Makalah Forensik
Makalah Forensik
KIMIA FORENSIK
ABSTRAK
Pada setiap individu atau orang mempunyai DNA yang lazim disebut DNA
fingerprint yang unik dan selalu berbeda untuk setiap orang atau individu. DNA
Fingerprint adalah metoda yang sangat akurat untuk mengidentifikasi perbedaan
diantara satu orang dengan orang lainnya. Sistematika analisis DNA fingerprint
dimulai dari proses pengambilan sampel sampai ke analisis dengan PCR. Metode
DNA fingerprinting dapat diaplikasikan untuk keperluan forensik untuk
identifikasi pelaku ataupun korban kejahatan.
BAB I
PENDAHULUAN
Kimia Forensik merupakan aplikasi dari ilmu kimia itu sendiri. Beberapa
hal yang perlu diingat tentang kimia forensik yaitu untuk memecahkan masalah
kriminal dan menjaga seseorang yang tidak bersalah dari tuduan hukum atas
kriminal yang tidak ia perbuat.
Mungkin banyak mahasiswa kimia, sekarang ini yang bercita-cita untuk
menjadi seorang ahli forensik. Bekerja membuktikan suatu kejahatan dengan caracara ilmiah dan khas seorang kimiawan (terdapat sampel, peralatan laboratorium
dan metode analisis) tentunya adalah suatu pekerjaan yang menarik. Salah satu
metode analisis kejahatan di forensik yakni DNA fingerprint.
DNA fingerprint pertama kali dikembangkan sebagai alat identifikasi pada
1985. Awalnya adalah untuk mendeteksi keberadaan penyakit genetik. Lambat
laun metoda ini dikembangkan dalam investigasi kriminal dan ilmu forensik.
Hukuman terhadap pelaku kejahatan berdasarkan bukti analisis DNA pertama kali
dilakukan di Amerika Serikat pada 1988. Dalam penyelidikan kriminal sampel
DNA fingerprint diperoleh dari TKP, kemudian DNA tersebut dibandingkan
dengan DNA pelaku. Jika cocok maka orang tersebut adalah pelakunya. Analisis
DNA disamping mempunyai kelebihan juga mempunyai beberapa kekurangan
antara lain: keakuratan hasil, biaya, dan teknik penyalahgunaan. Keakuratan dari
DNA fingerprint dapat diragukan mengingat DNA fingerprint tidak selalu unik.
Belakangan ini penelitian mengkonfirmasikan bahwa hasil analisis DNA di
laboratorium bisa saja berbeda antara satu lab dengan lab yang lain. Di beberapa
tempat analisis yang digunakan tidak memenuhi standar testing yang seragam dan
kualitas
kontrol.
Disamping
itu
bisa
saja
terjadi
kesalahan
dalam
menginterpretasikan hasil data. Hal ini lebih didasarkan pada human error. Di
Amerika sendiri pihak FBI telah menyusun suatu data base nasional mengenai
informasi genetik yang dikenal dengan sistem indeks DNA nasional. Data base
dalam sistem ini mengandung DNA yang berasal dari pelaku kriminal dan barang
bukti yang ditemukan di TKP.
Di Indonesia, DNA fingerprint mencuat namanya sebagai cara identifikasi
kejahatan dan korban yang telah hancur setelah terjadi peristiwa peledakan bom di
tanah air seperti kasus bom Bali, bom Marriot, peledakan bom di depan Kedubes
Australia dan lain-lain. Pengunaan informasi DNA fingerprint di Indonesia boleh
dibilang masih sangat baru sedangkan di negara-negara maju, hal ini telah biasa
dilakukan.
BAB II
PEMBAHASAN
melalui ikatan fosfodiester antara atom karbon ketiga pada cincin satu gula dan
atom karbon kelima pada gula lainnya. Salah satu perbedaan utama DNA dan
RNA adalah gula penyusunnya, gula RNA adalah ribosa. Empat basa yang
ditemukan pada DNA adalah adenin (dilambangkan A), sitosin (C, dari cytosine),
guanin (G), dan timin (T). Adenin berikatan hidrogen dengan timin, sedangkan
guanin berikatan dengan sitosin (Anonim, 2011).
Ciri khas dari makhluk hidup termasuk manusia adalah terdapat informasi
biologik yang terdapat didalam DNAnya, yang diturunkan dari kedua orang
tuanya. Struktur molekul dari DNA dapat digambarkan seperti resliting yang gigigiginya saling bertaut disimbulkan sebagai huruf dari 4 huruf yaitu C,G,A dan T,
dimana gigi yang berlawanan terbentuk satu atau dua pasang, baik A-T atau G-C.
Huruf A,C,G dan T adalah singkatan dari asam amino Adenin, Cytosin, Guanin
dan Thymin, yang terbentuk merupakan bangunan dasar dari DNA. Dimana
Adenin dan Guanin adalah kelompok purine, sedangkan Thymin dan Cytosin
adalah kelompok pyrimidin (Darmono, 2008).
Informasi yang ada dalam DNA dideterminasi primer oleh sequens dari
huruf sepanjang untaian tersebut. Misalnya sequen ACGCT menunjukkan
informasi yang berbeda dengan sequen AGTCC. Seperti pada kata POST
artinya berbeda dengan STOP atau POTS walaupun kata-kata tersebut
menggunakan huruf yang sama. Ciri khas pada DNA orang adalah informasi yang
mengandung kode DNA. Bangunan dasar dari DNA adalah nukleotida, yang
komposisinya terdiri dari : gula desoksiribosa, kelompok fosfat dan 4 nitrogen
dasar (Adenin, Cytosin, Guanin dan Thymin/ ACGT). Komposisi dasar tersebut
berkombinasi pada jalur yang sangat spesifik. Pasangan Adenin (A) hanya
5
berkombinasi dengan Thymim (T) yaitu A-T. Sedangkan Guanin (G) hanya
berpasangan dengan Cytosin (C) yaitu G-C. Informasi dalam DNA dapat
dideterminasi oleh sequen pasangan dasar sepanjang kerangka gula fosfat
tersebut. Perbedaan sequen DNA akan membedakan diantara makhluk hidup atau
karakter mereka, karena mereka menyediakan perbedaan bangunan asam amino
yang membentuk protein (Darmono, 2008).
Makhluk hidup yang tampak berbeda atau berbeda karakternya juga akan
berbeda pula sequen DNA nya. Makin bervariasi suatu organisme maka makin
bervariasi pula sequen DNAnya. DNA Fingerprint adalah cara yang paling cepat
dan tepat untuk membedakan sequen DNA dari organisme yang berbeda
(Darmono, 2008).
2.2 DNA Fingerprint
Asam deoksiribonukleat (DNA) adalah salah satu jenis asam nukleat.
Asam nukleat merupakan senyawa-senyawa polimer yang menyimpan semua
informasi tentang genetika. Penemuan tehnik Polymerase Chain Reaction (PCR)
menyebabkan perubahan yang cukup revolusioner di berbagai bidang. Hasil
aplikasi dari tehnik PCR ini disebut dengan DNA fingerprint (Putra, 2007).
DNA fingerprint merupakan gambaran pola potongan DNA dari setiap
individu. Seperti halnya sidik jari (fingerprint) yang telah lama digunakan oleh
detektif dan laboratorium kepolisian sejak tahun 1930. Pada tahun 1989 telah
ditemukan mengenai sidik DNA yang terdapat pada setiap individu atau orang
yang lazim disebut DNA fingerprint yang unik dan selalu berbeda untuk setiap
orang atau individu. Seperti diketahui, manusia tersusun dari sekitar 30 milyar
kode genetika yang disebut Deoxyribo Nucleic Acid (DNA). Setiap orang,
6
memiliki ciri kode DNA yang berbeda. Ibaratnya sidik jari, maka sidik jari DNA
ini juga bisa dibaca. Tidak seperti sidik jari biasa atau fingerprint konvensional
yang terdapat pada ujung jari seseorang dan dapat dirubah dengan operasi, DNA
fingerprint mempunyai kesamaan pada setiap sel, jaringan dan organ pada setiap
individu. DNA fingerprint tidak dapat dirubah oleh siapapun dan dengan alat
apapun. Oleh karena itu DNA fingerprint adalah metode yang sangat akurat untuk
mengidentifikasi perbedaan diantara satu orang dengan orang lainnya (Pullaewa,
2010).
Ada 2 aspek DNA yang digunakan dalam DNA fingerprinting, yaitu di
dalam satu individu terdapat DNA yang seragam dan variasi genetik terdapat
diantara individu. Prosedur DNA fingerprinting memiliki kesamaan dengan
mencocokkan sidik jari seseorang dengan orang lain. Hanya saja perbedanya
adalah proses ini dilakukan tidak menggunakan sidik jari, tetapi menggunakan
DNA individu karena secara individu DNA seseorang itu unik. Digunakan DNA
karena DNA memiliki materi hereditas yang berfungsi untuk menentukan suatu
urutan keturunan dalam suatu keluarga secara turun-menurun dengan pola yang
acak (karena berasal dari fusi inti ovum dan sperma) sehingga dapat digunakan
untuk identifikasi pelaku kejahatan walaupun telah berganti wajah (Anonim,
2011).
Metode DNA fingerprinting dapat diaplikasikan untuk keperluan sebagai
berikut (Anonim, 2011):
Menentukan paternity
Untuk keperluan forensik
Untuk identifikasi pelaku ataupun korban kejahatan
Untuk memprediksi apakah ada hereditary desease yang bisa diantisipasi
untuk masa mendatang.
7
sama persis. Perbedaan VNTRs dari setiap individu terletak dalam pada berapa
kali sequence ini diulang dalam daerah VNTRs. Perbedaan jumlah pengulangan
ini akan menyebabkan setiap individu memiliki panjang VNTRs yang berbeda
sehingga memungkin untuk mengetahui indentitas seseorang melalui profil
DNAnya (Anonim, 2011).
2.3 Metode analisis DNA fingerprint
Sistematika analisis DNA fingerprint sama dengan metode analisis ilmiah
yang biasa dilakukan di laboratorium kimia. Sistematika ini dimulai dari proses
pengambilan sampel sampai ke analisis dengan PCR. Pada pengambilan sampel
dibutuhkan kehati-hatian dan kesterilan peralatan yang digunakan. Setelah didapat
sampel dari bagian tubuh tertentu, maka dilakukan isolasi untuk mendapatkan
sampel
DNA.
Bahan
kimia
yang
digunakan
untuk
isolasi
adalah
kerangkanya, larutan buffer dan taq DNA poymerases. Dua primer diperlukan
untuk mengkomplement, satu strand DNA pada awal daerah target dan primer
kedua untuk mengkomplement strand lainnya pada akhir daerah target (Darmono,
2008).
Pada kondisi tertentu, daerah DNA akan berlipat ganda menjadi jumlah
yang besar dalam waktu singkat. Proses pencampuran PCR mengikuti 3 tahapan
yaitu: denaturasi, annealing primer dan replikasi DNA, detailnya adalah sebagai
berikut (Darmono, 2008):
a. Satu potong DNA original didenaturasi pada suhu 94-96oC, dobel helix
strand dipisahkan menjadi single strand.
b. Primer mengikat masing-masing strand DNA pada suhu sekitar 50-65oC
c. Suhu dinaikkan sampai 72oC untuk replikasi
11
Suatu program penelitian kelainan genetik yang diturunkan dapat dilakukan pada
janin yang belum dilahirkan maupun bayi yang baru dilahirkan, telah
dikembangan pada berbagai rumah sakit didunia. Kelainan tersebut meliputi
kejadian cystik fibrosis, haemophilia, Huntingtons disease, famili alzhemers,
sickle cell anemia, thalasemia dan lain-lainnya.
Pendeteksian kelainan tersebut lebih awal akan memudahkan dokter atau
ahli medis untuk melakukan pengobatan padak anak yang menderita kelainan
tersebut. Suatu program pengobatan kelainan genetik menggunakan DNA
fingerprint sebagai informasi untuk orang tuanya mengenai resiko dari kelainan
tersebut pada anaknya. Pada program lain informasi pada orang tuanya mengenai
DNA fingerprint pada bayi yang masih dalam kandungan mengalami kelainan
genetik dan tindakan apa yang akan dilakukan.
ii)
Bukti biologik
12
Barang bukti DNA Fingerprint telah sering digunakan pada laboratorium kriminal
kepolisian yaitu darah, rambut, semen dan sebagainya. Seperti peristiwa teror bom
Bali banyak bukti bahan biologik telah diuji DNA fingerprintnya untuk
menentukan korban dan identifikassi korban. DNA fingerprint juga dapat untuk
identifikasi korban pembunuhan maupun pelaku pembunuhan ataupun perkosaan.
2.6 Diskusi
Steven Friedland dalam artikelnya The Criminal Law Implications of The
Human Genom di Kentucky Law Journal tahun 1997 menyebutkan bahwa
dengan menangani dan menggunakan barang bukti DNA secara tepat, kasus-kasus
yang sulit terungkap bukan tidak mungkin akan terpecahkan. Dengan teknologi
DNA ini pula hukum dan keadilan akan lebih dipercaya (Kompas Cybermedia dan
Berbagai Sumber, 2007).
Dengan teknologi DNA ini pula hukum dan keadilan akan lebih dipercaya.
Menurut Dr Bruce Weir, profesor ilmu statistik-genetik dari North Carolina State
University, DNA fingerprinting atau tes DNA adalah karakterisasi DNA untuk
mengidentifikasi susunan DNA seseorang. Barang bukti DNA dapat diambil dari
barang bukti biologis, baik dalam keadaan utuh maupun tidak utuh. Berbeda
dengan analisis sidik jari, yang mudah rusak atau hilang dan akurasinya sangat
tergantung dengan keutuhan Menurut Beverly Himick, seorang peneliti forensik
dari Washington State Patrol Crime Lab, tes DNA dapat dilakukan hanya dengan
barang bukti DNA yang jumlahnya sedikit (Kompas Cybermedia dan Berbagai
Sumber, 2007).
Dalam kasus-kasus kriminal, penggunaan tes DNA, bergantung pada barang bukti
13
apa yang ditemukan di Tempat Kejadian Perkara (TKP). Seperti jika ditemukan
puntung rokok, maka yang diperiksa adalah DNA inti sel yang terdapat dalam
epitel bibir karena ketika rokok dihisap dalam mulut, epitel dalam bibir ada yang
tertinggal di puntung rokok. Epitel ini masih menggandung unsur DNA yang
dapat dilacak.
Untuk kasus pemerkosaan diperiksa spermanya tetapi yang lebih utama
adalah kepala spermatozoanya yang terdapat DNA inti sel didalamnya. Sedangkan
jika di TKP ditemukan satu helai rambut maka sampel ini dapat diperiksa asal ada
akarnya. Namun untuk DNA mitokondria tidak harus ada akar, cukup potongan
rambut karena diketahui bahwa pada ujung rambut terdapat DNA mitokondria
sedangkan akar rambut terdapat DNA inti sel. Bagian-bagian tubuh lainnya yang
dapat diperiksa selain epitel bibir, sperma dan rambut adalah darah, daging, tulang
dan kuku.
Kemampuan ahli forensik dalam mengendus jejak kejahatan melalui
metode analisis DNA fingerprint merupakan suatu langkah maju dalam proses
pengungkapan kejahatan di Indonesia. Keakuratan hasil yang hampir mencapai
100% menjadikan metode DNA fingerprint selangkah lebih maju dibandingkan
proses biometri (identifikasi menggunakan sidik jari, retina mata, susunan gigi,
bentuk tengkorak kepala serta bagian tubuh lainnya) yang telah lama digunakan
kepolisian untuk identifikasi. Terlepas dari keuntungannya itu, penerapan DNA
fingerprint masih terbatas di Indonesia dikarenakan dana yang dibutuhkan sangat
mahal dan SDM forensik yang kurang, sehingga kepolisian RI biasanya
menerapkan standar prioritas untuk analisis ini, prioritas utama analisis biasanya
menyangkut kasus-kasus nasional seperti peristiwa peledakan bom atau untuk
14
potongan tubuh korban yang telah hancur, yang tidak dapat diidentifikasi lagi
dengan proses biometri.
15
BAB III
KESIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011, Metode Analisis DNA Finger Printing Metode Rflp (Restriction
Fragment Length Polymorphism, (online), www.chem-is-try.org, diakses
tanggal 02 Mei 2011.
Darmono, 2008, DNA Fingerprint, (online), www.geocities.ws, diakses tanggal 02
Mei 2011.
Iyabu, H., 2010, DNA Fingerprint Metode Baru Analisis Kejahatan pada
Forensik, (online), www.hendriiyabu.blogspot.com, diakses tanggal 02
Mei 2011.
Pullaewa, S., 2010, DNA Fingerprint, (online),
wordpress.com, diakses tanggal 02 Mei 2011
www.saifuddinbiologi.
Putra, S. E., 2007, DNA fingerprint, Metode Analisis Kejahatan pada Forensik,
(online), www.chem-is-try.org, diakses tanggal 02 Mei 2011.
Waliono, J., 2007, DNA fingerprint, Metode Analisis Kejahatan pada Forensik,
(online), www.chem-is-try.org, diakses tanggal 02 Mei 2011.
17