2015
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesesuaian ilmu pengetahuan dalam bentuk teori maupun praktek sangat
diperlukan. Hingga saat ini masih terdapat kesenjangan antara dunia kerja dengan
dunia pendidikan. Hal ini dikarenakan adanya beberapa perbedaan antara ilmu
yang diperoleh mahasiswa di bangku pendidikan dengan realita di dunia kerja.
Untuk mengantisipasi hal ini, maka mahasiswa diwajibkan melaksanakan kegiatan
kerja praktek. kegiatan kerja praktek ini diharapkan mampu menjembatani
kesenjangan antara dunia kerja dan dunia pendidikan.
Mata Kuliah Kerja Praktek sebagai salah satu syarat wajib kelulusan dan
kegiatan penunjang yang nyata bagi mahasiswa di Program Studi S1 Teknik Sipil
Universitas Jember. Kerja praktek menjadi sarana untuk penerapan materi
pendidikan yang telah diberikan dalam masa perkuliahan. Dengan adanya mata
kuliah ini mahasiswa tidak hanya dituntut untuk menguasai teori, namun
mahasiswa juga harus memiliki kemampuan untuk menerapkan ilmu yang telah
didapatnya.
Kegiatan kerja praktek ini dilaksanakan pada sebuah proyek konstruksi
bangunan, dengan harapan dapat mengenal metode pelaksanaan konstruksi dalam
proyek dan sistem manajemen proyek di lapangan. Untuk memenuhi tugas
praktek ini dipilih Proyek Terminal LPG Pressurized Banyuwangi. Konstruksi
pada bangunan ini tidak seperti bangunan pada umumnya. Terdapat tangki baja
pada struktur atasnya. Tangki baja yang nantinya berisi gas inilah yang akan
menjadi beban yang harus disangga. Tangki baja ini berbentuk bulat seperti bola.
Karenanya pondasi yang digunakan untuk menyangga tangki tersebut diposisikan
melingkar sebanyak 12 buah pondasi di setiap satu tangki baja. Dengan demikian
diharapkan mahasiswa dapat mempelajari pelaksanaan pekerjaan pondasi tersebut.
2015
2)
2015
Mengajukan ijin
permohonan KP
Propos
al
Kerja
Praktek
Diterima
Kerja
Praktek
Pengumpulan data:
observasi, wawancara,
dokumen
Mengolah data: pelaporan
Tidak
diterima
Mengajukan
permohonan dosen
pembimbing
Melengkapi
administrasi KP
Penyusunan
Laporan
Pengecekan akhir laporan
KP
Persiapan seminar KP
Seminar Kerja
Praktek
2015
penjelasan
dari
pihak-pihak
yang
terkait
dalam
2015
Bab V, memuat kesimpulan dari penyusunan laporan kerja praktek dan berisi
saran yang memberikan manfaat bagi penyusun maupun pihak yang terkait pada
pelaksanaan proyek.
BAB 2
TINJAUAN UMUM PROYEK
b.1 Gambaran Umum Proyek
Proyek Terminal LPG Pressurized Banyuwangi merupakan proyek yang
dimiliki dan dikelola anak usaha Bosowa yakni PT Misi Mulia Petronusa.
Terminal LPG ini dibangun di atas lahan seluas 9 hektar disebelah bangunan
Pabrik Semen Bosowa. Proyek Terminal LPG Pressurized Banyuwangi nantinya
juga terdapat beberapa fasilitas yakni berupa jetty berkapasitas 6.500 dwt, 4 tangki
LPG masing-masing 2.500 mt, 6 unit filling shed, control room dan fasilitas
lainnya.
Lingkup pekerjaan Terminal LPG Pressurized Banyuwangi adalah pekerjaan
sipil, pekerjaan mekanikal dan elektrikal, pengujian peralatan dan fasilitas, yang
meliputi:
Proyek Pembangunan Terminal LPG
Banyuwangi
2015
2015
4) Kontraktor EPC
5) Biaya
: Rp 687.500.000.000,00
6) Jenis Kontrak
7) Waktu Pelaksanaan
: 22 Bulan
2015
proyek lebih cepat beroperasi. Pengeluaran biaya yang serendah mungkin dengan
pengembalian investasi yang semaksimal mungkin dapat dicapai dengan cara
memperpendek waktu penyelenggaraan konstruksi, mengurangu risiko yang
mungkin terjadi, melakukan perencanaan yang cukup lama agar mendapatkan
hasil yang matang, dengan begini maka biaya overhead proyek dapat lebih
berkurang. Proyek EPC mempunyai tingkat kesulitan lebih tinggi dan jumlah
kegiatan lebih banyak (dapat mencapai ribuan item kegiatan) dibanding proyek
pada umumnya, karena itu diperlukan standar mutu yang jelas berupa spesifikasi
yang tercantum pada kontrak sebagai acuan waktu dan biaya.
Proyek EPC untuk memudahkan mengatur antara pihak-pihak yang terlibat
dalam proyek membutuhkan struktur organisasi. Dengan adanya struktur
organisasi tersebut, tanggung jawab masing-masing pihak menjadi lebih jelas.
Struktur organisasi yang biasa dipakai pada proyek EPC yaitu turnkey dimana
pemilik menyerahkan tanggung jawab dan pelaksanaannya pada satu kontraktor
utama dimana pada proyek ini yaitu PT PP (Persero) Tbk.
2.5.2 Struktur Organisasi Proyek
Pada proyek EPC terdapat dua
pihak
pembangunan mulai dari tahap ide sampai dengan tahap pelaksanaan secara garis
besar adalah sebagai berikut:
1)
Pemilik Proyek/Owner
Pemilik proyek atau pemberi tugas atau pengguna jasa adalah orang/badan
2015
Kontraktor EPC
Kontraktor EPC adalah suatu perusahaan atau badan usaha konstruksi yang
disewa oleh owner untuk mendesain dan membangun secara lengkap suatu
fasilitas. Dalam hal ini kontraktor proyek EPC adalah PT PP (Persero) Tbk.
Peranan dan tugas kontraktor EPC dalam suatu proyek EPC secara garis
besar adalah sebagai berikut:
a. Engineering (Basic and Detailed Engineering)
Perencanaan merupakan proses mewujudkan gagasan menjadi kenytaan
dengan totalitas sistem dengan memperhatikan efektifitas sistem menyeluruh
sampai pada operasi dan pemeliharaan. Tahapan pada proses ini adalah:
a) Konseptual desain yang dilakukan pada waktu studi kelayakan,
merumuskan garis besar dasr pemikiran teknis mengenai sistem yang
akan diwujudkan, dan mengemukakan berbagai alternatif yang
Proyek Pembangunan Terminal LPG
Banyuwangi
2015
didasarkan atas perkiraan kasar, untuk dikaji lebih lanjut dari berbagai
aspek.
b) Basic engineering atau perencanaan dasar yakni menjabarkan segala
sifat atau fungsi pokok dari produk suatu proyek, termasuk menentukan
metode pelaksanaan yang akan digunakan selama proyek berlangsung.
c) Detail
engineering
berpengalaman,
yang
meliputi:
dilaksanakan
peletakan
oleh
dasar
engineer
kriteria
yang
desain;
10
2015
c. Pengadaan
Tugas utama yang dilakukan pengadaan adalah membeli atau mengadakan
serta mengendalikan mutu untuk seluruh peralatan dan material yang
dibutuhkan selama proyek berlangsung. Di samping tugas tersebut pengadaan
juga menetukan kapan dan bagaimana pengadaan itu dilakukan, memilih dan
merencanakan kontrak dengan penyedia barang dan jasa.
d. Pengendalian Material
Pengendalian material berpa aktivitas sebagai berikut:
a) Membuat laporan penerimaan material.
b) Mengatur area penyimpanan material.
c) Mengatur sistem pergudangan.
d) Mengatur pengeluaran material.
e) Mendata ketersediaan meterial konstruksi.
e. Pabrikasi dan Konstruksi
Proses yang berlangsung di pabrikasi dan konstruksi antara lain:
a) Menyiapkan keseluruhan perencanaan konstruksi.
b) Melaksanakan pabrikasi sesuai dengan perencanaan dan daftar
fabrikasi.
c) Mengelola dan mengawasi pekerjaan subkontraktor.
d) Memahami teknis konstruksi.
Proyek Pembangunan Terminal LPG
Banyuwangi
11
2015
f. Commisioning (Pengetesan)
Aktivitas pengetesan dari hasil pekerjaan dilaksanakan berdasarkan
petunjuk dari owner atau perencana sesuai dengan lingkup pekerjaan yang
tertera pada kontrak. Selain melekukan pengujian pada tahap ini juga dilakukan
perencanaan pemeliharaan hasil pekerjaan.
Dengan demikian untuk mewujudkan kegiatan proyek industri dibutuhkan
peran
multidisiplin
dari
pihak-pihak
yang
terkait
dalam
pelaksanaan
12
2015
13
2015
Site engineer merupakan kepala perencana yang dalam hal ini bertanggung
jawab terhadap pengawasan dan review hasil kerja Quantity surveyor dan
Procurement lead.
8) Quantity Surveyor
Quantity surveyor adalah orang yang menghitung volume tiap item pekerjaan
dalam suatu proyek, meminimalisir waste yang mungkin terjadi pada
penggunaan material, menentukan bentuk serta potongan efektif
untuk
engineer
adalah
orang
yang
merencanakan
pekerjaan
14
2015
gambar yang ada dalam dokumen kontrak yang telah disepakati oleh kedua
belah pihak.
14) Construction Manager
Construction manager adalah orang yang berwenang dan bertanggung jawab
atas lingkup pekerjaan konstruksi, mengkoordinasi tugas-tugas dari pengawas
lapangan, pelaksana lapangan, surveyor, dan perlengapan proyek.
15) General Superintendent
Orang yang ditunjuk sebagai kepala pengawas oleh kontraktor untuk
mengendalikan dan mengatur pekerjaan dari pelaksana dan surveyor, menguji
progress schedule dan finansial budgeting beserta realisasinya, mengadakan
pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan pekerjaan di lapangan,
membuat laporan-laporan kegiatan pekerjaan di lapangan.
16) Surveyor
Bagian survey atau surveyor merupakan bagian yang sangat penting karena
bertugas menentukan dan memastikan letak titik-titik bangunan, letak tiang
pancang, elevasi, sudut lengkung, titik koordinat, dan lain sebagianya,
sehingga bangunan dapat berdiri dengan kokoh dan sesuai dengan shop
drawing. Alat yang digunakan oleh surveyor dalam melaksanakan tugasnya
adalah waterpass dan theodolit.
17) Superintendent
Pengawas Lapangan adalah orang yang memberi petunjuk dan mengarahkan
mandor dan subkontraktor sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan,
meninjau dan menguji semua data perhitungan teknis dan desain, meneliti dan
menguji
kebenaran
serta
kelengkapan
dokumen
kontrak
dan
15
2015
BAB 3
PELAKSANAAN KEGIATAN KERJA PRAKTEK
3.1 Pelaksanaan Kegiatan Kerja Praktek
Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan selama kurang lebih satu bulan dimulai
tanggal 05 Januari sampai dengan 01 Februari 2015 di Proyek Terminal LPG
Pressurized Banyuwangi. Berikut daftar kegiatan kerja praktek tersebut dalam
table 3.1
Tabel 3.1 Kegiatan Kerja Praktek
NO
1
HARI/
TANGGAL
Senin/
05 Januari
2015
BAGIAN
KEGIATAN
HSE
- Perkenalan proyek
- Mengamati pemasangan tulangan
sloof dan pengecoran pilecap
16
Selasa/
06 Januari
2015
HSE,
Equipment
Staff dan Site
Engineer Civil
Rabu/
07 Januari
2015
HSE dan
Superintendent
Kamis/
08 Januari
2015
HSE,
Site Engineer
Civil dan
Quality control
Jumat/
09 Januari
2015
HSE,
Procurement
Staff
Sabtu/
10 Januari
2015
HSE
2015
17
Minggu/
11 Januari
2015
HSE
Senin/
12 Januari
2015
HSE, Site
Engineer Civil
dan Quality
Surveyor Site
Engineer
Selasa/
13 Januari
2015
HSE,
Procurement
Staff, General
Superintendent
Civil
10
Rabu/
14 Januari
2015
HSE,
Superintendent
11
Kamis/
15 Januari
2015
Jumat/
16 Januari
2015
HSE,
Superintendent
12
13
14
15
Sabtu/
17 Januari
2015
Minggu/
18 Januari
2015
Senin/
19 Januari
2015
HSE,
Superintendent
2015
Off
Site Engineer
Civil
18
16
Selasa/
20 Januari
2015
Rabu/
21 Januari
2015
Kamis/
22 Januari
2015
Site Engineer
Civil, Surveyor
19
Jumat/
23 Januari
2015
HSE, Site
Engineer Civil
20
Sabtu/ 24
Januari 2015
Minggu/
25 Januari
2015
Senin/
26 Januari
2015
Selasa/
27 Januari
2015
17
18
21
22
23
24
25
26
27
Rabu/
28 Januari
2015
Kamis/
29 Januari
2015
Jumat/
30 Januari
2015
Sabtu/
Site Engineer
Civil
HSE
Site Engineer
Civil
2015
Off
HSE,
Superintendent
- Cutting rambu-rambu K3
- Mempelajari gambar filling shed
- Menghitung besi D 19 mm untuk
kebutuhan pondasi filling shed
Off
Superintendent
Superintendent,
19
28
31 Januari
2015
Surveyor
Minggu/
01 Februari
2015
Contrution
manager
Engineer
Quantity
surveyor
HSE
2015
shed
- Mengamati timbunan di area shore
protection
- Presentasi hasil selama kerja praktek
di
Proyek
Terminal
LPG
Pressurized Banyuwangi
20
2015
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Konstruksi Pilecap dan Pedestal
Pada masa kerja praktek pembangunan proyek sedang fokus pada area
spherical tank yang merupakan bangunan utama dari Terminal LPG Pressurized
Banyuwangi. Saat itu pembangunan berada dalam tahap struktur bawah dari
bangunan spherical tank tersebut yaitu tahap pembuatan pilecap dan pedestal.
Pilecap dan pedestal merupakan bangunan yang berfungsi sebagai dudukan
kolom penyangga tangki baja LPG.
Bangunan ini menggunakan pondasi tiang pancang sebagai media untuk
menerima dan meneruskan atau menyalurkan beban dari struktur atas sampai ke
tanah. Tiang pancang yang digunakan mempunyai diameter luar 0,6 m dan
diameter dalam adalah 0,4 m. Pancang tersebut dipasang terlebih dahulu sebelum
pembuatan pilecap dan pedestal karena struktur ini menumpu di atasnya.
Proyek Pembangunan Terminal LPG
Banyuwangi
21
2015
Pemasangan tiang pancang merupakan tahap awal dari suatu bangunan dan
penulis tidak mengamati pelaksanaan pekerjaan proyek pada
saat dimulai
22
2015
4.1.3 Pabrikasi
Pabrikasi yang dilakukan pada Proyek Terminal LPG Pressurized
Banyuwangi, khususnya area spherical tank ada dua macam, yaitu pabrikasi besi
dan pabrikasi bekisting.
1) Pabrikasi Besi
Material baja yang digunakan untuk penulangan beton menggunakan mutu
baja U-39 untuk tulangan ulir dan mutu baja U-24 untuk tulangan polos.
Proses pabrikasi besi terdiri dari dua macam, yaitu:
a. Proses Bar Cutting
Proses bar cutting merupakan proses pemotongan besi tulangan sesuai
dengan ukuran yang dibutuhkan. Proses ini dilakukan dengan
menggunakan alat yang disebut bar cutter.
23
2015
24
2015
32 mm yang telah
25
2015
dengan jarak antar besi 0,26 m. Besi polos digunakan untuk membantu
mengaitkan besi-besi U sehingga memudahkan untuk berdiri secara
bersamaan.
b. Dengan cara yang sama besi-besi U 15 batang yang lain diposisikan di atas
besi U yang pertama sehingga saling berpotongan tegak lurus membentuk
kubus terbuka. Talikan dengan kawat bendrat setiap perpotongan besi-besi
tersebut.
c.
26
2015
a. Menentukan penempatan besi tulangan sengkang menggunakan untingunting dan benang (unting-unting dipasang di ujung benang) dengan
mengacu pada garis tanda yang ada pada lantai kerja.
b. Memasang besi tulangan sengkang dengan diameter 25 mm dan dilekatkan
pada besi tulangan pilecap menggunakan kawat bendrat.
c. Memasang empat buah besi tulangan L di setiap sisi pojok besi tulangan
sengkang tersebut. Besi tulangan L berada di posisi bawah dengan sisi
pendek besi tersebut dipasang secara berlawanan, sehingga ujung besi
tulangan L tidak saling bertemu.
d. Setiap sisi pendestal ditambah 17 besi tulangan L sehingga jumlah tiap
sisinya adalah 19 besi tulangan L.
e. Memasang 6 besi tulangan sengkang dimulai dari bagian paling atas
sehingga ukuran besi tulangan pedestal sesuai dengan posisi bagian bawah
dan tidak terjadi kemiringan.
f. Dilakukan pengecekan kesesuaian posisi pedestal menggunakan alat total
station.
5) Sepatu Kolom
Sepatu kolom merupakan besi berbentuk L yang menjadi pembatas dan
acuan pemasangan bekisting. Cara pemasangannya dengan menggunakan las
dikaitkan pada besi tulangan pilecap. Pada setiap sisi pilecap dipasang tiga
buah sepatu kolom yaitu di sisi tepi kanan, tepi kiri, dan di tengah.
4.1.5 Pemasangan Bekisting
1) Alat dan Bahan
a. Solar
b. Kawat
c. Paku
d. Beton decking
e. Palu
f. Tang
g. Besi tulangan diameter 32 mm
Proyek Pembangunan Terminal LPG
Banyuwangi
27
2015
h. Scaffolding
2) Pemasangan Bekisting
Setelah selesai pekerjaan pembesian proses selanjutnya adalah pemasangan
bekisting. Sebelum dipasang bekisting dilumuri solar terlebih dahulu dengan
tujuan untuk memudahkan saat pelepasan bekisting.
Bekisting dipasang pada setiap sisi pilecap yang akan dicor. Pemasangan
bekisting sesuai dengan sepatu kolom yang telah dipasang dan harus benarbenar rapat agar pada saat pengecoran tidak terjadi kebocoran. Selain
kebocoran, bekisting yang tidak rapat dapat menimbulkan rongga pada beton.
Apabila dibutuhkan, bisa dipasangkan beton decking sehingga pemasangan
bekisting sesuai dan tidak terjadi hal-hal yang dapat merugikan.
Untuk menahan bekisting tersebut pada proyek ini menggunakan besi
tulangan dan scaffolding. Besi tulangan dipasang di belakang bekisting yang
diikat kawat. Kawat tersebut dikaitkan dengan tulangan pilecap yang berada di
sisi dalam bekisting melalui lubang pada bekisting. Sedangkan scaffolding
dipasang di belakang bekisting dengan bertumpu pada pasak. Pasak tersebut
dapat berupa kayu atau besi tulangan yang telah dipotong pendek. Dengan
demikian bekisting lebih kuat dan kemungkinan berubah posisi semakin kecil.
4.1.6 Pengecoran
Pengecoran adalah pekerjaan penuangan beton segar ke dalam cetakan suatu
elemen struktur yang telah dipasangi besi tulangan.
4.1.6.1 Pengecoran Pilecap
1) Pengukuran Top Cor Pilecap
Apabila
pemasangan
bekisting
telah
selesai
dilanjutkan
dengan
28
2015
29
2015
Kebutuhan beton untuk satu pilecap dengan ukuran 3,75 x 3,75 x 0,8 m
adalah 11,25 m3. Dalam pekerjaan ini mixer truck yang digunakan
mempunyai volume 6 m3, sehingga untuk memenuhi kebutuhan pilecap
tersebut diperlukan dua mixer truck beton ready mix. Secara matematis beton
yang dipesan lebih banyak daripada beton yang dibutuhkan. Hal ini
disebabkan banyak faktor. Misalnya pada saat penuangan beton tercecer
karena debit beton yang keluar dari mixer truck tidak sesuai dengan kapasitas
talang sebagai media penuangan beton ke dalam bekisting, sehingga
kebutuhan di lapangan lebih banyak.
Beton dituang dari mixer truck di sisi kanan kiri pilecap agar beton
tersebut tidak mengumpul. Karena hal itu menyebabkan beton sulit untuk
diratakan. Beton diratakan menggunakan cangkul.
Selama penuangan dilakukan pemadatan beton menggunakan concrete
vibrator. Vibrator merupakan alat penggetar mekanik yang digunakan untuk
menggetarkan adukan beton yang belum mengeras, dengan tujuan
menghilangkan rongga-rongga udara yang ada sehingga dapat dihasilkan
beton yang padat dan bermutu sesuai dengan perencanaan. Selang penggetar
dimasukkan ke dalam adukan beton yang telah dituang ke dalam bekisting.
Dengan demikian beton cair dapat memadat dan meminimalkan terjadinya
rongga pada beton yang dapat mengurangi kekuatan dan mutu beton.
Apabila penuangan sudah sampai pada ketinggian top cor, permukaan
beton dihaluskan menggunakan semen. Kemudian dipasang besi tulangan
secara vertikal dengan panjang 25 cm sebagai pasak tumpuan untuk
menahan bekisting pada saat pengecoran pedestal, sehingga penyangga
bekisting tidak menumpu pada tanah.
Bekisting yang digunakan untuk mencetak pilecap dilepas setelah satu hari
usia pengecoran. Alat yang digunakan untuk melepas bekisting adalah tang
dan palu pencabut paku.
4.1.6.2 Pengecoran Pedestal
Pedestal dapat dicor setelah proses pemasangan angkur dan pelat baja.
Ketinggian angkur berada 0,265 m di atas pedestal. Sedangkan pelat baja
Proyek Pembangunan Terminal LPG
Banyuwangi
30
2015
menumpu pada angkur. Pada pelat baja terdapat tiga lubang. Dua lubang
digunakan untuk angkur yang terletak di tepi dan satu lubang di tengah untuk
akses pengecoran. Pelat baja dipasang tidak secara permanen, namun hanya
untuk menempatkan angkur sesuai dengan koordinat yang direncanakan
sehingga antara angkur yang satu dengan yang lain saling berkaitan. Metode
pemasangan angkur tidak dibahas lebih lanjut karena pembahasan difokuskan
pada pedestal.
Tahap berikutnya adalah pemasangan bekisting. Proses pemasangannya
sama dengan pemasangan bekisting pada pilecap. Hanya ukuran bekisting
tersebut yang membedakan. Bekisting untuk pedestal berukuran 2 x 1,1 m.
Selanjutnya adalah proses pengecoran. Ukuran pedestal yang akan dicor
adalah 1,8 x 1,8 x 1 m. Dengan demikian volume yang dibutuhkan adalah
3,24 m3 tiap pedestal. Tahapnya tidak jauh beda dengan pengecoran pilecap.
Pelepasan bekistingnya pun juga sama.
4.2 Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3)
4.2.1 Kebijakan K3
Dalam hal kebijakan K3 ini ditetapkan untuk mencegah dan menanggulangi
terjadinya insiden kecelakaan yang merugikan, peningkatan efisiensi dan
produktivitas perusahaan. Ada beberapa kebijakan yang digunakan dalam
penerapan K3, antara lain sebagai berikut:
1) Pimpinan dan seluruh jajaran PT PP (Persero) Tbk sepakat untuk mencegah
terjadinya kecelakaan, kebakaran, ledakan, penyakit akibat kerja lainnya
senantiasa akan:
a. Membina dan melaksanakan SMK3
b. Mengkomunikasikan kepada semua pihak yang berkepentingan.
2) Adanya organisasi K3 untuk memastikan terlaksananya SMK3.
4.2.2 Organisasi K3
Proyek Pembangunan Terminal LPG
Banyuwangi
31
2015
Project Manager
Deddy Susanto
Site HSE
Mahendra R Yanuar
Field HSE
Rio Ardiffa
HSE Man
Supriyanto
1) Project Manager
Dalam hal ini Project Manager mengatur pelaksanaan di lapangan dengan
bantuan staf yang menempati bidang masing-masing termasuk K3.
2) Site HSE
Kepala bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan orang
yang diberikan wewenang untuk merencanakan penerapan K3 dalam
proyek konstruksi serta mengkoordinasikan tugas-tugas kepada Field HSE
dan HSE Man.
3) Field HSE
Bertanggung jawab pada pengawasan pelaksanaan K3 di area kerja,
pengaturan jalur aman untuk alat berat yang digunakan dalam proyek.
4) HSE Man
HSE Man adalah orang yang ditunjuk untuk melaksanakan atau mengatur
K3 dibidang house keeping, mengatur keindahan dan kenyamanan kantor
dan direction keet termasuk didalamnya.
4.2.3 Peraturan dan Tata Tertib K3
Pada PT PP (Persero) Tbk telah dilaksanakan penerapan SMK3 pada Proyek
Terminal LPG Pressurized Banyuwangi. Terdapat beberapa peraturan dan tata
Proyek Pembangunan Terminal LPG
Banyuwangi
32
2015
tertib K3 yang harus dilaksanakan oleh setiap staf, karyawan maupun pekerja
sebagai berikut:
1) Menggunakan helm lengkap dengan tali dagu
2) Menggunakan sepatu safety
3) Menggunakan safety vest (rompi bereflektif)
4) Menggunakan alat pelindung diri lainnya sesuai dengan jenis pekerjaan
seperti: sarung tangan, carplug, kacamata, kedok las (bagi pekerja las) dan
lain-lain.
5) Menggunakan sabuk keselamatan (safety belt) jika bekerja di ketinggian 2
meter atau lebih dan menggunakan full body harness lengkap dengan life
line, bagi yang bekerja diatas gondola dan di lubang lift
6) Tidak merokok pada saat bekerja dan di sembarang tempat
7) Tidak mengkonsumsi minuman keras, obat-obatan terlarang (narkoba),
berjudi dan tidak membuat onar di lingkungan proyek
8) Tidak merusak fasilitas HSE yang ada di area proyek
9) Tidak buang air kecil dan buang air besar di sembarang tempat
10) Menjaga kebersihan lingkungan kerja
11) Menggunakan tanda pengenal (ID card)
12) Mengikuti HSE talk secara rutin
13) Mematuhi dan melaksanakan tata tertib dan peraturan HSE yang ada di
proyek
14) Bersedia menerima sanksi bila melanggar ketentuan yang berlaku di proyek.
4.2.4 Kesehatan Kerja
Dalam
penerapan
kesehatan
kerja
dilakukan
usaha
untuk
dapat
33
2015
2) Setiap seminggu sekali dibagikan susu kedelai atau jajanan yang dilakukan
rutin pada hari Jumat pukul 07.00 pagi dalam acara safety talk.
3) Membangun kolam ikan beserta hiasan kolam untuk menyegarkan
pandangan pada saat istirahat sehingga staf, karyawan dan pekerja tidak
merasa bosan atau tertekan pada pekerjaan proyek tersebut. Dengan
demikian tercipta kenyamanan dalam bekerja. Secara tidak langsung hal itu
dapat meningkatkan produktivitas kerja.
4.2.5 Keselamatan Kerja
Beberapa upaya PT PP (Persero) Tbk dalam mengurangi angka resiko
kecelakaan kerja adalah sebagai berikut:
1) Penerapan Rambu-Rambu Peringatan
Rambu peringatan K3 dipasang sesuai instruksi kerja. Tenaga kerja
mendapatkan penjelasan dan pelatihan instruksi kerja keadaan darurat.Petugas
penanganan keadaan darurat diberikan pelatihan khusus. Alat
dan sistem
keadaan darurat diperiksa, diuji dan dipelihara secara berkala. Misalnya alat
pemadam api ringan.
PT PP (Persero) Tbk membuat peringatan dengan beberapa kriteria, antara
lain:
a. Rambu-rambu peringatan berupa tulisan dan gambar atau simbol yang
memuat peraturan-peraturan, peringatan, larangan, himbauan.
b. Rambu-rambu dipasang pada jarak pandang yang cukup sehingga
mudah dibaca dan dipahami oleh semua kalangan yang terlibat dalam
proyek.
c. Jenis rambu, bahan pembentuk, tipe dan ukuran tulisan, jenis simbol
yang digunakan atau gambar, warna disesuaikan kondisi proyek.
2) Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Untuk mengurangi angka resiko pada kecelakaan kerja upaya yang
dilakukan adalah dengan menyediakan alat pelindung diri yang efektif dan
sesuai standar pekerja di lapangan. Alat pelindung diri yang disediakan oleh
perusahaan antara lain:
Proyek Pembangunan Terminal LPG
Banyuwangi
34
2015
35
2015
36
2015
lebih
mementingkan
pekerjaannya
dengan
mengesampingkan
37
2015
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dalam laporan Kerja Praktek yang dilakukan
di Proyek Terminal LPG Pressurized Banyuwangi dapat diperoleh kesimpulan
bahwa:
1) Pada proyek EPC kegiatan perencanan, pengadaan dan pembangunan
konstruksi dilakukan oleh 1 pihak yang ditunjuk oleh owner disebut
dengan kontraktor EPC. Pembagian tugas secara jelas mempermudah
koordinasi antar bagian yang juga mendukung proyek berjalan tepat waktu
sesuai jadwal.
2) Secara garis besar bagian engineering berputar pada perencanaan seperti
membuat shop drawing oleh drafter, perhitungan detail tiap bangunan
yang akan dibangun oleh site engineer beserta staff, menghitung volume
38
pekerjaan oleh
2015
39
2015
DAFTAR PUSTAKA
Krisnamurti., dkk. 2002. Diktat Keselamatan & Kesehatan Kerja. Jember:
Universitas Jember
Sastrohadiwiryo, Siswanto. 2005. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia. Jakarta:
PT Bumi Aksara
Sumamur. 1995. Keselamatan Kerja & Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: PT
Toko Gunung Agung
40