Laporan Praktek Kerja
Laporan Praktek Kerja
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan Kuliah Kerja Nyata-Praktek (KKN-P) merupakan bagian dari mata kuliah yang
harus ditempuh sebagai salah satu syarat kelulusan bagi mahasiswa dan mahasiswi Jurusan
Teknik Industri Universitas Brawijaya. Tujuan kegiatan ini dilaksanakan sebagai salah satu
bentuk pengaplikasian ilmu-ilmu secara teoritis yang telah didapat selama perkuliahan yang
pengimplementasiannya dilakukan dalam kegiatan ini, salah satu ilmu serta teori yang akan
diaplikasikan di tempat Kuliah Kerja Nyata-Praktek (KKN-P) adalah menganalisis sistem yang
berjalan pada perusahaan/instansi pemerintah. Kegiatan ini juga dapat memupuk disiplin kerja
dan profesionalisme dalam bekerja agar dapat mengenal dunia atau lingkungan kerja yang akan
bermanfaat bagi mahasiswa setelah menyelesaikan perkuliahan.
Selain itu kebijakan Kuliah Kerja Nyata-Praktek (KKN-P) juga dapat mempererat hubungan
kerjasama yang dapat terjalin antara pihak universitas dengan pihak perusahaan. Sehingga
penukaran informasi antar kedua pihak dapat terjalin dengan baik dan tidak menimbulkan
kesenjangan akibat informasi yang tidak tersampaikan. Kegiatan Kuliah Kerja Nyata-Praktek
(KKN-P) ini dilakukan di PT. Petrokimia Gresik Departemen Produksi I selama 1 bulan dimulai
dari periode 4-29 November 2013.
PT. Petrokimia Gresik merupakan pabrik pupuk terlengkap di Indonesia, yang pada awal
berdirinya disebut Proyek Petrokimia Surabaya. Dalam memproduksi pupuk, selalu dilakukan
perencanaan produksi berapa banyak pupuk yang akan diproduksi dan berapa banyak inventory
yang dapat disimpan dalam gudang atau tangki. Oleh karena itu, dalam kegiatan Kuliah Kerja
Nyata-Praktek (KKN-P) ini penulis akan menggunakan metode forecasting dalam melakukan
perencanaan produksi dan perhitungan inventory melalui metode EOQ dan EPQ agar didapatkan
hasil yang lebih efektif dan efisien
2.
3.
Menumbuhkan dan memantapkan sikap profesional yang diperlukan bagi mahasiswa untuk
memasuki dunia kerja.
4.
Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memasyarakatkan diri pada suasana dan
iklim lingkungan kerja yang sebenarnya terutama berkenaan dengan disiplin.
5.
Dapat mengamati, mengembangkan, dan menggunakan ilmu yang telah didapat dari bangku
kuliah.
Diharapkan mampu meningkatkan hubungan baik dan kerjasama dengan PT. Petrokimia
Gresik.
2.
Sebagai bahan masukan untuk mengevaluasi sampai sejauh mana kurikulum yang dibuat
sesuai dengan kebutuhan dunia industri akan tenaga kerja yang terampil di bidangnya.
3.
Terjalin hubungan yang baik dengan pihak Universitas Brawijaya, terutama Jurusan Teknik
Industri - Fakultas Teknik sebagai salah satu instansi pendidikan bagi calon tenaga ahli
bidang teknik yang sangat dibutuhkan dalam perusahaan.
2.
Sebagai sarana untuk memberikan kriteria tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan.
Mahasiswa dapat menerapkan ilmu pengetahuan dan metodologinya yang selama ini telah
diterima di bangku kuliah pada dunia kerja.
2.
Menguji kemampuan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah diperoleh.
3.
Memberikan informasi kepada mahasiswa keadaan dunia kerja nyata sehingga memotivasi
untuk mempersiapkan dirinya.
4.
Menjembatani hubungan kerjasama antara PT. Petrokimia Gresik dengan Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya Malang.
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan
PT. Petrokimia Gresik merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam lingkup
koordinasi Departemen Perindustrian Dan Perdagangan. BUMN ini bergerak di bidang produksi
pupuk dan bahan-bahan kimia serta bidang jasa baik konstruksi, engineering maupun jasa-jasa
lainnya. Sebagai pabrik pupuk kedua di Indonesia, pemerintah telah merancang keberadaannya
sejak tahun 1956 melalui Biro Perancangan Negara (BPN).
Perusahaan ini terdiri dari tiga unit produksi utama dan beberapa anak perusahaan patungan.
Nama Petrokimia berasal dari kata Petroleum Chemical disingkat menjadi Petrochemical,
yaitu pabrik yang memproduksi bahan-bahan kimia yang dibuat dari minyak bumi dan gas.
Tahun 1960
PT. Petrokimia Gresik didirikan dengan dasar hukum :
a. Ketetapan MPRS No. II/MPRS/1960
b. Keputusan Presiden RI No. 260 Tahun 1960
Dengan nama Projek Petrokimia Surabaja. Proyek ini merupakan proyek prioritas
dalam Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana Tahap I (1961 1969).
2.
Tahun 1962
Badan persiapan proyek proyek Industri (BP3I) yang bernaung di bawah Departemen
Perindustrian Dasar dan Pertambangan melakukan survei lokasi untuk proyek di Jawa Timur
yaitu di daerah Tuban, Pasuruan dan Gresik. Dan akhirnya daerah Gresik yang ditetapkan
sebagai lokasi yang paling sesuai dengan hasil studi kelayakan pada tahun 1962.
3.
Tahun 1964
Pembangunan pabrik pupuk ZA (Zwavelzuur Ammonia) atau Ammonium Sulfat
dilaksanakan berdasarkan instruksi Presiden No. 01/Insr/1963 dan dinyatakan sebagai
Proyek Vital sesuai dengan Surat Keputusan Presiden No. 225 tahun 1963 tanggal 4
4
November 1964. Kontrak pembangunan proyek yang menggunakan fasilitas kredit dari
Pemerintah Italia ini berlaku mulai Desember 1964 dan sebagai pelaksananya Considit
SpA, kontraktor dari Italia. Pembangunan fisiknya dimulai pada awal tahun 1966 dengan
berbagai hambatan yang dialami, terutama masalah kesulitan pembiayaan sehingga
menyebabkan pembangunan proyek tertunda.
4.
Tahun 1968
Pada masa ini pembangunan terhenti dikarenakan krisis ekonomi yang berkepanjangan,
sehingga jalannya produksi harus terhenti. Melalui Surat Keputusan Presidium Kabinet
Ampera No. B/891/Preskab/4/1967 diputuskan untuk melanjutkan kembali pembangunan
proyek ini dan pada bulan Februari 1968 pekerjaan lapangan kembali dilanjutkan sampai
percobaan pertama operasional pabrik pada Maret 1970.
5.
Tahun 1971
Status badan usaha dari Projek Petrokimia Surabaja telah diubah menjadi Perusahaan Umum
(Perum) berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 55 tahun 1971.
6.
Tahun 1972
Pabrik yang memproduksi pupuk ZA berkapasitas 150.000 ton/tahun dan pupuk Urea
sebanyak 61.700 ton/tahun ini diresmikan penggunaannya oleh Presiden Soeharto pada
tanggal 10 Juli 1972. Selanjutnya tanggal tersebut diabadikan dan diperingati sebagai Hari
Jadi PT. Petrokimia Gresik.
7.
Tahun 1975
Status badan usaha PT. Petrokimia Gresik diubah menjadi Perusahaan Perseroan
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1975.
8.
Tahun 1977
Berdasarkan peraturan pemerintah No. 28 Tahun 1997 menyatakan bahwa seluruh
BUMN pupuk dijadikan satu dalam sebuah Holding Company yang diketahui oleh PT.
Pupuk Sriwidjaja Palembang (Pusri). Status badan usaha pun berubah dari PT. Petrokima
Gresik (Persero) menjadi PT. Petrokimia Gresik.
Pada saat ini PT. Petrokimia Gresik memiliki berbagai bidang usaha dan fasilitas pabrik
terpadu yang dikelola sendiri maupun melalui anak perusahaan dan perusahaan patungan,
antara lain :
5
a. Industri pupuk
b. Industri Pestisida
c. Industri Kimia
d. Industri Peralatan Pabrik
e. Jasa rancang bangun dan perekayasa serta jasa lain.
2.
3.
4.
5.
Perluasan Kelima
Pabrik Ammonia Urea baru, dengan teknologi proses oleh kellog Amerika.
Konstruksinya ditangani oleh PT. IKPT. Indonesia. Pembangunan dimulai pada awal tahun
1991 dan ditargetkan beroperasi pada Agustus 1993. Pabrik ini baru beroperasi pada 29
April 1994.
6.
7.
Perluasan Ketujuh
Target operasi pabrik pupuk NPK II adalah tahun 2004.
2.
3.
pada tahun 1962 oleh Badan Persiapan Proyek-Proyek Industri (BP3I), dibawah Departemen
Perindustrian dan Pertambangan.
Dasar pemilihan lokasi dengan pertimbangan :
1.
2.
Tersedianya sumber air dari aliran sungai brantas dan bengawan solo.
3.
Dekat dengan daerahkonsumen pupuk terbesar, yaitu perkebunan dan petani tebu.
4.
Dekat dengan pelabuhan sehingga memudahkan untuk mengangkut peralatan pabrik selama
masa konstruksi, pengadaan bahan baku maupun pendistribusian hasil produksi melalui alat
angkut laut.
5.
Dekat dengan Surabaya yang memiliki kelengkapan memadai antara lain tersedianya tenaga
terampil.
2.
3.
4.
5.
6.
2.
3.
Mengembangkan potensi usaha untuk pemenuhan industri kimia nasional dan berperan aktif
dalam community development.
2.
3.
4.
2.
Dewan Komisaris
a. Komisaris Utama
b. Anggota Komisaris
2.
c. Sekertaris Komisaris
: Ir. Suprapti
Direksi
a. Direktur Utama
b. Direktur Komersil
c. Direktur Produksi
: Irwansyah, SE
Berikut ini akan digambarkan secara lebih rinci mengenai struktur organisasi yang ada pada
Pabrik Produksi Candal 1 yang ada di PT. Petrokimia Gresik.
10
General Manager
Manager Produksi 1
Candal
Produksi 1
Kepala
Bagian
Bagian
Amoniak
Wakil Kepala
Bagian
Manager Pemeliharaan
Bagian
Urea
Kepala
Bagian
Bagian ZA
Wakil Kepala
Bagian
Bagian
Pengantongan
Kepala
Bagian
Kepala
Bagian
Bagian
Utilitas
Wakil Kepala
Bagian
Berikut akan diuraikan mengenai pembagian job yang dilakukan pada masing-masing
struktur organisasi didalam Departemen Produksi 1.
1.
Manager Pemeliharaan
Departemen yang bertugas untuk melakukan perbaikan mesin, baik pada Scheduled
Shutdown atau pada Unscheduled Shutdown.
2.
Manager Produksi 1
Melakukan operasional produksi Pabrik 1.
3.
Candal Produksi 1
Melakukan administrasi berbagai kegiatan yang dilakukan pada pabrik candal 1. Berikut
akan dilakukan penjelasan lebih rinci mengenai tugas dan wewenang dari bagian ini :
a. Membuat target produksi tahunan berdasarkan :
1) Rencana Penjualan
2) Trend realisasi produksi harian / bulanan / tahunan pada tahun sebelumnya.
3) Perkiraan kondisi pabrik tahun depan dengan dasar performance tahun sebelumnya
dan rencana improvement yang akan dilakukan.
4) Perkiraan kemampuan penyediaan bahan baku.
b. Membuat perkiraan consumption rate bahan baku berdasarkan trend consumption rate
bahan baku satu sampai lima tahun terakhir.
11
c. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) yang meliputi : target
produksi, kebutuhan bahan baku dan bahan penolong, stream days serta rencana Turn
Around. Untuk disampaikan ke Biro Anggaran yang selanjutnya diajukan ke Manajemen.
d. Menyusun atau mereview rencana target produksi tiga bulanan ke depan sesuai hasil rapat
Pengendalian Operasional dan atau Rapat Anggaran bulanan dan didistribusikan kepada
unit kerja terkait.
e. Memonitoring kebutuhan produksi, consumption rate, stock (bahan baku dan produk)
sebagai bahan evaluasi pencapaina target produksi secara periodik.
f. Membuat MR (Material Requisition) bahan baku dan penolong ke bagian Gudang
Material Biro PGM.
g. Menerbitkan PPJ (Permintaan Pengadaan Jasa) dan SPBK (Surat Perintah dan Bukti
Kerja) ke Departemen Pemeliharaan.
h. Melakukan pengendalian mutu produk dengan cara :
1) Melakukan operasional proses produksi sesuai dengan Rencana Mutu (Quality Plan)
masing-masing pabrik.
2) Menerima dan mengevaluasi laporan analisa laboratorium.
3) Melakukan evaluasi dan langkah perbaikan jika terjadi penyimpangan.
4.
Bagian Amoniak
Melakukan kegiatan produksi secara langsung khusus untuk proses pembuatan Amoniak.
5.
Bagian Urea
Melakukan kegiatan produksi secara langsung khusus untuk proses pembuatan Urea.
6.
Bagian ZA
Melakukan kegiatan produksi secara langsung khusus untuk proses pembuatan ZA.
7.
Bagian Pengantongan
Melakukan packaging seluruh hasil dari produk pabrik 1 dan melakukan transfer ke
Departemen Pemasaran.
8.
Bagian Utilitas
Melakukan beberapa aktivitas yang digunakan dengan tujuan untuk mendukung kegiatan
yang ada di dalam pabrik.
Beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain :
12
a. Menyediakan air untuk pemanasan, penggerak turbin dan produksi penunjang serta steam
pendukung.
b. Melakukan pemrosesan cooling water.
c. Menyediakan air demineralied yaitu air bersih dengan kandungan mineral yang
dihilangkan.
d. Menyediakan listrik untuk sumber pencahayaan dan lainnya.
Produk Utama
a. ZA
1) Pabrik ZA I (7 Mei 1976)
Kapasitas : 200.000 ton/tahun
Bahan baku : Ammonia dan Asam Sulfat
2) Pabrik ZA III (1 Oktober 1986)
Kapasitas : 200.000 ton/tahun
Bahan baku : Ammonia dan Asam Sulfat
b. Urea
Pabrik Urea (1 Desember 1994)
Kapasitas
: 400.000 ton/tahun
Bahan baku
c. Amoniak
Pabrik Amoniak (1 Desember 1994)
2.
Kapasitas
: 445.000 ton/tahun
Bahan baku
Produk Sampingan
a. CO2 Cair
13
Kapasitas
: 10.000 ton/tahun
: 4.000 ton/tahun
c. Nitrogen
Kapasitas
Kapasitas
d. Oksigen
Kapasitas
Kapasitas
: 500.000 ton/tahun
b. Produk
2.
3.
b. Produk
4.
a. Kapasitas
: 300.000 ton/tahun
b. Produk
: 10.000 ton/tahun
14
b. Produk
: 170.000 ton/tahun
b. Produk
2.
3.
: 510.000 ton/tahun
b. Produk
Pabrik ZA II
a. Kapasitas
: 250.000 ton/tahun
b. Bahan baku
4.
5.
: 440.000 ton/tahun
b. Produk
: 12.600 ton/tahun
b. Produk
15
BAB III
DEPARTEMEN PRODUKSI I
3.1 Manajemen Produksi
Manajemen produksi diperlukan dalam suatu perusahaan untuk mengatur agar proses
produksi yang berlangsung dapat menghasilkan hal yang diinginkan, baik secara kuantitas,
kualitas, waktu serta biaya yang direncanakan. Fungsi utama dari adanya manajeman produksi
adalah untuk mengatur penggunaan sumber daya yang dimiliki berupa bahan baku, tenaga kerja,
mesin mesin produksi, dan perlengkapan pendukung yang lain agar seluruh proses produksi
yang dilakukan dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Adapun misi PT. Petrokimia Gresik dalam manajemen produksi adalah sebagai berikut :
1.
2.
Sebagai stabilisator
Bersama sama unit usaha sejenis lainnya mengusahakan pengamanan pengadaan pupuk
nasional dalam rangka swasembada pangan.
3.
Manager Produksi I
2.
Manager Produksi II
3.
16
pasar dan rencana produksi yang dibuat tetap dapat menghasilkan keuntungan bagi
pabrik. Langkah umum yang biasa diambil bila terjadi kondisi seperti ini adalah
penurunan production rate dari pabrik.
2.
Pengendalian Kualitas
Penggunaan proses produksi secara kontinue pada PT. Petrokimia Gresik akan
menyebabkan
frekuensi
terjadinya
penyimpangan
pada
kualitas
sangat
rendah.
18
2.
Pengendalian Kuantitas
Pada proses produksi continue, pengendalian kuantitas sangat menonjol. Penyebab
penyimpangan kuantitas yang sering terjadi disebabkan oleh:
a. Kerusakan alat / mesin
b. Mutu bahan baku yang berubah
c. Kesalahan operasi
d. Keterlambatan perbaikan
Penyimpangan tersebut akan segera diidentifikasi penyebabnya dan diadakan evaluasi,
kemudian dari hasil evaluasi yang dilakukan perencanaan kembali sesuai dengan keadaan
yang ada. Hal ini juga disampaikan kepada pihak manajemen baik secara lisan maupun
tertulis.
3.
Pengendalian Waktu
Pada proses produksi continue pengendalian waktu telah tercakup dalam pengendalian
kualitas karena untuk mencapai kualitas yang diinginkan perlu adanya waktu yang tertentu.
Kedua hal ini sangat terkait.
3.2 Utilitas
Utilitas I meliputi lime softening unit, cooling tower, demin plant, boiler atau WHB (Waste
Heat Boiler ) dan Gas Turbine Generator.
menghadapi musim kemarau, terutama siklus 5 tahunan (terjadi pada tahun 2003, 1998 dan
periode periode sebelumnya) yang menyebabkan berkurangnya debit sungai Brantas dan
Bengawan Solo, adalah dengan menyedot air dari Danau Ngipik yang terdapat dekat lokasi PT.
Petrokimia Gresik. Walaupun begitu, disarankan untuk tidak menggunakan air Danau Ngipik
sebagai air minum karena kadar bakteri yang tinggi. Pada tahun 2008, tidak terjadi pengurangan
debit air karena dipergunakannya bendungan gerak yang berfungsi menampung air secara lebih
efektif pada musim kemarau.
Proses yang terjadi pada unit utilitas air pada Departemen Produksi I adalah :
1.
Pengambilan Air
PT. Petrokimia Gresik menerima air dari water intake Babat dan Gunungsari memiliki
turbiditas tinggi sehingga harus melalui proses penjernihan oleh instalasi pengolahan air di
tempat yang bersangkutan. Divisi Utilitas menerima sebagai Hard Water dengan kesadahan
180 ppm. Karena debit air yang dapat dikirim besar, PT. Petrokimia Gresik membaginya
kepada anak perusahaan dan warga sekitar, dengan membayar Rp 5.000,00 sebagai upah
penjernihan air.
2.
Proses
yang
digunakan
adalah
sedimentasi
(pengendapan),
koagulasi
(penggumpalan), flokulasi (pembuatan flok), dan filtrasi (penyaringan). Proses ini dapat
menurunkan total hardness sampai sekitar 60 ppm.
3.
Unit Demineralisasi
Untuk menghindari terbentuknya kerak dan korosi, maka air harus dihilangkan dari
mineralnya melalui proses demineralisasi. Air hasil demineralisasi ini akan digunakan
sebagai umpan boiler.
4.
didinginkan melalui proses pertukaran dengan udara sehingga diperoleh suhu yang lebih
rendah. Cooling tower menurunkan suhu dari 42-43 0 C sampai sekitar 10-120 C. Air dipilih
sebagai pendingin karena mudah didapatkan dan dipakai, alat penurun suhu yang efektif,
tidak terurai, dan pada batas suhu penggunaan normal tidak terjadi pemuaian yang nyata.
PT. Petrokimia Gresik memiliki 2 sistem cooling tower , yaitu counter current yang
mendinginkan dengan cara meniupkan udara pada arah yang berlawanan dengan air, dan
cross flow, yaitu dengan meniupkan udara dari samping air yang mengalir. Walaupun
begitu, terdapat masalah masalah seperti kerak, korosi, pertumbuhan lumut, dan kotoran
sehingga air pada cooling water harus dikendalikan.
5.
Existing Boiler
( B-1102 A/B/C/D )
2.
( B-2221 )
Operasi normal menghasilkan steam sekitar 55 65 ton per jam dengan kondisi operasi P :
62 kg/cm2g dan T : 460 0 C. Air yang telah di demineralisasi dimasukkan ke dalam boiler untuk
dikeluarkan sebagai steam. Steam yang dihasilkan dikirim ke amoniak plant, ZA plant, urea
plant, dan petronika.
21
3.
4.
Refrigerasi
5.
berikut:
1.
2.
Gas Alam
a. Kadar CH4
: 85,76 % volume
b. Temperatur
: 15,6o C
c. Tekanan
:19,3 Kg/cm2
: 25 ppm
e. Berat Molekul
: 19,66
Udara, diambil dari N2 dari udara dengan komposisi 21% O2 dan 79% N2 pada tekanan
atmosfer.
3.
4.
Katalis, yaitu:
a. Co, Mo dan ZnO di Desulfurizer.
b. Nikel di Primary Reformer, Secondary Reformer dan Methanator.
c. Fe dan Cu di Shift Converter.
23
a. Desulfurisasi
Desulfurisasi merupakan langkah penghilangan senyawa Belerang (S) yang
terkandung di dalam Gas bumi (Natural gas). Sulfur merupakan racun katalis. Ada 2
macam unsur Sulfur dalam gas bumi yaitu :
1) Senyawa Sulfur reaktif yang dapat ditangkap dengan mudah oleh katalis ZnO.
2) Senyawa Sulfur non reaktif yang tidak dapat ditangkap dengan mudah oleh katalis
ZnO.
Senyawa Sulfur (S) non reaktif diperlukan katalis Cobalt Molybdate (Co-Mo) dengan
menambahkan Gas H2 dari Syn loop, maka semua senyawa S organik baik reaktif
maupun non reaktif akan dihidrogenasi pada katalis Co-Mo menjadi H2S. Reaksi yang
terjadi :
1) Pada Katalis Co-Mo
CH3HS
H2
>
CH4
C4H4S
4H2
>
Zno
>
H2S
Panas
n - CH4H2O
H2S
Zn S
H2O
Panas
Panas
<===> CO
CO
<===> CO2 +
+ H2 O
+ 3 H2
H2
Endothermis
Exothermis
Ar: 0%
H2: 65.76%
CO2: 11.26%
CH4: 12.17%
CO : 10.23%
2) Secondary Reformer: gas dari Primary Reformer direaksikan lebih lanjut untuk
mencapai CH4 0.3%, dilakukan pada bejana tekan dilapisi batu tahan api. Panas
24
yang diperlukan diperoleh dari pembakaran gas dengan udara luar yang sekaligus
menghasilkan N2 untuk sintesa NH3. Reaksi yang terjadi:
2H2
O2
<===> 2H2O
Exothermis
CH4
H2O
<===> CO
3H2
-Q
CO
H2O
<===> CO2
H2
+Q
Ar: 0.30%
H2: 54.31%
CO2: 7.93%
CH4: 0.33%
CO: 13.83%
c. CO Shift Conversion
Salah satu produksi gas dari Reformer adalah CO. Gas CO tidak dikehendaki pada
proses pembuatan Amoniak. Shift Conversion mengubah hampir semua CO menjadi CO2
dan H2.
CO
H2O
-----> CO2 +
H2
b)
c)
d)
: 0.5 - 1 kg/cmg
2) Temperatur
H2: 73.59%
CH4: 0.36%
Ar: 0.32%
CO2: 0.06%
CO: 0.3%
b. Methanasi, gas synthesa yang masih mengandung CO dan CO2 sisa proses sebelumnya
apabila masuk ke katalis syn loop akan menjadi racun katalis sehingga menjadi tidak
aktif. Untuk menghindari hal tersebut, CO dan CO2 dikonversikan menjadi CH4 yang
bersifat inert terhadap katalis di syn loop. Katalis di methanator: Ni.
Reaksi yang terjadi :
CO
CO2
H2 : 73.23%
CH4: 0.80%
Ar: 0.32%
CO2: 0%
CO: 0%
H2O sebelum masuk Syn Loop dipasang Molecular Sieve Dryer yang
berfungsi sekaligus untuk menyerap sisa CO2 yang masih ada. Reaksi sintesa Amoniak
merupakan reaksi kesetimbangan. Reaksi berlangsung pada temperatur 500-550C, tekanan
179 kg/cmg, kadar NH3 out converter 17.2%. Sisa gas yang tidak bereaksi direcycle.
26
4.
Refrigasi
Refrigerasi dengan media Amoniak digunakan untuk mengembunkan Amoniak yang
terkandung dalam syn loop, recovery amoniak dari purge dan flash, serta mendinginkan
make up gas sebelum masuk dryer. Sistem refrigerasi terdiri dari: compressor, refrigerant
condenser, evaporator dan flash drum.
5.
Bentuk
: Kristal
2.
Warna
: Putih garam
3.
Berat molekul
: 132 g/mol
4.
Berat jenis
: 1,77 g/cm3
5.
Kelarutan
: Mudah larut dalam air dan menyerap panas, dimana dalam 100 bagian air
pada 0 C akan terbentuk larutan dengan 71 bagian garam. Pada 200C akan terbentuk larutan
dengan 76 bagian garam dan pada 1000C akan menjadi larutan dengan 97,5 bagian garam.
6.
Pengaruh suhu
: Pada 1200C akan mudah terurai dan pada 2800C terjadi sublimasi dengan
Impuritas
Ammonium sulfat bila digunakan sebagai pupuk yang penting adalah kadar Nitrogennya
(N2) yang di dalam teorinya terdapat 21,35 % dalam 100 % Ammonium sulfat. Sedangkan dalam
perdagangan biasanya mengandung 20-21 % N2.
Ammonium sulfat mempunyai komposisi sebagai berikut :
27
1.
N2 minimum
2.
3.
Air
4.
Ukuran Kristal
H2SO4
Reaktor Unit
Separation Unit
Driying Unit
Mother Liquor
Bagging Unit
Hot Water
Proses yang dipakai adalah netralisasi ( De nora ) dengan prinsip, uap NH3 dimasukkan
Saturator yang sudah terisi Asam sulfat dan ditambahkan air kondensat sebagai penyerap panas
hasil reaksi dengan bantuan udara sebagai pengaduk.
Ammonium sulfat (( NH4)2SO4) diperoleh dari netralisasi NH3 dan H2SO4. Gas Amoniak
murni dimasukkan bersama-sama dengan H2SO4 dalam Saturator.
Reaksi yang terjadi untuk pembentukan Ammonium sulfat adalah sebagai berikut :
2NH3 + H2SO4
( NH4)2SO4
Reaksi ini sangat eksotermis, sebagian kecil panas ini hilang melalui dinding Saturator,
sebagian besar akan menguapkan air dari larutan dalam Saturator . Temperatur dalam Saturator
dapat bertahan hampir konstan ( 105 1100C ) pada kondisi normal operasi. Digunakan
kondensor pada aliran uap yang keluar Saturator dimaksudkan untuk mengembalikan sejumlah
air guna menjaga keseimbangan air.
Penambahan air dapat juga dimasukkan ke dalam Condesat Recycle System. Uap yang
keluar dari Saturator mengandung sedikit Ammoniak.Untuk memperkecil kehilangan
Ammoniak diperlukan syarat syarat sebagai berikut :
1.
Jumlah Ammoniak yang dibutuhkan harus benar benar tepat sehingga semuanya dapat
bereaksi habis dengan Asam sulfat.
28
2.
Larutan Ammoniak sulfat harus dijaga dalam keadaan asam (H2SO4 bebas : 0,2 0,4 %).
Reaksi antara Ammoniak dan asam sulfat diikuti dengan pembentukan Kristal Ammonium
sulfat. Sebenarnya mother liquor ( larutan induk ) didalam Saturator ini adalah Ammonium
sulfat jenuh serta dengan adanya penambahan Ammoniak dan asam sulfat akan menghasilkan
larutan yang lebih jenuh lagi ( over saturated solution ). Namun pada awal proses saat pabrik
pertama kali di operasikan, larutan yang digunakan dalam Saturator untuk awal proses adalah air
murni. Hal ini menyebabkan proses pembentukan Ammonium sulfat terjadi lebih lama yaitu
sekitar 8 jam, dibandingkan dengan Saturator yang telah berisi mother liquor ( larutan induk )
yang membutuhkan waktu 3-4 jam untuk membentuk Ammonium sulfat. Pada saat pabrik
mengalami shutdown, cairan mother liquor disimpan pada tangki penampung mother liquor D
301, untuk digunakan sebagai mother liquor pada proses selanjutnya setelah pabrik beroperasi
kembali. Setelah kristal kristal ini mencapai ukuran tertentu yang dikehendaki, selanjutnya
dimasukkan ke Centrifuge untuk dipisahkan dari mother liquor ( larutan induk ). Umumnya
perbandingan antara kristal dam mother loquor ( larutan induk ) adalah 1 : 1 ( 50 % : 50 % ).
Faktor faktor yang mempengaruhi pembentukan Kristal adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
lain-lain yang mempengaruhi pembentukan Kristal seperti Kristal menjadi rusak dan warnanya
menjadi kekuningan. Zat zat ini dapat dipisahkan dengan menggunakan fosfat ( PO4).
Selanjutnya agar pemurnian dapat berlangsung sempurna, maka ditambahkan oksidator Asam
nitrat ( HNO3 ) ke dalam larutan Asam sulfat ( H2SO4 ).
Tahapan proses pembuatan pupuk ZA adalah :
1.
2.
Pemisahan Kristal
3.
Pengeringan produk
4.
Pendinginan produk
29
( NH4)2SO4 + Q )
Temperatur reaksi dijaga pada suhu 105 1060C, acidity 0,2 % berat sampai 1 % berat
dan konsentrasi Kristal 50 % volume. Sebagian uap yang terbentuk diembunkan dan
dikembalikan ke Saturator sebagai kondensat return untuk mengatur konsentrasi dan
penyerap panas.
2.
Pemisahan Kristal
Peralatan utamanya adalah Centrifuge Separator yang fungsinya memisahkan Kristal
ammonium Kristal yang terbentuk dengan larutan induk. Slurry ammonium sulfat dengan
perbandingan antara liquid : solid = 1: 1, slurry dalam saturator dialirkan ke dalam
Centrifuge yang terdapat screen untuk memisahkan Kristal dari larutannya. Kristal yang
diharapkan 50 % tertahan di screen. Mother liquor bersama sama return condensat
ditampung dalam mother liquor tank. Larutan dalam mother liquor selanjutnya di recycle ke
saturator.
3.
Pengeringan Produk
Kristal ZA basah dikeringkan dalam dryer sehingga kandungan H2O maksimal 0,15 %
berat. Untuk mencegah penggumpalan, sebelum masuk ke dryer ditambahkan anti caking
Uresoft 150/AFFA dengan dosis 100-200 ppm. Debu ZA ditarik dengan compressor dan
masuk ke cyclone separator kemudian disemprot dengan air, dimana cairannya ditampung
dalam tangki sebagai umpan saturator sedangkan udara yang lolos dapat langsung dibuang
ke udara bebas. Selanjutnya produk ZA didinginkan kemudian dikirim ke bagian
pengantongan.
30
4.
Penampungan Produk
Produk ZA kering yang keluar dari Rotary Dryer dikirim dengan bucket elevator ke
bagian hopper dan diangkut dengan belt conveyor menuju bagian pengantongan untuk
selanjutnya dilakukan pengepakan.
: 1400 MT / hari
Kualitas
N2
: 46.5% wt min
Biuret
: 0.8 % wt max
Moisture
: 0.2% wt max
Besi
: 10 ppm wt max
Amoniak Cair
NH3
: 99.5 % Wt min
H2O
: 0.5 % Wt max
31
Oil
: 5 ppm Wt max
Press.
: 18 kg/cm2g min
20 kg/cm2g normal
23 kg/cm2g design
Suhu
2.
: 30C
CO2 Gas
CO2
Hidrogen
H2O
: Saturated
Press.
Suhu
3.
4.
: 35C max
Steam
Tekanan
: 65 kg/cm2g
Suhu
: 460 C
Design
Demin Water
Conductivity : 2 Micromhos max.
5.
SiO2
Tekanan
: 5.3 kg/cmg
Suhu
: 30 C
Design
: 7kg/cm2g / 60 C
Cooling Water
pH
: 7.0 8.5
Zn
SiO2
6.
7.
Turbidity
TDS
Chloride
Tekanan
: 5 kg/cm2g
Suhu
: 32 C
Portable Water
Tekanan
: 3.5 kg/cm2g
Suhu
: Ambient
Design
: 5 kg/cm2g / 40 C
Fire Water
Tekanan
8.
Suhu
: 30 C
Design
: 14.0 kg/cm2g / 50 C
Instrument Air
Kualitas:
Oil free/dew point : 40 C
9.
Tekanan
Suhu
: ambient
Design
: 10.0 kg/cm2g / 65 C
Plant Air
Tekanan
Suhu
: ambient
Design
: 10.0 kg/cm2g / 65 C
10. Gas N2
N2
O2
H2
CO2
H2O
Tekanan
: 20 kg/cm2g min.
Suhu
: ambient
Design
: 22.0 kg/cm2g / 70 C
11. Listrik
a. Power untuk Pabrik Urea:
Voltage
: 6000 V ( 5 %)
Frequency
: 50 Hz ( 5 %).
b. Motor:
Di atas 149 KW
: 6000V, 3 phase,50 Hz
Di bawah 149 KW
: 380V, 3 phase,50 Hz
d. Control Circuit
e. Instrumentasi
: 110V, 1 phase, 50 Hz
f. Lighting:
Normal lighting
: 220V, 1 phase,50 Hz
: 25 kg/cm2g min.
: 40% Wt
Tekanan
: 2 kg/cm2g
Suhu
: ambient
: 98% Wt
Tekanan
: 2 kg/cm2g min.
Suhu
: ambient
34
Diagram Proses
Condensor
Absorber
NH3
Process
Condensate
Treatment
NH3
CO2
CO2
NH3
Reaktor
Stripper
Decomposer
Concentrator
Produk
Prilling Lower
CO2
2.
Uraian Proses
a. Synthesis Aces Process (PKG)
Urea diproduksi melalui reaksi eksotermis dari Amonia dan Karbon dioksida lalu
membentuk Ammonium karbanat kemudian diikuti dehidrasi secara endotermis dari
Ammonium karbanat yang membentuk Urea.
2 NH3 + CO2
NH4COONH2
35
ACES adalah proses yang menggabungkan keuntungan yang ada diproses recycle
larutan dan dalam proses stripping, dengan kata lain efficiency untuk one through CO2
conversion tinggi. NH3 cair dipompa oleh NH3 Feed Pump melalui Ammonia Preheater
ke Reaktor. Pompa yang digunakan bertipe centrifugal dan digerakkan oleh Steam
Turbine, sedangkan satu pompa standby. CO2 gas ditekan sampai kira-kira 175 kg/cm2g
oleh CO2 Compressor tipe centrifugal, penggeraknya adalah Steam turbin dan hampir
semua gas CO2 dimasukkan ke stripper untuk tujuan stripping CO2.
Larutan recycle karbamat yang berasal dari tahap recovery dimasukkan ke scrubber
dan carbamate condensor oleh carbamate feed pump yang juga bertipe centrifugal, satu
pompa standby dan dua-duanya digerakkan oleh steam turbine. Pada reaktor terjadi reaksi
sinthesa dengan cara sedekat-dekatnya mencapai kondisi kesetimbangan.
Karena sifat-sifat korosi dari zat-zat pereaksi dan produk di dalam reaktor, maka
pemasangan lapisan SS 316 L urea grade merupakan pelindung yang cocok pada semua
permukaan yang terdapat kontak dengan campuran reaksi. Disamping itu, bagian dalam
reaktor juga dilapisi dengan lapisan pelindung O2 yang aman terhadap eksplosif yang
terjadi di reaktor.
Suhu yang rendah pada reaktor akan menurunkan konversi karbamat menjadi urea,
mengakibatkan bertambahnya larutan recycle carbamate. Bertambahnya recycle solution
akan membutuhkan lebih dekomposisi pada tahap purifikasi dan absorbsi pada tahap
recovery yang selanjutnya akan menurunkan konversi urea keseluruhan.
Sebaliknya bila suhu reaktor melebihi 200oC proses korosi pada lining di dalam
reaktor akan naik dengan cepat. Demikian juga tekanan keseimbangan dari pada
campuran reaksi mungkin akan melebihi tekanan di dalam reaktor. Keadaan ini akan
mengakibatkan rendahnya konversi Karbamat-Urea. Tekanan operasi dari stripper,
carbamate condensor, dan scrubber adalah sama dengan reaktor. Larutan urea sintesis
setelah mencapai konversi CO2 68% dalam reaktor, keluar melalui down flow pipe dan
masuk ke stripper secara gravity.
Pada bagian atas stripper larutan urea sintesis dari reaktor akan bersinggungan
dengan gas CO2 yang berasal dari bawah melewati sieve tray, dengan alat ini maka
stripping CO2 menjadi lebih efektif. Pada bagian bawah stripper, Ammonium karbamat
36
dan ekses NH3 yang terkandung dalam larutan Urea sintesis akan terurai dan dipisahkan
oleh CO2 stripping dan steam pemanas dalam falling film type heater. Gas dari bagian
atas dikirim ke carbamate condensor sedang larutan Karbamat dari bawah kondensor
masuk ke reaktor.
Gas dari top reaktor yang mengandung sedikit NH3 dan CO2 di-scrub di scrubber
dengan larutan Karbamat recycle, seterusnya dimasukkan ke carbamate condensor
sebagai absorben. Gas dari top scrubber dikirim ke high pressure decomposer untuk direcovery lebih lanjut.
b. Purifikasi
Produk dari reaksi sintesis mengandung urea, biuret, ammonium karbanat, air, dan
excess ammoniak. Proses ini dibutuhkan untuk memisahkan urea dari produk hasil reaksi.
Secara umum, metode pemisahan adalah sebagai berikut: ammonium karbanat, excess
ammoniak dan air dihilangkan dengan menggunakan panas dan penurunan tekanan.
Ammonium karbanat diuraikan menjadi ammoniak dan gas CO2. Larutan urea
dimurnikan sampai kira-kira 70% berat dengan sisa NH3 dan CO2 masing-masing 0,5 dan
0,4% berat dikirim ke tahap evaporasi (concentration).
NH2COONH4
CO2 + 2 NH3
Ammonium karbamat
Penguraian dilakukan pada carbamate condensor. Penurunan tekanan akan
menambah baiknya dekomposisi demikian pula halnya dengan kenaikkan suhu.
Larutan urea di high pressure decomposer dipanaskan lebih lanjut dengan steam
condensate di dalam falling film type internal heat exchanger. Gas NH3 dan CO2 yang
terjadi dari penguraian ammonium karbamat dikirim ke high pressure absorber (tahap
recovery).
Gas dari scrubber masuk ke bagian bawah scrubber sebagai purge gas untuk
mencegah korosi, karena purge gas mengandung oksigen.
Larutan urea dari high pressure decomposer yang mengandung sisa NH3 dan CO2,
lalu dikirim ke bagian atas low pressure decomposer. Panas yang diperlukan untuk
memisahkan gas CO2 dan NH3 diperoleh dari gas yang berasal dari process condensate
treatment section maupun oleh steam pemanas di dalam internal falling film type heater
37
low pressure decomposer CO2. Stripping pada bed bawah bermanfaat untuk mempercepat
pemisahan NH3. Konstruksi material untuk low pressure decomposer adalah SS 316.
Gas yang terpisahkan di low pressure decomposer dikirim ke low pressure absorber
untuk di-recover, sedangkan larutan ureanya dikirim ke urea solution tank melewati flash
separator sebagai tingkat akhir pemurnian urea dengan cara penurunan tekanan. Larutan
urea dari urea solution tank dengan urea solution pump dikirim ke tahap eveporasi
(concentration).
c. Concentration (evaporasi)
Larutan urea dari tahap purifikasi dipekatkan untuk membentuk molten urea, dan
kemudian di-spray-kan ke dalam prilling tower untuk membentuk butiran urea.
Pertama-tama, urea dipekatkan di dalam vacuum concentrator (bagian bawah)
dengan memanfaatkan panas kondensasi dan absorbsi di dalam high pressure absorber.
Kemudian larutan urea dimasukkan ke vacuum concentrator (bagian atas) untuk
dipekatkan lagi dengan pemanasan steam. Akhirnya, pemekatan urea dinaikkan sampai
99,7% di dalam final concentrator dan separator, sebagai molten urea untuk diumpankan
ke prilling tower.
Vacuum system dipakai pada tahap ini agar tidak mengganggu lingkungan kerja dan
polusi lingkungan dapat terkontrol.
Larutan urea dari tahap purifikasi dikirim ke vacuum concentrator untuk
memekatkan urea solution. Panas yang diperlukan untuk penguapan air diperoleh dari
high pressure absorber (tahap recovery) dan seterusnya dipanaskan hingga diperoleh
konsentrasi urea 97,7%.
Pada tingkat terakhir dari tahap ini larutan urea dipanaskan lagi di final concentrator
dan diperoleh konsentrasi urea 99,7% di final separator, seterusnya dengan molten urea
pump dikirim ke prilling tower. Uap air diolah di process condensate treatment section.
d. Prilling
Urea cair (molten urea) dengan konsentrasi urea 99,7% wt termasuk biuret yang
berasal dari tahap evaporasi, di prilling tower di-spray-kan, didinginkan, dan dipadatkan
hingga diperoleh produk urea prill.
38
Prilling tower dirancang mempunyai ketinggian jatuh bebas setinggi 52 meter dan
diameter dalamnya adalah 13,1 meter. Udara pendingin dihembuskan lewat bawah
menara oleh blower for fluidizing cooler dan naik ke dalam menara seterusnya ditarik
oleh unit induced fan yang dipasang di puncak menara.
Molten urea pada konsentrasi 99,7% berat (termasuk biuret) turun dalam prilling
tower sebagai butiran setelah dilewatkan strainer dan head tank pada top tower dan
diinjeksikan ke distributor tipe acoustic granulator.
Untuk menjaga pembentukan biuret agar seminimal mungkin, sistem harus di design
dan dioperasikan dengan temperatur molten urea dijaga sedikit di atas melting point urea
(132,7oC) dan juga untuk menjaga waktu tinggal sependek mungkin. Molten urea dari
head tank didistribusikan secara merata ke distributor. Saat turun dalam tower, butiran
urea kontak dengan udara yang naik, jadi pendingin dan pemadatan dicapai sebelum
mencapai fluidizing cooler pada bottom tower. Urea prill didinginkan secara sempurna
dengan pendingin udara yang dimasukkan ke fluidizing cooler pada bottom tower dan
over flow ke dalam trommel untuk dipisahkan urea prill yang over size dari produk yang
didinginkan. Urea over size ini dilarutkan dengan larutan dari dust chamber dalam
dissolving tank. Produk urea prill dikirim ke belt scale untuk penimbangan dan
selanjutnya dikirim ke pengantongan.
Pada bagian atas prilling tower disediakan dedusting system untuk me-recover debu
urea yang terikut dalam udara pendingin. Dedusting system terdiri dari packed bed untuk
menangkap debu dan induce fan untuk prilling tower. Debu urea yang terbawa oleh udara
panas ditangkap oleh sprayer larutan urea. Debu urea yang terbang dari tower kurang
lebih 30mgNm3 atau kurang sudah memenuhi nilai dibawah ambang batas polusi.
Larutan urea yang ter-recovery dikirim ke urea solution tank.
e. Recovery
Perbedaan mendasar antara berbagai macam proses pembuatan urea, adalah metode
penanganan terhadap ammoniak dan CO2 yang tak bereaksi dari decomposer. Tidak
mudah untuk menekan NH3 dan CO2 gas dan mengembalikannya ke reaktor, karena
kompresi terhadap campuran NH3 dan CO2 akan mengakibatkan pembentukkan
ammonium karbamat padat, yang akan menyumbat compressor. Metode untuk me39
recycle gas-gas yang tak bereaksi diklasifikasikan dalam dua cara, yaitu pemisahan dan
recycle sebagai gas serta recycle dalam larutan slurry.
Dalam proses ACES digunakan proses recycle larutan. Campuran gas NH3 dan CO2
dari decomposer diserap dalam air dan larutan karbamat di dalam masing-masing
absorber, kemudian hasilnya dikembalikan lagi ke reaktor.
Gas NH3 dan CO2 yang lepas dari tahap purifikasi diabsorbsi dan di recovery dalam
dua tingkat absorber yaitu high pressure absorber dan low pressure absorber dengan
menggunakan process condensate sebagai absorbent, dan akhirnya dikirim ke tahap
sintesis.
Gas yang keluar dari decomposer dikirim ke low pressure absorber. Gas yang keluar
dari high pressure decomposer dikirim ke high pressure absorber. Panas yang terbentuk
dalam proses absorbsi di high pressure absorber di recover oleh larutan urea yang berasal
dari vacuum concentrator dan dimanfaatkan sebagai sumber panas untuk pemekatan
larutan urea. Gas yang keluar dari high pressure absorber dicuci oleh larutan dari low
pressure absorber. Larutan karbamat yang terbentuk di high pressure absorber dikirim
ke carbamate condensor dan sebagian lagi ke scrubber (unit sintesa).
Sebagian gas yang tidak terabsorbsi di bed bawah ditangkap oleh process condensat
dari process condensate tank di bed atas dan larutannya dipakai absorbent di low
pressure absorber. Gas-gas yang tidak terabsorbsi atau terkondensasi selanjutnya di-vent.
f. Process Condensate Treatment
Uap air yang terjadi di tahap evaporasi terikut pula urea mist, gas NH3 dan CO2
dikondensasikan oleh vacuum generation system menjadi kondensat. Proses kondensat ini
dikirim ke process condensate stripper dan urea hydrolyzer untuk diolah.
Proses kondensat yang bersih (setelah pengolahan) dikirim ke fasilitas pengolahan air
untuk dimanfaatkan sebagai BFW. Gas CO2 dan NH3 yang lepas dari proses kondensat
dengan cara stripping dikirim ke low pressure decomposer untuk di-recovery.
Jumlah proses kondensat bersih yang keluar dari process condensate stripper lalu
masuk water tank dan sebagian condensat dikirim ke dust chamber di prilling tower
sebagai make up dan sisanya dikirim ke water treatment facility.
40
41
BAB IV
STUDI KASUS
4.1 Peramalan (Forecasting)
Peramalan adalah proses untuk memperkirakan beberapa kebutuhan dimasa datang yang
meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu dan lokasi yang dibutuhkan dalam
rangka memenuhi permintaan barang atau jasa.
Metode peramalan akan membantu dalam mengadakan pendekatan analisa terhadap tingkah
laku atau pola dari data yang lalu, sehingga dapat memberikan cara pemikiran, pengerjaan dan
pemecahan yang sistematis dan pragmatis, serta memberikan tingkat keyakinan yang lebih besar
atas ketepatan hasil ramalan yang dibuat.
Peramalan Kualitatif
Peramalan kualitatif adalah peramalan yang didasarkan atas data kualitatif pada masa
lalu. Hasil peramalan ini sangat bergantung pada orang yang menyusunnya. Hal ini penting
karena hasil peramalan tersebut ditentukan berdasarkan pemikiran yang bersifat instuisi,
pendapat dan pengetahuan serta pengalaman dari orang orang yang menyusunnya.
2.
Peramalan Kuantitatif
Peramalan kuantitatif adalah peramalan yang didasarkan atas data kuantitatif pada masa
lalu. Hasil peramalan ini sangat bergantung pada metode yang dipergunakan dalam
peramalan tersebut. Karena dengan metode yang dipergunakan dalam peramalan yang
berbeda pula. Baik tidaknya metode yang dipergunakan ditentukan oleh perbedaan atau
penyimpangan antara hasil ramalan dengan keyakinan yang terjadi. Semakin kecil
penyimpangan antara hasil ramalan dengan hasil ramalan dengan kenyataan yang terjadi
berarti metode yang digunakan semakin baik.
(4-1)
43
(4-2)
(4-3)
Dimana :
Ft
Ft-1
At-1
1+
=1,2,, ; 0
(4-4)
=1,2,, ; 0
(4-5)
1 + (1 ) 1
3. Menghitung Forecast
+1
+
=
=
+
+
=1,2,,
(4-6)
(4-7)
44
Tahun
ZA I
2002
121.700
2003
151.500
2004
185.200
2005
193.900
2006
204.800
2007
197.200
2008
208.900
2009
211.900
2010
210.800
2011
229.100
2012
228.600
2013
210.500
2014
???
Dari tabel di atas, produksi pupuk ZA I yang dihasilkan memiliki satuan ton. Dan di bawah
ini merupakan data historis produksi pupuk ZA I dari tahun 2002 sampai 2013 apabila disajikan
dalam bentuk grafik.
Dan dapat dilihat bahwa produksi pupuk ZA I dari tahun ke tahun cenderung mengalami
peningkatan. Hal ini mungkin disebabkan karena terus dilakukan perbaikan kelanjutan baik dari
Sumber Daya Manusianya maupun dari peralatan. Selanjutnya dari data historis tersebut akan
dilakukan pengolahan data dengan menggunakan empat metode peramalan yaitu Moving
45
MAD
MSE
MAPE
TS
MA 2
15345
41194750
7.635226422
6 Outlayer
MA 3
15240.7
366458642
7.35
5 Outlayer
MA 4
16178.1
374667421.9
7.64
4 Outlayer
MA 5
16611.4
322721257.1
7.799328
3 Outlayer
46
Melihat dari nilai-nilai error yang sudah dihitung dipilih peramalan Moving Average dengan
periode tiga bulan. Berikut adalah perhitungan tracking signal untuk peramalan Weighted
Moving Average tiga bulan.
t
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Forecast
152800
176867
194633
198633
203633
206000
210533
217267
222833
TS
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
7.0
8.0
7.4
Peramalan moving average 3 bulan yang terpilih sebagai hasil peramalan moving average
terbaik karena memiliki nilai MAD dan MAPE yang kecil. Walaupun ada hasil peramalan yang
MSE-nya lebih kecil dan terdapat beberapa hasil yang tracking signal-nya terdapat kurang dari 5
outlayer tetapi MAPE, dan MAD nya lebih besar dibanding MA(3).
Tahun
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
t
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
ZA I
121700
151500
185200
193900
204800
197200
208900
211900
210800
229100
WMA (2)
141567
173967
191000
201167
199733
205000
210900
211167
WMA (3)
163383
183933
197900
199183
204317
208450
210850
WMA (4)
175590
192280
197620
203070
207350
209390
WMA (5)
185327
193920
201380
206013
208500
47
Tabel 4.5 Hasil forecasting weighted moving average produksi pupuk ZA I (lanjutan)
Tahun
2012
2013
2014
t
11
12
ZA I
228600
210500
WMA (2)
223000
228767
216533
WMA (3)
220133
225800
219633
WMA (4)
218150
223520
219680
WMA (5)
215960
221633
219180
Setelah dilakukan perhitungan hasil peramalan perlu dilakukan perhitungan nilai error
berdasarkan MAD, MSE, MAPE, dan Tracking Signal untuk tiap-tiap nilai n seperti ditunjukkan
pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Perbandingan analisa nilai error weighted moving average
WMA 2
WMA 3
WMA 4
WMA 5
12638.9
12608.8
12361.9
MAD 1393
332566333.3
240383858
220218412.5
172434247.6
MSE
6.062785772
5.915103275
5.748169418
MAPE 6.923703648
6 Outlayer
5 Outlayer
4 Outlayer
3 Outlayer
TS
Melihat dari nilai-nilai error yang sudah dihitung dipilih peramalan Weighted Moving
Average dengan periode lima bulan. Berikut adalah perhitungan tracking signal untuk peramalan
Weighted Moving Average lima bulan.
Tabel 4.7 Perhitungan tracking signal untuk weighted moving average 5 bulan
t Forecast ZA I
Error
185327 197200 11873.33
1
193920 208900 14980.00
2
201380 211900 10520.00
3
206013 210800 4786.67
4
208500 229100 20600.00
5
215960 228600 12640.00
6
221633 210500 -11133.33
7
RSFE
11873.33
26853.33
37373.33
42160.00
62760.00
75400.00
64266.67
Abs Error
11873.33
14980.00
10520.00
4786.67
20600.00
12640.00
11133.33
MAD
11873.3
13426.7
12457.8
10540.0
12552.0
12566.7
12361.9
TS
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
5.2
Peramalan weighted moving average lima bulan yang terpilih sebagai hasil peramalan WMA
terbaik karena memiliki nilai error (MAD, MAPE, dan MSE) yang kecil dan mempunyai jumlah
nilai outlayer terkecil pada tracking signal.
Tahun
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
t
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Produksi ZA I
121700
151500
185200
193900
204800
197200
208900
211900
210800
229100
228600
210500
Forecasting = 0.4
196175
166385
160431
170339
179763
189778
192747
199208
204285
206891
215775
220905
216743
Forecasting = 0.5
196175
158938
155219
170209
182055
193427
195314
202107
207003
208902
219001
223800
217150
Setelah dilakukan perhitungan hasil peramalan perlu dilakukan perhitungan nilai error
berdasarkan MAD, MSE, MAPE, dan Tracking Signal untuk tiap-tiap nilai n seperti ditunjukkan
pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Perbandingan analisa error exponential smoothing
= 0.4
MAD 20912.41901
737426583.9
MSE
MAPE 12.46625842
6 Outlayer
TS
= 0.5
19364.69014
713789133.4
11.64924194
5 Outlayer
Melihat dari nilai-nilai error yang sudah dihitung dipilih peramalan Exponential Smoothing
dengan alfa 0.5. Berikut adalah perhitungan tracking signal untuk peramalan Exponential
Smoothing dengan alfa 0.5.
t
1
2
3
4
5
6
7
Tabel 4.10 Perhitungan tracking signal metode exponential smoothing dengan alfa 0.5
Forecast Produksi
Error
RSFE
Abs Error Kum Abs Error
MAD
196175
121700 -74475.00 -74475.00 74475.00
74475.00 74475.00
158938
151500
-7437.50 -81912.50
7437.50
81912.50 40956.25
155219
185200 29981.25 -51931.25 29981.25
111893.75 37297.92
170209
193900 23690.63 -28240.63 23690.63
135584.38 33896.09
182055
204800 22745.31
-5495.31 22745.31
158329.69 31665.94
193427
197200
3772.66
-1722.66
3772.66
162102.34 27017.06
195314
208900 13586.33 11863.67 13586.33
175688.67 25098.38
TS
-1.00
-2.00
-1.39
-0.83
-0.17
-0.06
0.47
49
t
8
9
10
11
12
Tabel 4.10 Perhitungan tracking signal metode exponential smoothing dengan alfa 0.5 (lanjutan)
Forecast Produksi
Error
RSFE
AbsError Kum AbsError
MAD
202107
211900
9793.16 21656.84
9793.16
185481.84 23185.23
207003
210800
3796.58 25453.42
3796.58
189278.42 21030.94
208902
229100 20198.29 45651.71 20198.29
209476.71 20947.67
219001
228600
9599.15 55250.85
9599.15
219075.85 19915.99
223800
210500 -13300.43 41950.43 13300.43
232376.28 19364.69
TS
0.93
1.21
2.18
2.77
2.17
Peramalan Exponential Smoothing dengan alfa 0,5 terpilih sebagai hasil peramalan ES
terbaik karena memiliki nilai error (MAD, MAPE, dan MSE) yang kecil dengan nilai tracking
signal sebanyak lima data outlayer.
Tahun Kuartal
1
2002
2
2003
3
2004
4
2005
1
2006
2
2007
3
2008
4
2009
1
2010
2
2011
3
2012
4
2013
1
2014
t
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Produksi (yt)
121700
151500
185200
193900
204800
197200
208900
211900
210800
229100
228600
210500
Trend (Tt)
0
2882.630416
5863.6736
6138.038726
6598.675451
5225.201165
5851.525059
5575.689728
4929.933143
6223.253994
5572.896395
3282.956423
Forecast (y^)
121700
154383
191064
200038
211399
202425
214752
217476
215730
235323
234173
213783
Setelah dilakukan perhitungan hasil peramalan perlu dilakukan perhitungan nilai error
berdasarkan MAD, MSE, MAPE, dan Tracking Signal untuk tiap-tiap nilai n seperti ditunjukkan
pada Tabel 4.11.
50
Berikut adalah perhitungan tracking signal untuk peramalan Double Exponential Smoothing
dengan alfa 1 dan beta 0.096732564.
Tabel 4.13 Perhitungan tracking signal metode double exponential smoothing
t Forecast Produksi
Error
RSFE
Abs Error Kum Abs Error
MAD
121700
151500
29800.00 29800.00 29800.00
29800.00
29800.0
1
154383
185200
30817.37 60617.37 30817.37
60617.37
30308.7
2
191064
193900
2836.33
63453.70
2836.33
63453.70
21151.2
3
200038
204800
4761.96
68215.66
4761.96
68215.66
17053.9
4
211399
197200 -14198.68 54016.98 14198.68
82414.33
16482.9
5
202425
208900
6474.80
60491.78
6474.80
88889.13
14814.9
6
214752
211900
-2851.53
57640.26
2851.53
91740.66
13105.8
7
217476
210800
-6675.69
50964.57
6675.69
98416.35
12302.0
8
215730
229100
13370.07 64334.63 13370.07
111786.41
12420.7
9
228600
-6723.25
57611.38
6723.25
118509.67
11851.0
10 235323
210500 -23672.90 33938.48 23672.90
142182.56
12925.7
11 234173
TS
1.0
2.0
3.0
4.0
3.3
4.1
4.4
4.1
5.2
4.9
2.6
Dapat dilihat pada tabel bahwa nilai tracking signal dengan = 1 dan = 0.096732564 pada
metode Double Exponential Smoothing mempunyai sebanyak lima data outlayer.
TS
5 outlayer
3 outlayer
Tidak ada outlayer
5 outlayer
Dari hasil analisa tabel di atas dapat disimpulkan bahwa metode Weighted Moving Average
(WMA 5) adalah metode peramalan terbaik yang dapat diterapkan pada perencanaan produksi
pupuk ZA I pada periode tahun 2014. Hal ini dikarenakan metode Weighted Moving Average
(WMA 5) memiliki nilai paling kecil pada ketiga parameter yang yang telah ditentukan yaitu
51
nilai MAD 12361.90, nilai MSE 172434247.6, dan MAPE 5.748169418 jika dibandingkan
dengan tiga metode lainnya. Oleh karena itu didapatkan hasil perencanaan produksi pupuk ZA I
pada periode tahun 2014 sebaiknya berjumlah 219180 ton.
Berikut ini grafik perbandingan jumlah produksi pupuk ZA I aktual dengan forecasting
menggunakan metode Weighted Moving Average dengan n=5.
4.2 Inventory
Persediaan merupakan sejumlah barang yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari
pelanggan. Dalam perusahaan perdagangan pada dasarnya hanya ada satu golongan inventory
(persediaan), yang mempunyai sifat perputaran yang sama yaitu yang disebut Merchandise
Inventory (persediaan barang dagangan). Persediaan ini merupakan persediaan barang yang
selalu dalam perputaran, yang selalu dibeli dan dijual, yang tidak mengalami proses lebih lanjut
didalam perusahaan tersebut yang mengakibatkan perubahan bentuk dari barang yang
bersangkutan.
Persediaan pada dasarnya akan menimbulkan biaya-biaya. Biaya-biaya yang ditimbulkannya
tersebut dapat berupa biaya tetap dan biaya variable. Menurut Bambang Rianto (1995)
menyatakan bahwa untuk tujuan perencanaan besarnya persediaan kita hanya memperhatikan
yang variabelnya saja dari biaya-biaya persediaan tersebut yang secara langsung akan
terpengaruh oleh rencana tersebut.
52
Menyimpan bahan-bahan yang dihasilkan sehingga dapat digunakan apabila bahan tersebut
tidak ada dipasaran
2.
3.
Menghilangkan resiko dari material yang dipesan dibawah kualitas standar sehingga harus
dikembalikan.
4.
5.
H2SO4
34
98
Amonia
Asam Sulfat
x
x
rasio NH3 : ZA I =
rasio H2SO4 : ZA I =
(NH4)2SO4
132 mol
ZA I
y
= 0,2576
= 0,7424
Suatu perusahaan pasti memiliki waste, begitu juga dengan pembuatan ZA I oleh PT.
Petrokimia Gresik. Dengan adanya waste, sehingga performansi produksi tidak mungkin
mencapai 100%. Terkait dengan hal tersebut Pabrik ZA I memiliki batas toleransi 5% sehingga
efficiency-nya sekitar 95%. Hal tersebut merubah rasio antara bahan baku dengan produk seperti
berikut:
Efficiency = 95%
x = 0,2576 : 95% = 0,2712
y = 0,7424 : 95% = 0,7815
53
Dengan hasil forecast untuk produksi pupuk ZA I tahun 2014 sebesar 219.180 ton, maka
dapat menghitung kapasitas bahan baku yang dikonsumsi sebagai berikut:
Kapasitas konsumsi NH3 = forecast produksi ZA I tahun 2014 rasio x
= 219.180 0,2712
= 59.441,616 ton 59.450 ton/tahun
Kapasitas konsumsi H2SO4 = forecast produksi ZA I tahun 2014 rasio y
= 219.180 0,7815
= 162.719,232 ton 162.720 ton/tahun
Untuk waktu operasi didapat dari jumlah hari dalam setahun dikurangi jumlah hari down
time, penjelasannya sebagai berikut:
1.
2.
3.
konsumsi bahan baku setiap hari dapat dihitung. Berikut adalah perhitungannya:
Produksi per hari = 219.180 : 344
= 637,151 ton 640 ton
Konsumsi bahan baku NH3 per hari = 59.450 : 344
= 172,8198 ton 175 ton
Konsumsi bahan baku H2SO4 per hari = 162.720 : 344
= 473,0233 ton 475 ton
Tabel 4.15 Konsumsi bahan baku amonia dan asam sulfat bulan Januari-Juni 2014
Bulan
Hari Kalender
Shut Down
Hari Produksi
Konsumsi NH3
Konsumsi H2SO4
Januari
31
1
30
5250
14250
Februari
28
1
27
4725
12825
Maret
31
1
30
5250
14250
April
30
1
29
5075
13775
Mei
31
1
30
5250
14250
Juni
30
1
29
5075
13775
54
Tabel 4.16 Konsumsi bahan baku amonia dan asam sulfat bulan Juli-Desember 2014
Bulan
Hari Kalender
Shut Down
Hari Produksi
Konsumsi NH3
Konsumsi H2SO4
Juli
31
1
30
5250
14250
Agustus
31
10
21
2925
9295
September
30
1
29
5075
13775
Oktober
31
1
30
5250
14250
November
30
1
29
5075
13775
Desember
31
1
30
5250
14250
Contoh perhitungan :
Bulan Januari
Karena perusahaan memproduksi dalam jumlah besar, sehingga dilakukan pembulatan puluhan
pada tiap bulannya selain bulan Agustus. Hal ini dikarenakan pada bulan tersebut dilakukan
schedule breakdown.
Safety Stock
Safety stock merupakan persediaan minimum atau terendah yang harus tersedia dalam
perusahaan. Safety stock ini hanya dapat digunakan dalam keadaan darurat sehingga dapat
mengurangi risiko terjadinya shortage yang berdampak pada unsur ketidakpuasan
pengiriman bahan. Dalam hal ini batasan dari studi kasus perusahaan tidak
mempertimbangkan Asam Sulfat karena ketersediannya selalu ada dan mencukupi
kapasitasnya untuk pabrik 1. Pada PT. Petrokimia Gresik ini persediaan untuk amonia
disimpan pada 3 tangki, yang terdiri atas tangki 06 TK 801, 11 TK 801, dan 26 TK 801.
Dimana tangki-tangki tersebut memiliki batas minimum dan maksimum, yaitu sebagai
berikut:
a. Kapasitas tangki minimum/dead stock
= 3.500 ton
(4 8)
Keterangan:
SS = Safety stock (ton/bulan)
= Selang kepercayaan 95%
Z = 1 - 0,95 = 0,05
1,65
= 5 hari +
ROL = (d LT) + SS
Keterangan:
d = Kebutuhan bahan baku (Amonia) = 1.300 ton (diketahui dari candal produksi 1)
LT = Lead time = 10 hari
SS = Safety stock = 5.430 ton
Jadi ROL = (1.300 10) + 5.430 = 18.430 ton
3.
Keterangan:
A B = Safety stock
5.430 ton
A C = ROL
18.430 ton
57
A D = Maksimum stock
30.000 ton
B D = EOQ
24.570 ton
E F = Lead time
10 hari
: Schedule = 21 hari
Unschedule = 11 hari
Januari
31
1
30
39300
Februari
28
1
27
35370
Maret
31
1
30
39300
April
30
1
29
37990
Mei
31
1
30
39300
Juni
30
1
29
37990
Juli
31
1
30
39300
Agustus
31
21
10
12470
September
30
1
29
37990
Oktober
31
1
30
39300
November
30
1
29
37990
Desember
31
1
30
39300
58
Untuk pengeluaran Amonia dikonsumsi pada pabrik ZA I, ZA III, urea, pabrik II, pabrik III,
dan untuk dijual. Data-data konsumsi tersebut adalah sebagai berikut:
1.
ZA I dan ZA III
Konsumsi Amonia pada tahun 2014 untuk ZA I = 59.450 ton dan untuk ZA III = 66.500 ton
Shut down : Schedule
= 10 hari
Unschedule = 11 hari
Kapasitas konsumsi amonia per hari ZA I = 59.450/344 = 172, 8198 175 ton
Kapasitas konsumsi amonia per hari ZA III = 66.500/344 = 193,3139 195 ton
Tabel 4.19 Konsumsi amonia ZA I dan ZA III bulan Januari - Juni 2014
Bulan
Hari Kalender
Shut Down
Hari Produksi
Konsumsi NH3 (ZA I)
Konsumsi NH3 (ZA III)
Januari
31
1
30
5250
5850
Februari
28
1
27
4725
5265
Maret
31
1
30
5250
5850
April
30
1
29
5075
5655
Mei
31
1
30
5250
5850
Juni
30
1
29
5075
5655
Tabel 4.20 Konsumsi amonia ZA I dan ZA III bulan Juli - Desember 2014
Bulan
Hari Kalender
Shut Down
Hari Produksi
Konsumsi NH3 (ZA I)
Konsumsi NH3 (ZA III)
2.
Juli
31
1
30
5250
5850
Agustus
31
10
21
2925
3515
September
30
1
29
5075
5655
Oktober
31
1
30
5250
5850
November
30
1
29
5075
5655
Desember
31
1
30
5250
5850
Urea
Konsumsi Amonia untuk urea = 250.400 ton
Shut down : Schedule = 22 hari
Unschedule = 22 hari
Kapasitas konsumsi amonia per hari Urea = 250.400/321 = 780,0623 781 ton
Tabel 4.21 Konsumsi amonia untuk urea bulan Januari - Juni 2014
Bulan
Hari Kalender
Shut Down
Hari Produksi
Konsumsi NH3
Januari
31
2
29
22649
Februari
28
2
26
20306
Maret
31
2
29
22649
April
30
2
28
21868
Mei
31
2
29
22649
Juni
30
2
28
21868
59
Tabel 4.22 Konsumsi amonia untuk urea bulan Juli - Desember 2014
Bulan
Hari Kalender
Shut Down
Hari Produksi
Konsumsi NH3
3.
Juli
31
2
29
22649
Agustus
31
22
9
6728
September
30
2
28
21868
Oktober
31
2
29
22649
November
30
2
28
21868
Desember
31
2
29
22649
Pabrik II
Konsumsi Amonia untuk pabrik II = 258.500 ton
Shut down : 12 hari
Kapasitas konsumsi amonia per hari pabrik II = 258.500/353 = 732,2946 735 ton
Tabel 4.23 Konsumsi amonia untuk pabrik II bulan Januari - Juni 2014
Bulan
Hari Kalender
Shut Down
Hari Produksi
Konsumsi NH3
Januari
31
1
30
22050
Februari
28
1
27
18890
Maret
31
1
30
22050
April
30
1
29
21315
Mei
31
1
30
22050
Juni
30
1
29
21315
Tabel 4.24 Konsumsi amonia untuk pabrik II bulan Juli - Desember 2014
Bulan
Hari Kalender
Shut Down
Hari Produksi
Konsumsi NH3
4.
Juli
31
1
30
22050
Agustus
31
1
30
22050
September
30
1
29
21315
Oktober
31
1
30
22050
November
30
1
29
21315
Desember
31
1
30
22050
Pabrik III
Konsumsi Amonia untuk pabrik III = 108.300 ton
Shut down : Schedule = 21 hari
Unschedule = 11 hari
Kapasitas konsumsi amonia per hari pabrik III = 108.300/333 = 325,225 326 ton
Tabel 4.25 Konsumsi amonia untuk pabrik III bulan Januari - Juni 2014
Bulan
Hari Kalender
Shut Down
Hari Produksi
Konsumsi NH3
Januari
31
1
30
9780
Februari
28
1
27
8802
Maret
31
1
30
9780
April
30
1
29
9454
Mei
31
1
30
9780
Juni
30
1
29
9454
60
Tabel 4.26 Konsumsi amonia untuk pabrik III bulan Juli - Desember 2014
Bulan
Hari Kalender
Shut Down
Hari Produksi
Konsumsi NH3
5.
Juli
31
1
30
9780
Agustus
31
21
10
3002
September
30
1
29
9454
Oktober
31
1
30
9780
November
30
1
29
9454
Desember
31
1
30
9780
Dijual
Konsumsi amonia untuk dijual = 45.900 ton
Hari penjualan = 365 hari/tahun
Kapasitas amonia untuk dijual per hari = 45.900/365 = 125,7534 130 ton
Tabel 4.27 Konsumsi amonia untuk dijual bulan Januari - Juni 2014
Bulan
Hari Kalender
NH3 dijual
Januari
31
4030
Februari
28
2090
Maret
31
4030
April
30
3900
Mei
31
4030
Juni
30
3900
Tabel 4.28 Konsumsi amonia untuk dijual bulan Juli - Desember 2014
Bulan
Hari Kalender
NH3 dijual
Juli
31
4030
Agustus
31
4030
September
30
3900
Oktober
31
4030
November
30
3900
Desember
31
4030
Pemasukan stock Amonia per bulan didapat dari produksi pabrik Amonia dan kapasitas
angkut kapal. Sedangkan pengeluarannya didapat dari konsumsi di pabrik I (ZA I, ZA II,
Urea), pabrik II (NPK Phonska), pabrik III (ZA II), dan untuk dijual. Berikut contoh
perhitungan untuk stock Amonia bulan Januari:
Pemasukan:
Produksi Amonia
: 39.300 ton
Pengeluaran:
Konsumsi ZA I
: 5.250 ton
Konsumsi ZA III
: 5.850 ton
Konsumsi Urea
: 22.649 ton
Konsumsi Pabrik II
: 22.050 ton
: 4.030 ton +
69.609 ton
61
Dengan diketahui total konsumsi dan total pemasukan, maka dapat diketahui kapasitas
kebutuhan impor. Berikut perhitungannya untuk bulan Januari:
Kapasitas kebutuhan impor = total konsumsi produksi amonia
= 69.609 39.300 ton
= 30.309 ton
Dari perhitungan, didapatkan hasil dari jumlah amonia yang harus diimpor oleh PT.
Petrokimia Gresik untuk setiap bulannya, yaitu:
Tabel 4.29 Jumlah amonia yang harus diimpor setiap bulan
Bulan
Jumlah
impor
10
11
12
30309
24708
30309
29277
30309
29277
30309
29780
29277
30309
29277
30309
Setelah didapatkan jumlah amonia yang harus diimpor PT Petrokimia Gresik, maka dapat
dilakukan impor amonia dengan kapasitas kapal yang sudah ada. Kapal tersebut ialah kapal
besar dengan kapasitas 10.000 ton, kapal sedang dengan kapasitas 8.000 ton, dan kapal kecil
dengan kapasitas 5.500 ton. Berikut ini adalah rencana jumlah amonia yang diimpor beserta
biaya yang dikeluarkan.
Biaya 1 ton Amonia = USD 720 Rp. 10.000 = Rp. 7.200.000
Tabel 4.30 Rencana amonia impor kapal dan biaya setiap bulan
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Kebutuhan Amonia
Import (ton)
30309
24708
30309
29277
30309
29277
30309
29780
29277
30309
29277
30309
Rincian Kapal
2 kapal besar, 2 kapal kecil
2 kapal besar, 1 kapal keci
3 kapal besar
3 kapal besar
3 kapal besar
2 kapal besar, 1 kapal sedang
3 kapal besar
3 kapal besar
3 kapal besar
3 kapal besar
3 kapal besar
3 kapal besar
Jumlah Amonia
Import (ton)
31000
25500
30000
30000
30000
28000
30000
30000
30000
30000
30000
30000
Biaya
(rupiah)
223.200.000.000
183.600.000.000
216.000.000.000
216.000.000.000
216.000.000.000
201.600.000.000
216.000.000.000
216.000.000.000
216.000.000.000
216.000.000.000
216.000.000.000
216.000.000.000
Dengan diketahui jumlah import amonia, maka didapatkan selisih amonia yang dapat
disimpan di dalam tangki untuk memenuhi kebutuhan amonia di bulan yang akan datang,
62
yang mana merupakan stock akhir dalam tangki. Stock akhir tersebut haruslah melebihi
safety stock sebesar 5.430 ton. Stock akhir amonia setiap bulannya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.31 Stok akhir amonia pada tangki setiap bulan
Bulan
Stok
akhir
10
11
12
10691
11483
11174
11897
11588
10311
10002
10222
10945
10636
11359
11050
Stok akhir pada bulan sebelumnya akan menjadi stok awal untuk bulan selanjutnya.
Stok akhir ini sudah berada diatas safety stock amonia sebesar 5430 ton. Dengan begitu
kekurangan bahan baku bisa diatasi.
Berikut adalah rekap data pemasukan dan pengeluaran amonia setiap bulan:
63
10000
Pemasukan
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Produksi Amonia
39300
35370
39300
37990
39300
37990
39300
12470
37990
39300
37990
39300
31000
25500
30000
30000
30000
28000
30000
30000
30000
30000
30000
30000
Total Pemasukan
80300
60870
69300
67990
69300
65990
69300
42470
67990
69300
67990
69300
Pengeluaran
Konsumsi untuk ZA I
5250
4725
5250
5075
5250
5075
5250
2925
5075
5250
5075
5250
5850
5265
5850
5655
5850
5655
5850
3515
5655
5850
5655
5850
22649
20306
22649
21868
22649
21868
22649
6728
21868
22649
21868
22649
22050
18890
22050
21315
22050
21315
22050
22050
21315
22050
21315
22050
9780
8802
9780
9454
9780
9454
9780
3002
9454
9780
9454
9780
Untuk dijual
4030
2090
4030
3900
4030
3900
4030
4030
3900
4030
3900
4030
Total Pengeluaran
69609
60078
69609
67267
69609
67267
69609
42250
67267
69609
67267
69609
Stok Akhir
10691
11483
11174
11897
11588
10311
10002
10222
10945
10636
11359
11050
Safety Stock
5430
64
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata Praktek ini adalah:
1.
Terdapat dua pembagian kerja pada unit produksi pabrik 1, yaitu bagian produksi yang
bertanggung jawab untuk produksi dari masing-masing produk pabrik 1, dan bagian
perencanaan serta pengendalian (CANDAL) produksi dari pabrik 1.
2.
Hasil produk dari unit produksi pabrik 1 meliputi Amoniak, ZA I/III, dan Urea dengan by
product adalah CO2 cair. Amoniak merupakan bahan baku yang dibutuhkan dalam proses
produksi untuk Urea dan ZA I/III.
3.
4.
Hasil peramalan produksi ZA I pada Tahun 2014 dengan menggunakan metode Weighted
Moving Average dengan n=5 adalah sebesar 219.180 ton.
5.
Untuk memproduksi ZA I pada Tahun 2014 sebesar 219.180 ton, dibutuhkan konsumsi
bahan baku berupa amoniak dan asam sulfat. Kebutuhan amoniak sebesar 59.450 ton/tahun
dan asam sulfat sebesar 162.720 ton/tahun. Bahan baku amoniak tersebut berasal dari
produksi pabrik amoniak dan import dari luar.
6.
Safety stock amoniak pada tangki amoniak untuk menghindari stock out bahan baku adalah
sebesar 5.430 ton. Untuk pemesanan kembali (ROL) dari amoniak dilakukan ketika amoniak
mencapai level 18.430 ton dengan EOQ sebesar 24.570 ton.
7.
Stock akhir amoniak pada bulan Desember 2014 adalah sebesar 11.050 ton.
5.2 Saran
Berikut ini adalah saran yang dapat diberikan setelah pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata
Praktek:
65
1.
Menambah pabrik amoniak baru agar dapat mengurangi biaya bahan baku yang selama ini
digunakan untuk mengimport amoniak dari luar.
2.
66