Anda di halaman 1dari 18

TUJUH SISTEM KRISTAL

1. Sistem Reguler (Cubic = Isometric = Tesseral =


Tessuler)
Ketentuan:
Sumbu : a = b = c
Sudut : a = b = g = 900
Karena Sb a = Sb b = Sb c, maka disebut juga Sb a.
Cara Menggambar:
a- / b+ = 300
a : b: c = 1 : 3 : 3

Gambar sistem kristal Reguler yang termasuk dalam Nama kristal


Hexahedron.
Dengan contoh mineral Galena (PbS), Emas (Au), Pyrite (FeS2) dan
Halite (NaCl).
Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula dengan
sistem kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling
tegak lurus satu dengan yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang
sama untuk masing-masing sumbunya.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu a = b = c, yang artinya panjang sumbu a sama

dengan sumbu b dan sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut
kristalografi = = = 90. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut
kristalnya ( , dan ) tegak lurus satu sama lain (90).
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem
Isometrik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 3. Artinya, pada
sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai
3, dan sumbu c juga ditarik garis dengan nilai 3 (nilai bukan patokan, hanya
perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^b = 30. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30 terhadap sumbu b.
Sistem isometrik dibagi menjadi 5 Kelas :

Tetaoidal

Gyroida

Diploida

Hextetrahedral

Hexoctahedral

Beberapa contoh mineral dengan system kristal Isometrik ini adalah gold,
pyrite, galena, halite, Fluorite (Pellant, chris: 1992)

Gambar sistem kristal Reguler yang termasuk dalam Nama


Kristal Pentagonal Dodecahedron. Dengan contoh mineral ;
Magnetite (Fe3O4), Intan (C).

2. Sistem Tetragonal (Quadratic)


Ketentuan:
Sumbu : a = b c
Sudut : a = b = g = 900
Karena Sb a = Sb b disebut juga Sb a
Sb c bisa lebih panjang atau lebih pendek dari Sb a atau b.
Bila Sb c lebih panjang dari Sb a dan Sb b disebut bentuk Columnar
Bila Sb c lebih pendek dari Sb a dan Sb b disebut bentuk Stout.
Cara menggambar:
a + / b-- = 30o
a:b:c=1:3:6
Contoh mineral : Cassiterite (SnO2), Calcophyrite (CuFeS)

Gambar sistem kristal Tetragonal yang termasuk dalam Nama


Kristal Tetragonal Prisma Orde I dengan contoh mineral
Chalcopyrite (CuFeS2) dan Cassiterite (SnO2).
Sama dengan system Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu
kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai
satuan panjang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang
atau lebih pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang.
Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a = b c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b
tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi =
= = 90. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalografinya ( ,
dan ) tegak lurus satu sama lain (90).
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem
kristal Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya,
pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis
dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan,
hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^b = 30. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30 terhadap sumbu b.
Sistem tetragonal dibagi menjadi 7 kelas:

Piramid

Bipiramid

Bisfenoid

Trapezohedral

Ditetragonal Piramid

Skalenohedral

Ditetragonal Bipiramid

Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah rutil,
autunite, pyrolusite, Leucite, scapolite (Pellant, Chris: 1992)

3. Sistem Hexagonal
Ketentuan:
Ada 4 sumbu yaitu a, b, c, d
Sumbu a : = b = d c
Sudut : b1 = b2 = b3 = 900
Sudut : g1 = g2 = g3 = 1200
Sb a, b, dan d terletak dalam bidang horisontal / lateral dan
membentuk 600.

Sb c dapat lebih panjang atau lebih pendek dari Sb a.


Cara menggambar:
a+ / b = 170
b+ / d = 390
b:d:c:=3:1:6
Contoh Mineral : Apatite [Ca5((F,Cl,OH)PO4)3]

Gambar sistem kristal Hexagonal yang termasuk dalam Nama


Kristal Hexagonal Prisma dengan contoh mineral Quarst (SiO2) dan
Apatite [Ca5((F,Cl,OH)PO4)3]
Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus
terhadap ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing
membentuk sudut 120 terhadap satu sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki
panjang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih
pendek (umumnya lebih panjang).
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a = b = d c , yang artinya panjang sumbu a sama
dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu
c. Dan juga memiliki sudut kristalografi = = 90 ; = 120. Hal ini
berarti, pada sistem ini, sudut dan saling tegak lurus dan membentuk
sudut 120 terhadap sumbu .

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem


Hexagonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada
sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai
3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya
perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^b = 20 ; d^b+= 40. Hal
ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20 terhadap sumbu
b dan sumbu d membentuk sudut 40 terhadap sumbu b+.
Sistem ini dibagi menjadi 7:

Hexagonal Piramid

Hexagonal Bipramid

Dihexagonal Piramid

Dihexagonal Bipiramid

Trigonal Bipiramid

Ditrigonal Bipiramid

Hexagonal Trapezohedral

Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini adalah quartz,
corundum, hematite, calcite, dolomite, apatite. (Mondadori, Arlondo. 1977)
Contoh salah satu mineral dengan system Hexagonal :
Sistem Kristal
: Hexagonal
Sifat Kristal
: a = b = c d; 1 = 2 = 3 = 90o ; 1 = 2 = 3 =
120o
Cara Penggambaran
: a+/b- = 17o ; b+/d- ; b : c : d = 3 : 1 : 6
Elemen Simetri
: A6, 6pc
Nama Kristal
: Dihexagonal Trafezohedron
Kelas Kristal
: Hexagonal Trafezohedral
Contoh Mineral
: KORONDUM ( Al2O3 )
Keterangan:
Korondum merupakan mineral yang memiliki sistem kristal Hexagonal ,
Sifat kristalnya a = b = c d; 1 = 2 = 3 = 90o ; 1 = 2 = 3 = 120o dan
cara penggambaran sudutnya a+/b- = 17o ; b+/d- ; b : c : d = 3 : 1 : 6 ,

sedangkan elemen kristalnya A6, 6pc, Nilai kristalnya menurut Herman


Mauguin adalah 6 2 2 dan menurut Schoelfish nilai kristalnya adalah Dch
serta indeks warna yang di miliki yaitu Orange ( 0, 0, 0 ) Merah ( 0,0,1 ),
Hijau ( 0,1,0 ), dan biru ( 1,0,0 ) dengan nama kristal Dihexagonal
Trafezohedron dan klas kristal Hexagonal Trafezohedral.
Korondum dengan rumus kimia Al2O3, merupakan mineral yang
terbentuk pada batuan metamorf, yaitu sebagai mineral assesor pada batu
gamping kristalin, sekis dan genes dapat juga dalam lingkungan batuan
beku. Dan sering berasosiasi dengan klorit, mika, diaspor. Mineral ini
terbentuk pada suhu 14500C. Warna dari mineral ini adalah coklat hingga
abu-abu, lebih jarang merah. Pecahan nya tidak sempurna, dengan
kekerasan 9 ( Skala Mohs ), tenacitynya brittle, cerat putih, belahan tidak
ada. Korondum yang memiliki warna yang indah biasanya di poles dan di
jadikan batu permata.

4. Sistem Trigonal (Rhombohedral)


Ketentuan
Sumbu : a = b = d c
Sudut : b1 = b2 = b3 = 900
Sudut : g1 = g2 = g3 = 1200
Cara menggambar:
Sama dengan sistem Hexagonal,
perbedaannya hanya pada Sb c bernilai 3.
Penarikan Sb a sama dengan pada
Sistem Hexagonal.

Gambar sistem kristal Trigonal prisma orde I yang termasuk


dalam Nama Kristal Hexagonal Prisma dengan contoh mineral
Gypsum (CaSO4 2H2O)
Jika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai nama lain
yaitu Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini
kedalam sistem kristal Hexagonal. Demikian pula cara penggambarannya
juga sama. Perbedaannya, bila pada sistem Trigonal setelah terbentuk
bidang dasar, yang terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga dengan
menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik sudutnya.

Pada kondisi sebenarnya, Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu)


a = b = d c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan
sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki
sudut kristalografi = = 90 ; = 120. Hal ini berarti, pada sistem ini,
sudut dan saling tegak lurus dan membentuk sudut 120 terhadap
sumbu .
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem
kristal Trigonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya,
pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis
dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan,
hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^b = 20 ; d^b+=
40. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20 terhadap
sumbu b dan sumbu d membentuk sudut 40 terhadap sumbu b+.
Sistem ini dibagi menjadi 5 kelas:

Trigonal piramid

Trigonal Trapezohedral

Ditrigonal Piramid

Ditrigonal Skalenohedral

Rombohedral

Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini adalah


tourmaline dan cinabar (Mondadori, Arlondo. 1977)
Contoh salah satu mineral dengan system Trigonal :
Sistem Kristal
Sifat Kristal
120o
Cara Penggambaran
Elemen Simetri
Nama Kristal
Kelas Kristal
Contoh Mineral

: TRIGONAL
: a = b = d c; 1 = 2 = 3 = 90o ; 1 = 2 = 3 =
: a+/b- = 17o ; b+/d- ; b : d : c = 3 : 1 : 3
: A3
: Trigonal Phyramid
: Hexagonal Scalonohedra
: QUARTZ ( SiO2 )

Keterangan
: Quartz merupakan mineral yang memiliki
sistem kristal Isometrik, Sifat kristalnya a = b = d c; 1 = 2 = 3 = 90o ; 1
= 2 = 3 = 120o dan cara penggambaran sudutnya a+/b- = 17o ; b+/d- ; b :
d : c = 3 : 1 : 3, sedangkan elemen kristalnya A3, Nilai kristalnya menurut
Herman Mauguin adalah 3 dan menurut Schoelfish nilai kristalnya adalah c3
serta indeks warna yang di miliki yaitu Merah
( 1,1,1 ), dan coklat ( 0,0,0 ) dengan nama kristal Trigonal Phyramid dan klas
kristal Hexagonal Scalonohedral.
Quartz dengan rumus kimia SiO2 , merupakan mineral dengan warna
segar biru putih bening dan warna lapuk putih, ceratnya berwarna putih,
kilap nya kaca memiliki belahan yang tidak sempurna, kilapnya kaca sampai
mutiara, pecahannya rata dengan kekerasan 7 ( skala Mohs ), berat jenis
2,67 g/cm3, tenacitynya britle. Mineral ini terbentuk dari proses kristalisasi
magma pada suhu 5370C sehingga lebih stabil di bandingkan dengan mineral
pada suhu yang lebih tinggi. Mineral ini mengalami proses perubahan baru
yang disebabkan oleh pengaruh dari tekanan dan temperatur. Mineral kuarsa
membentuk kristal, dengan penampilan yang baik, mineral kuarsa ini
terbentuk di dalam batu karang plutonik dan vulkanik, kuarsa juga sering di
gunakan sebagai alat pengukur yang khusus, dan penstabilan gelombang.
Mineral ini ditemukan pada batuan sedimen seperti batu pasir kuarsa.
Mineral pengikutnya yaitu mikrolin dan audit. Mineral ini berfungsi sebagai
bahan baku dalam industri kaca. Kuarsa juga merupakan bahan baku karbit,
dan juga berasosiasi dengan silika.

5. Sistem Orthorombic (Rhombic = Prismatic = Trimetric)


Ketentuan:
Sumbu : a b c
Sudut a = b = g = 900
Sb c adalah sumbu terpanjang
Sb a adalah sumbu terpendek
Sb a disebut Sb Brachy
Sb b disebut Sb Macro
Sb c disebut Sb Basal
Cara menggambar:
a- / b+ = 300
a:b:c=1:4:6

Gambar sistem kristal Orthorombik dengan nama Orthorombic


Brachi Makro Basal Pinacoid dengan contoh mineral Barite (BaSO4)
Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri
kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu
tersebut mempunyai panjang yang berbeda.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Orthorhombik memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a b c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya
tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga
memiliki sudut kristalografi = = = 90. Hal ini berarti, pada sistem ini,
ketiga sudutnya saling tegak lurus (90).
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem
Orthorhombik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya
tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbusumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^b = 30. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30 terhadap sumbu b.
Sistem ini dibagi menjadi 3 kelas:

Bisfenoid

Piramid

Bipiramid

Beberapa contoh mineral denga sistem kristal Orthorhombik ini adalah


stibnite, chrysoberyl, aragonite dan witherite (Pellant, chris. 1992)
Cotoh salah satu mineral dengan system Orthorombik :
Sistem Kristal
: ORTHOROMBIK
Sifat Kristal
: a b c; = = 90o
Cara Penggambaran
: a+/b- = 30o ; a : b : c = 1 : 4 : 6
Elemen Simetri
: A2, 2p
Nama Kristal
: Orthorombik Bypiramidon
Kelas Kristal
: Rhombik Pyramidal
Contoh Mineral
: CHALCOTITE ( Cu2S )
Keterangan:
Chalcotite merupakan mineral yang memiliki sistem kristal
Orthorombik, Sifat kristalnya a b c; = = 90o dan cara
penggambaran sudutnya a+/b- = 30o ; a : b : c = 1 : 4 : 6, sedangkan elemen
kristalnya A2, 2p, Nilai kristalnya menurut Herman Mauguin adalah : 2/m,
2/m, 2/m dan menurut Schoelfish D2H serta indeks warna yang di miliki
yaitu Orange ( 0,1,0 ), dan Hijau ( 1,0,0 ) dengan nama kristal Orthorombik
Bypiramidon dan klas kristal Rhombik Pyramidal.
Chalcotite adalah mineral yang berbentuk table dan berisi kumpulan
butir kecil yang berubah warna diatas permukaan. Mineral ini memeiliki
kekerasan 2,5-3 ( Skala Mohs ). Mineral ini memiliki suhu 119oC. Mineral ini
pula terbentuk dari prooses kristalisassi magma pada lingkungan batuan
beku basa dan beku ultra basa.
Chalcotite banyak terdapat dan ditemukan dalam bagian kristal,
berasosiasi dengan calcurite dan azurite. Mineral ini banyak di gunakan
dalam industri pembuatan bahan tembaga

6. Sistem Monoklin
(Oblique = Monosymetric = Clinorhombic =
Hemiprismatik = Monoclinohedral)
Ketentuan:
Sumbu : a b c
Sudut : a = g = 900 b 900
Sb a disebut sumbu Clino
Sb b disebut sumbu Ortho

Sb c disebut sumbu Basal


Cara menggambar
a- / b + = 450
a:b:c=1:4:6
Sb c adalah sumbu terpanjang
Sb a adalah sumbu terpendek

Gambar sistem kristal Monoklin dengan nama Monoklin


Hemybipyramid dengan contoh mineral Orthoclase (K Al Si3O8)
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu
yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus
terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a.
Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya
sumbu c yang paling panjang dan sumbu b paling pendek.
Pada kondisi sebenarnya, sistem Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a b c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang
sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut
kristalografi = = 90 . Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut dan
saling tegak lurus (90), sedangkan tidak tegak lurus (miring).
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem
kristal Monoklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya
tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbusumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^b = 30. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45 terhadap sumbu b.

Sistem Monoklin dibagi menjadi 3 kelas:

Sfenoid

Doma

Prisma

Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah azurite,
malachite, colemanite, gypsum, dan epidot (Pellant, chris. 1992)
Contoh salah satu mineral dengan system Monoklin :
Sistem Kristal
: MONOKLIN
Sifat Kristal
: a b c; = = 90o, 90o
Cara Penggambaran
: a+/b- = 45o ; a : b : c = 1 : 4 : 6
Elemen Simetri
: 3A2,
,
,
Nama Kristal
: Monoclin prism+ Pinacoids
Kelas Kristal
: Prismatic Pinacoid
Contoh Mineral
: HYDROMAGNESIT ( Mg5(CO3) )
Keterangan
: Hydromagnetic merupakan mineral yang
memiliki sistem kristal Monoklin, Sifat kristalnya a b c; = , 90o
dan cara penggambaran sudutnya a+/b- = 45o ; a : b : c = 1 : 4 : 6,
sedangkan elemen kristalnya A2, pc, Nilai kristalnya menurut Herman
Mauguin adalah : 2/m dan menurut Schoelfish C2H serta indeks warna yang
di miliki yaitu Hijau ( 0,1,0 ), Hitam ( 1,0,0 ), Dan Orange ( 0,0,1 ) dengan
nama kristal Monoclin prism+ Pinacoids dan klas kristal Prismatic Pinacoid.
Hydromagnetic adalah mineral yang kecil yang memiliki kristal jarang
biasanya menyebar di dalam kulit keras seperti peluru.
Mineral ini terbentuk dari penyatuan antara Atom Ca atau Kalsium leh
unsur Logam. Dan biasanya terdaapat pada beberapa kristal tertentu,
berasosiasi dengan gypsum, dll. Mineral ini sering digunakan sebagai karya
seni marmer.

7. Sistem Triklin
(Anorthic = Asymetric = Clinorhombohedral)
Ketentuan:

Sumbu : a b c
Sudut : a b g 900
Semua Sb a, b, c saling berpotongan dan
membuat sudut miring tidak sama besar.
Sb a disebut Sb Brachy
Sb b disebut Sb Macro
Sb c disebut Sb Basal
Cara menggambar:
a+ / c = 450
b- / c + = 800
a:b:c=1:4:6

Gambar sistem kristal Triklin dengan nama Triklin Hemybipyramid


dengan contoh mineral Kyanite (Al2O SiO4)
Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak
saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a b c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya
tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga
memiliki sudut kristalografi = 90. Hal ini berarti, pada system ini,
sudut , dan tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, Triklin
memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada

patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada


sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^b = 45 ; b^c+= 80. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45 terhadap sumbu b
dan b membentuk sudut 80 terhadap c+.
Sistem ini dibagi menjadi 2 kelas:

Pedial

Pinakoidal

Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah albite,
anorthite, labradorite, kaolinite, microcline dan anortoclase (Pellant, chris.
1992)
Contoh salah satu mineral dengan system Triklin :
Sistem Kristal
: TRIKLIN
Sifat Kristal
: a b c; = 90o
Cara Penggambaran
: a+/b- = 45o, b+/c- = 80 o ; a : b : c = 1 : 4 : 6
Elemen Simetri
:
,
,
, PC
Nama Kristal
: Phinacoid
Kelas Kristal
: Phinacoidal
Contoh Mineral
: ALBITE ( AlSi3O8 )
Keterangan
Chalcotite merupakan mineral yang memiliki sistem kristal Orthorombik,
Sifat kristalnya a b c; = 90o dan cara penggambaran
sudutnya a+/b- = 45o, b+/c- = 80 o ; a : b : c = 1 : 4 : 6, sedangkan elemen
kristalnya C, Nilai kristalnya menurut Herman Mauguin adalah : 1 dan
menurut Schoelfish Ci serta indeks warna yang di miliki yaitu Ungu ( 0,1,0 ),
Merah ( 1,0,0 ) dan Hitam ( 0,0,1 ) dengan nama kristal Phinacoid dan klas
kristal Phinacoidal. Albite merupakan mineral yang memiliki kilap kaca
sampai mutiara. Albite terbentuk dalam lingukngan sedimen yang
terbentukdalam kondisi berbagai kemurnian dan ketebalan yang bervariasi
merupakangaram yang pertama kali mengendap akibat proses evaporasi air
lau di ikuti hydrotermal. Mineral ini berasosiasi dengan hydrotermal.
Keterdapatan plagioklas feldspar sebagai mineral pembentuk batuan dalam
berbaga kelompok batuan beku, sedimen dan metamorf. Mineral ini
digunakan sebagai mineral pembentuk aluminium.

Anda mungkin juga menyukai