Makalah Anemia
Makalah Anemia
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Anemia adalah suatu istilah yang menunjukkan rendahnya sel darah merah dan
kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. Anemia bukan merupakan
penyakit, melainkan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi
tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah
hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
Anemia defisiensi besi merupakan masalah umum dan luas dalambidang
gangguan gizi di dunia. Kekurangan zat besi bukan satu-satunyapenyebab anemia.
Secara umum penyebab anemia yang terjadi di masyarakatadalah kekurangan zat
besi. Prevalensi anemia defisiensi besi masih tergolongtinggi sekitar dua miliar
atau 30% lebih dari populasi manusia di dunia.Prevalensi ini terdiri dari anakanak, wanita menyusui, wanita usia subur, danwanita hamil di negara-negara
berkembang termasuk Indonesia (WHO, 2011).
Zat besi merupakan salah satu mikronutrien terpenting kehidupan anak.
Kekurangan atau defisiensi besi yang berat akan menyebabkan anemia atau
kurang darah. Di dunia, defisiensi besi terjadi pada 20-25% bayi. Di Indonesia,
ditemukan anemia pada 40,5% balita, 47,2% usia sekolah, 57,1% remaja putri,
dan 50,9% ibu hamil. Penelitian pada 1000 anak sekolah yang dilakukan oleh
IDAI di 11 propinsi menunjukkan anemia sebanyak 20-25%. Jumlah anak yang
mengalami defisiensi besi tanpa anemia tentunya jauh lebih banyak lagi.
Wanita hamil merupakan salah satu kelompok yang rentan masalahgizi
terutama anemia defisiensi besi. Wanita hamil berisiko tinggi mengalamianemia
defisiensi besi karena kebutuhan zat besi meningkat secara signifikanselama
kehamilan. Pada masa kehamilan zat besi yang dibutuhkan oleh tubuhlebih
banyak dibandingkan saat tidak hamil menginjak triwulan kedua sampaidengan
triwulan ketiga. Pada triwulan pertama kehamilan, kebutuhan zat besilebih rendah
disebabkan jumlah zat besi yang ditransfer ke janin masih rendah(Waryana,
2010).
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT),prevalensi anemia
defisiensi besi pada ibu hamil sebesar 63,5% tahun 1995,turun menjadi 40,1%
pada tahun 2001, dan pada tahun 2007 turun menjadi24,5% (Riskesdas, 2007).
Angka anemia defisiensi besi ibu hamil di Indonesiamasih tergolong tinggi
1
sel
otak.
Selain
itu,
mengakibatkan
kematian
pada
janin
dalamkandungan, abortus, cacat bawaan, dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
(Waryana, 2010). Pada ibu hamil, anemia defisiensi besi yang berat
dapatmenyebabkan kematian (Basari, 2007).
Anemia defisiensi besi menyebabkan turunnya daya tahan tubuh
damembuat
penderita
padakehamilan
rentan
memiliki
terhadap
konsekuensi
penyakit.
negatif
Kekurangan
bagi
bayi
zat
yaitu
besi
terjadi
dalam
mengkonsumsi tablet besi antara lain pengetahuan, sikap, danefek samping dari
tablet besi yang diminumnya. Faktor yang seringdikemukakan oleh ibu hamil
ialah pernyataan lupa untuk meminum tablet
besi (Purwaningsih dkk, 2006).
Berdasarkan masalah diatas maka dalam makalah ini akan dibahas tentang
berbagai faktor yang mempengaruhi terjadi nya Anemia Defisiensi Zat Besi dan
pencegahan untuk mengatasinya.
1.2 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang pengertian Anemia.
2. Untuk mengetahui tentang klasifikasi Anemia
3. Untuk mengetahui tentang etiologi Anemia.
4. Untuk mengetahui tentang epidemiologi Anemia.
5. Untuk mengetahui tentang gejala dan tanda anemia
6. Untuk mengetahui tentang pencegahan Anemia.
7. Untuk mengetahui tentang cara pengobatan Anemia.
1.3 Manfaat penulisan
Adapun manfaat yang diharapkan yaitu :
1. Mampu mengetahui tentang pengertian Anemia.
2. Mampu mengetahui tentang klasifikasi Anemia
3. Mampu mengetahui tentang etiologi Anemia.
4. Mampu mengetahui tentang epidemiologi Anemia.
5. Mampu mengetahui tentang gejala dan tanda anemia
6. Mampu mengetahui tentang pencegahan Anemia.
7. Mampu mengetahui tentang cara pengobatan Anemia.
umur 6 bulan sampai 5 tahun dan wanita hamil < 11 g/dl. Pada anak umur 5-11
tahun dinyatakan anemia bila kadar hemoglobin < 11.5 g/dl.
Anemia dalam kehamilan paling sering dijumpai adalah anemia akibat
kekurangan zat besi (Fe). Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang intake
unsur zat besi ke dalam tubuh melalui makanan, karena gangguan absorbsi,
gangguan penggunaan atau terlalu banyak zat besi yang keluar dari badan,
misalnya pada perdarahan. Keperluan zat besi akan bertambah dalam kehamilan,
terutama dalam trimester II hal ini disebabkan meningkatnya kebutuhan janin
yang dikandung oleh ibu.
Anemia gizi adalah keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb), hematokrit,
dan sel darah merah lebih rendah dari nilai normal, sebagai akibat dari defisiensi
salah satu atau beberapa unsur makanan yang esensial. Anemia gizi disebabkan
oleh defisiensi zat besi, asam folat, dan/atau vitamin B12.
terjadinya
anemia,
secara
umum anemia
dapat
menimbulkan gejala pada kuku, epitel mulut dan faring serta berbagai gejala
lainnya.
Gejala yang khas pada anemia jenis ini adalah kuku menjadi rapuh dan
menjadi cekung sehingga mirip seperti sendok, gejala seperti ini disebut koilorika.
Selain itu, anemia jenis ini juga mengakibatkan permukaan lidah menjadi licin,
adanya peradangan pada sudut mulut dan nyeri pada saat menelan.Selain gejala
khas tersebut pada anemia defisiensi besi juga terjadi gejala umum anemia seperti
lesu, cepat lelah serta mata berkunang-kunang.
2. Anemia hipoplastik
Anemia hipoplastik disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat
sel-sel darah baru. Penyebabnya belum diketahui, kecuali yang disebabkan oleh
infeksi berat (sepsis), keracunan dan sinar rontgen atau radiasi. Mekanisme
terjadinya anemia jenis ini adalah karena kerusakan sel induk dan kerusakan
mekanisme imunologis. Anemia jenis ini biasanya ditandai dengan gejala
perdarahan seperti petikie dan ekimosis (perdarahan kulit), perdarahan mukosa
dapat berupa epistaksis, perdarahan sub konjungtiva, perdarahan gusi,
hematemesis melena dan pada wanita dapat berupa menorhagia. Perdarahan organ
dalam lebih jarang dijumpai , tetapi jika terjadi perdarahan pada otak sering
bersifat fatal. Komplikasi yang dapat terjadi adalah gagal jantung akibat anemia
berat dan kematian akibat infeksi yang disertai perdarahan.
3. Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan defisiensi vitamin B12 dan
asam folat. Anemia jenis ini ditandai dengan adanya sel megaloblast dalam
sumsum tulang belakang. Sel megaloblast adalah sel prekursor eritrosit dengan
bentuk sel yang besar.
Timbulnya megaloblast adalah akibat gangguan maturasi inti sel karena
terjadi gangguan sintesis DNA sel-sel eritoblast akibat defiensi asam folat dan
vitamin B12 dimana vitamin B12 dan asam folat berfungsi dalam pembentukan
DNA inti sel dan secara khusus untuk vitamin B12 penting dalam pembentukan
myelin. Akibat gangguan sintesis DNA pada inti eritoblast ini maka maturasi inti
lebih lambat, sehingga kromatin lebih longgar dan sel menjadi lebih besar karena
pembelahan sel yang lambat.Sel eritoblast dengan ukuran yang lebih besar serta
susunan kromatin yang lebih longgar disebut sebagai sel megaloblast.Sel
megaloblast ini fungsinya tidak normal, dihancurkan saat masih dalam sumsum
5
tulang sehingga terjadi eritropoesis inefektif dan masa hidup eritrosit lebih pendek
yang berujung pada terjadinya anemia.
Kekurangan asam folat berkaitan dengan berat lahir rendah, ablasio
plasenta dan Neural Tube Defect (NTD). NTD yang terjadi bisa berupa anensefali,
spina bifida (kelainan tulang belakang yang tidak menutup), meningo-ensefalokel
(tidak menutupnya tulang kepala). Kelainan-kelainan tersebut disebabkan karena
gagalnya tabung saraf tulang belakang untuk tertutup.
Anemia defisiensi vitamin B12 dan asam folat mempunyai gejala yang
sama seperti terjadinya ikterus ringan dan lidah berwarna merah. Tetapi pada
defisiensi vitamin B12 disertai dengan gejala neurologik seperti mati rasa.
4. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan oleh proses hemolisis. Hemolisis adalah
penghancuran atau pemecahan sel darah merah sebelum waktunya. Hemolisis
berbeda dengan proses penuaan yaitu pemecahan eritrosit karena memang sudah
cukup umurnya. Pada dasarnya anemia hemolitik dapat dibagi menjadi dua
golongan besar yaitu anemia hemolitik karena faktor di dalam eritrosit sendiri
(intrakorpuskular) yang sebagian besar bersifat herediter dan anemia hemolitik
karena faktor di luar eritrosit (ekstrakorpuskular) yang sebagian besar bersifat
didapatkan seperti malaria dan transfusi darah.
Proses hemolisis akan mengakibatkan penurunan kadar hemoglobin yang
akan mengakibatkan anemia. Hemolisis dapat terjadi perlahan-lahan, sehingga
dapat diatasi oleh mekanisme kompensasi tubuh tetapi dapat juga terjadi tiba-tiba
sehingga segera menurunkan kadar hemoglobin.
Seperti pada anemia lainnya pada penderita anemia hemolitik juga
mengalami lesu, cepat lelah serta mata berkunang-kunang. Pada anemia hemolitik
yang disebabkan oleh faktor genetik gejala klinik yang timbul berupa ikterus,
splenomegali, kelainan tulang dan ulkus pada kaki.
2.3 Penyebab Anemia
Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia adalah sebagai berikut:
1. Kurang gizi/malnutrisi.
2. Kurang zat besi dalam zat makanan.
3. Malabsorpsi.
4. Kehilangan darah yang banyak: persalinan yang lalu, haid, dan
6
perdarahan
akut
dan
tidak
jarang
keduanyasaling
berintekrasi.Kurangnya zat besi dalam tubuh orang dewasa maupun anakanak dapat disebabkan oleh beberapa factor.Penyebab utamanya adalah
karena faktor nutrisi.Yaitu kurangnya asupan zat besi dan rendahnya
absorpsi.Perkembangan
terjadinya
zat
besi
menurut
(soemantri
2.4.
Epidemiologi Anemia
2.4.1. Distribusi dan Frekuensi
1. Menurut Orang
Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
merupakan usia yang mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil.
Karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil
maupun janinnya, berisiko mengalami pendarahan dan dapat
menyebabkan ibu mengalami anemia.
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2008,
prevalensi anemia pada tahun 1999-2005 di dunia masih tinggi dimana
prevalensi pada balita 47,4%, anak usia sekolah 25,4%, wanita tidak
hamil 30,2%, wanita hamil 41,8%, pada lansia 23,9% dan terendah
pada laki-laki 12,7%.
2. Menurut Tempat
Anemia defisiensi zat besi lebih cenderung berlangsung di Negara
sedang berkembang ketimbang Negara yang sudah maju. Prevalensi
anemia ibu hamil pada tahun 2005 di beberapa Negara terbelakang
sangat tinggi seperti di Kongo adalah 67,30%, di Nigeria 65,51% dan
di Eithopia 62,68%. Prevalensi ini mulai berkurang di Negara
berkembang seperti di India 44,33% dan Indonesia 44,33%.
Sedangkan di Negara maju prevalensi anemia pada ibu hamil sangat
rendah yaitu 11,46% di Prancis dan 5,7% di United States.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan PT Merck Tbk di
Jawa Timur, Jawa Barat, dan Sumatera Utara prevalensi anemia cukup
tinggi. Di Jawa Timur dengan melibatkan 5.959 peserta tes darah di
tiga kota, Kediri, Jombang, dan Mojokerto, didapat 33% di antaranya
anemia. Di Jawa Barat dengan peserta tes darah sebanyak 7.439 di tiga
kota, Garut, Tasikmalaya, dan Cirebon, 41% di antaranya anemia.
Sedangkan di Sumatera Utara dengan peserta tes darah sebanyak 9.377
orang di tiga kota, Medan, Pematang Siantar, dan Kisaran, didapati
33% di antaranya anemia.
Beberapa penelitian yang di Provinsi Sulawesi Utara menemukan
bahwa prevalensi anemia pada anak panti asuhan usia sekolah dasar
8
misalnya bidan dan dokter. Jumlah tablet zat besi yang dikonsumsi ibu
hamil adalah minimal 90 tablet dan dianjurkan kepada ibu hamil untuk
mengkonsumsi tablet tambah darah dengan dosis satu kali sehari selama
masa kehamilan dan 40 hari setelah melahirkan.
e. Penghasilan
Faktor yang berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang
adalah status ekonomi, dalam hal ini adalah daya beli keluarga.
Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan antara lain
tergantung pada besar kecilnya pendapatan keluarga dan harga bahan
makanan itu sendiri. Keluarga dengan pendapaan terbatas kemungkinan
besar kurang dapat memenuhi kebutuhan makanannya, terutama
memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuhnya.
Sementara dari hasil penelitian Hendro (2006) menyatakan bahwa
keluarga yang pendapatnya di atas UMR dapat memenuhi kebutuhan
gizi keluarganya terutama ibu hamil sehingga diasumsikan dapat
mencegah terjadinya anemia sedangkan keluarga dengan pendapatan di
bawah UMR dapat diasumsikan belum memenuhi kebutuhan hidup
keluarganya termasuk gizi ibu hamil.
f. Pendidikan
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan
perilaku untuk hidup sehat. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan
memudahkan seseorang untuk menyerap informasi-informasi dan
mengimplementasikannya dalam perilakudan gaya hidup seharihari,khusunya tingkat pendidikan wanita sangat mempengaruhi
kesehatannya.
Dari hasil penelitian Hendro (2006), menyatakan ada hubungan
yang signifikan antara pendidikan dengan status anemia, karena dengan
tingkat pendidikan ibu yang rendah diasumsikan pengetahuannya
tentang gizi rendah, sehingga berpeluang untuk terjadinya anemia
sebaliknya jika ibu hamil berpendidikan tinggi maka kemungkinan
besar pengetahuannya tentang gizi juga tinggi, sehingga
diasumsikan kecil peluang terjadinya anemia.
g. Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan yang diberikan terhadap ibu
hamil oleh petugas kesehatan untuk memelihara kehamilannya yang
11
Prevalensi Anemia
Batas nilai Hb
63,5%
55,5%
24%-34%
30%-40%
30%-40%
20%-40%
12
2.6.
13
4. Terkadang suka sembelit yang terjadi dalam waktu yang cukup lama atau
terus-menerus hingga kehilangan banyak cairan tubuh, hal ini juga yang
menjadi gejala dari sembelit.
5. Sulit berkonsentrasi merupakan salah satu gejala anemia yang cukup
menganggu. Kesulitan dalam berkonsentrasi dapat memengaruhi kinerja dan
pekerjaan.
6. Penurunan nafsu makan, namun terkadang tiba-tiba memiliki nafsu makan
yang berlebih hingga menimbulkan suatu gangguan dalam sistem metabolisme
tubuh.
7. Anemia juga dapat mempengaruhi psikologis seperti susana hati dan emosi
yang mudah mengalami stress atau depresi. Karena anemia dapat memberi
pengaruh yang cukup kuat terhadap emosi dan mood.
8. Mengalami sesak nafas. Hal in disebabkan oleh jumlah sel darah merah yang
berkurang. Sel darah merah merupakan bagian yang sangat penting bagi
sistem pernafasan. Sesak nafas umumnya dialami pada mereka yang menderia
anemia sedang hingga berat.
9. Beberapa diantaranya ada yang mengalami kedinginan pada salah satu
anggota tubuh yang sering dirasakan yang disebabkan oleh aliran darah yang
tidak lancar akibat anemia. Bagian tubuh yang sering merasakan kedingian
adalah telapak tangan/kaki.
10. Sering merasa cepat lelah dan pusing. Gejala ini umumnya dirasakan saat
bangun dari tidur atau saat hendak berdiri karena terlalu lama duduk dan
pusing jika berdiri terlalu lama.
Umumnya mereka yang mengalami sakit anemia, mudah sekali untuk dikenali dan
dilihat secara fisik oleh mata. Untuk mengetahui sendiri apakah terserang sakit
anemia atau tidak adalah dengan cara mengecek warna kulit pada kantung mata
bagian dalam bawah. Jika terdapat warna kurang merah berarti anda dapat
dikatakan mengalami anemia.
14
2.7.
Pencegahan Anemia
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan
kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi.Promosi
kesehatan, pendidikan kesehatan dan perlindungan kesehatan adalah tiga
aspek utama di dalam pencegahan primer. Dalam hal ini pencegahan
primer ditujukan kepada ibu hamil yang belum anemia. Tujuan
pencegahan ini untuk mencegah atau menunda terjadinya kasus baru
penyakit dan memodifikasi faktor risiko atau mencegah berkembangnya
faktor risiko.
Pencegahan primer meliputi:
a. Edukasi (Penyuluhan)
Petugas kesehatan dapat
berperan
sebagai
edukator
seperti
diberikan
pada saat
hamil.Penanggulangannya,
ibu hamil,
dimulai
jauh
peristiwa
15
sekunder
bertujuan
untuk
menghentikan
16
mencakup
pembatasan
terhadap
segala
17
pembatasan
terhadap
segala
ketidakmampuan
dengan
3.2.
Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
Barasi M.E., 2007. At a Glance: Ilmu Gizi. Jakarta: Erlangga
Depkes RI, 2010. Profil Kesehatan Indonesia 2009. Jakarta. pp: 1067.www.DepkesRI.com
Waryana, 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihanga.
WHO. 2011. Nutrition: Iron Deficiency Anaemia. www.who. Int .
Hadi H., 2001. Meningkatkan Kepatuhan Minum Tablet Besi Ibu Hamil:
Pentingnya Peranan Suami. Berita Kedokteran Masyarakat XVII (2):
51-62.
Indreswari M. , Hardinsyah, & Damanik M.R. , 2008. Hubungan antaraIntensitas
Pemeriksaan Kehamilan, Fasilitas Pelayanan Kesehatan,dan Konsumsi
Tablet Besi dengan Tingkat Keluhan selama
Kehamilan. Jurnal Gizi dan Pangan. 3(1): 12-21.
Purwaningsih M. , Akhmadi N. , & Wenny A., 2006. Analisis Faktor
yangMempengaruhi Ketidakpatuhan Ibu Hamil dalam Mengkonsumsi
Tablet Besi. Jurnal Ilmu Keperawatan. 1 (2): 72-81.
Purba.RB. 1995. Konsumsi sayuran dan anemia gizi anak sekolah dasar didaerah
penghasil dan bukan penghasil sayuran dikecamatan tomohon kabupaten
minahasa provisi Sulawesi utara tahun 1995. Skripsi tidak diterbitkan.
Makasar FKM UNHAS.
20