Anda di halaman 1dari 20

KUALITAS PENGGUNAAN BAJA SEBAGAI KONSTRUKSI

BANGUNAN GEDUNG
(Perencanaan Bangunan Baja Pada Konstruksi Gudang Margomulyo
Permai Surabaya)
M. Adik rudiyanto
(Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil, Universitas Islam
Majaphit)
ABSTRAK
Semakin diperketatnya Undang-Undang Negara akan produksi kayu nasional
membuat material ini semakin langka dijumpai untuk memperoleh kualitas kayu
yang baik dengan harga yang cukup terjangkau. Para rekayasawan pun mulai
mengembangkan pemikiran-pemikiran ekonomisnya dengan membuat solusi
yakni mencari material pengganti kayu dengan bahan lain yang mudah didapat,
dibentuk, dirawat dan dikerjakan tanpa mengabaikan bobot dan kekuatannya
untuk sebuah rangkaian struktur. Maka dipilihlah material untuk menggantikan
kayu sebagai bahan struktur.Pada perencanaan ini dimulai dengan penjelasan
mengenai latar bekang pemilihan material, perumusan tujun perencanaan hingga
lingkup pembahasan, dan diikuti dengan dasar-dasar perencanaan dimana analisa
didasarkan pada peraturan PPBBI dan AISC-LRFD. Dari data awal yang ada,
jarak portal baja dengan bentang 6m. Setelah itu dilakukan perencanaan awal
dengan perhitungan beban-beban dan momen-momen yang bekerja diatap,
kemudian dilanjutkan perhitungan kolom, kemudian dianalisa dengan
menggunakan progam SAP 2000. Setelah didapatkan gaya-gaya dalam yang
bekerja dilakukan perhitungan sambungan. Dari perhitungan profil aman
digunakan gording CNP 125 x 50 x 20 x 3,2,Profil span WF 200 x 150 x 6 x 9 dan
Profil kolom WF 200 x 150 x 6 x 9 terhadap kontrol tegangan tekuk pada dimensi
gording yang didapat ( x > y ) untuk tekuk Sbx = 1,025 1 dan
Sby = 1
1
Kata Kunci : AISC-LRFD , CNP , WF
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan
dan
perkembangan
perekonomian
Negara Indonesia di Era globalisasi
sekarang ini menurun. Seiring
dengan itu pemenuhan kebutuhan
sehari-hari masyarakat semakin
meningkat, membuat para investor
tertarik untuk menanamkan modal
dalam hal pembangunan gedung
dan prasarana lainnya yang dapat
menunjang pengembangan usaha.
Kota Surabaya merupakan
kota terbesar ke-2 di Indonesia

yang memiliki jutaan penduduk


yang
setiap
harinya
harus
memenuhi kebutuhannya, dengan
melihat jumlah penduduk yang
cukup besar maka tidak menutup
kemungkinan
akan
terus
meningkat. Oleh karena itu
perusahaan-perusahaan
yang
bergerak di bidang produksi sangat
membutuhkan
sarana
yang
mengoperasikan
atau
bahkan
mengembangkan usahanya.
Pembangunan
konstruksi
oleh
para
investor
yang
pembangunannya
dipercayakan

kepada para kontraktor, merupakan


salah
satu
upaya
untuk
meningkatkan perekonomian dan
kesejahteraan
masyarakat
Indonesia, khususnya di kota
Surabaya.
Semakin
diperketatnya
Undang-Undang
Negara
akan
produksi kayu nasional membuat
material ini semakin langka
dijumpai
untuk
memperoleh
kualitas kayu yang baik dengan
harga ynag cukup terjangkau.
Para rekayasawan pun
mulai mengembangkan pemikiranpemikiran ekonomisnya dengan
membuat solusi yakni mencari
material pengganti kayu dengan
bahan lain yang mudah didapat,
dibentuk, dirawat, dan dikerjakan
tanpa mengabaikan bobot dan
kekuatan untuk sebuah rangkaian
struktur. Maka dipilihlah material
baja yang dianggap cukup layak
untuk menggantikan kayu sebagai
bahan struktur. Dengan keberadaan
baja sebagai komponen utama
struktur
pembangunan,
maka
penulis tertarik untuk menjadikan
portal struktur baja sebagai objek
perhitungan dalam penyusunan
Tugas Akhir ini.
Perumusan Masalah
Pada
penelitian
ini
membahas masalah perhitungan
Portal
Rangka
Baja
yang
diasumsikan sebagai Portal tunggal
serta pengecekkan penampang
terhadap
tekuk
tanpa
memperhitungkan akibat gaya
gempa. Dan juga akan dibahas
efisiensi dan optimalisasi suatu
bangunan rangka baja dengan
memperhitungkan
jarak
antar
Portal.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian
ini adalah :

1) Untuk
mengetahui
cara
perhitungan Portal Rangka Baja
dan cara perhitungan mendesain
penampang yang aman.
2) Untuk mengevaluasi penampang
terhadap bahaya tekuk.
3) Untuk mengetahui salah satu
cara dan teknis membuat
efisiensi suatu bangunan portal
baja.
PEMBAHASAN
Semua jenis jenis baja
sedikit banyak dapat ditempa
dan disepuh, sedangkan untuk
baja lunak pada tegangan yang
jauh dibawah kekuatan tarik
atau batas patah B, yaitu apa
yang dinamakan batas lumer
atau tegangan lumer V, terjadi
suatu keadaan yang aneh,
dimana perubahan bentuk
selalu berjalan terus beberapa
waktu,
dengan
tidak
memperbesar beban yang ada.
Sifat sifat baja
bergantumg sekali pada zat
arang, semakin bertambah
kadar ini, semakin naik
tegangan patah dan regangan
menurut persen yang terjadi
pada sebuah batang percobaan
yang dibebani dengan tarikan,
yaitu apa yang dinamakan
rengangan patah menjadi lebih
kecil.
Persentase yang sangat
kecil dari unsur unsur lainnya
yang dapat mempengaruhi sifat
sifat baja dengan kuat sekali.
Untuk membeda bedakannya
jenis jenis baja itu diberi
nomor yang sesuai dengan
tegangan patah yang dijamin
dan yang terendah pada
percobaan tarik yang normal,
tetapi untuk setiap jenis baja
juga ditentukan suatui Bmaks.

Kekuatan
maupun
Tegangan leleh dan tegangan
tegangan
yang
dapat
dasar dari berbagai macam baja
dikerahkan
oleh
baja
bangunan
adalah
sebagai
tergantung dari mutu baja.
berikut:
Tabel II. Tabel Tegangan Leleh Dan Dasar Baja
Tegangan
Tegangan
Pereganga
Jenis baja
putus
leleh
n
minimum,
Minimum,
y
Minimum
u
(MPa)
(MPa)
(%)
BJ 34
340
210
22
BJ 37
370
240
20
BJ 41
410
250
18
BJ 50
500
290
16
BJ 55
550
410
13
2
MPa = 1 Kg/cm
MPa = mega pascal (satuan sistem internasional)
Untuk elemen-elemen
baja yang tebalnya lebih dari
40 mm, tetapi kurang dari 100
mm, harga-harga dalam tabel
harus
dikurangi
10%.
Tegangan dasar baja biasanya
menggunakan persamaan =
/1,5. Tegangan normal yang
diijinkan untuk pembeban
tetap, besarnya sama dengan
tegangan dasar. Tegangan
geser yang diijinkan untuk
pembebanan tetap, besarnya
sama dengan 0,58
kali
tegangan dasar.
= 0,85
Untuk elemen baja
yang mengalami kombinasi
tegangan normal dan gesar,
maka tegangan ideal yang
terjadi tidak boleh melebihi
tegangan dasar.
i
I =

Untuk
pembebanan
sementara (akibat berat sendiri,
beban bangunan, beban/gaya

gempa dan angin, besarnya


tegangan dasar baja dapat
dinaikkan sebesar 30%.
sem = 1,3
Konstanta-konstanta
pada
konstruksi baja adalah sebagai
berikut:
Modul Elastisitas (E)
Modul elastisitas untuk
semua baja (yang secara relatif
tidak tergantung dari kuat
lelehnya) adalah 28.000 sampai
30000 ksi atau 193.000 sampai
207.000 Mpa. Nilai untuk
desain
lazimnya
diambil
sebesar 29.000 ksi 20.000 Mpa.
Berdasarkan Peraturan
Perencanaan Bangunan Baja
Indonesia
(PPBBI),
nilai
modulus elastisitas baja adalah
2,1 x 106 kg/cm2 atau 2,1 x 105
Mpa.
Modul Geser (G)
Modus geser setiap bahan
elastis dihitung berdasarkan
formula :
E
G=
21

Dimana = perbandingan
poisson yang diambil sebesar
0,3 untuk baja. Dengan
menggunakan = 0,3 maka
akan memberikan G = 11.000
ksi
atau
77.000
Mpa.
Berdasarkan
Peraturan
Perencanaan Bangunan Baja
Indonesia
(PPBBI),
nilai
modulus geser (tergelincir)
baja adalah 0,81 x 106 kg/cm2
atau 0,81 x 105 Mpa.
Koefesien Ekspansi ()
Koefesien
ekspansi
adalah koefesien pemuaian
linier. Koefesien ekspansi baja
dapat diambil sebesar 12 x 10-6
peroC.

Tegangan leleh ()
Tegangan leleh ditentukan
berdasarkan mutu baja.
Sifat-sifat yang penting
Sifat-sifat ini termasuk
masa jenis baja, yang sama
dengan 490 pcf atau 7,850
t/m3; atau dalam berat satuan
nilai untuk baja sama dengan
490 pcf atau 76,75 kN/m3.
Berat jenis baja umumnya
adalah sebesar 7,85.
Rencana Kap Portal dan
Kemiringan Atap
Sebelum
membuat
sebuah konstruksi Kap Portal
kita harus terlebih dahulu
merencanakannya. Untuk itu
kita harus mengetahui terlebih
dahulu bagian-bagian dari Kap
Portal tersebut yaitu :
1) Rangka kuda-kuda
Rangka
kuda-kuda
ialah konstruksi rangka batang
rata yang merupakan pemikul
utama konstruksi atap.
2) Gading-gading kap

Gading-gading
kap
ialah rangka batang ruang yang
dibentuk oleh rangka kudakuda, ikatan-ikatan angin dan
gording untuk memikul atap.
3) Konstruksi atap
Konstuksi atap ialah
konstruksi gading-gading kap
termasuk
penutup
atap
misalnya genteng, seng dan
lain-lain.
Adapun
langkah-langkah
merencanakan
kap
portal
adalah:
1) Rencana bentuk rangka kudakuda dan kemiringan atap
Dasar-dasar pertimbangannya :
a) Jenis
atap
yang
akan
digunakan;
b) Fungsi bangunan;
c) Keadaan lokasi bangunan.
2) Rencana jarak portal rangka
kuda-kuda
Merencanakan:
d) Dimensi gording;
e) Penyambung gording;
f) Rencana ikatan angin.
3) Rencana diagonal rangka kudakuda

1)
2)
3)

4)

Gording
Gording
merupakan
gelagar yang sejajar dengan
sumbu konstruksi kap, yang
berfungsi untuk mendukung
bidang
atap.
Untuk
merencankan
gording
diperlukan
langkah-langkah
berikut :
Menentukan jarak gording;
Menentukan jarak portal;
Mengetahui jumlah lapangan;
panjanglap angan
Jlhlap=
cos xjarakgording
Menghitung berat beban-beban
yaitu berat sendiri, berat

pekerja, beban angin dan berat


lainnya;
5) Kontrol lendutan.
Beban-Beban pada Portal
Kap
Dalam
menentukan
bentuk dan ukuran-ukuran
bagian-bagian suatu konstruksi
baja, kita harus menurut
ketentuan-ketentuan
yang
berlaku di Indonesia dan
ketentuan-ketentuan
yang
memberi perintah, antara lain
mengenai pengerjaan bahan,
beban-beban yang diambil dan
teganggan-teganggan
yang
diijinkan.
Beban
suatu
konstruksi
bangunan dapat dibedakan
dalam:
Beban Mati/tetap
Beban mati/tetap adalah
semua beban yang berasal dari
berat bangunan atau unsur
bangunan termasuk segala
unsur
tambahan
yang
merupakan
satu
kesatuan
dengannya.
Dalam
perencanaan kuda-kuda type
Castellated Beamini, beban
mati yang diperhitungkan
antara lain:
berat kuda-kuda sendiri
- berat gording
- berat trackstang / sagrod
- berat bracing / ikatan angin
- berat atap, dan
- berat penyambung seperti plat
sambungan, baut, mur dan lainlain
Beban
hidup/berguna/bergerak/tidak
tetap
Beban
hidup/berguna/bergerak/tidak
tetap adalah semua muatan
tidak tetap, kecuali muatan

angin, gempa dan pengaruh


khusus yang misalnya selisih
suhu, susut dan lain-lain.Beban
angin
ditentukan
dengan
anggapan adanya tekanan
positif dan tekanan negatif
(isap) yang bekerja tegak lurus
bidang yang ditinjau. Besarnya
tekanan ini diperoleh dengan
mengalikan koefisien angin
dengan tekanan tiup dari angin.
Tekanan tiup angin
minimum 25 kg/m2. Tekanan
tiup untuk lokasi di laut atau
tepi laut (sampai jauh 5 km
dari pantai) minimum 40
kg/m2. Untuk daerah-daerah
dekat
laut
dan
dimana
kecepatan-kecepatan
angin
munkin menghasilkan tekanan
tiup yang lebih besar dari pada
yang
ditentukan
dengan
menggunakan rumus:
2

P =
(kg/cm2), dimana V
16
adalah kecepatan angin
Beban angin dibedakan
atas 2 jenis yaitu dating
(positif) dan beban angin hisap
(negatif). Beban angin datang
adalah beban angin yang
searah dengan gravitasi bumi
sedangkan angin hisap adalah
beban angin yang berlawanan
dengan gravitasi bumi. Beban
angin
menjadi
hisap
berdasarkan
sudut
yang
dibentuk antara kolom dan
kuda-kuda bangunan (sisi
atap). Apabila sudut yang
dibentuk lebih besar dari 200
maka beban angin adalah
datang, sedangkan sudut yang
dibentuk lebih kecil dari 200
maka beban angin yang terjadi
adalah hisap. Karena rumusan
koefisien beban angin yang
diberikan pada struktur kuda-

kuda adalah 0.02 04. Selain


itu untuk beban angin hisap
suadah mendapatkan faktor
reduksi seperti rumusan yang
diatas.
Stabilitas
Blok
Yang
Dibebani Lentur
Balok-balok
yang
Penampangnya Tidak Berubah
Bentuk
Yang dimaksud dengan
balok-balok
yang
penampangnya tidak berubah
bentuk adalh balok-balok yang
memenuhi syarat-syarat: h/tb
75 dan L/h 1,25 b/ts
dimana:
h = tinggi balok
b = lebar sayap
tb = tebal badan
ts = tebal sayap
L = jarak antara dua titik dimana
tepi tertekan dari balok itu
ditahan
terhadap
kemungkinan
terjadinya
lendutan kesamping.
Balok-Balok
yang
Penampangnya
Berubah
Bentuk
a) Pada
balok
yang
tidak
memenihi syarat tersebut pada
poin 1 (satu) diatas tegangan
tekan terbesar pada sayap harus
memenuhi :
tekanmax
adalah angka tekuk
menurut tabel 2, 3 ,4, dan 5
dalam PPBBI 1984 yang harus
dicari dengan cara mengambil
tekuk sama panjang dengan
bentang sayap tertekan yang
tidak
ditahan
terhadap
goyangangan pada arah tegak
lurus badan, dimana harga jarijari kelembaman = iytepi.

b) Yang dimaksud tepi tertekan


adalah sayap dan 1/3 tinggi
badan yang tertekan
(untuk
penampang simetris menjadi
1/6 tinggi badan).
1
A= Asayap + Abadan
6
Balok Kolom
Pada dasarnya setiap
batang dalam suatu struktur
mengalami momen lentur
dengan gaya aksial, baik itu
berupa tarik aksial. Namun
demikian apabila salah satu
dari momen lentur atau gaya
aksial
itu
relatif
kecil
dibandingkan dengan lainnya,
maka dalam perhitungannya
sering di abaikan. Sehingga
struktur tersebut dianggap
sebagai balok atau sebagai
batang tekan atau tarik. Untuk
keadaan
yang
tidak
memungkinkan mengabaikan
baik momen lentur maupun
gaya aksial, maka dalam
perencanaan
haruslah
diperhitungkan. Suatu batang
yang menderita beban tekan
aksial dan momen lentur
bersamaan
inilah
yang
dinamakan
balok
kolom.
Akibat momen lentur batang
tersebut
akan
berperilaku
sebagai balok. Dilain pihak
dengan adanya desak aksial
menjadikan batang tersebut
berperilaku sebagai kolom.
Sesuai
dengan
peraturan
yang
ada
di
Indonesia, maka perencanaan
balok kolom berdasarkan pada
PPBBI 1984. Adapun cara
yang
digunakan
dalam
perencanaan
ini
adalah
berdasarkan
persamaan
interaksi terhadap tegangan
ijin.

1.
2.

3.

4.

5.

6.

Salmon et al (1981)
dalam
bukunya
mengelompokkan
kemungkinan rusaknya batang
yang menderita kombinasi
beban aksial dan momen lentur
menjadi:
Akibat beban tarik aksial dan
momen lentur akan rusak pada
keadan luluh;
Akibat beban desak aksial dan
momen lentur satu arah akan
rusak karena tekuk pada arah
bidang momen, tanpa puntiran;
Akibat beban desak aksial dan
momen lentur arah sumbu kuat
akan rusak karena tekuk torsilateral;
Akiat beban desak aksial dan
momen lentur dua arah pada
batang bertampang puntir
kaku, misalnya tampang WF
akan rusak karena tekuk pada
salah satu arah prinsipnya
(principal direction);
Akiat beban desak aksial dan
momen lentur dua arah pada
batang tampang dinding tipis
terbuka akan rusak karena
kombinasi momen lenturan dan
puntiran pada tampang puntir
lemah;
Akiat beban desak aksial,
momen lentur dua arah, dan
puntiran (torsi) akan rusak
karena kombinasi puntiran dan
momen lentur apabila pusat
geser tidak pada bidang
momen.
Melihat
pada
banyaknya
kemungkinan
rusaknya
batang
akibat
kombinasi beban aksial dan
momen lentur tampaknya tidak
mudah untuk menentukan
suatu cara perencanaan yang
dapat
mencakup
seluruh
kemungkinan tersebut. Pada

umumnya suatu perencanaan


didasarkan pada salah satu
dari:
a.
Pembatasan pada kombinasi;
b. Menggunakan
rumus
interaksi berdasarkan tegangan
ijin;
c. Menggunakan
rumus
interaksi berdasarkan tegangan
batas.
Pembatasan
pada
tegangan kombinasi biasanya
memerlukan stabilitas dan
faktor keamanan yang tinggi,
sehingga cara interaksi banyak
disukai karena hal ini lebih
dapat mendekati kenyataan.
Sesuai
dengan
peraturan
yang
ada
di
Indonesia, maka perencanaan
balok
kolom
berdasarkan
Peraturan
Perencanaan
Bangunan Baja Indonesia
Untuk Gedung 1987 (PPBBG
1987), adapun cara yang
digunakan oleh peraturan lain
tidak dibahas. Perencanaan
yang digunakan berdasarkan
persamaan interaksi terhadap
tegangan ijinnya.
1) Balok-Kolom Melentur searah,
Tanpa Gaya Lintang
Pada keadaan tidak ada
gaya lintang, suatu balokkolom hanya akan menerima
gaya aksial dan momen lentur.
Untuk menjamin kekuatan
balok-kolom tersebut perlu
dipih sedemikian sehingga arah
lenturan searah dengan sumbu
kuat balok-kolom tersebut.
Pada umumnya sumbu kuat
tersebut
ditunjukkan
oleh
sumbu x,sedangkan sumbu
lemah ditunjukkan oleh sumbu
y.

Sesuai dengan PPBBG,


persyaran interaksi balokkolom secara umum harus
memenuhi:

n 1 W
Dengan:
= Faktor tekuk
searah sumbu tekuk
N = beban aksial
A = luas tampang balok-kolom
M= momen kolom searah
sumbu yang ditinjau
W= tahanan momen searah
momen yang ditinjau
= 0,6 + 0,4 M1/M2
harus 0,4
bila
panjang
tekuk
diperhitungkan terhadap jarak
antar dukungan
harus 0,6
bila panjang tekuk sebenarnya
yang
digunakan
dalam
perhitungan
M1/M2
positf,
bila
menyebabkan
suatu
pelengkungan, dan negatif bila
menyebabkan
dua
pelengkungan.
N = P*/N
P* = 2 EI / L2 = 2 EA / (LK /
i) 2 = 2 EA /()2
Adapun n merupakan
faktor perbandingan antara
gaya aksial dengan gaya tekuk
Euler yang akan memperbesar
momen skunder balok-kolom.
Sedangkan pada ujung-ujung
kolom beban yang bekerja
harus memenuhi persamaan:
N/A+M/W
Untuk arah sumbu
lemah yang tidak dipengaruhi
momen lentur harus memenuhi
persyaratan kolom biasa yaitu:
N/A

2) Balok Kolom lentur Dua


Arah, Tanpa Beban Lintang
Pada
dasarnya
perhitungan untuk kolom-balok
yang melentur dua arah adalah
sama dengan keadaan melentur
searah. Dengan menganggap
bahwa keadan bahan masih
elastis,
maka
berlaku
superposisi tegangan. Secara
umum persamaan interaksinya
adalah:
K1 N / A K2 M x / Wx + K3 My
/ Wy
Dengan:
K1 = max, faktor tekuk
terbesar
K2 = x nx / n x - 1
K3 = x ny / n y - 1
5

1
kip (8 3M x1 / M x 2 )
Tegangan kip, kip
dihitung berdasarkan pada
perhitungan
balok
yang
menderita lentur, sehingga
terjadi tekuk puntir-lateral
(lateral torsional buckling).
Pada
ujung-ujung
kolom akibat pembebanan
harus memenuhi persamaan
diatas dengan mengambil K1 =
1, K2 = , dan K3 = 1
3) Balok Kolom lentur dan
Dibebani Gaya Lintang
Balok-kolom
yang
selain dibebani gaya normal
dan momen lentur juga
dibebani
oleh
gaya-gaya
melintang harus memenuhi
syarat:
n y y M y 2 M Dy
M
N
maks x 2 Dx

A
nx 1
ny 1
Wy
Untuk
ujung-ujung
balok
kolom harus memenuhi syarat:

n M Dx M y 2 M Dy
N
X2

A
WX
Wy

Dimana:
MDX adalah momen
lapangan terbesar pada kolom
akibat beban melintang yang
tegak lurus sumbu x, dengan
anggapan kedua ujung kolom
berupa sendi. Apabila MDX
berlawan tanda MDy seperti
MDX, akibat beban melintang
yang tegak lurus sumbu y.
4) Balok-Kolom Bergoyang
Penyangga Stabilitas Konstrusi
Kolom dapat bergoyang
apabila apabila portal yang
didukungnya
bergoyang,
sehingga balok pada portal
tersebut akan menyalurkan
momen
tambahan
akibat
pergoyangan
ke
kolom
penyangga
(pen-stabil)
konstruksi.
Balok-kolom
selain
dibebani oleh gaya normal dan
momen lentur juga mengalami
goyangan memenuhi syarat:

(V y N )e y *
n
n
MX
N
X
0,85 X

A nX 1
WX
n y 1 WX

pada ujung kolom


memenuhi syarat:
N MX My

A WX
Wy

harus

Pembebanan struktur
Material
untuk
tiang/kolom dan kuda-kuda
rangka baja terbuat dari profil
IWF 200 x 150 x 6 x 9 Dan
material untuk gording terbuat
dari profil baja C 125 x 50 x 20
x 2,3.
a) Ketentuan Teknis
1. Gudang tertutup
2. Penutup gudang dari asbes
gelombang
3. Jarak gording maximal 1,30 M
4. Mutu baja Bj 36 = 1600
kg/m2
5. Beban angin 10 kg/m2
6. Beban seng gelombang 6
kg/m2
b) Penutup atap dari asbes
gelombang :
Panjang
cm
n y :M305
n
(V X N )e X *
n
M
N
y
X
x X
0,85 X- Lebar
0,85

: 40 cm
A nX 1
WX
n y 1 WX
n y 1 Wy
- Tebal
: 0,3 cm
- Berat
: 6 kg
Dan
C

18o
A

O
B
19
Gambar 3.1 Bagian-Bagian Atap
1
AB
1) Panjang AC
= 2
cos 18
1
.12
= 2
cos 18
= 613 m

2) Panjang OC

3) Jumlah gording
4) Jarak gording

1
. AB.tg
2
1
= .12.tg18
2
= 1,95 m
6,3
=
4,8 5buah
1,30( jarak max gording )
6,3
=
1,26
5

1,26

Gambar 3.2 Jjarak Gording


m = 1,26 Cos 18 o
= 1,197 m
n = 1,26 Sin 18 o
= 0,389 m
A. Perhitungan Penbebanan
1) Beban Mati ( D )
Beban gording
:
= 13,2
kg/m
Beban atap
: 1,26 x 6
kg/m +

= 7,56

20,76 kg/m
Berat alat penggantung 10%
= 2,076 kg/m +
qD = 22,84 kg/m
1
MXD = ( q cos ) L2
=
8
1
(22,84 cos 180 ) 62
8
L
1
MYD =
( q sin ) ( ) 2 =
8
3
1
(22,84 cos 180 ) 22
8
i. Beban Hidup ( ML )
a. Beban hidup terbagi rata

q = ( 40 -0,3 )
kg/m = ( 40 0,3 x 18 )
1
MXL =
( q cos ) L2
=
8
1
( 34,6 cos 18 ) 62 = 147,92
8
kg/m
L
1
MYL =
( q sin ) ( ) 2 =
8
3
1
( 34,6 cos 18 ) 22 = 16,44
8
kg/m
b. Beban Hidup Terpusat P = 100
kg
1
MXL =
( P cos ) L
=
4
= 97,6 kg/m
1
( 100 cos 18 ) 6
4
1
L
MYL =
( P cos )
=
4
3
= 8,82 kg/m
1
( 100 cos 18 ) 2
4
Untuk beban hidup:
2

= 34,6kg/m2

= 142,5 kg/m

= 15,45 kg/m

beban hidup terpusat yang


menentukan.
c. Beban Angin
Angin tekan c.w = 0
Angin hisap 0,4 x 40 = 16
kg/m2
Beban angin < beban tetap
tidak diperhitungkan
Besarnya Momen Berfaktor (
MU )
MU
= 1,2 MO +1,6 MC
MUX
= 1,2 . 310,93 + 1,6 .
147,92 = 609,79 kg/m
MUY
= 1,2 . 34,55 + 16 .
16,44
Persamaan
interaksi
=
Mux
Muy

1
b.Mnx b.Mny
a. Kontrol penampang profil
bf
7,5

5,36
2.tf 2,07
bf
p
=
2.tf
170
170

10,97
fy
240
dan
h 13,2

26,4
tw 0,5
h
=
p
tw
1680

108
240
bf
h

+
=
p
2.tf
tw
penampang kompak, Maka :
MNX = MNY
b. Kontrol lateral buckling
Diperhitungkan jarak penahan
lateral antara jarak 2 pengikat
seng
Misal Lb = 68 cm
jarak
lateral ( jarak 2 pengikat seng )
E
Lp = 1,76 ry
fy

1,76

1,32

2,1.10 6
= 68,72 cm
2400
Ternyata Lb < Lp
maka
MNX = MPX
termasuk bentang pendek
MNX = MPX = Zx fy
= 277
x 2400 = 664.800 kg/cm =
66,48 kg/m
MNY = Zx ( 1 flons ) fy
1
= ( . tf . bf2 ) fy
4
1
= 43,40 kg/m
= ( . 0,9 . 152 ) 2400
4
= 121.500 kg/cm
= 1215 kg/m
c.
Persamaan interaksi :
454,31
27,36

1
0,9 x66,48 0,9 x1215
:
0,249 1 ok
d. Kontrol lendutan profil
L
Kelendutan ijin f =
180
600
=
180
= 3,33 cm
Dicari fx = lendutan terhadap
sumbu x-x profil
fy = lendutan terhadap
sumbu y-y profil
e. Akibat beban merata
5 q. cos .L4 4
x
L
Fx1 =
384
E.Ix
=
5
0,228 x0,95
x
600 4
6
384 2,1x10 x137
= 7,603 cm
5 q sin 18 L
=
x

384
E Iy 3
=

5 22,84 x0,309 600


x

384 2,1x10 6 x137 3

fy1

= 3,053cm
F

fx 2 fy 2

7,6032 3,0532

57,806 9,321

= 1,2 . 68,52 + 1,6 . 100


= 242,22 kg
h 70
h
<

11,67
tw 6
tw
1100
( plastis )
fy

= 67,127
= 8,193
=F F
= 8,193 F
f. Kontrol geser
1
RD
= ( .qD . L )
2
1
= .22,84 . 6
2
= 68,52 kg
RL
= 100 kg
RU
= 1,2 . RD + 1,6 RL

6/3

1100

71,01
240
Vn = 0,6.fy.A.W
= 0,6 . 240 . 6
. 100
= 86.400 N=
864 kg > Ro= 421,84 kg
Vc = 0,9 Vn
= 0,9. 864
= 777,6 kg >
Vu= 421,84 kg

6/3

Gambar 3.3 Penggantung Gording


1,30
tg 6 0,65
3

19,00
sin 0,32

Gaya yang bekerja


pada tiap satu gording
akibat beban mati
6
q 24,84 sin 18.
3
= 15,35 kg
Akibat beban hidup
p 100 sin 18
= 30,90 kg
jumlah beban =
46,25 kg
= 5 buah
Gaya penggantung
gording teratas
5 x 66,25 = 231,25 kg

6/3

Keseimbangan gaya
vertikal (v 0)
T sin 231,25
T sin 18 231,25
T 462,5
T
462,5

Aperlu
fy 0,9.2400
= 0,21
Patah = pu = fu,Ac
Ae=0,85Aq
T
Aq perlu =
6,85.0,9.4100
462,5
=
0,85.0,9.4100
= 0,65
Dipakai baja bulat 16
1
x3,14 xD 2 > Aq perlu
4
0,25 x 3,14 x D2 > 0,65
D > 0,95

Kontrol :
A perlu = 1 x3,14 xD 2
4
= 6,25 x 3,14 x
1,62
= 2 cm2 > Aq
perlu
.( ok )
g. Beban angin = 10 kg/m2
3
q1 =
= 0,9 x 10 = 9
2
kg/m
h1 = 6 cm
6
R1 =
x 9 = 18 kg
3
3
3
q2 = (
+
) = 0,9 x
2
2
10 = 27 kg/m
h2 = 6 + ( 3 + tg 18 ) =
6,97 cm
6,97
R2 =
x 27 = 94,09
2
kg/m
q3 = 3 x 0,9 x 10 = 27
kg/m
h3 = 6,97 + ( 3 tg 18 ) =
7,95 m
7,95
R3 =
x 27 = 107,33
2
kg/m
Gaya normal pada gording
dan regel untuk C = 0,9
R R2 R3
= 1
2
18 94,09 107,33
=
2
= 109,71 kg
Gaya normal pada
gording dan regel atau C
= 0,4
0,4
x109,71
N=
0,9
= 48,71kg
panjang ikatan angin b =
6 2 32 = 6,71 m

Gaya tarik ikatan angin b


Nb =
6,71
x109,71 122,65kg
6
Batang tarik
Nu = ( 1,6 Nb ) 0,75
= 1,6 x 122,65 x 0,75
= 147,18 kg
Pakai batang 16 = fy =
2400
As =
2 cm
Kekakuan kolom 1,6
671
1,12
600
... ( ok )
Kekakuan leleh Nn = 0,9
x 2400 x 2 =
4320..( ok )
Kekakuan putus An = 0,7
x 2 = 1,4 cm
Nn = 1,4
x 3700 x 0,75 = 3885 kg..
( ok )
jadi batang 16 dapat
digunakan sebagai ikatan
angin
Gording sebagai beam kolom
Gording ini adalah
balok kolom akibat beban
D dan L menghasilkan
momen lentur, besarnya
diambil dari perhitungan
gording:
U = ( 1,2 D + 1,6 L ) 0,75
Mntx = ( 1,2 D + 1,6 L )
0,75 = 353,79 x 0,75

= 265,34 kgm
Mnty = ( 1,2 D + 1,6 L )
0,75 = 84,89 x 0,75
= 63,67
Dipakai profil baja C 125 x
50 x 20 x 2,3

As = 6,322
5,77
Ix = 210
1,86
Iy = 21,9
28,0

Ix =
Iy =
Zx=
Zy=

6,33
-) Lkx = 600 cm x =
L 600

103,99
Ix 5,77
Ncr bx =
2
.E. AG 3,14 2 x2.10 6 x6,322

103,99 2
X2
=
11528,64 kg
-) Lkx = 63 cm y =
L
63

33,87
Iy 1,86
Ncr bx =
2
.E. AG 3,14 2 x2.10 6 x6,322

33,87 2
y2
=
3680425,15 kg
a) Tekuk arah x = (x > y
)
Pn =
AG. fy 6,322 x2400

33,87

1,65
= 9195,64

Pu
403,38

0,05 1
Pn 0,85 x9195,64
Pakai rumus:
Eu
8 Mux
Muy

1
c.Pn 9 Mnx b.Mny
b) Gording dianggap
batang tidak bergoyang.
Dimana:
Cmx
Sbx =
1
Nu
1

Ncrbx
Untuk elemen beban
transfersal ujungujungnya sederhana cm
=1
1
Sbx =
=
403,38
1

11528,64
1,035 1
Sby =
1
=1
403,38
1

3680425,15
1
Mux = Mntx Sbx =
457,34 x 1,035 =
473,35
Muy = Mnty Sby =
50,82 x 1
= 50,8

kg
0,02 < - 0,4 = 0

+0,9

18o

-0,4

-0,4

Gambar 3.4 Beban Angin


1) Beban hisap atap
= -0,4 x 10 x 6
= -24 kg/m
2) Beban tekan kolom
= -0,9 x 10 x 6
= 54 kg/m
3) Beban hisap
= -0,4 x 10 x 6
= -24 kg kg/m
4) Beban kanopi C
= ( 0,02 0,4 ) 10

3. Mutu baja BJ 37

= 240 Mpa
A. Kolom WF 150 x 75 x 5
x 7:
A= 39,01 cm2
ix
= 8,30 cm
iy = 3,61 cm
d
= 194 mm
bf= 150 mm
r
= 13 mm
tw= 6 mm
tf
= 9 mm
a) Kontrol kebutuhan
kolom
Lk

i
Lk kc.l

=
( 0,02
.18 0,4 )10
=
-0,56
kg/m
c) Beban Atap
Beban mati atap = ( qD
atap x jarak antar kudaprofil
kuda ) + (
)
cos
=(
14
28,84 x 6 ) + (
)
cos 18
=
151,78
Beban hidup atap= ( 0,8
( q1 atap x jarak antar
kuda-kuda )
= 0,8
(28,84 x 6 )
=
109,63
Perencanaan Kolom
Direncanakan
kolom dari IWF 200 x 150
x 6 x 9 dengan ketentuan
teknis:
1. Panjang Kolom ( L )
= 6000 mm
2. Ujung jepit sendi

( jepit sendi)
kc=0,80

Lkx 0,8 x600

57,851
ix
8,30
Pcr =

2 .E. Aq
x 2

=
3,14 2.2,1.10 6.194
57,8512
= 479.286,81

fy 57,851

240
0,85
E 2 x10 5

0,25 < c 1,2


1,43
=
1,6 0,67.0,58
= 2,65
Pn
=
Aq
fy
2400
149x
= 1756,98

2,65
kg
Pn = 0,85 x
1756,98 kg

= 1493,43 kg
Pu
3250,41

c.Pn 1493,43
= 2,176
b) Kontrol penampang
Sayap
bf
150

8,35
:
2.tf 2 x9

250
fy

250
240

16,139

bf
R
:
2.tf
Beban
h 150
:

30
tw
5

665
fy

665

240

42,93

Mnx = Zx .

fy
= 277 . 2400
= 664,800 k
c) Kontrol Lateral
Bulking
Lb = 600 cm
Lp = 1,76 Iy
E
fy

= 1,76 x 3,61

2 x10
40

FL

= 449,26 cm
= Fy Fr
= 240 70
= 170 Mpa
1
= (bt ) 3
3

=
1
1
(47,3 3) 3 2 (1,5 29,9)
3
3
= 80,742 cm4
h2
Iw = Iy.
4
= 49,5
(43,4 7,8) 2
4
= 15.683,58
6
cm
X1 =

E 2 .J .
2.2,6

(2.10 ).180,74.200
277
5,2
= 0,011 x
1179,113
= 12,97 kg/cm
X2 =
2

x.1 w
6
.
E. J y

=
277 x 2.388,76
6

6
2.10 x80,74
2

= 0,006 (

cm/kg )

LR =

1
2
y
1 1 2 .FL

Fy Fr
=
5
2.388,76 x10
277

1700

= 11.413,26
Lp = 84,39 < Lb =
600 < LR =
11.413,262. ( ok )
mn = Cb ( mR +

(mP + mR )

LR LB
< mP
LR L P

mR = Zx ( fy Fr

Mnx = Mpx = Zx .
fy
= 277

= 88,8 x 1700
= 150.960

x 2400

kg/cm

=
664.800 kg/cm
Mu Mn
Kontrol geser
Vu = 8960,89 kg
un
=
0,9.0,6.fy.Aw
=
0,9.0,6.2400.38,08
=
49.351,6
Vu
un
( ok )

mP = Zy fy =
13,2 240 = 3.168
mY = Zx fy =
277 250 = 22
Lp = 1,76 Iy

E
fy

2.10 5
240
= 84,34
Lb < Lp

= 1,76 x 3,61

dikontrol
menggunakan
perhitungan SAP 2000 dengan
data beban sebagai berikut:

PEMBAHASAN
Data Perhitungan dan Setruktur
Dari
perhitungan
beban dan struktur akan
P/q
P w
P w

P
w P

Pw

P/q w

P
w

qw1
12 M
Gambar 3.5 beban pada strujtur
1. Data pembebanan
P = 151,72 kg
w = -0,64
q = 109,58
wI = -24
2. Data beban combo
1,4 D
1,2 D + 1,6 L
1,2 D + 1,6 L + 0,5 W
1,2 D + 1,6 L + 0,8 W

qw2

qw1 = +54
qw2 = -24

Perhitungan Sambungan Kuda-Kuda dan Base Plate

a. Perhitungan Sambungan
Pu

mu

Dari
data
sap
2000
diperoleh:
Mu = 1154,82
Pu = 4619,28
Direncanakan baut Bj 37
12, plat Bj 37
1. Kuat rencana baut
- Geser Vd = 0,75 x
1
0,5 x Fu x x Ab
4
xm
= 0,75 x
0,5 x 3700x
1
x 1,22 x 1
4
= 1568,43
kg
- Tumpu Rd = 0,75 x
0,5 x db x tp x Ab x
Fu
= 0,75 x
0,5 x 1,2 x 1,2
x 3700
= 1998 kg
Pu
- Vu =
n
vu
- Fuv =
=923,86
Ab
- f = 0,5. Fub =
0,75x0,5x3700
=
1387,5 kg/cm
- Fuv < f = 0,5 .
Fub
.(ok)
2. Akibat Momen Lentur

mu

- Tu max =
Mu.Y max
y2
=
1154,82 x38
2(10 2 16 2 24 2 38 2
= 9,234 < Td
ulir
(ok)
3. Kontrol Tarik
- Ft = (1,3 Fub-1,5 Fux)<Fub =
3700 kg/cm2
= 1,3 x 3700 1,5 x 923,86
= 3428,21
pakai ft = 3700 kg/cm
- Td= + ft . Ab
1
= 0,75 x 3700 x x
4
2
1,6
= 4068,23 > Tu
max
.(ok)
4. Kontrol Kekuatan Las
T plat = 6 mm
A min = 3 mm
- Aekf (las badan) = 0,707 x
3700
5
90 x10,3
= 2,10 mm
- Aekp(las sayap) = 0,707 x
3700
13
90 x10,3
= 7,15 mm
misal tc = 1 cm

A
1(2x19,2)+(2x37,4)=113,2 cm2
d2
S = bd +
3
= (19,2 x 37,4)
2
(37,2 )
3
= 1184,33
akibat Pu => Fpu
Pu 4619,28

40,81
A
113,2
akibat Pu => Phm
Mu 1154,82

0,98
s
1184,33
F total =

total

Fup 2 Phm 2
= 204,09
F total < fn =
0,75x0,6x90x703
F total < 2214,45
kg/cm......
.........................(ok)

=
b. Perhitungan Base Plate
=

Fup 2 Phm 2
= 40,82
F
Tc perlu =
Fn
=
40,82
0,75 x0,6 x90 x70,3
= 0,01
tc
A perlu =
0,707
0,01
=
0,707
= 0,01
dipakai a = 3 mm
tc= 2,121 mm
z = 0,2 cm
A
=
0,2
(
2x19,2)+0,2(2x37,4)
= 22,64 cm2
S
=
0,2
(
2x37,4)+0,2(37,4x2/3
) = 236,867 cm2
Fup
=
Pu 6419,28

204,03
A
22,64
Fhm
=
Mu 1154,24

4,87
s
236,867

Wf 200x150x6x9

60
Dimensi Plat
B = 35 cm
L = 60 cm
- A = B .L
1
1
= .BL2 - W= .BL2
6
6
= 732,06 cm3
Gaya-gaya yang bekerja
pada dasar kolom dari sap
2000 combo 3
(akibat b.mati + b.hidp)
m = 1323,23
n = 9616,87
p = 28510,38
p n
Tmax =
A w
= 13,58 + 1,81
= 15,39
Tmin = 8,707 - 0,7 = 8,01
Momen plat yang terjadi
q = 33,59 kg/m2 x 1
Ukuran base plate 35 x 60
1
m=
q.L2
2
1
=
33,59.(10)2
2
= 1479,5

Salmon, C.G, 1997, Struktur Baja


m
6.m
Tplate 0,13 2
Tplat1,3
Desain dan Perilaku Jilid 1
wplat
t plat
Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta
Simple about Cement Science,
6.m
T plat =
Tokyo, 1993, pp. 78-104. (in
Tplat.1,3
Japanese)
6.1679,5
=
2400.1,3
Sudjono, A.S. Simulasi Perhitungan
= 1,8 cm )( 3 cm
Tebal Selimut Beton Minimum
terhadap Perubahan Jarak
PENUTUP
Bangunan dari Garis Pantai,
Kesimpulan
Jurnal Teknil Sipil Institut
B. kesimpulan
Teknologi Bandung, Volume
a. Dimensi gording yang
11, No. 1, 2004, pp. 9-17.
didapat dari hasil tekuk
( x > y )
Sudjono, A.S., and Seki, H.,
untuk tekuk Sbx =
Experiment and Analytical
1,025 1 dan Sby = 1
Studies on Oxygen Transport
1, maka dapat
disimpulkan bahwa
in Various Cementitious
gording aman untuk
Materials, Proc. of 5th
digunakan.
CANMET/ACI International
b. Jarak portal yang paling
Conference on Durability of
efisien adalah pada
Concrete, Spain, 2000, pp.
jarak 7m, dengan desain
721- 738.
profil sebagai berikut:
- Profil gording CNP
Sakai, C., Shiroi, N., Yasuda, N., and
125 x 50 x 20 x 3,2
Matsusima, M., Quantity
- Profil span WF 200 x
Assessment on Factors of Salt
150 x 6 x 9
- Profil kolom WF 200
Damage, Journal of JSCE,
x 150 x 6 x 9
No.544, V-32
DAFTAR PUSTAKA
Fushoku-boshoku
kyoukai,Introduction of
Environmental Materials,
Maruzen Publishing Co,
Tokyo, 1993. (in Japanese).
Hanehara, S., Structure of Concrete
and Its Properties, Japan
Cement Association on Very

Public Works Research Institute


(PWRI), Current Issues and
New Technology on Salt
Attack in Concrete Bridge, Un
published report, Tokyo, 2003.
(in Japanese).

Anda mungkin juga menyukai