BOARD OF TRUSTEE
dr. Endang L. Achadi, MPH, Dr PH
(Universitas Indonesia)
PIMPINAN UMUM
TIM REDAKSI
Ayu Prieska Priscila Universitas Indonesia
Azwar Burhan Universitas Hasanuddin
Shabira Utami Institut Pertanian Bogor
Elok Sekarini Stikes Surabaya
Dimas Pradipta P Universitas Respati Yogya
Zumrah Hatma Universitas Hasanuddin
Santi Jaelani Universitas Indonesia
SEKRETARIS
Cahyuning Isnani Institut Pertanian Bogor
BENDAHARA
Wardatul Ashifia Universitas Brawijaya
PIMPINAN REDAKSI
Fadilla Anjani Universitas Indonesia
TIM HUMAS
Mief Qurani S Universitas Brawijaya
Hoiriyah STIKES Surabaya
Alexandra Tatgyana S Universitas Indonesia
Damelya Patricia D Universitas Hasanuddin
Fortunella STIKES Surabaya
Adinda Rizki Pemb. Veteran
Mardhiati Universitas Hasanuddin
Sarinah Institut Pertanian Bogor
TIM LAYOUT
M. Firman Alamsyah Institut Pertanian Bogor
Anneke Wulansari Universitas Brawijaya
Karina Muthiah Santi Universitas Brawijaya
II
DAFTAR ISI
ISSN : 2303-3932
Susunan Pengurus...................................................................................................................................
Daftar Isi......................................................................................................................................................
Petunjuk Penulisan................................................................................................................................
Sambutan Pimpinan Umum...............................................................................................................
ii
iii
iv
ix
PENELITIAN
Uji Daya Terima Terhadap Olahan Produk Lawa Bale (Makanan Tradsional
Sulawesi Selatan)
Astri Ayu Novaria1
..................................................................................................................................................................................................................................
Karakteristik Kimia dan Mikrobiologi Kefir Air Pada Berbagai Suhu dan
Kerapatan Fermentasi
Lina Lidia1 dan Neneng Sugiharti1
..................................................................................................................................................................................................................................
Perbedaan Proporsi Sindrom Metabolik Pada Guru Sekolah Dasar Obes Sentral
dan Non-Obes Sentral Berdasarkan Lingkar Perut
Qonita Rachmah1
..................................................................................................................................................................................................................................
19
Biskuit Moringa Ria Sebagai Suatu Strategi Penanggulangan Gizi Kurang dan Gizi
Buruk pada Balita Miskin Berbasis Masyarakat
Rudianto,1 Ainum Jhariah Hidayah,2 Irma Ariany Syam3
..................................................................................................................................................................................................................................
27
ADVERTORIAL
Sushi Berbahan Beras Jagung Pulut: Pengembangan Diversifikasi Pangan Guna
Memanfaatkan Potensi Lokal Sulawesi Selatan
Ainum Jhariah Hidayah,1 Irma Ariany Syam,2 Sri Rahayu Indah S3
.................................................................................................................................................................................................................................. 33
.................................................................................................................................................................................................................................. 41
III
PETUNJUK PENULISAN
Pedoman Penulisan Artikel
Berkala Ilmiah Mahasiswa Gizi Indonesia (BIMGI)
Indonesian Nutrition Student Journal
Berkala Ilmiah Mahasiswa Gizi Indonesia (BIMGI) adalah publikasi tiap enam bulanan
yang menggunakan sistem seleksi peer-review dan redaktur. Naskah diterima oleh redaksi,
mendapat seleksi validitas oleh peer-reviewer, serta seleksi dan pengeditan oleh redaktur. BIMGI
menerima artikel penelitian asli yang berhubungan dengan kelompok bidang ilmu gizi dasar,
ilmu gizi terapan, gizi masyarakat, gizi klinis, pendidikan gizi, biokimia gizi, ilmu pangan, sanitasi
dan ketahanan pangan, nutrigenomik, serta artikel tinjauan pustaka, laporan kasus, artikel
penyegar ilmu gizi dan kesehatan, advertorial, petunjuk praktis, serta editorial. Tulisan
merupakan tulisan asli (bukan plagiat) dan sesuai dengan kompetensi mahasiswa ilmu gizi.
Kriteria Artikel
1. Penelitian asli: hasil penelitian asli dalam ilmu gizi, ilmu pangan, kesehatan masyarakat,
dan ilmu gizi dasar. Format terdiri dari judul penelitian, nama dan lembaga pengarang,
abstrak, dan teks (pendahuluan, metode, hasil, pembahasan/diskusi, kesimpulan, dan
saran).
2. Tinjauan pustaka: tulisan artikel review/sebuah tinjauan terhadap suatu fenomena
atau ilmu dalam dunia gizi, ditulis dengan memerhatikan aspek aktual dan bermanfaat
bagi pembaca.
3. Laporan kasus: artikel tentang kasus yang menarik dan bermanfaat bagi pembaca.
Artikel ini ditulis sesuai pemeriksaan, analisis, dan penatalaksanaan sesuai kompetensi
ilmu gizi. Format terdiri dari pendahuluan, laporan, pembahasan, dan kesimpulan.
4. Artikel penyegar ilmu gizi: artikel yang bersifat bebas ilmiah, mengangkat topik-topik
yang sangat menarik dalam dunia pangan, gizi, dan atau kesehatan, memberikan human
interest karena sifat keilmiahannya, serta ditulis secara baik. Artikel bersifat tinjauan
serta mengingatkan pada hal-hal dasar atau gizi yang perlu diketahui oleh pembaca.
5. Editorial: artikel yang membahas berbagai hal dalam dunia pangan, gizi dan kesehatan,
mulai dari ilmu dasar gizi, berbagai metode terbaru, organisasi, penelitian, penulisan di
bidang pangan dan gizi, lapangan kerja sampai karir dalam dunia pangan dan gizi.
Artikel ditulis sesuai kompetensi mahasiswa ilmu gizi.
6. Petunjuk praktis: artikel berisi panduan analisis atau tatalaksana yang ditulis secara
tajam, bersifat langsung (to the point) dan penting diketahui oleh pembaca (mahasiswa
ilmu gizi).
7. Advertorial: artikel singkat mengenai ilmu pangan dan gizi, kesehatan dan atau
kombinasi terbaru, beserta penelitian, dan kesimpulannya. Penulisan berdasarkan
metode studi pustaka.
IV
9. Kata kunci (key words) yang menyertai abstrak ditulis dalam bahasa Inggris dan bahasa
Indonesia. Kata kunci diletakkan di bawah judul setelah abstrak. Tidak lebih dari 5 kata, dan
sebaiknya bukan merupakan pengulangan kata-kata dalam judul.
10. Kata asing yang belum diubah ke dalam bahasa Indonesia ditulis dengan huruf miring
(italic).
11. Tabel
12. Gambar
13. Metode statistik
14. Ucapan terima kasih
15. Daftar rujukan disusun menurut sistem Vancouver, diberi nomor sesuai dengan pemunculan
dalam keseluruhan teks, bukan menurut abjad. Contoh cara penulisan dapat dilihat
1. Artikel dalam jurnal
i.
Artikel standar
Vega Kj, Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an increased risk
for pancreatobiliary disease. Ann Intern Med 1996 Jun 1;124(11):980-3.
atau
Vega Kj, Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an increased risk
for pancreatobiliary disease. Ann Intern Med 1996;124:980-3.
Penulis lebih dari enam orang
Parkin Dm, Clayton D, Black RJ, Masuyer E, Freidl HP, Ivanov E, et al. Childhood
leukaemia in Europe after Chernobyl: 5 year follow-up. Br j Cancer 1996;73:1006-12.
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
vii.
viii.
ix.
x.
xi.
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
Penulis perseorangan
Ringsven MK, Bond D. Gerontology and leadership skills for nurses. 2nd ed. Albany
(NY): Delmar Publishers; 1996.
Editor, sebagai penulis
Norman IJ, Redfern SJ, editors. Mental health care for elderly people. New York:
Churchill Livingstone; 1996.
Organisasi dengan penulis
Institute of Medicine (US). Looking at the future of the Medicaid program.
Washington: The Institute; 1992.
Bab dalam buku
Philips SJ, Whisnant JP. Hypertension and stroke. In: Laragh JH, Brenner BM, editors.
Hypertension: patophysiology, diagnosis, and management. 2nd ed. New York: raven
Press; 1995.p.465-78.
Prosiding konferensi
Kimura J, Shibasaki H, editors. Recent advances in clinical neurophysiology.
Proceedings of the 10th International Congress of EMG and Clinical
Neurophysiology; 1995 Oct 15-19; Kyoto, Japan. Amsterdam: Elsevier; 1996.
Makalah dalam konferensi
Bengstsson S, Solheim BG. Enforcement of data protection, privacy and security in
medical information. In: Lun KC, Degoulet P, Piemme TE, Rienhoff O, editors.
MEDINFO 92. Proceedings of the 7th World Congress on Medical Informatics; 1992
Sep 6-10; Geneva, Switzerland. Amsterdam: North-Hollan; 1992.p.1561-5.
VII
vii.
viii.
ix.
x.
Disertasi
Kaplan SJ. Post-hospital home health care: the elderly/access and utilization
[dissertation]. St. Louis (MO): Washington univ.; 1995.
Artikel dalam Koran
Lee G. Hospitalizations tied to ozone pollution: study estimates 50,000 admissions
annually. The Washington Post 1996 Jun 21;Sect A:3 (col. 5).
Materi audiovisual
HIV + AIDS: the facts and the future [videocassette]. St. Louis (MO): Mosby-Year
book; 1995.
3. Materi elektronik
i.
ii.
iii.
VIII
Pimpinan Umum
Rudianto
IX
Penelitian
ABSTRAK
Makanan tradisional di Sulawesi Selatan beraneka ragam salah satunya Lawa Bale yang
dibuat dari ikan mentah dimasak dengan proses rendaman cuka atau blansir. Ikan yang biasa
digunakan adalah ikan teri. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui daya terima terhadap tiga
formula Lawa Bale makanan tradisional dari segi warna, tekstur, aroma dan rasa. Dari beberapa
formula Lawa Bale yang terdapat di rumah makan, setelah dilakukan observasi, didapatkan tiga resep
sebagai sampel yang akan diuji yaitu formula A menggunakan rendaman cuka 20 menit, penambahan
o
kelapa sangrai, dan sedikit garam, formula B diberi perlakuan blansir dengan suhu 70 C, perendaman
jeruk nipis 2 menit, penambahan kelapa sangrai dan pemberian garam sedikit, serta formula C diberi
o
pula perlakuan blansir dengan suhu 70 C, diberi air asam jawa, lalu penambahan jantung pisang,
kelapa sangrai dan pemberian sedikit garam. Pada penilaian uji daya terima, penilaian yang dilakukan
berdasarkan skor dan selanjutnya diolah untuk melihat rata-rata nilai perbedaan antara ke tiga formula
baik dari segi warna, aroma, tekstur, rasa serta nilai perbedaan yang diperoleh dari uji kruskal-wallis.
Hasil yang didapatkan bahwa formula yang paling disukai adalah formula B walaupun dari segi harga
yang lebih murah adalah formula C dibandingkan dengan formula A maupun B. Oleh karena itu,
masyarakat disarankan untuk memilih formula B untuk segi rasa dan dari segi ekonomis untuk
memilih formula C.
Kata kunci: uji daya terima,Lawa Bale, makanan tradisional
ABSTRACT
Traditional foods in south sulawesi variegated one of them made Lawa Bale of raw fish
cooked in vinegar or blansir, the process of marinade. The fish that is commonly used anchovy. The
study is done to know the power of receipt of three formulation Lawa Bale traditional foods , in terms
of color texture , the smell and taste . Of some formula Lawa Bale in a restaurant after the observation
then obtained three recipes as a sample to be tested using the formula A vinegar marinade, adding 20
minutes to toast the coconut, and a little salt, formula B was given preferential treatment blansir with
o
the temperature of 70 C, soaking lemon 2 minutes, adding coconut toast and the granting of the salt a
o
bit, as well as a formula C was also blansir treatment with temperature 70 C tamarind water, are
given, then the addition of banana, toast the coconut and the granting a bit of salt, on the assessment
of the power test is done on the basis of assessment received the score and then processed to see
the average value of the difference between the three formulas both in terms of color, aroma, texture,
flavor and value differences obtained from kruskal-wallis test. The result obtained was that formula
most favored formula B although in terms of a lower price is formula C compared with formula A and
B. So, the public is advised to choose the formula B for in terms of taste and in terms of economical to
choose the formula C.
Keywords : the resources received, Lawa Bale, tradisional foods
1. PENDAHULUAN
Preferensi
persepsi
dari
tradisional
di
Beberapa makanan
Sulawesi
selatan
diolah
atau
air
ikan
teri
terlalu
pengolahan
proses
pemasakan.6
berbahan
salah
baku
satu alternatif
ikan teri
sebagai
produk pangan.
Lawa Bale adalah makanan khas suku
dikonsumsi,
secara
verbal,
ekspresi wajah.
dengan
biasa
tanpa
merupakan
diversifikasi
jeruk
makanan tradisional.
2. METODE
dalam
menu
diseluruh
laut yang
di daerah
laut yang
pesisir
pantai
Indonesia,
ke
bawah.
salah
satunya
dikarenakan
proses
Pengujian
dilakukan
dalam
bilik
kuliner
lanjut
telah
memenuhi
proses
wawancara
untuk
memenuhi
syarat
analitik
laboratorium,
pengecap
Penelitian dilakukan
dengan
analisa
yang
baik,
dan
tidak
bersedia
Data
untuk
bersedia
melakukan
selanjutnya
untuk
penilaian
diperoleh
dari
independen.
Data
yang
telah
dikumpulkan
diberikan.
Proses
terima
panelis
untuk
Panelis yang
yang
penilaian
uji
daya
sebelumnya
dilatih
6
adalah formula A.
Bale
diberi
tambahan
jantung
pisang,
setiap
produk
formula
Lawa
Bale
Karakteristik Uji
Kesukaan
Warna
Tekstur
Aroma
Rasa
3. HASIL
2009
(20%)
perbandingan
jenis
kelamin
Karakteristik Panelis
Jenis Kelamin
Perempuan
Laki-laki
Angkatan
2008
2009
%
85
15
16
4
80
20
jantung
pisang,
dan
diberi penambahan
kelapa
sangrai
serta
percobaan 1
Rata-rata
percobaan 2
Total rata-rata
3,0875
3,4875
3,3
3,05
3,4875
3,25
terlatih,
yang
dikriteriakan
pernah
formula A.
yaitu
menggunakan
pertama:
rendaman
Lawa
larutan
dengan
cuka
dan
mengetahui
tingkat
kesukaan
para
panelis
pengolahan
data
hasil
dari
dan
rasa,
serta
penilaian
dengan
digunakan untuk
Formula
Jumlah (Rp)
3200.150.132.250.3.3.735.3.000.175.500.3.3.678.2.250.132.50.200.7,5.2.639,5.-
Dari
hasil
pengolahan
data
yang
kesukaan.
adalah formula B.
dari
alasan
walau
sudah
perbandingan
setiap
beberapa
kali,
5. SIMPULAN
blansir,
pada
penambahan
setiap
formula
Lawa
Bale.
Tujuan
mempromosikan
makanan
tradisional
pembelian
suatu
produk.
rendaman
kelapa
air
asam
sangrai
jawa,
serta
dan
jantung
Pada
dengan
yang
lain;
dilakukan
mengenai
uji
daya
terima
pada
DAFTAR PUSTAKA
1. Assael H. Consumer Behaviors and
Marketing Action. Boston: 1992.
2. Martiani D. Kebiasaan Jajan dan Preferensi
terhadap
Makanan
Jajanan
pada
Mahasiswa IPB di Wilayah Dramaga, Bogor.
Skripsi Sarjana Jurusan Gizi Masyarakat
dan Sumberdaya Keluarga. Bogor: Fakultas
Pertanian IPB; 2000.
3. Prasatya
ER.
Faktor-faktor
yang
Berhubungan dengan Preferensi dan
Frekuensi Konsumsi Buah pada Golongan
Lanjut Usia di Lembaga Seni Pernafasan
Satria Nuasantara Bogor. [Skripsi]. Jurusan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga.
Bogor :Fakultas Pertanian, IPB; 1998.
4. Palacio JP, Theis M. Introduction to
Foodservice. 11th Ed. Ohio: Pearson
Education; 2009.
5. Sediaoetama, A.D. Ilmu Gizi untuk
Mahasiswa dan Profesi di Indonesia Jilid I.
Jakarta: Penerbit Dian Rakyat; 1991.
Penelitian
ABSTRAK
Biji kefir atau biasa disebut algae kristal merupakan starter dalam pembuatan kefir air yang
terdiri dari berbagai jenis mikroba. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba dalam
algae kristal adalah konsentrasi gula. Pada penelitian ini diamati perubahan karakteristik kimiawi kefir
air yang difermentasikan pada berbagai konsentrasi gula. Biji kefir difermentasikan pada media air
dengan perlakuan konsentrasi gula (2%, 5%, 8%, dan 11%) selama 72 jam. Setiap 12 jam dilakukan
pengamatan meliputi total padatan terlarut, kadar gula, total asam laktat, dan nilai pH. Konsentrasi
larutan gula berpengaruh nyata terhadap total padatan terlarut dan kadar gula, tetapi tidak
berpengaruh nyata terhadap total asam dan nilai pH. Selama 72 jam fermentasi, total padatan terlarut
tidak mengalami perubahan, kadar gula dan nilai pH menurun, sedangkan total asam meningkat. Kefir
air dengan konsentrasi gula 2% layak dikonsumsi hingga fermentasi 79 jam, sedangkan kefir air
dengan konsentrasi gula 5%, 8%, dan 11% layak dikonsumsi berturut-turut hingga fermentasi 73 jam,
81 jam, dan 78 jam.
Kata kunci: kefir air, laktobasillus, fermentasi
ABSTRACT
Kefir grain or cristal algae is starter of water kefir making which contains various
microorganisms. One of factors affecting the growth of microorganisms in kefir grain is sugar
concentration. In this research, the chemical properties changes of water kefir were determined. Kefir
grains were fermented in water containing various sugar concentration (2%, 5%, 8%, and 11%) for 72
hours. Every 12 hours, total soluble solid, total sugar, total lactic acid, and pH value were measured.
Sugar concentration significantly affected on total soluble solid and total sugar, but did not affect
significantly on total of lactic acid and pH value. During 72 hours of fermentation, total soluble solid did
not change, total sugar and pH value decreased, and total lactic acid increased. Water kefir with 2%
sugar can be consumed until 79 hours of fermentation, and water kefir with 5%; 8%; and 11% sugar
can be consumed respectively until fermentation of 73 hours, 81 hours, and 78 hours.
keywords: water kafier, lactobacillus, fermentation
1. PENDAHULUAN
Pangan
maupun
mereka.
baik
berupa
pengkonsumsinya.
makanan
Jenis
pangan
yang
mempunyai
dua
wujud,
fermentasi
kefir
susu
bening
adalah
algae
kristal
yang
bersimbiotik
bersama-sama
dengan
5000
10
dan
Tamime
(1981),
biji
kefir
26-28 C.
Suhu
fermentasi
pada
menggunakan
Lactobacillus
hilgardii
memproduksi
granula
yang
dekstran
strain
mampu
yang
suhu
digunakan
Biji
biji
khamir,
sehingga
memungkinkan
dapat
sehingga
mempengaruhi
Rancangan
dalam
percobaan
penelitian
ini
yang
digunakan
adalah
air.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
yaitu
(4 C dan 25
(4 C dan 25
fermentasi
(tertutup
rapat
dan
ulangan.
tertutup
pada tabel 1.
Tabel 1. Formulasi pembuatan kefir air
Formulasi
Bahan
Biji kefir
A1
A2
B1
B2
ulangan ke-j
5%
5%
5%
5%
2%
2%
2%
2%
Gula
1 buah 1 buah 1 buah
1 buah
Kismis
4oC
25oC
4oC
4oC
Suhu
Rapat
Rapat
Rapat
Longgar
Kerapatan
Sumber: Modifikasi Beccary (2011) dan Lidia
(2012).
nilai
tengah
populasi
(rata-rata
sesungguhnya)
Ai : pengaruh perlakuan taraf ke-i
eij : pengaruh galat
i : taraf perlakuan (1, 2)
j : ulangan (1, 2)
Biji Kefir 5%
Kismis 1 buah
Pencampuran
Fermentasi
5
hari
tertutup Suhu 4oC
Tertutup (B):
B1=rapat, B2=longgar
11
menggunakan
dkk.,
refraktometer
(Sutadi,
berbeda nyata.
(Analisys
mengetahui
of
pengaruh
Varians)
suhu
untuk
fermentasi,
A1
(4oC)
A2
nyata, dan
dilakukan
mengetahui
uji
horizontal,
Regresi
perubahan
Suhu
(25oC)
2,20a
2,20a
2,30a
2,30a
2,30a
2,30a
2,20a
2,20a
2,25a
2,30a
2,30a
2,30a
pengolahan
Linier
(penurunan
menunjukkan
tidak
untuk
atau
3.2. Perubahan
total
padatan
terlarut
selama fermentasi
3. PEMBAHASAN
hasil
analisis
sidik
ragam
(A)
tidak
berpengaruh
nyata
terlarut
dalam
kefir
air
dengan
o
(p > 0.05).
hari.
12
Hal
ini
ditunjukkan
dengan
fungsi
bahwa
nyata
total
perlakuan
padatan
terarut
mengalami
pada
kenaikan
tiap
sebesar
pada = 0.05.
X = Jenis Gula
Y = Suhu
A = sukrosa (Suhu A1 4 C, A2 25 C)
(koefisien korelasi)
B = Glukosa (Suhu A1 4 C, A2 25 C)
C = Fruktosa (Suhu A1 4 C, A2 25 C)
mempunyai
nilai
0.854
yang
25 C
mikroba
dibandingkan
yang
hidup
fermentasi
lebih
suhu
banyak
4 C.
Dari
A1 (suhu 4 C).
asam
laktat
merupakan
X
A
B
C
Y
A1
A2
A1
A2
A1
A2
3
0,855a
0,670a
1,110a
0,860a
0,130a
0,320a
4
1,435a
0,215a
1,700a
1,500a
0,210a
0,760a
antara
waktu
fermentasi
dengan
kadar
lebih
banyak
untuk
13
pertumbuhannya.
Dengan
bertambahnya
kolom
nyata
menunjukkan
berbeda
pada = 0.05.
fermentasi
(A)
berpengaruh
nyata
(1984),
akan
bakteri
asam
laktat
tidak
pertumbuhannya.
hari.
Hal
ini
ditunjukkan
dengan
fungsi
14
korelasi
yang
cukup
kuat
antara
waktu
pH 4-5.
keasaman
asam
organik,
yakni
terdapat
bakteri
atau
kebasaan
suatu
produk.
tinggi.
Tabel 5. Pengaruh fermentasi dengan pH
fermentasi
25 C,
sehingga
dapat
kolom
dihasilkannya
tersebut,
walaupun
dalam
menunjukkan
tidak
Dari
hasil
analisis
sidik
ragam
meningkatkan
yang
sehingga
yang
Menurut
fermentasi
dihasilkan
jumlah
asam
laktat
akan
asam
dan
semakin
laktat
alkohol
tinggi.
25 C
tidak
o
dibanding suhu 4 C.
diketahui
asam-asam organik.
fermentasi
bahwa
tidak
terlihat
signifikan
Berdasarkan Tabel 5,
semakin
tinggi
menyebabkan
nilai
suhu
pH
semakin
meningkat
pula
dan
15
Oleh
karena
itu,
jika
kefir
air
mengkonsumsinya.
fermentasi
4C
dan
25 C
mengalami
kolom
menunjukkan
berbeda
lemah
sampai
kuat
antara
waktu
yang
Dari
hasil
analisis
sidik
ragam
lemah
pada
suhu
yang
dapat
menghambat
pertumbuhan
lebih
cepat,
sehingga
dapat
terus
berkembang
biak
dan
jumlahnya
Menurut
Buckle
(1987),
suhu
dapat
dengan
cara
apabila
suhu
mengalami
kecepatan
metabolisme
akan
(1992),
kecepatan
reaksi
berkurang
menjadi
setengahnya.
kecepatan
pertumbuhan
Dari
hasil
nalisis
sidik
ragam
tiap
pada
hari
dengan
Selama
masing-masing
fermentasi,
nilai
rata-rata
total
suhu
25 C,
namun
hasilnya
tidak
mengalami
peningkatan.
Menurut
Fardiaz
17
fermentasi.
Sedangkan
kefir
79 jam
air
dengan
tiap
hari
dengan
masing-masing
nilai
5. SARAN
Perlu
dilakukan
penelitian
lanjutan
umbian.
DAFTAR REFERENSI
[1]
4. KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil
analisis,
pembuatan kefir
digunakan
konsentrasi
gula
2%.
penurunan
dengan
hubungan
linear
yang
kuat,
total
asam
18
Penelitian
ABSTRAK
Obesitas atau berat badan lebih merupakan salah satu masalah gizi di berbagai negara
berkembang, termasuk Indonesia. Prevalensi obesitas dan obesitas sentral di Indonesia cukup tinggi
yaitu sebesar 19,1% dan 18,8%. Obesitas sentral sangat erat kaitannya dengan sindrom metabolik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan proporsi sindrom metabolik pada populasi guru
SD obes-sentral (lingkar perut laki-laki 90 cm; perempuan 80 cm). Penelitian dilakukan pada guru
SD di Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan. Status obesitas sentral diukur menggunakan lingkar
perut sedangkan sindrom metabolik menggunakan pengambilan sampel darah responden (kolesterol
HDL, trigliserida, gula darah puasa), pengukuran lingkar pinggang, dan tekanan darah. Jumlah
sampel penelitian sebanyak 60 orang yang terdiri dari 30 guru SD obes sentral dan 30 guru SD non
obes-sentral. Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui perbedaan proporsi sindorm metabolic
yaitu uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan 16 (26,7%) guru SD obesitas sentral mengalami
sindrom metabolik dan hanya 1 (1,7%) guru SD non-obesitas sentral yang mengalami sindrom
metabolik berdasarkan kriteria NCEP ATP III modifikasi asia pasifik. Secara statistik juga terdapat
hubungan yang signifikan antara obesitas sentral dengan sindrom metabolik (p=0.000; OR=33,14; CI
95%). Dapat disimpulkan bahwa obesitas sentral lebih berhubungan dengan sindrom metabolik pada
guru.
Kata kunci: lingkar perut, sindrom metabolik, guru SD
ABSTRACT
Obesity is one of the nutrition issue in developing countries, including Indonesia. The
prevalence of obesity and central obesity in Indonesia is quite high at 19,1% and 18,8%. Central
obesity is closely associated with metabolic syndrome. This study aims to determine the differences of
metabolic syndrome proportion among central-obese (abdominal circumference of male 90 cm;
women 80 cm) and non-central obese elementary school teachers. The study was conducted at
school in District Cilandak, South Jakarta. Central-obese status was measured by using abdominal
circumference, while metabolic syndrome was determined by using blood sample (HDL cholesterol,
trygliceride, fasting glucose), waist circumference measurements, and blood pressure.Total sample
are 60, each population represent by 30 respondents. Chi square test is used to determine the
difference of metabolic syndrome proportion in both population. The result shows that 16 (26,7%)
central-obese teachers were having metabolic syndrome and only 1 (1,7%) non-central obese
elementary school teachers were having metabolic syndrome based on NCEP ATP III Asia- Pasific
modification criteria. There was also a statistically significant correlation between central obesity with
metabolic syndrome (p=0.000; OR=33.14; 95% CI). It can be concluded that central obesity is more
associated with metabolic syndrome in teachers.
Keywords: abdominal circumference, metabolic syndrome, elementary school teacher
19
2. PENDAHULUAN
menentukan
risiko
sindrom
metabolik
(5)
sekitar
individu dengan
60%
mortalitas
disebabkan
oleh
penyakit degeneratif.
sentral,
namun
obesitas
Walaupun
adalah
munculnya
sindrom
dengan
dibandingkan
suatu
(1)
dalam
metabolik
keadaan
didefinisikan
dimana
terjadi
jam
hal
kerja
guru
yang
lebih
SMP/SMA
penanaman
sedikit
dan
nilai-nilai
juga
positif
memiliki
perilaku
maupun
kondisi
kadar
trigliserida
Prevalensi
belahan
(NCEP-ATP
sindrom
dunia
III,
metabolik
sudah
menjadi
2001).
diberbagai
masalah
2. METODE
antara
(2)
Penelitian
ini
dilakukan
dengan
(3)
10-15%.
Sedangkan
di
Kecamatan
2006
sindrom
menunjukkan
prevalensi
(4)
28,4%.
Cilandak,
Jakarta
Selatan.
bekerja
20
di
wilayah
penelitian.
Jumlah
dan
30
guru
SD
non-obesitas
sentral,
sekunder
yang
Pengolahan
data
menggunakan
dikumpulkan
serta
square.
sindrom
metabolik
Sebelum
pada
melakukan
guru
SD
pengambilan
dan
biokimia darah.
mendapatkan
izin
dari
Komisi
Etik
studi
gizi,
Fakultas
Kesehatan
yang
3. HASIL
Responden dalam penelitian ini yaitu
guru SD di wilayah Kecamatan Cilandak,
digunakan
yaitu
laki-laki (6,7%).
bagian
tersebut
untuk
menjaga
akurasi
pengambilan
sampel
kecuali
atas
anjuran
dokter
dan
berolahraga
sebelum
Variabel
dan
darah.
kelamin.
Jenis Kelamin
Perempuan
Laki-laki
Usia
20-30 th
Guru SD
Obes
Sentral
(n=30)
n
%
Guru SD
non-Obes
Sentral
(n=30)
n
%
26
4
43,4
6,7
12
18
20,0
30,0
0,0
10,0
21
31-40 th
41-50 th
51-60 th
2
9
19
3,3
31,7
50,0
8
11
5
13,3
18,3
8,3
yaitu
lingkar
pinggang,
kadar
lingkar
kadar
pinggang
tinggi
(35%),
22
sentral.
Guru
SD
obes-sentral
yang
guru
SD
non-obes
sentral
(8,3%).
Berdasarkann kriteria NCEP ATP III
modifikasi Asia Pasifik,
(6)
didapatkan 17 guru
termasuk
dalam
kondisi
sindrom
metabolik.
Sebaran
sindrom
metabolik
lebih
Variabel
GuruSD
Obes
Sentral
Non-Obes
Sentral
P
value
0,000
Usia
memiliki
1,7
29
48,3
dan
peran
jenis
kelamin
memang
dalam
terjadinya
penting
(11)
Seiring dengan
menunukkan
yang
adanya
hubungan
4. PEMBAHASAN
Berdasarkan NCEP-ATP III, kriteria
jika
jaringan
Peningkatan
lemak
jaringan
meningkat.
lemak
(12)
membawa
perempuan,
risiko
sindrom
sentral.
minang
(22,8%),
(8)
Padang,
(7)
populasi
Sumatera
Barat
Jakarta (21,6%),
(9)
Semarang (16,6%).
Selain
menopause
trigliserida
dengan
juga
yang
perempuan
memiliki
tinggi,
bertambahnya
menopause
akan
persentasi
sehingga
usia
terjadi
post-
dan
seiring
efek
peningkatan
itu,
(13,14)
23
juga
melewati
proses
kehamilan
dimana
jaringan
lemak
baik
untuk
menentukan
risiko
sindrom
dan
Lingkar
perut
juga
(5)
merupakan
(8)
tubuh.
(18)
dan
yaitu 90
cm
perempuan.
33,134;
3,984-
antilipolisis
95%
Confidence
sindrom metabolik.
Interval
(15)
untuk
laki-laki
dan
Obesitas
sehigga
80
cm
sentral
untuk
memiliki
berdampak
pada
memberi pengaruh
(16)
Bahkan pada
lingkar
perut
sebaiknya
hati
insulin.
dapat
menyebabkan
resistensi
(19)
5. SIMPULAN
masalah
menyatakan
memerlukan
estimasi
optimal
untuk
kesehatan
upaya
masyarakat
preventif.
yang
Perbedaan
pada perempuan.
(17)
24
6. SARAN
Demi perkembangan penelitian sejenis
[10]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
[9]
[12]
[13]
[14]
[15]
[16]
[17]
[18]
25
26
Penelitian
ABSTRAK
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, prevalensi balita yang mengalami gizi
kurang sebesar 13% (2.947.368 balita) dan malnutrisi 4,9% (906.882 balita). Ditinjau dari sudut
masalah kesehatan dan gizi, balita termasuk dalam kelompok rentan mengalami kelainan gizi, yaitu
kelompok masyarakat yang paling mudah menderita kelainan gizi, sebab mereka sedang mengalami
proses pertumbuhan yang relatif pesat. Akibat dari kekurangan gizi ini, balita akan rentan terhadap
penyakit-penyakit infeksi yang dapat menyebabkan meningkatnya angka kematian balita. Studi
pustaka ini bertujuan memberikan solusi terhadap permasalahan gizi yang terjadi pada balita di
Indonesia melalui pemberian biskuit Moringa Ria sebagai salah satu strategi penanggulangan gizi
kurang dan gizi buruk pada balita miskin di masyarakat. Biskuit Moringa Ria adalah biskuit dengan
tambahan kelor. Biskuit ini mengandung gizi makro seperti karbohidrat, protein, dan lemak yang dapat
mecukupi kebutuhan harian balita pada porsi tertentu. Dalam upaya penanggulangan masalah gizi
balita, biskuit ini dapat diberikan melalui program pemberian makanan tambahan secara gratis.
Dengan adanya biskuit ini diharapkan permasalahan gizi kurang dan gizi buruk di Indonesia dapat
tertanggulangi tanpa harus mengeluarkan anggaran yang besar, sehingga pencapaian Indonesia
sehat dapat segera terwujud.
Kata kunci: gizi balita, daun kelor, biskuit
ABSTRACT
Based on Health Research Association in 2010, the prevalence of toddler suffering poor
nutrition is 13 % (2,947,368 toddlers) and malnutrition 4.9 % (906,882 toddles). Terms of the health
and nutrition problems, toddler included in the nutrition of vulnerable groups are the social group most
easily suffers nutritional disorders, because they are undergoing a process of relatively rapid growth.
As a result of malnutrition, the toddler will be susceptible to infectious diseases that can lead to
increased child mortality. This literature review aims to provide a solution to the nutritional problems
that occur in toddler in Indonesia through the provision of Moringa biscuit as one coping strategies
malnutrition and malnutrition in toddler in poor communities. Moringa Ria biscuits are biscuits with
Moringa extract. These biscuits contain macro nutrients such as carbohydrates, proteins, and fats that
can daily supplicants toddler at a certain serving. In the response to nutritional problems, these
biscuits can be provided through supplementary feeding programs for free. Given these biscuits
expected problems of malnutrition and malnutrition in Indonesia can be overcome without having to
spend a huge budget, so that the achievement of a healthy Indonesia may soon be realized.
Keywords: toddler nutrition, Moringa leaves, biscuit
27
1. PENDAHULUAN
ini
Tantangan
pembangunan
mereka
sedang
mengalami
proses
suatu
Manusia
penyakit-penyakit
(SDM)
yang
berkualitas,
sehat,
infeksi
yang
dapat
balita.
(5)
pelayanan
menjangkau
semua
membutuhkan layanan.
sasaran
yang
(1)
Manusia
jumlah
(SDM),
pendapatan.
(2)
selain
pendidikan
dan
(3)
balita
22.772.060.
(6)
di
Indonesia
adalah
(UNICEF) melaporkan
Indonesia berada di
kebutuhan
gizi
tubuh
maka
dapat
juta balita.
(7)
Menurut
UNICEF
1998
penyebab
kurangnya
atau
tidak
mampunya
suatu
Berdasarkan
Riset
Kesehatan
Dasar
kurang
(2.947.368
balita)
(906.882 balita).
(4)
dan
gizi
buruk
4,9%
dan
dan
gizi
buruk
perkembangannya
pada
secara
balita.
optimal.
pada balita di
dengan
tingginya
tingkat
kemiskinan
di
data
Indonesia
28
dari
Badan
tahun
Pusat
2010,
(9)
Berdasarkan
Statistik
jumlah
(BPS)
penduduk
juta (13,33%).
(6)
Salah
terfortifikasi.
satu
solusi
yang
dapat
Strategi
penanggulangan
berbasis
formula
Tambahan
Pemberian
Makanan
memberikan
solusi
Pertama,
biskuit
kelor
sebagai
makanan
terhadap
sebagai
berbasis masyarakat.
bentuk
pencegahan
(7)
Kedua,
agar
balita
tetap sehat.
Pemilihan
tanaman
kelor
sebagai
lebih
murah
dari
pada
program
penelitian
saat
ini.
Selain
itu,
masyarakat
dapat
tersebut
menjadi
Tanaman
adalah
tanaman
landasan
(8)
kelor
ordo
(Moringa
oleifera)
brassicales
yang
2. PEMBAHASAN
Biskuit Moringa Ria adalah biskuit
dengan tambahan kelor sebagai suatu strategi
penanggulangan gizi kurang dan gizi buruk
pada
balita
miskin
berbasis
masyarakat
(8)
29
air
ataupun
dimakan
langsung.
Karena
suatu
bahwa
setara
yang
penelitian
dengan;
menunjukan
kali
vitamin
merupakan
mencegah
yogurt.
(8)
penyakit
untuk
anemia
mencegah
gizi
karena
alternatif
biskuit
Moringa
Ria
mikro
mengatasi
dapat
badan/hari,
untuk
mencegah
mecukupi
dan
kebutuhan
harian
balita
protein
11,5
g/kg
berat
esensial lainnya.
Biskuit
Ria
merupakan
30
86.9
75
Tepung daun
7.5
Kalori
26
92
205
Protein (g)
2.5
6.7
27.1
Lemak (g)
0.1
1.7
2.3
Karbohidrat (g)
3.7
13.4
38.2
Serat (g)
4.8
0.9
19.2
Mineral (g)
2.3
Ca (mg)
30
440
2,003
Mg (mg)
24
24
368
P (mg)
110
70
204
K (mg)
259
259
1,324
Cu (mg)
3.1
1.1
0.57
Fe (mg)
5.3
28.2
S (mg)
137
137
870
10
101
1.60%
0.11
6.8
16.3
423
423
0.05
0.21
2.64
Vitamin B2 riboflavin-(mg)
0.07
0.05
20.5
0.2
0.8
8.2
120
220
17.3
113
Arginin (g/16g N)
3.6
1.33%
Histidin (g/16g N)
1.1
2.1
0.61%
Lisin (g/16g N)
1.5
4.3
1.32%
Triptofan (g/16g N)
0.8
1.9
0.43%
Phenylanaline (g/16g N)
4.3
6.4
1.39%
Metionin (g/16g N)
1.4
0.35%
Treonin (g/16g N)
3.9
4.9
1.19%
Leusin (g/16g N)
6.5
9.3
1.95%
Isoleusin (g/16g N)
4.4
6.3
0.83%
Valin (g/16g N)
5.4
7.1
1.06%
Tabel 2. Perbandingan Kandungan Nutrisi Kelor dengan Sumber Nutrisi Nabati Lainnya (per
100g bagian dimakan)
Daun
Daun
KacangDaun
Daun
Nutrien
Kacang
Lobak
Daun Kelor
kacangan
Singkong
Waloh
panjang
(Turnip)
Energi(Kcal)
320
45
35
90
25
95
Protein(g)
22
4.7
2.9
7.0
4.0
6.7
VitaminA (i.u)
85
389
708
1278
556
3767
Vitamin C(mg)
25
56
62
50
80
220
Calsium (mg)
22
225
160
410
475
440
31
Komposisi
1.
20 gram
tepung
beras
20 gram
daun kelor
2 gram gula
pasir
Total
2.
3.
Jumlah
Energi (kkal)
72,6
Jumlah
Protein (g)
1,1
19,4
1,3
100 kkal
2,4 gram
SARAN
Perlu dilakukan uji organoleptik dan
dalam tabel 3.
Berdasarkan tabel 3 maka biskuit kelor
dapat mencukupi kebutuhan energi dan protein
bagi balita yang mengalami gizi kurang dan gizi
buruk. Sehingga dengan pemberian biskuit kelor
terfortifikasi sebagai makanan tambahan dapat
mengatasi masalah gizi kurang dan gizi buruk
pada balita miskin. Adapun jumlah pemberian
biskuit kelor pada balita yang mengalami gizi
kurang dan gizi disesuaikan dengan berat badan
balita.
3.
SIMPULAN
Tanaman kelor yang selama ini dikenal
sebagai
tanaman kaya
nutrisi
dapat
balita
berlangsung
[1]
secara
Advertorial
ABSTRAK
Diversifikasi pangan merupakan salah satu pilar dalam mewujudkan ketahanan pangan.
Diversifikasi pangan dapat dilakukan dengan mengedepankan pangan unggulan lokal. Sulawesi
Selatan termasuk salah satu daerah penghasil utama jagung di Indonesia, jagung merupakan bahan
pangan pokok kedua setelah beras, pada tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 10,76% bila
dibandingkan dengan produktivitas jagung pada tahun 2004. Jagung khas Sulawesi Selatan yaitu
jagung pulut merupakan jagung lokal dengan warna biji putih, rasa enak, gurih, dan pulen yang
dapat dikonsumsi dalam berbagai jenis olahan. Studi pustaka ini bertujuan untuk mengetahui potensi
sushi berbahan beras jagung pulut dapat mengembangkan diversifikasi pangan dan mengetahui
peluang sushi ini sebagai tren di kalangan masyarakat. Sebagaimana kandungan nutrisi yang dimiliki
jagung, menunjukkan bahwa sangat mendukung dalam upaya penganekaragaman pangan berbahan
baku. Jagung termasuk jagung pulut yang diolah menjadi beras jagung pulut sebagai bahan
pembuatan sushi yang memungkinkan untuk dikembangkan dalam menunjang diversifikasi pangan.
Sushi berbahan beras jagung pulut ini menunjang dalam diversifikasi pangan karena jagung
merupakan sumber kalori pengganti untuk dikonsumsi. Dengan demikian, sushi berbahan beras
jagung pulut sangat berpotensi dalam upaya diversifikasi pangan dan mempunyai peluang menjadi
tren di masyarakat karena disajikan dalam bentuk unik, bergizi dan harga lebih ekonomis.
Kata kunci: diversifikasi pangan, jagung pulut, sushi
ABSTRACT
Food diversification is one of the cornerstones in realizing food security. Diversification can be
done by promoting local food excellent. South Sulawesi is one of the major maize producing areas in
Indonesia; maize is the second staple food after rice, in 2008, an increase of 10.76 % when compared
with the productivity of maize in 2004. South Sulawesi is typical corn corn sticky rice is a local maize
seed with a white color, good taste, savory, and fluffier that can be consumed in a variety of
preparations. This literature study aims to determine the potential know sushi rice made from sticky
rice corn can develop diversification opportunities sushi and know this as a trend among the people.
As the nutrient content owned corn, showed that strongly supports the efforts of diversification of food
raw materials. Waxy corn including corn is processed into corn rice sticky rice as sushi making
materials that allow it to be developed to support diversification. Waxy corn sushi rice is made to
support the diversification of food because corn is a source of calories substitute for consumption.
Thus, sushi made from sticky rice corn rice potential in diversification efforts and has the opportunity to
be a trend in society as presented in the form of a unique, nutritious and more economical price.
Keywords: diversification, corn sticky rice, sushi
33
1. PENDAHULUAN
kapita
per
tahun.
Namun
demikian,
berbagai
jenis
olahan
makanan
untuk
(3)
dasarnya
tersebut
dibandingkan
(1)
jauh
lebih
tinggi
pilar
dalam
mewujudkan
ketahanan
beras.
pangan
Salah
dapat
satu
pilihan
masyarakat
memperluas
Sushi
merupakan
makanan
khas
diversifikasi
dengan
dilakukan
maupun
masyarakat di Indonesia.
sayuran
tetapi
pada
umumnya
agar
memiliki
Jepang.
sifat
lengket
seperti
beras
yang
tersebut
sebesar
mengalami
peningkatan
(2)
dapat
dikombinasikan
beras
Diversifikasi
satu jenis
dalam
Pangan
Berdasarkan
Guna
latar
Memanfaatkan
belakang
diatas,
merupakan
jagung lokal
khas Sulawesi
34
jagung
pulut
dapat
mengembangkan
usaha
bagi
masyarakat;
(2)
luar
Kebutuhan
beras
setiap
tahun
2. PEMBAHASAN
penduduk.
Permintaan
beras
di
Kementerian
perdagangan
Surplus
di
antara
negara-negara
ASEAN
lainnya,
beras
ini
akan
digunakan
untuk
(4)
diversifikasi
menutupi
semua
Indonesia
akan
pangan
seperti
singkong
dan
kebutuhan
beras.
Di
masyarakat
samping
pemerintah
juga
masyarakat
Indonesia
orang
peningkatan
ton
beras.
sebesar
1,592
juta
Sulawesi Selatan.
pertahun.
Sejak
menginginkan
itu
akan
Apalagi,
tahun
2006,
konsumsi
beras
makan
pola
bisa
beras
konsumsi
didominasi
dikenal
sebagai
lumbung
beras
nasional.
beras
dan
menyebabkan
ton/ha.
dapat
teknologi
ditingkatkan
produksi
melalui
dan
tersebut
penerapan
penanganan
panen
dan
sebagian
terigu.
Produktivitas
tertutupnya
tepung
besar
juga bertambah
35
sushi,
yang
memungkinkan
untuk
pangan.
Jagung
kaya
akan
komponen
adopsi
makanan
dari
negara
yang
dalam
terigu),
-karoten (pro
upaya
pengembangan
diversifikasi
vitamin A),
pesat,
karena
seiring
dengan
semakin
tingginya.
jagung
merupakan
sumber
kalori
dikonsumsi.
Indonesia
(5)
Sekitar 18 juta
menggunakan
jagung
jagung
(6)
yang
Selain
sebagai
sumber
terkenal
di
datangnya penyakit.
Sulawesi
pangan.
sudah
pangan
didengungkan
Makassar
sudah
mulai
jauh
harapan.
Untuk
tahun
Begitupun di Ibukota
50-an.
dari
sejak
sebenarnya
Selatan,
(7)
itu
diperlukan
rupiah perporsinya.
sebagaimana
nutrisinya,
tersebut
diabetes
upaya
pangan
kandungan
penganekaragaman
36
pangan
yang
sangat
membantu
yang memerlukan
karbohidrat
yang
bagi penderita
pemenuhan
tidak tercerna
bahan
tidak dianjurkan
yang
mengandung
khas
Sulawesi
saja.
Masyarakat
jagung pulut.
Sulawesi
dapat
mendukung
kemandirian
pangan.
memang
lebih
memikat
selera
menangkar
benih
jagung
pulut
petani
sehingga
pendapatannya.
dapat
menambah
(8)
pengolahan
menguntungkan
jagung
pulut
karena
adalah
menambah
menjadi
sebuah
komoditas
produk
lokal
trend
inovasi
yang
bernilai
mengimpor
beras
khusus
dalam
tantangan
member
harapan
untuk
dikembangkan.
tersendiri
dalam
merupakan
memiliki
dari
segi
kesehatan
dalam
pemenuhan
sebuah
potensi
dianggap
indikasi
pemasarannya.
yang
sangat
bahwa
bernilai
sushi
untuk
sushi
mahal
dan
sosial ekonomi.
tersendiri
yang
seperti
kandungan
tinggi
bahan
mahal
yakni
Rp.100.000
hingga
antaranya
jagung
pulut
yang
kandungan
dapat
terjadi
tidak
baik
secara
kuantitas
37
maupun
secara
kualitas
khususnya
bagi
kualitas
rendah
sudah
melampaui
harga
persen.
pengembangan
beras
dengan
digunakan
asli
pengehematan
Botan
untuk
Rice
sushi
medium
yakni
grain
Rp
10,000.00
perkilogram.
usaha
sushi
terdapat
maka
perbedaan
hingga
14,5%
beras
dan
daripada
semakin
naik
kali
kurang.
Berdasarkan
dari
Kementerian
konsumsi
ini
pulut
2011.
Komoditas
Hal
jagung
dalam
pantauan
beras
lipat
dikarenakan
berbahan
jagung
Kenyataan
ini
memiliki
kurangnya
hanya
untuk
(9)
kemudian
menjadi
Kenaikan
akan
bahwa
38
harga
beras
tentu
gizi
yang
baik,
namun
belum
mendapat
Rakyat .
Karena
jagung
itu,
pokok
peningkatan
kegiatan
pengetahuan,
ini
berupa
sosialisasi,
dan
pulut,
dikonsumsi
pakan
ternak
biasa
ayam,
oleh
serta
masyarakat.
konsumsi
kandungan
inovasi
nutrisi
yang
berimbang,
maka
dasar
serta
pembuatan
pengelolaan
sushi
bahan
berbahan
beras
diharapkan
menurun.
diasumsikan
mampu
inovasi
(10)
Data
tersebut
beras
jagung
pulut.
Sehingga
dengan
adanya
mendukung
nilai
tambah
khususnya
pada
nilai
sisio-
pangan.
Masyarakat Indonesa sangat mengikuti
4. SIMPULAN
berkembangnya
usaha
sushi
adopsi
memanfaatkan
Bila
berbahan
kondisi
salah
beras
dalam
Jepang
sebagai
ketika
unik
dari
membandingkan
sajian
makanan
satu
jagung
upaya
potensi
pulut
ini
lokal
Sushi
sangat
kurang.
dapat
terjadi
maupun
tidak
secara
baik
kualitas
secara
kuantitas
khususnya
bagi
Hal
ini
dikarenakan
kurangnya
dalam
hal
konsumsi
berbahan
jagung
hanya
untuk
39
diraih
tidak
hanya
produsen
sushi
5. SARAN
Perlu
dilakukan
penelitian
tentang
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Permanasari, Indira. Pangan Unggulan
Lokal untuk Diversifikasi Pangan. [internet]
Available from: www.kompas.com [diakses
7 Juli 2012].
[2]. BPS Indonesia Tahun 2009.
[3]. Syuryawati,
Margaretha,
Hadijah.
Pengolahan Jagung Pulut Menunjang
Diversifikasi Pangan dan Ekonomi Petani.
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010;
619-626.
[4]. TabloidSartini.com
[internet].
Meningkatkan Surplus Beras. Available
from:
http://tabloidsinartani.com/Potensi/SulselMeningkatkan-Surplus-Beras.html [diakses
10 Juli 2012]
[5]. Surasutha IGP. Kinerja Usaha Tani dan
Pemasaran Jagung di Sentra Produksi.
Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. 2002;21(2).
[6]. Suherman, O., Burhanuddin, Faesal, M.
Dahlan, F. Kasim. Pengembangan jagung
unggul nasional bersari bebas dan hibrida.
Risalah Penelitian Jagung dan Serealia
Lain, 2002.
[7]. Amaliafitri, Andhini. Sushi, Tren kuliner
Masa Kini, 2009. [internet] Available from:
http://ramadan.okezone.com [Diakses 7 juli
2012].
[8]. Syuryawati, Faesal. Usaha Tani Jagung
Pulut Mendukung Kemandirian Pangan
dan Peningkatan Pendapatan Petani.
Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009.
[Internet].
Available
from:
http://
balitsereal.litbang.deptan.go.id [diakses 20
Juni 2012].
[9]. Suwarni. Ragam Produk dari Serelia.
Maros: Badan Penelitian Tanaman serelia.
2010.
40
Advertorial
ABSTRAK
Kematian pada anak (bayi, balita, dan anak-anak) adalah salah satu masalah yang merupakan
persoalan utama bagi beberapa Negara. Kematian pada anak merupakan refleksi sosial, ekonomi,
kondisi lingkungan, dan kesehatan anak-anak.Selain itu, kematian pada anak juga dapat digunakan
untuk mengidentifikasi populasi yang terkena serangan penyakit. Berbagai upaya dari berbagai
Negara untuk menurunkan angka kematian anak adalah dengan membentuk MDGs ((Millennium
Development Goals) yang terdiri dari delapan gol yang akan dicapai pada tahun 2015, salah satu gol
MDGs adalah mengurangi tingkat kematian anak di bawah lima tahun hingga dua pertiga angka
kelahiran mulai 1990 hingga 2015. Indonesia adalah salah satu Negara yang menyetujui MDGs.
Angka kelahiran dan angka kematian anak di Indonesia masih relatif tinggi, terbukti dengan Indonesia
yang masih jauh dari target MDGs yang diekspektasikan tercapai pada 2015. Banyak faktor yang
harus diperhatikan untuk menurunkan angka kematian anak dalam rangka mencapai MDGs 2015.
Kata kunci : kematian anak, MDG (Millennium Development Goals)
ABSTRACT
Death of children that consist of Infants, Toddlers, and kids is one of the problem that still a
major issue for some countries. Child mortality is a reflection of the social, economic and
environmental conditions of children living including their health care. Besides child mortality also can
be used to identify a population who is attacked by disease. Efforts of some countries in the world to
reduce the mortality rate in children is by shaping the MDGs (Millennium Development Goals) that
consist of eight goals expected in 2015 and one of its goals is to reduce child mortality with a target of
under-five kids mortality, between 1990 and 2015 reaching two per three of its fertility. Indonesia is
one of the countries that agreed to the MDGs. Indonesia birth rates and child mortality rates are quite
high. It reflects that Indonesia is still far from the target of the MDGs which is expected in 2015. There
are many factors that must be tied to reduce child mortality in Indonesia to achieve the MDGs in
2015.
Keywords: Child mortality, MDG (Millennium Development Goals)
41
1. PENDAHULUAN
Salah
untuk
tujuan
MDGs
adalah
Deklarasi
karena
menangani
keamanan,
kebebasan
Pembangunan
mengadopsi
satu
isu
pembangunan,
perdamaian,
hak
asasi
Pemerintah
dan
lebih
dari
90
persen
selaku
Milenium,
Indonesia
untuk
untuk
perlu
penandatangan
Indonesia
mencakup
Deklarasi
melakukan
upaya
mendapatkan
bersama
perhatian
adalah
masih
tergolong
mengenai
di Indonesia.
adanya
peningkatan
bantuan
yang
Artikel
mengulas
Indonesia,
42
ilmiah
kinerja
jika
tanpa
efektivitas
tinggi,
ini
efektivitas
khususnya
pemerintah
bertujuan
kinerja
untuk
MDGs
dalam
di
upaya
menurunkan
tingkat
kematian
anak
dan
Development
Index
(HDI)
(UNDP,
2001).
promotion,
dan
bidang
kesehatan
masyarakat
sebaiknya
proactive
dalam
yang
Ranking
dari
anak.
2. PEMBAHASAN
Anak di
Indonesia
indikator
kuat
175
relatif
tak
negara).
beranjak,
Sementara
dibanggakan.
Menurut
bahkan
itu,
data,
AKA
angka
Tingkat
ini
kematian
untuk
pembangunan
anak
menilai
merupakan
tinggi
2010, AKB di
keberhasilan
suatu
kesehatan
negara.Semakin
tingkat
kematian
kematian
bayi
di
Indonesia
dibandingkan
Millenium
Development
Goals
(MDGs) 2000-2015.
Sebelum
tentang
tingkat
Indonesia,perlu
menganalisis
di
lebih
kematian
ketahui
jauh
anak
terlebih
dahulu
untuk
menghitung
di
Human
Berdasarkan
grafik
di
atas,
dapat
Malaysia
yaitu
menembus
46/1000
data
yang
bersumber
dari
data
43
usia
terlampau
dengan
terlalu
tua
tetapi
dekat,
masih
kondisi
tingginya
ibu
tingkat
produktif,
yang
KEK,
kesakitan
dan
2.2. Keterkaitan
program
MDGs
dengan
periode 2000-2012
Seperti
yang
telah
dibahas
Menurut
hasil
Riskesdas
2007,
butir
target
yang
hendak
dicapai
dalam
Indonesia
36,9%,
adalah
gangguan
prematuritas
32,4%,
pernapasan
12%,
kongenital
15,4%,
MDGs,
status
dan
18,1%,
kesehatan
Berdasarkan
sepsis
pnumonia
buruk,
BPS,
kemiskinan,
Susenas
khususnya
di
Indonesia
adalah
2001,
44
penurunan
tingkat
kematian
anak
pada
Indonesia
yang
Pemaparan
pada
menjelaskan
dengan
masih
sub
tetap
bab
detail
tinggi.
sebelumnya
bahwa
tingkat
tinggi
menunjukkan
Berdasarkan data-data di atas dapat
diidentifikasi
dicanangkan
bahwa
program
berakhir
mentargetkan
pada
penurunan
MDGs
yang
tahun
2015
tingkat
kematian
menyatakan
Indonesia
tak
hingga
11
pencapaian
tahun
MDGs
Indonesia
atas
Tahunan
Pembangunan
Manusia
antar
ketidakseimbangan
daerah,
sistem
kemajuan
pelaporan
dan
kerusakan
fasilitas
umum
seperti
gedung
akan
menyebabkan
kemunduran
karena
itu
pemerintah
harus
lebih
diperlukannya
sistem
pendidikan
peningkatan
nasional,
kualitas
penambahan
45
dengan
tujuan
Pembangunan
sebagai
perbandingan
dalam
segi
angka
kematian anak.
membuat
tingkat
acuan
untuk
terlaksananya
kematian
bayi
di
Singapura
mampu
memberikan
tanggung
jawab
arahan
yang
dan
jelas,
batasan
sehingga
mencapai
target
program
MDGs
menurunkan
dan
menjadikan
fokus
agar
bersama-sama
menerapkan
program
dan
utama
sebesar
tingkat kematian
dalam
3%
anak
menggiatkan
negara
untuk
sejak
jika
program
tahun
program
1989.
kesehatan
untuk
menurunkan
mewujudkan
tingkat
pembangunan
kematian
manusia
anak
yang
program
Indonesia
optimal.
menunjukkan
memberikan
hasil
oleh
yang
lainnya,
Pemerintah
negara-negara
berarti
dilaksanakan
46
yang
belum
yang
jika
dibandingkan
dampak
MDGs
Indonesia
belum
mampu
mampu
kesehatan
akan
menjadikan
pentingnya
akses
layanan
beberapa
kesehatan,
kesehatan
daerah,
memperoleh
program
keterbatasan
yang
layak
keterbatasan
asupan
gizi
yang
di
dalam
dan
baik
target
kematian
Indonesia.
kesehatan
masyarakat.
Berbagai
MDGs
tahun
neonatal
Namun,
pencapaian
2015
dapat
perlu
target
berupa
angka
dicapai
oleh
disadari
program
bahwa
MDGs
2015
pelatihan
perlu
pelosok
demikian,
seimbang,
rendahnya
tenaga-tenaga
tanah
air.
kesehatan
Dengan
dapat
terealisasikan.
keterbatasan
tingkat
akses
masyarakat
pengetahuan
serta
2.4. Penyempurnaan
Program
MDGs
di
hingga
dikatakan
belum
program
sampai
MDGs
saat
mencapai
di
ini
dapat
hasil
yang
mewujudkan
pembangunan
sehat
sejahtera.
dan
manusia
yang
Menurut
laporan
milenium
pelaksanaan
program
menurunkan
1. Pelaksanaan
ASEAN
program
imunisasi
untuk
disebabkan
68
per
1000
kelahiran
hidup
mengalami
oleh
belum
memadainya
47
program imunisasi.
2. Belum
optimalnya
deteksi
dini
dan
serta
pemberian
penyuluhan
kesehatan
melalui
peningkatan
pemberian
ASI
anak.
anak-anak
5. Kurangnya kesadaran
masyarakat akan
dengan
di
daerah
kelambu
endemis
malaria
berinsektisida,
serta
sampah.
6. Meningkatkan
neonatal
obstetrik
praktek
Indonesia
memberikan
hasil
yang
dan
ibu,
kesehatan
dapat
dan
pelayanan
meliputi
neonatal,
persalinan
7. Memperkuat dan
penerapan
pelatihan
yang
aman,
bagi
serta
meningkatkan kualitas
di antaranya adalah :
pemerintah
pusat
dan
daerah
dalam
pelaksanaan
kesehatan
program
48
pelatihan
MTBS
bagi
petugas
untuk
rumah
sakit
dan
puskesmas.
8. Meningkatkan
pemantauan
terhadap
kesehatan lainnya.
mampu
9. Meningkatkan
advokasi
kebijakan
bagi
yang
masih
rendah,
masyarakat
khususnya
miskin,
kemampuan
tenaga
kesehatan
4. SARAN
program
melalui
untuk
menjadikan
bagi
peningkatan
kesehatan,
serta
yang
sinergis
di
pemerintah,
masyarakat,
seluruh daerah.
lebih
dalam
dan
antara
pihak-pihak
tahun
terakhir.
layanan
Intervensi-
optimal.
Kegiatan-kegiatan
bersifat
2015.
yang
salah
angka
satu
target
kematian
MDGs,
anak
di
Indonesia.
3. KESIMPULAN
Indonesia
DAFTAR REFERENSI
merupakan
salah
satu
[1]
oleh
menunjukkan
negara
hal
yang
Indonesia
positif
[2]
tidak
dalam
arti
[3]
[4]
Indonesia
belum
mampu
[5]
49
[6]
50
Advertorial
ABSTRAK
ABSTRAK
Saat ini obesitas merupakan masalah kesehatan paling global yang dihadapi oleh negaranegara maju dan berkembang. Seratus juta orang di seluruh dunia telah mengalami obesitas dan
banyak lagi yang berpotensi mengalami obesitas tersebut. Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan
antara asupan dan pengeluaran energi yang dihasilkan dari kebiasaan dan mekanisme fisiologi.
Variabel-variabel yang diketahui menyebabkan terjadinya obesitas, yaitu faktor lingkungan, faktor
genetik, serta interaksi keduanya. Perubahan perilaku dan kondisi fisiologis menyebabkan
ketidakseimbangan energi dan berimplikasi pada pengaturan berat badan. Teori terbaru telah
dikembangkan untuk menjelaskan interaksi antara genetik, lingkungan, dan pengaturan berat badan.
Misalnya, teori gen thrifty, set point, dan settling point telah menjadi perdebatan tentang topik ini. Ada
perbedaan mendasar antara teori-teori ini, namun semua itu dapat menjelaskan bahwa pengaruh
regulasi genetik dan lingkungan yang mempengaruhi berat badan dan obesitas. Baik di teori set point
dan settling point, kehadiran sistem kontrol fisiologis dan perilaku memainkan kunci penting untuk
memahami teori relativitas berat badan .
Kata kunci: lingkungan obesigenik, gen, obesitas, berat badan, ketidakseimbangan energi
ABSTRACT
Currently obesity is the most global health issue that faced by developed and developing
countries. A Hundred millions of people around the world have been obese, and many more who
could potentially experience. Obesity occurs because of imbalance between energy intake and
expenditure generated from the habits and physiology mechanism. At least, these variables are known
to occur due to environmental factors, genetic factors, as well as interaction both of them. Changing in
behavior and physiological condition leading to energy imbalance and implies to body weight
regulation. Recent theories have been developed to elucidate the interaction of genetic,
environmental, and body weight regulation. For example, the theory of thrifty genes, set point, and the
settling point has become debate concerning this topic. There are fundamental differences between
these theories, but all of it can explain the genetic and environmental that influences regulation of
body weight and obesity. Both in set point and settling point theory, the presence of physiological
control systems and behavior plays important key to understanding theory of relativity body weight.
Keyword: obesigenic environment, gene, obesity, body weight, imbalance energy
51
1. PENDAHULUAN
berkaitan
masalah
faktor-faktor
determinan
negara-negara
memerangi
epidemi
berkembang
justru
serius
dengan
obesitas,
panik
di
negara
Prinsip
dasar
3,4
terjadinya
obesitas
menghadapi
peningkatan
Akan
penyakit
(hipertensi,
metabolik
terdapat
metabolik
tersebut,
lainnya
obesitas
dapat
pula
asupan
tetapi
juga
energi-
sangat
beberapa
mungkin
penting
gen-gen
dari
untuk
individu
kesehatan.
Faktor-faktor
terdiri
dari
modifiable
determinan
modifiable
factor.
factor
Faktro
obesitas
dan
non-
modifiable
sebaliknya.
diberikan
Seperti
berat badan.
intervensi
terhadapnya.
Teori-teori
terkini
telah
2. PEMBAHASAN
faktor-faktor
yang
dapat
dimodifikasi,
Lingkungan
ketika
dibandingkan
sederhana.
menyebabkan
dapat
52
obesitas
belum
asupan
energi
energi
Meskipun
kronik
yang
berlebih
keluar.
demikian,
Jika
obesitas
menyimpulkan
memiliki
bahwa,
anggota
seseorang
keluarga
obes
meningkatkan
melalui
makan,
asupan
energi,
istirahat,
pengeluaran
energi
obesitas
terjadinya
akan
nafsu
risiko
yang
11
jika
untuk
sama
lain,
dan
interaksi
tersebut
meningkatkan
risiko
terjadinya
obesitas.
genetik.
masih
Karena
faktor
lingkungan
dengan
faktor
lingkungan
9
Obesigenic
environment/westernized
Yang
keluarga,
sulit
yang
tetapi
masih
sangat
termasuk
Obesigenic
menyebabkan
13
society
akan
12
environment
seseorang
kurang
aktivitas fisik.
dan
tersebut
genetik.
peningkatan
kandung.
10
memiliki
Hasil
IMT
penelitian
anak
dari
orang
tua
penting
pada
risiko
terhadap
berat
badan
53
ini
banyak
teori
yang
Meskipun
seseorang
tinggal
di
berlebih.
18
bahwa
yang
sangat
sedikit
dengan
berada
sama,
mengembangkan
yang
efisien
berbeda-beda.
banyak
juga
dalam
beberapa
Genetik
berkaitan
lingkungan
orang
lebih
yang
membawa
mereka
ke
ketidakseimbangan
energi.
4,14
dalam
menyimpan
energi
yang
tidak
Dampak
pada
senantiasa
penurunan
aktivitas
fisik
harian,
yang
dikeluarkan
sehari-hari.
15
tersedia,
aktivitas
berkurang,
oleh
interaksi
faktor
genetik,
18
16,17
tidak
terlalu
banyak
mengungkapkan
bukti
penelitian
empiris
yang
dari
teori
19
bahwa
badan
bahkan
mekanisme
dibandingkan
genetik;
sistem
3)
endokrin
lingkungan
karena
mengalami
kondisi
kondisi
tertentu
negatif
akan
keseimbangan
kondusif
(obesigenic).
menurut
Speakman,
untuk
sudah
Bahkan
saatnya
15
Dampaknya terjadi
20
Kondisi
(modifiable).
sistem
saat
memang
badan
kisaran
kondisi
terjadi
yang
awal/sebelumnya
perubahan
sama
berat
dengan
(starting
condition).
keseimbangan
itu).
Keesey
dan
energi,
Corbett
memang
21
juga
22
55
sebagai
konsekuensi
dari
peningkatan
lingkungan
Dengan
kata
lain,
teori
set
point
ini
badan.
individu.
Sebagai
23
contoh,
Namun demikian,
point.
12
20
3. KESIMPULAN
2.2.3. Teori Settling Point
antara
kondisi
dan
settling point.22
bahwa
56
faktor
genetik
fisiologis
sebagai
perubahan
tubuh
maupun
inilah
manifestasinya
berat
badan
faktor
yang
berupa
sebagai
st
[9]
[10]
point
disebabkan
oleh
faktor
22
[11]
demikain,
tanpa
24
[12]
memperhatikan
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
[14]
[15]
[16]
[17]
[18]
[19]
[20]
S. (1
ed.) Nutrition Therapy and
Pathophysiology. (pp. 323-369). Belmont:
Thomson Brooks/Cole; 2007.
Bray MS. Genomics, genes, and
environmental interaction: the role of
exercise. J Appl Physiol 2000;88:788 92.
Stunkard, A. J. Genes, environment and
human obesity. In: Progress in Obesity
Research 1990 (Oomura, Y., Tarui, S.,
Inoue, S. & Shimazu, T., eds.), pp. 669
674. John Libby, London, UK.
Mayer J. Genetics factors in human
obesity. Ann NY Acad Sci. 1965;
131:412-21.
Speakman J.R., Levitsky D.A., Allison
D.B., Bray M.S., deCastro J.M., Clegg
D.J., Clapham J.C., Dulloo A.G., Gruer L.,
Haw S., Hebebrand J., Hetherington
M.M., Higgs S., Jebb S.A., Loos R.J.F.,
Luckman S., Luke A., Ali V.M., ORahilly
S., Pereira M., Perusse L., Robinson
T.N., Rolls B., Sysmonds M.E., and
Plantenga M.S. Set points, settling points
and some alternative models: theoretical
options to understand how genes and
environments combine to regulate body
adiposity. Dis Model Mech. 2011
November; 4(6): 733745.
Petrik, Melissa Hansen. Nutrigenomics. In
st
Nelms M., Sucher K., and Long S. (1
ed.)
Nutrition
Therapy
and
Pathophysiology. (pp. 237-258). Belmont:
Thomson Brooks/Cole; 2007.
Leibel RL, Rosenbaum M, Hirsch J.
Changes in energy expenditure resulting
from altered body weight. N Engl J Med
1995;332:621628.
Tremblay A., Perusse L., and Bouchard
C. Energy balance and body-weight
stability: impact of geneenvironment
interactions. British Journal of Nutrition
(2004), 92, Suppl. 1, S63S66.
Spiegelman BM, Flier JS. Obesity and the
regulation of energy balance. Cell
2001;104:531543.
Symonds M. E., Budge H., Perkins A. C.,
Lomax M. A. Adipose tissue development
impact of the early life environment.
Prog. Biophys. Mol. Biol. 2011; 106: 300
306.
Neel JV. Diabetes mellitus: a 'thrifty'
genotype
rendered
detrimental
by
'progress'? Am J Hum Genetics
1962;4:352-3.
Sims and Horton. Endocrine and
metabolic adaptation to obesity and
starvation. The American Journal of
Clinical Nutrition 1968; 21:1455-1470.
Weinsier R. L., Nagy T.R., Hunter G.R.,
Darnell B.E., Hensrud D.D., and Weiss
57
[21]
[22]
[23]
[24]
58