Askep Cholelitiasis3
Askep Cholelitiasis3
PENDAHULUAN
batu kandung empedu bervariasi dari yang berat atau jelas sampai yang ringan atau samar
bahkan seringkali tanpa gejala (silent stone).
.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan terhadap pasien Kolelitiasis?
.3 Tujuan
Untuk mengetahui asuhan keperawatan paien Kolelitiasis.
BAB II
TINJAUAN TEORI
.1 Defenisi
Menurut Doenges, Marilyn, E (1999) kolelitiasis adalah inflamasi akut atau kronis dari
kandung empedu, biasanya berhubungan dengan batu empedu yang tersangkut pada duktus
kistik, menyebabkan distensi kandung empedu. Kolelitiasis atau koledokolitiasis merupakan
adanya batu dikandung empedu atau pada saluran kandung empedu yang umumnya
komposisi utamanya adalah kolesterol (wiliams, 2005).
Cholelitiasis merupakan adanya batu dikandung empedu, atau pada saluran kandung
empedu yang pada umumnya komposisi utamanya adalah kolesterol (Williams,2003).
Cholelitiasis merupakan adanya atau pembentukan batu empedu, batu ini mungkin
terdapat dalam kandung empedu (cholecystolithiasis) atau dalam ductus choledochus
(choledocholithiasis).Cholelitiasis (kalkuli/kalkulus, batu empedu) merupakan suatu keadaan
dimana terdapatnya batu empedu di dalam kandung empedu (vesica fellea) yang memiliki
ukuran,bentuk dan komposisi yang bervariasi.
Cholelitiasis lebih sering dijumpai pada individu berusia diatas 40 tahun terutama pada
wanita dikarenakan memiliki faktor resiko,yaitu: obesitas, usia lanjut, diet tinggi lemak dan
genetik. Sinonimnya adalah batu empedu,gallstones, biliary calculus. Istilah kolelitiasis
dimaksudkan untuk pembentukan batu di dalam kandung empedu. Batu kandung empedu
merupakan gabungan beberapa unsur yang membentuk suatu material mirip batu yang
terbentuk di dalam kandung empedu.
2.2 Etiologi
Faktor predisposisi terpenting yaitu gangguan metabolisme yang menyebabkan terjadinya
perubahan komposisi batu empedu, statis empedu, dan infeksi kandung empedu. Selain itu, ada
beberapa faktor resiko antara lain:
1. Genetik
Batu empedu memperlihatkan variasi genetik. Di negara Barat penyakit ini sering
dijumpai, di USA 10-20 % laki-laki dewasa menderita batu kandung empedu. Batu
empedu lebih sering ditemukaan pada orang kulit putih dibandingkan kulit hitam. Batu
empedu juga sering ditemukan di negara lain selain USA, Chili dan Swedia.
2. Umur
Usia rata-rata tersering terjadinya batu empedu adalah 40-50 tahun. Sangat sedikit
penderita batu empedu yang dijumpai pada usia remaja, setelah itu dengan semakin
3
merasakan sakit atau nyeri pada perut bagian kuadran kanan atas, serta warna feses
pasien menjadi pucat.
2. Mungkin akut dan kronis dengan distress epigastrik (begah, distensi abdomen, nyeri tak
jelas pada kuadran kanan atas) setelah majan makanan banyak mengandung lemak.
Gangguan epigastrium, seperti rasa penuh, distensi abdomen dan nyeri yang
samar pada kuadran kanan atas abdomen dapat terjadi. Gangguan ini dapat terjadi setelah
individu mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak.
3. Jika saluran empedu tersumbat, maka kandung empedu mengalami distensi dan akhirnya
terinfeksi akan terjadi demam dan teraba massa pada abdomen.
Kolik bilier dengan nyeri abdomen kanan atas, manjalar ke punggung atau bahu
kanan, mual dan muntah beberapa jam setelah makan banyak. kolik bilier semacam ini
disebabkan oleh kontraksi kandung empedu yang tidak dapat mengalirkan empedu keluar
akibat tersumbatnya saluran oleh batu. Dalam keadaan distensi, bagian fundus kandung
empedu akan menyentuh dinding abdomen pada daerah kartilago kosta sembilan dan
sepuluh kanan. Sentuhan ini menimbulkan nyeri tekan yang mencolok pada kuadran
kanan atas ketika pasien melakukan inspirasi dalam dan menghambat pengembangan
rongga dada.
4. Ikterik terjadi dengan tersumbatnya duktus komunis empedu.
Obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam duodenum akan menimbulkan
gejala yang khas, yaitu : getah empedu yang tidak lagi dibaawa ke dalam duodenum akan
diserap oleh darah dan penyerapan empedu ini membuat kulit dan membrane mukosa
berwarna kuning. Keadaan ini sering disertai dengan gejala gatal-gatal yang mencolok
pada kulit.
5. Urine berwarna sangat gelap; feses warna pucat.
Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urin berwarna sangat gelap.
Feses yang tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu akan tampak kelabu, dan biasanya
pekat yang disebut clay-coloured.
6. Defisiensi vitamin A, D, E dan K (vitamin yang larut dalam lemak).
Obstruksi aliran empedu juga mengganggu absorbsi vitamin A, D, E dan K yang
larut lemak. Defisiensi vitamin K dapat mengganggu pembekuan darah yang normal.
7. Abses, nekrotis, an perforasi dengan peritonitis dapat terjadi jika batu empedu terus
menyumbat saluran empedu.
Jika batu empedu terus menyumbat saluran tersebut, penyumbatan ini dapat
menyebabkan abses, nekrosis dan perforasi disertai peritonitis generalisata. Bilamana
batu empedu terlepas dan tidak lagi menyumbat, kandung empedu akan mengalirkan
isinya keluar dan proses inflamasi segera mereda dalam waktu yang relative singkat.
2.4 Evaluasi Diagnostik
1. Sinar-x abdomen, ultrasonografi, pencitraan radionukleida, atau kolesintografi.
Pemeriksaaan sinar-X abdomen dapat dilakukan jika terdapat tanda gejala dari
penyakit kandung empedu. Namun demikian, hanya 15% hingga 20% batu empedu yang
mengalami cukup kalsifikasi untuk dapat tampak melalui pemeriksaan sinar-X.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cepat serta akurat, dan dapat digunakan
pada penderita disfungsi hati dan ikterus, Pemeriksaan USG dapat mendeteksi kalkuli
dalam kandung empedu atau duktus koledokus yang mengalami dilatasi. Dilaporkan
bahwa USG mendeteksi batu empedu dengan akurasi 95%.
Koleskintografi
telah
berhasil
dalam
membantu
menegakkan
diagnosis
maka semua komponen dalam system bilier tersebut, yang mencakup duktus hepatikus
dalam hati, keseluruhan panjang duktus koledokus, duktus sistikus dan kandung empedu,
dapat dilihat garis bentuknya dengan jelas.
2.4 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan kolelitiasis adalah
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan obstruksi atau spasmeduktus,
2.
3.
4.
5.
proses inflamasi
Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses inflamasi
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sekresi bilirubin
Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Diagnosa
.
1.
Nyeri
dan Tj:
gangguan
nyaman
Intervensi
Rasional
a. Observasi
Membantu
dan
lokasi,berat
berhubungan
nya
dengan
1-0)
obstruksi KH :
atau spasmeduktus,
Pasien
catat membedakan
merasa
penyebab nyeri
(skala dan
dan memberikan
karakter
informasi
proses inflamasi.
nyeri
tentang
Tanda
merasa nyeri
Klien
melaporkan
(menetap,
kemajuan
hilang
penyakit
timbul,
terjadinya
kolik)
komplikasi dan
&
yang
gejala
biasanya
nyerinya berkurang
muncul:
Subjektif:
- Pasien
mengataka
n
merasakan
sakit perut
pada
kuadran
kanan atas
dan
-
atau
hilang
(skala 0-3)
Ekspresi
wajah
keefetifan
intervensi
klien
dapat
tenang
b.
Jelaskan
pada
klien
tentang
sebab akibat
terjadinya
mengerti
tentang
nyeri
yang dialamiya
dan bagaimana
mengatasinya.
7
Objektif
nyeri
Klien
cara
fowler rendah
terlihat
mengatasi
ini menunjukan
meringis
menahan
-
nyeri
Klien
nyeri
c. Tingkatkan
mobilisasi
dan
beri
sesekali
posisi yang
mengelus
nyaman
perut
bagi pasien.
tekanan
abdomen,
namun pasien
akan
melakukan
posisi
karena
yang
menghilangkan
nyeri
nyeri
intra
secara
alamiah.
Menurunkan
iritasi
kulit
atau
kering
halus
dan
rapi,
cairan
kelamin,
minyak
mandi,
kompres air
hangat atau
dingin
Meningkatkan
istirahat,
dan
dapat
meningkatkan
koping.
sesuai
indikasi.
e. Berikan
pengetahuan
tekhnik
relaksasi
Dapat
menghindari
8
latihan
kesalahan
napas
dalam
terapi
waktu
obat/infus.
istirahat.
f. Kolaborasi
dengan tim
dokter
dalam
pemberian
terapi
selanjutnya.
2.
a. Monitoring
Membantu
tanda-tanda
dalam
berhubungan
vital pasien
melakukan
dengan
keperawatan,
inflamasi
Tanda
suhu tubuh
KH:
&
yang
intervensi dan
gejala
biasanya
muncul
Subjektif
- Klien
evaluasi
(36-37,4oC)
Kulit klien
kontak dari
tidak
bagian
abdomen
dan
mneyebar
ke
lain
daerah
pasien.
Meminimalkan
resiko
infeksi.
teraba hangat
peningkatan
infeksi
mengeluhk
an panas di
pada
serta
agar
klien
mengurangi
istirahat
cukup.
d. Berikan
antibiotik
atau
laju metabolic.
Dapat
laju
metabolisme.
Meningkatkan
konsentrasi
terapi
9
Objektif
-
Suhu
:37,4oC
Tubuh
sesuai
antibiotik yang
indikasi.
tepat
untuk
mengatasi
infeksi.
klien teraba
-
hangat
Klien
terlihat
menggigil
+ bakteri
saat
pemeriksaa
3.
n labor
Resti
integritas Tj : Sekresi bilirubin normal a. Observasi
kulit berhubungan dan bilirubin terkonjugasi
dan
dengan
derajat
gangguan normal
sekresi bilirubin
Tanda
&
yang
biasanya
muncul
Subjektif
- Klien
mengeluhk
Kh:
-
mengetaka
kulitnya
agar
Mencegah
kuku
tetap
integritas kulit
pendek.
Tidak
terdapat c. Sering
selalu
tanda-tanda
melakukan
kerusakan integritas
perawatan
kulit
Mengidentifikasi
pada
faktor
individu
sudah
kulit.
b. Jaga
kembali
Mempertahankan
gatal-
risiko
an
kulit
dan
meminimalkan
pritus.
sabun
melakukan
hari
kekeringan
menggunak
dan
akibat garukan.
Mencegah
mandi tanpa
dan
atau
ekskoriasi kulit
kulit,
gatal-gatal
kuning
untuk
deteksi.
gatal
Klien
n
catat dasar
ikterus pada
gejala
an
Memberikan
massase
dengan
10
Objektif
- Skelera
lotion
pelembut.
tampak
-
ikterik
Kulit
pasien
tampak
kuning
Kadar
bilirubin >
4.
normal
Kecemasan
Tj : Untuk mengurangi
berhubungan
a. Jelaskan
Informasi
mengenai
menurunkan
status kesehatan.
prosedur
kecemasan.
Kh :
Tanda
&
gejala
awal
Ansietas teratasi dan
persiapan
Dengan
tindakan
yang
keterbukaan
dilakukan.
dan pengertian
infasif
dapat dilakukan
-
dan
Dapat
b. Bantu
keluarga
mengidentifikasi
mengataka
verbaslisasi,
tentang
pasien
persepsi
untuk
dapat diketahui
mendemonstrasikan
menetapkan
dan
akan
teknik menurunkan
masalahnya
lanjuti.
penyakitny
kecemasan
secara jelas.
Dengan
a
Klien
takut
dan
keluarga
mengataka
n
takut
terhadap
pengobatan
dan
diri
tindak
Menunjukkan
memberikan
postur,
ekspresi c. Tingkatkan
support
wajah,
perilaku,
harga
dapat
diri meningkatkan
diri
menggambarkan
berikan
pasien,
dan
kecemasan menurun
support
dengan
Mampu
meningkatkan
nya.
11
Objektif
-
Klien
dan
keluarga
mengidentifikasi dan
harga
diri
verbalisasi penyebab
mempunyai
cemas
semangat
terlihat
untuk berobat
cemas dan
sampai
atau panic
Klien
penyakitnya
sembuh.
terlihat
5.
gemetar
Resti
Ketidak Tj : Nutrisi tubuh dapat
a. Jelaskan
Meningkatkan
dampak
kurang
kebutuhan
dari
tubuh Kh :
berhubungan
dengan
ketidakmampuan
kembali
normal
kebutuhan
tubuh.
normal
b. Jelaskan
untuk
makan.
Meningkatkan
Mempertahankan
faktor-
tubuh normal
Mempertahankan
dapat
tindakan
muncul
elastisitas
mengatasi
mengetahuai
Subjektif
kulit,
mual.
mual.
Tanda
&
yang
dan
gejala
biasanya
turgor
lidah
Klien
membrane
merasa
lembab.
dan
mukosa
untuk
c. Anjurkan
pada klien Dapat
mual
makan
menambah
Pasien
makanan
nafsu
mengataka
yang
pasien.
n terkadang
hangat.
makan
muntah
-
Pasien
mengataka
12
tidak
selera
makan
Objektif
-
Klien
terlihat
kurus
BB
klien
menurun
-
Klien
terlihat
lemas
Klien
terlihat
mengantuk
2.5 Klasifikasi
Menurut gambaran makroskopis dan komposisi kimianya, batu empedu di golongkankan
atas 3 (tiga) golongan : (Lesmana, 2000)
1.
Batu kolesterol
Berbentuk oval, multifokal atau mulberry dan mengandung lebih dari 70%
kolesterol. Lebih dari 90% batu empedu adalah kolesterol (batu yang mengandung >
50% kolesterol). Untuk terbentuknya batu kolesterol diperlukan 3 faktor utama :
a. Supersaturasi kolesterol
b. Hipomotilitas kandung empedu
c. Nukleasi/ pembentukan nidus cepat.
2.
Batu pigmen
13
Batu pigmen merupakan 10% dari total jenis baru empedu yang mengandung
<20% kolesterol. Jenisnya antara lain:
a. Batu pigmen kalsium bilirubinan (pigmen coklat)
Berwarna coklat atau coklat tua, lunak, mudah dihancurkan dan mengandung
kalsium-bilirubinat sebagai komponen utama. Batu pigmen cokelat terbentuk akibat
adanya faktor stasis dan infeksi saluran empedu. Bila terjadi infeksi saluran empedu,
khususnya E. Coli, kadar enzim B-glukoronidase yang berasal dari bakteri akan
dihidrolisasi menjadi bilirubin bebas dan asam glukoronat. Kalsium mengikat
bilirubin menjadi kalsium bilirubinat yang tidak larut. Umumnya batu pigmen cokelat
ini terbentuk di saluran empedu dalam empedu yang terinfeksi.
b. Batu pigmen hitam.
Berwarna hitam atau hitam kecoklatan. Batu pigmen hitam adalah tipe batu yang
banyak ditemukan pada pasien dengan hemolisis kronik atau sirosis hati. Batu pigmen
hitam ini terutama terdiri dari derivat polymerized bilirubin. Potogenesis terbentuknya
batu ini belum jelas. Umumnya batu pigmen hitam terbentuk dalam kandung empedu
dengan empedu yang steril.
3.
Batu campuran
Batu campuran antara kolesterol dan pigmen dimana mengandung 20-50%
kolesterol.
.7 Patofisiologi
Ada dua tipe utama batu empedu, yakni :
1. Batu Pigmen
Batu pigmen terdiri dari garam kalsium dan salah satu dari keempat anion ini :
bilirubinat,karbonat, fosfat, dan asam lemak. Pigmen (bilirubin) pada kondisi normal
akan terkonjugasi dalam empedu. Bilirubin terkonjugasi karena adanya enzim
glukorinil transferase, dan bila bilirubun ini tidak terkonjugasi diakibaatkan karena
kurang
nya atau tidak adanya enzim glukorinil transferase tersebut yang akan
menyebabkan batu empedu. Resiko terbentuknya batu pigmen ini sangat besar pada
pasien sirosis, hemolisi, dan infeksi percabangan bilier.
Pigmen (bilirubin) tak terkonjugasi dalam empedu
Akibatnya berkurang atau tidak adanya enzim glukorinil transferase
Terjadinya Presipitasi/pengendapan
Terbentuk batu empedu (batu ini tidak dapat dilarutkan tetapi harus dikeluarkan
melalui operasi)
2. Batu Kolestrol
Kolestrol merupakan unsure normal pembentukan empedu dan berpengaruh
dalam pembentukan empedu. Kolestrol ini sebagai pembentuk empedu bersifat tidak
larut dalam air, pasien penderita batu empedu akan terjadi penurunan sintesis asam
empedu dan peningkatan sintesis kolestrol dalam hati, keadaan ini mengakibatkan
supersaturasi getah empedu yang jenuh oleh kolestrol yang kemudian keluar dari
getah empedu dan mengendap serta membentuk batu dan menjadi iritan yang
menyebabkan peradangan dalam kandung empedu (Smeltzer, Suzanne C, 2000)
Kolestrol
Pembentukan empedu
Mal absorpsi garam empedu penurunan sintesis (pembentukan) asam empedu
Peningkatan sintesis kolestrol
Berperan sebagai penunjang iritan pada kandung empedu supersaturasi
(kejenuhan)getah empedu oleh kolestrol
Peradangan dalam peningkatan sekresi kolestrol kandung empedu
Kolesterol keluar dari getah empedu
Penyakit kandung empedu (kolesistitis)
Pengendapan kolestrol
.8
Batu empedu.
Penatalaksanaan medis dan keperawatan
15
Penatalaksanaan medis
a. Litotripsi
1 Litotripsi syok-gelembung ekstrakorporeal: kejutan gelombang berulang yang
diarahkan pada batu empedu yang terletak di dalam kandung empedu atau duktus
2
b. Penatalaksanaan pembedahan
1 Koleksistektomi: kandung empedu diangkat setelah ligasi duktus sistikus dan
2
3
arteri sistikus.
Minikoleksistektomi: kandung empedu diangkat melalui insisi 4cm.
Koleksistektomi laparoskopi: dilakukan melalui insisi kecil atau pungsi yang
dibuat melalui dinsing abdomen dalam umbilicus.
Penatalaksanaan keperawatan
-
pasien.
Analgetik
Analgetik ini diberikan sebagai penghilang rasa nyeri pada pasien, karena pada pasien
16
BAB III
TINJAUAN KASUS
1
Uraian Kasus
Tn. C usia 40 tahun sudah 3 hari dirawat di instalai rawat inap RS AC. Sebelum masuk
rumah sakit (SMRS), Tn. C merasa sakit perut pada area kuadran kanan atas. Selain itu
kulit pasien juga terlihat kekuning-kuningan. Selain itu Tn. C juga mengeluh mual,
muntah dan tidak selera makan. Pemeriksaan fisik didapatkan sclera
ikterik,l kulit
tampak kuning, TD: 120/75 mmHg, N:95 x/menit, pernapasan 23 x/menit dan suhu:
17
37,0oC. Pemeriksaan USG didapatkan terdapat batu pada kantong empedunya dan akan
dilakukan operasi.
2 Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama: Tn. C
Umur: 40 Tahun
Jenis Kelamin: Laki-Laki
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien merasa sakit perut pada area kuadran kanan atas
b. Keluhan Tambahan
Klien mengeluh mual, muntah dan tidak selera makan
3. Pemeriksaan fisik
TD: 120/75 mmHg
Nadi: 95 x/menit
Pernapasan : 23 x/menit
Suhu: 37,0oC
3.3 Analisa Data
Data Subjektif:
1. Pasien mengatakan merasa sakit perut pada kuadran kanan atas
2. Pasien mengatakan perutnya mual
3. Pasien mengatakan terkadang muntah
4. Pasien mengatakan tidak selera makan
Data Objektif:
1.
2.
3.
4.
5. Pemeriksaan USG terdapat batu pada kantong empedunya dan akan dilakukan operasi.
No
1.
Data
DS :
Etiologi
Batu Empedu
1. Pasien mengatakan
Masalah Keperawatan
Gangguan rasa
nyaman : nyeri
Aliran empedu
18
atas
DO :
5.
6.
7.
8.
TD : 120/75 mmHg
N : 95x/menit
RR : 23x/menit
T : 37,0C
Thalamus
Saraf Eferen
2.
Nyeri
Batu empedu
DS :
Resiko Pemenuhan
1. Pasien mengatakan
merasa mual
2. Pasien mengatakan
Kebutuhan Tubuh
Obstruksi saluran empedu
terkadang muntah
3. Pasien mengatakan
tidak selera makan
Alir balik cairan empedu ke
Do:
1. Skelera tampak ikterik
hepar
19
Pengeluaran enzim
SGOT+SGPT
Peningkatan SGOT+SGPT
20
Muntah
DS : -
Gangguan Integritas
Kulit
DO :
(Hiperbilirubin)
Ikterus (perubahan warna feses)
Seluruh tubuh menguning
4.
Ds :
Kecemasan
1. Pasien mengatakan
merasa sakit perut
pada kuadran kanan
Intervensi bedah
atas
Preoperatif
Do :
1. Pemeriksaan
USG
empedunya
pengobatan
operasi.
Kecemasan
WOC Kolelitiasis
Kolestrol
Pembentukan empedu
Mal absorpsi garam empedu penurunan sintesis (pembentukan) asam empedu
Peningkatan sintesis kolestrol
Berperan sebagai penunjang iritan pada kandung empedu supersaturasi (kejenuhan)getah empedu oleh kolestrol
Peradangan dalam peningkatan sekresi kolestrol kandung empedu
Kolesterol keluar dari getah empedu
Penyakit kandung empedu (kolesistitis)
Pengendapan kolestrol
Batu empedu
Aliran empedu
Distensi kandung empedu
Merangsang ujung-ujung saraf
bradikinin dan serotonin
Saraf aferen simpatis
Thalamus
Preoperatif
Respon psikologis
pada perawatan dan
penatalaksanaan pengobatan
Proses peradangan di
hepatobilier
Pengeluaran enzim
SGOT+SGPT
Kecemasan
22
Gangguan rasa
nyaman:nyeri
Menurunya peristaltic
usus dilambung
Makanan tertahan dilambung
Peningkatan rasa mual
Pengaktifan pusat muntah
Gangguan Pembentukan
Bilirubin
Ikterus
muntah
Risiko Pemenuhan
Nutrisi:kurang dari
kebutuhan tubuh
Diagnosa
Tujuan/Kriteria
Intervensi
Rasional
keperawatan
Rasa nyaman
Hasil
Tj : Nyeri pada
(nyeri)
perut kuadran
lokasi,beratnya (skala
membedakan
berhubungan
kanan atas
dengan spasme
berkurang
(menetap, hilang
memberikan
timbul, kolik)
informasi tentang
kandung kemih
Kh :
-
Membantu
kemajuan penyakit
Klien
terjadinya
melapor
komplikasi dan
kan nyeri
keefetifan intervensi
berkuran
g dengan b.
skala 0-3
Ekspresi
dialamiya dan
wajah
bagaimana
mengatasinya.
tenang
Klien
dapat
istirahat
dan tidur
c. Tingkatkan mobilisasi
Berikan posisi
menunjukan tekanan
intra abdomen,
namun pasien akan
melakukan posisi
yang menghilangkan
nyeri secara
alamiah.
Menurunkan iritasi
sesuai indikasi.
rasa gatal.
e. Berikan pengetahuan
tekhnik relaksasi
latihan napas dalam,
dan berikan waktu
istirahat.
Meningkatkan
istirahat, dan dapat
meningkatkan
koping.
pemberian terapi
selanjutnya.
Dapat menghindari
kesalahan dalam
pemberian terapi
24
2.
a. Monitor BB klien
obat/infus.
Sebagai dasar
Resiko pemenuhan
Tj : Nutrisi
tubuh dapat
melakukan
kebutuhan tubuh
terpenuhi
intervensi dan
melakukan evaluasi
Kh :
-
terhadap intervensi
Nutrisi
kembali
normal
Mempert
ahankan
tekanan
makan
yang mengalami
d. Anjurkan makan
sedikit tapi sering
elasitisit
anoreksia
as turgor
membra
n
mukosa
lembab
ahankan
lidah dan
anoreksia
sedikit tapi sering
normal
Mempet
kulit,
Motivasi sangat
penting untuk klien
nadi, dan
tubuh
darah,
suhu
Untuk mengetahui
Mengurangi cita
rasa yang tidak enak
f. Kolaborasi pemberian
obat untuk mengatasi
mual,muntah dan
anoreksia
Pemberian obat
dapat mengurangi
gejala
gastrointestinal dan
perasaan tidak enak
3.
Resiko Tinggi
Tj : Sekresi
Gangguan
bilirubin normal
pada perut.
Memberikan dasar
untuk deteksi
25
integritas kulit
dan bilirubin
berhubungan
terkonjugasi
dengan gangguan
normal
kulit
b. Jaga agar kuku tetap
selalu pendek
sekresi bilirubin
Mencegah
ekskoriasi kulit
Kh:
akibat garukan
Mencegah
normal
mandi tanpa
kembali
Mempert
menggunakan sabun
meminimalkan
pritus
ahankan
integritas
-
dengan lotion
pelembut
kulit
Tidak
terdapat
tandatanda
kerusaka
n
integritas
kulit
Mengide
ntifikasi
faktor
risiko
4.
Kecemasan
individu
Tj : Untuk
berhubungan
mengurangi
dengan akan
ansietas dan
hebat, meningkatkan
dilakukan tindakan
dapat segera
infasif
dilakukan
tindakan infasif
a. Evaluasi tingkat
Ketakutan dapat
pada prosedur
diagnostik dan
26
pembedahan
Kh : Ansietas
teratasi dan
tindakan infasif
b. Berikan informasi
tentang prosedur
tindakan infasif
dapat dilakukan
Mengetahui
prosedur dapat
menurunkan ansietas
c. Jadwalkan istirahat
cukup
Membatasi
kelemahan, dan
dapat meningkatkan
kemampuan koping
sebelum dilakukan
tindakan infasif.
Farmakoterapi
1
28
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, D.C., & JoAnn, C.H. (2000). Keperawatan medikal bedah: buku saku dari Brunner
dan Suddarth.Jakarta: EGC.
Beckingham, I.J., Gallstone disease. (2001). In:ABC of Liver, Pancreas and Gall Bladder.
London: BMJ Books.
Keshav, S. (2004). The Gastrointestinal system at a Glance. London: Blackwell science.
Kumar, R.S., & Robbins, S.L. (2007). Buku ajar atologi edisi 7. Jakarta: EGC
David, S.C. (1994). Buku ajar bedah, Bagian 2. Jakarta: EGC.
Lesmana, L. (2000). Batu empedu. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Sudoyo, A.W., dkk. (2006). Buku ajar ilmu penyakit dalam edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universittas Indonesia.
Sudoyo, A.W., dkk. (2009). Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I edisi IV. Jakarta: Internal
Publishing.
http://medicastore.com/penyakit/67/Batu_Empedu.html
29