Anda di halaman 1dari 2

RSUD dr.

ZAINOEL ABIDIN
JL. TGK. DAUD BEUREUH NO. 108

ANESTESI PADA BEDAH EMERGENSI


NO. DOKUMEN
ZA.

NO. REVISI
00

HALAMAN
1/3

Ditetapkan,
DIREKTUR RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN
PROSEDUR TETAP

PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN

PROSEDUR

Tanggal Terbit
5 Januari 2015

dr. FACHRUL JAMAL, Sp.An, KIC


PEMBINA TK I
NIP. 19610510 198812 1 001
Operasi yang dilakukan pada kasus-kasus yang mengancam nyawa
atau menimbulkan kecacatan bila tidak ditangani segera
Memberikan pelayanan anestesi yang memungkinkan dilakukannya
koreksi bedah dengan meminimalisir risiko bagi pasien
SK Direktur RSUDZA Banda Aceh No: 445/65/2014, Tanggal 04
Juli 2014 tentang Penetapan Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit
Umum Daerah dr. Zainoel Abidin.
Penilaian pre operatif
1. Tergantung jenis kedaruratannya, pemeriksaan fisik mungkin
dapat mengidentifikasi adanya gangguan kardiopulmoner atau
abnormalitas lain yang dapat menjadi penyulit selama anestesi
2. Beberapa permasalahan yang harus dievaluasi dan dikoreksi
sedapat mungkin antara lain:
Penilaian jalan nafas: apakah ada penyulit untuk intubasi
cepat. Stuktur gigi geligi, pembukaan mulut, pergerakan
sendi atlanto-occipital dll berpengaruh pada tindakan
laringoskopi dan intubasi
Penilaian status volume intravaskuler: merupakan hal
yang sangat penting dimana hipovolemia dapat
menyebabkan kolaps sirkulasi selama induksi anestesi
Pengosongan lambung: dapat terganggu pada berbagai
kondisi seperti peritonitis, ileus stenosis pilorus, syok,
obat-obatan, intake makanan, hiatus hernia dll yang
meningkatkan risiko terjadinya refluks gastro-esofagus.
Aspirasi isi lambung dapat dilakukan setelah pasien
terintubasi.
3. Teknik anestesi
Fase I : Persiapan
Meski tidak sepenuhnya efektif, pengosongan lambung
dengan memasang NGT dapat membantu mencegah
regurgitasi. Dapat juga diberikan antasida dan antagonis
reseptor H2.
Fase II : Induksi
Rapid sequence induction: merupakan teknik
terpilih pada kebanyakan kasus pasien dengan
lambung penuh. Induksi dengan pentothal 2-4
mg/kgBB atau propofol 1,5-2,5 mg/kg BB atau
etomidate 0,1-0,3 mg/kgBB dan suksinilkolin 1,5

RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN


JL. TGK. DAUD BEUREUH NO. 108

ANESTESI PADA BEDAH EMERGENSI


NO. DOKUMEN
ZA.

NO. REVISI
00

HALAMAN
2/3

mg/kgBB
Induksi inhalasi: bila ada keraguan untuk melakukan
intubasi atau mempertahankan patensi jalan nafas
pada pasien dengan lambung penuh (misalnya pada
trauma maksilofasial, perdarahan tonsil dll) dapat
dilakukan induksi inhalasi dengan oksigen dan
halotan. Saat pasien mencapai anestesi dalam, dapat
dilakukan intubasi pada kondisi nafas spontan
Intubasi sadar: dilakukan intubasi nasal atau fiber
optik dengan anestesi lokal larutan kokain 4% spray.
Anestesi regional: dapat dilakukan anestesi spinal,
epidural, atau blok saraf perifer.
Fase III : Pemeliharaan anestesi
Pemeliharaan obat sedasi dengan N2O 50-60%,
isoflurane, pemeliharaan pelumpuh otot dengan
pelumpuh non depolarisasi, dan analgetik dengan
opioid.
Lain-lain seperti manajement terapi cairan termasuk
transfusi darah.
Fase IV : Reversal dan pemulihan
Meliputi pemulihan tingkat kesadaran dan pemulihan fungsi
neuromuskuler.
Fase V: Manajemen pasca operasi
Pasien tanpa komplikasi atau dengan komplikasi
minimal dapat dirawat di ruang perawatan biasa
Pasien dengan komplikasi dirawat di ICU
Pasien mendapat analgesik adekuat, pemantauan
status respirasi, balans cairan dll

UNIT TERKAIT

1.
2.
3.
4.

Instalasi Gawat Darurat


Instalasi Rawat Inap
Instalasi Bedah Sentral
Instalasi Anestesi

Anda mungkin juga menyukai