Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
WHO 2002, mendefinisikan kebutaan sebagai tajam penglihatan dibawah
3/60. Kebutaan adalah masalah kesehatan masyarakat yang serius bagi setiap negara.
Berdasarkan WHO, prevalensi kebutaan lebih besar pada negara berkembang.
Kebutaan ini sendiri akan berdampak secara sosial dan ekonomi bagi orang yang
menderitanya. Ironisnya, 75% dari kebutaan yang terjadi dapat dicegah atau diobati.6
Indonesia sebagai negara berkembang, tidak luput dari masalah kebutaan.
Disebutkan, saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia 60% diantaranya
berada di negara miskin atau berkembang. Indonesia, dalam catatan WHO berada
diurutan ketiga dengan terdapat angka kebutaan sebesar 1,47%.8
Di dunia ini 48% kebutaan yang terjadi disebabkan oleh katarak. Untuk
Indonesia, survei menunjukkan prevalensi kebutaan mencapai 1,5% dengan 0,78% di
antaranya disebabkan oleh katarak , dan yang terbesar karena katarak senilis.8
Katarak adalah perubahan lensa mata yang semula jernih dan tembus cahaya
menjadi keruh, sehingga cahaya sulit mencapai retina akibatnya penglihatan menjadi
kabur. Katarak terjadi secara perlahan-lahan sehingga penglihatan penderita
terganggu secara berangsur. Perubahan ini dapat terjadi karena proses degenerasi atau
ketuaan trauma mata, komplikasi penyakit tertentu, maupun bawaan lahir.3,8

BAB II
LAPORAN KASUS
II. 1 Identitas Pasien
Nama

: Tn. K

Agama

: Islam

Usia

: 63 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Pekerjaan

: Swasta

Status

: Menikah

Tgl Pemeriksaan

: 4 Januari 2016

No. RM

: 063431

II. 2 Anamnesis
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 4 Januari 2016 di Poli
Mata RSUD Ambarawa.
Keluhan Utama
Buram pada kedua mata, mata kanan sudah tidak dapat melihat sama sekali.
Riwayat Penyakit Sekarang
Buram dirasakan pada kedua mata, buram dirasakan seperti ada kabut yang
menutupi mata. Mata kanan sudah tidak dapat melihat sama sekali, mata kiri masih
dapat melihat hanya dalam jarak 10 15 meter. Keluhan sudah dirasakan sejak 2
tahun SMRS. Keluhan timbul perlahan-lahan dan dirasakan semakin memberat.
Keluhan bertambah berat jika digunakan untuk beraktivitas dan membaik jika dipakai
untuk beristirahat. Mata merah (-), mata gatal (-), mata berair (-).
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien menyangkal memiliki riwayat hipertensi dan diabetes mellitus.
Riwayat alergi juga disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga dengan keluhan serupa. Riwayat katarak dalam keluarga
disangkal, riwayat hipertensi dalam keluarga disangkal, riwayat diabetes mellitus
dalam keluarga disangkal.
Riwayat Penggunaan Obat
Pasien menyangkal menggunakan obat obatan rutin. Pasien juga sedang tidak
meminum obat obat apapun.
Riwayat Pribadi dan Sosial
Pasien sudah berhenti merokok sejak 2 tahun SMRS. Pasien tidak meminum
minuman beralkohol. Pasien jarang berolahraga.
II. 3 Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum

: Tampak sakit ringan

Kesadaran

: Compos Mentis

Tanda Vital

Blood Pressure

: 140/90 mmHg

Heart Rate

: 84 x/menit

Respiratory Rate

: 18 x/menit

Term

: 36,8C

Status generalis

Kepala
Wajah
Telinga
Hidung
Mulut
Tenggorokan

Tonsil T1-T1
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-), trakea ditengah (+), JVP 5-2

cmH2O
Thoraks
o

: Bentuk normocephal
: Nyeri ketok sinus (-), edema (-), wajah kanan dan kiri simetris (+)
: Normotia, sekret -/-, gendang teliang intak +/+
: Deviasi septum (-), Massa -/-, secret -/: Sianosis (-), gusi berdarah (-), kering (+), coated tongue (-)
: Hiperemis (-), uvula ditengah, arcus faring simetris kanan dan kiri,

Pulmo :

Inspeksi

Statis

: Normochest, lesi (-), dinding dada simetris kanan

dan kiri

Dinamis: Pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri,


retraksi sela iga (-)

Palpasi

: Vokal fremitus kanan sama dengan kiri

Perkusi

: Sonor pada seluruh lapang paru

Auskultasi

: Suara dasar vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-

Cor

Inspeksi

: Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi

: Ictus cordis teraba pada ICS V, thrill (-)

Perkusi

Abdomen

Batas jantung kanan ICS IV linea parasternalis dekstra

Batas jantung kiri ICS V linea midclavikularis sinistra

Pinggang jantung ICS III linea parasternalis sinistra

Auskultasi

: BJ 1-2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Inspeksi

: Perut cembung, supel

Auskultasi

: BU (+)

Palpasi

: NT (-), Hepar tidak teraba, Lien tidak teraba, shifting

dullness (-)
o
-

Perkusi

Ekstremitas

: Timpani pada seluruh lapang abdomen


:

Atas

Bawah : akral hangat +/+, edema -/-, CTR < 2 detik +/+

Status Oftalmologi

: akral hangat +/+, edema -/-, CTR < 2 detik +/+

Pemeriksaan
Visus
Persepsi Cahaya
Persepsi Warna
Visus koreksi
Sensus Coloris
Pergerakan bola mata
Kedudukan bola mata
Supercilia
Cilia

Palpebra Superior

Palpebra Inferior

Kojungtiva :
-Injeksi Konjuntiva
-Injeksi siliar
-Pertumbuhan
fibrovaskular
Aparatus Lakrimalis
Sklera
Kornea

OD
1/300
Baik
Baik
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Gerakan bola mata bebas

OS
6/45
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Gerakan bola mata bebas

di segala arah
Ortoforia
Madarosis (-)
Tumbuh penuh normal
Trikiasis (-)
Distrikiasis (-)
Hiperemis (-)
edeme (-)
ektropion (-)
entropion (-)
ptosis (-)
spasme (-)
massa (-)
Hiperemis (-)
edeme (-)
ektropion (-)
entropion (-)
ptosis (-)
spasme (-)
massa (-)

di segala arah
Ortoforia
Madarosis (-)
Tumbuh penuh normal
Trikiasis (-)
Distrikiasis (-)
Hiperemis (-)
edeme (-)
ektropion (-)
entropion (-)
ptosis (-)
spasme (-)
massa (-)
Hiperemis (-)
edeme (-)
ektropion (-)
entropion (-)
ptosis (-)
spasme (-)
massa (-)

(-)
(-)
(+)
Sumbatan (-)
Ikterik (-)
Sklerektasis (-)
Jernih
Infiltrat (-)
Sikatrik (-)

(-)
(-)
(-)
Sumbatan (-)
Ikterik (-)
Sklerektasis (-)
Jernih
Infiltrat (-)
Sikatrik (-)

Camera Okuli Anterior

Iris

Pupil
Lensa
Fundus Refleks
Lapang Pandang
Tonometri
Tes Fluorescein

Jernih
kedalaman cukup
hifema (-)
Reguler
Berwarna Coklat
Kripte (+)
Sinekia (-)
Bulat, sentral, reguler
Diameter 3mm
RCL (+) / RCTL (+)
Keruh seluruh lensa, Iris

Jernih
kedalaman cukup
hifema (-)
Reguler
Berwarna Coklat
Kripte (+)
Sinekia (-)
Bulat, sentral, reguler
Diameter 3mm
RCL (+) / RCTL (+)
Keruh sebagian lensa,

Shadow (-)
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
7/5,5 = 12,2
Tidak dilakukan

Iris Shadow (-)


Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
7/5,5 = 12,2
Tidak dilakukan

II.4 Resume

Tn. K 63 tahun dating dengan keluhan buram pada kedua mata, mata kanan sudah
tidak dapat melihat sama sekali. Buram dirasakan pada kedua mata, buram dirasakan
seperti ada kabut yang menutupi mata. Mata kanan sudah tidak dapat melihat sama
sekali, mata kiri masih dapat melihat hanya dalam jarak 10 15 meter. Keluhan
sudah dirasakan sejak 2 tahun SMRS. Keluhan timbul perlahan-lahan dan dirasakan
semakin memberat.

Hasil pemeriksaan :
Pemeriksaan
Visus
Lensa

Oculi Dextra
1/300
Keruh seluruh lensa, Iris

Oculi Sinistra
6/45
Keruh sebagian lensa, Iris

Shadow (-)

Shadow (-)

II. 5 Diagnosis
Katarak Senilis Matur OD
II. 6 Penatalaksanaan
6

Pro Operasi EKEK + IOL


II. 7 Prognosis
a) Quo ad vitam

: bonam

b) Quo ad sanationam

: dubia ad bonam

c) Quo ad functionam

: dubia

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1 Definisi
Katarak merupakan abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa
yang menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang. Katarak lebih sering
dijumpai pada orang tua, dan merupakan penyebab kebutaan nomor 1 di seluruh
dunia. Penuaan merupakan penyebab katarak yang terbanyak, tetapi banyak juga
factor lain yang mungkin terlibat, antara lain : trauma, toksin, penyakit sistemik (mis;
diabetes), merokok, dan herediter. Kata katarak berasal dari Yunani katarraktes
yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana seperti tertutup
air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak sendiri sebenarnya merupakan kekeruhan
7

pada lensa akibat hidrasi, denaturasi protein, dan proses penuaan.sehingga


memberikan gambaran area berawan atau putih.3,8
Kekeuruhan ini menyebabkan sulitnya cahaya untuk mencapai retina,
sehingga penderita katarak mengalami gangguan penglihatan dimana objek terlihat
kabur. Mereka mengidap kelainan ini mungkin tidak menyadari telah mengalami
gangguan katarak apabila kekeruhan tidak terletak dibagian tengah lensanya.3,8

Gambar 3. (http://medicastore.com/images/katarak2.jpg&imgrefurl)
Gangguan penglihatan yang dirasakan oleh penderita katarak tidak terjadi
secara instan, melainkan terjadi berangsur-angsur, sehingga penglihatan penderita
terganggu secara tetap atau penderita mengalami kebutaan. Katarak tidak menular
dari satu mata ke mata yang lain, namun dapat terjadi pada kedua mata secara
bersamaan.3,8
Katarak biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun dan pasen
mungkin

meninggal

sebelum

diperlukan

pembedahan.

Apabila

diperlukan

pembedahan maka pengangkatan lensa akan memperbaii ketajaman penglihtan pada


> 90% kasus.sisanya mungkin mengalami kerusakan retina atau mengalami penyulit
pasca bedah serius misalnya glaukoma, ablasio retina, atau infesi yang menghambat
pemulihan daya pandang.3,8

Gambar 4.(http://medicastore.com/images/katarak2.jpg&imgrefurl)
III.2 Epidemiologi
Lebih dari 90% kejadian katarak merupakan katarak senilis. 20-40% orang
usia 60 tahun ke atas mengalami penurunan ketajaman penglihatan akibat kekeruhan
lensa. Sedangkan pada usia 80 tahun ketas insidensinya mencapai 60-80%. Prevalensi
katarak kongenital pada negara maju berkisar 2-4 setiap 10000 kelahiran. Frekuensi
katarak laki-laki dan perempuan sama besar. Di seluruh dunia, 20 juta orang
mengalami kebutaan akibat katarak.5

III.3 Etiologi dan Faktor Risiko


Penyebab tersering dari katarak adalah proses degenerasi, yang menyebabkan
lensa mata menjadi keras dan keruh. Pengeruhan lensa dapat dipercepat oleh faktor
risiko seperti merokok, paparan sinar UV yang tinggi, alkohol, defisiensi vit E,
radang menahun dalam bola mata, dan polusi asap motor/pabrik yang mengandung
timbal.3,8
Cedera pada mata seperti pukulan keras, tusukan benda, panas yang tinggi,
dan trauma kimia dapat merusak lensa sehingga menimbulkan gejala seperti katarak.8
Katarak juga dapat terjadi pada bayi dan anak-anak, disebut sebagai katarak
kongenital. Katarak kongenital terjadi akibat adanya peradangan/infeksi ketika hamil,

atau penyebab lainnya. Katarak juga dapat terjadi sebagai komplikasi penyakit infeksi
dan metabolik lainnya seperti diabetes mellitus.3
III.4 Patofisiologi
Perubahan

fisik

dan

kimia

dalam

lensa

mengakibatkan

hilangnya

transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang dari
badan siliar ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa
dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengakibatkan pandangan dengan
menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya
protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan
serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan
bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi.
Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada
kebanyakan pasien yang menderita katarak.3,8
Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori hidrasi dan
sklerosis:
1. Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitellensa
yang berada di subkapsular anterior, sehingga air tidak dapatdikeluarkan
dari lensa. Air yang banyak ini akan menimbulkan bertambahnya
tekanan osmotik yangmenyebabkan kekeruhan lensa.6
2. Teori sklerosis lebih banyak terjadi pada lensa manula dimana
serabutkolagen

terus

bertambah sehingga terjadi

pemadatan

serabut kolagendi tengah. Makin lama serabut tersebut semakin


bertambah banyak sehingga terjadilah sklerosis nukleus lensa.6
Perubahan yang terjadi pada lensa usia lanjut:8
1. Kapsula
a. Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak)
b. Mulai presbiopiac
c. Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
d. Terlihat bahan granular

10

2. Epitel-makin tipis
a.

Sel epitel (germinatif pada ekuator bertambah besar dan berat)


b. Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata

3. Serat lensa
a. Serat irregular
b. Pada korteks jelas kerusakan serat sel
c. Brown sclerotic nucleus, sinar UV lama kelamaan merubah
proteinnukelus

lensa,

sedang

warna

coklat

protein

lensa

nucleusmengandung histidin dan triptofan disbanding normal


d. Korteks tidak berwarna karenai kadar asam askorbat tinggi dan
menghalangi foto oksidasi.
Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda. Perubahan fisik dan
kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparasi, akibat perubahan pada
serabut halus multipel yang memanjang dari badan siliar ke sekitar daerah di luar
lensa, misalnya menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Pada protein lensa
menyebabkan koagulasi, sehingga mengakibatkan pandangan dengan penghambatan
jalannya cahaya ke retina.8

11

Gambar 5. Perbandingan penglihatan normal dan penglihatan katarak


III.5 Klasifikasi
Morfologi

Maturitas

Onset

Kapsular

Insipien

Kongenital

Subkapsular

Intumesen

Infantile

Kortikal

Immatur

Juvenile

Supranuklear

Matur

Presenile

Nuklear

Hipermatur

Senile

Polar

Morgagni

III.6 Katarak Senilis


III.6.1 Definisi dan Epidimiologi
Katarak senilis merupakan tipe katarak didapat yang timbul karena proses
degeneratif dan umum terjadi pada pasien di atas 50 tahun. Pada usia 70 tahun, lebih
dair 90% individu mengalami katarak senilis. Umumnya mengenai kedua mata
dengan salah satu mata terkena lebih dulu.3
Faktor-faktor yang mempengaruhi onset, tipe, dan maturasi katarak senilis
antara lain:3
1.

Herediter

2.

Radiasi sinar UV

3.

Faktor makanan

4.

Krisis dehidrasional

5.

Merokok

III.6.2 Patofisiologi

12

Komposisi lensa sebagian besar berupa air dan protein yaitu kristalin.
Kristalin dan adalah chaperon, yang merupakan heat shock protein. Heat shock
protein berguna untuk menjaga keadaan normal dan mempertahankan molekul
protein agar tetap inaktif sehingga lensa tetap jernih. Lensa orang dewasa tidak dapat
lagi mensintesis kristalin untuk menggantikan kristalin yang rusak, sehingga dapat
menyebabkan terjadinya kekeruhan lensa.6,8
Mekanisme terjadi kekeruhan lensa pada
katarak senilis yaitu:
1.

Katarak senilis kortikal


Terjadi proses dimana jumlah protein

total berkurang, diikuti dengan penurunan


asam

amino

dan

kalium,

yang

mengakibatkan kadar natrium meningkat.


Hal ini menyebabkan lensa memasuki
keadaan

hidrasi

yang

diikuti

oleh

koagulasi protein.5
Pada katarak senilis kortikal terjadi
derajat maturasi sebagai berikut:
-Derajat separasi lamelar
Terjadi demarkasi dari serat kortikal akibat hidrasi. Tahap ini hanya dapat
diperhatikan menggunakan slitlamp dan masih bersifat reversibel.8
-Katarak insipien
Merupakan tahap dimana kekeruhan lensa dapat terdeteksi dengan
adanya area yang jernih diantaranya. Kekeruhan dapat dimulai dari
ekuator ke arah sentral (kuneiform) atau dapat dimulai dari sentral
(kupuliform).

3,5

13

-Katarak imatur
Kekeruhan pada katarak imatur belum mengenai seluruh bagian lensa. Volume
lensa dapat bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik, bahan lensa
yang degeneratif, dan dapat terjadi glaukoma sekunder.3
-Katarak matur
Kekeruhan pada katarak matur sudah mengenai seluruh bagian lensa.
Deposisi ion Ca dapat menyebabkan kekeruhan menyeluruh pada derajat
maturasi ini. Bila terus berlanjut, dapat menyebabkan kalsifikasi lensa. 3,5
-Katarak hipermatur
Pada stadium ini protein-protein di bagian korteks lensa sudah
mencair. Cairan keluar dari kapsul dan menyebabkan lensa menjadi
mengerut.3,5
-Katarak Morgagni
Merupakan kelanjutan dari katarak hipermatur, di mana nukleus lensa menggenang
bebas di dalam kantung kapsul. Pengeretuan dapat berjalan terus dan
menyebabkan hubungan dengan zonula Zinii menjadi longgar.3,5

Perbedaan stadium katarak


Insipien

Imatur

Matur

Hipermatu
r

Kekeruhan

Ringan

Sebagian

Seluruh

Masif

14

Cairan lensa

Normal

Bertambah

Normal

(air masuk)

Berkurang
(air keluar)

Iris

Normal

Terdorong

Normal

Tremulans

Bilik mata

Normal

Dangkal

Normal

Dalam

Normal

Sempit

Normal

Terbuka

Shadow test

Pseudops

Penyulit

Glaukoma

Uveitis +

depan
Sudut bilik
mata

Glaukoma

2.

Katarak senilis nuklear


Terjadi proses sklerotik dari nukleus lensa. hal ini menyebabkan lensa menjadi

keras dan kehilangan daya akomodasi.


Maturasi pada katarak senilis nuklear terjadi melalui proses sklerotik, dimana
lensa kehilangan daya elastisitas dan keras, yang mengakibatkan menurunnya
kemampuan akomodasi lensa, dan terjadi obtruksi sinar cahaya yang melewati lensa
mata. Maturasi dimulai dari sentral menuju perifer. Perubahan warna terjadi akibat
adanya deposit pigmen. Sering terlihat gambaran nukleus berwarna coklat (katarak
brunesens) atau hitam (katarak nigra) akibat deposit pigmen dan jarang berwarna
merah (katarak rubra).5,6

15

Gambar 10. (a) katarak brunesens (b) katarak nigra (c) katarak rubra
III.6.3 Manifestasi Klinis
Manifestasi dari gejala yang dirasakan oleh pasien penderita katarak terjadi
secara progresif dan merupakan proses yang kronis. Gangguan penglihatan bervariasi,
tergantung pada jenis dari katarak yang diderita pasien.3,5
Gejala pada penderita katarak adalah sebagai berikut:
1. Penurunan visus
2. Silau
3. Perubahan miopik
4. Diplopia monocular
5. Halo bewarna
6. Bintik hitam di depan mata
Tanda pada penderita katarak adalah sebagai berikut:3
1. Pemeriksaan visus berkisar antara 6/9 sampai hanya persepsi cahaya
2. Pemeriksaan iluminasi oblik
3. Shadow test
4. Oftalmoskopi direk
5. Pemeriksaan sit lamp

16

Derajat kekerasan nukleus dapat dilihat pada slit lamp sebagai berikut.

III.6.4 Diagnosa
Diagnosa katarak senilis dapat dibuat dari hasil anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya
penyakit-penyakit yang menyertai, seperti DM, hipertensi, dan kelainan jantung.6,8
Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk
mengetahui kemampuan melihat pasien. Visus pasien dengan katarak subcapsuler
posterior dapat membaik dengan dilatasi pupil. Pemeriksaan adneksa okuler dan
struktur intraokuler dapat memberikan petunjuk terhadap penyakit pasien dan
prognosis penglihatannya.6
Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas lensa
tetapi dapat juga struktur okuler lain, misalnya konjungtiva, kornea, iris, bilik mata
depan. Ketebalan kornea harus diperiksa dengan hati-hati, gambaran lensa harus
dicatat dengan teliti sebelum dan sesudah pemberian dilator pupil, posisi lensa dan
intergritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab subluksasi lensa dapat
mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya, kelainan metabolik, atau katarak
hipermatur. Pemeriksaan shadow test dilakukan untuk menentukan stadium pada
katarak senilis. Selain itu, pemeriksaan ofthalmoskopi direk dan indirek dalam
evaluasi dari intergritas bagian belakang harus dinilai.8

17

III.6.5 Diagnosis Banding


Katarak kongenital yang bermanifestasi sebagai leukokoria perlu dibedakan
dengan kondisi lain yang menyebabkan leukokoria, seperti retinoblastoma,
retinopathy of prematurity, atau persistent hyperplastic primary vitreus (PHPV).5

III.6.6 Tatalaksana
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa.
Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra
capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE).8
Indikasi
Indikasi penatalaksanaan bedah pada kasus katarak mencakup indikasi
visus,medis, dan kosmetik.8
1. Indikasi visus; merupakan indikasi paling sering. Indikasi ini berbeda pada tiap
individu, tergantung dari gangguan yang ditimbulkan oleh katarak terhadap
aktivitas sehari-harinya.
2. Indikasi medis; pasien bisa saja merasa tidak terganggu dengan kekeruhan pada
lensa matanya, namun beberapa indikasi medis dilakukan operasi katarak seperti
glaukoma imbas lensa (lens-induced glaucoma), endoftalmitis fakoanafilaktik,
dan kelainan pada retina misalnya retiopati diabetik atau ablasio retina.

18

3. Indikasi kosmetik; kadang-kadang pasien dengan katarak matur meminta


ekstraksi katarak (meskipun kecil harapan untuk mengembalikan visus) untuk
memperoleh pupil yang hitam.
Persiapan Pre-Operasi6
1. Pasien sebaiknya dirawat di rumah sakit semalam sebelum operasi
2. Pemberian informed consent
3. Bulu mata dipotong dan mata dibersihkan dengan larutan Povidone-Iodine 5%
4. Pemberian tetes antibiotik tiap 6 jam
5. Pemberian sedatif ringan (Diazepam 5 mg) pada malam harinya bila pasien cemas
6. Pada hari operasi, pasien dipuasakan.
7. Pupil dilebarkan dengan midriatika tetes sekitar 2 jam sebelum operasi. Tetesan
diberikan tiap 15 menit
8. Obat-obat yang diperlukan dapat diberikan, misalnya obat asma, antihipertensi,
atau anti glaukoma. Tetapi untuk pemberian obat antidiabetik sebaiknya tidak
diberikan pada hari operasi untuk mencegah hipoglikemia, dan obat antidiabetik
dapat diteruskan sehari setelah operasi.
Anestesi8
1. Anestesi Umum
Digunakan pada orang dengan kecemasan yang tinggi, tuna rungu, atau
retardasi mental, juga diindikasikan pada pasien dengan penyakit Parkinson, dan
reumatik yang tidak mampu berbaring tanpa rasa nyeri.
2. Anestesi Lokal :

Peribulbar block
Paling sering digunakan. Diberikan melalui kulit atau konjungtiva dengan jarum
25 mm. Efek : analgesia, akinesia, midriasis, peningkatan TIO, hilangnya refleks
Oculo-cardiac (stimulasi pada n.vagus yang diakibatkan stimulus rasa sakit pada
bola mata, yang mengakibatkan bradikardia dan bisa menyebabkan cardiac arrest)
Komplikasi :
o Perdarahan retrobulbar
o Rusaknya saraf optik
19

o Perforasi bola mata


o Injeksi nervus opticus
o Infeksi

Subtenon Block
Memasukkan kanula tumpul melalui insisi pada konjungtiva dan kapsul tenon 5
mm dari limbus dan sepanjang

area subtenon. Anestesi diinjeksikan diantar

ekuator bola mata.

Topical-intracameral anesthesia
Anestesi permukaan dengan obat tetes atau gel (proxymetacaine 0.5%, lidocaine
2%) yang dapat ditambah dengan injeksi intrakamera atau infusa larutan lidokain
1%, biasanya selama hidrodiseksi.

Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang tiga prosedur operasi
pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan
phacoemulsifikasi, SICS.
1. Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul.
Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan depindahkan
dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya
dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak
akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat
lama populer.ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia
kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit
yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis,
endoftalmitis, dan perdarahan.3,6,8

20

Gambar 11. Teknik ICCE

2. Extra Capsular Cataract Extraction ( ECCE )


Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa
dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan
kortek lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien
katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, implantasi lensa intra ocular
posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan
dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps badan
kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca, ada riwayat
mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema, pasca bedah ablasi,

21

untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps
badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat
terjadinya katarak sekunder.3,6,8

Gambar 12. Teknik ECCE

Gamabar 13. ECCE dengan pemasangan IOL


3. Phacoemulsification

22

Phakoemulsifikasi (phaco) adalah teknik untuk


membongkar dan memindahkan kristal lensa. Pada
teknik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 23mm)

di

kornea.

digunakan

untuk

Getaran

ultrasonic

menghancurkan

akan

katarak,

selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa


katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah
lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan
melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil
maka

tidak

diperlukan

jahitan,

akan

pulih

dengan

sendirinya,

yang

memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas seharihari.Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan
katarak senilis.3,6,8
4. Small Incision Cataract Surgery (SICS)
Insisi dilakukan pada sklera dengan ukuran insisi bervariasi dari 5-8 mm. Namun
tetap dikatakan SICS sejak design arsiteknya tanpa jahitan, Penutupan luka insisi
terjadi dengan sendirinya (self-sealing). Teknik operasi ini dapat dilakukan pada
stadium katarak immature, mature, dan hypermature. Teknik ini juga telah
dilakukan pada kasus glaukoma fakolitik dan dapat dikombinasikan dengan
operasi trabekulektomi.6
Jenis tehnik

Keuntungan

bedah katarak
Extra capsular
cataract

extraction
(ECCE)

Incisi kecil

Kerugian

kapsul posterior

Tidak ada komplikasi

vitreus

Kekeruhan pada

Kejadian
endophtalmodonesis lebih

Dapat terjadi
perlengketan iris dengan
kapsul

sedikit

23

Edema sistoid makula


lebih jarang

Trauma terhadap
endotelium kornea lebih sedikit

Retinal detachment lebih


sedikit

Lebih mudah dilakukan

Intra capsular
cataract

Semua komponen lensa


diangkat

Incisi lebih besar

extraction

Edema cistoid pada


makula

(ICCE)

Komplikasi pada
vitreus

Sulit pada usia < 40


tahun

Fakoemulsifikasi

Incisi paling kecil

Astigmatisma jarang terjadi

Pendarahan lebih sedikit

Teknik paling cepat

Endopthalmitis
Memerlukan dilatasi pupil
yang baik

Pelebaran luka jika ada


IOL

III.6.7 Komplikasi
Komplikasi operasi dapat berupa komplikasi preoperatif, intraoperatif,
postoperatif awal, postoperatif lanjut, dan komplikasi yang berkaitan dengan lensa
intra okular (intra ocular lens, IOL).6
A. Komplikasi preoperatif
a) Ansietas; beberapa pasien dapat mengalami kecemasan (ansietas) akibat
ketakutan akan operasi. Agen anxiolytic seperti diazepam 2-5 mg dapat
memperbaiki keadaan.

24

b) Nausea dan gastritis; akibat efek obat preoperasi seperti asetazolamid dan/atau
gliserol. Kasus ini dapat ditangani dengan pemberian antasida oral untuk
mengurangi gejala.
c) Konjungtivitis iritatif atau alergi; disebabkan oleh tetes antibiotik topical
preoperatif, ditangani dengan penundaan operasi selama 2 hari.
d) Abrasi kornea; akibat cedera saat pemeriksaan tekanan bola mata dengan
menggunakan tonometer Schiotz. Penanganannya berupa pemberian salep
antibiotik selama satu hari dan diperlukan penundaan operasi selama 2 hari.
B. Komplikasi intraoperatif
a) Laserasi m. rectus superior; dapat terjadi selama proses penjahitan.
b) Perdarahan hebat; dapat terjadi selama persiapan conjunctival flap atau selama
insisi ke bilik mata depan.
c) Cedera pada kornea (robekan membrane Descemet), iris, dan lensa; dapat
terjadi akibat instrumen operasi yang tajam seperti keratom.
d) Cedera iris dan iridodialisis (terlepasnya iris dari akarnya)
e) Lepas/ hilangnya vitreous; merupakan komplikasi serius yang dapat terjadi
akibat ruptur kapsul posterior (accidental rupture) selama teknik ECCE.
C. Komplikasi postoperatif awal
Komplikasi yang dapat terjadi segera setelah operasi termasuk hifema, prolaps
iris, keratopati striata, uveitis anterior postoperatif, dan endoftalmitis
bakterial.
D. Komplikasi postoperatif lanjut
Cystoid Macular Edema (CME), delayed chronic postoperative
endophtalmitis, Pseudophakic Bullous Keratopathy (PBK), ablasio retina, dan
katarak sekunder merupakan komplikasi yang dapat terjadi setelah beberapa
waktu post operasi.
E. Komplikasi yang berkaitan dengan IOL
Implantasi IOL dapat menyebabkan komplikasi seperti uveitis-glaucomahyphema syndrome (UGH syndrome), malposisi IOL, dan sindrom lensa
toksik (toxic lens syndrome).

25

III.6.8 Preventif dan Promotif


Katarak senilis tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya katarak senilis
ialah oleh karena faktor usia, namun dapat dilakukan pencegahan terhadap hal-hal
yang memperberat seperti mengontrol penyakit metabolik, mencegah paparan
langsung terhatap sinar ultraviolet dengan menggunakan kaca mata gelap dan
sebagainya. Pemberian intake antioksidan (seperti asam vitamin A, C dan E) secara
teori bermanfaat.5
Bagi perokok, diusahakan berhenti merokok, karena rokok memproduksi
radikal bebas yang meningkatkan risiko katarak. Selanjutnya, juga dapat
mengkonsumsi makanan bergizi yang seimbang. Memperbanyak porsi buah dan
sayuran. Lindungilah mata dari sinar ultraviolet. Selalu menggunakan kaca mata
gelap ketika berada di bawah sinar matahari. Lindungi juga diri dari penyakit seperti
diabetes.6
III.6.9 Prognosis
Tindakan pembedahan secara defenitif

pada katarak senilis dapat

memperbaiki ketajaman penglihatan pada lebih dari 90% kasus. Sedangkan prognosis
penglihatan untuk pasien anak-anak yang memerlukan pembedahan tidak sebaik
prognosis untuk pasien katarak senilis. Adanya ambliopia dan kadang-kadang
anomali saraf optikus atau retina membatasi tingkat pencapaian pengelihatan pada
kelompok pasien ini. Prognosis untuk perbaikan ketajaman pengelihatan setelah
operasi paling buruk pada katarak kongenital unilateral dan paling baik pada katarak
kongenital bilateral inkomplit yang proresif lambat.4

26

BAB IV
PENUTUP
Katarak adalah abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa yang
menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang. Katarak merupakan penyebab
kebutaan nomor 1 di seluruh dunia. Hal ini didukung oleh factor usia, radiasi dari
sinar ultraviolet, kurangnya gizi dan vitamin serta factor tingkat kesehatan dan
penyakit yang diderita. Penderita katarak akan mengalami gejala-gejala umum seperti
penglihatan mulai kabur, kurang peka dalam menangkap cahaya (fotofobia) sehingga
cahaya yang dilihat hanya berbentuk lingkaran semu, lambut laun akan terlihat seperti
noda keruh berwarna putih di bagian tengah lensa kemudian penderita katarak akan
sulit menerima cahaya untuk mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang
kabur pada retina.
Katarak ada beberapa jenis menurut etiologinya yautu katarak senile,
congenital, traumatic, toksis, asosiasi, dan komplikata. Katarak hanya dapat diatasi
melalui prosedur operasi. Ada 4 jenis teknik operasi katarak yaitu ICCE, ECCE,
Phacoemulsification, SICS. Akan tetapi jika gejala tidak mengganggu tindakan
operasi tidak diperlukan, kadang kala hanya dengan mengganti/menggunakan
kacamata. Karena kekeruhan (opasitas) sering terjadi akibat bertambahnya usia
sehingga tidak diketahui pencegahan yang efektif untuk katarak yang paling sering
terjadi.

27

DAFTAR PUSTAKA

1. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asburys General Ophthalmology. 17th ed. USA : Mc
Graw-Hill; 2007.
2. Guyton AC, Hall EH. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Philadelphia : W.B.
Saunders Company ; 2006.
3. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010.
4. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology : A Systemic Approach. 7 th ed. China:
Elsevier : 2011. (e-book)
5. Ocampo VVD. Cataract, Senile : Differential Diagnosis and Workup. 2009. Diakses dari
http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview, tanggal 08 Februari 2014.
6. Pascolini D, Mariotti SP. Global estimates of visual impairment:2010. BR J Ophthalmol.
2011.
7. Scanlon VC, Sanders T. Indra. In. : Komalasari R, Subekti NB, Hani A, editors. Buku Ajar
Anatomi dan Fisiologi. 3rd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.
8. Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva P. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta:
Widya Medika, 2000.

28

Anda mungkin juga menyukai