Modul Gender Untuk Sosped
Modul Gender Untuk Sosped
GENDER
Dr.Ir.Harsuko Riniwati,MP
Email : riniwatisepk@ub.ac.id
1.
2.
PENDAHULUAN
Pengantar
Tujuan
Definisi
PENGERTIAN ISTILAH
GENDER SECARA UMUM
DAN KHUSUS
3. MENGAPA MEMPELAJARI
GENDER
4. KONDISI UMUM DI
PEDESAAN PERIKANAN
PROFIL AKTIVITAS
DOMESTIK
PROFIL AKTIVITAS
PRODUKTIF
PROFIL KEGIATAN SOSIAL
KEMASYARAKATAN
PROFIL AKSES, KONTROL
5. ALAT ANALISIS DALAM
MEMAHAMI GENDER
MODUL
1. PENDAHULUAN
1.1 Pengantar
Sosiologi menyelidiki/meneliti masalah-masalah kehidupan
masyarakat itu sebagai suatu keseluruhan yang meliputi segala
aspek kehidupan manusia. Apabila kita bicara manusia mau
tidak mau mencakup laki-laki dan perempuan. Kesatuan
masyarakat mulai yang terkecil yaitu individu, keluarga,
golongan dan terbesar adalah masyarakat. Masyarakat adalah
golongan besar atau kecil dari beberapa manusia yang dengan
sendirinya bertalian secara golongan dan mempunyai pengaruh
satu sama lain
Faktor-faktor yang mendorong manusia bermasyarakat adalah :
a) Hasrat sosial adalah hasrat untuk menghubungkan dirinya
dengan individu lainnya atau kelompok
b) Hasrat meniru adalah hasrat untuk
menyatakan secara
diam-diam atau terang-terangan sebagian dari salah gejala
atau tindakan.
c) Hasrat berjuang adalah hasrat untuk berjuang mengalahkan
lawan
d) Hasrat bergaul adalah hasrat untuk bergabung dengan
orang-orang
tertentu,
kelompok
tertentu
misalnya
organisasi, club dan lain-lain.
e) Hasrat untuk memberitahukan adalah hasrat untuk
menyampaikan persamaan-persamaan kepada orang lain,
biasanya disampaikan dengan suara, bintang jasa, dan
bertujuan mencapai hubungan dengan orang lain.
f) Hasrat untuk mendapat kebebasan yaitu hasrat untuk
menghindarkan diri dari tekanan atau pembatasan
g) Hasrat sexuil yaitu hasrat untuk mengembangkan keturunan
4. GENDER
h. Hasrat bersatu yaitu adanya kenyataan bahwa manusia itu adalah makhluk lemah
maka dari itu mencari kekuatan bersama, sehingga mereka berlindung bersamasama.
i. Adanya kesamaan turunan, kesamaan keyakinan, dan lain-lain.
Manfaat mempelajari sosiologi adalah untuk digunakan dalam memecahkan persoalan
yang timbul dalam kelompok, golongan maupun masyarakat. Masalah yang sering
timbul dalam kelompok, golongan dan masyarakat yaitu konflik dan pertentangan.
Untuk mengatasi konflik dan pertentangan dalam masyarakat diperlukan suatu analisis
yang tepat. Seperti kita ketahui bahwa timbulnya masyarakat digambarkan sebagai
berikut :
Individ
u
Keluarg
a
Golongan
Masyarakat
Bangsa
/negar
Semua unsur dalam pembentukan masyarakat terdiri dari laki-laki dan perempuan.
Untuk mengatasi konflik atau pertentangan antara individu, anggota keluarga,
golongan atau masyarakat laki-laki dan perempuan dapat digunakan analisis gender.
Dalam sejarah perkembangan jaman, terjadi perubahan sosial yang menyebabkan
kesenjangan hubungan antara laki-laki dan perempuan. Kesenjangan tersebut
menunjukkan adanya hubungan yang kurang serasi diantara kedua golongan (laki-laki
dan perempuan). Untuk mempelajari adanya kesenjangan hubungan secara sosial
antara laki-laki dan perempuan perlu pemahaman terhadap konsep gender.
Page 2 of 41
Gender sebagai konsep adalah hasil pemikiran atau rekayasa manusia untuk
menemukenali berbagai permasalahan dan untuk mencari jalan pemecahan yang
menghambat kemajuan perempuan.
Oleh karena terdapatnya perbedaan adat istiadat, budaya, agama dan sistem nilai
antara satu bangsa, masyarakat dan suku dengan yang lain, maka kedudukan,
fungsi dan peran laki-laki juga perempuan di suatu negara atau di suatu daerah
dapat berbeda.
Jadi gender atau hubungan fungsi dan peran antara laki-laki dan perempuan itu
dapat berbeda disebabkan adanya perbedaan adat istiadat, budaya, agama dan
sistem nilai dari bangsa, masyarakat dan suku bangsa tersebut. Gender juga
dapat berubah karena pengaruh perjalanan sejarah, serta karena pengaruh
perubahan politik, ekonomi dan sosial budaya atau pengaruh kemajuan
pembangunan
Untuk dapat memahami gender dengan lebih baik ada baiknya dipahami
pengertian sex (jenis kelamin). Sex juga berarti jenis kelamin, namun demikian
istilah seks tersebut mempunyai makna yang berbeda secara mendasar bila
dibandingkan dengan istilah gender. Seks merupakan sejumlah perbedaan
fisiologis dalam struktur dan fungsi yang membedakan laki-laki dan perempuan
atau kelompok laki-laki dan perempuan pada manusia, binatang dan tumbuhtumbuhan.
Istilah seks mengacu kepada struktur reproduksi, hormon dan ciri-ciri fisik.
Sebagai struktur hormon, seks tersusun dari sejumlah hormon endrogean (lakilaki) dan hormon estrogen (perempuan). Istilah seks juga sering dikaitkan
dengan alat yang berfungsi untuk mencapai kepuasan jasmani. Dengan
pengertian tersebut diatas maka istilah seks mempunyai makna biologis.
Jika kita bicara sex berarti mengacu pada beberapa hal sebagai berikut :
a. Kodrat Tuhan yang tidak dapat dipertukarkan dan tidak dapat diubah oleh
manusia
b. Jenis kelamin adalah sesuatu pemberian, jadi tidak dapat memilih
c. Jenis kelamin laki-laki mempunyai ciri-ciri yang tidak dapat dipertukarkan
peran dan fungsinya. Misalnya perempuan hamil, melahirkan, menyusui.
Sedangkan laki-laki membuahi. Adanya perbedaan secara biologis antara lakilaki dan perempuan tersebut adalah diciptakan Tuhan untuk saling meengkapi,
menyayangi, menghormati, membutuhkan, merindukan dan lain-lain.
Sedangkan jika kita bicara tentang gender, adalah jika selama yang dibicarakan
adalah diluar faktor biologis seperti telah diuraikan diatas. Jadi jika bicara
tentang gender adalah bicara masalah hubungan sosial laki-laki dan perempuan
seperti hal berikut ini :
a. Sifat yang mlekat pada laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara
sosial dan budaya. Umumnya disebut kodrat budaya.
b. Sifat yang melekat tersebut merupakan perkembangan budaya suatu bangsa
atau suku yang sifatnya cukup dinamis
c. Merupakan buatan manusia maka sifat tersebut dapat dipertukarkan
d. Contoh sifat melekat pada laki-laki yaitu gagah, rasional, tegas dan lain-lain.
Sifat melekat pada perempuan yaitu lembut, emosional, lemah.
e. Perempuan mempunyai sifat yang dikonstruksi pada laki-laki misalnya
manajer, pilot, perencana pembangunan, dan lain-lain. Laki-laki juga
mempunyai sifat yang dikonstruksi pada perempuan misalnya ahli masak,
Page 3 of 41
Gender
Kultural
Biologis
Pemberian Tuhan
Dapat diubah
Peran Seks
Laki-laki
Produksi
Peran Gender
Perempuan
Reproduksi
Haid, Hamil,
Melahirkan, menyusui dan
sebagainya
Dari aspek gender, ada fenomena bahwa sejak kecil anak-anak sudah dibiasakan
bahwa laki-laki berkaitan erat dengan pekerjaan publik dan penuh tantangan,
Page 4 of 41
sehingga perempuan yang ada kebanyakan memilih di sektor domestik dan takut
akan tantangan. Padahal jika dikondisikan bahwa semua pekerjaan baik dan
mampu dilakukan baik oleh laki-laki maupun perempuan, semua juga mampu
melaksanakan. Seperti terlihat dari fakta yang terjadi pada 2 orang perempuan
penyelam sebagai berikut :
Contoh,
d) Peran gender
Akibat dari kedua hal diatas, maka sangatlah wajar kalau perempuan
(yang terkurung di sektor domestik) dihinggapi rasa rendah diri.
Page 7 of 41
Adanya perbedaan gender yang dikonstruksi secara sosial oleh masyarakat akan
merugikan posisi perempuan dan menimbulkan beberapa istilah dalam gender
antara lain :
Peran gender/ gender role yaitu perempuan domestik, laki-laki publik adak
merugikan perempuan. Selain peran gender ada beberapa perbedaan
gender yang merugikan perempuan yaitu :
Identitas gender/ gender identity , misalnya perempuan lemah, lembut,
emosional dan lain-lain, sehingga tidak baik menjadi pemimpin. Laki-laki
itu gagah, rasional, dan lain-lain, sehingga baik menjadi pemimpin.
Norma gender/ gender norm, misalnya perempuan keluar malam tidak
baik, laki-laki tidak masalah.
Stereotip gender/ stereotype gender , misalnya perempuan pesolek,
perempuan besi, dan lain-lain.
ketimbang posisi yang lain, (2) posisi tertentu lebih penting untuk menjaga
kelangsungan hidup masyarakat ketimbang posisi yang lain, (3) Posisi-posisi
sosial yang berbeda memerlukan bakat dan kemampuan yang berbeda pula.
Mencermati permasalahan bagi masyarakat yang mengacu kepada aliran
fngsional, maka sosialisasi peran gender berdasarkan norma androgini yaitu
menyeimbangkan kemampuan laki-laki dan perempuan berdasarkan menutup
apa kekurangan dari masing-masing. Laki-laki diperbolehkan untuk lebih akrab
dengan segi perasaannya, dirangsang untuk mengembangkan kemampuannya
akan empati dan untuk menaruh perhatian yang leih besar pada hubunganhubungan interpersonalnya disamping tetap melatih berbagai kebutuhan
pengembangan sifat asertif dan kemandiriannya.
Demikian juga bagi perempuan, yang telah memiliki sifat lebih akrab dari segi
perasaan dan empati untuk dirangsang pula untuk mengembangkan kebutuhan
pengembangan sifat asertif dan kemandiriannya. Sosialisasi peran dan fungsi
perempuan dan laki-laki dengan pola androgini ini merupakan alternative untuk
dipertimbangkan jika perempuan tidak mau terkungkung dalam mitos dan
stereotip yang merugikan pengembangan dirinya sebagai manusia yang utuh.
Profil akses dan pengambilan keputusan Terhadap Sumberdaya, Akses
adalah wewenang menggunakan sumberdaya yang dimiliki, namun tidak
mempunyai wewenang dalam pengambilan keputusan.
Sumberdaya dikelompokkan menjadi sumberdaya alam, manusia dan buatan.
Sumberdaya alam dalam bidang perikanan antara lain tanah, laut, ikan, air.
Sumberdaya manusia adalah semua tenaga kerja yang menjadi komunitas
masyarakat pesisir pantai Mayangan Probollinggo. Sedangkan yang termasuk
sumberdaya buatan antara lain teknologi, pasar, informasi, program kredit,
program pelatihan, dan lain-lain.
Sumberdaya di lokasi penelitian dan yang terkait dalam pembangunan pelabuhan
adalah sumberdaya alam (tanah, laut, air, ikan, bahan bakar), sumberdaya
manusia (tenaga kerja), sumberdaya buatan terkait pembangunan pelabuhan
perikanan pantai Mayangan ( kolam pelabuhan, dermaga, pasar ikan, fasilitas
penunjang lainnya, sarana darat meliputi lahan darat, pembagian zoning areal
darat, jalan dan lapangan parkir, kolam penampungan ikan hidup, laboratorium,
gedung pertemuan nelayan, gudang BAP, transit shed, suplai air tawar, suplai
BBM, tempat pembuangan sampah, bangunan toilet umum, kios dan kantin,
ruang gen set, masjid, instalasi pengolah air limbah, taman).
Akses dan pengambilan keputusan perempuan terhadap sumberdaya lebih
rendah daripada laki-laki. Kondisi ini diawali dari proses pembangunan pelabuhan
yang bias gender sehingga tidak mewakili aspirasi semua pihak yang
membutuhkan. Kebutuhan terkait dengan gender adalah spesifik. Kebutuhan
praktis gender yaitu kebutuhan jangka pendek baik untuk perempuan maupun
terhadap laki-laki. Kebutuhan praktis gender terpenuhi belum tentu berorientasi
juga untuk kebutuhan strategis gender (kebutuhan jangka panjang). Realisasi
pelaksanaan proses pembangunan pelabuhan perikanan Pantai Mayangan yang
bias gender gender tersebut, factor yang mempengaruhi antara lain karena actor
atau pelaksana pembangunan tersebut dominan dilakukan oleh laki-laki mulai
perencana, pelaksana dan pemonev. Actor itu dipandang sebagai manusia yang
mempunyai maksud dan tujuan.
Beberapa metode analisis gender dan aplikasinya akan dibahas dalam kajian ini,
yaitu teknik analisis Harvard, Matrik Analisis Gender (MAG), Longwe, Gender
Analisis Pathway dan P2MDBG (Perencanaan Pembangunan Masyarakat Desa
Berwawasan Gender)
Astuti (2002) mengatakan bahwa analisis gender dapat dilakukan pada berbagai
level, yaitu :
a) Level grassroot / mikro (rumah tangga dan masyarakat). Alat analisis yang
digunakan dapat berupa : a. Pembagian kerja gender / peran, b. akses dan
kontrol terhadap sumberdaya, c. posisi sosial politik dan kapasitas pengambilan
keputusan pada laki-laki dan perempuan.
b) Level institusi, yaitu kapasitas gender institusi yang meliputi :
Kebijakan yang adil gender, termasuk dalam hal ini adalah partisipasi laki-laki
dan perempuan, anggaran yang adil gender,
Page 15 of 41
Perempuan /Anak
perempuan
Kegiatan Produktif
Pertanian
Mencari nafkah lain
Pekerjaan, dll
Kegiatan Reproduktif
Penyediaan air bersih
Penyediaan makanan
Pengasuh Anak
Yang terkait dg
kesehatan,dll
Kegiatan Sosial
Akses
Perempuan Laki-laki
Tanah
Peralatan
Uang
Pendidikan, dll
Manfaat :
Selain income
Harta kekayaan
Kebutuhan dasar
Pendidikan
Page 16 of 41
Kontrol
Perempuan Laki-laki
Peluang
Faktor yang
mempengar
uhi
4.2
Tk.
Analisis
Tenaga
Waktu
Sumberdaya
Budaya
KategoriLaki-laki
Analisis
Perempuan
Rumah tangga
Page 17 of 41
Keterangan :
Pada kolom tersebut diisi dampak negatif (-) dan positif (+) dengan adanya proyek /
kebijakan
Untuk menentukan dampak + dan dapat didasarkan pada hasil wawancara terhadap
laki-laki dan perempuan
Jika dampak negatif lebih banyak daripada dampak positif berarti kebijakan / proyek
tersebut tidak atau kurang bermanfaat dan sebaliknya.
Jika dampak negatif lebih banyak bagi perempuan berarti kebijakan / proyek tersebut
kurang bermanfaat bagi perempaun dan sebaliknya.
4.3
LONGWE
Metode Longwe digunakan sebagai alat analisis, yaitu menganalisis proses pemampuan
perempuan, bukan dalam arti kesejahteraan material. Tujuannya adalah untuk
memahami lima butir kriteria analisis (kesejahteraan, akses, penyadaran partisipasi
aktif dan kontrol), sehingga dapat menginterpretasikan pembangunan perempuan
sebagai suatu proses yang pentingdan bagian integral dari proses pembangunan serta
untuk mencapai KKG dalam lima butir tersebut.
Komponen dalam masing-masing variabel dapat dilihat pada berikut :
Variabel
1.
Kesejahter
aan
2. Akses
3.
Penyadara
n
1. Partisipasi
a. Pemerat
aan
b. Keterliba
tan
5. Kontrol
Komponen
Pangan, papan, sandang,
pendapatan, layanan
kesehatan, angka kematian,
buta huruf, status gizi,
kemampuan membaca,
menulis, kemampuan
berbahasa Indonesia dan
lain-lain.
Tanah, lapangan, kredit,
pelatihan, fasilitas
pemasaran, teknologi dan
lain-lain.
Isu dan kebutuhan
perempuan, diskriminasi
perempuan, kemampuan
menganalisis isu sejalan
dengan hak dan kepentingan,
dan lain-lain.
Proses perencanaan, penentu
kebijakan, dan administrasi.
Penetapan kebutuhan,
formulasi proyek,
implementasi dan monitoring
serta evaluasi, dan lain-lain.
Keseimbangan penguasaan
terhadap faktor produksi dan
distribusi manfaat tidak ada
pihak pada posisi dominan
atau sub ordinat, misalnya :
L dan P mempunyai kontrol
yang sama terhadap
Page 18 of 41
pendapatan.
Keterangan
Diperlukan data pembuka
wawasan yang terpilah
gender
Profil
aktivitas
masyarakat
Indikator
Monev
Melek huruf perempuan
90-95 %
Usia harapan hidup > 70
tahun
AKI 300-325 per 100.000
Sumbangan pendapatan
perempuan 35-50 %
Partisipasi
perempuan
45-55 %
Peningkatan penghasilanperempuan 50-70 %
Peningkatan
usaha
ekonomi
produktif
dengan modal di atas 5
juta (25 %)
Secara aplikasi, sama dengan menganalisis metode Harvard hanya saja pada
metode Longwe lima level pemerataan digambarkan keberhasilan pemerataan dan
pemampuannya dengan piramida. Lima level pemerataan merupakan hubungan
hirarki. Oleh karena itu pemerataan / persamaan kontrol lebih penting untuk
pembangunan perempuan daripada pemerataan kesejahteraan. Level pemerataan
yang lebih tinggi secara otomatis adalah level pembangunan yang lebih tinggi.
Hirarki pemampuan / pemberdayaan dapat disusun dalam bentuk piramida sebagai
berikut :
Pro
yek
Kesejahtera
an
Ak
ses
Penya
daran
Partisi
pasi
Kon
trol
Pertanian
Pendidikan
dan
pelatihan
Industri
Proyek milik
perempuan
Salah satu langkah dapat ditempuh dengan membuat pohon masalah dan pohon
tujuan.
Variabel pengamatan dan data primer yang dikumpulkan pada metode Longwe dapat
dilihat ditabel berikut :
Variabel
1. Akses dalam unit usaha
2.
Partisipasi dalam
pengelolaan,
pendapatan dan
pengembangan usaha
3.
Kesadaran pengelolaan
dan pengembangan
usaha (pengetahuan,
pemahaman dan
strategi pemecahan
masalah)
a.
b.
c.
4.
Pengambilan
keputusan dan kontrol
pada sumberdaya dan
manfaat
a.
b.
c.
d.
4.4
Moser
Metode Moser adalah suatu metode atau teknis analisis gender yang membantu
perencana atau peneliti dalam menilai, mengevaluasi, merumuskan usulan dalam
tingkat kebijaksanaan program dan proyek yang lebih peka gender. Metode Moser ini
Page 20 of 41
Page 21 of 41
Prod.
Kemasyr
KG
KGP
Pendekatan
kebijakan
Ket. lain
KGS
Catatan :
Tuliskan nomor dan judul / nama proyek
Perempuan difokuskan pada peranan apa
Kebutuhan gender apa yang ingin dipenuhi
4.5 Gender Analysis Pathway (GAP)
Metode GAP adalah metode analisis untuk mengetahui kesenjangan gender dengan
melihat aspek akses, peran, manfaat dan kontrol
yang diperoleh laki-laki dan
perempuan dalam program pembangunan mulai perencanaan sampai dengan
monitoring dan evaluasi. Berikut disajikan langkah-langkah (alur kerja analisis) pada
kasus program Keluarga Berencana (KB).
Langkah-langkah (alur kerja analisis) tersebut adalah :
Melakukan analisis bias gender yang ada di wilayah penelitian. Analisis bias
gender ini meliputi kesenjangan dalam faktor sosial, ekonomi, sosial, budaya
dan agama. Aplikasi matrik identifikasi masalah Gender dapat dilihat pada
tabel berikut
Page 22 of 41
N
o
IDENTIFIKASI
MASALAH
Faktor Sosial
Budaya
Faktor
Agama
Ket
Kesetaraan dlm
Prog. KB bagi
laki-laki sangat
rendah
- Suami tidak
pantas ikut KB
- KB urusan
perempuan
- Laki-laki harus
mencari nafkah tidak
punya waktu untuk
mengetahui selukbeluk KB
- Terbatasnya pilihan
kontrasepsi yg
murah untuk laki-laki
Kebijakan
saat ini
Data terpilih
Isu Gender
Faktor Kesenjangan
Peran
Kontrol
Akses
1
Peserta
KB laki2
perlu
ditingkatkan
2
Sampai akhir
bulan Juli 2001
:
-Peserta KB
laki-laki
=
1,38 %
Perempuan
=98,62%
3
Pelaya
nan KB
sebagi
an
besar
untuk
perem
puan
4
Kurang/sedi
kit sekali
laki-laki yg
berpartisipa
si secara
langsung
dlm prog.
KB
5
Walaupun peserta
KB adalah
perempuan tetapi
pengambilan
keputusan adalah
di tangan laki-laki
Manfaat
6
Ket
7
Peran serta
laki-laki
dalam
program KB
sangat
rendah
Dari matrik
I dan II ini, sudah dapat formula kebijakan gender yang baru dan
I
indikator secara jelas terukur dan dapat diaplikasikan di lapangan.
Hasilpartisipasi
dari analisis
gender model GAP ini dituangkan ke dalam matrik Program
lakiII
laki dalam KB
Aksi yang berisi langkah-langkah atau intervensi yang akan dilaksanakan di
wilayah kerja secara lengkap.
ini mningkatkn
Formulasi
jw atau 49,64%
Faktor kesenjangan
Akses peserta KB
pd umumnya
peremp, partispasi
peserta KB peremp
98,62%.
Laki2=1,380%.
Kontrol
pengambilan
keputsn dilakukn
oleh laki2
responsif pelayan
Meningkatkan
peran serta
laki2 dalam
program KB
1,36% menjadi
Meningkatkan
pelayanan KB
laki2
III
Advokasi KIE KB
laki2
Pelayanan
Pelatihan tenaga
Sasaran :
Indikator
Gender Angka
Akseptor KB
meningkat
menjadi
3,48 %.
Page 23 of 41
s
u
Rencana Tindak
PUS
Keluarga
Toga
Institusi
pemerintah
Sarana
Yankes
Pelaksanaan
tahun 2002
M
o
n
i
t
o
r
i
n
g
d
a
n
e
v
a
Brawijaya University 2012
l
u
a
s
i
e
n
Mata Kuliah / MateriKuliah
d
e
r
p
e
r
a
n
s
e
r
t
a
4.6
P2MDBG adalah perencanaan pembangunan yang disusun dari, oleh dan untuk
a
masyarakat berdasarkan permasalahan, kebutuhan, potensi dan upaya pemecahan
i
masalah laki-laki
- dan perempuan secara berimbang. P2MDBG diperlukan karena
muara seluruh pembangunan
adalah masyarakat desa/ kelurahan baik perempuan
l
maupun laki-laki
sebagai
subyek
maupun obyek pembangunan yang diharapkan
a
mampu
k
memecahkan masalahnya
sendiri. Harapan tersebut dapat terwujud melalui
i
perencanaan dari, oleh, untuk masyarakat yang memungkinkan suara keinginan dan
kepentingan perempuan dan laki-laki terwakili secara seimbang.
Langkah-langkahd penerapan P2MDBG dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
l
mKegiatan I
Kegiatan II
Kegiatan III
p
r
o
g
K
B
Profil kegiatan
perempuan
s
dan laki-laki
a
Profil peluang
&penguasaan
n
Profil kajian
g
partisipasi(ku
a dan
antitatif
t
kualitatif)
Profil Dampak
SKETSA
DESA
Masalah
/isme
gender
KALENDER
F1
F2
F4
F5
F6
F7
MUSIM
r
BAGAN
F3
e
KELEM
-BAGAAN
n
Keterangan gambar
:
F1 : Daftar masalah
dan potensi dari SKETSA Desa
d
F2 : Daftar masalah
dan potensi dari kalender musim
a
Gambar
langkah-langkah
P2MDBG
F3 : Daftar masalah
dan
Potensi
dari Bagan Penerapan
Kelembagaan
h
Page 24 of 41
P2MDBJ
:
:
:
:
Permasalahan
Potensi
Masalah
Dirasakan
oleh
orang
banyak
Menghambat
peningkatan
pendapatan
Sering
terjadi
Tersedia
potensi untuk
memecahkan
masalah
Jumlah
nilai
Urutan
peringkat
1
2
3
4
Pemenuhan
kebutuhan
orang
banyak
Dukungan
peningkatan
pendapatan
Dukungan potensi
untuk mengatasi
masalah
Jumlah
Nilai
Peringkat
tindakan
Jumlah
Nilai
Peringkat
tindakan
Pemenuhan
kebutuhan
orang
banyak
Dukungan
peningkatan
pendapatan
Dukungan potensi
untuk mengatasi
masalah
REFERENSI
1. Departemen Dalam Negeri RI. Dirjen Pembangunan Masyarakat Desa., 1999.
Perencanaan Pembangunan Masyarakat Desa Berwawasan Gender
(P2MDBG). Jakarta
2. Kementerian Pemberdayaan Perempuan. 2001. Indikator Pembangunan
Gender Propinsi dan Kabupaten / Kota. Deputi Bidang Pengembangan
Page 25 of 41
PROPAGASI
A. Latihan dan Diskusi (Propagasi vertical dan Horizontal)
1) Apa yang akan anda lakukan jika anda menjadi kepala Dinas
Perikanan dan Kelautan, jika ada program kredit usaha kecil
dan menengah (UKM) yang harus disalurkan ke usaha
Page 26 of 41
B.
1.
2.
3.
a) Kesenjangan gender
b) Kesenjangan gender
c) Keadilan dan Kesetaraan Gender (KKG)
d) Feminisme
e) Peran gender
f) Perbedaan gender
g) Beban kerja berlebihan (over burdent)
h) Bias Gender
i) Stereotype (Stereotip)
j) Patriarki
k) Diskriminasi Gender
l) Buta Jender
m) Sadar Gender
n) Peka/Sensitif Gender
o) Mawas Gender
p) Peduli/Responsif Gender
C.
Lembar Kasus
1. MENGAPA MARIA MATI?
Maria seorang gadis berusia 15 tahun. Ia berhenti sekolah pada usia 12 tahun
karena harus mengasuh adiknya 3 orang yang masih kecil. Selain mengasuh
adiknya, Maria juga membantu pekerjaan rumah tangga seperti membersihkan
rumah, memasak dan mengambil air di mata air yang tempatnya cukup jauh.
Setahun kemudian, Maria tertarik untuk bekerja di kota negara tetangga
karena dijanjikan gaji yang cukup besar oleh seorang pencari tenaga kerja
yang kebetulan saudara Kepala Desa di kampungnya. Pekerjaan yang
dijanjikan adalah Pekerjaan Rumah Tangga (PRT). Maria berpikir itu pekerjaan
mudah karena merasa dalam kesehariaanya dia telah melakukan semua
pekerjaan tersebut dan mendapat gaji pula. Dia membayangkan gajinya akan
sangat membantu memenuhi kebutuhan keluarganya yang miskin. Akhirnya
Maria berangkat bersama saudara Kepala Desa tersebut ke Malaysia dengan
dukungan kedua orang tuanya.
Maria bekerja selama 2 (dua) tahun di Malaysia sebagai PRT. Namun tidak
seperti yang dibayangkan, ia mendapatkan perlakuan tidak manusiawi dari
majikannya. Ia tidak diberi upah, disiksa dan diperkosa. Maria tidak bisa
berbuat apa-apa karena rumah majikan dikelilingi tembok tinggi. Pada saat ia
hamil, majikannya memulangkannya kembali ke kampung. Karena terlalu
sering disiksa Maria menjadi sangat lemah dan sakit-sakitan. Sementara
karena tidak punya uang ia tidak bisa memeriksakan kandungannya ke
Puskesmas yang jaraknya 30 km. Akibatnya ketika hendak melahirkan Maria
harus menjalani operasi. Dokter memintanya ke Rumah Sakit di kota
kabupaten karena tidak ada peralatan yang memadai di Puskesmas. Tetapi
karena tidak memiliki uang, keluarganya masih harus mencari pinjaman
kesana kemari. Maria sudah tidak dapat bertahan lagi dan akhirnya meninggal
dunia.
Mengapa Maria Mati?
2. BENARKAH KUALITAS MANUSIA INDONESIA RENDAH?
Laporan UNDP seperti itu sesungguhnya bukan barang baru karena sudah
dikerjakan selama belasan tahun. Setiap tahun dipublikasi ke berbagai negara,
khususnya negara-negara yang menjadi objek studinya. Sebagai penyedap
laporan ditaruhlah bumbu-bumbu yang ditulis menurut persepsi tim studinya
meskipun tidak seluruh data yang mendukung adalah data yang lengkap serta
aktual. Ada juga data yang masih harus diklarifikasi validitasnya.
3. Mutu Manusia
Pada dasarnya HDI merupakan satuan yang dikembangkan oleh UNDP untuk
mengukur keberhasilan pembangunan pada suatu negara. HDI merupakan suatu
angka yang diolah berdasarkan tiga dimensi sekaligus; masing-masing adalah
panjang usia (longevity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup (standard
of living) suatu bangsa. Secara teknis ketiga dimensi ini dijabarkan menjadi
beberapa indikator, yaitu kesehatan dan kependudukan, pendidikan serta
ekonomi.
Indikator kesehatan menyangkut angka kematian bayi (infant mortality rate),
angka kematian balita (under-five mortality rate), dsb. Indikator kependudukan
menyangkut usia harapan hidup (life expectancy), penduduk yang tak
mempunyai harapan hidup sampai usia 60 tahun (people not expected to survive
to age 60), dsb. Indikator pendidikan menyangkut angka melek huruf (literacy
rate), anak yang berpendidikan sampai kelas lima sekolah dasar (children
reaching grade 5), angka partisipasi pendidikan (enrollment ratio), dsb.
Sedangkan indikator ekonomi antara lain menyangkut indeks kemiskinan
(poverty index).
Demi melihat konstruksi HDI yang terjabarkan dalam indikator-indikator tersebut
jelaslah HDI merupakan ukuran keberhasilan (atau kegagalan) pembangunan
kesehatan dan kependudukan, pendidikan, serta ekonomi pada suatu bangsa.
Implikasinya HDI yang tinggi menunjukkan keberhasilan pembangunan
kesehatan, kependudukan, pendidikan dan ekonomi di suatu negara; sebaliknya
HDI yang rendah menunjukkan pembangunan kesehatan, kependudukan,
pendidikan dan ekonomi di suatu negara.
Selanjutnya penafsiran HDI sebagai indikator mutu manusia kiranya tidak terlalu
salah sepanjang satuannya adalah bangsa atau manusia di negara tertentu, dan
konteksnya terbatas pada kesehatan, kependudukan, pendidikan dan ekonomi.
HDI bukanlah ukuran mutu manusia dalam satuan individu atau orang per orang.
Apakah publikasi UNDP yang mendudukkan Indonesia di peringkat 112 dari 175
negara untuk tahun 2003 menunjukkan bahwa mutu manusia Indonesia rendah?
Untuk menjawab masalah ini perlu kita pelajari sistem publikasi UNDP itu sendiri.
Dalam mempublikasi laporan tahunannya, UNDP mengklasifikasi negara-negara
di dalam kelompok tinggi (high human development) dengan indeks di atas
0,800; kelompok menengah (medium human development) dengan indeks 0,501
sampai dengan 0,800; serta kelompok rendah (low human development) dengan
indeks di bawah 0,500.
Khusus di dalam laporannya tahun 2003 ini Indonesia dengan indeks 0,682
dimasukkan di dalam kelompok menengah, yaitu pada peringkat 112 dari 175
negara. Di kelompok menengah ini terdapat banyak negara tetangga kita seperti
Vietnam, Malaysia, Thailand, dan Filipina. Di luar itu ada Meksiko, Brasilia, Rusia,
dan Cina. Di kelompok tinggi ada nama-nama Singapura, Norwegia, Eslandia,
Australia, Jepang, Amerika Serikat (AS); sedangkan di kelompok rendah terdapat
nama-nama Nepal, Bangladesh, Togo, Nigeria, Mauritania, Angola, dan Burundi.
Melihat data tersebut sesungguhnya, prestasi Indonesia tidaklah terlalu buruk,
setidak-tidaknya lebih baik dari negara-negara yang berada di kelompok rendah.
Mutu manusia Indonesia sedang-sedang saja. Mutu manusia Indonesia lebih baik
dibanding Nepal, Bangladesh, Togo, Mauritania, Nigeria, dan Angola; tetapi lebih
Page 29 of 41
Sumber: http://www.suarapembaruan.com
4. PEREMPUAN
inilah Rasulullah Saw. menggarisbawahi sifat-sifat seorang istri yang baik yakni
yang menyenangkan suami bila ia dipandang, menaati suami bila ia
diperintah, dan ia memelihara diri, harta, dan anak-anaknya, bila suami jauh
darinya.
Sebagai ibu, seorang istri adalah pendidik pertama dan utama bagi anakanaknya, khususnya pada masa-masa balita. Memang, keibuan adalah rasa
yang dimiliki oleh setiap wanita, karenanya wanita selalu mendambakan
seorang anak untuk menyalurkan rasa keibuan tersebut. Mengabaikan potensi
ini, berarti mengabaikan jati diri wanita. Pakar-pakar ilmu jiwa menekankan
bahwa anak pada periode pertama kelahirannya sangat membutuhkan
kehadiran ibu-bapaknya. Anak yang merasa kehilangan perhatian (misalnya
dengan kelahiran adiknya) atau rnerasa diperlakukan tidak wajar, dengan dalih
apa pun, dapat mengalami ketimpangan kepribadian.
Rasulullah Saw. pernah menegur seorang ibu yang merenggut anaknya secara
kasar dari pangkuan Rasulullah, karena sang anak pipis, sehingga membasahi
pakaian Rasul. Rasulullah bersabda, "Jangan engkau menghentikan pipisnya.
(Pakaian) ini dapat dibersihkan dengan air tetapi apakah yang
dapat
menghilangkan kekeruhan dalam
jiwa anak ini (akibat perlakuan kasar
itu)?
Para ilmuwan juga berpendapat bahwa, sebagian besar kompleks kejiwaan yang
dialami oleh orang dewasa adalah akibat dampak negatif dari perlakuan yang
dialaminya waktu kecil. Oleh karena itu, dalam rumah tangga dibutuhkan
seorang penanggung jawab utama terhadap perkembangan jiwa dan mental
anak, khususnya saat usia dini (balita). Disini pula agama menoleh kepada ibu,
yang memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki sang ayah, bahkan tidak dimiliki
oleh wanita-wanita selain ibu kandung seorang anak.
HAK-HAK DALAM BIDANG POLITIK, Apakah wanita memiliki hak-hak dalam
bidang politik? Paling tidak ada tiga alasan yang sering dikemukakan sebagai
larangan keterlibatan mereka:
a) Ayat Ar-rijal qawwamuna 'alan-nisa' (Lelaki adalah pemimpin bagi kaum
wanita) (QS An-Nisa, [4]: 34)
b) Hadis yang menyatakan bahwa akal wanita kurang cerdas dibandingkan
dengan akal lelaki; keberagamaannya pun demikian.
c) Hadis yang mengatakan: Lan yaflaha qaum wallauw amrahum imra'at (Tidak
akan berbahagia satu kaum yang menyerahkan urusan mereka kepada
perempuan).
Ayat dan hadis-hadis di atas menurut
mereka
mengisyaratkan bahwa
kepemimpinan hanya untuk kaum lelaki, dan menegaskan bahwa wanita harus
mengakui kepemimpinan lelaki. Al-Qurthubi dalam tafsirnya menulis tentang
makna ayat di atas:
Para lelaki (suami) didahulukan (diberi hak kepemimpinan, karena lelaki
berkewajiban memberikan nafkah kepada wanita dan membela mereka, juga
(karena) hanya lelaki yang menjadi penguasa, hakim, dan juga ikut bertempur.
Sedangkan semua itu tidak terdapat pada wanita. Selanjutnya penafsir ini,
menegaskan bahwa: Ayat ini menunjukkan bahwa lelaki berkewajiban mengatur
dan mendidik wanita, serta menugaskannya berada di rumah dan melarangnya
keluar. Wanita berkewajiban menaati dan melaksanakan perintahnya selama itu
bukan perintah maksiat. Pendapat ini diikuti oleh banyak mufasir lainnya.
Namun, sekian banyak mufasir dan pemikir kontemporer melihat bahwa ayat di
atas tidak harus dipahami demikian, apalagi ayat tersebut berbicara dalam
konteks kehidupan berumah tangga.
Seperti
dikemukakan
sebelumnya,
kata
ar-rijal dalam ayat ar-rijalu
qawwamuna 'alan nisa', bukan berarti lelaki secara umum, tetapi adalah
"suami" karena konsiderans perintah tersebut seperti ditegaskan pada lanjutan
Page 31 of 41
ayat adalah karena mereka (para suami) menafkahkan sebagian harta untuk
istri-istri mereka. Seandainya yang dimaksud dengan kata "lelaki" adalah
kaum pria secara umum, tentu konsideransnya tidak demikian. Terlebih lagi
lanjutan ayat tersebut secara jelas berbicara tentang para istri dan kehidupan
rumah tangga. Ayat ini secara khusus akan dibahas lebih jauh ketika menyajikan
peranan, hak, dan kewajiban perempuan dalam rumah tangga Islam.
Adapun mengenai hadis, "tidak beruntung satu kaum yang menyerahkan
urusan
mereka
kepada
perempuan," perlu digarisbawahi bahwa hadis ini
tidak bersifat umum. Ini terbukti dan redaksi hadis tersebut secara utuh,
seperti diriwayatkan Bukhari, Ahmad, An-Nasa'i dan At-Tirmidzi, melalui Abu
Bakrah.
Ketika Rasulullah Saw. mengetahui bahwa masyarakat Persia mengangkat
putri Kisra sebagai penguasa mereka, beliau bersabda, "Tidak akan
beruntung satu kaum yang menyerahkan urusan mereka kepada perempuan."
(Diriwayatkan oleh Bukhari, An-Nasa'i, dan Ahmad melalui Abu Bakrah).
Jadi sekali lagi hadis tersebut di atas ditujukan kepada masyarakat Persia
ketika itu, bukan terhadap semua masyarakat dan dalam semua urusan. Kita
dapat
berkesimpulan bahwa, tidak ditemukan satu ketentuan agama pun
yang dapat dipahami sebagai larangan keterlibatan perempuan dalam bidang
politik, atau ketentuan agama yang membatasi bidang tersebut hanya untuk
kaum lelaki. Di sisi lain, cukup banyak ayat dan hadis yang dapat dijadikan dasar
pemahaman untuk menetapkan adanya hak-hak tersebut.
Salah satu ayat yang sering dikemukakan oleh para pemikir Islam berkaitan
dengan hak-hak politik kaum perempuan adalah surat At-Taubah ayat 71: "Dan
orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka adalah
awliya' bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh untuk mengerjakan yang
makruf, mencegah yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan
mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh
Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana."
Secara umum ayat di atas dipahami sebagai gambaran tentang kewajiban
melakukan kerja sama antara lelaki dan perempuan untuk berbagai bidang
kehidupan yang ditunjukkan dengan kalimat "menyuruh mengerjakan yang
makruf dan mencegah yang munkar." Pengertian kata awliya' mencakup kerja
sama, bantuan, dan penguasaan; sedangkan pengertian yang terkandung dalam
frase "menyuruh mengerjakan yang makruf" mencakup segala segi kebaikan dan
perbaikan kehidupan, termasuk
memberikan nasihat
atau kritik kepada
penguasa, sehingga setiap lelaki dan perempuan Muslim hendaknya mengikuti
perkembangan masyarakat agar masing-masing mampu melihat dan memberi
saran atau nasihat untuk berbagai bidang kehidupan.
Menurut sementara pemikir, sabda Nabi Saw. yang berbunyi, "Barangsiapa yang
tidak memperhatikan
kepentingan
(urusan) kaum Muslim, maka ia tidak
termasuk golongan mereka." Hadis ini mencakup kepentingan atau urusan kaum
Muslim yang dapat menyempit ataupun meluas sesuai dengan latar belakang
dan tingkat pendidikan seseorang, termasuk bidang politik.
Di sisi lain, Al-Quran juga mengajak umatnya (lelaki dan perempuan) agar
bermusyawarah, melalui "pujian Tuhan
kepada mereka yang selalu
melakukannya." "Urusan mereka (selalu) diputuskan dengan musyawarah
(QS Al-Syura [42]: 38). Ayat ini dijadikan dasar oleh banyak ulama untuk
membuktikan adanya hak berpolitik bagi setiap lelaki dan perempuan. Syura
(musyawarah) menurut Al-Quran hendaknya merupakan salah satu prinsip
pengelolaan bidang-bidang kehidupan bersama, termasuk kehidupan politik.
Ini dalam arti bahwa setiap warga negara dalam hidup bermasyarakat dituntut
untuk senantiasa
mengadakan
musyawarah.
Sejarah
Islam
juga
menunjukkan betapa kaum perempuan tanpa kecuali terlibat dalam berbagai
Page 32 of 41
Sumber : http://www.antara.co.id/arc
Ketiga, faktor yang bersifat situasional yang meliputi masalah yang bersifat
keibuan. Tanggung jawab pada anak-anak di rumah tampaknya merupakan
rintangan paling serius bagi perempuan untuk membuka akses dalam meraih
jabatan-jabatan politis dan pemerintahan. Selain itu, masalah krusial lain adalah
perempuan bekerja tidak memiliki banyak waktu yang tersisa sehingga ada
ketidakmungkinan menerima jabatan politik tertentu. Keadaan itu menyebabkan
bentuk partisipasi politik perempuan menjadi noninstitusional.
Sebuah pengamatan mengungkapkan bahwa perempuan yang terjun ke dalam
kegiatan politik dan mendapat jabatan politik dapat diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok. Kelompok pertama adalah perempuan yang memperoleh jabatan
politik karena mereka memiliki hubungan dengan laki-laki tertentu. Misalnya
suaminya eksekutif, sang istri duduk di dewan. Ayahnya duduk di legislatif,
putrinya dikader untuk duduk di legislatif. Ayahnya memiliki reputasi sosial politik
sehingga putrinya dianggap dan diposisikan cukup mampu menjadi anggota
dewan.
Kelompok kedua adalah perempuan yang terjun ke dunia politik setelah bebas
tugas dalam membesarkan anak-anaknya. Hal itu menyebabkan usia karier
politiknya menjadi lebih pendek. Kelompok ketiga adalah perempuan yang dalam
usia muda 30-an terjun dalam politik. Biasanya mereka telah cukup lama aktif
dalam dunia ormas, LSM atau organisasi ekstrakampus. Mereka inilah yang
termasuk jenis politisi perempuan profesional karier yang jumlahnya paling
sedikit akibat proses sosialisasi, pendidikan, dan rekruitmen politik perempuan
yang tidak berakar dan berjalan secara sistematis.
Sejumlah pengamat menunjukkan sikap apatis terhadap perkembangan
partisipasi politik perempuan. Apabila politik dirumuskan sebagai pengelolaan
kekuasaan, kemampuan dalam mengendalikan situasi adalah modal psikologis
yang paling penting. Mereka yang berkecimpung di dunia politik tidak hanya
dituntut bermoral, namun harus memiliki keyakinan bahwa mereka mempunyai
daya kendali terhadap ruang lingkup publik (self efficacy) yang sederhananya
harus tahan banting. Keyakinan ini dalam proses pemunculan perilaku
merupakan komponen mendasar yang menjadi cikal-bakal bagi terbentuknya
keahlian berpolitik.
Seorang politisi idealnya memiliki kemampuan untuk mewujudkan prakarsa
politiknya menjadi karya yang aktual. Ia tidak hanya kaya akan gagasan, namun
sekaligus gesit berinisiatif. Semua daya upaya dikerahkan guna mengarahkan
situasi sesuai orientasi yang dikehendaki. Maka, hanya dengan kelengkapan self
efficacy akan timbul suatu kondisi internal pada diri politisi sehingga mampu
mengaktualkan diri menjadi politisi yang andal.
Keberhasilan yang ajek dalam mengendalikan situasi, pada gilirannya akan
membangun internal locus of control yakni kepribadian yang ditandai tingginya
daya kontrol individu terhadap situasi. Sekali lagi, eksisnya self efficacy menjadi
dasar kekuatan seorang politisi. Tetapi, justru di sanalah muncul keraguan
terhadap perempuan yang dalam asumsi klasik dianggap tidak memiliki aset
psikis tersebut.
Padahal, riset yang dilakukan Ralf Scwarzer yang melibatkan 12.840 individu di
14 negara menyimpulkan self efficacy adalah kenyataan universal yang terdapat,
baik pada laki-laki maupun perempuan. Khusus di Indonesia, uji psikometrik
pada 260 subjek perempuan dan 276 subjek laki-laki tidak menemukan
perbedaan self efficacy yang signifikan (Reza, Forum Keadilan, 03/2003, "Politisi
Perempuan").
Dengan temuan itu, nyatalah bahwa pada dasarnya perempuan telah memiliki
potensi psikopolitik yang setara dengan laki-laki sehingga tidak ada alasan bagi
kaum pria untuk mencitrakan mitranya sebagai perempuan yang tidak pantas
atau cocok berkiprah di dunia politik. Dengan demikian, baik laki-laki maupun
Page 37 of 41
Di antara keistimewaan agama Islam adalah bahwa agama ini selalu selaras
dengan semua dimensi kehidupan manusia, di segala zaman dan segala tempat.
Di antara dimensi sosial yang tak luput dari pandangan Islam adalah masalah hak
asasi manusia. Meskipun isu tentang HAM baru dimunculkan dunia Barat sekitar
60 puluh tahun yang lalu dan Deklarasi HAM baru ditandatangani tahun 1948,
namun sesungguhnya Islam sejak ribuan tahun lalu telah mengajarkan prinsipprinsip HAM kepada umat manusia.
Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk yang terbaik dan khalifah Allah di
muka bumi. Atas alasan ini, manusia layak untuk menerima penghormatan serta
memiliki hak-hak yang istimewa. Pada prinsipnya, HAM adalah hak-hak yang
dimiliki manusia karena kedudukannya sebagai manusia. Dalam hal ini, warna
kulit, ras, bahasa, dan etnik sama sekali tidak boleh mempengaruhi terpenuhinya
hak-hak tersebut, karena hak-hak itu asasi dan universal.
Berkaitan dengan hal ini, Hasan Rahimpour Azgadi, seorang cendekiawan Iran
mengatakan sbb. Kita sebagai muslim harus mempercayai bahwa kita dapat
memiliki sebuah sistem HAM yang universal, tanpa memperdulikan etnis atau ras.
Karena, nabi-nabi Tuhan termasuk Nabi Muhamamd SAW adalah nabi bagi semua
umat. Alamah Muhamamd Taqi Jafari almarhum, seorang filsuf asal Iran,
menyatakan bahwa ada lima tiang utama yang harus selalu ditegakkan dalam
sepanjang sejarah manusia, yaitu kehidupan yang layak, kemuliaan manusia,
pendidikan dan pengajaran, kebebasan, dan kesetaraan setiap orang di hadapan
hukum.
Keistimewaan HAM dalam pandangan Islam adalah keselarasannya dengan fitrah
manusia. Dengan kata lain, nilai-nilai hak-hak manusia dalam Islam selalu
sejalan dengan fitrah manusia. Sebagain di antara nilai-nilai ini adalah keadilan,
sikap baik kepada orang lain, penghormatan kepada orangtua, usaha untuk
mencapai kemerdekaann, dll. Nilai-nilai HAM yang sesuai dengan fitrah manusia
artinya tidak terbatas pada bangsa tertentu saja, dan dapat diterapkan bagi
semua bangsa di dunia.
Oleh karena itu, bila kita menginginkan terbentuknya suatu UU universal
berkaitan dengan HAM, penyusunan UU ini harus memperhatikan kehendakkehendak fitrah manusia. Deklarasi dan UU HAM internasional yang saat ini sudah
disusun oleh pemerintah Barat tidak memenuhi syarat ini, meskipun ada juga
beberapa sisi positifnya. Sementara itu, UU HAM produk Barat tidak memiliki
landasan yang kokoh dan logis untuk bisa dijadikan sebagai hukum yang
universal dan mengikat seluruh bangsa di dunia. Bahkan, pada kenyataannya,
Deklarasi HAM yang disusun negara-negara Barat pada tahun 1948 merupakan
hasil dari transformasi AS dan Eropa pada abad lalu dan mengacu pada paham
Page 38 of 41
nurani. Dan keempat, tentu saja, karena UU tersebut ditetapkan oleh sekelompok
orang, mereka juga berhak untuk membatalkannya kapanpun juga.
Berkaitan dengan hal ini, Rahimpour Azgadi, cendikiawan Iran, mengatakan sbb,
Dalam budaya Barat, UU HAM tidak bisa menjadi sesuatu yang suci dan
pelaksanaannya tidak bisa menjadi sebuah kewajiban. Karena, sebagaimana
kontrak perjanjian sosial lainnya, UU HAM itu bisa dibatalkan atau ditafsirkan
sesuai kehendak manusia. Dalam kondisi seperti ini, tak heran bila muncul
fenomena legalisasi perkawinan sesama jenis atau pengguguran kandungan di
sebagian negara Barat. Menurut sudut pandang mereka, perkawinan sesama
jenis merupakan hak asasi yang tidak bisa diganggu-gugat. Begitu pula, setiap
perempuan dianggap memiliki hak asasi untuk memilih membesarkan anak atau
menggugurkan kandungannya.
Sebaliknya, dalam pandangan Islam, landasan dari UU HAM adalah fitrah
manusia. Dengan demikian, segala sesuatu yang berada di luar fitrah manusia
tidak bisa dianggap sebagai hak asasi. Selain itu, dalam HAM menurut pandangan
Islam, prinsip hidup dan kehidupan memiliki peran penting. Hidup adalah sebuah
amanat Ilahi dan tidak boleh disia-siakan begitu saja. Oleh karena itu,
pengguguran janin dalam kandungan merupakan sebuah perbuatan dosa dan
bertentangan dengan HAM.
Dalam pandangan Islam, nyawa manusia haruslah dijunjung tinggi dan
dilindungi. Tindakan membunuh diri sendiri atau membunuh orang lain adalah
pelanggaran terhadap HAM. Selain itu, Islam memandang bahwa manusia
memiliki dua jenis kehidupan, yaitu kehidupan duniawi dan kehidupan spiritual.
Oleh karena itu, Islam memandang kebebasan manusia untuk memiliki
kehidupan spiritual sebagai sebuah hak asasi. Hal ini jelas tidak diakui oleh UU
HAM bersi Barat.
Salah satu prinsip penting HAM dalam Islam adalah melindungi kehormatan dan
kemuliaan semua manusia. Dalam pandangan Islam, manusia adalah makhluk
terbaik dan khalifah Allah di muka bumi. Dengan demikian, Islam tidak sekedar
mengakui hak hidup manusia di muka bumi, tetapi bahkan mensyaratkan agar
manusia hidup di muka bumi secara layak dan mulia. Artinya, Islam tidak
menghendaki ada sebagian manusia yang hidup terhina, direndahkan, atau
didiskriminasi oleh sebagian manusia yang lain. Ustad Muhammad Taqi Jafari
dalam hal ini menyatakan, Manusia harus memiliki ketakwaan dan kemuliaan
akhlak. Bila tidak, dunia akan menjadi lebih buruk daripada hutan. HAM haruslah
melindungi prinsip kemuliaan manusia.
Poin penting lain yang menjadi pembeda antara HAM dalam pandangan Islam
dengan HAM dalam pandangan Barat adalah poin kebebasan. Pada dasarnya,
Islam dan Barat memiliki kesamaan pandangan, yaitu bahwa kebebasan adalah
hak asasi manusia. Namun, Islam memandang bahwa kebebasan adalah alat
untuk mencapai kesempurnaan dan kemuliaan manusia. Tetapi, kebebasan dalam
Islam memiliki batasan. Rahimpour Azgadi mengatakan, Kebebasan dalam
pandangan Islam adalah kebebasan bersyarat, yaitu kebebasan tidak boleh
melanggar kebebasan orang lain, kebebasan tidak boleh menyeret manusia
kepada kejahatan, dan kebebasan tidak boleh menghalangi manusia untuk
mencapai kesempurnaannya.
Sebaliknya, kebebasan dalam pandangan Barat tidak memiliki batas selain bahwa
kebebasan seseorang tidak boleh melanggar kebebasan orang lain. Akibatnya, di
negara-negara Barat, kebebasan diterapkan tanpa kendali. Dewasa ini,
kebebasan itu telah merusak berbagai sendi kehidupan. Misalnya, hubungan seks
antara laik-laki dan perempuan di Barat sedemikian bebasnya, sehingga sendisendi keluarga menjadi hancur, angka perceraian tinggi, dan banyak anak-anak
yang lahir tanpa bapak yang jelas. Selain itu, penyakit akibat pergaulan bebas,
semisal AIDS, merebak luas dan merenggut korban termasuk bayi-bayi tidak
Page 40 of 41
berdosa sekalipun.
Bahkan lebih ironisnya, paham kebebasan dalam kaca mata Barat diterapkan
sebagai kebebasan bagi pemerintah Barat untuk melakukan berbagai perilaku
hegemoni, infiltrasi, invasi, dan penjajahan. Pemerintah negara-negara adidaya
Barat tidak saja melanggar HAM yang selama ini mereka gembar-gemborkan,
bahkan juga memanfaatkan HAM sebagai alat untuk mencapai kepentingan
mereka. Dengan standar yang mereka buat sendiri, pemerintah Barat memberi
penilaian tentang pelaksanaan HAM di negara-negara lain dan kemudian
memberikan sanksi, seperti embargo ekonomi atau tekanan politik.
Tentu saja, negara-negara yang menerima tekanan dan bahkan embargo dari
Barat dengan dalih pelanggaran HAM, adalah negara-negara yang tidak mau
mematuhi keinginan-keinginan Barat. Salah satu contoh dalam hal ini adalah
Republik Islam Iran. Selama ini, Republik Islam Iran selalu menolak campur
tangan dan infiltrasi AS dan selama itu pula, Iran menerima berbagai tekanan,
embargo, dan propaganda buruk yang dilancarkan AS. Padahal, bila dilihat secara
objektif, kasus-kasus pelanggaran HAM yang dituduhkan AS terhadap Iran tidak
ada bukti kebenarannya.
Sebaliknya, betapa banyak kita lihat hari ini, pelanggaran HAM yang dilakukan
oleh negara-negara Barat, terutama AS, namun tidak mendapatkan tanggapan
yang semestin ya. Misalnya, pelanggaran HAM yang sangat nyata dilakukan oleh
AS di Penjara
Abu Ghraib dan Guantanamo, dibiarkan saja oleh negara-negara Barat lainnya.
Meskipun ada kecaman dari berbagai pihak, namun pada prakteknya, tidak ada
tindakan nyata apapun yang mereka lakukan dalam menghentikan pelanggaran
HAM yang dilakukan oleh AS itu. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
HAM dalam pandangan Barat adalah semu belaka. Sebaliknya, HAM dalam
pandangan Islam adalah HAM yang hakiki dan seharusnya diterapkan oleh umat
manusia sedunia.
Page 41 of 41