TINJAUAN PUSTAKA
proses pengujian yang lebih lama (Lu Frank,1995) pengujian LD50 dilakukan
untuk menentukan efek toksik suatu senyawa yang akan terjadi dalam waktu
singkat setelah pemajanan dengan takaran tertentu. Gejala ketoksikan yang timbul
berbeda dalam tingkat kesakitan pada hewan (Connel dan Miller 1995). Kisaran
tingkat dosis yang digunakan yakni dosis terendah yang hampir tidak mematikan
seluruh hewan percobaan dan sosis tertinggi yang dapat menyebabkan kematian
seluruh atau hampir seluruh hewan percobaan. Setiap hewan percobaab akan
memberikan reaksi yang berbeda pada dosis tertentu. Perbedaan reaksi akibat
pemberian suatu zat diakibatkan oleh perbedaan tingkat kepekaan setiap hewan
(Guyton and Hall, 2002).
Letal dosis (LD50) dapat dihubungkan dengan efektif dosis (ED50) yaitu
dosis yang secara terapeutik efektif terhadap 50% dari sekelompok hewan
percobaan. Hubungan tersebut dapat berupa perbandingan antara LD50 dengan
ED50 yang disebut Indeks Terapeutik (IT). Jika nilai indeks terapeutik semakin
besar maka obat tersebut keamanannya makin besar pula (Mutschler,1991).
Klasifikasi toksisitas menurut Lu,1995
Tabel 1. Klasifikasi toksisitas menurut Lu,1995
Kategori
Dosis
Supertoksik
5 - 50 mg/kgBB
Sangat toksik
50 - 500 mg/kgBB
Toksik sedang
0,5 5 g/kgBB
Toksik ringan
Parktis tidak toksik
/kgBB
>15 g/kgBB
keracunan dapat berjalan lambat. Gejala keracunan yang muncul setelah 24 jam
menunjukkan bahwa bahan obat atau senyawa kimia itu memiliki titik tangkap
kerja pada tingkat yang lebih bawah sehingga gejala keracunan dan kematian
seolah-olah tertunda. Oleh karena itu gejala keracunan perlu diamati selama 7 hari
(Ngatidjan:1997). Sediaan yang akan diuji dipersiapkan menurut cara yang sesuai
dengan karakteristik bahan kimia tersebut, tidak diperbolehkan adanya perubahan
selama waktu pemberian. Untuk pemberian per oral ditentukan standar volume
yang sesuai dengan hewan uji (Paget:1970)
3. Umur
6. Faktor Lingkungan
Keragaman
faktor
lingkungan
berpengaruh
terhadap
makanan
hewan
percobaan
dapat
Dosis
Pemberian obat secara berulang, walaupun dengan dosis
yang lebih kecil dapat menimbulkan toksisitas. Hal ini terjadi bila
terdapat akumulasi obat di dalam tubuh (Ballantyne,1993).
9.
Formulasi
Bahan-bahan kimia yang diberikan secara oral atau secara
topical, toksisitasnya dapat dipacu oleh keberadaan absorbsinya.
Pada bentuk sediaan aerosol ukuran partikel dapat meningkatkan
penetrasi dan deposisi bahan kimia pada jalur pernafasan, oleh
karena itu dosis yang digunakan harus benar-benar tepat
(Ballantyne,1993). Pemberian obat melalui suatu cara yang
berbeda pada spesies yang sama akan memberikan hasil yang
berbeda. pemberian obat peroral tidak langsung didistribusikan je
seluruh tubuh. Pemberian obat peroral didistribusikan ke seluruh
tubuh setelah terjadi proses penyerapan di saluran cerna. Sehingga,
mempengaruhi kecepatan metabolism suatu zat di dalam tubuh
(Mutschler, 1991).
Tepung porang(%)
8.71
4.47
3.09
3.34
2.98
22.72
43.98
(Widjanarko,2014)
(Handbook of Hydrocolloids,2000)
Salah satu sumber glukomanan adalah umbi porang (Amorphophalus konjac) dengan
kadnungan yang tergantung pada spesiesnya, dengan kisaran kandungan antara 5%-65% (Eka
Andi et all, 2014)
Glukomanan memiliki memilikki kelebihan antara lain untuk meningkatkan fungsi
pencernaan dan sistem imun, menurunkan kadar kolesterol dan gula darah, serta membantu
menurunkan berat badan. (Eka Dessy Natalia et all,2014). Konjak glukomannan memiliki
berat molekl tertinggi antara 200.000 2.000.000 Dalton. Memiliki kapasitas tamping air
terbesar sampai 100 kali beratnya dalam air.
Kekhususan glukomanan dari konjak adalah :
Merupakan serat yang secara alami bisa larut dalam air, tidak mengandung lemak,
Melihat dari beberapa keunggulan (kekhususan) tersebut, maka akan sangat cocok
bila isolasi glukomannan diterapkan dalam produksi makanan diet. Proses isolasi
glukomannan dapat dilakukan dengan bantuan enzim, melalui pemotongan rantai amilum
secara enzimatis. Dimana struktur pati (gula) dari bahan akan dipecah oleh enzim amylase
menjadi monomer monomer gula, yaitu: galaktosa, glukosa, dan mannose. Isolasi monomer
pati(glukosa dan mannose) inilah yang akan menjadi bahan dasar pembuatan makanan
kesehatan.
Penelitian mengenai khasiat tanaman sejenis iles-iles yang berasal dari Jepang yaitu
Amorphopallus konjac
telah
banyak
dilakukan
dan
jenis Amorphophallus
oncophillus
di
klaim
tubuh.
(iles-iles)
yang
memiliki
Akan tetapi
khasiat
penelitian
merupakan
tanaman
khasIndonesia masih sedikit dilakukan dari segi khasiat iles-iles tersebut terhadap tubuh dan
sifat fisiko kimianya apabila digunakan sebagai functional food . Beberapa penelitian dalam
bidang medis menyatakan bahwa konsumsi tepung iles-iles(konjac flour) dapat menurunkan
gula darah, menurunkan tekanan darah serta kadar kolesterol. Menurut Blackburn et al
(1984)
Mekanisme
iles-iles
dalam
menurunkan
dalam usus halus (intestine). Laboratorium David Jenkins di Universitas Toronto (Vuksa et
al, 1989) melakukan uji terhadap 9 orang pengidap penyakit diabetes terhadap biskuit yang
disubtitusi
dengan
tepung
konjac
dengan
yang
tidak
disubtitusi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata (99%) nilai indeks g
likemiaantara yang disubtitusi (375). dengan yang tidak disubtitusi (948). Tepung
konjacdapat menurunkan respon glikemia hingga 70-75% jauh lebih tinggi dibanding
dengangum guar atau pektin yang juga dilaporkan dapat menurunkan respon glikemia
sebesar 30-35% (Wolever, 1985).
Polisakarida mannan pada tanaman dapat berfungsi sebagai hemiselulosa yang
mengikat selolosa dan sebagai cadangan makanan karbohidrat non pati pada dinding sel
tanaman, dinding endosperma, vakuola biji dan cadangan karbohidrat di vakuola pada
jaringan vegetative (Liepman dkk., 2007;Chua,2011). Glukomannan baik untuk program diet
karena dapat memberikan rasa kenyang bagi orang yang mengonsumsinya sehingga dapat
mengakibatkan penurunan berat badan(Vuksan dkk.,2000; Keithley dan Swanson,2005).
Glukomannnan juga dapat digunakan untuk mencegah penyakit jantung dengan menurunkan
kolestrol dan mengurangi respon glikemik. Glukomannan juga dapat dimanfaaatkan secara
komersial untuk modifikasi dalam industri pangan sebagai bahan pengganti lemak (Singh
dan Shelley,2007).