Oleh :
DEBBY RATNASARI
SURABAYA - JAWA TIMUR
pkl
Debby Ratnasari
Oleh :
DEBBY RATNASARI
SURABAYA - JAWA TIMUR
pkl
Debby Ratnasari
Praktek Kerja Lapang sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Perikanan pada Program Studi Budidaya Perairan Fakultas
Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Oleh :
DEBBY RATNASARI
NIM. 060810342 P
Mengetahui,
Menyetujui,
Dosen Pembimbing,
Universitas Airlangga
pkl
Debby Ratnasari
Tanggal ujian :
5 Juli 2011
Menyetujui,
Panitia penguji,
Ketua
Anggota
pkl
Debby Ratnasari
RINGKASAN
DEBBY RATNASARI. Teknik Pembesaran Ikan Lele Dumbo (Clarias
gariepinus) di Biotech Agro, Kabupaten Jombang, Propinsi Jawa Timur.
Dosen Pembimbing Ir. Yudi Cahyoko, M.Si.
Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu komoditas
perikanan yang cukup populer di masyarakat. Ikan lele dumbo memiliki kelebihan
diantaranya adalah pertumbuhannya cepat, memiliki kemampuan beradaptasi
terhadap beberapa lingkungan, rasanya enak, dan kandungan gizinya cukup tinggi.
Maka tidak heran, apabila minat masyarakat untuk membudidayakan lele dumbo
sangat besar. Tujuan dari Praktek Kerja Lapang ini adalah untuk mempelajari,
memahami, dan melaksanakan secara langsung bagaimana teknik pembesaran
ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Selain itu, juga untuk mengetahui faktor
faktor apa saja yang mempengaruhi dalam teknik pembesaran ikan lele dumbo.
Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan di Pusat Studi dan Laboratorium
Bioteknologi Biotech Agro, Desa Sengon, Kecamatan Jombang, Kabupaten
Jombang, Propinsi Jawa Timur pada tanggal 24 Januari sampai 24 Februari 2011.
Metode kerja yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini adalah metode
deskriptif dengan pengumpulan data meliputi data primer dan data sekunder.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, partisipasi aktif
dan studi pustaka.
Teknik pembesaran lele dumbo meliputi persiapan kolam, seleksi dan
penebaran benih, pengamatan kualitas air, pemberian pakan, pengamatan
pertumbuhan, pengendalian hama dan penyakit. Persiapan kolam yang dilakukan
meliputi pengeringan, pembalikan tanah, pengapuran, pemupukan, dan pengairan.
Pengeringan dilakukan sekitar 3-7 hari. Pembalikan tanah dilakukan dengan alat
cangkul sampai kedalaman 20 cm. Pemupukan menggunakan pupuk kandang dari
kotoran ayam dengan dosis 4 kg/m2 dan mikromineral 36 dengan dosis 10 gr/m2,
pemupukan dilakukan dengan cara menaruh kantung-kantung pupuk di setiap
pojok kolam. Pengisian air dilakukan dengan cara mengalirkan air hingga
pkl
Debby Ratnasari
pkl
Debby Ratnasari
SUMMARY
Debby Ratnasari. Enlargement Techniques of african Catfish (Clarias
gariepinus) in Biotech Agro, Jombang Regency, East Java Province.
Supervisor Ir. Yudi Cahyoko, M.Si.
African catfish (Clarias gariepinus) is one of fisheries commodity that is
quite popular in the people. African catfish has advantages including rapid
growth, has the ability to adapt to various environmental, has a delicious taste, and
high nutritional content. So no wonder, if the public is high interest to cultivate
african catfish. The purpose of Field Work Practice is to learn, to understand, and
to implement directly how to cultivate african catfish (Clarias gariepinus). In
addition, to find out factors that affect the african catfish cultivation techniques.
Field Work Practice was held at the study centre and Biotechnology
Laboratory of biotech agro, Sengon village, Jombang district, Jombang regency,
East Java Province on January, 24th to February, 24th 2011. Working methods
used in this Field Work Practice is descriptive. Data collection included primary
and secondary data. Data collections were taken by observation, interviews, active
participation and literature study.
Techniques of cultivation african catfish included pond preparation, stocking
and seed selection, water quality observation, feeding, growth observation, control
pests and diseases. Pond preparation was conducted on the drying, reversal of
land, liming, fertilizing, and irrigation. Drying is approximately 3-7 days.
Reversal of land carried with a tool of hoes that its depth of 20 cm after the state
began the cracked soil. Fertilization used manure from chicken with a dose of 4
kg/m2 and micromineral 36 with a dose of 10 gr/m2, fertilization done by placing
the bags of fertilizer in each corner of the pond. Watering was done by pouring
water to a height of 30 cm, water height would be added gradually to follow the
growth of fish.
The african catfish seed which cultivated were homogeneous size,
completed organ, active movement and healthy. Before stocking, seeds were
adapted to environmental condition. The african catfish seed that stocked had 3-5
pkl
Debby Ratnasari
cm long in size. Feeds given to the seed were natural feed and artificial feed. The
natural feed given to the seed was tadpole of frog. Feeding frequency was 2 time a
day that is morning and afternoon. The artificial feed given to the seed was
pellets.
Results of water quality observation was as follow: pH = 7.5 - 8, dissolved
Oxygen (DO) = 5-8 mg/l, NH3 = 0 mg/l, temperature = 26-32 0C, TDS = 74-306
mg/l and water media of cultivation contains chlorella sp. Growth observations
was conducted every week. Growth of cultured fish was 2.63 g/day. Value of FCR
was 0.85. During conducting Field Work Practice, worker had not found disease
that attack fish.
pkl
Debby Ratnasari
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Praktek Kerja Lapang (PKL) tentang teknik pembesaran ikan lele dumbo (Clarias
gariepinus). Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil Praktek kerja Lapang
yang telah dilaksanakan di Pusat Studi dan Laboratorium Bioteknologi Biotech
Agro, Desa Sengon, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang, Propinsi Jawa
Timur pada tanggal 24 Januari hingga 24 Februari 2011
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah Praktek Kerja Lapang (PKL) ini
masih sangat jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan saran yang membangun
sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan karya ilmiah ini.
Penulis berharap semoga karya ilmiah ini berguna dan dapat memberikan
informasi bagi semua pihak, khususnya mahasiswa Fakultas Perikanan dan
Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.
Penulis
pkl
Debby Ratnasari
pkl
Debby Ratnasari
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ...............................................................................................
iv
SUMMARY..................................................................................................
vi
KATA PENGANTAR..................................................................................
viii
ix
DAFTAR ISI.................................................................................................
DAFTAR TABEL.........................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................
xv
I.
PENDAHULUAN...................................................................................
1.2 Tujuan................................................................................................
1.3 Manfaat..............................................................................................
8
10
11
12
13
14
15
III. PELAKSANAAN
3.1 Tempat dan Waktu............................................................................
pkl
17
Debby Ratnasari
17
17
17
19
20
20
23
24
25
27
27
28
28
29
4.3 Prasarana............................................................................................
29
4.3.1 Bangunan..................................................................................
4.3.2 Keadaan Jalan dan Transportasi...............................................
4.3.3 Sumber Tenaga Listrik.............................................................
4.3.4 Komunikasi...............................................................................
29
30
30
31
31
31
33
35
39
42
45
46
pkl
Debby Ratnasari
5.2 Saran................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 51
pkl
Debby Ratnasari
DAFTAR TABEL
Tabel
pkl
Halaman
13
36
Debby Ratnasari
DAFTAR GAMBAR
Gambar
pkl
Halaman
33
34
35
36
37
38
43
44
10. Grafik hubungan pertumbuhan berat ikan lele dumbo dengan lama
pemeliharaan............................................................................................
44
Debby Ratnasari
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
pkl
halaman
54
55
57
60
61
6. a. Data pertumbuhan berat ikan lele dumbo per minggu selama PKL..
b. Data pertumbuhan panjang ikan lele dumbo per minggu selama
PKL.....................................................................................................
64
65
66
67
Debby Ratnasari
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permintaan ikan lele di dalam negeri cukup besar, selain itu ikan lele juga
mempunyai potensi pasar yang cukup besar di luar negeri. Potensi pasar di luar
negeri dibuktikan dengan telah diekspornya komoditas ini ke beberapa negara
seperti Malaysia dan Taiwan. Menurut Mahyuddin (2008), Jawa Timur pada
tahun 2007 sasaran produksi 48.450 ton, tahun 2008 sasaran produksi 58.140 ton,
tahun 2009 sasaran produksi 69.760 ton. Jawa Barat pada tahun 2007 sasaran
produksi 17.300 ton, tahun 2008 sasaran produksi 20.860 ton, tahun 2009 sasaran
produksi 25.800 ton. Jawa Tengah pada tahun 2007 sasaran produksi 18.850 ton,
tahun 2008 sasaran produksi 23.650 ton, tahun 2009 sasaran produksi 31.040 ton
dan beberapa propinsi lain. Hal ini menunjukkan peningkatan permintaan dari
tahun ke tahun. Permintaan ekspor ikan lele di Taiwan dalam bentuk surimi,
Singapura dalam bentuk fillet, Jepang dalam bentuk fillet dan surimi, Hongkong
dalam bentuk fillet, whole gill dan gutted (GG). Tetapi permintaan ikan lele ini
belum sepenuhnya bisa dipenuhi oleh pembudidaya ikan lele di Indonesia.
Permintaan ikan lele diperkirakan pada masa yang akan datang di pasaran dunia
meningkat tajam, sehingga masih sangat terbuka peluang pembudidaya ikan lele
dalam rangka mengisi pasar internasional (Bachtiar, 2006).
Salah satu komoditas perikanan yang cukup populer di masyarakat adalah
lele dumbo (Clarias gariepinus). Lele dumbo merupakan hasil persilangan antara
lele asli dari Taiwan dan lele yang berasal dari Afrika. Lele hasil persilangan ini
diintroduksi ke Indonesia sekitar tahun 1986. Karena memiliki berbagai
pkl
Debby Ratnasari
kelebihan, lele dumbo termasuk ikan yang paling mudah diterima masyarakat.
Kelebihan tersebut diantaranya adalah pertumbuhannya cepat, memiliki
kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan yang tinggi, rasanya enak, dan
kandungan gizinya cukup tinggi. Maka tidak heran, apabila minat masyarakat
untuk membudidayakan lele dumbo sangat besar (Khairuman dan Amri, 2002).
Ikan lele mempunyai manfaat yang bermacam-macam. Ikan lele bisa sebagai
bahan makanan sumber protein. Ikan lele dari jenis C. batrachus juga dapat
dimanfaatkan sebagai ikan hias. Ikan lele yang dipelihara di sawah dapat
bermanfaat untuk memberantas hama padi berupa serangga air, karena merupakan
salah satu makanan alami ikan lele (Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 2000).
Atas dasar pemikiran diatas maka pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL)
dilakukan untuk mengetahui secara langsung tentang teknik pembesaran ikan lele
dumbo (Clarias gariepinus). Selain itu, juga untuk memahami permasalahan
pembesaran ikan lele dumbo yang ada dengan memadukan teori yang diperoleh
dari perkuliahan dengan kenyataan yang ada di lapangan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah
1. Untuk mempelajari, memahami, dan melaksanakan secara langsung
bagaimana teknik pembesaran ikan lele dumbo (Clarias gariepinus).
2. Untuk mengetahui faktorfaktor apa saja yang mempengaruhi dalam teknik
pembesaran ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) di Biotech Agro, Jombang,
Jawa Timur
pkl
Debby Ratnasari
1.3 Manfaat
Hasil
Praktek
Kerja
Lapang
ini
diharapkan
dapat
meningkatkan
pkl
Debby Ratnasari
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Morfologi
Menurut Saanin (1984) klasifikasi ikan lele dumbo adalah sebagai berikut:
Kingdom
: Animalia
: Vertebrata
Class
: Pisces
Sub Class
: Teleostei
Ordo
: Ostariophysoidei
Sub Ordo
: Siluroidea
Family
: Claridae
Genus
: Clarias
Spesies
: Clarias gariepinus
Seperti lele pada umumnya, ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) memiliki
kulit yang licin, berlendir, dan tidak memiliki sisik sama sekali. Jika terkena sinar
matahari, warna tubuhnya otomatis menjadi loreng seperti mozaik hitam putih.
Mulut ikan lele dumbo relatif lebar, yaitu sekitar dari panjang total tubuhnya.
Tanda spesifik lainnya dari ikan lele dumbo adalah adanya kumis di sekitar mulut
sebanyak 8 buah yang berfungsi sebagai alat peraba. Kumis berfungsi sebagai alat
peraba saat bargerak atau mencari makan (Khairuman dan Amri, 2002).
Badan ikan lele dumbo berbentuk memanjang dengan kepala pipih dibawah
(depresed). Ikan lele dumbo memiliki tiga buah sirip tunggal yaitu, sirip
punggung, sirip ekor dan sirip dubur. Selain itu, ikan lele dumbo juga memiliki
dua buah sirip yang berpasangan untuk alat bantu berenang, yaitu sirip dada dan
pkl
Debby Ratnasari
sirip perut. Ikan lele dumbo mempunyai senjata yang sangat ampuh dan berbisa
berupa sepasang patil yang terletak di depan sirip dada (Suyanto, 2009).
Menurut Puspowardoyo dan Djarijah (2003), ikan lele dumbo memiliki patil
tidak tajam dan giginya tumpul. Sungut ikan lele dumbo relatif panjang dan
tampak lebih kuat dari pada lele lokal. Kulit dadanya terletak bercak-bercak
kelabu seperti jamur kulit pada manusia (panu). Kepala dan punggungnya
berwarna gelap kehitam-hitaman atau kecoklat-coklatan.
Menurut Najiyati (2007), ikan lele dumbo memiliki alat pernapaasan
tambahan yang disebut arborescent organ terletak di bagian kepala. Alat
pernapasan ini berwarna kemerahan dan berbentuk seperti tajuk pohon rimbun
yang penuh kapiler-kapiler darah. Mulutnya terdapat di bagian ujung moncong
dan dihiasi oleh empat pasang sungut, yaitu 1 pasang sungut hidung, 1 pasang
sungut maksila (berfungsi sebagai tentakel), dan dua pasang sungut mandibula.
Insangnya berukuran kecil dan terletak pada kepala bagian belakang. Morfologi
ikan lele dumbo bisa dilihat pada gambar 1.
pkl
Debby Ratnasari
pkl
Debby Ratnasari
Ikan lele dumbo termasuk jenis ikan pemakan segala atau omnivora tetapi di
alam bebas makanan alami ikan lele dumbo terdiri dari jasad-jasad renik yang
berupa zooplankton dan fitoplankton (Najiyati, 2007). Ikan lele dumbo termasuk
hewan nocturnal, yaitu hewan yang lebih aktif dalam beraktivitas dan mencari
makan pada malam hari. Sifat ini juga membuat ikan dumbo lebih menyenangi
tempat yang terlindung atau gelap (Bachtiar, 2006). Menurut Puspowardoyo dan
Djarijah (2003), ikan lele dumbo memiliki sifat tenang dan tidak mudah berontak
saat disentuh atau dipegang. Ikan lele dumbo suka meloncat bila tidak merasa
aman.
2.3 Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup
Menurut Mudjiman (1998), pertumbuhan didefinisikan sebagai perubahan
ikan dalam berat, ukuran, maupun volume seiring dengan berubahnya waktu.
Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal
merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan ikan itu sendiri seperti umur,
dan sifat genetik ikan yang meliputi keturunan, kemampuan untuk memanfaatkan
makanan, dan ketahanan terhadap penyakit. Faktor eksternal merupakan faktor
yang berkaitan dengan lingkungan tempat hidup ikan yang meliputi sifat fisika
dan kimia air, ruang gerak dan ketersediaan makanan dari segi kualitas dan
kuantitas. Ikan lele dumbo biasanya memiliki kecepatan tumbuh yang lebih besar
dibandingkan ikan lele lokal. Ikan lele dumbo mencapai kedewasaan setelah
ukuran 100 gram atau lebih.
Pertumbuhan dari fase awal hidup ikan mula-mula berjalan dengan lambat
untuk sementara tetapi kemudian pertumbuhan berjalan dengan cepat dan diikuti
pkl
Debby Ratnasari
dengan pertumbuhan yang lambat lagi pada umur tua. Pada ikan tua, pertumbuhan
berjalan lambat karena sebagian besar makanannya digunakan pemeliharaan
tubuh dan pergerakan (Effendie, 2002). Ikan lele dumbo pada umur 26 hari
memiliki panjang standar rata-rata 2-3 cm dengan bobot 0,004 gram dan umur 40
hari memiliki panjang standar rata-rata 3-5 cm dengan bobot 0,68 gram (Sunarma,
2004).
Kelangsungan hidup adalah peluang hidup suatu individu dalam waktu
tertentu, sedangkan mortalitas adalah kematian yang terjadi pada suatu populasi
organisme yang menyebabkan berkurangnya jumlah individu di populasi tersebut
(Effendi, 2002). Tingkat kelangsungan hidup akan menentukan produksi yang
diperoleh dan erat kaitannya dengan ukuran ikan yang dipelihara.
Faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup ikan lele dumbo yang perlu
diperhatikan adalah padat tebar, pemberian pakan, penyakit, dan kualitas air.
Meskipun ikan lele dumbo bisa bertahan pada kolam yang sempit dengan padat
tebar yang tinggi tapi dengan batas tertentu. Begitu juga pakan yang diberikan
kualitasnya harus memenuhi kebutuhan nutrisi ikan dan kuantitasnya disesuaikan
dengan jumlah ikan yang ditebar. Penyakit yang menyerang biasanya berkaitan
dengan kualitas air, sehingga kualitas air yang baik akan mengurangi resiko ikan
terserang penyakit dan ikan dapat bertahan hidup (Yuniarti, 2006).
2.4 Teknik Pembesaran Ikan Lele Dumbo
2.4.1 Persiapan Kolam
Jenis tanah yang baik untuk kolam budidaya ikan lele dumbo yaitu tanah
berlempung pasir. Jenis tanah ini akan membentuk pematang yang kuat dan
pkl
Debby Ratnasari
kolamnya subur. Jenis tanah lempung berpasir dapat diketahui dengan cara
menggenggam. Bila tidak pecah dan tidak melekat di tangan maka tanah tersebut
sangat baik untuk lahan budidaya. Ikan lele dumbo bisa diusahakan dengan skala
besar atau skala kecil. Untuk skala kecil, ikan lele dumbo dapat dipelihara di
kolam seluas 20 m2 dengan kedalaman minimal 1 m. Sementara untuk skala besar,
ikan lele dumbo dapat dipelihara di kolam seluas 500-1000 m2 yang
kedalamannya lebih dalam daripada skala kecil (Prihartono dkk., 2007).
Sebelum digunakan kolam dipupuk dulu. Pemupukan dimaksudkan untuk
menumbuhkan plankton hewani dan nabati yang menjadi makanan alami bagi
benih ikan lele dumbo. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang (kotoran
ayam) dengan dosis 500-700 gram/m2. Dapat pula ditambah urea 15 gram/m2,
TSP 20 gram/m2, dan amonium nitrat 15 gram/m2. Selanjutnya dibiarkan selama 3
hari. Kolam diisi kembali dengan air segar. Mula-mula 30-50 cm dan dibiarkan
selama satu minggu sampai warna air kolam berubah menjadi coklat atau
kehijauan yang menunjukkan mulai banyak jasad-jasad renik yang tumbuh
sebagai makanan alami ikan lele dumbo. Secara bertahap ketinggian air ditambah,
sebelum benih ikan lele dumbo ditebar (DJPB, 2010).
Kolam diberi perlakuan pengapuran dengan dosis 25-200 gram/m2 untuk
memberantas hama dan bibit penyakit. Air dalam kolam/bak dibersihkan 1 bulan
sekali dengan cara mengganti semua air kotor tersebut dengan air bersih yang
telah diendapkan 2 malam. Kolam yang telah terjangkit penyakit harus segera
dikeringkan dan dilakukan pengapuran dengan dosis 200 gram/m2 selama satu
minggu. Tepung kapur (CaO) ditebarkan merata di dasar kolam, kemudian
pkl
Debby Ratnasari
dibiarkan kering lebih lanjut sampai tanah dasar kolam retak-retak (Menegristek
Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,
2000).
2.4.2 Penebaran Benih
Benih yang baru saja diangkut dari jarak jauh tidak boleh langsung
ditebarkan ke kolam, tetapi harus ditampung atau diadaptasikan dahulu ke dalam
bak atau kolam khusus yang airnya bersih. Tujuannya agar benih tersebut sehat
dahulu dan kondisi badan lebih baik. Biasanya benih yang menempung perjalanan
jauh sangat lelah dan stres, ini disebabkan selama beberapa jam benih berada
dalam ruangan sempit dan dengan kondisi oksigen terbatas. Adapun cara
pengadaptasian benih tersebut sebagai berikut, masukkan kantong plastik berisi
benih ke dalam bak atau kolam. Selanjutnya ke dalam kantong plastik
ditambahkan air sedikit demi sedikit agar lambat laun suhunya menjadi sama.
Setelah itu barulah benih di dalam kantong plastik di tebarkan dalam kolam
pembesaran (Prihartono dkk., 2007).
Bila ada benih yang sakit atau luka, masukkan dalam bak tersendiri berisi
kalium permanganat (PK) 0,1 mg/l selama 60-90 menit. Atau masukkan dalam
larutan garam 10 g/l selama 10 menit. Setelah itu benih dipindahkan dalam bak
berisi air bersih sampai luka sembuh. Bila ingin memelihara ikan lele dumbo
dalam ukuran berbeda, kolam harus disekat. Penyekatan bisa menggunakan kasa,
plastik, atau seng (Najiyati, 2007).
Benih ikan lele dumbo untuk pembesaran sebaiknya berukuran 35 cm.
Kepadatan dalam usaha budidaya ikan lele dumbo yang intensif, dalam suatu unit
pkl
Debby Ratnasari
areal kolam diusahakan agar dapat dipelihara ikan sebanyak mungkin. Benih ikan
lele dumbo berukuran 2-3 cm dapat ditebarkan di kolam dengan kepadatan 50-100
ekor/m2 dan ukuran 5-8 cm dengan kepadatan 30-60 ekor/m2 (Suyanto, 2009).
2.4.3 Pemberian Pakan
Pakan merupakan unsur penting dalam budidaya ikan. Oleh karena itu,
pakan yang diberikan harus memenuhi standar nutrisi (gizi) bagi ikan agar
kelangsungan hidupnya tinggi dan pertumbuhan cepat. Pakan yang baik memiliki
komposisi zat gizi yang lengkap seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin,
mineral. Pemberian pakan yang nilai nutrisinya kurang baik dapat menurunkan
kelangsungan hidup ikan dan pertumbuhannya lambat (kerdil), bahkan dapat
menimbulkan penyakit yang disebabkan oleh kekurangan gizi (malnutrition)
(Cahyono, 2001).
Pemberian pakan dimulai sejak hari kedua setelah benih ditebar. Pemberian
pakan sebaiknya dilakukan 2-3 kali sehari, yaitu pagi sekitar pukul 09.00, sore
sekitar pukul 17.00-18.00, dan malam sekitar pukul 20.00-22.00. Pakan ikan lele
dumbo berupa pakan alami yang paling baik dari jenis zooplankton dan pakan
tambahan berupa pellet yang mengandung protein diatas 20% (Prihartono dkk.,
2007).
Pemberian pakan dengan cara ditaburkan merata agar setiap ekor ikan
memiliki peluang yang sama untuk mendapatkannya. Hindarkan pemberian
pakan pada saat terik matahari, karena suhu yang tinggi akan mengurangi nafsu
makan ikan lele dumbo. Kadang pakan langsung turun ke dasar kolam dan
bercampur dengan lumpur tanpa sempat dimakan ikan lele dumbo. Untuk
pkl
Debby Ratnasari
pkl
Debby Ratnasari
memuaskan (Prihartono dkk., 2007). Kandungan amoniak dalam air sumber yang
baik tidak lebih dari 0,1 ppm. Air yang mengandung amoniak tinggi bersifat
toksik karena akan menghambat ekskresi pada ikan (Chen and Kau, 1993).
Kecerahan dapat diukur menggunakan sechidisk (piring sechi) yang
dimasukan kedalam wadah, ukuran kecerahan dengan mengukur jarak antara
permukaan air dengan batas piringan yang tampak jelas dalam satuan cm. Oksigen
terlarut dapat diukur dengan menggunakan DO meter, pengukuran oksigen air
dilakukan dipermukaan air dan dasar wadah, pengukuran dilakukan dengan
frekuensi dua kali yaitu pagi dan sore. Pengukuran suhu air dan dasar wadah,
pengukuran dilakukan dengan frekuensi dua kali yaitu pagi dan sore. Parameter
kualitas air berdasarkan SNI 01-6484.5 (2002) dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Kisaran optimum kualitas air pada pembesaran ikan lele dumbo
Parameter
Suhu
Nilai pH
Oksigen terlarut
Amoniak (NH3)
kecerahan
Satuan
C
Mg/l
Mg/l
Cm
Kisaran optimum
25-30
6,5-8,5
>4
<0,01
-50
pkl
Debby Ratnasari
pkl
Debby Ratnasari
pkl
Debby Ratnasari
Pengangkutan ikan lele dumbo ada dua cara yang dapat dilakukan, yaitu cara
tertutup dan terbuka. Cara tertutup diterapkan untuk pengangkutan ikan lele
dumbo ukuran kecil atau jarak angkutnya jauh. Wadah angkutnya dapat berupa
kantong plastik berisi air sebanyak bagian dan oksigen. Kebutuhan oksigen
untuk setiap kantong plastik tergantung jarak dan waktu pengangkutan.
Pengangkutan jarak jauh dengan waktu yang lama biasanya membutuhkan
oksigen sebanyak 2/3 bagian kantong plastik. Sementara untuk jarak dekat dan
waktu yang tidak lama hanya membutuhkan oksigen sebanyak bagian kantong
plastik. Sementara pengangkutan cara terbuka diterapkan untuk ikan ukuran besar
atau jarak angkutnya dekat. Wadah angkutnya dapat berupa tong plastik yang diisi
air sebanyak bagian. Pada cara terbuka wadahnya tidak diberi oksigen. Setelah
diisi air, ikan lele dumbo dapat dimasukkan ke dalam tong dan ditutup agar tidak
loncat (Prihartono dkk., 2007).
pkl
Debby Ratnasari
pkl
Debby Ratnasari
pkl
Debby Ratnasari
pkl
Debby Ratnasari
pkl
Debby Ratnasari
itupun banyak didapatkan di pasar bebas dan diperoleh dari hasil pekerjaan negara
lain.
Plasma nuftah asli Indonesia banyak yang sudah tidak berada di Indonesia
lagi, tapi berada di negara lain. Plasma nutfah kembali ke negara kita sudah dalam
bentuk baru yaitu species yang di modifikasi dan strain baru. Kondisi ini ternyata
karena penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) memegang peranan
penting dalam upaya peningkatan produktifitas dari sisi pertanian, perikanan, dan
peternakan yang apabila dicermati kita ketinggalan teknologi dengan bangsa lain,
misalnya Jepang dan Amerika.
Hati kami terketuk secara perorangan untuk mencoba memulai dan merintis
serta berupaya membangun suatu pusat studi untuk masyarakat umum. Pusat studi
ini memainkan peran teknologi tinggi dengan menjembatani dan menterjemahkan
materi di perguruan tinggi yang diolah dalam kemasan kurikulum praktis yang
sederhana. Kurikulum ini dapat dengan mudah dicerna, diaplikasikan, dan di
peroleh manfaatnya secara langsung oleh masyarakat secara luas di segmen
pertanian, perikanan, dan peternakan. Keinginan itu muncul secara perlahan dari
tahun ke tahun sejak tahun l9901995 dengan pola absorbsi melalui studi formal,
penelitian, kajian teknologi, dan memperoleh dari berbagai sumber baik di dalam
negeri maupun di luar negeri.
Sejarah berdirinya Biotech agro dimulai dari terbentuknya suatu
kelembagaan perorangan yang diberi nama BIOTECH pada tanggal 7 Agustus
1995. Nama BIOTECH disempurnakan menjadi BIOTECH AGRO yang secara
resmi mendapatkan izin pendirian usaha laboratorium bioteknologi dari Dinas
pkl
Debby Ratnasari
penyelenggaraan
pendidikan
luar
sekolah
(diklat)
nomor
pkl
Debby Ratnasari
pkl
Debby Ratnasari
pkl
Debby Ratnasari
mempunyai tugas sesuai dengan kewenangan dan mandat yang diberikan oleh
Direktur Utama untuk mengelola
pkl
Debby Ratnasari
pkl
Debby Ratnasari
pkl
Debby Ratnasari
dialirkan di kolam. Air masuk ke kolam melalui pompa air yang digerakkan
dengan tenaga diesel.
4.2.2 Kolam
Sarana umum yang ada pada biotech agro meliputi kolam 8 buah kolam
beton dengan ukuran 8 m x 8m dan 4 m x 6 m yang digunakan untuk budidaya
ikan konsumsi antara lain ikan gurami (Osphronemus gouramy), ikan patin
(Pangasius pangasius), ikan lele dumbo (Clarias gariepinus), ikan gabus
(Channa striata) dan pendederan benih ikan platy (Xiphophorus maculatus).
Sarana khusus untuk pembesaran ikan lele dumbo yaitu kolam beton dengan
dasar tanah yang memiliki ukuran 4 x 6 m. Tidak memiliki kolam penampungan
untuk adaptasi atau aklimatisasi. Sehingga untuk adaptasi atau aklimatisasi
menggunakan jaring yang ditaruh di atas kolam-kolam yang ada di lahan
perkolaman.
4.2.3 Laboratorium
Laboratorium memiliki 10 buah aquarium ukuran 100 cm x 50 cm x 50 cm
yang digunakan untuk ikan hias antara lain ikan guppy (Poecillia reticullata), ikan
platy (Xiphophorus maculatus), ikan cupang (Betta splendens), ikan maskoki
(Carrasius auratus), dan 10 buah bak fiber glass ukuran 2m x 120 cm x 40 cm
yang digunakan untuk kepiting bakau (Scylla serrata). Memiliki peralatan
meliputi 1 buah autoclave untuk seterilisasi, 1 buah mikroskop dan 4 set toolset
untuk analisa penyakit, 1 buah magnetic hot plate Stirer,1 buah almari pendingin
untuk menyimpan bahan-bahan yang diperlukan seperti pakan, 4 buah enkas
pkl
Debby Ratnasari
beserta kelengkapannya, 2 buah mixer dan blender, 1 buah shaker, 40 jenis bahan
kimia penunjang, glass ware dan penunjangnya, 1 buah timbangan analitik untuk
menimbang jumlah obat dan pakan, 6 unit rak kultur beserta botol kultur, 30 unit
meja dan kursi kuliah, 1 unit AC. Obat-obatan yang digunakan di Biotech agro
adalah antibiotika ikan, chlorine dan methylene blue.
4.2.4 Sarana Produksi
Sarana yang digunakan untuk pembesaran meliputi jaring 2 buah, seser 2
buah, timbangan analitik 1 buah, cangkul, tes kit kualitas air, termometer, TDS
meter, mikroskop. Jenis pakan yang digunakan pelet FF 999, cacing sutera
(Tubifex tubifex), pakan mark up. Jenis pupuk yang digunakan pupuk kandang dan
mikromineral 36. Jenis kapur yang digunakan kapur tohor.
4.3 Prasarana di Biotech Agro
4.3.1 Bangunan
Biotech Agro Jombang bekerjasama dengan Unit Pelayanan Teknis (UPT)
Pelayanan Sosial Remaja Terlantar (PSRT) Jombang sehingga seluruh gedung
dan bangunannya adalah gedung dan bangunan yang dimiliki UPT PSRT. Gedung
yang ada di UPT PSRT tersebut adalah gedung serbaguna yang berjumlah satu
buah yang digunakan untuk mengadakan acara-acara penting, satu buah guest
house (rumah tamu) yang digunakan sebagai tempat menginap jika ada
mahasiswa yang magang atau PKL (Praktek Kerja Lapang), asrama anak-anak
binaan yang terbagi menjadi dua bagian yaitu asrama khusus putra dan asrama
khusus putri, rumah dinas yang digunakan sebagai tempat tinggal para karyawan,
pkl
Debby Ratnasari
pkl
Debby Ratnasari
lain. Biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran listrik adalah sekitar satu juta
rupiah
4.3.4 Komunikasi
Suatu usaha diperlukan adanya suatu upaya komunikasi dan mempunyai
peralatan untuk berkomunikasi. Alat komunikasi yang digunakan dalam PKL di
Biotech agro Jombang adalah telepon selular (handphone), telepon kantor,
memiliki 1 buah faximile, memiliki 5 buah komputer, dan internet seperti
facebook yang berguna untuk memperlancar proses kegiatan dan juga untuk
memperlancar proses pemasaran dalam usaha pembesaran lele dumbo. Sedangkan
secara umum, untuk memperbesar perusahaan dan memasarkan Biotech Agro.
4.4 Teknik Pembesaran
4.4.1 Persiapan Kolam
Di Biotech agro Jombang persiapan kolam yang dilakukan meliputi
pengeringan, pembalikan tanah, pengapuran, pemupukan, dan pengairan.
Pengeringan dilakukan sekitar 3-7 hari. Tujuan pengeringan adalah menguapkan
gas beracun pada tanah, memperbaiki struktur tanah dasar kolam, mengembalikan
unsur hara mineral yang sudah terpakai dalam budidaya, membunuh hama
penyakit (Mahasri dkk., 2009).
Pembalikan tanah dilakukan dengan alat cangkul yang kedalamannya 20 cm
setelah keadaan tanah mulai retak-retak. Tujuan dari pembalikan tanah ialah
membebaskan gas-gas beracun (H2S dan Amoniak) yang terikat pada pertikel
tanah dan untuk menggemburkan tanah. Pengapuran menggunakan kapur tohor
pkl
Debby Ratnasari
dengan dosis 30 gr/m2, pengapuran dilakukan dengan cara menebar secara merata
pada kolam. Tujuan dari pengapuran adalah mengurangi sifat asam tanah dasar
(Afrianto, 1998).
Pemupukan menggunakan pupuk kandang dari kotoran ayam dengan dosis 4
kg/m2 dan mikromineral 36 dengan dosis 10 gr/m2. Menurut DJPB (2010) pupuk
yang digunakan adalah pupuk kandang (kotoran ayam) dengan dosis 500-700
gram/m2 yang ditambah urea 15 gram/m2, TSP 20 gram/m2, dan amonium nitrat
15 gram/m2. Pemupukan saat PKL kurang baik karena dosis yang diberikan lebih
banyak dari DJPB (2010) yang menyebabkan blooming plankton. Pemupukan
dilakukan dengan cara menaruh kantung-kantung pupuk di setiap pojok kolam.
Tujuan dari pemupukan ialah menumbuhkan zooplankton dan fitoplankton
(plankton hewani dan nabati) yang menjadi makanan alami bagi ikan (DJPB,
2010). Pengairan dilakukan dengan cara mengalirkan air hingga ketinggian 30 cm,
kemudian diamkan selama 1,5 minggu. Pengairan secara bertahap akan ditambah
ketinggiannya mengikuti pertumbuhan ikan, karena semakin besar (tumbuh) ikan
maka membutuhkan ruang gerak yang lebih banyak (luas).
Menurut Mahyuddin (2008) bahwa pengeringan kolam memakan 3-7 hari,
tergantung pada kondisi cuaca dan keadaan tanah. Pengeringan dianggap selesai
jika tanah dasar kolam menjadi retak-retak. Menurut Afrianto (1998) sebelum
dipupuk dapat dilakukan pengapuran dengan kapur tohor 100-500 g/m2, tetapi di
Biotech agro hanya 30 g/m2 karena kondisi tanah sudah cukup basa dan
ketersediaan unsur hara cukup untuk organisme makanan ikan (pakan alami). Hal
ini menunjukkan bahwa persiapan kolam yang dilakukan cukup sesuai untuk
pkl
Debby Ratnasari
pembesaran lele dumbo. Gambar kolam pembesaran ikan dapat dilihat pada
gambar 2.
Gambar 2. Kolam pembesaran ikan; lele dumbo (a) dan ikan konsumsi lain (b)
4.4.2 Seleksi dan Penebaran Benih
Pada pembesaran lele dumbo ini menggunakan benih yang berasal dari
kantor pusat Biotech agro sendiri. Benih yang digunakan memiliki ukuran 3-5 cm.
Seleksi benih dilakukan melalui penyeragaman benih agar dalam 1 kolam terdapat
benih yang berukuran seragam, memiliki kelengkapan organ (tidak cacat),
pergerakan lincah, kondisi baik atau tidak sakit (Khairuman dan Amri, 2002).
Benih ikan lele dumbo yang akan ditebar sebelumnya perlu beradaptasi dengan
lingkungan baru.
Adaptasi lingkungan bertujuan untuk menyesuaikan suhu, pH dan oksigen
terlarut dalam plastik dengan suhu, pH dan oksigen terlarut dalam kolam
pembesaran. Arie (2002) berpendapat bahwa penebaran benih sebaiknya
dilakukan pada pagi atau sore hari saat suhu sedang rendah. Hal ini dikarenakan
pkl
Debby Ratnasari
pada pagi atau sore hari, pH, suhu dan oksigen terlarut tidak terlalu fluktuatif dan
mencegah stress pada benih.
Proses adaptasi lingkungan pada benih ikan lele dumbo yaitu dengan cara
masukkan kantong plastik berisi benih ke dalam kolam. Selanjutnya ke dalam
kantong plastik ditambahkan air sedikit demi sedikit agar lambat laun suhunya
menjadi sama. Setelah itu barulah benih di dalam kantong plastik ditebarkan
dalam jaring apung yang ada di kolam. Benih ditebar dalam 2 buah jaring apung
yang ukurannya 6 x 2 x 0,5 m pada kolam dengan padat tebar 200 ekor/m2 yaitu
2400 ekor. Ikan ditaruh dalam jaring apung selama 1 minggu untuk menunggu
pakan alami (berudu katak) berada di kolam pembesaran. Sekitar ukuran 5-7 cm
dipindah ke kolam pembesaran yang sudah terdapat pakan alami (berudu katak).
Gambar benih ikan lele dumbo bisa dilihat pada gambar 3. Gambar jaring apung
untuk tempat sementara benih ikan lele dumbo dapat dilihat pada gambar 4.
a.
b.
Gambar 3. Benih ikan lele dumbo; ukuran 5,3 cm (a) dan memiliki berat 1
gram (b)
pkl
Debby Ratnasari
Gambar 4. Jaring apung untuk tempat sementara benih ikan lele dumbo
4.4.3 Pemberian Pakan
Pakan merupakan unsur penting dalam budidaya ikan. Oleh karena itu,
pakan yang diberikan harus memenuhi standar nutrisi (gizi) bagi ikan agar
kelangsungan hidupnya tinggi dan pertumbuhan cepat. Pakan yang baik memiliki
komposisi zat gizi yang lengkap seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin,
mineral (Cahyono, 2001).
Pemberian pakan ikan lele dumbo dilakukan 2 kali sehari setiap pagi hari
dan sore hari. Pagi hari pukul 06.30 WIB dan sore hari pukul 16.30 WIB.
Pemberian pakan dengan cara ditebar secara merata. Pakan yang diberikan pada
benih ikan lele dumbo ukuran 3-5 cm adalah cacing sutra dan pelet FF 999 yang
dihaluskan menggunakan blender. Ikan lele dumbo ukuran 5-7 cm diberi pakan
alami (berudu katak) dan pakan mark up. Pakan mark up merupakan pakan buatan
dengan bahan dasar tepung ikan yang ditingkatkan kandungan nutrisinya dengan
cara diberi feed additive, Spirulina bubuk, macro mineral, antitoksin, antimikroba,
dan premix. Gambar pengolahan pakan untuk benih ikan lele dumbo dapat dilihat
pada gambar 5. Dosis pemberian pakan terdapat pada tabel 2.
pkl
Debby Ratnasari
Dosis pemberian
Bibit 2
(40 hari,1 gr)
20-30%
Pertumbuhan 1
(46 hari, 7 gr)
10-20%
Pertumbuhan 2
(60 hari, 49 gr)
5-10%
Komposisi pakan FF 999 terdiri dari protein kasar minimal 38%, lemak
kasar minimal 2%, serat kasar maksimal 3%, abu maksimal 13%, kadar air
maksimal 12%. Pakan katak bullfrog memiliki kandungan protein sebesar
19,76%, lemak 0,63%, air 75,63%, dan abu 2,36%. Pakan cacing sutra terdiri dari
protein 57 %, lemak 13,3%, pigmen astaxantin. Pakan mark up yaitu pakan yang
terdiri dari protein kasar minimal 35%, serat kasar minimal 4%, Spirulina, macro
mineral, antitoksin, antimikroba, dan premix. Cara menghitung dosis pemberian
pkl
Debby Ratnasari
pakan dan data pemberian pakan selama PKL terdapat pada lampiran 3. Gambar
pakan yang digunakan dapat dilihat pada gambar 6.
a.
b.
c.
Gambar 6. pakan yang digunakan; FF-999 (a), mark up (b), cacing sutra (c)
A. Penyediaan Berudu Katak Sebagai Pakan Alami
Untuk mendapatkan pakan alami yaitu berudu katak dengan cara melakukan
pembenihan katak. Cara pembenihan katak yaitu pertama mencari katak sebagai
induk (yang sudah matang gonad), lalu masukkan indukan katak dengan
perbandingan jantan dan betina 1:2. Sebelum katak dimasukkan ke kolam
pembenihan, mempersiapkan kolam pembenihan terlebih dahulu. Dengan cara
memberi semacam gundukan dari tanah atau batu yang dimasukkan ke dalam
karung dan tumbuhan enceng gondok di dalam kolam. Sebelumnya telah diberi air
dengan ketinggian 30 cm. Diamati pemijahan katak dalam waktu 2-3 hari.
Proses pemijahan terjadi saat posisi katak jantan di atas katak betina. Kaki
depan katak jantan memegang katak betina dan kaki belakang menekan perut
betina agar sel telur keluar untuk kemudian segera dibuahi dengan sperma yang
dipancarkan (Pujaningsih, 2004). Proses pembuahan terjadi di luar (fertilisasi
eksternal). Hal ini terjadi dengan cara beberapa spermatozoa menempel pada satu
sel telur, tetapi hanya satu spermatozoa yang dapat melewati mikrofil (lubang
pkl
Debby Ratnasari
masuk spermatozoa pada sel telur). Kepala spermatozoa menerobos mikrofil dan
bersatu dengan inti sel telur, sedangkan spermatozoa yang lainnya tertinggal atau
mati di sekitar mikrofil lainnya (Fujaya, 2004).
Telur yang telah dibuahi menempel pada daun enceng gondok bentuknya
seperti kumpulan buih. Kemudian induk katak dikeluarkan dari kolam dan telur
akan menetas sekitar 28 jam. Setelah telur menetas sekitar 3 hari kemudian benih
ikan lele dumbo ukuran 5-7 dimasukkan ke dalam kolam ini sebagai kolam
pembesaran yang sebelumnya ketinggian airnya ditambah 30 cm. Selama
pembenihan katak diberi pakan yaitu jangkrik. Gambar kondisi kolam
pembenihan katak untuk pakan alami dapat dilihat pada gambar 7.
pkl
Debby Ratnasari
asam lemak tak jenuh. Kabohidrat merupakan sumber tenaga ke 3 bagi ikan
(Mudjiman, 1998).
4.4.4 Pengamatan Kualitas Air
Kualitas air dalam budidaya terdiri dari 3 parameter yaitu parameter fisika,
parameter kimia, parameter mikrobiologi. Parameter fisika meliputi suhu,
kecerahan, TDS (padatan terlarut), bau dan warna air dan lain-lain. Parameter
kimia terdiri dari pH, DO (kandungan oksigen terlarut), kandungan amoniak,
kandungan CO2 dan lain-lain. Parameter mikrobiologi meliputi zooplankton dan
phytoplankton (Pudjobasuki, 2005).
Air kolam selalu dilakukan pengontrolan kualitas, misalnya pengontrolan
pH, suhu, oksigen terlarut (Dissolve oxygen/DO), dan juga dilakukan penggantian
air. Apabila air di kolam sudah mulai keruh, sebaiknya dilakukan pergantian air
dengan yang baru. Semua kolam di Biotech agro pergantian air dilakukan secara
bertahap yaitu sedikit demi sedikit yaitu 25% dari jumlah air. Pergantian air
dilakukan ketika kondisi kualitas air sudah mulai menurun yang ditandai dengan
perubahan warna air yang berubah menjadi lebih keruh.
Alat yang digunakan dalam pengamatan kualitas air di biotech agro meliputi
menggunakan seperangkat alat tes titrasi (tes kit), termometer, TDSmeter
merupakan alat untuk mengukur padatan terlarut dalam air dan mikroskop.
Pengamatan kualitas air dilakukan 3 kali dalam sehari yaitu pagi, siang, dan sore.
Pengamatan pagi hari dilakukan pada pukul 06.15 WIB, siang hari pada pukul
12.15 WIB, dan sore hari pada pukul 16.15 WIB. Data kualitas air per minggu
selama PKL disajikan pada lampiran 4.
pkl
Debby Ratnasari
A. pH
Cara yang dilakukan untuk pengamatan pH yaitu ambil sampel air 5 ml,
lalu ditambah 7 tetes pereaksi (reagent) pH dari botol. Kocok air sampel ini ke
atas-bawah, kemudian nilai warna air sesuai dengan warna standar pH.
Hasil pengamatan kualitas air menunjukkan nilai pH terlalu tinggi sekitar 810 pada minggu pertama diatasi dengan cara diberi pelepah (daun) pisang kering.
Daun pisang memiliki kandungan golongan organik acid yang terdiri dari zat
polyfenolik, flavonoid, tannin, sulfur, kumarin yang dapat menurunkan kadar pH
dalam air. Hasil pengamatan pH memiliki nilai sekitar 7,5-9 pada minggu ke 2
sampai minggu ke 5 yang merupakan kondisi ideal bagi hidup lele dumbo
menurut Najiyati (2007). Nilai pH perairan yang sangat rendah dapat
menyebabkan kematian pada ikan. Demikian pula, nilai pH yng sangat tinggi
menyebabkan pertumbuhan ikan terhambat. Perairan yang asam juga berpengaruh
terhadap nafsu makan ikan, yakni nafsu makan menjadi berkurang (Cahyono,
2001).
B. Oksigen terlarut (DO)
Pengamatan kandungan oksigen terlarut (DO) dilakukan dengan cara ambil
sampel air 15 ml, lalu ditambah 5 tetes pereaksi (reagent) O2 botol 1. Kocok air
sampel ini ke atas-bawah, kemudian ditambah 5 tetes pereaksi (reagent) O2 botol
2 dan didiamkan 30 detik. Setelah itu ditambah 5 tetes pereaksi (reagent) O2 botol
3 dan kocok sampel air ke atas-bawah. Terakhir nilai warna air sesuai dengan
warna standar O2.
pkl
Debby Ratnasari
Hasil pengamatan kualitas air menunjukkan nilai DO 5-11 mg/l. Hasil ini
menunjukkan kualitas air pada pembesaran lele dumbo berada pada kisaran
optimum berdasarkan SNI (2002) yaitu lebih dari 4 mg/l. Ikan memerlukan
oksigen guna pembakaran bahan bakarnya (makanan) untuk menghasilkan
aktivitas, seperti aktivitas berenang, pertumbuhan, reproduksi, atau sebaliknya
(Zonneveld et al., 1991).
C. Amoniak (NH3)
Cara yang dilakukan untuk pengamatan kandungan NH3 yaitu ambil sampel
air 5 ml, lalu ditambah 14 tetes pereaksi (reagent) NH3 botol 1. Goyang air sampel
ini ke kanan-kiri, kemudian ditambah 7 tetes pereaksi (reagent) NH3 botol 2.
Setelah itu ditambah 7 tetes pereaksi (reagent) NH3 botol 3 dan digoyang ke
kanan-kiri. Terakhir didiamkan 20 menit dan nilai warna air sesuai dengan warna
standar NH3.
Hasil pengamatan kualitas air menunjukkan nilai NH3 0 mg/l. Menurut
Pudjobasuki (2005) standart amoniak untuk budidaya lele dumbo yang ideal
adalah < 1 mg/l. Kualitas air kolam pembesaran lele dumbo dianggap optimal
dalam meminimalkan zat beracun amoniak karena kolam diberi enceng gondok.
Enceng gondok berfungsi untuk menyerap racun di sekitar air kolam.
D. TDS
Pengamatan TDS (padatan terlarut) dilakukan dengan cara ambil sampel air
ditaruh pada gelas. Alat TDS meter dinyalakan dengan menekan tombol yang ada.
Tunggu nilai pada layar menunjukkan nilai 0, lalu masukkan alat TDS meter ke
dalam air sampel dan lihat nilai yang muncul pada layar. Hasil pengamatan
pkl
Debby Ratnasari
pkl
Debby Ratnasari
tubuh ikan dirata-rata. Hasil dari rata-rata berat tubuh yang dikalikan dengan
jumlah ikan lele dumbo yang ada di kolam merupakan berat ikan secara
keseluruhan (berat total ikan) di kolam (Najiyanti, 2007). Sampling pertumbuhan
panjang ikan lele dumbo yang menunjukkan panjang 19,5 cm dapat dilihat pada
gambar 8. Data pengamatan pertambahan berat dan panjang ikan lele dumbo per
minggu terdapat pada lampiran 6.
pkl
Debby Ratnasari
pertumbuhan dari fase awal hidup ikan mula-mula berjalan dengan lambat untuk
sementara tetapi kemudian pertumbuhan berjalan dengan cepat dan diikuti dengan
pertumbuhan yang lambat lagi pada umur tua. Grafik hubungan pertumbuhan
panjang dan berat ikan lele dumbo dengan lama pemeliharaan dapat dilihat pada
gambar 9 dan 10.
10
0
minggu 0
minggu 1
minggu 2
minggu 3
minggu 4
Lama pemeliharaan
Gambar 9. Grafik hubungan pertumbuhan panjang ikan lele dumbo dengan lama
pemeliharaan
Pertumbuhan berat (gr)
80
60
40
rata-rata
20
0
minggu 0
minggu 1
minggu 2
minggu 3
minggu 4
Lama pemeliharaan
Gambar 10. Grafik hubungan pertumbuhan berat ikan lele dumbo dengan lama
pemeliharaan
pkl
Debby Ratnasari
pkl
Debby Ratnasari
pkl
Debby Ratnasari
pkl
Debby Ratnasari
pkl
Debby Ratnasari
Permintaan pasar yang cukup tinggi, maka tidak heran banyak orang yang ingin
membudidayakan ikan lele dumbo.
Ikan lele dumbo pada ukuran 100 gr sudah dapat dijual dengan harga Rp.
10.500,- (1 kg berisi 8-12 ekor). Budidaya lele dumbo bisa berkembang menjadi
lebih baik (besar), bila usaha ini menggunakan prinsip ekonomis dan
menguntungkan. Prinsip ekonomis bisa dilakukan dengan cara pemilihan pakan
yang murah tetapi memiliki kandungan nutrisi yang cukup tinggi dan lengkap.
Penggunaan maggot sebagai pakan alami atau sebagai pakan buatan dalam bentuk
tepung bisa untuk pakan alternatif karena maggot mudah dibudidaya dan harga
cukup murah. Beberapa lahan yang belum terpakai bisa digunakan untuk lahan
budidaya ikan lele dumbo. Pengembangan bisa dengan peningkatan kinerja
karyawan dan penambahan wawasan dengan mengikutkan karyawan pada
seminar dan lokakarya.
pkl
Debby Ratnasari
pkl
Debby Ratnasari
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E.1998. Beberapa Metode Budidaya Ikan. Kanisius. Yogyakarta.
Arie, U. 2002. Budidaya Bawal Air Tawar untuk Konsumsi dan Hias. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Arifin, M. Z. 1991. Budidaya Lele. Dohara prize. Semarang.
Azwar, S. 1998. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 146 hal.
Bachtiar, Y. 2006. Panduan Lengkap Budi Daya Lele Dumbo. Agro Media.
Bogor.
Cahyono, B. 2001. Budidaya Ikan di Perairan Umum. Kanisius. Yogyakarta.
Chen, J. C. and Y. Z. Kou. 1993. Accumulation of Ammonia in the Haemolymph
of Penaeus Monodon Exposed to Ambient Ammonia. Aquaculture.
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB). 2010. Budidaya Lele Dumbo.
http://www. perikanan-budidaya.dkp.go.id/ index.php budidaya-leledumbo.html. 4 Januari 2011.
Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Bogor.
Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Rineka
Cipta. Jakarta.
Google maps. 2011. Peta Jawa Timur, Jombang, Sengon. http://
maps.google.co.id/ maps? f=q dan source=s_q dan hl= id dan geocode= dan
q=jawa+timur,+jombang,sengon dan aq= dan sll=-7.537539,112.230817 dan
sspn=0.044076,0.110378 dan g =jawa+timur,+jombang dan ie=UTF8 dan
hq = dan hnear = Sengon,+Jombang,+Jawa+Timur dan ll =7.543571,112.230062 dan spn=0.022038,0.055189 dan z=14. 10 Januari
2011.
Hepher, B. 1978. Ecological Aspects of Warm-Water Fishpond Management. Hal
447-468. Dalam Geeking. S. D. (Ed). Ecology of Freshwater Fish
Production. New York.
Khairuman dan K. Amri. 2002. Budidaya Lele Dumbo Secara Intensif. Agro
Media Pustaka. Jakarta.
. 2008. Budidaya 15 Ikan Konsumsi. Agromedia
Pusaka. Jakarta.
pkl
Debby Ratnasari
pkl
Debby Ratnasari
pkl
Debby Ratnasari
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta lokasi Praktek Kerja Lapang desa Sengon, kecamatan
Jombang, kabupaten Jombang, propinsi Jawa Timur.
pkl
Debby Ratnasari
SUSUNAN PERSONALIA
PUSAT STUDI DAN LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI
BIOTECH AGRO INDONESIA
DIREKTUR
UTAMA/PENANGGUNG JAWAB
DRS. EDDY PUDJOBASUKI,MMT
DEWAN PERTIMBANGAN
1. Dr. RETNO HANDAYANI
2. Ir. ESTI PUDJIUTAMI,M.Si
3. Ir. SENTOT, M.S.i
KONSULTAN TEKNIS
DIREKTUR
TATA USAHA
ITA MUDJIATI
BENDAHARA
IDOM PANDJI K,S.Psi
DIVISI PERTANIAN
1. Ir. AGUNG PRIHATIN
2. Ir. RIA TRIANDINI
DIVISI PERIKANAN
1. Ir. DICKY
2. Ir. SINARTO
3. DRS. WAKIDI
DIVISI PETERNAKAN
1.DR. ERNYPUDJIRAHAYU,
2.Drh. DWI HARTANTO
pkl
Debby Ratnasari
LINGKUP KEGIATAN
BIOTEKNOLOGI
DIVISI PENDIDIKAN
& PELATIHAN
(DIKLAT)
DIVISI
LABORATORIUM
KLINIS PENYAKIT
pkl
DIVISI REKAYASA
GENETIKA (R2D)
DIVISI BULETIN
BIOTECH AGRO
NEWS
Debby Ratnasari
Pertumbuhan 1
Berat total ikan = 14,700 kg (minggu 1)
Berat pakan (10-20%/hari)
Dosis 20%= 20 x 14,700 = 2,94 kg/hari Dosis 10%= 10 x 14,700 = 1,47 kg /hari
100
100
Dosis yang digunakan sekitar 2,2 kg/hari
untuk pakan mark up 0,74-1,47
kg/hari dan berudu katak 2,965,88 kg/hari
Berat total ikan = 45,892 kg (minggu 2)
Berat pakan (10-20%/hari)
Dosis 20%= 20 x 45,892 = 9,18 kg/hari Dosis 10%= 10 x 45,892 = 4,6 kg /hari
100
100
Dosis yang digunakan sekitar 6,89 kg/hari
untuk pakan mark up 2,3-4,59
kg/hari dan berudu katak 9,218,36 kg/hari
Pertumbuhan 2
Berat total ikan = 92,981 kg (minggu 3)
Berat pakan (5-10%/hari)
pkl
Debby Ratnasari
Jumlah pakan
Tanggal
Harian (kg)
Umur
Jaring 1
Pagi
Sore
Pagi
Sore
Kumulatif
(kg)
26 Januari 2011
40 hari 0,6
0,6
0,6
0,6
2,4
27 Januari 2011
41 hari 0,6
0,6
0,6
0,6
4,8
28 Januari 2011
42 hari 0,6
0,6
0,6
0,6
7,2
29 Januari 2011
43 hari 0,6
0,6
0,6
0,6
9,6
30 Januari 2011
44 hari 0,6
0,6
0,6
0,6
12
Tanggal
pkl
Jaring 2
Umur
Kumulatif
Kolam
Pagi
Sore
(kg)
31 Januari 2011
45 hari
2,2
2,2
16,4
1 Februari 2011
46 hari
2,2
2,2
20,8
2 Februari 2011
47 hari
2,2
2,2
25,2
3 Februari 2011
48 hari
2,2
2,2
29,6
4 Februari 2011
49 hari
2,2
2,2
34
5 Februari 2011
50 hari
2,2
2,2
38,4
Debby Ratnasari
pkl
6 Februari 2011
51 hari
2,2
2,2
42,8
7 Februari 2011
52 hari
6,89
6,89
56,58
8 Februari 2011
53 hari
6,89
6,89
70.36
9 Februari 2011
54 hari
6,89
6,89
84,14
10 Februari 2011
55 hari
6,89
6,89
97,92
11 Februari 2011
56 hari
6,89
6,89
111,7
12 Februari 2011
57 hari
6,89
6,89
125,48
13 Februari 2011
58 hari
6,89
6,89
139,26
14 Februari 2011
59 hari
6,95
6,95
153,16
15 Februari 2011
60 hari
6,95
6,95
167,06
16 Februari 2011
61 hari
6,95
6,95
180,96
17 Februari 2011
62 hari
6,95
6,95
194,86
18 Februari 2011
63 hari
6,95
6,95
208,76
19 Februari 2011
64 hari
6,95
6,95
222,66
20 Februari 2011
65 hari
6,95
6,95
236,56
21 Februari 2011
66 hari
10,35
10,35
257,26
22 Februari 2011
67 hari
10,35
10,35
277,96
23 Februari 2011
68 hari
10,35
10,35
298,66
24 Februari 2011
69 hari
10,35
10,35
319,36
Total
319,36
Rata-rata
10,64
Debby Ratnasari
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
Minggu 5
Pagi
7,5
7,5
Siang
10
7,5
Sore
7,5
7,5
7,5
7,5
Pagi
8 mg/l
5 mg/l
5 mg/l
5 mg/l
5 mg/l
Siang
11mg/l
8 mg/l
8 mg/l
8 mg/l
8 mg/l
Sore
5 mg/l
5 mg/l
5 mg/l
5 mg/l
5 mg/l
pkl
pH
O2
NH3
0 mg/l
0 mg/l
0 mg/l
0 mg/l
0 mg/l
TDS
306 ppm
136 ppm
80 ppm
74 ppm
77 ppm
Suhu Pagi
28 0c
27 0c
28 0c
27 0c
27 0c
Siang
32 0c
31 0c
31 0c
32 0c
31 0c
Sore
27 0c
26 0c
27 0c
26 0c
28 0c
Debby Ratnasari
a.
b.
c.
Pengukuran nilai pH air; botol reagent pH (a), standar pH (b), dan hasil
pengamatan pH menunjukkan nilai pH 7,5 (c)
a.
b.
Pengukuran nilai TDS air; alat TDS meter (a) dan hasil pengamatan
TDS (padatan terlarut) menunjukkan nilai77 ppm (b)
pkl
Debby Ratnasari
a.
b.
c.
Pengukuran nilai O2 terlarut; botol reagent O2 (a), standar O2 (b), dan hasil
pengamatan kandungan oksigen terlarut (DO) menunjukkan 5 mg/l (c)
pkl
Debby Ratnasari
a.
b.
c.
Pengukuran nilai NH3 air; botol reagent NH3 (a), standar NH3 (b), dan hasil
pengamatan NH3 yang menunjukkan nilai 0 mg/l (c)
pkl
Debby Ratnasari
Lampiran 6a. Data pertumbuhan berat ikan lele dumbo per minggu selama PKL
No
Minggu
Minggu
Minggu
Minggu
Minggu
ke 0 (gr)
ke 1 (gr)
ke 2 (gr)
ke 3 (gr)
ke 4 (gr)
7,3
27
53
76,1
8,5
32
60
88,7
0,7
22,1
45
70,5
7,3
27,6
55
87,9
0,3
16,5
41
65
1,7
30
59
78
0,5
5,2
18
44,1
68
0,7
6,4
24
47,5
72
0,8
25,2
50,3
73
10
0,3
16
41
67
Rata-rata
0,9
6,57
23,84
49,59
74,62
Berat ikan keseluruhan (berat total ikan) = berat rata-rata x jumlah ikan
pkl
2,4 kg
14,700 kg
45,892 kg
92,981 kg
137,525 kg
Debby Ratnasari
Lampiran 6b. Data pertumbuhan panjang ikan lele dumbo per minggu selama
PKL
Pertumbuhan berat = 74,62-0,9 = 2,63 gr/hari
28
No
Minggu
Minggu
Minggu
Minggu
Minggu
ke 0 (cm)
ke 1 (cm)
ke 2 (cm)
ke 3 (cm)
ke 4 (cm)
5,3
12
18
25,1
5,5
7,2
12,3
18,7
25,4
4,2
10,5
16
21
5,3
11,6
16,5
23
9,1
14,3
19,5
5,4
7,1
12,4
18
25
3,7
5,5
10
14
19
4,2
6,1
11
16
23,5
4,6
6,8
11,2
14,1
21
10
14,2
21,3
Rata-rata
4,42
6,27
10,91
17,44
22,38
pkl
Debby Ratnasari
4800
50
= 467,5 = 0,850
550
Nb:
SR = kelangsungan hidup
GR = laju pertumbuhan
FCR = konversi pakan
pkl
Debby Ratnasari
Lampiran 8. Analisis usaha pembesaran ikan lele dumbo di Biotech agro Jombang
Biaya investasi
Bahan
Kolam
Tes kit kualitas air,
termometer, TDS meter
Satuan
m2
buah
Jumlah
48
1
Harga satuan
20.000
450.000
Total
Rp. 960.000,Rp. 450.000,-
Jaring
Seser
Timbangan
Pompa
Mesin diesel
Blender
Total investasi
buah
2
2
1
2
2
1
62.500
50.000
75.000
600.000
1.000.000
250.000
buah
Buah
buah
Biaya tetap
Penyusutan
Kolam
Tes kit kualitas air,
termometer, TDS meter
Jaring
Seser
Timbangan
Pompa
Mesin diesel
Blender
Total penyusutan
Tenaga kerja
pkl
Hitungan
1/36 x 1,5 bulan x Rp. 960.000,1/6 x 1,5 bulan x Rp. 450.000,-
Total
Rp. 40.000,Rp. 112.500,-
Rp. 18.750,-
1/48 x 1,5 bulan x Rp. 1.200.000,1/48 x 1,5 bulan x Rp. 2.000.000,1/60 x 1,5 bulan x 250.000,-
Satuan
Jumlah satuan
Harga
/ 2 bulan
600.000,-
Total penyusutan
277.500,-
877.500,-
Debby Ratnasari
Lampiran 8.Analisis usaha pembesaran ikan lele dumbo di Biotech agro Jombang
(lanjutan)
Biaya variable
Pupuk kandang
Kapur tohor
Benih ikan lele
Pelet FF 999
Pakan mark up
Cacing sutera
Katak
Jangkrik
Total biaya variabel
karung
Kg
Ekor
karung
Kg
Ekor
kantung
8
1,44
4800
2
15
12
60
4
10.000,15.625,130,120.000,100.000,10.000,300,6.000,-
Rp. 80.000,Rp. 22.500,Rp. 624.000,Rp. 240.000,Rp. 1.500.000,Rp. 120.000,Rp. 18.000,Rp. 24.000,Rp. 2.628.500,-
BIAYA OPERASIONAL
Total biaya tetap + total biaya variabel = 877.500,- + 2.628.500,- =
Rp. 3.506.000,PENDAPATAN
Ikan lele 550 kg @ Rp. 10.500,-
Rp. 5.775.000,-
KEUNTUNGAN
Pendapatan- biaya operasional = 5.775.000,- -3.506 .000,- = Rp. 2.269.000,PERTIMBANGAN USAHA
BEP harga = biaya operasional : total produksi
= 3.506.000,- : 550 kg = Rp. 6374,BEP volume produksi = biaya operasional : biaya satuan
= 3.506.000,- : 10.500,- = 333,90 kg
PP = total investasi x 1,5 bulan = 5.160.000,- x 1,5 bulan
Keuntungan
2.269.000,= 3,41 bulan
B/C RATIO = pendapatan
= 5.775.000,Biaya operasional 3.506.000,= 1,65
pkl
Debby Ratnasari