Isoterm Adsorbsi
Isoterm Adsorbsi
ISOTERM ADSORBSI
I.
TUJUAN
Menentukan isoterm adsorbsi menurut Freundlich bagi proses adsorbsi asam
asetat pada arang
II.
DASAR TEORI
Arang adalah padatan berpori hasil pembakaran bahan yang mengandung
karbon. Arang tersusun dari atom-atom karbon yang berikatan secara kovalen
membentuk struktur heksagonal datar dengan sebuah atom C pada setiap
sudutnya. Susunan kisi-kisi heksagonal datar ini tampak seolah-olah seperti pelatpelat datar yang saling bertumpuk dengan sela-sela di antaranya (Sudarman,
2001).
Karbon aktif adalah bentuk umum dari berbagai macam produk yang
mengandung
karbon
yang
telah
diaktifkan
untuk
meningkatkan
luas
permukaannya. Karbon aktif berbentuk kristal mikro karbon grafit yang pori-porinya
telah mengalami pengembangan kemampuan untuk mengadsorpsi gas dan uap
dari campuran gas dan zat-zat yang tidak larut atau yang terdispersi dalam cairan
(Murdiyanto, 2005). Luas permukaan, dimensi, dan distribusi karbon aktif
bergantung pada bahan baku, pengarangan, dan proses aktivasi. Berdasarkan
ukuran porinya, ukuran pori karbon aktif diklasifikasikan menjadi 3, yaitu mikropori
(diameter <2 nm), mesopori (diameter 250 nm), dan makropori (diameter >50 nm)
(Kustanto, 2000). Penggunaan karbon aktif di Indonesia mulai berkembang dengan
pesat, yang dimulai dari pemanfaatannya sebagai adsorben untuk pemurnian pulp,
air, minyak, gas, dan katalis. Namun, mutu karbon aktif domestik masih rendah
(Harfi, 2003), dengan demikian perlu ada peningkatan mutu karbon aktif tersebut.
adsorben mempunyai
permukaan yang heterogen dan tiap molekul mempunyai potensi penyerapan yang
berbeda-beda. Persamaan ini merupakan persamaan yang paling banyak
digunakan saat ini. Persamaannya adalah :
x/m = k C 1/n
dimana:
x = banyaknya zat terlarut yng teradsorpsi (mg)
m = massa adsorben (mg)
C = konsentrasi adsorben yang sama
k,n = konstanta adsorben
Dari persamaan tersebut, jika konsentrasi larutan dalam kesetimbangan
diplot sebagai ordinat dan konsentrasi adsorbat dalam adsorben sebagai absis
pada koordinat logaritmik, akan diperoleh gradien n dan intersept. Dari isoterm ini,
akan diketahui kapasitas dan efisiensi suatu adsorben dalam menyerap air.
III.
1 buah
12 buah
6 buah
4. Pipet 5 ml
1 buah
5. Pipet 10 ml
1 buah
6. Buret 25 ml
1 buah
7. Corong
2 buah
8. Pengaduk
1 buah
9. Spatula
1 buah
1 buah
6 buah
12. Statif
1 buah
13. Stopwatch
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
B. Bahan
1. Larutan asam asetat 0,5 N
2. Adsorben arang atau karbon
3. Larutan standar NaOH 0,1 N
4. Indikator Phenolptalin (pp)
IV.
CARA KERJA
dinginkan
Panaskan arang
Masukkan masing-masing 1
gram ke dalam 6 erlenmeyer
Menyiapkan masing-masing
125 ml larutan CH3COOH
masuk
NaOH
NaOH
CH3COOH
CH3COOH
V.
Tabel pengamatan
Konsentrasi asam (N)
Massa
N
Log
X/m
Log C
No
(gram)
Awal
Sisa
(gram)
1,0031
0,477
0,430
0,047
0,282
0,2811
-0,551
-1,328
1,0026
0,242
0,224
0,018
0,108
0,1077
-0,967
-1,744
1,0011
0,121
0,103
0,018
0,108
0,1078
-0,967
-1,744
1,0022
0,061
0,052
0,009
0,054
0,0539
-1,269
-2,046
1,0014
0,030
0,0296
0,0004
0,0024
0,0024
-2,620
-3,398
1,0023
0,015
0,012
0,003
0,018
0,0179
-1,745
-2,523
x/m
Grafik C vs x/m
0.3
y = 5.981x + 6E-05
R = 1
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
x/m
log x/m
-2.5
-2
-1.5
-1
y = 1.000x - 0.776
R = 1
-0.5
-0.5 0
-1
-1.5
-2
-2.5
-3
-3.5
-4
log c
0.5
setiap jangka waktu 10 menit dalam 30 menit pertama, dan kemudian disaring.
Selanjutnya, semua larutan tersebut dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N untuk
mendapatkan konsentrasi awal (larutan asam asetat murni) dan konsentrasi akhir
(larutan asam asetat + arang). Penentuan konsentrasi awal dak akhir larutan asam
asetat disini menggunakan rumus pengenceran, yakni V 1.M1 = V2.M2
Konsentrasi awal dan akhir yang didapat berdasarkan hasil praktikum
kemudian dikurangkan untuk mengetahui harga C larutan asam asetat. Selain itu,
data konsentrasi tersebut juga dapat digunakan untuk menghitung harga X (gram)
dengan rumus X = massa x Mr x 100/1000. Akhirnya, berdasarkan analisis data
yang telah dilakukan, dihasilkan 2 grafik yang berbentuk linier, yakni grafik C vs
X/m dan grafik log X/m vs log C. Terbentuknya grafik linier dalam praktikum ini
menunjukkan bahwa isotherm adsorbsi yang berlangsung disini memang benar
merupakan isotherm adsorbsi Freundlich.
Berdasarkan persamaan grafik Isoterm Adsorpsi Freundlich (log x/m vs log
c) jika dianalogikan dengan persamaan Freundlich maka akan didapat nilai k dan n.
Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich dapat dituliskan sebagai berikut.
Log (x/m) = log k + 1/n log c
sedangkan persamaan grafik Isotherm Adsorpsi Freundlich adalah
y = 1,000x 0,776
Jadi, didapat nilai Log k = -0,776 dan 1/n = 1,000. Maka nilai k adalah 0,1675 dan
nilai n adalah 1.
Mengenai gambar grafik log x/m vs log C yang dihasilkan sudah sesuai
dengan teori isotherm adsorpsi Freundlich yaitu grafik berupa garis linear
sedangkan grafik C vs x/m belum sesuai dengan teori isotherm adsobsi Langmuir
karena seharusnya grafik seperti setengah trapezium mengalami kenaikan dan
selanjutnya terjadi kekonstanan. Namun dari hasil percobaan ini grafik mengalami
terus mengalami kenaikan. Hal ini mungkin terjadi karena kekurang cermatan
praktikan dalam mengencerkan larutan asam asetat yang akan digunakan, atau
ketidaktepatan praktikan dalam memanaskan arang sehingga arang yang
digunakan bukan merupakan absorben yang baik (bisa bekerja secara maksimal).
VI.
Kesimpulan
1. Percobaan ini tergolong isotherm adsorpsi Freundlich. Oleh karenanya,
didapatkan kurva antara log x/m dengan Log C berbentuk linier.
2. Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich dalam percobaan ini dapat
dituliskan y = 1,000x 0,776. Dengan K = 0,1675 dan n = 1,000
Saran
1. Praktikan lebih baik menyiapkan langkah kerja dan pembagian tugas
anggota kelompok terlebih dahulu sehingga waktu praktikum dapat
digunakan seefektif dan seefisien mungkin
2. Praktikan harus cermat dalam melaksanakan praktikum ini, terlebih lagi
dalam penggunaan buret pada saat titrasi.
VII.
DAFTAR PUSTAKA
Harfi.2003.Senyawa-Senyawa Organik.Jakarta : Bumi Aksara.
Kustanto.2000.Karbon Aktif dalam Kehidupan Sehari-hari.Jogjakarta : Universitas
Gadjah Mada
Murdiyanto.2005.Senyawa Karbon.Malang : Universitas Brawijaya.
Sudarman.2001.Manfaat Arang Aktif.Makassar : Universitas Hassanudin.
Tim Dosen Kimia Fisik.2012.Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Fisik.Semarang :
Universitas Negeri Semarang.
VIII.
JAWABAN PERTANYAAN
1. Apakah proses adsorpsi ini merupakan adsorpsi fisik atau khemisorpsi?
Jawab :
Pada percobaan ini proses adsorpsi terjadi secara adsorpsi fisik yang memiliki
cirri molekul yang terikat pada adsorben oleh gaya Van Der Walls, mempunyai
entalpi reaksi dan bersifat tidak spesifik
2. Apakah perbedan antara kedua jenis adsorpsi ini? Berikan contoh dari kedua
jenis adsorpsi ini !
Jawab :
a. Adsorbsi fisik, yaitu berhubungan dengan gaya Van der Waals dan
merupakan suatu proses bolak balik apabila daya tarik menarik antara zat
terlarut dan adsorben lebih besar daya tarik menarik antara zat terlarut
dengan pelarutnya maka zat yang terlarut akan diadsorbsi pada permukaan
adsorben, tidak melibatkan energy aktivasi.
b. Adsorbsi kimia, yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dan zat terlarut
yang teradsorbsi, terjadi pemutusan dan pembentukan ikatan kimia, panas
adsorbsinya tinggi, melibatkan energy aktivasi.
Ex : adsorpsi SDBS
Adsorsi fisik : adsorpsi nitrogen pada besi secara fisik nitrogen cair pada 190 0 C akan teradsorpsi pada besi
Adsorpsi kimia: pada suhu 500
permukaan besi.
3. Apakah perbedaan yang terjadi pada pengaktifan arang dengan cara
pemanasan ?
Pengaktifan arang dengan cara pemanasan :
a. L-karbon (L-AC) yaitu karbon aktif yang dibuat dengan oksidasi pada suhu
300oC 400oC (570o-750oF) dengan menggunakan udara atau oksidasi
kimia. L-AC sangat cocok dalam mengadsorbsi ion terlarut dari logam berat
basa seperti Pb2+, Cu2+, Cd2+, Hg2+. Karakter permukaannya yang bersifat
asam akan berinteraksi dengan logam basa. Regenerasi dari L-AC dapat
dilakukan menggunakan asam atau garam seperti NaCl hampir sama pada
perlakuan pertukaran ion.
b. H-karbon (H-AC) yaitu karbon aktif yang dihasilkan dari proses pemasakan
pada suhu 800o-1000oC (1470o-1830oF) kemudian didinginkan pada
atmosphere inersial. H-AC memiliki permukaan yang bersifat basa sehingga
tidak efektif dalam mengadsorbsi logam berat alkali pada suatu larutan air
tetapi sangat lebih effisien dalam mengadsorbsi kimia organik, partikulat
hidrofobik, dan senyawa kimia yang mempunyai kelarutan yang rendah
dalam air. Akan tetapi H-AC dapat dimodifikasi dengan menaikan angka
asiditas. Permukaan yang netral akan mengakibatkan tidak efektifnya dalam
mereduksi dan mengadsorbsi kimia organik sehingga efektif mengadsorbsi
ion logam berat dengan kompleks khelat zat organik alami maupun sintetik
dengan menetralkannya.
4. Bagaimana isotherm Freundlich untuk adsorpsi gas pada permukaan zat
padat? Apa pembatasannya?
Jawab :
Isotherm Freundlich untuk adsorpsi gas pada permukaan zat padat kurang baik
atau memuaskan. Hal ini terjadi karaena pada adsorpsi Freundlich situs-situs
IX.
LAMPIRAN
Tabel Pengamatan
Awal
Konsentrasi
CH3COOH
CH3COOH (ml)
Akhir
CH3COOH (ml)
0,5 N
10
47,7
21,5
0,25 N
10
24,2
11,2
0,125 N
10
12,1
10
10,3
0,0625 N
10
6,1
25
13,0
0,0313 N
10
3,0
25
7,4
0,0156 N
10
1,5
25
3,0
Analisis Data
Massa
N
X/m
Log
Log C
No
(gram)
Awal
Sisa
(gram)
1,0031
0,477
0,430
0,047
0,282
0,2811
-0,551
-1,328
1,0026
0,242
0,224
0,018
0,108
0,1077
-0,967
-1,744
1,0011
0,121
0,103
0,018
0,108
0,1078
-0,967
-1,744
1,0022
0,061
0,052
0,009
0,054
0,0539
-1,269
-2,046
1,0014
0,030
0,0296
0,0004
0,0024
0,0024
-2,620
-3,398
1,0023
0,015
0,012
0,003
0,018
0,0179
-1,745
-2,523
x/m
Perhitungan
Diketahui [NaOH] = 0,1 N
Asam asetat (CH3COOH) yang diadsorpsi = 100 mL
Konsentrasi awal
N1 . V1 = N2 . V2
N1 . V1 = N2 . V2
N1 . 10 = 0,1 . 47,7
N1 . 5 = 0,1 . 21,5
N1 = 0,477
N1 . V1 = N2 . V2
N1 . 10 = 0,1 . 24,2
N1 . 5 = 0,1 . 11,2
N1 = 0,242
N1 = 0,224
N1 . V1 = N2 . V2
N1 . V1 = N2 . V2
N1 . 10 = 0,1 . 12,1
N1 . 10 = 0,1 . 10,3
N1 = 0,121
N1 = 0,103
N1 . V1 = N2 . V2
N1 . V1 = N2 . V2
N1 . 10 = 0,1 . 6,1
N1 . 25 = 0,1 . 13,0
N1 = 0,061
N1 = 0,052
N1 . V1 = N2 . V2
N1 . V1 = M2 . V2
N1 . 10 = 0,1 . 3,0
N1 . 25 = 0,1 . 7,4
N1 . V1 = M2 . V2
N1 . 10 = 0,1 . 1,5
N1 . 25 = 0,1 . 3,0
N1 = 0,0296
N1 . V1 = N2 . V2
N1 = 0,0150
2. x2
N1 = 0,43
N1 . V1 = V2 . V2
N1 = 0,030
1. x1
Konsentrasi akhir
= (Cawal-Cakhir) x Mr x V / 1000
= 0,018 x 60 x 100 / 1000
= 0,108 gram
N1 = 0,012
4. x4
= (Cawal-Cakhir) x Mr x V / 1000
= 0,009 x 60 x 100 / 1000
= 0,054 gram
5. x5
= (Cawal-Cakhir) x Mr x V / 1000
= 0,0004 x 60 x 100 / 1000
= 0,0024 gram
6.
x6
= (Cawal-Cakhir) x Mr x V / 1000
= 0,003 x 60 x 100 / 1000
= 0,018 gram