m
a
n

H
o
r
m
a
t

p
a
d
a


o
r
a
n
g

t
u
a

K
e
j
u
j
u
r
a
n

M
e
n
e
p
a
t
i

j
a
n
j
i

K
e
p
e
d
u
l
i
a
n

T
a
n
g
g
u
n
g

j
a
w
a
b

1
2
3
4
5
6
7
8
Keterangan:
Skala penilaian sikap dibuat dengan rentang antara 1 s.d
4.
1 = kurang konsisten;
2 = cukup;
3 = mulai konsisten;
4 = konsisten;


Lembar Observasi

LEMBAR PENGAMATAN OBSERVASI

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Program : XI / Matematika dan Ilmu Alam
Kompetensi : ..............................................
Materi : Mengevaluasi dan mengonversi teks
drama

N
o
Na
ma
Sikap Pribadi Sikap Ilmiah J
ml
Sk
or
Ni
lai
Juj
ur
Di
spl
Tgjw
b
Krit
is
Obje
k
To
lr
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 4 4 3 4 3 3 21
2











Keterangan pengisian skor
4. Sangat tinggi
3. Tinggi
2. Cukup tinggi
1. Kurang

b. Penilaian Pengetahuan: Tes Subjektif
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Teknik
Penilaia
n
Bentuk
Penilai
an
Instrumen
Menemukan
kelebihan dan
kekurangan
teks drama
berdasarkan
unsure-unsur
drama
Tes
tertulis
Isian Temukanlah
kelebihan dan
kekurangan
teks drama
berdasarkan
unsure-unsur
drama!
Membuktikan
kelebihan dan
kekurangan
teks drama
yang sudah
ditemukan
Tes
tertulis
Isian Buktikanlah
kelebihan dan
kekurangan
teks drama
yang sudah
kamu
temukan!
Menilai teks
drama
Tes lisan Daftar
pertany
aan
Nilailah teks
drama
tersebut!
Mengubah
teks drama
menjadi
pementasan
drama

Tes
kinerja

Uji
petik
kerja
Ubahlah teks
drama menjadi
pementasan
drama!
Menyesuaika
n mimik dan
gestur yang
sesuai dengan
dialog
Tes
kinerja
Uji
petik
kerja
Sesuaikanlah
mimik dan
gestur yang
sesuai dengan
dialog!
Menyajikan
drama
berdasarkan
teks drama

Tes
kinerja

Uji
petik
kerja
Sajikanlah
drama
berdasarkan
teks drama!

Pedoman Penskoran penilaian pengetah nuan
1. Soal nomor 1
Aspek Tingkat Skor
Siswa menjawab dengan benar dan
sangat baik
AB 4
Siswa menjawab benar dan baik B 3
Siswa menjawab benar dan sedang S 2
Siswa menjawab kurang benar K 1
SKOR MAKSIMAL 4

2. Soal nomor 2
Aspek Tingkat Skor
Siswa menjawab dengan benar dan
sangat baik
AB 4
Siswa menjawab benar dan baik B 3
Siswa menjawab benar dan sedang S 2
Siswa menjawab kurang benar K 1
SKOR MAKSIMAL 4

3. Soal nomor 3
Aspek Tingkat Skor
Siswa menjawab dengan benar dan
sangat baik
AB 4
Siswa menjawab benar dan baik B 3
Siswa menjawab benar dan sedang S 2
Siswa menjawab kurang benar K 1
SKOR MAKSIMAL 4

c. Kompetensi Keterampilan: Penilaian Proyek
No
.
Kunci/Kriteria jawaban/Aspek
yang dinilai
Tingk
at
Skor
1. Isi
1.1 Amat memahami; amat
luas dan lengkap; amat

Amat
baik

4

No
.
Kunci/Kriteria jawaban/Aspek
yang dinilai
Tingk
at
Skor
terjabar; amat sesuai
dengan kutipan.
1.2 Memahami; luas dan
lengkap; terjabar; sesuai
dengan kutipan, meskipun
kurang terinci.
1.3 Memahami secara
terbatas; kurang lengkap;
kurang terjabar; kurang
terinci.
1.4 Tidak memahami isi; tidak
mengena.

Baik

Sedang

Kurang
3

2

1
2. Organisasi
2.1 Amat teratur dan rapi;
amat jelas; kaya akan
gagasan; urutan amat
logis; kohesi amat tinggi.
2.2 Teratur dan rapi; jelas;
banyak gagasan; urutan
logis; kohesi tinggi.
2.3 Kurang teratur dan rapi;

Amat
baik


Baik

Sedang


4


3

2


No
.
Kunci/Kriteria jawaban/Aspek
yang dinilai
Tingk
at
Skor
kurang jelas; kurang
gagasan; urutan kurang
logis; kohesi kurang
tinggi.
2.4 Tidak teratur; tidak jelas;
miskin gagasan; urutan
tidak logis; tidak ada
kohesi.

Kurang
1
3. Kosakata dan Diksi
3.1 Amat luas; penggunaan
amat efektif; amat
menguasai pembentukan
kata; pemilihan kata amat
tepat.
3.2 Luas; penggunaan efektif;
menguasai pembentukan
kata; pemilihan kata yang
tepat.
3.3 Terbatas; kurang efektif;
kurang menguasai
pembentukan kata;

Amat
baik


Baik

Sedang


Kurang

4


3

2


1
i.
No
.
Kunci/Kriteria jawaban/Aspek
yang dinilai
Tingk
at
Skor
pemilihan kata kurang
tepat.
3.4 Seperti terjemahan; tidak
memahami pembentukan
kata; tidak menguasai
kata-kata.

Kediri, 19 April 2014
Mengetahui,
Kepala Sekolah




Debbing Kumalasari
NIP 19600314 198703 2
005
Guru Mata Pelajaran





Nilla Tuwindasari
NIP 19700801 200501 1
008


LAMPIRAN MATERI

MENGEVALUASI TEKS DRAMA BERDASARKAN
UNSUR-UNSURNYA

Perpecahan 3 Sahabat

Kisah ini terjadi disebuah sekolah yang sangat
terkenal bernama SMPN 1 Tunas Bangsa. Disana ada suatu
persahabatan yang sangat erat yang bisa mereka sebut
dengan 3BG.
Di ruangan kelas yang terdapat berbagai kursi dan
meja yang tertata rapi terjadi suatu keributan, yang
disebabkan salah satu anggota 3BG.

Aldi : Kenapa ya...., persahabatan 3BG kok sangat erat ?
aku ingin persahabatan mereka jadi putus, tapi bagaimana
caranya ? (diam sambil memikir sesuatu)
Aldi : Ah., aku curi saja dompetnya Andin, dan setelah
itu aku Taruh saja di tasnya Aulia, Andin dan Audy pasti
akan menuduh Aulia. (Terlihat anggota 3BG masuk
kedalam kelas tertawa-tawa).
Andin : (sambil membuka tasnya dan terlihat sedang
mencari sesuatu dan wajahnya sangat gelisah)
Audy : Ada apa Din, kok kayaknya gelisah banget ?
Andin : Aduh gimana nih, dompetku hilang.
Aulia : Kok bisa hilang, mungkin ada di rumah kamu.
Andin : Nggak mungkin, tadi aku inget kok dompetku
sudah Ku masukkan kedalam tasku.
(Tiba-tiba Aldi memotong pembicaraan mereka dengan
lagak sok tahu)
Aldi : Aku tahu siapa yang mencuri dompet kamu.
Andin : Emangnya siapa Al ?
Aldi : Dia adalah sahabatmu sendiri yang bernama
Aulia.
Audy : Nggak mungkinlah dia yang mencuri dompetku,
kamu kok sok tahu banget sih.
Aldi : Ya sudah kalau kamu nggak percaya, kamu
geledah tasnya Aulia.
Andin : Maafkan aku Lia, aku harus menggeledah tasmu
untuk membuktikan omong kosongnya Aldi.
Aulia : Ya sudahlah nggak apa ? Andin dan Audy
menggeledah tasnya Aulia dan beberapa lama kemudian
dompet Andin ditemukan ditasnya Aulia.
Aldi : Tuhkan bener kataku, Aulia si miskin itu yang
mencurinya.
Andin : Kamu kok tega sih Aulia, kalau kamu butuh uang
kamu tinggal bilang sama kami, bukan begini caranya,
selama kami selalu membantu kamu, tapi kamu kok tega
banget.
Aulia : Tapi bukan aku yang mencurinya.
Aldi : Terus kamu tuduh aku yang mencurinya, jelas
dompet Andin ada ditas kamukan?
Audy : Dasar, sudah dikasih hati malah minta jantung.
Andin : Mulai saat ini kamu tidak akan jadi sahabat kamu
lagi.
Audy : Dasar kau anak miskin. (sambil menampar pipi
Aulia) Mereka kemudian duduk ditempat mereka masing-
masing
Aulia : Ya Allah, cobaan apa yang kau berikan pada
persahabatan Kami, apa salah kami sehingga kau memberi
cobaan ini, Ya Allah kembalikan persahabatan kami seperti
dulu lagi.
Beberapa lama kemudian bel pulang berbunyi,
Andin dan Audy pulang bersama tanpa Aulia. Diperjalanan
pulang Andin menerima telpon dari Papanya yang berada
diluar negeri.
Kringkring..kring.
Andin : Hallo assalamu alaikum, ada apa Pa, kok tumben
telpon aku.
Papa : Waalaikum salam, Din Papa mau kasih kabar ke
kamu, sebelumnya maafkan Papa, perusahaan Papa disini
bangkrut.
Andin : Apa Pa, bangkrut kok bisa begitu ?
Papa : proyek yang Papa Buat mengelami rugi yang
sangat besar, Jadi Papa harus menjual perusahaan Papa
untuk membayar ganti rugi.
Andin : Jadi kita jatuh miskin Pa?
Papa : Begitulah, besok Papa dan Mama akan pulang ke
Indonesia, dan kita harus cari kontrakan rumah, karena
rumah kita akan di segel oleh bank.
Tiba-tiba Andin memutuskan telpon dengan rasa tidak
percaya.
Andin : Ini nggak mungkin. (sambil membanting HP nya)
Audy : Ada apa Din?
Andin : Perusahaan Papaku bangkrut dan sekarang aku
jatuh miskin.
Audy : Sabar ya.. Din! ini pasti bisa kamu lewati kok.
Andin : Audy kamu adalah sahabat aku yang paling setia
denganku, tolong jangan tinggalkan aku.
Audy : Ya nggak mungkinlah aku ninggalin kamu,
tidak seperti Aulia yang menghianati sahabatnya sendiri.
Andin : Terima kasih Audy.
(Tiba-tiba ada motor yang melaju kencang hingga
menambrak Audy, untungnya saja Aulia menolong Audy).
Aulia : Awas Audy. (sambil berteriak dan mendorong
Audy)
Audy : Kamu nggak apakan Aulia.
Aulia : Nggak aku nggak apa kok.
(Pengendara motor itu kemudian turun dari motornya)
Aldi : Kamu nggak apa kan Aulia?
Aulia, Andin, Audy : Aldi..
Aldi : Maafkan aku yaaa! aku nggak sengaja.
Audy : Makanya kalau naik motor itu jangan kencang-
kencang.
Aldi : Ya.. maafkan aku!
Andin : Ya.... sudahlah nggak apa.
Aldi : Din aku mau ngomong sesuatu sama kamu,
tentang masalah tadi di kelas.
Andin : Emangnya ada apa Al?
Aldi : Sebenarnya yang mencuri dompet kamu itu bukan
Aulia, melainkan aku.
Andin : Apa Aldi?
Aldi : Aku iri dengan persahabatan kalian yang sangat
erat, makanya itu aku mencoba untuk merusak persahabatan
kalian, sekali lagi maafkan aku.
Andin : Jadi bukan Aulia yang mencurinya ?
Audy : Jadi persahabatan kita bersatu lagi dong.
Andin : Persahabatan kita akan selalu abadi sepanjang
masa.
Aulia : Sampai akhir hayat menjemput kita, persahabatan
ini Akan tetap bersatu... bersatu.
Andin : 3BG.
Audy : Three.
Aulia : Beautiful.
Andin : Girl.
(Sambil menujukkan tanda persahabatan mereka yang
berupa cincin)
Aldi : Oke deh. (Sambil mengacungkan jempol)
Akhirnya persahabatan mereka bersatu kembali, dan tidak
ada yang memisahkan mereka sampai akhir hayat
menjemput.

Analisis unsur intrinsik drama :
1. Tema : persahabatan
2. Latar
a. Tempat :
1) Di sekolah
2) Di ruang kelas
3) Di jalan
b. Waktu
1) Jam pelajaran sekolah
2) Siang hari/pulang sekolah

d. Suasana
1) Tegang
2) Bahagia, penuh canda dan tawa
3) Gelisah
4) Panik
5) Haru dan sedih
6) Memprihatinkan
7) Penuh keakraban

3. Tokoh
a. Aulia : baik hati dan penyabar.
b. Andin : baik hati namun juga pemarah.
c. Audy : baik hati, pemarah dan setia kawan.
d. Aldi : jahat dan suka iri dengan
kebahagiaan orang lain.
e. Papa Andin : penyabar, pasrah dan tanggung
jawab dalam bekerja.
4. Konflik
a. Konflik internal, yaitu konflik psikologis yang
terjadi dalam jiwa seseorang. Konflik ini dapat
dialami oleh setiap individu, namun yang
disuguhkan sebagai cerita adalah konflik internal
yang rumit dan kompleks hingga berdampak menjadi
konflik eksternal.
Kutipan : Kenapa ya...., persahabatan 3BG kok
sangat erat ? aku ingin persahabatan mereka jadi
putus, tapi bagaimana caranya ? (diam sambil
memikir sesuatu).
b. Konflik eksternal, tampak secara nyata dengan
melibatkan unsur fisik. Konfliknya antara lain
berupa konfrontasi antara pihak:Individu dengan
individu, baik individu pribadi atau perorangan
maupun kelompok atau masyarakat, karena
penyebab yang beragam. Individu, sekelompok
orang, atau masyarakat yang melawan kekuatan
yang tidak manusiawi
1) Konflik antar tokoh
Kutipan: Kamu kok tega sih Aulia, kalau kamu
butuh uang kamu tinggal bilang sama kami,
bukan begini caranya, selama kami selalu
membantu kamu, tapi kamu kok tega banget.
2) Konflik antara tokoh dengan tuhan
Kutipan : Ya Allah, cobaan apa yang kau berikan
pada persahabatan Kami, apa salah kami
sehingga kau memberi cobaan ini, Ya Allah
kembalikan persahabatan kami seperti dulu lagi.
5. Alur
a. Pembaruan mula : ada suatu persahabatan yang
sangat erat yang bisa mereka sebut dengan 3BG
b. Penggawatan : Aldi menaruh dompet Andin
ke dalam tas Aulia
c. Klimaks : Andin menghakimi Aulia
karena ia menemukan dompetnya di tas Aulia
d. Antiklimaks : Aldi mengaku bahwa ia yang
telah memasukkan dompet Andin ke dalam tas Aulia
e. Penyelesaian : 3BG kembali bersatu.
6. Amanat
Amanat yang dapat diambil dalam kisah dari drama
diatas adalah:
a. Jangan tanamkan sifat iri didalam jiwa kita karena
akan berdampak buruk bagi diri sendiri maupun
orang lain.
b. Biasakan untuk tidak berprasangka buruk sebelum
ada bukti yang memperkuat bahwa dugaan kita
benar.
c. Jadilah individu yang saling memaafkan terhadap
sesama. Percayalah bahwa damai itu indah.


Kelebihan naskah drama tersebut yaitu:
1. Tema : persahabatan
Drama ini menceritakan tentang kisah persahabatan
antara 3 orang siswi yang menduduki bangku SMP.
Kutipan: Kisah ini terjadi disebuah sekolah yang
sangat terkenal bernama SMPN 1 Tunas Bangsa. Disana
ada suatu persahabatan yang sangat erat yang bisa
mereka sebut dengan 3BG.
2.
a. Suasana
1) Tegang
Kutipan: Di ruangan kelas yang terdapat
berbagai kursi dan meja yang tertata rapi terjadi
suatu keributan, yang disebabkan salah satu
anggota 3BG.
2) Bahagia, penuh canda dan tawa
Kutipan: Terlihat anggota 3BG masuk kedalam
kelas tertawa-tawa.
3) Gelisah
Kutipan: sambil membuka tasnya dan terlihat
sedang mencari sesuatu dan wajahnya sangat
gelisah.
4) Panik
Kutipan: Aduh gimana nih, dompetku hilang.
5) Haru dan sedih
Kutipan: Ya Allah, cobaan apa yang kau
berikan pada persahabatan Kami, apa salah
kami sehingga kau memberi cobaan ini, Ya
Allah kembalikan persahabatan kami seperti
dulu lagi.
6) Memprihatinkan
Kutipan: Perusahaan Papaku bangkrut dan
sekarang aku jatuh miskin.
7) Penuh keakraban
8) Kutipan: Sampai akhir hayat menjemput kita,
persahabatan ini Akan tetap bersatu... bersatu.
3. Amanat
Amanat yang dapat diambil dalam kisah dari drama
diatas adalah:
d. Jangan tanamkan sifat iri didalam jiwa kita karena
akan berdampak buruk bagi diri sendiri maupun
orang lain.
e. Biasakan untuk tidak berprasangka buruk sebelum
ada bukti yang memperkuat bahwa dugaan kita
benar.
f. Jadilah individu yang saling memaafkan terhadap
sesama. Percayalah bahwa damai itu indah.


Kekurangan:
Kekurangan naskah drama tersebut terletak pada alur
khususnya pada tahap penyeleseian. Tahap penyeleseian
pada teks drama terkesan tiba-tiba. Tahap penyeleseian
kurang lengkap tanpa adanya dialog permintaan maaf Andin
kepada Aulia. Hal tersebut tampak dalam kutipan sebagai
berikut.
Andin : Jadi bukan Aulia yang mencurinya ?
Audy : Jadi persahabatan kita bersatu lagi dong.
Andin : Persahabatan kita akan selalu abadi
sepanjang masa.
Aulia : Sampai akhir hayat menjemput kita,
persahabatan ini Akan tetap bersatu... bersatu.

MENGEVALUASI PEMERANAN TOKOH DALAM
PEMENTASAN DRAMA


Memahami drama berarti memahami jalan cerita
beserta penokohannya khususnya dalam perwatakan.
Mengevaluasi pemeran tokoh berarti memberikan apresiasi
dan penilaian mengenai pemeranan. Evaluasi terhadap
pemeranan berkaitan dengan karakter, penjiwaan, ekspresi,
suara, dan kemampuan aktingnya. Perilaku tokoh berkaitan
dengan perwatakannya, watak tokoh harus konsisten dari
awal hingga akhir. Penokohan harus memilki watak atau
karakter yang kuat dan kontradiktif satu sama lain. Watak
para tokoh digambarkan dalam tiga dimensi ; keadaan fisik,
psikis, dan sosiologi.
Pernaparan cerita dalam drama diwujudkan dalam
bentuk percakapan atau dialog yang diperankan oleh
tokoh(pelaku). Berdasarkan perannya terhadap jalan
cerita,tokoh dalam drama dibedakan menjadi 3,yaitu:
1. Protagonis (tokoh yang mendukug cerita)
2. Antagonis (tokoh penentang cerita)
3. Tritagonis (tokoh pembantu protagonis dan antagonis)
Berdasarkan peran dalam lakon serta fungsinya,tokoh drama
dibedakan menjadi 3,yaitu:
1. Tokoh sentral (tokoh yang paling menentukan gerak
lakon)
2. Tokoh utama(tokoh yang mendukung atau menentang
tokoh sentral)
3. Tokoh pembantu(tokoh yang memegang peran
perlengkap atau tambahan dalam rangkaian cerita

Contoh naskah drama :

Fragmen Abunawas
Abunawas, maharaja dari negeri Antahberatah yang
sangat dikasih dan dihormati rakyatnya mempunyai seorang
putra, Abundari namanya. Pangeran adalah putra mahkota
kerajaan. Pada suatu hari pangeran datang menghadap
baginda.
Abundari : Ayahanda Baginda Raja, selama putramu
yang bodoh ini menantikan saat
mengantikan Ayahanda Baginda, apa yang
harus hamba lakukan untuk
mempersiapkan diri?
Abunawas : Anakku Pangeran, seorang raja harus
dihormati dan disayangi oleh rakyatnya
kalau tidak maka tiada gunanya ia menjadi
raja. Maka itu jagalah dirimu baik-baik,
jangan melakukan apa-apa supaya kau
tetap bersih dan ternoda sampai saatnya
nanti kau menggantikanku.
Baginda sehat sekali dan panjang umurnya. Dua
puluh lima tahun kemudian beliau meninggal dalam usia
yang lanjut dan digantikan oleh putra mahkotanya,
Abundari.
Abundari : Terima kasih Tuhan. Ini hari adalah hari
dimana aku resmi menjadi maharaja, resmi
menggantikan ayahanda. Ayahanda semoga
tenang di alam sana.
Baginda raja yang baru ini sejak semula tidak
pernah tahu dan tidak pernah mau tahu sama sekali
bagaimana memerintah negrinya, karena terlalu lama
berdiam diri. Terlalu asyik dengan dirinya sendiri sehingga
lupa kalau ia harus mulai mempersiapkan diri untuk
memerintah sebuah negeri tanpa didampingi lagi oleh
ayahanya.
Abundari : Mahapatih, tolong siapkan semua
keperluanku. Besok pagi-pagi sekali aku
akan berlibur ke negeri Syam dengan
permaisuri untuk beberapa bulan.
Kabarnya pantai disana begitu indah.
Nanti semua urusan negeri ini akan
kuserahkan sepenuhnya padamu.
Mahapatih : Daulat Baginda. Tapi apakah tidak terlau
cepat rencan baginda untuk berlibur ke
negeri Syam. Bukankah baru saja
beberapa hari Baginda duduk
disinggahsana ini.
Abundari : Paman Patih. Yang jadi raja itu aku
bukannya dirimu. Jadi, yang berhak
menentukan ini dan itu juga aku bukannya
dirimu. Mengerti !
Mahapatih : Ampun Baginda, maafkan kelancangan
hamba. Hamba hanya bermaksud
memperingatkan Paduka. Tidak ada
maksud lainya, Baginda. Sekali lagi maaf
Baginda kalau perkataan saya kurang
berkenan di hati Baginda.
Abundari : Sudah sudah aku tidak mau lagi dengar
alasan. Yang jelas semua perlengkapan
dan pengawalsudah siap untuk
keperluanku berlibur ke negeri Syam.
Mahapatih : Daulat Baginda, semua siap di laksanakan.
Abundari : Oh.. ya, sebelum aku pergi berlibur ada
beberapa hal yang kusampaikan pada
mentri. Hari ini aku umumkan untuk
diketahui oleh rakyatseluruh negara bahwa
inflasi dalam negeri mulai saat ini sudah
berakhir.
Praktis kejadian ini membuat para abdi dalem
kerajaan saling pandang, tidak paham mengapa rajanya
mengeluarkan pengumumkan seperti itu. Belum genap
setahun Abundari menjadi maharaja, kerajaan di ambil alih
oleh seorang pangeran dari istri ketiga almarhum Baginda.

Sebagai seorang tokoh dalam pementasan drama harus
memperhatikan aspek-aspek pemeranan. Contoh penerapan
aspek-aspek terhadap naskah Fragmen Abunawas,
sebagai berikut :
1. PELAFALAN, aspek ini menekankan kejelasan lafal atau
ucapan-ucapan dialog. Contoh : kata ayahanda harus
secara jelas jangan sampai diucapkan menjadi ayaanda.
2. INTONASI, intonasi berkaitan dengan nada dialog,
penekana dialog terhadap kata-kata yang dianggap
penting dan pembedaannada bentuk dialog tanya, seruan,
perintah pemohonan dan sebagainya. Contoh : Paman
Patih dengan nada tinggi sebagai ungkapan kesal, marah.
3. MIMIK, aspek ini berkaitan dengan ekspresi raut muka
yang menampilkan karakter. Contoh : Ampun
Baginda dengan ekspresi wajah takut, hormat, dan
meohon maaf.
4. KINESIK, aspek ini menekankan pada dialog yang
berupa bisikan. Aspek ini dapat di terapkan pada
ungkapan narator.
5. PENGHAYATAN, aspek ini meliputi kedalaman
pemaknaan terhadap isi dialog, karakter tokoh,dan
karakter keadaan atau situasi (susah, senang dan
sebagainya)
CARA MENGONVERSI TEKS DRAMA MENJADI
PEMENTASAN DRAMA

Pada pembahasan sebelumnya kita sudah
membicarakan tentang unsur intrinsik drama dan sedikit
mengamati contoh pementasan drama serta
mendiskusikannya. Pada dasarnya, sebuah pementasan
drama dapat dilihat sebagai kegiatan kelompok. Kelompok
ini dapat diamati menjadi dua bagian. Yang pertama,
kelompok pemain. Kelompok ini tugasnya hanya bermain,
memainkan peran di panggung. Tugas ini cukup berat.
Bukan saja mereka harus datang latihan pada waktu-waktu
yang sudah ditentukan, juga menghafalkan dialog. Mereka
itulah yang tampil, yang dilihat, dan secara tidak langsung
bahkan dinilai. Sukses mereka di panggung akan sangat
menentukan kegiatan pentas berikutnya; kegagalan mereka
sangat mungkin mematikan kegiatan pentas di sekolah.
Dalam mementaskan drama ada beberapa langkah-
langkah yang dapat kamu ikuti, yaitu sebagai berikut:
1. Menyusun naskah atau memilih naskah drama yang
sudah ada
Pada dasarnya, naskah drama adalah karya sastra.
Sebagai karya sastra, naskah drama adalah karya seni
dengan media bahasa kata. Mementaskan drama
berdasarkan naskah drama berarti memindahkan karya seni
dari media bahasa kata ke dalam media bahasa pentas.
Memilih naskah bukan soal yang terlalu gampang. Ada
banyak contoh yang menunjukkan sebuah naskah dipilih
karena satu sekolah pernah mementaskan naskah itu dengan
sukses. Guru tergoda untuk melakukan yang sama. Akan
tetapi, jika ini landasan pemilihan naskah, perlu
diperhitungkan apakah sekolah itu memiliki kondisi sama
dengan sekolah yang telah sukses mementaskan naskah itu.
Maksudnya, apakah sekolah itu mempunyai pemain-pemain
yang sama kuat, waktu latihan yang tersedia, dukungan
seluruh staf guru, kepala sekolah, tempat latihan, dan
sebagainya yang sangat mempengaruhi gairah siswa
berlatih.
4. Membedah naskah yang akan dipentaskan secara
bersama-sama
Soal lain yang menyangkut pemindahan ide dari naskah
ke pentas adalah menentukan pilihan tafsir dari sekian
banyak kemungkinan. Pertama, apakah sebuah pentas akan
disajikan serealistik mungkin, dengan menghalalkan bisik-
bisik, jika naskahnya menuntut begitu. Akan tetapi walau-
pun bisik-bisik bentuk-wujud aktingnya, bisik-bisik itu
tetaplah harus terdengar oleh penonton.

3. Membaca keseluruhan naskah (readingi) untuk mengenal
masing-masing peran
4. Melakukan pemilihan peran (casting) sesuai kemampuan
pemain
Sesudah naskah ditentukan dengan memperhitungkan
kondisi tersebut di atas, mencari calon-calon pemain dapat
dimulai. Ada baiknya dipasang poster untuk merangsang
calon-calon pemain berdatangan. Semakin banyak calon,
semakin banyak kemungkinan guru untuk memilih pemain
yang tepat.
Masih ada hal lain yang perlu dipertimbangkan: apakah
calon pemain itu sudah mempunyai kegiatan lain di luar
pentas, yang dapat dibayangkan pada suatu waktu akan
mengganggu latihan. Di samping itu, apakah calon pemain
itu bukan siswa yang lemah dalam pelajaran, sehingga jika
dia menurun nilainya dalam ulangan atau tidak naik kelas,
kegiatan drama bisa menjadi kambing hitam. Pendek kata,
memilih pemain mesti cermat, dan guru harus tahu betul
keadaan calon-calon pemain itu.

5. Mendalami peran yang akan dimainkan, antara lain
dilakukan dengan beberapa cara berikut ini:
a. Penjiwaan terhadap karakter tokoh yang dimainkan
c. Mimik harus tepat
Mimik ada tiga macam, yaitu: mimik, pantomim,
dan pantomimik. Mimik adalah gerak-gerik wajah atau
raut muka, pantomim adalah gerak-gerik tubuh,
sedangkan pantomimik adalah gabungan dari mimik dan
pantomim. Ketiga hal tersebut mendukung atau
menunjang efektivitas pengekspresian watak.
d. Lafal harus jelas
Lafal adalah cara pengucapan bunyi bahasa, baik yang
berupa kata, kelompok kata, maupun kalimat. Melalui
lafal pemain drama dapat menyampaikan pesan. Untuk
itu pemain harus mampu menjaga pelafalannya.
b. Intonasi tepat
Intonasi adalah musik kalimat, yaitu ketepatan
penyajian tingi rendahnya suara nada. Intonasi membantu
mengungkapkan ekspresi kejiwaan. Misalnya: Untuk
ekspresi marah maka intonasi suara meninggi.
c. Memerhatikan nada/ tekanan
Nada/tekanan adalah keras lemahnya pengucapan
kata/kalimat. Penggunaan tekanan dimaksudkan untuk
mementingkan bagian yang diberi tekanan. Cara
penggunaan nada, adalah sebagai berikut:
1) Tekanan keras diberikan pada bagian yang
dipentingkan, yaitu dengan diucapkan lebih
keras, sekaligus lebih pelan.
2) Tekanan lemah dipentingkan pada bagian yang
tidak dipentingkan, yaitu dengan pengucapan biasa
atau lebih lemah dan kecepatannya biasa.
6. Sutradara mengatur teknik pentas (blocking) dengan cara
mengarahkan dan mengatur pemain
Apa yang dimaksud dengan penyutradaraan di Indonesia,
pada umumnya, tidak pernah berpadanan dengan kata
directing dalam bahasa Inggris. Jika seorang guru
menyutradarai, sebenarnya dia tidak hanya menyutradarai
tetapi juga mengajari bagaimana caranya main.
Menyutradarai dalam arti yang sebenarnya hanyalah
mungkin jika yang dihadapi pemain-pemain yang
berpengalaman; mereka bahkan untuk pertama kalinya naik
pentas. Karena itu, menyutradarai sebenarnya juga suatu
proses belajar dalam bentuknya yang lain.
7. Menjalani latihan secara lengkap, mulai dari dialog
sampai pengaturan pementasan (running).
8. Latihan terakhir sebelum pentas (gladi resik).
9. Pelaksanaan pementasan dengan didukung:
1) Tata Rias
Tata rias dapat membantu pemain untuk membuat
perubahan wajah sesuai dengan karakter yang dimau.
Misalnya mengubah pemain yang masih muda menjadi
nenek-nenek.
2) Kostum
Pakaian atau kostum dapat mendukung pemain dalam
memerankan karakter yang diinginkan. Contoh: Tokoh
pengemis didukung dengan kostum compang-camping,
lusuh, dan kotor.
3) Tata Panggung
Tata panggung atau dekorasi mendukung latar cerita
yang ingin ditampilkan. Pada teknik tata panggung untuk
mendukung latar/setting cerita biasanya juga ditopang
dengan seni tata lampu (lighting)
4) Tata Bunyi
Tata bunyi biasanya membantu menggambarkan
situasi yang terjadi dalam pementasan drama. Misalnya
terdengar bunyi deburan ombak bearti suasananya sunyi
dan sejuk di tepi pantai.




LAMPIRAN INSTRUMEN

1. Sebutkan kelebihan dan kekurangan teks drama yang
berjudul Matahari di Sebuah Jalan Kecil berikut ini
berdasarkan unsur-unsur teks drama!
MATAHARI DI SEBUAH JALAN KECIL
(Karya Arifin C. Noor)

Sebentar lagi berkas-berkas di langit akan buyar
dan matahari akan memulai memancarkan sinarnya
yang putih, terang dan panas. Jalan itupun akan mulai
hidup, bernafas dan debu-debu akan segera
berterbangan mengotori udara.
Jalan itu bukan jalan kelas satu. Jalan itu jalan
kecil yang hanya dilalui kendaraan-kendaraan dalam
jumlah kecil. Tetapi sebuah pabrik es yang tidak kecil
berdiri di pinggirnya dan pabrik itu memiliki gedung
yang sangat tua. Di depan gedung itulah para pekerja
pabrik mengerumuni SIMBOK yang berjualan pecel di
halaman.
Seorang laki-laki yang sejak malam terbaring,
tidur di ambang pintu yang terpalang tak dipakai itu,
bangun dan menguap setelah seorang yang bertubuh
pendek membangunkannya. Laki-laki itu adalah
PENJAGA MALAM.

1. PENJAGA MALAM : Uuuuuh, gara-
gara pencuri, aku jadi kesiangan.
2. SI PENDEK : Tadi malam ada
pencuri?
3. PENJAGA MALAM : Di sana, di ujung
jalan itu! (menunjuk)
4. SI PENDEK : Tertangkap?
5. PENJAGA MALAM : Dia licik seperti
belut. (menggeliat lalu pergi)
6. SI PENDEK : (duduk lalu membaca
koran)

Seorang pemuda (anak laki-laki) membawa baki
di atas kepalanya lewat. Ia menjajakan kue donat dan
onde-onde. Suaranya nyaring sekali. Tak ada orang
mengacuhkannya. Begitu ia lenyap seorang pemuda
lewat pula yang berjalan dengan perlahan, berbaju lurik
kumal, sepatu kain yang sudah rusak dan buruk,
wajahnya pucat. Sebentar ia memperhatikan orang-
orang yang tengah makan lalu ia pergi dan iapun tak
diperhatikan orang.
Gemuruh mesin yang tak pernah berhenti itu,
yang abadi itu, makin lama makin mengendur daya
bunyinya sebab lalu lintas di jalan itu mulai bergerak
dan orang-orang semakin banyak di halaman pabrik itu.
SIMBOKpun makin sibuk melayani mereka. Lihatlah!

7. SI TUA : (menerima pecel)
Sedikit sekali.
8. SIMBOK : (tak menghiraukan dan
terus melayani yang lain)
9. SI PECI : Ya, sedikit sekali
(menyuapi mulutnya)
10. SI TUA : Tempe lima rupiah
sekarang.
11. SI KACAMATA :
Beras mahal (membuang
cekodongnya) kemarin
istriku mengeluh.
12. SI PECI : Semua perempuan ya
ngeluh.
13. SI KURUS : Semua orang pengeluh.
14. SI KACAMATA :
Kemarin sore istriku
berbelanja ke warung
nyonya pungut. Pulang-
pulang ia
menghempaskan
nafasnya yang
kesal. Harga beras
naik lagi, katanya.
15. SI PECI : Apa yang tidak naik?
16. SI TUA : Semua naik.
17. SI KURUS : Gaji kita tidak naik.
18. SI KACAMATA : Anak saya yang tertua
tidak naik kelas.
19. SI TUA : Uang seperti tidak ada
harganya sekarang.
20. SI KURUS : Tidak seperti. Ah
memang tak ada harganya.
21. SI TUA : (mengangguk-angguk)
22. SI PECI : Ya.
23. SI KACAMATA : Ya.
24. SI PENDEK : Menurut
saya (menurunkan koran
yang sejak tadi menutupi
wajahnya. Sebentar ia
berfikir sementara
kawannya bersiap
mendengar cakapnya).
Menurut saya, sangat
tidak baik kalau kita tak
henti-hentinya mengeluh
sementara masalah yang
lebih penting pada waktu
ini sedang gawat
menantang kita. Dalam
seruan serikat kerja
kitapun telah dinyatakan
demi menghadapi revolusi
dan soal-soal lainnya yang
menyangkut negara kita
harus turut aktif dan
bersiap siaga untuk segala
apa saja dan yang
terpenting tentu saja
perhatian kita.
25. SI TUA : (menggaruk-garuk)
26. SI PENDEK : Ya, baru
saja saya baca dari
koran.nich, korannya.
Bahwa kita harus waspada
terhadap anasir-anasir
penjajah, kolonialisme.
Kita harus hati-hati
dengan mulut yang manis
dan licin itu. (tiba-tiba
batuk dan
keselek)..tempe mahal
tidak enak rasanya
(meneruskan yang
semula) beras yang mahal
hanya soal yang tidak
lama.
27. SI PECI : Ya.
28. SI KACAMATA : Ya.
29. SI PENDEK : Ya.
30. SI TUA : Dulu
(batuk-batuk), dulu saya
hanya membutuhkan uang
sepeser untuk sebungkus
nasi.
31. SI PECI : Dulu?
32. SI TUA : Ketika jaman normal.
33. SI KURUS : Jaman Belanda.
34. SI TUA : Ya,
jaman Belanda. Untuk
sehelai kemeja saya
hanya membutuhkan
uang sehelai rupiah.
35. SI KURUS : Tapi
untuk apa kita melamun,
untuk apa kita
mengungkap-ungkap
yang dulu?
36. SI PENDEK : (makin
berselera) Ya, untuk
apa? Untuk apa kita
melamun? Untuk apa
kita mengkhayal?
Apakah dulu bangsa kita
ada yang mengendarai
mobil? Sepedapun hanya
satu dua orang saja yang
memilikinya. Kalaupun
dulu ada itulah mereka
para bangsawan, para
priyayi dan para amtenar
yang hanya
mementingkan perut
sendiri saja. Sekarang
lihatlah ke jalan raya.
37. SI PENDEK :
Lihatlah Kemdal Permai,
stanplat. Pemuda-
pemuda kita berkeliaran
dengan sepeda motor.
Kau punya sepeda? Ya,
kita bisa mendengarkan
lagu-lagu dangdut dari
radio. Ya?
38. SI KACAMATA : Ya.
39. SI PENDEK : Ya, tidak?
40. SI KURUS : Ya.
41. SI PENDEK : Ya, tidak?
42. SI TUA : (mengangguk-angguk)
43. SI PENDEK : Sebab itu
kita tidak perlu mengeluh,
apalagi melamun dan
mengkhayal, sekarang
yang penting kita bekerja,
bekerja yang keras.
44. SI KACAMATA : Saya juga berpikir
begitu.
45. SI PENDEK : Kita
bekerja dan bekerja keras
untuk anak-anak kita
kelak.
46. SI KACAMATA : Saya ingin anak saya
memiiki yamaha bebek.
47. SI PENDEK : Asal giat bekerja kita
bebas berharap apa saja.
48. SI KURUS : Tapi
kalau masih ada korupsi?
Anak kita akan tetap
hanya kebagian debu-
debunya saja dari motor
yang lewat di jalan raya.
49. SI PECI : Ya.
50. SI KACAMATA : Ya.
51. SI TUA : Ya, sekarang kejahatan
merajalela.
52. SI KURUS : Semua orang bagai
diajar mencuri dan menipu.
53. SI KACAMATA : semua orang.
54. SI KURUS : Uang
serikat kerja kitapun
pernah ada yang
menggerogoti (melirik
kepada si pendek)
55. SI PECI : Ya, setahun yang lalu.
(melirik si pendek)
56. SI KACAMATA :
Ya, dan sampai sekarang
belum tertangkap
tuyulnya. (melirik pada si
pendek)
57. SI TUA : (mengangguk-angguk)

PEMUDA muncul lagi, mula-mula ragu lalu ia
turut bergerombol dan makan pecel.

58. SI PECI : Ya,
setahun yang lalu (melirik
si pendek) Sekarang kita
sukar mempercayai orang.
59. SI KURUS : Bahkan
kita takkan percaya lagi
pada kucing. Kucing
sekarang takut pada tikus
dan tikus sekarang besar-
besar, malah ada yang
lebih besar daripada
kucing, dan adapula tikus
yang panjangnya satu
setengah meter dan empat
puluh kilogram beratnya.
Tapi yang lebih pahit
kalau kucing jadi tikus
alias kucing sendiri sama
kurang ajarnya dengan
tikus.
60. SI PECI : Ya, sekarang kucing
malas-malas dan kurang ajar.
61. SI KACAMATA : Dunia penuh tikus
sekarang.
62. SI KURUS : Dan
tikus-tikus jaman sekarang
berani berkeliaran di
depan mata pada siang
hari bolong.
63. SI TUA : Omong-
omong perkara tikus,
(batuk-batuk) sekarang
ada juga orang yang
makan tikus.
64. SI KACAMATA :
Bukan tikus, cindel.
Orang Tionghoa di tempat
saya biasa menelan cindel
hidup-hidup dengan
kecap, mungkin untuk
obat.
65. SI TUA : Bukan
cindel, tikus-tikus, Wirog.
Petani-petani sudah sangat
jengkel karena diganggu
sawahnya, sehingga
mereka dengan geram dan
jengkel lalu memakan
tikus-tikus sebagai lauk,
daripada mubazir. Tapi
ada juga yang memakan
tikus itu
sebab.lapar.
66. SI PECI : Ya,
sekarang sudah hampir
umum di kampung-
kampung, bahkan ada juga
anjuran dari pemerintah
setempat.
67. SI KURUS : (pada si tua) Enak?
68. SI TUA : Ha?
69. SI KURUS : Sedap?
70. SI TUA : Saya tidak turut makan
(tersenyum).

Semua tertawa. Lonceng bekerja berdentang.
Mereka masing-masing menghitung dan menyerahkan
uang pada SIMBOK kemudian pergi bekerja, lewat
jalan samping. Yang terakhir adalah si pendek.

71. SI PENDEK : Berapa Mbok?
72. SIMBOK : Apa?
73. SI PENDEK : Nasi pecel dua, tempe
satu, tahu satu, rempeyek satu.
74. SIMBOK : Tujuh puluh lima.
75. SI PENDEK : Bon. (pergi)

Pemuda menghabiskan makannya dengan lahap
sekali, setelah membuang cekodongnya ia minta air
yang biasa disediakan oleh penjual pecel itu. Ia berdiri,
merogoh saku celana. Ia cemas, saku baju dirogohnya.
Ia makin cemas, Simbok memperhatikan dengan biasa.

76. SIMBOK : Ada yang hilang?
77. PEMUDA : Barangkali tidak.
78. SIMBOK : Apa?
79. PEMUDA : Dompet.
80. SIMBOK : Dompet? Ada uang di
dalamnya?
81. PEMUDA : Juga
surat keterangan
penduduk. Tapi
(mengingat-ingat)
barangkali saya lupa dan
tidak hilang. Tadi malam
saya mengenakan baju
hijau dengan celana lurik
hijau. Yang mungkin
dompet itu dalam saku
baju hijau.. Berapa
Mbok?
82. SIMBOK : Nasi dua.
83. PEMUDA : Tempe dua, tahu tiga.
84. SIMBOK : Delapan puluh.
85. PEMUDA : (seraya
hendak pergi) Sebentar
saya pulang mengambil
uang. Dompet saya dalam
saku baju hijau
barangkali.
86. SIMBOK : Nanti dulu.
87. PEMUDA : Tak akan
lebih dari sepuluh menit.
Segera saya kembali.
88. SIMBOK : Tapi sebentar lagi saya
mau pergi dari sini.
89. PEMUDA : Tapi
dompetku ketinggalan di
rumah. Sebentar rumahku
tidak jauh dari sini.
90. SIMBOK : Ya, tapi sebentar lagi
saya akan pergi dari sini.
91. PEMUDA : Sebentar (akan pergi)
92. SIMBOK : (berdiri
dan berseru) Hei, nanti
dulu. Bayarlah baru kau
boleh pergi.
93. PEMUDA : Jangan
berteriak. Tentu saja saya
akan membayar. Tapi saya
mesti mengambil uang
dulu di rumah. Mbok
tidak percaya?
94. SIMBOK : (diam)
95. PEMUDA : Tunggulah sebentar,
saya orang kampung sini juga.

TERDENGAR ADA SUARA: Ada apa Mbok?

96. SI KURUS : Ada apa Mbok? (di
jendela)
97. SIMBOK : Dia belum bayar.
98. PEMUDA : Tunggulah lima menit
(pergi).
99. SI KURUS : Hai, dik! Tunggu!
100. PEMUDA : Saya akan mengambil
uang. Saya belum
membayar makanan saya,
sebab itu saya akan pulang
mengambil uang saya.
Dompet saya ketinggalan.
101. SI KURUS :Ya, tapi jangan
main minggat-minggatan.
102. PEMUDA : Saya tidak berniat lari
atau minggat, lagipula
saya sudah bilang sama si
Mbok.
103. SI KURUS : Simbok
mengijinkan?
104. PEMUDA : Saya Cuma
sebentar.
105. SI KURUS : Simbok
memperbolehkan engkau pergi?
106. PEMUDA : (diam)
107. SI KURUS : Simbok keberatan
engkau meninggalkan
tempat ini sebelum
engkau membayar
makananmu.
108. PEMUDA : Bagaimana dapat saya
bayar? Dompet saya
ketinggalan.
109. SI KURUS : Ya, tapi jangan main
minggat-minggatan.
110. PEMUDA : Saya tidak berniat
minggat atau lari.
111. SI KURUS : (lenyap dari jendela,
muncul dari pintu
samping) Dimana
rumahmu?
112. PEMUDA : Dekat.
113. SI KURUS : Dekat di mana?
114. PEMUDA : Di kampung ini.
115. SI KURUS : Ha? (pada Simbok)
Mbok, kenal pada anak
itu?
116. SIMBOK : Seumur hidup baru pagi
ini saya menjumpainya.
Tapi peristiwa semacam
ini kerap kualami. Dulu
saya percaya ada orang
yang betul-betul
ketinggalan uangnya
tetapi orang-orang
sebangsa itu tidak pernah
kembali. Seminggu yang
lalu saya tertipu dua puluh
rupiah. Tampangnya
gagah dan meyakinkan
sekali, waktu itu ia bilang
uangnya tertinggal di
rumah. Tapi sampai hari
ini pecel yang
dimakannya belum
dibayar. Benar dua puluh
itu tidak banyak, tetapi
dua puluh kali sepuluh
adalah tidak sedikit.
Sekarang saya sudah
kapok dan cukup
pengalaman.
117. SI KURUS : Baru sekarang ini kau
jajan pada simbok, bukan?
118. PEMUDA : Ya.
119. SI KURUS : Lalu kenapa kau berani-
berani jajan padahal kamu
tahu tak beruang.
120. PEMUDA : Saya beruang.
121. SI KURUS : Bayarlah sekarang.
122. PEMUDA : Uang saya ketinggalan.
123. SI KURUS : Kenapa kau berani jajan.
124. PEMUDA : Saya tidak tahu kalau
uang saya ketinggalan di
saku baju hijau. Dan
sekarang saya akan pergi
mengambil uang itu.

MUNCUL DI JENDELA, SI PECI

125. SI PECI : Ada apa dia?
126. SI KURUS : Makan tidak bayar.
127. SI PECI : Siapa?
128. SI KURUS : Pemuda ini.
129. SI PECI : Dia? (lenyap dari
jendela muncul dari pintu)
130. SI KURUS : Kau bayarlah sebelum
orang-orang ramai datang
ke sini.
131. SI PECI : Ya, bayarlah. (pada
simbok) Berapa dia habis?
132. SI KURUS : Berapa Mbok?
133. SIMBOK : Delapan puluh.

DUA ORANG ANAK MASUK, MEREKA
MENONTON

134. SI KURUS : Kenapa jadi diam?
135. SI PECI : Kenapa?
136. PEMUDA : Saya tidak berniat
minggat.
137. SI KURUS : Masih muda sudah
belajar tidak jujur. Masih
muda sudah belajar makan
tanpa jerih payah.
138. SI PECI : Kenapa tidak
membayar?
139. PEMUDA : Saya mau membayar,
uang saya ketinggalan.
140. SI PECI : Ketinggalan di mana?
141. SI KURUS : Di bank?
142. PEMUDA : Di rumah.
143. SI KURUS : Di mana rumahmu?
144. PEMUDA : Di sini.
145. SI KURUS : Di sini di mana?
146. PEMUDA : Di kampung ini.
147. SI KURUS : Kau warga kampung
ini?
148. PEMUDA : Saya orang baru.
149. SI KURUS : Kau tahu nama kampung
ini?
150. PEMUDA : Pegulen.
151. SI KURUS : Pegulen? Di RT mana
kau tinggal?
152. PEMUDA : Di RT lima.
153. SI KURUS : RT lima betul?
154. PEMUDA : Kalau tidak keliru.
155. SI KURUS : Kalau tidak keliru?
156. PEMUDA : Mungkin saya lupa, saya
orang baru.
157. SI KURUS : Baik. Siapa kepala RT
lima?
158. PEMUDA : Saya orang baru di
kampung ini.
159. SI KURUS : Tentu saja kau harus
mengatakan orang baru di
kampung ini, sebab kalau
kau mengatakan orang
lama di kampung sini
tentu kau harus menjawab
siapa nama kepala RT
lima. Baik, dari mana
asalmu?
160. PEMUDA : Muntilan.
161. SI KURUS : Dekat. Nah, kau katakan
di mana tempat
tinggalmu?
162. PEMUDA : RT lima Pegulen.
163. SI KURUS : RT lima dimana?
164. PEMUDA : Di RT lima.
165. SI KURUS : Ya, di rumah siapa?
166. PEMUDA : Dekat bengkel Slamet.
167. SI KURUS : Bengkel Slamet, bengkel
mobil itu?
168. PEMUDA : Bengkel sepeda.
169. SI KURUS : O.., Ya betul, bengkel
sepeda. Di mana
bengkelnya?
170. PEMUDA : Di dekatnya.
171. SI KURUS : Di atasnya?
172. PEMUDA : Di sebelahnya.
173. SI KURUS : Ya, di sebelah atas.
174. PEMUDA : Sebelah kiri.
175. SI KURUS : O, rumah siapa itu?
176. PEMUDA : Rumah tukang sepatu.
177. SI KURUS : Hapal sekali. Tukang
sepatu siapa namanya?
178. PEMUDA : E.. Mas Narko,
Sunarko.
179. SI KURUS : Salah, ternyata kau
bohong. Nah, sejak
sekarang saya akan
memanggilmu
pembohong. Rumah itu
adalah rumah saya. Di
muka rumah itupun
berdiri rumah Simbok ini.
Kau bohong.
180. PEMUDA : Saya tidak bohong.
Bukankah diantara rumah
saudara dan bengkel ada
sebuah rumah petak yang
agak bagus.
181. SI KURUS : Kau cerdas sekali, tapi
tolol. Rumah itupun
rumah pak Prawiro, bukan
rumah mas Sunarko.
182. PEMUDA : Barangkali namanya
Sunarko Prawiro.
183. SI KURUS : Indah sekali namanya.
Kau yakin benar nama
itu?
184. PEMUDA : Saya tidak begitu kenal
namanya.
185. SI KURUS : Tentu saja pak Prawiro
itu sangat tidak kenal
padamu.
186. PEMUDA : Tapi saya kenal
orangnya dan saya
mondok pada istrinya.
187. SI KURUS : Setiap orang yang punya
sepatu yang rusak dan
buruk seperti sepatumu
pasti kenal padanya. Dia
tukang sepatu.
188. PEMUDA: Tapi saya betul-betul
kenal.
189. SI KURUS : Betul?
190. PEMUDA : Betul.
191. SI KURUS : Betul?
192. PEMUDA : (diam)
193. SI KURUS : Puh! Pembohong.
Tampangmu saja sudah
mirip bajingan. Pintar kau
ngoceh ya? Saya adalah
orang yang paling benci
pada ketidakjujuran, saya
muak. Saya menyesal
sekali melihat penipu
semuda kau. Tapi saya
terlanjur muak. Saya
benci, kau tahu? Gaji saya
sedikit, tapi saya tak mau
menipu atau mencuri. Ya,
tentu saja kau semakin
kurus, sebab benar kata
Joyoboyo, yang pintar
keblinger yang jujur
mujur. Sekarang baiklah,
bayar atau tidak? Ya
memang sedikit uang
delapan puluh rupiah, tapi
bagi saya kejahatan tetap
kejahatan, dan saya benci
serta menyesal, yang
melakukan perbuatan hina
itu adalah manusia bukan
anjing. Dan lebih
menyesal lagi kalau yang
melakukan kerja nista itu
adalah bakal dan calon
orang, yaitu kamu,
PEMUDA. Nah, bayar
atau tidak? Terus terang.
194. PEMUDA : Saya mau bayar.
195. SI KURUS : Bayarlah!
196. PEMUDA : Uang saya ketinggalan.
197. SI KURUS : Ketinggalan di mana? Di
Bank? Di kantong pak
Prawiro atau mau
mencopet dahulu? Mau
belajar jadi garong
biar cair kepalamu?
Sayang kumismu jarang,
kalau panjang dan lebat
saya sudah gemetar.
198. PEMUDA : Betul, uang saya
ketinggalan.
199. SI KURUS : Bohong!
200. PEMUDA : Sungguh.
201. SI KURUS : bohong. Kau tadi sudah
bohong sebab itupun kau
pasti pembohong.
202. PEMUDA : Percayalah mas, kalau
saya berbohong
203. SI KURUS : (memotong) Bohong.
Bohong kau (geram
hendak memukul pemuda
itu tetapi tiba-tiba ia
mengurungkan niatnya)
Saya percaya kau adalah
manusia, bukan binatang.
Saya jadi ingat saudara
saya sendiri. Seperti
sekarang juga saya merasa
parah dalam hati. Waktu
itu saya tidak bisa
menahan diri lagi
sebenarnya, tetapi saya
juga mengerti bahwa
saudara saya itu mesti
masuk penjara, sebab ia
telah melakukan kejahatan
yang kubenci, tapi saya
merasa parah dan tetap
benci akan apa yang
berbau ketidakjujuran.
Sekarang terus terang saja
mau bayar atau tidak?

DARI PINTU MUNCULLAH SI KACAMATA, SI
TUA, DAN LAIN-LAIN,
YANG TAK HADIR
HANYA SI PENDEK.

204. SI KACAMATA : Ada apa?
205. SI PECI : Makan tidak bayar.
206. SI TUA : Siapa, pemuda ini?
207. SI PECI : Ya, pemuda ini?
208. SI KACAMATA : Segagah ini?
209. SI PECI : Kalau tidak gagah
barangkali tidak berani ia
menipu (pada pemuda)
Hei, pemuda. Kau punya
uang tidak?
210. PEMUDA : (lama) Punya.
211. SI PECI : Nah, kenapa mesti tidak
bayar?
212. PEMUDA : Uang saya ketinggalan.
213. SI PECI : Ketinggalan? Lebih baik
tidak usah berbohong.
Kalau bersikeras semua
orang akan
mengempalkan tangannya
dan darah akan mengotori
mukamu nanti. Bayar
atau
214. PEMUDA : Uang saya ketinggalan.
215. SI KURUS : Ketinggalan-
ketinggalan. Sekarang
mengakulah. Kau mau
menipu ya?
216. SI PECI : Punya uang tidak?
217. SI KURUS : Mengaku.
218. SI PECI : Kau pasti tidak punya
uang.
219. SI KURUS : Dan kau mengaku
penipu.
220. SI TUA : Nah, bilang saja terus
terang, jangan kau sakiti
badanmu sendiri.
221. SI KACAMATA : Sudah kawan-kawan,
saya yakin dia tidak
beruang. Tapi.. Sebab
itu lebih baik ia
menanggalkan celananya
saja. Kalau memang dia
berduit tentu ia nanti
boleh mengambil
celananya kembali. Jadi
celananya jadi jaminan.
Bagaimana?
222. SI PECI : Ya, lebih baik begitu,
semua orang setuju.
223. SI KURUS : Tanggalkan pakaianmu.
224. PEMUDA : Saya malu.
225. SI KURUS: Tidak, kau tidak punya
malu. Kau tidak malu
makan tidak bayar.
Tanggalkan celanamu!
Tanggalkan!
226. SI PECI : Cepat!
227. PEMUDA : Saya tidak pakai celana
dalam.
228. SI KURUS : Bohong, kau
pembohong sebab itu kau
pembohong.
229. PEMUDA : Sungguh mati. Demi
Tuhan, tentang celana
dalam saya tidak
berbohong. Kalau saya
menanggalkan pantalon
saya, saya telanjang. Oh,
sungguh saya tidak tahu
bagaimana saya
mengatakannya. Dan tentu
saja sayapun tak dapat
membuktikannya.
Percayalah kalau saya
membuka celana, akan
telanjanglah saya.
230. SI KURUS : Sejak tadi kau sedang
menelanjangi dirimu
sendiri dan kau diam-diam
telah memberi api pada
setiap orang yang telah
melihatmu.

TIBA-TIBA SEORANG PEREMPUAN
JURAGAN BATIK
BERSAMA PEMBANTU
YANG
MEMAYUNGINYA
MUNCUL DAN IA
TERTARIK UNTUK
MELIHAT KEJADIAN
ITU.

231. PEREMPUAN : (dengan yang nyata-
nyata dibuat-buat ia bicara
pada si kacamata) Ada apa
to dik?
232. SI KACAMATA : Makan tidak bayar.
233. PEREMPUAN : Siapa?
234. SI KACAMATA : Si pemuda ini.
235. PEREMPUAN : O, lalu?
236. SI KACAMATA : Mula-mula dia mau
menipu pura-pura akan
mengambil uang yang
katanya ketinggalan tetapi
agaknya dia berbohong.
Sebab itu kami sepakat
kalau ia menanggalkan
celananya untuk pengganti
uang atau untuk jaminan
kalau memang di punya
uang.
237. PEREMPUAN : Berapa tho, habisnya?
238. SI KACAMATA : Berapa dik?
239. SI KURUS : Delapan puluh rupiah.
240. PEREMPUAN : Ah, sedikit. Baiklah,
jangan ribut-ribut.
Kasihan. (mengambil
uang dari tasnya) Ini
Mbok seratus rupiah.
241. SI KURUS : Nanti dulu, Mbakyu.
Mbakyu bilang kasihan
padanya, sehingga
mendorong rasa kasihan
Mbakyu untuk
membayarnya. Tidak,
tidak, saya tidak
tersinggung. Sayapun
memang kalau delapan
puluh itu sedikit dan saya
juga dapat atau siapa saja
masih mampu memberi,
tapi bukan itu soalnya.
Kalau Mbakyu kasihan
padanya sama seperti
Mbakyu membantu
melahirkan seorang bandit
di tanah kewalian ini.
Saya juga maklum, apa
yang Mbakyu lakukan itu
mulia, tapi hal yang mulia
juga minta tempat dan saat
yang tepat. Dan sekarang
saat tidak minta yang
sejenis itu. Apa yang kami
lakukan sekarang adalah
juga kemuliaan, meskipun
menampakkan kekasaran
dan penghinaan, tetapi ia
juga bersama kemuliaan
yang diridhoi Tuhan. Dan
jangan lupa saya dan
teman-teman di sini atau
siapa saja juga mampu
kalau berniat memberi
anak pemuda ini uang
seratus rupiah, tetapi
bukan itu soalnya.
242. SI PECI : Ya, itu soalnya.
243. SI KACAMATA : Ya.
244. SI TUA : (mengangguk-angguk)

TANPA MEMBERI REAKSI APA-APA
PEREMPUAN DAN
PEMBANTUNYA
PERGI MELANJUTKAN
PERJALANAN.

245. SI PECI : Sombong benar
perempuan itu.
246. SI KURUS : Mau buka celana tidak?
247. PEMUDA : (diam)
248. SI KURUS : Baiklah, tadi saya sudah
berkata dan saya percaya
bahwa kau bukan anjing,
karenanya kau pasti
memiliki rasa malu. Baik,
sekarang bajumu saja kau
tanggalkan.
249. SI PECI : Ya, baju saja.
250. SI KACAMATA : Ya, baju saja.
251. SI PECI : Ayo cepat.
252. SI TUA : Nah, sebentar lagi kalau
mata orang-orang di sini
copot dan melotot, maka
gemparlah di muka pabrik
ini, sebab ada seorang
pemuda yang dipukuli
ramai-ramai oleh orang
banyak.
253. PEMUDA : Saya melepaskan baju
saya, Pak!
254. SI KURUS : Lepaskan!
255. PEMUDA : Saya tidak berkaos.
256. SI PECI : Tak perduli.
Tanggalkan.
257. SI KURUS : Malu, malu! Priyayi
kamu? Ha? Tak berkaos
malu, tapi berani menipu.
Laknat kau ini. Penipu
bagi dirimu sendiri!
Lepaskan!
258. PEMUDA : Saya akan melepaskan
tapi bukan baju melainkan
sepatu.
259. SI PECI : Sepatu kain yang jebol
itu? Kau telah membuat
dagelan yang lebih
menjengkelkan lagi tau?
260. SI KACAMATA : Ya, satu rupiah tak akan
ada orang yang sudi
membeli sepatu abunawas
itu.

TIBA-TIBA TERDENGAR GEMURUH SUARA
TRUK. MENDEKAT
DAN BERHENTI TIDAK
JAUH DARI TEMPAT
ITU.

261. SI KACAMATA : Nah, pak sopir datang.
Biarlah dia yang
membereskannya biar
tahu rasa kalau nanti
lengannya sudah dikilir
oleh pak sopir.
262. SI SOPIR : Ada apa hah?
263. SI PECI : Makan tak bayar.
264. SI SOPIR : Si kecil ini?
265. SI KACAMATA : Ya, si kecil ini.
266. SI SOPIR : (pada pemuda) Oo,
sudah kenyang, hah?
Terlalu pagi. Matahari
masih terlalu rendah untuk
dikhianati. (pada si peci)
Lalu, akan kita apakan
dia?
267. SI PECI : Ia harus menanggalkan
bajunya.
268. SI SOPIR : Begitu semestinya.
Lebih baik makan baju
daripada makan tidak
bayar, bukan? Lalu?
269. SI PECI : Ia menolak melepaskan
bajunya.
270. SI SOPIR : Itu tidak adil, ia bisa
menolak untuk telanjang
badan tapi ia makan tanpa
bayar seenaknya. Itu tidak
adil. (pada pemuda) He,
anak muda. Kau pemuda
Indonesia, bukan? Tidak,
jangan mengangguk!
Kalau kau meng-iya-kan
pertanyaan saya kau sama
dengan mengatakan
bahwa pemuda Indonesia
itu dibolehkan makan di
warung tanpa bayar.
Tidak, tanah ini akan
menangis mendengar
cerita itu. Dengarkan!
Dulu waktu sehabis
perang saya juga pernah
menjadi pencopet, tanpa
perduli lagi. Tapi malang
rupanya tangan ini
terlampau kasar sehingga
tangan ini lebih suka
diborgol, dalam penjara.
Nah, di tempat yang sepi
itu aku mengakui bahwa
aku telah menyakiti orang,
menyakiti hati dari tanah
yang kita cintai ini dan
pasti Tuhan akan menutup
pintuNya bagi orang
semacam aku. Sebab
itulah setelah aku keluar
dari rumah yang baik dan
mulia itu, kemudian aku
menjadi lebih maklum
bahwa kita tak boleh
berbuat jahat. Tidak,
jangan. Tapi dengarlah
lagi! Kau tahu, kalau kau
berjalan ke arah barat dari
arah sini kau akan sampai
pada sebuah perempatan,
di mana berdiri beberapa
batang pohon beringin.
Kau tentu sudah tahu di
belakang pohon beringin
itu berderet asrama. Dan
kau tahu asrama apa itu?
(lama) Asrama Polisi!
Nah, kau suk kuantarkan
ke asrama itu?
271. PEMUDA : (diam)
272. SI SOPIR : Suka! Tentu tidak, ya?
Nah, copot bajumu!
273. PEMUDA : Saya malu.
274. SI SOPIR : Jangan malu-malu
(keras) copot!

PEMUDA MENANGGALKAN BAJUNYA PADA
SI PECI.

275. SI PECI : (menyerahkan baju
kepada Simbok)
Simpanlah baju ini Mbok.
Nanti kalau ia kembali
membawa uang berikan
baju ini.
276. SI SOPIR : Beres sudah! Ayolah,
kita bekerja sekarang.
Habis waktunya terbuang.

ORANG-ORANG PERGI, MASUK KE DALAM
PABRIK. KECUALI SI
SOPIR YANG PERGI KE
ARAH DARI MANA IA
MUNCUL TADI. TAPI
BELUM LAMA DUA
LANGKAH ORANG-
ORANG BERGERAK
TIBA-TIBA.

277. SI KURUS : Saya kira kalau baju itu
disimpan Simbok
sekarang niscaya kurang
aman. Lebih baik baju itu
dititipkan pada Abduh
yang kerjanya dekat
jendela.
278. SI PECI : Baiklah, Mbok, saya
membawa bajunya ke
dalam. Kalau ada apa-apa
panggillah saya.
(menerima baju)

BERES SUDAHORANG-ORANG SUDAH
MULAI BEKERJA, DI
HALAMAN ADA
SIMBOK DAN SI
PEMUDA. GEMURUH
MESIN KEMBALI
NYATA. LEWAT
SEORANG
PEREMPUAN
MENJAJAKAN
JENANG GENDUL.
SANGAT NYARING
SUARANYA.

279. PEMUDA : Mbok, mula-mula
maksud saya tidak akan
menipu. Sesudah dua hari
ini saya hanya minum air
mentah saja. Tidak makan
apa-apa.
280. SIMBOK : (diam)
281. PEMUDA : Seminggu yang lalu saya
masih di Klaten, bekerja
di sebuah bengkel. Ya aku
tidak cukup dapat makan.
Sebab itulah aku mencari
pekerjaan di sini.
282. SIMBOK : (diam)
283. PEMUDA : Asalku sendiri dari desa,
desa yang wilayahnya di
gunung kidul, Wonogiri.
Juga Mbok pun tahu tanah
macam apa yang
menguasai tanah macam
gunung kidul itu. Tanah
tandus. Tanah yang tidak
mengkaruniakan buah
bagi mulut yang papa.
Sebab itulah aku turun dan
mengembara sampai ke
pesisir utara ini. Tapi
jarak selatan sampai ke
pesisir utara tidak juga
memberikan apa-apa.
Karenanya aku terus
menyusuri ke Barat, ke
tanah wali ini, dengan
harapan tanah serta rumah
di kota ini akan sudi
memberi makan saya.
Tujuh hari sudah saya
disini dan dua hari sudah
saya lapar. Dan pada hari
ketiga kelaparan saya
membawa saya kemari ke
tempat Mbok berjualan
pecel. Tidak, saya tidak
bermaksud menipu.
Sekali-kali tidak
(menengadah) Tuhan,
kutuklah aku!
284. SIMBOK : (bangkit dan bergerak
menuju jendela dan
berseru) Abduh! Abduh!
285. SI PECI : (di jendela) Ada apa
Mbok?
286. SIMBOK : Mana baju tadi?
287. SI PECI : Dia membawa uang?
288. SIMBOK : Tidak, baju itu akan saya
bawa ke pasar, saya jual.
289. SI PECI : Nanti direbut oleh anak
itu lagi.
290. SIMBOK : Tidak, kemarikan saja.
291. SI PECI : Baiklah (lenyap dari
jendela, kemudian Simbok
menerima baju tadi lewat
jendela)
292. PEMUDA : Ya, Mbok sebelum saya
memesan nasi pecel tadi
saya sudah berjanji pada
diri sendiri, tidak, saya
harus membayar! Entah
kapan saja tapi harus
bayar. Demi Allah,
hukumlah saya. Ya, Mbok
kalaupun saya pergi tak
kembali kesini atau kapan
saja saya pasti kemari
untuk membayar makan
saya. Ibu saya
mengajarkan kejujuran
dan hukum bahwa,
bekerja artinya tenaga,
bahwa bekerja artinya
makan. Hal itu kusadari
sejk aku mulai tahu bahwa
tanah tempat saya berpijak
sangat keras, begitu
angkuh dan tandus.
293. SIMBOK : (memberikan baju tanpa
berkata apa-apa)
294. PEMUDA : Tidak Mbok, bukan
maksud saya minta
dikasihani, saya hanya
ingin menceritakan dan
saya hanya ingin
mengatakan bahwa hati
saya bersih. Terhadap baju
itu sudah rela dan paham
bahwa barang itu patut
saya berikan pada Simbok
sebagai ganti makanan
yang telah saya makan.
295. SIMBOK : Terimalah.
296. PEMUDA : tidak.
297. SIMBOK : Terimalah.
298. PEMUDA : tidak.
299. SIMBOK : Terimalah.
300. PEMUDA : Mbok percayalah.
301. SIMBOK : Saya percaya sebab itu
kau harus mau menerima
baju kembali.
302. PEMUDA : Tapi baju ini bukan
milikku lagi. Ibu bilang
aku tidak boleh memiliki
barang kepunyaan orang
lain. Tidak Ada air
mata di mata Simbok.
303. SIMBOK : Tidak.
304. PEMUDA : Saya tidak tahan melihat
orang menangis,
meskipun ibuku
senantiasa menangis
setiap malam. Dan
sekarang hanya tinggal
tangisnya belaka sebab itu
telah lewat. Simbok
kasihan pada saya lalu
menangis? Tidak!
305. SIMBOK : Tidak, saya ingat anak
saya.
306. PEMUDA : Simbok punya anak?
307. SIMBOK : Ya, satu-satunya, jantan
yang cantik.
308. PEMUDA : Dimana sekarang?
309. SIMBOK : Di sini.
310. PEMUDA : Di sini?
311. SIMBOK : Di Kendal. Di
PENJARA.
312. PEMUDA : Ha?
313. SIMBOK : Ya, sayapun tak pernah
menyangka, anak saya itu
akan menjadi pencuri
sepeda. Tidak, saya cukup
memberi ia makan. Tapi
barangkali disebabkan
pergaulannya atau
barangkali saya salah
mengajar atau mendidik
dia atau..atau..atau.
Oh, saya tidak tahu. Tapi
aku tahu dan percaya
matamu lain dengan
matanya. Saya melihat
matamu bening, sebab itu
saya yakin kau tidak
seperti anak saya. Kau
seperti kemenakan saya.
Kau pastiKau pasti
anak baik. (tiba-tiba) Akh,
cepat terimalah baju ini
dan segeralah kau pergi
dari tempat ini sebelum
penjaga malam sampai
kemari.
314. PEMUDA : (menerima baju itu)
baiklah. Terima kasih dan
selamat tinggal Mbok.

BEGITU IA LENYAP, MUNCUL PENJAGA
MALAM YANG
TAMPAK BARU
SELESAI MANDI. IA
TAMPAK
KEDINGINAN.

315. PENJAGA MALAM: Minta pecel yang pedes
(kedinginan). Katanya tadi
ada pemuda yang mau
menipu?
316. SIMBOK : (tak begitu acuh) Ya.
317. PEMJAGA MALAM: Bagaimana
tampangnya?
318. SIMBOK : Kurus dan cantik.
319. PENJAGA MALAM: Pakai baju lurik.
320. SIMBOK : Ya, kalau tidak salah.
321. PENJAGA MALAM: Bajigur! Bajigur!
Kurang ajar dia. Tapi dia
tak jadi menipu di sini
bukan? Kemana ia?
Jangkrik anak itu! Belut!
322. SIMBOK : Ada apa? Ada apa?
323. PENJAGA MALAM: Pasti dia. Kemarin
malam dia juga menipu di
sebuah warung di pasar
Kauman.
324. SIMBOK : Haa.? (menelan
ludah) Ya, Allah.

LANGIT DI ATAS MULAI KOTOR OLEH
NAFAS MANUSIA DAN LALU LINTASPUN
MULAI LEBIH RAMAI. SEORANG ANAK LAKI-
LAKI MENJAJAKAN ES LILIN LEWAT, TANDA
HARI SUDAH SIANG. SUARANYA NYARING,
MENYEMBUL DI SELA-SELA KESIBUKAN.

--- TAMAT ---


2. Buktikanlah kelebihan dan kekurangan teks drama yang
sudah kamu temukan!
3. Nilailah teks drama tersebut!
4. Ubahlah teks drama yersebut menjadi pementasan
drama!
5. Sesuaikanlah mimik dan gestur yang sesuai dengan
dialog!
6. Sajikanlah pementasan drama berdasarkan teks drama!

LAMPIRAN KUNCI JAWABAN

a. Tema : Penipuan
b. Latar :
1) Waktu : Pagi hari
2) Tempat : Warung Simbok
3) Suasana :
(a) Bising
(b) Tegang
(c) Santai
c. Tokoh dan penokohan :
1) Pemuda : licik
2) Simbok : murah hati, tidak
belajar dari pengalaman
3) Penjaga malam : siaga
4) Pemuda penjual kue : kerja keras
5) Si pendek : penipu
Kutipan dialog no 47-58, 7175
6) Si tua : suka protes, suka
membanding-bandingkan
7) Si peci : suka protes
8) Si kacamata : tidak berpendirian
9) Si kurus : cerdik
10) Perempuan (juragan batik): dermawan
11) Si sopir : tegas
d. Konflik :
1) Konflik internal, yaitu konflik psikologis yang
terjadi dalam jiwa Simbok
2) Konflik eksternal, yaitu konflik antar tokoh yang
terjadi antara pemuda, simbok, si kurus, si
kacamata, dan si sopir
e. Alur :
f. Pembaruan mula : pemuda makan pecel di
warung Simbok
g. Penggawatan : pemuda bergegas pergi
setelah makan pecel
h. Klimaks : terjadi percekcokan akibat
pemuda mengaku dompetnya tertinggal di
rumah
i. Antiklimaks : Simbok menyerahkan
kembali baju pemuda
j. Penyelesaian : Simbok tertipu lagi
f. Amanat :
(1) Jangan mengulangi kesalahan yang sama!
(2) Belajarlah dari pengalaman!
Kelebihan naskah drama terletak pada amanat yang dapat
dipetik dari isi ceritanya, sedangkan kekurangan naskah
drama terletak pada penggambaran tokoh dan alur (klimaks)
yang berbelit-belit.
2. Kelebihan naskah drama terletak pada amanat yang dapat
dipetik dari isi ceritanya. Beberapa amanat yang dapat
dipetik anata lain: 1) jangan mengulangi kesalahan yang
sama! dan 2) belajarlah dari pengalaman!
Di samping kelebihan, juga terdapat kekurangan.
Kekurangan naskah drama terletak pada penggambaran
tokoh pemuda, pada bagian awal dan tengah pemuda
terkesan seperti laki-laki sedangkan pada akhir cerita
tokoh pemuda digambarkan sebagai seorang gadis. Hal
tersebut tampak dalam kutipan sebagai berikut.
195. SI KURUS : Bayarlah!
196. PEMUDA : Uang saya
ketinggalan.
197. SI KURUS : Ketinggalan di mana?
Di Bank? Di kantong pak Prawiro atau mau
mencopet dahulu? Mau belajar jadi garong
biar cair kepalamu? Sayang kumismu jarang,
kalau panjang dan lebat saya sudah gemetar.
......

224. SI KACAMATA : Ada apa?
225. SI PECI : Makan tidak bayar.
226. SI TUA : Siapa, pemuda ini?
227. SI PECI : Ya, pemuda ini?
228. SI KACAMATA : Segagah ini?
229. SI PECI : Kalau tidak gagah
barangkali tidak berani ia
menipu (pada pemuda) Hei,
pemuda. Kau punya uang
tidak?
......
315. PENJAGA MALAM: Minta pecel yang pedes
(kedinginan). Katanya tadi ada pemuda yang
mau menipu?
316. SIMBOK : (tak begitu acuh) Ya.
317. PEMJAGA MALAM: Bagaimana
tampangnya?
318. SIMBOK : Kurus dan cantik.
319. PENJAGA MALAM: Pakai baju lurik.
320. SIMBOK : Ya, kalau tidak salah.


Selain itu, kekurangan teks drama ini terletak pada alur
(klimaks) yang berbelit-belit, terlalu lama. Hal tersebut
tampak dalam kutipan sebagai berikut.
92. SIMBOK : (berdiri dan berseru) Hei,
nanti dulu. Bayarlah baru kau boleh pergi.
93. PEMUDA : Jangan berteriak. Tentu saja
saya akan membayar. Tapi saya mesti
mengambil uang dulu di rumah. Mbok tidak
percaya?

125. SI KURUS : Makan tidak bayar.
126. SI PECI : Siapa?
127. SI KURUS : Pemuda ini.
128. SI PECI : Dia? (lenyap dari jendela
muncul dari pintu)
129. SI KURUS : Kau bayarlah
sebelum orang-orang ramai datang ke sini
130. SI PECI : Ya, bayarlah.

3. Naskah drama yang berjudul Matahari di Sebuah Jalan
Kecil berisi rangkaian cerita yang cukup menarik.
Dikatakan demikian karena naskah ini masih mempunyai
beberapa kekurangan, yaitu penggambaran tokoh dan
alur (klimaks) yang berbelit-belit. Meskipun demikian,
pembaca mendapat banyak pengalaman dari pengalaman
yang dialami para tokoh di dalam teks drama tersebut.
Selain itu teks drama ini juga kaya akan amanat.
Beberapa amanat yang dapat dipetik anata lain: 1) jangan
mengulangi kesalahan yang sama! dan 2) belajarlah dari
pengalaman! Teks drama ini cocok untuk kalangan siswa
SMA.
4. Video pementasan drama
5. Video pementasan drama
6. Video pementasan drama

Anda mungkin juga menyukai