Bab I
Definisi
Gaya adalah besaran vektor yang ditentukan oleh arah, harga
vektornya dan titik tangkapnya. Gaya statis adalah gaya dimana baik
arah dan harga vektornya tetap sepanjang waktu, atau konstan.
1.2
( 1 1)
menjadi :
F =0
( 1 2)
F : jumlah dari vektor gaya -gaya luar yang dikenakan (bekerja) pada
benda, dalam hal ini pada batang atau link. Gaya luar termasuk gaya
aksi dan gaya reaksi, gambar 1a
(a)
(b)
(c)
Gambar-1.1, Gaya-gaya luar ( aksi dan reaksi ) benda yang dalam keseimbangan.
Adalah benda yang mendapat gaya aksi F1 dan F2, gambar-1b, reaksi
yang terjadi pada benda untuk mendacapai keseimbangan statis, dan
gambar-1c poligon gaya yang melukiskan keseimbangan gaya, dari
persamaan (1 -2). Gaya resultan adalah jumlah vektor dari gaya-gaya (
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
gaya luar), berarti keseimbangan statis terjadi bila gaya resultan adalah
nol.
1.3
( 1 3)
Statis rotasi tercapai bila benda diam atau bergerak dengan putaran
konstan, persamaan (1 -3) menjadi :
M =0
( 1 4)
momen statis yang dihasilkan oleh gaya-gaya luar terhadap titik putar
adalah nol.
F1
a
F2
F1
F2
RA
(a)
F1
(b)
F2
F1
F2
RB
RA
(c)
RB
(d)
Gambar-1.2, Gaya-gaya luar ( aksi dan reaksi ) benda yang dalam keseimbangan rotasi.
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
1.4.
1. Kasus-1.
Bila pada batang bekerja tiga gaya : F1, F2, dan F3. Arah dan
besarnya F1, F2, diketahui, maka sistem batang akan seimbang bila F3
vektor penutup dari dua vektor gaya sebelumnya.
F1
F1
F2
F2
F1
F3
F3
(a)
(b)
(c)
2.
Kasus-2
Bila pada batang bekerja tiga gaya : F1, F2, dan F3. Arah dan
F1
of
F1
l2
F1
l3
l1
F3
F2
l3
(a)
(b)
(c)
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
pindahkan arah vektor gaya F2: l2, dan arah vektor gaya F3: l3,
sehingga kedua arah gaya tersebut berpotongan, gambar-1.4b; 4)
Tentukan arah gaya F2 dan F3, sedemikian membentuk segitiga vektor
tertutup, gambar-1.4c.
3.
Kasus-3
Bila pada batang bekerja tiga gaya : F1, F2, dan F3. Arah dan
l1
F1
l2
n
F1
l3
l2
F3
F1
.m
.m
F2
(a)
b)
(c)
(d)
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
Kasus-3.
Bila dua gaya F1, F2 diketahui besar dan arahnya, sedang dua lainnya
diketahui
arahnya:
l3
dan
l4,
gambar-1.6a.
Untuk
penyelesaian
keseimbangan adalah : 1). Susun dua gaya yang sudah diketahui F1, dan
F2; 2). Letakkan garis arah gaya F4: l4 pada pangkal F1, dan garis arah
gaya F3: l 3 di ujung F2, sehingga berpotongan, gambar-1.6b; 3) Tentukan
arah (panah) vektor gaya F3 dan F4, sehingga membentuk segiempat
vektor yang tertutup, gambar-1.6c.
F2
F1
of
of
F1
F4
F1
l4
l4
l3
l3
(a)
F2
(b)
F3
F2
(c)
4.
Kasus-4.
Bila dua gaya F1, F2 diketahui besar dan arahnya, sedang F3
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
F2
F1
r1
l1
l2
n
l3
l3
l3
F1
.m
.m
F2
R1
R1
(a)
(b)
(c)
ditinjau dalam sistem dua gaya dan sistem lebih dari dua gaya.
Keduanya harus memenuhi keseimbangan translasi lurus dan rotasi :
F = 0 dan M = 0
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
keseimbangan
kedua
besar
gaya
(magnitude)
sama
besarnya,
F2
F1 = F 2
F1 = - F2
(15)
sistem
mengakibat
dua
gaya
berimpit
kecenderungan
sistem
Gambar 1.8
antar
Syarat
kedua
garis
keseimbangan
gayanya.
translasi
keseimbangan gaya
(b).
( 1 6)
Ditinjau dari titik manapun besarnya kopel tetap, yaitu gaya dikalikan
dengan jarak antara kedua gaya yang paralel. Supaya sistem
seimbang terhadap rotasi maka akan diberikan kopel lawan, yang
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
(17 )
Dimana arah vektor torsi lawan berlawan dengan arak kopel dari dua
gaya tak berimpit
m .
F2
TL
F1
F1
F2
R
Gambar
1.10.
Resultan
gaya paralel
( 1 8)
r=
F1 .a + F2 ( a + d )
R
( 1 9)
( 1 10 )
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
Rm 2
m .
m .
r
R
Rm 1
Gambar 1.11
m .
Km
m . Tm
F1
F2
Rm 1=R
Jadi sekarang pada titik m bekerja beban akibat dua gaya sejajar F1
dan F2 adalah Rm1 = R dan kopel searah jarum jam, Km, gambar-1.13.
Supaya terjadi keseimbangan, maka pada titik m terdapat gaya dan
kopel yang sama besarnya dan berlawanan arah, yaitu R m dan Tm ,
gambar-1.14.
Program Semi Que IV
Fakultas Teknik Jurusan Mesin
Universitas Brawijaya
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
Sehingga :
R m = Rm 1 = R = F 1 + F 2
R m = - R m1 = - ( F1 + F 2 )
T m = Km = R . r = ( F1 + F2 )
Tm = - K m
1.5.2
sejajar, tiga buah atau lebih, resultan gaya dari gaya-gaya tadi, menurut
persamaan (1 -8), yang dikembangkan menjadi :
R = F 1 + F2 + F3 + + Fk + + Fn , atau
n
R = Fk
k =1
( 1 11 )
dan letak gaya resultan yang ditinjau terhadap suatu titik tertentu,
menurut persamaan (1-10) yang diturunkan dari teorema Varignan,
menjadi :
R .r = F1. a 1 + F 2. a2 + + Fk. ak + + F n. an, atau
r=
F1 .a 1 + F2 .a 2 + ........+ Fk .a k + ..........+ Fn .a n
F1 + F2 + .........+ Fk + ........... + Fn
r=
Fk .a k
k=1
n
k=1
( 1 12 )
Fk
dimana :
Fk : mewakili gaya secara umum
ak : mewakili jarak gaya secara umum terhadap titik
peninjauan.
10
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
Bab II
gaya-gaya inersia.
mekanisme
dari
permesinan.
Masing-masing
gaya
dapat
Gaya Statis.
Gaya-gaya yang dikenakan kepada btang-batang mekanisme
11
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
Gaya,F(t)
Gaya,F(t)
F2
F 1=F 2
F1
t (waktu)
Gambar 2.1. Grafik gaya statis.
t (waktu)
Gambar 2.2. Grafik gaya dinamis.
Besarnya bertambah arah tetap ( ke atas )
dF ( t ) = d {m.a ( t )}
( 2 1 )
( 2 2 )
maka sepanjang waktu kondisi awal dan kondisi akhir opersaional besar
gayanya tetap, , gambar-2.1, setelah diintegralkan, :
F2(t) = F 1(t)
2.2
( 2 3 )
Gaya Dinamis
Dari persamaan 2-1, untuk harga a yang konstan, maka gaya saat
( 2 4 )
12
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
(a)
(b)
(c)
pada pena harus melalui titik pusat pena. Gaya tersebut merupakan
resultan dari gaya-gaya yang mengarah radial pada permukaan kontak
antara permukaan pena dan permukaan lubang batang, gambar-2.3a,
dan gambar-2.3b. Bila terdapat gesekan gaya tersebut tidak akan
melalui pusat pena, gambar-2.3c. Demikian pula arah gaya pena
dipengaruhi oleh gaya -gaya yang bekerja pada batang. Bila gaya yang
bekerja pada batang hanya pada sambungan -sambuangan (joint) di
ujung-ujung batang, dan tidak ada gaya luar yang bekerja pada badan
batang, maka arah gaya pena melalui pusat pena dan berimpit dengan
sumbu batang, gambar-2.3a.
Untuk batang yang dikenai gaya luar pada badan batang, maka
gaya -gaya pada pena dan sambungan batang tidak mengarah aksial,
artinya arah gaya pada sambungan ujung batang belum diketahui.
Sehingga gaya ujung batang tersebut harus diuraikan menjadi normal Fn
dan gaya tangensial Ft .
2.3.2 Gaya batang luncur (slidder).
P
FS=N
N
(a)
(b)
Gambar 2.4. Gaya-gaya pada batang luncur.
13
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
(25)
N =-P
(26)
( 2 7)
R = N 2 + FS 2
( 2 8)
Untuk keseimbangan statis sistem dua gaya berimpit pada batang luncur,
maka
P=R
( 2 9)
P = -R
Arah gaya resultan membentuk sudut,
tg =
FS .N
=
=
N
N
= arctg
( 2 10 )
14
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
Roda gigi yang dibahas disini adalah roda gigi lurus ddengan profil
gigi involut, dan tanpa gesekan, sehingga gaya -gaya yang bekerja pada
permukaan kontak gigi roda gigi terletak pada garis normal, yang disebut
garis tekan. Umumnya garis ini mempunyai arah menurut sudut tekan
gaya,, sebesar 14 1/ 2 dan 20.
Gambar-2.5a, menunjukkan dua buah roda gigi A dan B, roda gigi
A sebagai penggerak (driver), sedang roda gigi B yang digerakkan
(driven). Gambar-2.5b, merupakan diagram benda bebas, artinya
diagram yang memperlihatkan masing-masing komponen roda gigi.
Dalam diagram benda bebas harus digambarkan arah gerak dan beban
yang diberikan.
Program Semi Que IV
Fakultas Teknik Jurusan Mesin
Universitas Brawijaya
15
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
TB sebagai
penyelesaian
grafis
analisa
gaya
statis
mengikuti
batang
yang
sifatnya
sebagai
batang
16
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
keseimbangan
gaya
(poligon
gaya),
yang
membentuk
Gambar 2.6 Analisa gaya statis mekanisme luncur tanpa beban luar.
17
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
luncur ada dua kasus, yang pertama, bila pada batang hubung yang
sifatnya sebaga pemindah gaya aksial tidak dikenai gaya luar, yang
kedua, bila batang tersebut dikenai gaya luar, sebagai beban.
2.5.1 Mekanisme luncur tanpa beban gaya luar pada batang hubung.
Gambar-2.6a adalah gambar permasalahan, dari mekanisme
luncur, dengan skala gambar 1 : 10. Ukuran masing-masing batang:
permasalahan
(soal),
dengan
menggambarkan
diagram benda bebas, serta ilustrasi arah vektor gaya untuk masingmasing batang, gambar-2.6b, dimana penenentuan arah vektor lebih
dahulu dari batang-3.[ urutan 2,3,dan 4 ]
Menentukan jumlah variabel vektor yang belum diketahui :
a. batang-2, 4 variabel : 1) besar F 12, 2) besar F32, 3) besar T 2, dan
4) arah T 2.
Arah F12 dan arah F32 sudah didapatkan,
yaitu // batang-3.
18
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
b. batang-3, 2 variabel : 1) besar F23, 2) besar F43. Arah F23 dan arah
F43 sudah didapatkan, yaitu berimpit dengan batang-3 [
ketentuan pada subbab 2.3.1 ]
c. batang-4, 2 variabel : 1) besar F14, 2) besar F34, dimana arah F14
diketahui lintasan geraknya, dan arah F34 sudah didapatkan,
yaitu // batang-3.
Mulai mengerjakan dari batang yang mana ?
Yaitu dari batang-4, karena mempunyai dua variabel yang tidak
diketahui, termasuk beban gaya luar P. Batang-3 juga 2 variabel,
tetapi tidak mempunyai gaya luar.
Jadi urutan batangnya adalah :
1) batang-4, 2) batang-3, dan batang-2.
Urutan analisa grafis keseimbangan
1) Pada batang-4, dengan arah gaya-gaya pada gambar-2.6c.
Tentukan skala gaya, dalam hal ini misalnya 1cm = 20kN, mulai
dari P sepanjang 1,5cm, pindahkan arah F14 di pangkal P, dan
arah F34 di ujung P, sehingga arah F34 dan arah F14
berpotongan, dan terbentuklah poligon gaya keseimbangan
batang-4, gambar-2.6d. Jadi gaya-gaya yang bekerja pada
batang-4 seperti gambar-2.6e.
Dari lukisan (setelah diukur dengan penggaris) :
F34 = 1,6cm = 1,6cm 20kN/cm = 32kN
F14 = 0,55cm = 0,55cm 20kN/cm = 11kN.
2) Pada batang-3, merupakan sist em dua gaya sejajar berimpit.
Dari pena B batang-4, yang berpasangan dengan batang-3,
maka didapat
19
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
20
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
Gambar 2.7 Analisa gaya statis mekanisme luncur dengan beban luar.
21
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
MA = 0 :
- ( S . h ) + ( F t43 . AB ) = 0
sehingga
bisa
disusun
perbandingan
gaya -gaya
S
F t43
AB
h
( 2 11 )
Kemudian
persamaan
(2-11)
dilukis
menjadi
perbandingan garis proposional, seperti pada gambar2.7d. dengan skala gaya 1cm=20kN, jadi S digambar
sepanjang 2cm .
Dari lukisan didapatkan :
F 34 =
(F t34 )2 + (F n34 )2
= 45 ,61kN
22
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
<
panjang-3
<
panjang-1.
Syarat
23
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
gaya
40
kN
di
batang-4.
Data -data
mekanisme
24
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
keseimbangan
momen
(rotasi)
dari
titik
O2
25
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
26
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
=45,
dan
BD = 34cm.
gambar-2.10c.
Kemudian
menentu kan
27
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
F n43 .
( 2 12 )
gaya-gaya
pada
batang-4
dalam
28
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
keseluruhan
poligon
bisa
disusun
seperti
gambar-2.10p.
F12 = 0,25cm = 0,25cm 20 kN/cm = 5 kN
Q
29
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
Bab III
N
FS
FS
(a)
R
FS
FS
R
(b)
(c)
Gambar 3.2. Kemungkinan lokasi Gaya Kontak R akibat gesekan
(d)
30
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
= arctg
FS
= arctg
N
( 3 1)
Gesek an Pena
Telah disebutkan pada bab II, bahwa bila terjadi gesekan gaya
analisa
yang
cukup
teliti
dalam
sebagian
besar
31
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
dengan
arah
gerak
relatif.
Akibat
gesekan,
yaitu
( 3 2)
RPL =
N 2 + F 2S
( 3 3)
dimana :
FS = . N
Sehingga persamaan (3-3) menjadi :
RPL = N 1 + 2
( 3 4)
RPL = N 1 + tg 2 = N .sec
( 3 5)
32
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
r = R . sin
( 3 6)
untuk
menghasilkan
keseimbangan
pada
Gambar 3.4. Kemungkinan arah keseimbangan pada batang penerus gaya karena gesekan pena.
33
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
Dalam hal ini perlu diketahui juga kondisi gaya-gaya yang bekerja
pada batang ketika tidak ada gesekan. Hanya dua kemungkinan
batang tersebut akan mengalami tarikan atau tekan, maka ada empat
kemungkinan, dipilih salah satu yang memenuhi syarat.
Gambar-3.4, adalah contoh suatu
arah
34,
jadi
yang
dipilih
dari
keempatnya adalah
kemungkinan (3).
3.4
34
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
35
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
lawan
ditinjau
dari
keseimbangan
momen
di
O2
3.5
luncur
empat
batang
seperti
kasus-kasus
data-data
36
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
gesekan
pena.
didapatkan
bahwa
batang-3,
37
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
Pena
Pada pembahasan disini data-data tidak diberi angka, jadi bersifat
prosedural untuk penyelesaiannya. Gambar-3.7a, adalah contoh yang
umum dari rocker crank mech anism
38
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
Gambar 3.7. Akibat gesekan pena pada rocker crank mechanism
maka
yang
ditentukan
dahulu
adalah
dengan
analisa
F34
F34
F 23
4
(a)
(b)
F 14
(c)
F 14
O
Gambar 3.8. Analisa Keseimbangan statis tanpa gesekan pada batang-3 dan batang-4
batang-4,
didapatkan
arah
keseimbangan
batang-
4,gambar-3.8a.Kemudian
kecepatan relatif batan g,
dengan
memberi
perubahan gerak batang-4. Pembandi-ngan sudut-sudut posisi mula mu la, yaitu: 2, , dan .dengan sudut-sudut
setelah
berputar- nya
39
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
B
32
34
A
F23
tak
sejajar,
bila
mencapai
sama
tidak
tahu,ditarik
dari
40
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
Bab IV
tan di P
adalah :
a P = a A + a PA
( 4 1 )
t
a P = a A + a nPA + a PA
dimana
: a nPA : komponen normal, ber impit
dengan AP ,
Gambar
Komponen
inersia benda
= 24.1.
. AP
= 2 . gaya
r
t
a PA : komponen tangensial,te gak lurusAP =
. AP
. r
Maka
a P = a A + 2 .r + .r
( 4 2 )
42
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
( 4 3 )
dalam hal ini, ( 2.r).dM = dFn, adalah elemen gaya normal di P, berimpit
dengan AP
( .r).dM = dFt, adalah elemen gaya tangensial di P,
dengan AP
aA.dM = dFA, adalah elemen gaya translasi di P, // dengan
aA.
Dalam analisa ini supaya tidak terdapat variabel besaran yang
terlalu banyak, maka sistem sumbu cartesian x-y, originnya ditempatkan
berimpit dengan titik A, dan absisnya berimpit dengan arah percepatan
aA. Benda atau batang dalam kondisi bebas, maka derajad kebebasan
geraknya (degree of freedom ) tiga buah, yaitu: 1) gerak translasi lurus ke
arah sumbu-y, 2) gerak translasi lurus ke arah sumbu -x, dan 3) rotasi
terhadap A. Komponen-komponen gaya di P, sekarang diamati
berdasarkan sistem sumbu cartesian tersebut, sehingga harus diuraikan.
Komponen-komponen gaya di P yang //
sb-x:
1).
dFA
aA
dM
(4 4)
(4 7)
(4 8)
(4 9)
43
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
r. cos = x
r. sin = y, disubstitusikan ke persamaan (4-9)
dFx = aA . dM - 2.x.dM - .x.dM
( 4 10 )
dengan cara yang sama komponen gaya searah sumbu -y, dari
persamaan (4 -7), (4-8)
dFy = .x.dM - 2.x.dM
( 4 11 )
Apabila kedua persamaan (4-10) dan (4-11), untuk seluruh massa benda
atau batang, yaitu dengan mengintegralkan, sehingga menjadi :
Fx = M. aA - 2 x.dM - y.dM
( 4 12 )
Fy = x.dM - 2 y.dM
( 4 13 )
Komponen gaya-gaya dari elemen massa dM pada titik P, masingmasing menimbulkan momen terhadap titik A sebesar :
dTA = dFt .r dFA . r sin
( 4 14 )
( 4 15 )
Bila titik A merupakan titik berat benda atau batang, c, maka sukusuku persamaan (4-12), (4-13) dan (4 -15) yang berisi :
y.dM = y.dM = 0
didapatkan,
Fx = M. aA = M. a G
( 4 16 )
Fy = 0
( 4 17 )
Tc = ( r 2.dM ) = I .
( 4 18 )
dimana :
r .dM
2
I,
adalah
momen
inersia
massa
pollar,
kgm -m 2)
T A = I.
44
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
h=
I .
M .a G
( 4 19 )
Gambar 4.3. Kemungkinan posisi gaya resultan. Momen inersia massa
dalam jari-jari girasi (k) adalah, I = M.k 2 ,
( 4 20 )
h=
k 2 .
aG
( 4 21 )
Arti dari dari tiga persamaan (4-16), (4-17), dan (4-18) di atas,
1) Gaya resultan yang diberikan kepada batang adalah sama
dengan massa seluruh batang dikalikan percepatan pada titik
beratnya.
2) Arah gaya resultan // dengan arah percepatan titik berat.
3) Garis kerja vektor percep atan adalah sumbu-x batang yang
melalui titik berat.
4) Gaya resultan tadi menempati pada suatu posisi tertentu,
sehingga menghasilkan momen [ torsi ] terhadap titik beratnya
sebesar I. .
5) Arah momen gaya resultan terhadap titik berat, sama dengan
arah percepatan sudut batang.
Gambar-4.4 memperlihatkan dua kemungkinan posisi gaya resultan, di
atas atau di bawah G. Posisi yang benar bila arah momen yang
dihasilkannya oleh gaya terhadap titik berat arahnya sama dengan arah
percepatan sudut batang, jadi yang beradi di bawah. ( yang beradi di
atas salah ).
45
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
Gambar 4.4. Gaya resultan batang (a), gaya inersia batang (b).
4.2
(4-23)
R = F1 + F2
( 4 22 )
dimana : R = M . aG
( 4 23 )
merupakan
hukum
Newton
II
identik
dengan
( 4 24 )
R -f =0
( 4 25 )
suatu
benda
atau
batang.
Suku
kedua
persamaan (4 -24) dalam kondisi ini disebut sebagai gaya inersia benda ( f
), yang merupakan respon terhadap gaya luar untuk mencapai kondidi
keseimbangan, walaupun benda pada keadaan dipercepat. Tanda
Program Semi Que IV
Fakultas Teknik Jurusan Mesin
Universitas Brawijaya
46
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
ukuran
batang
adalah
47
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
48
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
Penyelesaian :
1. Gambar mekanisme dilukis dengan skala 1 : 10, luhat gambar4.5a.
2. Analisa kecepatan.
1).
VA =
m/detik, O2 A
2).
VB = VA + VBA ;
VB : horisontal
VBA : AB
3).
1cm = 1m/detik
didapat:
4).
A
VBA
3
B
3 =
V BA
AB
105cm / det ik
= 1,75radian / det ik ,b. j . j .
6060cm
3. Analisa percepatan.
1).
aA = an A + atA ,
2 konstant = 10 radian/detik, b.j.j,maka 2 = 0 atA = 0.
a nA = ( 2) 2. O2 A = (10 rad/detik)2 20cm = 2000cm/detik2,
aB = aA + anBA + atB A ,
aB : mengarah horisontal, besarnya dicari
atB A : AB , besarnya dicari
49
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
cm/detik2
3).
cm/detik2.
gambar-4.5c, memperlihat percepatan pada sambungan
(joint) batang.
4).
batang.
a. di batang-2, percepatan titik beratnya di G2, aG2, karena
G2 segaris dengan A pada batang-2, maka garis vektor
percepatan aG2 berimpit dengan a A. Besar ditentukan
dari
perbandingan
percapatan
perbandingan
jaraknya.
a G 2 O2 G2
=
aA
O2 A
b. di batang-3, percepatan titik beratnya di G3, a G3,
c. aG3 = aA + a G3A, a A sudah diketahui lengkap (basar dan
arahnya sudah ada), aG3A AG 3 tetapi besarnya belum
tahu, tetapi bisa ditentukan berdasarkan perbandingan
percepatan = perbandingan jaraknya, karena A dan G3
segaris pada batang-3, maka besar a G3A didapatkan.
d. Di batang-4, titik berat G4 berimpit dengan titik
sambungan B, maka
aG 4 = a B,
5). Melukis poligon percepatan titik berat, dengan skala 1cm = 500
cm/detik2.
gambar-4.5d, dari lukisan didapatkan :
aG2 = 2,8cm = 2,8cm 500 (cm/detik2)/cm= 1400 cm/detik 2
aG3 = 2,65cm = 2,65cm 500 (cm /detik2)/cm= 1325 cm/detik 2
aG4 = a B = 1,35cm = 1,35cm 500 (cm/detik2)/cm= 675 cm/detik2
6). Menentukan percepatan sudut masing-masing batang.
Program Semi Que IV
Fakultas Teknik Jurusan Mesin
Universitas Brawijaya
50
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
at BA
3
B
3 =
2
atBA 1750cm / det ik
=
= 29 ,17 rad / det ik 2 ,b . j . j
60cm
AB
h3 =
batang-3,
I 3 . 3
( 0,454kgm m 2 )( 29,17rad / det ik 2 )
=
M 3 .aG 3
( 10kgm )( 13,25m / det ik 2 )
h3 = 0,099949 m = 10cm.
51
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
resultan), gambar-4.5g.
11). Transformasi gaya resultan dari posisinya kepada titik berat
batang, akan menjadi gaya yang tersebut disertai kopel yang nilai
sama dengan momen inersia batang kali percepatan sudut
batang.
Dalam hal ini haya terjadi pada batang-3, karena batang-2
dan batang-4 percepatan sudut batangnya nol.
Kopel batang-3, T3 = I 3. 3 = (0,454 kg m-m 2)(29,17rad/detik2)
= 13,243 Nm, b.j.j.gambar-4.5h.
4.4
Gambar 4.8. Diagram Mekanisme dan percepatan untuk Rocker Crank Mechanism.
52
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
R2 = M 2 .a G 2 =
W2
50 N
.a G 2 =
2 ,950m / det 2 = 15,050 N
g
9 ,81m / det 2
R3 = M 3 .aG 3 =
W3
80 N
.aG 3 =
6 ,000m / det 2 = 48,980N
2
g
9,81m / det
R4 = M 4 .a G 4 =
W4
70 N
.a G 4 =
2 ,150m / det 2 = 15 ,360 N
g
9 ,81m / det 2
h2 =
I 2 . 2
( 0 ,03 kgm m 2 )( 12 rad / det 2 )
=
= 0 ,0239m = 2 ,39 cm
M 2 .a G 2
15 ,05 N
h3 =
I 3 . 3
( 0 ,075kgm m 2 )( 9 ,3 rad / det 2 )
=
= 0 ,0142m = 1,42cm
M 3 .aG 3
48 ,98 N
h4 =
I 4 . 4
( 0 ,038 kgm m 2 )( 40rad / det 2 )
=
= 0 ,0990m = 9 ,9 cm
M 4 .a G 4
15,36 N
53
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
4). Melukis gaya resultan dan posisinya terhadap titik berat masingmasing batang
gambar-4.9.
54
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
m1
aG
a1
m2
B
A2
h1
h1
h2
h2
benda tunggal
benda ekivalen
Dari hukum Newton II, bila gaya P dikenakan pada benda tunggal
P = M . aG
Maka berlaku juga untuk dua benda prngganti, yaitu :
P = m 1.a1 + m 2.a2
Karena ketiga percepata dalam dua persamaan diatas sama, maka
M = m 1 + m2
( 4 26 )
55
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
Maka :
( 4 27 )
( 4 28 )
I . = m 1.h12 + m2.h 22
( 4 29 )
maka,
Bila jari-jari girasi benda tunggal k, maka momen inersia massa
benda
I = M . k2
Sehingga didapat :
M . k 2 = m 1.h12 + m2.h 22
( 4 30 )
m1 = m2
h2
, substitusikan ke persamaan (4-26)( 4 31 )
h1
M = m2
h2
+ m2
h1
h1
m2 = M
h1 + h2
( 4 32 )
h2
m1 = M
h1 + h2
Program Semi Que IV
Fakultas Teknik Jurusan Mesin
Universitas Brawijaya
( 4 33 )
56
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
didapatkan,
h2
M .k 2 = M
h1 + h2
2
h1 2
h1 + M
h2
h1 + h2
( 4 34 )
57
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
BAB V
Dari gambar-5.1, akan diturunkan persamaan percepatan batang4 sebagai peluncur. Posisi dari pena B peluncur dinyatakan sebagai x
yang diukur dari O 2, sekaligus sebagai pusat sumbu-xy. Bila dalam hal ini,
R, adalah panjang batang-2 = O2 A .dan panjang batang-3 ( AB ) adalah
L.
Jadi posisi x terhadap O2 :
x = R .cos + L .cos
( 5 1)
sin =
( 5 2 )
R
sin
L
( 5 3 )
58
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
( 5 4)
x = R cos + L 1 sin
L
( 5 5)
(a + b )n
= an +
n.a n 1 .b n .( n 1 ).a n 2 .b 2 n .( n 1 )( n 2 )a n 3 .b 3
+
+
+ ......
1!
2!
3!
( 5 6)
a = 1; b = sin ; n =
L
1
2
( 5 7 )
1 1
1 1 2
1
2
R
2
2 +
1
sin
=
1
L
1 1
2 2
1)(
sin
L
1
2 1
1 1
2 2
2
1 2 R
1 ) 1 2 sin
(1)(2)
1
2
2
1 3 R
2) 12 sin
+ .......
(1)(2 )(3)
( 5 8)
1
2
2
4
6
R
1 R
1 R
1 R
2
sin
=
1
sin
sin
sin
+ ...;( 5 9 )
2 L
8L
16 L
59
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
1
1
1
untuk sin = 1, dan bila R/L diambil 1/3, disubstitusikan ke persamaan(59), diha silkan deret sebagai berikut :
1-
1
1
1
1R
R
1 sin = 1 sin
2 L
L
( 5 10 )
persamaan
pendekatan,
yaitu
dengan
mensubstitusikan
x = R cos + L
Persamaan
kecepatan
1 R2
sin 2
2 L
dari
gerak
( 5 11 )
batang
luncur
yaitu
dengan
1 R2
d
sin 2
2 L
dx d ( R cos ) dL
V=
=
+
dt
dt
dt
dt
2
d R
d
V = R sin
sin . cos
dt L
dt
dimana :
= : kecepatan sudut
dt
maka persamaan kecepatan luncur menjadi :
Program Semi Que IV
Fakultas Teknik Jurusan Mesin
Universitas Brawijaya
60
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
V = R. .sin
R 2
sin 2
2L
V = R . . sin +
sin 2
2L
( 5 12 )
d R
d
d (sin ) R d (sin 2 )
+
+ cos
= R . cos
2L
dt
dt L
dt
dt
aB= R .
a B = R . 2 cos +
cos 2
L
( 5 13 )
61
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
Bab VI
mengurangi
amplitudo
fluktuasi
gaya
ineria
dalam
Gambar 6.1. Berat Batang Penerus Gaya digantikan oleh dua berat terkonsentrasidi pena
engkol dan pena peluncur atau piston
62
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
W 'c = W
hp
Wp =W
hc
L
'
( 6 1 )
( 6 2)
hubungan panjang batang-3, L, dengan posisi atau jarak dari titik berat
batang-3 ke pena engkol, h c; dan ke pena peluncur, h p.
L = h c + hp
6.2
( 6 3)
Gambar 6.2. Gaya inersia batang penerus gaya pada pena-pana batang.
63
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
x = R . cos + h c . cos
( 6 4)
( 6 5)
sin =
R
sin
L
( 6 6)
cos = ( 1 sin
2
1
)2
1R
1 sin
2L
( 6 7)
(68)
y = hp sin
L
( 6 9 )
Vx =
dx
1 R
= R. .sin hc . sin 2
dt
2 L
( 6 10 )
Vy =
dy
R
= h p . cos
dt
L
( 6 11 )
aG 3 =
x
dVx
R
= R . 2 .cos hc 2 .cos 2
dt
L
( 6 12 )
aG 3 y =
dVy
dt
R
= h p 2 .sin
L
( 6 13 )
64
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
W
W
W R
f x = a G 3 x = R . 2 .cos + hc 2 .cos 2
g
g L
g
( 6 14 )
W
W R
f y = aG 3 y = h p 2 . sin 2
g L
g
2
( 6 15 )
Sekarang menentukan gaya inersia dalam sistem ekivalen batang3, yaitu gaya inersia di pena engkol, A; dan pena batang peluncur, B:
Untuk gaya inersia akibat berat batang-3 yang terkonsentrasi di pena
engkol :
W'
W hp
f 1 = c anA =
g L
g
2
R
( 6 16 )
f 1x = f 1 .cos =
W hp
g L
2
R cos
( 6 17 )
2
R sin
( 6 18 )
2) komponen vertikal :
f 1y = f 1 . sin =
W
g
hp
W 'p
a B = W hc R 2 cos + R cos 2
f 2 =
g L
L
( 6 19 )
65
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
fx = f 1 + f2
x
fx =
W hp
W h
R
R . 2 .cos + c R . 2 cos + cos 2
g L
g L
L
fx =
W
g
h p + hc
W h
R . 2 .cos + c R . 2 cos 2
g L
( 6 20 )
Karena : hp + h c = L
Sehingga total komponen horisontal gaya inersia sistem ekivalen
batang-3 :
2
fx =
W
W R 2
R . 2 .cos +
h cos 2
g
g cL
( 6 21 )
f y = f 1y
fy =
W
g
hp
R. 2 . sin
( 6 22 )
karena
persanaan
percepatan
yang
digunakan
adalh
percepatan
pada
sambungan
pena
dengan
poligon
66
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
Kedua gaya tersebut tidak terletak pada titik tangkap yang sama, tetapi
tetap sejajar dengan arah -arah gaya inersia ketika sistem batang atau
benda tunggal. Pada analisa fluktuasi gaya inersia tidak memperhatikan
titik tangkapnya, namun tidak ada kesalahan dalam sistem ekivalen untuk
analisa te rsebut.
6.3
W
Wp
R
a B = p R 2 cos + cos 2
f 2 p =
g
L
( 6 23 )
fP =
( 6 24 )
f 1c =
Wc
R . 2
g
( 6 25 )
67
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
Gambar 6.3. Gaya Inersia total Mekanisme yang terkonsentras(a), resultannya (b).
fc =
(Wc + W ' c )
g
R . 2
( 6 26 )
( 6 27 )
fc =
R. 2
( 6 28 )
68
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
Gambar 6.4. Metode Grafis untuk mengkonstruksi fluktuasi gaya inersia Mekanisme Luncur
69
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
1) r1 =
R . 2
( 6 29 )
2) r2 =
(W p + W p ' ) R. 2
( 6 30 )
3) r3 =
(W p + W p ' ) R. 2 R
( 6 31 )
perpanjangan
sebagai MN .
6) Tarik garis horisontal di titik M lingkaran r1, proyeksikan MN pada
garis ini menjadi MP , dimana mewakili gaya inersia primer
pada pena peluncur:
MP = ( f P ) Pr imer =
(W p + W' p ) R 2 cos
( 6 32 )
QS = ( f P )Sekunder =
(W p + W' p ) R 2 R cos 2
g
( 6 33 )
70
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
MS = f P =
( 6 34 )
10) Tarik garis lurus dari dari O ke titik S, mendapatkan garis OS yang
menunjukkan besar gaya resultan mekanisme, fM, sudut arah
dari gaya ini, diukur dari sumbu horisontal dengan garis ini.
Untuk contoh dengan nilai variabel, sebagai berikut.:
Mekanisme peluncur dari Mesin Diesel Tunggal posisi horisontal :
Putaran batang-2 (engkol)
Panjang langkah ( 2R )
12 cm
Panjang batang-3 ( L )
30 cm
20N
71
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
( Wp )
40 N
Berat batang 3 ( W )
90 N
berlawanan
dengan
posisi
pena
engkol
terhadap
pusat
Gambar 6.6. Bobot imbang yang digunakan untuk mengurangi fluktuasi gaya inersia.
f cb =
Wcb
R 2
g
( 6 35 )
fc
72
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
Gambar 6.7. Kurva fluktuasi gaya inersia dengan bobot imbang, Berat bobot imbang =
jumlah berat ekivalen dan berat ekivalen peluncur.
73
Diktat DINAMIKA
Oleh : Ir. Endi Sutikno Ir. Erwin Sulistyo
Gambar 6.8. Kurva fluktuasi gaya inersia dengan bobot imbang, Berat bobot imbang =
jumlah berat ekivalen dan setengah berat ekivalen peluncur.
74