Anda di halaman 1dari 9

Nama/NIM

: 1. Riski Dani Simanjuntak


2. Salsabilla Alifah Putri
3. Silvia Trias Putri

(130612607858)
(130612607899)

Mata Kuliah
Dosen Pembimbing

(130612607834)
: Manajemen Resiko, Mutu, dan Safety RS
: Dra. Anny Martiningsih, M.Kes

Topik

dr. Erianto Fanani, S.Ked


: Pembinaan, Pengawasan, Pencatatan, dan Pelaporan K3RS

A. Pembinaan dan Pengawasan K3RS


Pembinaan K3RS merupakan upaya rumah sakit dalam membentuk perilaku seluruh
warga rumah sakit agar sadar K3. Pembinaan K3RS dapat dilaksanakan melalui:
1. Pelatihan/Training
Training diberikan kepada karyawan lama dan karyawan baru. Bentuk training bagi
karyawan baru lebih bersifat untuk mengenalkan/orientasi sedangkan bagi karyawan
lama lebih bersifat untuk refresh (menyegarkan kembali). Training dilaksanakan secara
rutin setiap tahun, hal ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
karyawan dalam bekerja (Hidayah, 2013).
2. Penyuluhan
Penyuluhan K3 merupakan suatu kegiatan untuk memberikan pembekalan atau upaya
peningkatan mutu pekerja tentang keselamatan dan kesehatan kerja (Hidayah, 2013).
3. Konsultasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia konsultasi adalah pertukaran pikiran untuk
mendapatkan kesimpulan berupa nasihat, saran, dan sebagainya, yang sebaik-baiknya.
4. Motivasi
Motivasi merupakan usaha yang dapat menyebabkan seseorang tergerak untuk
melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat
kepuasan dengan perbuatannya. Rumah sakit dapat memberikan apresiasi/penghargaan
kepada setiap karyawan yang telah melaksanakan K3 dengan baik, jenis motivasi
tersebut dapat berupa pemberian fasilitas dan sarana K3 gratis (Hidayah, 2013).
5. Komunikasi
Pembinaan dapat dilakukan dengan memanfaatkan media komunikasi, seperti video,
pamflet, poster, dan sebagainya.
Dalam KMK No. 1087 Tahun 2010 tentang KK3RS menyebutkan bahwa pembinaan dan
pengawasan K3RS dilakukan melalui sistem berjenjang. Pembinaan dan pengawasan
tertinggi dilakukan oleh Departemen Kesehatan.

Selain melakukan pembinaan, pengawasan juga diperlukan untuk mendukung


terlaksananya program K3 dengan baik (Hidayah, 2013). Pengawasan K3 dapat
dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
1. Pengawasan keselamatan kerja adalah pengawasan terhadap mesin-mesin dan peralatan
kerja, prosedur kerja, sikap dalam bekerja, serta alat pelindung diri.
2. Pengawasan terhadap kesehatan kerja meliputi pemeriksaan kesehatan karyawan, baik
karyawan lama maupun karyawan baru, pengawasan terhadap mutu air minum,
pengawasan terhadap kebersihan rumah sakit.
3. Pengawasan terhadap lingkungan kerja, kegiatan yang dilakukan meliputi pengawasan
terhadap ganggguan fisik yaitu kebisingan, suhu tempat kerja, penerangan dan getaran.
Selain itu pengawasan juga dilakukan terhadap gangguan yang disebabkan oleh bahanbahan kimia seperti debu, gas, atupun cairan-cairan kimia.
Pengawasan pelaksanaan Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit
(K3RS) dibedakan dalam dua macam, yakni sebagai berikut:
1. Pengawasan internal: dilakukan oleh pimpinan langsung Rumah Sakit yang
bersangkutan,
2. Pengawasan eksternal: dilakukan oleh Menteri Kesehatan dan Dinas Kesehatan setempat,
sesuai dengan fungsi dan tugasnya masing-masing.
Pembinaan dan pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit
meliputi:
1. Pembinaan dan pengawasan kesehatan dan keselamatan sarana, prasarana, dan peralatan
kesehatan.
2. Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian peralatan kerja terhadap SDM rumah
sakit:
a. Melakukan identifikasi dan penilaian risiko ergonomis terhadap peralatan kerja dan
SDM rumah sakit.
b. Membuat program pelaksanaan kegiatan, mengevaluasi, dan mengendalikan risiko
ergonomi.
3. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
a. Manajemen harus menyediakan dan menyiapkan lingkungan kerja yang memenuhi
syarat fisik, kimia, biologi, ergonomi, dan psikososial.
b. Pemantauan/pengukuran terhadap faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi, dan
psikososial secara rutin dan berkala.
c. Melakukan evaluasi dan rekomendasi terhadap perbaikan lingkungan kerja.
4. Pembinaan dan pengawasan terhadap sanitasi

Manajemen harus menyediakan, memelihara, mengawasi sarana dan prasarana sanitasi


yang memenuhi syarat, meliputi:
a. Penyehatan makanan dan minuman
b. Penyehatan air
c. Penyehatan tempat pencucian
d. Penanganan sampah dan limbah
e. Pengendalian serangga dan tikus
f. Upaya penyuluhan kesehatan
5. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja:
a. Pembuatan rambu-rambu arah dan tanda-tanda keselamatan
b. Penyediaan peralatan keselamatan kerja dan APD
c. Membuat SOP peralatan keselamatan kerja dan APD
6. Pembinaan dan pengawasan terhadap Manajemen Sistem Pencegahan dan
Penanggulangan Kebakaran (MSPK):
a. Manajemen menyediakan sarana dan prasarana pencegahan dan penanggulangan
kebakaran.
b. Membentuk tim penanggulangan kebakaran
c. Membuat SOP
d. Melakukan sosialisasi dan pelatihan pencegahan dan penanggulangan kebakaran
e. Melakukan audit internal terhadap pencegahan dan penanggulangan kebakaran
7. Membuat evaluasi, pencatatan, dan pelaporan kegiatan pelayanan keselamatan kerja
yang disampaikan kepada Direktur Rumah Sakit.
B. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan adalah pendokumentasian kegiatan K3 secara tertulis dari
masing-masing unit kerja Rumah Sakit dan K3RS secara keseluruhan yang dilakukan oleh
organisasi K3RS, yang dikumpulkan dan dilaporkan/diinformasikan oleh organisasi K3RS,
ke Direktur Rumah Sakit dan unit teknis terkait di wilayah Rumah Sakit (Dinas Kesehatan
setempat. Penanggung jawab/Pengelola Program Kesehatan Kerja).
Tujuan kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan K3 adalah menghimpun dan
menyediakan data dan informasi kegiatan K3, mendokumentasikan hasil-hasil pelaksanaan
kegiatan K3, mencatat dan melaporkan setiap kejadian/kasus K3, dan menyusun dan
melaksanakan pelaporan kegiatan K3.
Sasaran kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan K3 adalah mencatat dan
melaporkan pelaksanaan seluruh kegiatan K3, yang tercakup di dalam:
1. Program K3, termasuk penanggulangan kebakaran dan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit.

2. Kejadian/kasus yang berkaitan dengan K3 serta upaya penanggulangan dan tindak


lanjutnya.
Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan untuk masing-masing aspek K3, dilaksanakan
dengan membuat atau menggunakan formulir-formulir yang telah ada atau yang telah
ditetapkan sesuai dengan aturan yang berlaku serta formulir-formulir (formulir terlampir pada
lampiran 1 dan 2). Pencatatan dan pendokumentasian pelaksanaan kegiatan K3 dilakukan
sesuai dengan jadwal pelaksanaan kegiatan yag telah ditetapkan, dan atau pada saat terjadi
kejadian/kasus (tidak terjadwal).
Pelaporan terdiri dari:
1. Pelaporan berkala (bulanan, semester, dan tahunan) dilakukan sesuai dengan jadwal yang
telah ditetapkan dan
2. Pelaporan sesaat/insidental, yaitu pelaporan yang dilakukan sewaktuwaktu pada saat
kejadian atau terjadi kasus yang berkaitan dengan K3.
Setiap kejadian dan atau kejadian/kasus sekecil apapun, yang berkaitan dengan K3, wajib
dicatat dan dilaporkan secara tepat waktu kepada wadah organisasi K3 di Rumah Sakit.
Rumah Sakit perlu menetapkan dengan jelas alur pelaporan baik untuk laporan rutin/berkala,
laporan kasus/kejadian tidak terduga.
Pencatatan dan pelaporan sangat penting dilakukan untuk mendapatkan data hasil
pelaksanakan kegiatan dari waktu ke waktu. Pencatatan dan pelaporan juga dapat digunakan
untuk umpan balik (feed back) dalam beberapa kasus/masalah kesehatan kerja, baik yang
bersifat individu maupun kelompok.
Pelaporan kegiatan K3 merupakan salah satu dari 12 program K3RS. Berikut merupakan
uraian dari program Pelaporan kegiatan K3:
1. Menyusun prosedur pencatatan dan pelaporan serta penanggulangan kecelakaan kerja,
PAK, kebakaran, dan bencana (termasuk format pencatatan dan pelaporan yang sesuai
dengan kebutuhan).
2. Pembuatan sistem pelaporan kejadian dan tindak lanjutnya (alur pelaporan kejadian
nyaris celaka dan celaka serta SOP pelaporan, penanganan, dan tindak lanjut kejadian
nyaris celaka (near miss) dan celaka).
3. Pendokumentasian data:

1)
2)
3)
4)

Data seluruh SDM rumah sakit


Data SDM rumah sakit yang sakit yang dilayani
Data pekerja luar rumah sakit yang sakit yang dilayani
Data pemeriksaan kesehatan SDM rumah sakit:
a. Sebelum bekerja
b. Berkala
c. Khusus
5) Cakupan MCU bagi SDM rumah sakit
6) Angka absensi SDM rumah sakit
7) Kasus penyakit umum pada SDM rumah sakit
8) Kasus penyakit umum pada pekerja luar rumah sakit
9) Jenis penyakit yang terbanyak di kalangan pekerja rumah sakit
10) Jenis penyakit yang terbanyak di kalangan pekerja luar rumah sakit
11) Kasus penyakit akibat kerja (SDM rumah sakit)
12) Kasus penyakit akibat kerja (pekerja luar rumah sakit)
13) Kasus diduga penyakit akibat kerja (SDM rumah sakit)
14) Kasus diduga penyakit akibat kerja (pekerja luar rumah sakit)
15) Kasus kecelakaan akibat kerja (SDM rumah sakit)
16) Kasus kecelakaan akibat kerja (pekerja luar rumah sakit)
17) Kasus kebakaran/peledakan akibat bahan kimia
18) Data kejadian nyaris celaka (near miss) dan celaka
19) Data saranan, prasarana, dan peralatan keselamatan kerja
20) Data perizinan
21) Data kegiatan pemantauan keselamatan kerja
22) Data pelatihan dan sertifikasi
23) Data pembinaan dan pengawasan terhadap kantin dan pengelolaan makanan di rumah
sakit (dapur)
24) Data promosi kesehatan dan keselamatan kerja bagi SDM rumah sakit, pasien, dan
pengunjung/pengantar pasien.
25) Data petugas kesehatan RS yang berpendidikan formal kesehatan kerja, sudah dilatih
K3 dan sudah dilatih diagnosis PAK
26) Data kegiatan pemantauan APD (jenis, jumlah, kondisi, dan penggunaannya)
27) Data kegiatan pemantauan kesehatan lingkungan kerja dan pengendalian bahaya di
tempat kerja (unit kerja rumah sakit).

Daftar Pustaka
Hidayah. 2013. Pelaksanaan Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dalam
Meningkatkan Produktivitas Kerja Karyawan Di Pt Tirta Investama Wonosobo. Skripsi.
(Online) Pada laman http://eprints.uny.ac.id/16922/1/skripsi.pdf. Diakses pada 10
Maret 2016.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1087/MENKES/SK/VIII/2010


Tentang Standar Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Rumah Sakit

Lampiran 1

Lampiran 2

Anda mungkin juga menyukai