PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Insidensi Tuberculosis (TBC) dilaporkan meningkat secara drastis pada
dekade terakhir ini di seluruh dunia termasuk juga di Indonesia. Penyakit ini
biasanya banyak terjadi pada negara berkembang atau yang mempunyai
tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah. Tuberculosis (TBC) merupakan
penyakit infeksi penyebab kematian dengan urutan atas atau angka kematian
(mortalitas) tinggi, angka kejadian penyakit (morbiditas), diagnosis dan terapi
yang cukup lama. Penyakit TBC dapat menyebabkan kematian terutama
menyerang pada usia produktif (15-50 tahun) dan anak-anak. Dan dari satu
literature disebutkan 50 % penderita TBC akan meninggal setelah 5 tahun bila
tidak di obati.
Di Indonesia TBC merupakan penyebab kematian utama dan angka
kesakitan dengan urutan teratas setelah ISPA. Indonesia menduduki urutan
ketiga setelah India dan China dalam jumlah penderita TBC di dunia. Jumlah
penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini
setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit
muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat
menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Mengingat
besarnya masalah TBC serta luasnya masalah semoga tulisan ini dapat
bermanfaat.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk memahami asuhan keperawatan anak dengan Tuberkulosis
1.2.2
Paru.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi dari Tuberkulosis paru
2. Mengetahui penyebab terjadinya Tuberkulosis paru
3. Mengetahui tanda dan gejala terjadinya Tuberkulosis paru
4. Mengetahui komplikasi yang dapat timbul saat mengalami
Tuberkulosis paru
5. Mengetahui tindakan yang dilakukan dalam menangani pasien
yang mengalami Tuberkulosis paru
1.3 Manfaat
1. Bagi penulis adalah agar dapat memperoleh pengetahuan yang lebih
mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan system
pernafasan khususnya TB paru.
2. Bagi mahasiswa agar pengetahuan
dapat
dikembangkan
ketika
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian
1) Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit akibat kuman Mycobakterium
tuberkculosis sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh
Etiologi
Agens infeksius utama, mycobakterium tuberkulosis adalah batang
aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas
dan sinar ultra violet, dengan ukuran panjang 1-4 /um dan tebal 0,3 0,6/um.
Yang tergolong kuman mycobakterium tuberkulosis kompleks adalah:
Mycobakterium tuberculosis
Varian asian
Varian african I
Varian asfrican II
Mycobakterium bovis
Kelompok kuman mycobakterium tuberkulosis dan
mycobakterial
Mycobacterium cansasli
Mycobacterium avium
Mycobacterium scrofulaceum
Mycobacterium xenopi
2.3
Klasifikasi
a. Pembagian secara patologis :
2.4
Patofisiologi
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibersinkan atau
dibatukkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini
dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada
tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam
suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan selama berhari-hari sampai
berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat akan
menempel pada jalan nafas atau paru-paru. Partikel dapat masuk ke alveolar
bila ukurannya kurang dari 5 mikromilimeter.
Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas
perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag sedangkan limfosit ( biasanya
sel T ) adalah imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini basanya lokal,
melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limposit dan
limfokinnya. Raspon ini desebut sebagai reaksi hipersensitifitas (lambat).
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi
sebagai unit yang terdiri dari 1-3 basil. Gumpalan basil yang besar cendrung
tertahan dihidung dan cabang bronkus dan tidak menyebabkan penyakit
dapat dengan tanpa gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan
dengan brokus sehingge menjadi peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.
Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah
dalam jumlah kecil, kadang dapat menimbulkan lesi pada oragan lain. Jenis
penyeban ini disebut limfohematogen yang biasabya sembuh sendiri.
Penyebaran hematogen biasanya merupakan fenomena akut yang dapat
menyebabkan tuberkulosis milier.Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak
pembuluh darah sehingga banyak organisme yang masuk kedalam sistem
vaskuler dan tersebar keorgan-organ lainnya.
2.5
Pathway
Mycobacterium
tuberculosis
Masuk traktus
respiratorius
Tinggal di alveoli
MK :
Resiko
Pertahanan
primer tidak
adekuat
7
reaksi
inflamasi
Kerusakan
membran
alveolar
Gangguan
respirasi
Ketidakseimban
gan suplai dan
kebutuhan
oksigen
MK :
Intolerans
i aktivitas
Rrespon
imun
Pembentuk
an sputum
dan sekret
Gangguan
termoregula
si
MK :
Hiperterm
Penumpuk
an secret
Sesak
nafas
Sianos
is
MK : Bersihan
jalan nafas tidak
efektif
Hipoksi
a
MK : Gangguan
pertukaran gas
Pelepasan
mediator kimia
seperti histamin,
bradikinin dan
prostaglandidn
MK : Nyeri
Respon
tubuh
menurun
Batuk
refleks
muntah
Obstruk
si
Anoreksi
a
MK : Gangguan
keseimbangan
2.6
Manifestasi Klinis
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala
khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara
klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat
penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan
suara mengi, suara nafas melemah yang disertai sesak.
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang
yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada
kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
2.7 Komplikasi
Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi
pada penderita tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :
kematian
karena
syok
hipovolemik
atau
karena
10
2) Ziehl Neelsen : (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan
cairan darah) positif untuk basil asam cepat.
3) Test kulit : (PPD, Mantoux, potongan vollmer) ; reaksi positif (area durasi
10 mm) terjadi 48 72 jam setelah injeksi intra dermal. Antigen
menunjukan infeksi masa lalu dan adanya anti body tetapi tidak secara
berarti menunjukan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang
secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau
infeksi disebabkan oleh mycobacterium yang berbeda.
4) Elisa / Western Blot : dapat menyatakan adanya HIV.
5) Foto thorax ; dapat menunjukan infiltrsi lesi awal pada area paru atas,
simpanan kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan, perubahan
menunjukan lebih luas TB dapat masuk rongga area fibrosa.
6) Histologi atau kultur jaringan ( termasuk pembersihan gaster ; urien dan
cairan serebrospinal, biopsi kulit ) positif untuk mycobakterium
tubrerkulosis.
7) Biopsi jarum pada jarinagn paru ; positif untuk granula TB ; adanya sel
raksasa menunjukan nekrosis.
8) Elektrolit, dapat tidak normal tergantung lokasi dan bertanya infeksi ;
ex ;Hyponaremia, karena retensi air tidak normal, didapat pada TB paru
luas. GDA dapat tidak normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa
pada paru.
9) Pemeriksaan fungsi pada paru ; penurunan kapasitas vital, peningkatan
ruang mati, peningkatan rasio udara resido dan kapasitas paru total dan
penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkhim /
fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural (TB paru kronis
luas).
2.9 Penatalaksanaan
Dalam pengobatan TB paru dibagi 2 bagian :
1. Jangka pendek. Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka
waktu 1 3 bulan.
Streptomisin inj 750 mg.
Pas 10 mg.
Ethambutol 1000 mg.
Isoniazid 400 mg.
11
12
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1
Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien ( Doengoes, Marilynn E : 2000 ) adalah
sebagai berikut:
a. Pola aktivitas dan istirahat
Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak
badan.
Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak
sub kutan.
c. Respirasi
Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.
Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum
hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan
kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks
paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan
pleural), sesak napas, pengembangan pernapasan tidak simetris
(effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan
pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).
13
d. Respirasi
Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.
Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum
hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan
kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks
paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan
pleural), sesak napas, pengembangan pernapasan tidak simetris
(effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan
pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).
e. Rasa nyaman/nyeri
Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi,
gelisah, nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura
sehingga timbul pleuritis.
f. Integritas ego
Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak
mudah tersinggung.
g. Keamanan
Subyektif: adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker.
Obyektif: demam rendah atau sakit panas akut.
h. Interaksi Sosial
Subyektif: Perasaan isolasi/ penolakan karena penyakit menular,
perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/ perubahan kapasitas
fisik untuk melaksanakan peran.
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan
sekret.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran
alveolar.
3. Gangguan
keseimbangan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
14
Tujuan
Intervensi
Rasional
Keperawatan
Bersihan jalan Setelah diberikan Mandiri :
napas tidak
tindakan
efektif
keperawatan
indikasi
berhubungan
kebersihan jalan
kecepatan, irama,
indikasi
dengan
napas efektif,
secret/ketidakmampuan
penumpukan
dengan criteria
otot aksesori.
membersihkan
sekret.
hasil:
Mandiri :
hankan
sekret
tanpa bantuan.
napas
ronki
akumulasi
jalan
otot
digunakan
jalan
bunyi
atelektasis,
sehingga
Memperta
1. Penurunan
napas
aksesori
dan
kerja
pernapasan meningkat.
2. Pengeluaran sulit bila sekret
tebal, sputum berdarah akibat
kerusakan
paru
atau
luka
Berpartisip
asi
dalam
perlu.
program
pengobatan
sekret.
5. Membantu
secret
mengencerkan
sehingga
15
mudah
sesuai kondisi.
kecuali kontraindikasi.
dikeluarkan.
6. Lembabkan udara/oksigen 6. Mencegah
pengeringan
Mengident
inspirasi.
membran mukosa.
ifikasi potensial
Kolaborasi:
Kolaborasi :
komplikasi dan
1. Berikan obat: agen
1. Menurunkan
kekentalan
melakukan
mukolitik, bronkodilator,
sekret,
lingkaran
ukuran
tindakan tepat.
kortikosteroid sesuai
lumen trakeabronkial, berguna
indikasi.
Gangguan
1. Kaji
berhubungan
keperawatan
dengan
pertukaran
kerusakan
efektif,
membran
kriteria hasil:
alveolar
dispnea,
bunyi
gas
dengan
Melaporka
abnormal.
takipnea,1.
pernapasan
Peningkatan
upaya
respirasi,
meluasnya
berasal
bronkopneumonia
dan kelemahan.
meluas
dari
yang
menjadi
inflamasi,
n tidak terjadi
dispnea.
meluasnya
fibrosis
adekuat dengan
membran
mukosa,
dan
dengan
kerusakan parenkim.
4. Anjurkan untuk bedrest,
16
Mengurangi
oksigen
pada
periode
Menurunnya
saturasi
respirasi.
5.
oksigen
Kolaborasi:
1. Berikan
oksigen
konsumsi
(PaO2)
meningkatnya
PaC02
menunjukkan
perlunya
penanganan
sesuai
atau
yang
lebih.
indikasi.
Kolaborasi :
1. Membantu
mengoreksi
hipoksemia
sekunder
yang
hipoventilasi
penurunan
Gangguan
nutrisi
permukaan
kurang keperawatan
dan
alveolar paru.
Mandiri :
keseimbangan tindakan
terjadi
dalam
mendefinisikan
tubuh
kebutuhan nutrisi
mulut,
tepat.
berhubungan
adekuat,
menelan,
dengan
kriteria hasil:
anoreksia.
dengan
kemampuan
adanya
derajat
bising
Menunjuk
kan
badan
intervensi
yang
spesifik,
meningkat
meningkatkan
mencapai
pasien.
Mengukur keefektifan nutrisi
intake
diet
dan cairan.
Dapat menentukan jenis diet
dan
mengidentifikasi
17
normal
bebas
dan
tanda
malnutrisi.
jika
ada
dengan
hubungannya
medikasi. Awasi
frekuensi,
Melakukan
pemecahan
masalah
untuk
volume,
konsistensi
Buang
Besar (BAB).
5. Anjurkan bedrest.
hidup
Air
perubahan
pola
untuk
meningkatkan
6. Lakukan perawatan mulut6.
dan
sebelum
dan
sesudah
mempertahan
tindakan pernapasan.
kan
berat
peningkatan metabolik.
Mengurangi rasa tidak enak
badan
merangsang muntah.
sedikit
7. Memaksimalkan intake nutrisi
dan sering dengan makanan
dan menurunkan iritasi gaster.
tinggi
protein
dan
yang7. Anjurkan
tepat.
makan
karbohidrat.
Kolaborasi :
Kolaborasi:
1.
1. Rujuk ke ahli gizi untuk
menentukan
nutrisi
2. Awasi
pemeriksaan2.
laboratorium.
protein
(BUN,
serum,
dan
albumin).
Gangguan rasa Setelah diberikan Mandiri :
berhubungan
dengan
inflamasi
reaksi nyeridapat
berkurang
adekuat
unruk
Mandiri :
1. Observasi
keperawatan rasa
bantuan
komposisi
diet.
Memberikan
karakteristik1. Nyeri
merupakan
respon
karakter
/lokasi/intensitas
18
Menyataka
nyeri
berkurang
membran
mukosa,
potensial
berhubungan
tindakan
dengan
inflamasi.
kenyamanan
Mandiri :
1.
reaksi keperawatan
diharapkan
tubuh
normal
suhu
suhu
2.
tubuh,
memudahkan
intervensib.
Mengurangi
panas
dengan
panas
pemindahan
KH :
Mengetahui peningkatan
Suhu
19
tubuh
36C-
secara
37C
perlahan
tanpa
3. Berikan/anjurkan
tubuh
cc/hari
toleransi).
4. Anjurkan
yang
hilang
akibat
evaporasi.
(sesuai
pasien
menggigil.
Untuk mengganti cairan
untuk
keringat.
5. Observasi
intake
dan
sekali
atau
sesuai
indikasi.
tubuh.
Mendeteksi
dini
kekurangan
cairan
serta
mengetahui
keseimbangan
Kolaborasi :
1. Pemberian cairan intravena
untuk
mengetahui
1. Pemberian
cairan
sangat
Intoleransi
aktivitas
tindakan
berhubungan
keperawatan
kebutuhan
dengan
pasien diharapkan
laporan
memudahkan
ketidakseimban mampu
1. Evaluasi
respon
peningkatan
kelemahan
pasien
pemilihan
intervensi.
20
gan
antara melakukan
suplai
atau kelelahan.
2. Menurunkan
stress
dan
2. Berikan lingkungan tenang
dalam
rangsanagn
berlebihan,
dan batasi pengunjung
yang
meningkatkan istirahat.
selama fase akut sesuai
dan aktivitas
kebutuhan
batas
oksigen.
ditoleransi
indikasi.
kriteria
3. Jelaskan
dengan
hasil:
Melaporka
n
atau
menunjukan
peningkatan
toleransi
4. Bantu
posisi
terhadap
aktivitas
yang
pasien
memilih
4. Pasien
mungkin
nyaman
nyaman
untuk
dengan kepala tinggi, tidur di
istirahat.
dapat
diukur
5. Bantu aktivitas perawatan5.
dengan adanya
diri
yang
diperlukan.
dispnea,
Berikan
kemajuan
kelemahan
peningkatan
aktivitas
berlebihan, dan
selama fase penyembuhan.
tanda
vital
dalam
Risiko
rentan
normal.
tinggi Setelah diberikan Mandiri :
tindakan
berhubungan
keperawatan tidak
penyakit
dengan
terjadi
yang
pertahanan
penyebaran/
melalui
bronkus
pada
mencegah komplikasi.
jaringan
sekitarnya
atau
adekuat.
1.
Mandiri :
infeksi
primer
tidak aktivitas
infeksi,
ulang
dengan
kriteria hasil:
Mengident
ifikasi
dan
Review
fase aktif/tidak
batuk,
bersin,
21
untuk
intervensi
atau menyanyi.
2.
Identifikasi
untuk
mencegah/men
urunkan resiko
penyebaran
infeksi.
Menunjuk 3.
perkumpulan.
Anjurkan
kan/melakukan
menutup
perubahan pola
hidup
penampungan
untuk
meningkatkan
lingkungan
yang. aman.
yang
4.
5.
6.
indikasi
terjadinya infeksi.
individu
6. Pengetahuan tentang faktoryang berisiko tinggi untuk
faktor ini membantu pasien
terinfeksi
ulang
untuk mengubah gaya hidup
Tuberkulosis paru, seperti:
dan menghindari/mengurangi
alkoholisme,
malnutrisi,
keadaan yang lebih buruk.
operasi bypass intestinal,
Identifikasi
kortikosteroid,
infeksi
22
dapat
1. Pemberian
terapi
INH, Kolaborasi :
etambutol, Rifampisin.
1.
penyakit Tuberkulosis
primer
dengan
dikombinasikan
obat-obat
Pengobatan
lainnya.
jangka
pendek
salisik
diberikan
sekunder
jika
obat-obat
sikloserin, streptomisin.
3. Monitor sputum BTA.
3.
Untuk
mengawasi
Melakukan
perubahan
pola
hidup
untuk
meningkatkan
dan
4.1
I.
PENGKAJIAN
Identifikasi Klien
i. Identifikasi klien
Nama
: An.EP
24
Umur
: 7 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
Tanggal MRS
: 20-09-2012
Tanggal pengkajian
: 21-09-2012
Diagnosa medis
: Tuberculosis Paru
II.
Nama Ayah
: Tn.p
Usia
: 45 tahun
Agama
: Islam
Suku
: Banjar
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
Nama Ibu
: Ny. S
Usia
: 35
Agama
: Islam
Suku
: Bugis
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
Alamat
anoreksia.
3. Riwayat Penyakit Sekarang : Ibu klien mengtakan anaknya batuk
selama 1 minggu. Batuk terjadi secara terus menerus disertai
sekret, sehingga anaknya kelelahan. Batuk pasien akan bertambah
parah pada malam hari. Karena khawatir dengan keadaan anaknya,
ibu pasien membawa pasien ke RSUD Tanah Bumbu.
25
III.
IV.
V.
VI.
26
VII.
Pola Nutri-Metabolik
Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat
VIII.
badan.
Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan
IX.
pleural).
Rasa nyaman dan nyeri
Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi,
gelisah, nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura
X.
XI.
XII.
mudah tersinggung.
Keamanan
Subyektif: adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker.
Obyektif: demam rendah atau sakit panas akut.
Interaksi sosial
Subyektif: Perasaan isolasi/ penolakan karena penyakit menular,
perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/ perubahan kapasitas fisik
XIII.
d. BB MRS
: 29 Kg
e. TB
: 110 cm
Tanda-tanda vital
a TD :110/70 mmHg
b HR : 85 x/menit
c RR : 37 x/menit
d Suhu tubuh : 37,8C
Integumen
Inspeksi :Kulit sianosis, lesi (-), edema (-), diaphoresis (-),
detik.
Kepala
Inspeksi :Posisi kepala tegak, proporsional, bentuk kepala
Mata
Leher
28
dekstra sinistra.
Perkusi :Pekak, batas jantung kiri ICS 2 SL kiri dan 4 SL
kiri, batas kanan ICS 2 SL kanan dan ICS 5 MCL kanan,
+
-
Perkusi : Timpani.
Auskultasi : Bising usus 3 x/menit.
12 Inguinal-Genitalia-Anus
29
(-).
Palpasi :kekuatan tendon (+), nyeri tekan (-), krepitasi (-),
deformitas (-).
Pergerakan normal, kekuatan otot 5/5.
5
14 Persyarafan
Pasien dalam keadaan compos mentis, kaku kuduk (-).
15 ReflekS
Biceps :+, tricep : +, patella : +babinski : +
XIV.
Hari/Tgl
Jenis
Minggu,
Pemriksaan
Pemeriksaan
21-09-12 darah :
Albumin
BUN
Karbon
dioksida
Natrium
Eritrosit
Katrgori normal
Hasil
pemeriksaan
3,5-5,0 g/dl
10-30 mg/dl
20-30 mEq/L
3,0 g/dl
7 mg/dl
60 mEq/L
135-145 mEq/L
4,5-6,0 juta/mm3
13,5-18,0 g/dl
5000-10000/mm3
130 mEq/L
4,7 juta/mm3
13 g/dl
12000/mm3
Negatif
Positif
Hb
Leukosit
30
Tes Kulit :
Mantoux
XV.
Analisa Data
Nama klien : An. EP
Umur
: 7 tahun
Ruang
: Anak
No.
1.
Tanggal
21-09-
Analisa Data
Data Subjektif :
Problem
Ketidak
Etiologi
Respon imun
2012
efektifan
menurun
bersihan
menerus selam 1
jalan
Pembentuka
minggu
nafas.
n sputum dan
Data Objektif :
sekret
TTV :
-
TD 110/70 mmHg
HR 85x/menit
RR 37x/memit
Suhu 37,8 0C
Penumpukan
secret
Keadaan umum :
2.
Sesak (+)
Batuk (+), sekret
(+).
Data Subjektif :
Gangguan
Sesak napas
pertukaran
31
Data Objektif :
-
Takipnea (+)
RR : 37 x/menit
Ronki (+)
+
-
3.
gas
Sianosis
Hipoksia
+
-
Membran mukosa
ki/ka
Karbon dioksida
darah : 60 mEq/L
Data Subjektif :
Gangguan
Repon tubuh
keseimban
menurun
gan nutrisi
makan
kurang
Data Objektif :
dari
kebutuhan
detik
BB menurun
Mukosa bibir kering
Bising usus 3
tubuh
x/menit
Anoreksia (+)
Batuk refleks
muntah
Anoreksia
Hasil Lab :
-
BUN : 7 mg/dl
Albumin : 3 g/dl
Bersihan
jalan
napas
Diagnosa
tidak efektif
berhubungan
32
dengan
2.
3.
21-09-2012
Jumat
penumpukan sekret.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan
21-09-2012
Jumat
membran alveolar.
Gangguan keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
21-09-2012
33